You are on page 1of 14

ANALISIS POSISI KELAYAKAN PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT

DI KOTA SEMARANG

Faik Agiwahyuanto1), Yauminnisa Hapsari2), Baju Widjasena3)


1
Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro
email: faik.agiwahyuanto@dsn.dinus.ac.id
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Wahid Hasyim
email: yauminnisa@gmail.com
3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
email: bwidjasena@gmail.com

Abstract
The health provision care facilities including hospitals in order to improve health, health care,
disease treatment, and health recovery, in addition to being government responsibility is also right
for the community/private sector to participate. To answer the hospitals needs in Semarang City in
line with JKN program implementation from the government, the D and C hospitals ratio as FKRTL's
first referral and the number D and C of TT types with population is still less than ideal. The ratio of
type D and type C hospitals per unit of population is 1: 136,203, meaning that 1 hospital serves
136,203 residents, which ideally should serve 100,000 residents. Whereas ratio of TT hospitals with
type D and C with population is 1: 1,262 which ideally are 1: 1000. Estimated needs of RS TT type D
and C 1,634,428 / 1,000 = 1,635 TT. The research objective is to describe the feasibility of
establishing type General Hospital in Semarang City. This research is descriptive study that explains
the feasibility of establishing hospital in Semarang city. The analysis using demographic and
univariate with percentages. The results showed that North Semarang Subdistrict and Gunungpati
Subdistrict area. Type D/C hospital as first referral from FKTP is approximately 5 km coverage area
so ideally distance between type D/C hospitals is around 5-10 km. Distance needed by community to
go to hospital from their residence place in accordance with marketing research results is 1-5 km
from residence place can be taken <15 minutes with speed about <20km/hour.

Keywords: Hospital, feasibility study, marketing mix

1. PENDAHULUAN adalah rumah sakit, dimana pada saat ini


Pemeliharaan dan peningkatan diharapkan peran swasta untuk membantu
kesehatan individu dan masyarakat agar terlaksananya program pemerataan
bisa optimal, pasti perlu suatu dukungan pemberian pelayanan kesehatan pada
untuk menyediakan institusi masyarakat.(3,4)
penyelenggara pelayanan kesehatan yang Pertumbuhan rumah sakit di
optimal, dimana didukung dengan dengan Indonesia cukup berkembang pesat, hal ini
sistem dan teknologi yang berkembang. (1,2)
dibuktikan dengan cukup besarnya angka
Tugas dari pemberian pelayanan kesehatan atau jumlah rumah sakit yang menurut
yang terdiri dari usaha preventif, promotif, data dari Kemenkes RI pada Desember
kuratif, dan rehabilitatif merupakan suatu 2013 sebanyak 2228 buah, sedangkan
komitmen bersama bagi semua aspek pada Desember 2015 sebanyak 2461 buah
untuk memberikan pelayanan yang rumah sakit. Berdasarkan data tersebut,
optimal bagi seluruh rakyat Indonesia di rumah sakit di Indonesia mengalami
bidang kesehatan. Institusi pemberi peningkatan dalam 2 tahun sebanyak 233
pelayanan kesehatan yang dimaksud RS atau 10,5%. Pertumbuhan jumlah RS
ternyata juga diimbangi dengan 1.000 penduduk) (3,9). Selain
pertumbuhan jumlah tempat tidur. Adapun permasalahan rasio jumlah rumah sakit,
jumlah tempat tidur di Indonesia mencapai tempat tidur terhadap jumlah penduduk,
312.425 tempat tidur yang tersebar di bahwa pendirian rumah sakit juga harus
kelas VVIP, VIP, I, II, III, Intensive Care, berdasarkan ketetapan pemerintah tentang
IGD, ruang isolasi, Bedah Sentral, dan standar rujukan pelayanan kesehatan, yaitu
ruang bersalin. Peningkatan jumlah tempat dari FKTP (Klinik dan Puskesmas) kepada
tidur, secara otomatis juga pihak FKTL (RS tipe D, C, B, dan A).(10,11)
manajerial rumah sakit meningkatkan Pemerintah Kota Semarang dalam
mutu pelayanannya. Rumah sakit menjawab kebutuhan RS di Kota
bertambah tidak selalu dengan Semarang yang sejalan dengan
menurunnya jumlah pasien, tetapi pelaksanaan program JKN dari
berbanding lurus dengan peningkatan pemerintah, maka dari rasio jumlah RS
jumlah penduduk.(3–7) tipe D dan C sebagai rujukan pertama
Pertumbuhan rumah sakit di FKRTL dan jumlah TT RS tipe D dan C
Indonesia tidak hanya terjadi di daerah dengan jumlah penduduk masih kurang
tertentu, tetapi tersebar merata di seluruh dari ideal. Rasio rumah sakit tipe D dan
Indonesia, terlebih Kota Semarang. Kota tipe C per satuan penduduk adalah 1 :
Semarang pada tahun 2016 memiliki total 136.203 artinya 1 RS melayani 136.203
26 rumah sakit yang terbagi dari 19 rumah penduduk yang idealnya 1 RS melayani
sakit umum dan 7 rumah sakit khusus, 100.000 penduduk. Sedangkan rasio
dengan jumlah penduduk Kota Semarang jumlah TT RS tipe D dan C dengan jumlah
secara de facto sebanyak 1.634.428 jiwa. penduduk adalah 1 :1.262 yang idealnya
Jumlah penduduk tersebut belum dihitung 1 : 1000. Perkiraan kebutuhan TT RS tipe
dengan pendatang menetap di Kota D dan C 1.634.428/1.000 = 1.635 TT.(3,8,12)
Semarang, maupun penduduk yang hanya Upaya pemerintah Kota Semarang
menumpang sementara di Kota Semarang dalam meningkatkan derajat kesehatan
dimana mencapai setengah dari populasi masyarakat tercermin dalam visi Dinas
penduduk Kota Semarang.(3,6–8) Kesehatan Kota Semarang, yaitu
Data pertumbuhan jumlah rumah “Terwujudnya Pelayanan Kesehatan
sakit (RS) harus selaras dengan Masyarakat Kota Semarang Yang Terbaik
pertumbuhan jumlah tempat tidur (TT), Se-Jawa Tengah Tahun 2021”.(3,7,10,11)
yang dimana dasarnya berdasarkan jumlah Berdasarkan permasalahan yang
penduduk suatu wilayah. Idealnya suatu terjadi di Kota Semarang mengenai
wilayah menerapkan rasio 1:100.000 (1 kurangnya jumlah tempat tidur dan
RS minimal untuk melayani 100.000 berdampak pada kurangnya jumlah rumah
penduduk) dan 1:1.000 (1 TT berbanding sakit yang bisa memberikan pelayanan
pada warga Kota Semarang dan Strruktural Dinas Kesehatan Kota
sekitarnya, maka diambil sebuah Semarang.
permasalahan yaitu apakah di Kota Kriteria inklusi dari responden yang
Semarang masih diperlukan Rumah Sakit diambil adalah merupakan pengunjung
Umum lagi ? Hal ini dimaksudkan untuk atau pasien di puskesmas Kota Semarang,
menjelaskan gambaran kelayakan merupakan penduduk atau warga Kota
pendirian rumah sakit umum tipe D atau C Semarang baik itu yang memiliki KTP
di Kota Semarang, dari segi gambaran Kota Semarang maupun pendatang yang
lokasi pendirian, klasifikasi rumah sakit, memang berdomisili di Kota Semarang,
dan gambaran keterjangkauan fasilitas dan dari segi usia merupakan usia lebih
rumah sakit. (3,7,13,14)
dari 17 tahun. Sedangkan untuk kriteria
Maka dari itu perlunya suatu kajian eksklusi adalah pasien atau pengunjung
lebih lanjut tentang perlu tidaknya puskesmas yang berusia kurang dari 17
pendirian RSU yang baru lagi di area Kota tahun.
Semarang yang masih minim sekali rumah Untuk sampling metode yang
sakitnya, selain itu penulis juga meminta digunakan adalah stratified random
pendapat dari penduduk Kota Semarang sampling, dimana penulis tidak
tentang keinginannya pada rumah sakit mengkhususkan untuk pemilihan
yang baru tersebut baik dari segi lokasi responden yang akan diambil datanya, dan
penempatan, aksesibilitas dan jarak dipilih secara acak di tempat penelitian.
tempuh, serta ketersediaan dokter di Adapun cara mendapatkan data dan
layanan tersebut. menganalisisnya adalah dengan
melakukan observasi di lapangan guna
2. METODE PENELITIAN mengetahui jarak antara rumah sakit
Penelitian yang dilakukan mengenai dengan pusat keramaian warga dan jarak
analisa Kota Semarang apakah masih rumah sakit dengan rumah sakit lainnya;
kekurangan Rumah Sakit atau tidak melakukan FGD (Focus Group
termasuk penelitian deskriptif yang Discussion) dengan struktural dari Dinas
dimana outputnya adalah menjelaskan Kesehatan Kota Semarang; melakukan
layak atau tidak layak Kota Semarang pengkajian literature dari Profil Kinerja
untuk didirikan rumah sakit tipe public. dan Profil Dinas Kesehatan Kota
Ruang lingkup penelitian yaitu Semarang; dan mini survei pada
mengenai program perencanaan pendirian masyarakat Kota Semarang.
rumah sakit di Kota Semarang. Berdasar Tempat penelitian berada di wilayah
hal tersebut, objek penelitian adalah kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang.
perwakilan warga Kota Semarang dari 16 Sedangkan, apabila sudah mendapatkan
Kecamatan di Kota Semarang dan data dari responden melalui FGD dan
pengkajian melalui mini survei pada keuangan, aspek teknis/operasional,
masyarakat, maka dilakukan analisa data aspek sumber daya manusia, aspek
demografi dan analisa univariat dengan ekonomi dan sosial, serta aspek
presentase untuk mengetahui kebutuhan dampak lingkungan.(14) Suatu
masyarakat pada bidang kesehatan perusahaan khususnya RS memang
khususnya rumah sakit di Kota Semarang sangat diperlukan sekali dilakukan
studi kelayakan, karena untuk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN menghindari resiko kerugian,
1. Lokasi Pendirian Rumah Sakit memudahkan perencanaan,
Rumah sakit merupakan suatu memudahkan pelaksanaan pekerjaan,
jenis usaha yang bergerak di bidang memudahkan pengawasan, dan
jasa pelayanan kesehatan. Karena memudahkan pengendalian.(15)
belum jelasnya regulasi tentang rumah Suatu perusahaan seperti rumah
sakit, maka seyogyanya rumah sakit sakit ketika mau didirikan dan
perlu dikelola secara professional. Di dioperasionalkan diperlukan suatu
samping melaksanakan fungsi penelitian bauran pemasaran yang
pelayanan kesehatan masyarakat, dimana outputnya adalah mengetahui
rumah sakit juga memiliki fungsi keinginan pelanggan yang akan
pelatihan, pendidikan dan penelitian. memanfaatkan suatu produk dan atau
(8,9,13,14)
jasa yang akan kita lakukan. Bauran
Suatu kota atau kabupaten pemasaran sendiri terdiri atas produk,
sebelum memutuskan untuk harga, lokasi, dan promosi. Tetapi
mendirikan rumah sakit, maka bauran pemasaran sendiri masih bisa
diperlukan suatu studi kelayakan yang ditambah dengan orang (people) dan
dilakukan oleh tim ahli dari proses.(13,15)
akademisi, guna memperoleh hasil Berdasarkan pengambilan data
yang sesuai dengan kondisi lapangan, dan hasil FGD serta studi literatur
dan studi kelayakan itu sendiri bahwa RS di Kota Semarang masih
merupakan suatu penelitian yang kurang, selain itu rasio jumlah RS tipe
dilakukan oleh tim dari akademisi D dan C, maupun B dan A. Hal ini
untuk melakukan kajian dan kegiatan berbanding lurus dengan peningkatan
meneliti dari semua segi agar sewaktu jumlah tempat tidur yang tidak sesuai
dibangun bisa mendapatkan hasil guna dengan rasio.
secara kontinu dari segi bisnis. Rasio rumah sakit tipe D dan
Adapun aspek yang dinilai sangat tipe C di kota Semarang yang
banyak, mulai dari aspek hukum, berjumlah 12 per satuan penduduk
aspek pasar dan pemasaran, aspek adalah 1 : 136.203 artinya 1 RS
melayani 136.203 penduduk yang per kecamatan di wilayah kota
idealnya 1 RS melayani 100.000 semarang dan analisis kebutuhan
penduduk. sesuai angka idealnya :
Berikut adalah data jumlah rumah
sakit berdasarkan kepadatan penduduk

Tabel 3.1. Angka Ideal Persebaran RS di Kota Semarang


KEBUTUHA
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) Rumah Sakit
N
Luas Kepadata
Kecamatan Pendudu
Wilaya n Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D RS TIPE C/D
k
h Penduduk
2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 1 : 100000
 RSIA Ananda
Mijen 57.55 63348 1101       1
Pasar Ace
Gunungpati 54.11 79984 1478         1
 RS Hermina  RS
Banyumanik 25.69 133489 5196     Banyumanik Banyumani 2
Semarang k
 RSU William
Gajahmungku Booth  RS Akpol
9.07 63766 7030     1
r  RSIA Gunung Semarang
Sawo
 ROEMANI
 RS Bhakti Wira
Smg Selatan 5.93 79162 13354  KARIADI   Tamtama   1
Semarang
 RSB Anugerah
Candisari 6.54 78863 12059    ELISABETH     1
 RSUD Kota  RS Nasional
Tembalang 44.2 159066 3599     2
Semarang  Diponegoro
 RSJD Dr.
 RSIA Plamonga
Pedurungan 20.72 181629 8766 Amino   2
Indah
Gondohutomo  
 SULTAN
Genuk 27.39 99508 3633       1
AGUNG
 RS
Gayamsari 6.18 74122 12000     BHAYANGKARA   1
SEMARANG
 PANTI WILASA
CITARUM
 PANTI WILASA
Smg Timur 7.7 76608 9949     DR CIPTO   1
 RSIA Bunda
Semarang
 RSIA Kusumapraja
Smg Utara 10.97 127132 11589         2
 TELOGOREJ  RS HERMINA
Smg Tengah 6.14 69711 11353     1
O PANDANARAN
 RS Columbia
Smg Barat 21.74 157554 7247     2
Asia Semarang  
Tugu 31.78 32041 1008         1
Ngaliyan 37.99 126734 3336    RSUD  RS Permata   2
Tugurejo
Medika
Semarang
Gambar 3.1. Peta Sebaran RS di Kota Semarang

Dari data yang ada dilihat dari f. Daerah kecamatan Genuk dengan
jumlah penduduk dan ketersediaan kepadatan penduduk sedang masih
rumah sakit tpe C/D sebagai rujukan memerlukan kesediaan 1 RS tipe
pertama FKRTL sesuai dengan C/D (walaupun ada RS Sultan
idealnya 1 RS melayani 100.000 Agung tapi merupakan RS tipe B
penduduk dan dari peta sebaran rumah saat ini masih bisa menerima
sakit di Semarang maka didapatkan rujukan langsung dari FKTP)
hasil : g. Daerah kecamatan Pedurungan
a. Daerah kecamatan Gunungpati dengan kepadatan penduduk padat
dengan kepadatan penduduk masih memerlukan tambahan
sedang memerlukan kesediaan 1 kesediaan 1 RS tipe C/D
RS tipe C/D. (walaupun ada RS RSJD Amino
b. Daerah kecamatan Semarang Gondohutomo tapi merupakan RS
Utara dengan kepadatan penduduk tipe B saat ini masih bisa
padat memerlukan kesediaan 2 RS menerima rujukan langsung dari
tipe C/D. FKTP)
c. Daerah kecamatan Tugu dengan Dari data peta sebaran rumah
kepadatan penduduk jarang sakit di Semarang terlihat kepadatan
memerlukan kesediaan 1 RS tipe rumah sakit terutama rumah sakit tipe
C/D. C/D sebagai rujukan pertama FKRTL
d. Daerah kecamatan Semarang berada di tengah kota sekitar
Barat dengan kepadatan penduduk kecamatan Gajahmungkur, Candisari,
padat masih memerlukan Semarang Selatan, Semarang Tengah,
kesediaan 2 RS tipe C/D Semarang Timur dan Gayamsari yang
(walaupun ada RS Columbia Asia rata-rata kepadatan penduduknya
tapi tidak melayani BPJS dan sedang dan jarang.
merupakan RS tipe B) Lokasi yang disarankan untuk
e. Daerah kecamatan Candisari pembangunan rumah sakit tipe C/D
dengan kepadatan penduduk adalah di wilayah kecamatan
sedang masih memerlukan Semarang Utara dan Gunungpati
kesediaan 1 RS tipe C/D dengan alasan :
(walaupun ada RS Elisabeth tapi a. Kecamatan Semarang Utara
merupakan RS tipe B saat ini merupakan wilayah yang
masih bisa menerima rujukan kepadatan penduduknya cukup
langsung dari FKTP) padat dengan luas wilayah 10,97
dan jumlah penduduknya 127.132 sekali tidak memiliki rumah sakit
serta sama sekali tidak memiliki sebagai rujukan pelayanan
rumah sakit sebagai rujukan kesehatan lanjut terutama rumah
pelayanan kesehatan lanjut sakit tipe C/D sebagai rujukan
terutama rumah sakit tipe C/D sehingga dari analisis perhitungan
sebagai rujukan sehingga dari kebutuhan rumah sakit tipe C/D
analisis perhitungan kebutuhan masih dibutuhkan pembangunan 1
rumah sakit tipe C/D masih rumah sakit tipe C/D untuk
dibutuhkan pembangunan 2 rumah memenuhi idealnya rasio jumlah
sakit tipe C/D untuk memenuhi rumah sakit dan jumlah penduduk.
idealnya rasio jumlah rumah sakit Sedangkan dari mini survey yang
dan jumlah penduduk. ditanyakan pada 50 responden untuk
b. Kecamatan Gunungpati meskipun lokasi yang diinginkan responden
tidak sepadat kecamatan untuk didirikan rumah sakit di wilayah
Semarang Tengah namun mereka adalah:
mengingat wilayahnya yang
cukup luas 54,11 dengan jumlah
penduduk 79.984 serta sama

Gambar 3.2. Grafik Analisa Letak atau Posisi yang tepat Pendirian RS
Khusus wilayah kecamatan SJSN tersebut di daerah di seluruh
Semarang Utara yang disarankan Indonesia, dampaknya antara lain
untuk didirikan rumah sakit tipe D/C terjadi peningkatan pengunjung baik
para responden mengharapkan rumah fasilitas rawat jalan maupun rawat
sakit yang akan didirikan dekat inap di berbagai rumah sakit di
dengan perumahan sedangkan untuk Indonesia, namun tidak diikuti dengan
kecamatan Gunungpati diharapkan peningkatan jumlah rumah sakit yang
pendirian rumah sakitnya dekat memadai sehingga terjadi
dengan kampus Unnes atau penumpukan pasien yang
perumahan sekitar Unnes dan dekat mengakibatkan pelayanan sedikit
pasar Gunungpati. terkendala. Terlebih dengan sistem
Kecamatan lain yang juga sama rujukan berjenjang yang berlaku.
sekali tidak memiliki rumah sakit Menurut Sistem Rujukan
adalah kecamatan Tugu. Meski Berjenjang diisi oleh tingkat 2 dengan
demikian karena wilayahnya tidak 3 tipe RS yaitu tipe D, C dan B
padat penduduk dan berdekatan sedangkan tipe A mewakili tingkat 3.
dengan kecamatan Ngaliyan yang Di lapangan BPJSK mengarahkan
telah memiliki 2 rumah sakit maka bahwa dari FKTP dirujuk ke FKRTL
pelayanan rujukan masih dapat secara berjenjang ke tipe D atau C
dikirim ke rumah sakit di wilayah lebih dulu baru ke tipe B,bila
kecamatan Ngaliyan. diperlukan baru ke tipe A. Oleh karena
2. Klasifikasi Kelas Rumah Sakit itu dari hasil analisis kebutuhan
Sejak ditetapkan Peraturan disarankan pembangunan rumah sakit
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. tipe C/D sebagai rujukan pertama dari
28 tahun 2014 yang berisi tentang FKTP.
Pedoman Pelaksanaan Program Dengan asumsi bahwa dari
Jaminan Kesehatan Nasional. (7)
keseluruhan jumlah penduduk yang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan memanfaatkan pelayanan
diberlakukan mulai 1 Januari 2014 rujukan pertama dari FKTP yaitu
dengan penyelenggara Badan rumah sakit tipe C/D adalah 30%
Penyelenggara Jaminan Sosial maka diasumsikan pula dari seluruh
Kesehatan (BPJS) yang merupakan pasien yang dirawat di rumah sakit
amanat dari UU No. 40 tahun 2004 tipe C/D ada 30% yang keadaannya
tentang Sistem Jaminan Sosial tidak dapat ditangani di rumah sakit
Nasional.(8) Maka Rumah Sakit tipe C/D dan harus dirujuk ke rumah
sebagai Faskes tingkat lanjutan, turut sakit tipe B dan begitu juga yang
merasakan dampak dari pelaksanaan dirujuk ke rumah sakit tipe A.
Dari asumsi tersebut dapat dengan syarat sistem rujukan
dianalisis kebutuhan Rumah Sakit tipe benar-benar dilaksanakan.
B dan A di kota Semarang sebagai d. Total RS tipe A yang ada di
berikut: Semarang adalah 2 rumah sakit.
a. Jumlah penduduk kota Semarang Rasio jumlah RS tipe A sebanyak
tahun 2016 sebanyak 1.634.428. 2 per penduduk adalah 1:73.550
Seperti asumsinya bahwa hanya artinya 1 RS melayani 73.550
30% yang akan dirujuk ke RS tipe qpenduduk. Sehingga dapat
B jadi sebanyak 490.328 dikatakan bahwa jumlah RS tipe
penduduk dan yang akan dirujuk A di Semarang sudah cukup ideal
ke RS tipe A sebanyak 147.099 untuk melayani kebutuhan
penduduk. rujukan pasien dari RS tipe B
b. Idealnya 1 RS melayani 100.000 dengan syarat sistem rujukan
penduduk. benar-benar dilaksanakan.
c. Total RS tipe B yang ada di a. Jarak Ideal Rumah Sakit
Semarang adalah 6 rumah sakit. Sebagai bangunan yang dibangun
Rasio jumlah RS tipe B sebanyak untuk melayani masyarakat, maka
6 per penduduk adalah 1:81.722 rumah sakit tipe D/C sebagai rujukan
artinya 1 RS melayani 81.722 pertama dari FKTP mempunyai
penduduk. Sehingga dapat daerah cakupan area sekitar 5 km jadi
dikatakan bahwa jumlah RS tipe idealnya jarak antar rumah sakit tipe
B di Semarang masih cukup ideal D/C adalah sekitar 5-10 km seperti
untuk melayani kebutuhan tampak pada gambar berikut :
rujukan pasien dari RS tipe C/D

Gambar 3.3. Peta Jangkauan Fasilitas Kesehatan Kota Semarang (RS Tipe C)
Bila jarak antar rumah sakit tipe Sedangkan untuk rumah sakit tipe
D/C sekitar 5-10 km maka dapat B di kota Semarang jumlahnya sudah
dilihat bahwa setiap kecamatan akan cukup hanya saja areanya tidak merata
memiliki 1 rumah sakit tipe D/C sebagai rujukan lanjutan dari rumah
sesuai kebutuhannya sebagai rujukan sakit tipe D/C seperti tampak pada
pertama dari FTKP terutama gambar berikut :
Puskesmas.

Gambar 3.4. Peta Jangkauan Fasilitas Kesehatan Kota Semarang (RS Tipe B)

Gambar 3.5. Peta Jangkauan Fasilitas Kesehatan Kota Semarang (RS Tipe A)

Untuk rumah sakit tipe A di kota tinggalnya sesuai dengan hasil riset
Semarang jumlahya sudah cukup dan pemasaran adalah 1-5 km dari tempat
letaknya sudah cukup center. Jarak tinggalnya dapat ditempuh waktu <15
yang dibutuhkan oleh masyarakat menit dengan kecepatam sekitar
untuk menuju rumah sakit dari tempat <20km/jam. Begitu pula jarak dari
FTKP ke rumah sakit tipe D/C sebagai tempat tinggalnya adalah <5km dan
rujukan pertama FTKP. sebanyak 27 responden mengharapkan
Hal itu sesuai dengan harapan 5-10 km dimana sebagian besar dari
masyarakat kota Semarang yang responden mengendarai transportasi
didapatkan dari mini survey 50 kendaraan pribadi dan sebagian
responden bahwa 23 responden mengendarai kendaraan umum dan
mengharapkan jarak rumah sakit dari berjalan kaki.

Tabel 3.2. Survei Ukuran Jarak RS dari tempat tinggal


Berapa jarak RS yang anda inginkan dari rumah Anda ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid <5 KM 23 40.4 46.0 46.0
5-10 KM 27 47.4 54.0 100.0
Total 50 87.7 100.0
Missing System 7 12.3
Total 57 100.0

Gambar 3.6. Grafik Survei Transportasi yang dipakai Mencapai RS


4.
5. KESIMPULAN idealnya jarak antar rumah sakit tipe
a. Wilayah Kecamatan Semarang Utara D/C adalah sekitar 5-10 km.
yang disarankan untuk didirikan rumah c. Jarak yang dibutuhkan oleh
sakit tipe D/C, para responden masyarakat untuk menuju rumah sakit
mengharapkan rumah sakit yang akan dari tempat tinggalnya sesuai dengan
didirikan dekat dengan perumahan hasil riset pemasaran adalah 1-5 km
sedangkan untuk Kecamatan dari tempat tinggalnya dapat ditempuh
Gunungpati diharapkan pendirian waktu <15 menit dengan kecepatan
rumah sakitnya dekat dengan Kampus sekitar <20km/jam. Begitu pula jarak
Universitas Negeri Semarang (Unnes) dari FTKP ke rumah sakit tipe D/C
atau perumahan sekitar Unnes dan sebagai rujukan pertama FTKP.
dekat pasar Gunungpati.
b. Rumah sakit tipe D/C sebagai rujukan 6. REFERENSI
pertama dari FKTP mempunyai daerah 1. DPR-RI. Undang-Undang Republik
cakupan area sekitar 5 km jadi Indonesia Nomor 23 Tahun 1992.
Jakarta: Kementerian Sekretariat 10. Agiwahyuanto F, Hartini I, Sudiro.
Negara; 1992. p. 1–31. Upaya Pencegahan Perbedaan Diagnosis
2. Dinas Kesehatan Kota Jayapura. Rumah Klinis Dan Diagnosis Asuransi Dengan
Sakit Dian Harapan Tipe C di Jayapura. Diberlakukan Program Jaminan
Jayapura: Dinas Kesehatan Kota Kesehatan Nasional ( JKN ) Dalam
Jayapura; 2004. Pelayanan Bpjs Kesehatan Studi Di
3. Agiwahyuanto F, Hapsari Y, Baju Rsud Kota Semarang Efforts to Prevent
Widjasena. Studi Kajian Kelayakan Differences between Clinical and
Pendirian Rumah Sakit Umum di Area Insurance Diag. J Manaj Kesehat
Kota Semarang. Semarang; 2017. Indones [Internet]. 2016;4(02):84–90.
4. DPR-RI. Undang-Undang Republik Available from: https://ejournal.undip.
Indonesia Nomor 44 tahun 2009. ac.id/index.php/jmki/article/view/13594/
Jakarta: Kementerian Sekretariat 10252
Negara; 2009. p. 1–40. 11. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis:
5. Direktorat Jenderal Bina Upaya Sistem Rujukan Berjenjang. Jakarta;
Kesehatan. Laporan Akuntabilitas 2014.
Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 12. Krishna WP. STUDI KELAYAKAN
2015. Jakarta; 2016. PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT
6. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil INDONESIA PERMAI DI DAERAH
Kesehatan Kota Semarang 2016. BOJONGSOANG KABUPATEN
Semarang; 2016. BANDUNG. Bandung: Universitas
7. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Pasundan; 2016.
Kesehatan Kota Semarang 2017. 13. Johan S. Studi Kelayakan
Semarang; 2017. Pengembangan Bisnis. Graha Ilmu.
8. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Jakarta; 2011.
Medik dan Sarana Kesehatan. Pedoman 14. Hadi Umar. Teknik Menganalisis
Penyusunan Studi Kelayakan Kelayakan Rencana Bisnis secara
( Feasibility Study ) Rumah Sakit. Komprehensip. In: Studi Kelayakan
Jakarta: Kementerian Kesehatan Bisnis. Gramedia P. Jakarta; 2005.
Republik Indonesia; 2012. p. 1–17. 15. Jakfar, Asmir. Studi Kelayakan Bisnis.
9. Ikhsan. Akuntansi dan Manajemen Jakarta: Kencana Prenada Media; 2010.
Keuangan Rumah Sakit Yogyakarta.
Yogyakarta: Graha Ilmu; 2010.

You might also like