You are on page 1of 10

45

Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

PROSPEK INDUSTRI MARGARIN ALPOKAT


SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA

Wahyu Mushollaeni
PS. Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Abstract
Avocados had a fairly complete nutrient content and the price was quite affordable, so
that the processing of avocados worth to be developed. Fruit not only on consumption
in fresh condition, but with additional processing in order to get a new flavor or to get
varied diet and to get the benefits of the avocado fruit. To cope with the abundance of
the product during the main harvest, it would require further processing, so that the
economic value of the avocado fruit does not fall. Both of the processing to extend the
shelf life and processing for product diversification. Avocado in an optimal utilization
has not been done, then to overcome, given an alternative form of avocado fruit
processing, thereby increasing the range of dishes, namely margarine avocado.
Hopefully with a new product in the form of margarine avocado, can increase the
economic value of the avocado. In addition, more durable and can be used repeatedly
without reducing flavor. This study aims to determine the feasibility of the process and
financially household scale industries that produce margarine from avocado fruit. The
results showed that at the household scale industries, the use of glycerin in margarine,
avocados, can increase the value of consumer preferences, so that the margarine
produced can be marketed properly. The use of glycerin was limited at concentrations
of 10% for margarine and avocado consumers preferred feasible physically and
chemically. Financially, the effort is worth the effort or established with a value of
16.37% IRR and NPV Rp. 4,435,371.
Key words: avocado, margarine, glyserine

Pendahuluan
Margarin yang ada saat ini dibuat dari dikembangkan (Samson, 1986;
bahan pokok minyak nabati, selain itu Rahardjo, et. al., 2002; Utama dan
ada yang dari kacang-kacangan. Kacang- Rahardjo, 2006). Buah tidak hanya
kacangan mengandung lemak jenuh dikonsumsi dalam keadaan segar, tetapi
yang jika dikonsumsi terlalu banyak dengan pengolahan tambahan supaya
tidak baik untuk kesehatan mendapat citarasa baru atau menanbah
(Anonymous, 2008). Buah dan sayur variasi makanan maupun untuk
merupakan komoditi yang banyak mendapatkan manfaat dari buah alpokat
mengandung vitamin dan anti oksidan tersebut (Mandigo, 1986; Means, et. al.,
dan juga bisa cepat mengalami 1987; Rahardjo, 1996; Schmidt dan
kerusakan baik dari fisik maupun Means, 1986; Trout, et. al., 1990). Untuk
mekanis. Alpokat mempunyai mengatasi melimpahnya produk saat
kandungan gizi yang cukup lengkap dan panen raya, maka diperlukan
harganya cukup terjangkau, sehingga pengolahan lebih lanjut, agar nilai
pengolahan alpokat layak untuk ekonomi dari buah alpokat tidak turun.
46

Wahyu M / Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

Baik dari pengolahan untuk yang sudah dilakukan data ditabulasikan,


memperpanjang daya simpan maupun dicari hubungan antara perlakuan
pengolahan untuk diversifikasi produk. dengan parameter yang telah dilakukan,
Pemanfaatan buah alpokat di Indonesia kemudian data dihitung dalam
masih terbatas, seperti untuk penambah rancangan acak lengkap, kemudian
citarasa dalam ice cream, es buah, juice dilakukan analisa varian/analisa sidik
alpokat, kosmetik. Pemanfaatan alpokat ragam. Apabila dari perhitungan statistik
secara optimal belum banyak dilakukan, didapatkan nilai F hitung >F tabel
maka untuk mengatasinya, diberikan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
alternatif pengolahan buah alpokat, Terkecil (BNT), untuk mengetahui
sehingga menambah macam sajian perlakuan-perlakuan yang menghasilkan
makanan, yaitu margarin alpokat. perbedaan sangat nyata atau nyata
Diharapkan dengan adanya produk baru dengan perlakuan lainya. Berdasarkan
dalam bentuk margarin alpokat, dapat hasil analisa secara statistik tersebut
meningkatkan nilai ekonomis dari kemudian dilakukan pemilihan
alpokat tersebut. Selain itu, margarin perlakuan terbaik guna memutuskan
alpokat lebih tahan lama dan dapat perlakukan yang akan dipakai sebagai
digunakan berulang-ulang tanpa acuan melakukan analisa usaha.
mengurangi citarasanya. Penelitian ini Pemilihan perlakuan terbaik
bertujuan untuk mengetahui kelayakan menggunakan uji efektivitas. Hasil
proses dan finasial industri skala rumah perlakuan terbaik kemudian dilakukan
tangga yang memproduksi margarin dari analisa kelayakan usaha yang meliputi
buah alpokat. kelayakan finansial yang terdiri dari
perhitungan Harga Pokok Penjualan
Metode Penelitian (HPP), Harga Jual, Keuntungan, Break
Event Point (BEP), NPV, B/C, dan IRR.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Hasil dan Pembahasan
bulan Januari - Februari 2010 di
Viskositas
Laboratorium Rekayasa Proses dan
Sistem Produksi, Program Studi Viskositas margarin alpokat yang
Teknologi Industri Pertanian dihasilkan antara 41 cps hingga 54,5 cps.
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Berdasarkan hasil analisa ragam,
Malang. menunjukkan pengaruh yang nyata
antara peningkatan gliserin yang
Prosedur penelitian
ditambahkan dengan viskositas
Penelitian ini dilakukan secara margarin. Hal ini disebabkan oleh
eksperimen menggunakan Rangcangan gliserin yang berfungsi sebagai zat
Acak Lengkap (RAL), dengan 1 faktor pengemulsi, sehingga mengakibatkan
yaitu penambahan konsentrasi gliserin fase air dan lemak dalam bahan akan
dalam 6 perlakuan yaitu P1 0%, P2 2%, teremulsi dan tekstur margarin menjadi
P3 4%, P4 6%, P5 8% dan P6 10%. lebih lembut atau lembek. Semakin
Parameter fisik kimia yang diamati yaitu tinggi konsentrasi gliserin yang
daya oles, viskositas, uji daya leleh, serta ditambahkan, maka semakin rendah
Uji organoleptik dengan Metode Hedonic viskositasnya.
Scale Scoring yang meliputi kesukaan rasa,
aroma dan warna. Berdasarkan hasil uji
47

Wahyu M / Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

Gambar 1. Hubungan antara penambahan gliserin terhadap viskositas margarin alpokat

Viskositas margarin oleh konsumen diperoleh bahwa perlakuan


dibutuhkan khususnya untuk margarin penambahan gliserin pada margarin
meja, dimana penggunaanya tanpa alpokat memberi pengaruh yang nyata
dimasak, yaitu langsung dioleskan pada (tarap nyata 5%) terhadap daya oles
makanan. Dalam SNI viskositas belum margarin yang dihasilkan. Hal ini karena
disyaratkan pada penentuan mutu penambahan gliserin pada bahan yang
margarin. berfungsi sebagai zat pengemulsi, antara
air dan lemak dalam margarin alpokat.
Daya oles
Semakin tinggi kandungan gliserin
Daya oles yang dihasilkan dari penelitian dalam margarin, maka margarin akan
ini adalah terendah 7,25 cm pada bersifat lebih viscous dan kondisi ini akan
perlakuan 0% gliserin dan tertinggi pada meningkatkan daya oles yang lebih baik
perlakuan 8% gliserin yaitu 8,88 cm. dari margarin.
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam

Gambar 2. Hubungan antara penambahan gliserin terhadap daya oles margarin alpokat
48

Wahyu M / Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

Turunnya nilai daya oles pada tertinggi adalah 2,46 menit pada
penambahan gliserin 10% dibandingkan perlakuan 0% gliserin. Hasil analisa
dengan gliserin 8%, masih belum bisa ragam terhadap daya leleh margarin
dikatakan sebagai akibat perlakuan, diperoleh bahwa perlakuan
namun demikian perlu dikaji lebih jauh penambahan gliserin memberikan
mengenai optimasi penambahan gliserin pengaruh yang sangat nyata (tarap nyata
pada margarin alpokat yang 1%) terhadap daya leleh margarin
mendapatkan daya oles paling alpokat yang dihasilkan. Semakin
diharapkan oleh konsumen. Ciri-ciri banyak porsi gliserin yang diberikan
margarin yang menonjol adalah bersifat akan mempercepat daya leleh margarin.
plastis, padat pada suhu ruang, agak Hal ini karena penambahan gliserin
keras pada suhu rendah, teksturnya akan membuat margarin memiliki
mudah dioleskan, serta segera dapat struktur yang lebih lembek, sehingga
mencair di dalam mulut (Anonymous, kecepatan meleleh pada akan meningkat
2008). dibanding dengan struktur yang lebih
Daya leleh padat. Hubungan antara penambahan
gliserin dan daya leleh margarin alpokat,
Hasil pengamatan daya leleh margarin tertera pada Gambar 3.
alpokat rata-rata terendah adalah 2,18
menit pada perlakuan 10% gliserin dan

Gambar 3. Hubungan antara penambahan gliserin dan daya leleh margarin alpokat

Semakin tinggi penambahan gliserin pada suhu kamar, dan (4) mempertinggi
maka semakin meningkat daya leleh titik didih untuk memenuhi tujuan
margarin. Penambahan emulsifier penggorengan (Anonymous, 2002).
berfungsi untuk: (1) mengurangi daya Kesukaan terhadap warna
percik produk apabila digunakan untuk
menggoreng karena air yang ada di Hasil pengujian kesukaan terhadap
dalam produk diikat oleh lemak, (2) warna margarin alpokat dilakukan
memperpanjang daya simpan, sebab dengan menggunakan responding 20
produk dinyatakan rusak apabila terjadi orang. Nilai kesukaan terhadap warna
pemisahan komponen lemak dan air, (3) margarin tertendah adalah 2,9 pada
memperkeras tekstur agar tidak meleleh perlakuan 0% penambahan gliserin dan
tertinggi adalah 3,55 pada perlakuan
49

Wahyu M / Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

penambahan gliserin 10%. Range ada penambahan warna. Jika ada


kesukaan antara 3 sampai 5 penambahan warna maka margarin
mengindikasikan bahwa responden alpokat punya potensi yang sama
dalam tarap menyukai (bisa menerima) penampilanya dengan margarin yang
warna margarin alpokat. Secara kasat sudah ada di pasaran. Hubungan antara
mata penampilan margarin alpokat penambahan gliserin terhadap kesukaan
memang kalah menarik dibanding terhadap warna margarin alpokat tertera
margarin yang ada di pasaran, dimana pada Gambar 4.
warnanya cenderung pucat, karena tidak

Gambar 4. Hubungan antara penambahan gliserin terhadap kesukaan warna margarin


alpokat

Berdasarkan Gambar 4, didapat bahwa penerimaan menunjukkan bahwa


ada kecenderungan meningkatnya margarin alpokat teksturnya disukai
penerimaan responden terhadap warna sampai cukup disukai oleh responden.
margarin alpokat seiring dengan Dibandingkan dengan margarin yang
semakin meningkatnya konsentrasi ada dipasaran adalah teksturnya hanya
penambahan gliserin. sedikit kurang halus, hal ini merupakan
pengaruh butiran tepung alpokat yang
Kesukaan terhadap tekstur
digunakan, dalam skala komersial
Nilai kesukaan responden terhadap butiran tepung alpokat bisa dibuat lebih
tekstur margarin alpokat yang dihasilkan halus sehingga tidak akan terasa pada
terendah adalah 2,9 pada penambahan margarinnya. Berdasarkan Gambar 5
0% gliserin dan tertinggi adalah 4,0 pada diperoleh bahwa ada kecenderungan
penambahan 8% gliserin. Berdasarkan semakin meningkat penambahan
hasil analisa data dengan metode gliserin akan meningkat penerimaan
Kruskal Wallis, penambahan gliserin responden terhadap tekstur margarin
tidak berpengaruh nyata pada alpokat yang dihasilkan.
penerimaan terhadap tekstur margarin
alpokat yang dihasilkan. Skala
50

Wahyu M / Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

Gambar 5. Hubungan antara penambahan gliserin terhadap kesukaan tekstur margarin


alpokat

penerimaan rasa pada margarin alpokat


Kesukaan terhadap rasa
tertera pada Gambar 6. Terdapat
Nilai penerimaan responden terhadap kecenderungan tingkat penerimaan
rasa margarin alpokat terrendah adalah responden terhadap rasa margarin
3,30 pada penambahan gliserin 8% dan menurun seiring dengan meningkatnya
tertinggi adalah 4,05 pada perlakuan 0% penambahan gliserin. Hal ini adalah
penambahan gliserin. Menurut hasil karena gliserin sendiri yang tidak
analisa dengan metode Kruskal Wallis, memiliki rasa dan penambahan gliserin
perlakuan penambahan gliserin pada dalam konsentrasi yang lebih banyak,
margarin alpokat tidak berpengaruh justru akan mengurangi rasa margarin
nyata pada penerimaan terhadap rasa alpokat itu sendiri. Di pasaran, terdapat
margarin. Hal ini karena alpokat sendiri dua jenis rasa margarin, yaitu manis dan
rasanya juga tidak terlalu khas dibanding asin, sehingga dengan mengatur rasa
buah-buah yang lain. Rasa pada margarin alpokat menjadi asin atau
margarin yang ada di pasaran saat ini manis, maka margarin alpokat ini akan
adalah perasa tambahan. Hubungan dapat diterima oleh konsumen.
antara penambahan gliserin terhadap

Gambar 6. Hubungan antara penambahan gliserin terhadap kesukaan rasa margarin


alpokat
51

Wahyu M / Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

Kesukaan terhadap aroma dengan ada di pasaran saat ini. Hasil


pengamatan data kesukaan terhadap
Nilai kesukaan terhadap margarin
aroma margarin, pengaruh subyektifitas
alpokat terendah adalah 3,50 pada
responden sangat kuat. Hal ini karena
perlakuan penambahan gliserin 8% dan
respinden umumnya adalah mahasiswa
tertinggi adalah 3,95 pada perlakuan
yang belum memiliki kompetensi secara
penambahan gliserin 0%. Hasil analisa
utuh terhadap aroma, rasa, tekstur dan
dengan metode Kruskal Wallis didapat
warna dari margarin alpokat.
bahwa perlakuan penambahan gliserin
Responden umumnya memberi skor
pada margarin alpokat tidak
berdasarkan kesukaan sesaat, namun
berpengaruh nyata pada kesukaan
demikian kami merasa hasil uji ini bisa
terhadap aroma margarin. Hal ini
memberi indikasi yang cukup relevan
kemungkinan alpokat memang
dari apa yang diharap konsumen pada
mempunyai aroma yang khas walaupun
margarin meja baik mengenai warna,
tidak tajam, sehingga tidak terlalu
tektur, rasa dan aroma. Untuk
mengganggu terhadap penerimaan
aroma margarin yang dihasilkan. mengetahui lebih jauh tentu perlu
dilakukan uji dalam skala yang lebih luas
Dibandingkan dengan margarin yang
pada pengguna langsung. Hubungan
ada di pasaran memiliki aroma yang
antara penambahan gliserin terhadap
lebih tajam, hal ini karena margarin di
kesukaan aroma margarin tertera pada
pasaran sudah dilakukan penambahan
Gambar 7.
bahan penguat aroma. Jika margarin
alpokat ditambahkan aroma alpokat,
akan memiliki aroma yang sama tajam

Gambar 7. Hubungan antara penambahan gliserin terhadap kesukaan aroma margarin


alpokat
52

Wahyu M / Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

Perlakuan terbaik parameter dalam menentukan kualitas


secara keseluruhan dari margarin
Analisa perlakuan terbaik dilakukan
alpokat yang dihasilkan. Berdasarkan
berdasarkan hasil analisa dari parameter
hasil analisa perlakuan terbaik
fisik dan kimia. Parameter fisika-kimia
didapatkan nilai hasil (NH) tertinggi
yang dianalisa viskositas, daya oles, dan
adalah perlakuan margarin alpokat
daya leleh masing-masing mempunyai
dengan penambahan gliserin 10% yaitu
bobot parameter 0,7; 0,8 dan 0,9.
0,91 dengan rincian, nilai viskositas
Parameter organoleptik yaitu kesukaan
0,29; daya oles 0,29; daya leleh 0,33,.
terhadap warna, tekstur, rasa dan aroma
Hasil analisa perlakuan terbaik tertera
tidak diperhitungkan karena tidak
pada Tabel 1.
berpengaruh nyata. Pemberian bobot ini
adalah berdasarkan tingkat kepentingan
Tabel 1. Hasil analisa perlakuan terbaik
Perlakuan Viskositas Daya oles Daya leleh Total
P1 - - - -
P2 0,07 0,09 0,16 0,32
P3 0,09 0,23 0,19 0,51
P4 0,20 0,15 0,23 0,58
P5 0,10 0,38 0,30 0,78
P6 0,29 0,29 0,33 0,91
Analisa usaha industri penghasil margarin yaitu sejumlah Rp 43.250.000,-. Dengan
alpokat skala rumah tangga usia guna usaha adalah 5 tahun,
penyusutan aset (menggunakan metode
Asumsi yang mendasari perencanaan
SOYD/Some of year decline) adalah
pabrik margarin alpokat adalah
sebesar Rp 5.772.667,-/tahun. Biaya
beberapa hal sebagai berikut :
penyusutan ini dalam perhitungan
1. Tanah milik pribadi
finansial akan dihitung sebagai biaya
2. Instalasi listrik dan air dihubungkan
tetap bersama komponen biaya yang
dengan rumah induk
lain.
3. Produk dipasarkan sendiri oleh
Perhitungan kebutuhan modal
tenaga pemasar
usaha diasumsikan untuk memenuhi
4. Semua modal diperlakukan seperti
perputaran uang selama usia usaha,
pinjaman di bank dengan bunga
dalam perhitungan ini diasumsikan
12%/tahun
untuk 2 bulan operasi. Jadi modal usaha
5. Kapasitas produksi 90 kg bahan/hari
khususnya diperlukan untuk membeli
dan beroperasi pada kapasitas 100%
bahan baku, bahan penolong, bahan
sejak awal produksi
pengemas dan belanja utilitas serta
6. Produk dikemas dalam plastik 200
bahan lainya yang terkait langsung
gr/sachet
dengan proses produksi. Perhitungan
Perhitungan modal tetap terdiri atas kebutuhan modal kerja usaha produksi
pendirian lokasi usaha pada tingkat margarin, yaitu senilai Rp 41.009.228,-.
rumah tangga, pengadaan peralatan Perhitungan modal awal usaha
usaha dan fasilitas, serta pengadaan keseluruhan (investasi) diperoleh
sarana transportasi usaha. Rincian biaya dengan menjumlahkan modal tetap
investasi yang direncanakan untuk dengan modal tidak tetap. Kebutuhan
memproduksi margarin 280 kg/bulan, biaya investasi total adalah meliputi
53

Wahyu M / Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

modal investasi fasilitas dan modal kerja nilai produksi atau volume produksi
yaitu Rp 43.250.000,- + Rp 33.089.940,- suatu usaha mencapai titik impas, yaitu
= Rp 76.339.940,- dengan bunga bank tidak untung dan tidak rugi.
12%/tahun maka biaya tahunan untuk Berdasarkan perhitungan nilai BEP
modal kerja (bunga bank) adalah Rp diperoleh pada posisi produksi 14.578
6.160.793,- (biasa disebut sebagai biaya unit/tahun. Karena kapasitas operasi >
modal). dari volume terjadinya BEP maka
Usaha pembuatan margarin proyek ini layak dijalankan. Net Present
alpokat ini direncakan berkapasitas 90 Value (NPV) adalah parameter
kg bahan/hari, dan 1 bulan dihitung kelayakan finansial yang
sebagai 25 hari kerja sehingga 1 tahun membandingkan antara pendapatan
adalah 300 hari kerja. Produk usaha – biaya usaha tahunan yang
direncanakan dalam bentuk kemasan dihitung nilai awal proyek usaha (present)
plastik yang berisi sekitar 200 gr bahan, dikurangi dengan total biaya investasi.
sehingga 90 kg bahan akan menjadi 11.2 Proyek usaha bisa diterima untuk
kg margarin. Jadi kapasitas produksi dijalankan jika NPV > 0. Berdasarkan
tahunan adalah 2.250 kg alpokat/bulan perhitungan nilai NPV pada usaha
sama dengan 280 kg margarin/bulan, margarin ini adalah Rp 4.435.371,-.
rendemen terhadap alpokat 12,4%. Karena nilai NPV perhitungan > 0,
Dengan kemasan 200 gr/bungkus maka proyek usaha produksi margarin
berarti = 1.400 bungkus/bulan = alpokat ini bisa layak dijalankan. Kriteria
16.800 sachet/tahun. finansial IRR adalah menggambarkan
Harga pokok produksi dihitung sejauh mana proyek menghasilkan
berdasarkan jumlah biaya tahunan yang tingkat diskonto. Kemudian tingkat
terjadi dibagi dengan jumlah produk diskonto yang dihasilkan dibandingkan
yang dihasilkan yaitu Rp 220.473.099,- dengan bunga bank. Jika diskonto
/16.800 = Rp 13.123,-/bungkus. proyek > bunga bank berarti layak, jika
Margarin hasil produksi rencananya < bunga bank, proyek tidak layak
akan dijual di wilayah Kota Malang, baik dijalankan. Berdasarkan hasil analisa
di pasar tradisional maupun pasar IRR diperoleh tingkat diskonto proyek
modern. Disamping itu juga dijual adalah 16,37%. Karena tingkat diskonto
keliling kepada toko-toko kebutuhan proyek lebih besar dari bunga bank,
harian di wilayah Kota Malang dengan maka usaha ini layak dijalankan.
menggunakan motor. Penjualan dengan
sistem tunai, bisa penjualan langsung, Kesimpulan
maupun melalui pengecer. Dari HPP
Rp 13.123,-/bungkus akan dijual senilai Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Rp 13.911,-/bungkus untuk pembelian pada industri skala rumah tangga,
partai, dan harga eceran adalah Rp penggunaan gliserin dalam margarin
14.250,-/bungkus. Harga ini alpokat, dapat meningkatkan nilai
diperkirakan akan bisa bersaing dengan kesukaan konsumen, sehingga margarin
baik dengan produk-produk tempe yang yang dihasilkan dapat dipasarkan
sudah ada. Target keuntungan yang dengan baik. Penggunaan gliserin ini
hanya sekitar 6% diharapkan agar bisa dibatasi pada konsentrasi 10% untuk
segera untuk penetrasi pasar yang ada. mendapatkan margarin alpokat yang
BEP merupakan alat analisis disukai konsumen dan layak secara fisik
yang digunakan untuk mengetahui batas dan kimia. Secara finansial, usaha ini
54

Wahyu M / Buana Sains Vol 11 No 1: 45-54, 2011

layak untuk diusahakan atau didirikan Rahardjo, S., Suparno, Supartono, W dan
dengan nilai IRR 16,37% dan NPV Rp. Utama, Z. 2002. Pengendalian
4.435.371,-. Pencoklatan Produk Hasil
Restrukturisasi Bubur Buah Tropis
menggunakan Bahan Tambahan
Daftar Pustaka Makanan. AGRITECH, Vol.22, No.3,
Anonymous. 2002. Mengenal Jenis-Jenis pp. 87-94.
Mentega. http://www.republika.co.id Samson, J. A. 1986. Tropical Fruits. 2nd
Anonymous. 2008. Jangan Takut Edition. Longman Scientific
Mengkonsumsi Mentega dan Margarin. &Technical. England.
http://www.depkes.go.id Schmidt, G. R. and Means, W. J. 1986.
Mandigo, R. W. 1986. Structuring of Process for Preparing Algin/Calcium
Muscle Foods. Food Technology, 40: Gel Structured Meat Product. U.S.
85. Patent 4.603.054.
Means, W. J., Clarke, A. D., Sofos, J. N and Trout, G. R., Chen, CM and Dale, S. 1990.
Schmidt, GR. 1987. Binding, Sensory Effect of Calcium Carbonate and
and Storage Properties of Sodium Alginate on the Textural
Algin/Calcium Structured Beef Steaks. Characteristics, Color and Color
J. Food Science, 52: 252-257. Stability of Restuctured Pork Chops. J.
Rahardjo, S. 1996. Gel Kalsium Alginat Food Science, 55: 38-42.
sebagai Bahan Pengikat pada Produk Utama, Z. dan Rahardjo, S. 2006. Formulasi
Daging Ayam. Buletin Teknologi dan untuk Memperbaiki Flavor Bubur Buah
Industri Pangan, 7(3): 41-48. Alpukat Hasil Restrukturisasi. Majalah
Ilmu dan Teknologi Pertanian. Vol
XXVI, No. 2., pp. 88-93.

You might also like