You are on page 1of 8

Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan

Uang Elektronik Terhadap Jumlah Uang Beredar Periode 2009- 2019


Azaria Ahmad Fadillah, Prof. Dr. Munawar, SE.,
DEA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya Email: fadilazaria5@gmail.com

ABSTRACT

Advances in technology have led to changes in the payment system. With this progress, the
payment system which was previously known only by using cash has begun to be replaced by a
non-cash payment instrument. The payment instrument itself is an instrument that can be used for
transactions. In principle, there are four policies in which non-cash payment instruments represent
one of them, namely efficiency. Bank Indonesia as monetary authorities in Indonesia has a task for
organize and maintain smooth and overseeing the payment system, either in cash payment system
and non-cash payment system. With the non-cash payment system, it will affect the demand and
the money supply in the community. This study aims to see how the short and long term effects of
the non-cash payment system on the money supply in Indonesia
In this study, non-cash payment system represented by Through Card and electronic
money. This study use quantitative research methods and using Error Correction Model (ECM)
with time series data. The result showed that both in the long-term and short-term variable
transaction value of ATM+Debit and transaction value of electronic money effect on money
supply (M1) in Indonesia.

Keywords: Non-cash Payment System, Though Card, Electronic Money, Money Supply
(M1), Error Correction Model (ECM).

A. PENDAHULUAN

Peningkatan penggunaan sistem pembayaran non tunai seperti APMK (kartu ATM, kartu
debit, kartu kredit) dan uang elektronik telah berdampak terhadap fungsi permintaan uang dimana
permintaan uang merupakan salah satu faktor penting untuk bank sentral dalam menentukan
kebijakan moneternya. Penggunaan alat pembayaran non tunai ini secara perlahan telah merubah
pola hidup masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi. Hal ini terjadi karena pengguna kartu
pembayaran jenis tersebut telah menjadi alat transaksi alternatif masyarakat selain uang. Bila
ditinjau dari sudut ekonomi makro, apabila ekonomi secara luas menggalakkan penggunaan kartu
pembayaran non tunai maka hal ini akan berpengaruh negatif terhadap permintaan uang
(Yilmazkuday, 2006). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Pramono et al, menunjukkan
bahwa kehadiran alat pembayaran non tunai (kartu ATM dan kredit) berpenaruh positif dalam
jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang tidak ditemukan hubungan antara jumlah uang
beredar (M1). Kemajuan dalam bidang tekonologi telah menyababkan adanya perubahan dalam
sistem pembayaran. Dengan kemajuan ini telah merubah sistem pembayaran yang dahulu hanya
dikenal dengan menggunakan uang tunai peranannya sudah mulai digantikan dengan alat
pembayaran non tunai. Alat pembayaran sendiri adalah instrument yang dapat digunakan untuk
bertransksi. Dalam prinsipnya terdapat empat kebijakan yang dimana alat pembayaran non tunai
mewakili salah satunya yaitu efisiensi..
Kemajuan teknologi dalam sector perbankan, membuat sector perbankan semakin kreatif
dalam memberikan jasa yang terbaik berupa pembayaran menggunakan metode terkini (Santomero
& Seater., 1996)
Pada 2014 Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di resmikan, Gerakan dimaksudkan
untuk mengajak baik merchant dan masyarakat mulai beralih ke pembayaran non tunai,
selanjutnya pada tahun 2016 meresmikan National Payment Gateway (NPG) dimana fungsinya
adalah interkoneksi dan interoperabilitas, dengan menggunakan sistem ini maka biaya transfer
lebih terjangkau. Selanjutnya pada tahun 2019, meresmikan Quick Response Indonesia Standard
(QRIS) untuk mendukung masyarakat dalam menggunakan sistem pembayaran non tunai.
Saat ini persaingan dalam transaksi pembayaran non-tunai tidak hanya diikuti oleh
1
perbankan saja tetapi start-up yang bergerak di bidang financial technology juga telah semakin
inovatif dalam memberikan transaksi pembayaran yang cepat, mudah dan efisien. Saat ini inovasi
dari sistem pembayarn non-tunai telah mengalami kemajuan dengan adanya Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik (UE). Uang Elektronik (UE) adalah produk
stored-value atau perpaid card dimana sejumlah nilai uang disimpan secara elektronis dalam suatu
peralatan elektronis (BIS, 1996) elektronik diklasifikasi menjadi dua yaitu chip based dan server
based.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Teori Penawaran Uang


Pengertian penawaran uang dapat dapat didefenisikan sebagai jumlah uang kartal dan uang
giral yang beredar dalam periode tertentu, dalam kenyataanya uang tidak hanya berbentuk uang kartal
saja tetapi segala sesuatu yang dapat berbentuk menjadi dari uang kartal seperti kartu debit dan uang
elektronik. Hal ini merupakan hasil inovasi dari berkembangnya teknologi di bidang sistem
pembayaran. Perilaku dari permintaan uang di masyarakat memiliki keterkaitan dengan penggunakan
sistem pembayaran yang digunakan. Dalam keseimbangan pasar uang dapat terjadi jika adanya
persamaan permintaan dan penawaran, bank sentral suatu negara merupakan lembaga yang dapat
mengatur penawaran uang.
Teori Penawaran Uang Modern
Bank Indonesia memiliki peranan yang penting dalam terciptanya uang beredar dalam
bentuk uang kartal (uang kertas dan uang logam), dengan penyedia uang inti dan lembang keuangan
lainnya sebagai penyedia uang sekunder. Dalam teorinya pasar uang memilki sub-pasar dimana sub
tersebut adalah sub-pasar uang primer dan sub-pasar uang sekunder, walaupun keduanya memiliki
permintaan dan penawarannya sendiri tetapi keduanya memiliki hubungan, seperti sub-pasar uang
primer dimana sub-pasar ini memiliki hal lebih mendasar dikarenakan uang sekunder (giral) hanya
dapat berkembang dikarenakan adanya uang primer.
Ketika pasar uang sudah pada posisi yang seimbang (equilibrium) maka dapat dikatakan
bahwa baik dari segi permintaan dan penawaran pada sub pasarnya sudah seimbang, sehingga pelaku
puas, selanjutnya bank sentrak menerima uang tunai. Dengan hal ini dapat dikatakan bahwa tambahan
uang inti yang bermula dari pemerintah kembali kepada bank sentral. Melalui mekanisme tersebut
maka jumlah uang kartal yang beredar di masyarakat adalah tetap, tetapi uang giralnya akan
bertambah dan akan berpengaruh terhadap bertambahnya M1 (Boediono, 1985).

Jumlah Uang Beredar


Defenisi Uang beredar adalah uang yang beredar di masyarakat atau dalam arti sempit disebut
dengan M1. Defenisi JUB dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan transaksional dan
pendeketan likuiditas (Manurung dan Prathama, 2004).
1. Pendekatan Transaksional
Dalam pendekatan ini, menekankan pada uang beredar dalam arti sempit (narrow money) atau
M1, yaitu uang kartal dan uang giral
2. Pendekatan likuiditas
Berbeda dengan pendekatan transaksional, pendekatan ini dapat dikatakan untuk menghitung
uang beredar dalama arti luas M2 (broad money). Dimana dasar dari pendekatan ini adalah uan beredar
yang digunakan untuk bertransaksi ditmbah dengan uang kuas. Dimana uang kuasi ini merupakan
simpnan rupiah dan valuta asing yang dimiliki oleh penduduk Indonesia yang pada sementara waktu
tidak memiliki fungsi sebagai alat tukar

Sistem Pembayaran
Sistem ini merupakan perpindahan dana dari berbagai pihak. Dalam melakukan perpindahan
tersebut dapat dilakukan dengan beragam media. Dalam menjalankan fungsinya, hal ini diatur dalam sebuah
peraturan yang dirangkum menjadi Peraturan Bank Indonesia (PBI). Dalam melakukan hal ini mengacu
pada empat prinsip kebijakan sistem pembayaran yaitu efisiensi, kesetaraan akses, keamanan dan
perlindungan. Keamanan merupakan hal yang penting dalam hal ini oleh karena itu segala resiko yang
timbul harus dapat dimitigasi dengan baik. Pada prinsip efisiensi menekankan agar system pembayaran agar
2
dapat dilakukan secara luas, dengan ini biaya yang ditanggung akan lebih terjangkau, selanjutnya
kesetaraan akses dapat diharapkan tidak adanya monopoli pada sisterm pembayaran non tunai di Indonesia.
Pada aspek perlindungan konsumen, menjadi tanggung jawab otoritas moneter dan pemain, sehingga
dengan adanya hal ini konsumen merasakan ketenangan dalam melakukan transaksi

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian
Dalam penilitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana melihat oengaruh dari jangka
pendek dan panjang dari system pembayaran non tunai terhadap Jumlah Uang Beredar (M1).

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat pada penelitian ini berada di Indoensia dengan waktu penelitian dimulai dari
Januari 2009 sampai dengan September 2019

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian


Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel Dependen
Variabel tak bebas atau variabel dependen merupakan variabel yang nilainya diperngaruhi
oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah
jumlah uang beredar (M1) dengan ukuran satuan Rupiah.
2. Variabel Independen
Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang nilainya tidak tergantung
pada variabel lainnya. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah
nilai transaksi kartu ATM+debit, nilai transaksi kartu kredit, dan nilai transaksi uang
elektronik dengan ukuran satuan Rupiah.

Jenis dan Sumber Data


Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh
melalui data yang telah diterbitkan atau dipublikasikan oleh instansi yang bersangkutan (Bank
Indonesia).

Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model
(ECM) dengan melalui uji sebagai berikut:
1. Uji Stasioneritas
Pada uji stasioneritas, metode yang digunakan untuk mengukur keberadaan stasioneritas
adalah dengan uji Philip-Perron (PP). Jika nilai probabilitas < dari alpha (α) maka
dikatakan data telah stasioner.
2. Uji Derajat Integrasi
Setiap data makro ekonomi yang berupa data runtut waktu memiliki sifat Difference
Stationary (DSP) dan bukan Tren Stationary (TSP) sehingga data yang tidak stasioner pada
derajat level tertentu perlu dilakukan integrasi untuk membuat data menjadi stasioner
(Gujarati, 2009).
3. Uji Kointegrasi
Menurut Engle-Granger, uji kointegrasi dilakukan untuk menguji residual yang dihasilkan
stasioner atau tidak stasioner. Pada penelitian ini digunakan uji akar unit Philip-Perron.
4. Uji Error Correction Model
Dalam estimasi ECM terdapat dua macam model yaitu Engle-Granger dan Domowitz El-
Badawi. Pada penelitian ini model ECM yang digunakan adalah Engle-Granger.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah diuji oleh penulis dengan uji stasioneritas, uji
derajat integrasi, uji kointegrasi, dan uji ECM.

Tabel 1: Ringkasan Hasil Uji Statistik


Uji Keterangan
3
Melaui uji Philips-Perron (PP), variabel dependen dan variabel
Stasioneritas
independen tidak stasioner pada derajat level.
Melaui uji Philips-Perron (PP), variabel dependen dan variabel
Derajat integrasi
independen telah stasioner pada derajat first difference.
Melaui uji akar unit Philips Perron, dengan nilai probabilitas < α (α=5%)
Kointegrasi
maka variabel yang diuji memiliki hubungan jangka panjang.
1. Variabel ATM+Debit baik dalam jangka pendek dan jangka panjang
mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap jumlah uang
beredar (M1) pada periode tahun 2009-2019
ECM
2. Variabel kartu kredit baik dalam jangka pendek dan jangka panjang
mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap jumlah uang
beredar (M1) pada periode tahun 2009-2019
3. Variabel uang elektronik baik dalam jangka pendek dan jangka panjang
mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap jumlah uang
beredar (M1) pada periode tahun 2009-2019

Sumber: Data diolah oleh penulis, 2020.

Pengaruh Nilai Transaksi Kartu ATM+Debit terhadap Jumlah Uang Beredar (M1)
Pada hasil uji yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa bahwa nilai transaksi kartu ATM
+Debit dalam jangka pendek berpengaruh secara signifikan, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien
sebesar 0.133230 yang artinya setiap peningkatan sebesar 1% dengan asumsi cateris paribus pada
variable independen lainnya maka maka JUB (M1) akan meningkat sebesar 0.133230%, selanjutnya
dengan nilai probabilitas sebesar 0.0014 > nilai apha (a=1%), maka dapat dikatakan dikatakan
bahwa variable nilai transaksi kartu ATM+debit berpengaruh terhadap JUB (M1), hasilnya yang
sama juga didapatkan pada jangka panjang, dimana nilai koefisien sebesar 0.587928 yang artinya
setiap peningkatan sebesar 1% dengan asumsi cateris paribus pada variable independen lainnya
maka maka JUB (M1) akan meningkat sebesar 0.587928%, selanjutnya dengan nilai probabilitas
sebesar 0.0000 > nilai apha (a=1%), maka dapat dikatakan dikatakan bahwa variable nilai transaksi
kartu ATM+debit berpengaruh terhadap JUB (M1).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menerima hipotesa (H1) yang menduga
nilai dari transaksi ATM+Debit berpengaruh secara signifikan terhadap JUB (M1). Hasil penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan Fatmawati (2018), dimana ber

Pengaruh Nilai Transaksi Kartu Kredit terhadap Jumlah Uang Beredar (M1)
Hasil uji jangka panjang menunjukkan bahwa nilai transaksi kartu kredit berpengaruh
secara signifikan. Artinya bahwa peningkatan nilai transaksi kartu kredit sejalan dengan peningkatan
jumlah uang beredar (M1). Hal ini bisa dilihat dari uji kointegrasi dengan nilai probabilitas 0.0376 <
α (α=5%). Dengan nilai koefisien sebesar 0.009039 yang bertanda positif, ketika nilai transaksi kartu
kredit meningkat 1% dengan asumsi cateris paribus pada variabel independen lainnya, maka jumlah
uang beredar (M1) akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.009039%. Berbagai cara yang telah
dilakukan oleh pemerintah telah membuahkan hasil yang cukup signifikan, hal ini terlihat dari
peningkatan baik dari volume dan nilai transaksi pada kartu kredit, walaupun variabel kartu kredit
memperlihatkan peningkatan terendah dibandingkan variabel lainnya, hal ini dapat dilihat dalam
periodel Januari 2009 sampai dengan September 2019 dari segi nilai transaksi mengalami
peningkatan sebesar 225%. Dalam menjalankan fungsinya sebagai kartu yang dapat digunakan
dengan membayar pelunasan dengan cara sekaligus atau dengan pembayaran angsuran, saat ini tidak
hanya kartu kredit yang dapat melakukan fungsi tersebut, uang elektronik melalui sistem paylater
juga memiliki fungsi yang serupa, hal ini juga mendasari penyebab peningkatan kartu kredit tidak
terlalu signifikan dibandingkan variabel lainnya.
Pada hasil uji yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa bahwa nilai transaksi kartu kartu
kredit dalam jangka pendek tidak berpengaruh secara signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil
jangka pendek dengan nilai koefisien sebesar 0.011443 yang artinya setiap peningkatan sebesar 1%
dengan asumsi cateris paribus pada variable independen lainnya maka maka JUB (M1) akan
meningkat sebesar 0.011443 %, selanjutnya dengan nilai probabilitas sebesar 0.7699 < nilai apha
(a=1%), hasilnya yang sama juga didapatkan pada jangka panjang, dimana nilai koefisien sebesar
0.053983 yang artinya setiap peningkatan sebesar 1% dengan asumsi cateris paribus pada variable
independen lainnya maka maka JUB (M1) akan meningkat sebesar 0.053983%, selanjutnya dengan
nilai probabilitas sebesar 0.3985 > nilai apha (a=1%).
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini menerima hipotesa

4
nol (Ho) yang menduga bahwa nilai transaksi kartu kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap
JUB (M1) baik dari jangka panjang dan jangka pendek. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lintangsari et al (2018) yang menunjukan bahwa transaksi kartu
kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap JUB (M1).

Pengaruh Nilai Transaksi Uang Elektronik terhadap Jumlah Uang Beredar (M1)
Hasil uji dalam jangka panjang menunjukkan bahwa nilai transaksi uang elektronik tidak
berpengaruh secara signifikan. Artinya bahwa peningkatan nilai transaksi uang elektronik tidak
sejalan dengan peningkatan jumlah uang beredar (M1). Hal ini bisa dilihat dari uji kointegrasi
dengan nilai probabilitas 0.2696 > α (α=5%). Dengan nilai koefisien sebesar 0.076037 yang
bertanda positif, ketika nilai transaksi uang elektronik meningkat 1% dengan asumsi cateris paribus
pada variabel independen lainnya, maka jumlah uang beredar akan meningkat secara rata- rata
sebesar 0.076037%. Potensi dari transaksi pembayaran uang elektronik memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap JUB dimana peningkatan terbesar terdapat pada variabel uang elektronik,
dimana baik dari segi volume dan nilai transaksi memiliki hasil yang paling signgikan dibandingkan
dengan variabel lainnya, hal ini dapat dilihat pada tabel diatas, dimana dari tahun 2009 sampai
dengan September 2019 memiliki peningkatan yang sangat signifikan dengan peningkatan pada nilai
transaksi pada Januari 2009 sampai dengan September 2019, terjadi peningkatan sebesar 628%.
Uang elektronik dapat diklasifikasi menjadi bagian dari M1 dikarenakan dalam uang
elektronik terdapat istilah float atau dapat diartikan dana yang dimiliki oleh nasabah yang disimpan
pada issuer dan tercatat dalam rekening uang elektronik, dimana dana ini belum digunakan atau
sudah digunakan untuk pembayaran namun belum ditagihkan kepada merchant. Dengan
pertimbangan uang elektronik memiliki karateriksik dimana memiliki dana float atau mengendap
yang dimana dapat digunakan setiap saat sebagai alat pembayaran. Dalam Monetary and Financial
Statistics (MFSM) 2000, paragraph 128, yang secara implisit menunjukan bahwa uang elektronik
dapat dikategorikan menjadi JUB (M1) sebagai transferable deposits. “Transferable deposits
comprise all deposits that are (1) exchangeable on demand at par and without penalty or restriction
and (2) directly usable for making payments by check, draft, giro order, direct debit/card, or other
direct payment facility”. Dimana berdasarkan hal tersebut, rumus dalam statistik uang beredar yang
berkaitan dengan uang elektronik menjadi:
M1 = COB + D + Float
Dengan ini uang elektronik dapat dikategorikan menjadi M1 dan berpengaruh terhadap JUB (M1)
(Hidayati, Siti,dkk, 2006).

Pada hasil uji yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa bahwa nilai uang elektronik
dalam jangka pendek berpengaruh secara signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil dengan nilai
koefisien sebesar 0.041600 yang artinya setiap peningkatan sebesar 1% dengan asumsi cateris
paribus pada variable independen lainnya maka maka JUB (M1) akan meningkat sebesar 0.041600
%, selanjutnya dengan nilai probabilitas sebesar 0.0006 > nilai apha (a=1%), maka dapat dikatakan
dikatakan bahwa variable nilai transaksi uang elektronik berpengaruh terhadap JUB (M1), hasilnya
yang sama juga didapatkan pada jangka panjang, dimana nilai koefisien sebesar 0.043329 yang
artinya setiap peningkatan sebesar 1% dengan asumsi cateris paribus pada variable independen
lainnya maka maka JUB (M1) akan meningkat sebesar 0.043329%, selanjutnya dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0000 < nilai apha (a=1%), maka dapat dikatakan dikatakan bahwa variable
nilai transaksi uang elektronik berpengaruh terhadap JUB (M1).
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan variable nilai transaksi uang elektronik
memiliki pengaruh signifikan, oleh karena itu dalam penelitian ini menerima hipotesa satu (H1)
yang menduga bahwa nilai transaksi uang elektronik berpengaruh terhadap JUB (M1) baik dari
jangka panjang dan jangka pendek. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fauzie dan Istanto (2014) yang menyatakan bahwa uang elektronik berpengaruh
terhadap JUB dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Implikasi Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh dari penggunaan system
pembayaran non tunai terhadap JUB (M1) di Indonesia. Dalam meningkatkan upaya penggunaan
pembayaran non tunai di Indonesia, Bank Indonesia telah merancang berbagai upaya seperti Toward
a Less Cash Society (LCS) dan pada tahun 2014 mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT), kemudian pada tahun 2019 meresmikan Quick Response Indonesia Standard (QRIS).
Dengan adanya sistem ini akan meningkatkan efisiensi transaksi dan mempercepat inklusi keuangan,
5
hal ini membuat semakin mudahnya dalam bertransaksi. Tujuan dari gerakan QRIS sendiri salah
satu implementasi Visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025, sedangkan tujuan dari gerakan
LCS dan GNNT ini adalah untuk mendukung masyarakat dalam menggunakan system pembayaran
non tunai.
Hasil uji yang telah dilakukan menunjukan hasil bahwa dalam jangka pendek dan jangka
panjang hanya variable nilai transaksi ATM+Debit yang memiliki pengaruh terhadap JUB (M1).
Menurut Mishkin, system pembayaran memiliki tujuan terhadao bagaimana uang akan didefisinikan
dimasa yang akan dating, artinya kehadiran kartu ATM+Debit, kartu kredit dan uang elekronik bisa
menjadi alternative bagi masyarakat untuk melakukan transaksi menggunakan uang.
Dalam berkembangnya system pembayran non tunai, telah menyebabkan pergesaran fungsi
dari tabungan simpanan yang tidak dapat ditarik sewaktu-waktu menjadi dapat ditarik setiap saat,
hal ini dipresentasikan dengan hadirnya kartu ATM+Debit. Dalam degree of moneyness dari jenis
tabungan diatas, untuk itu perlu dilakukan klasifikasi tabungan yang menggunakan ATM+Debit
yang menjadi bagian dari narrow money (M1) ke dalam uang giral bukan lagi M2 (Pramono &
Yanuarti, 2006). Dikarenakan resionalisasi tersebut, dengan adanya peningkatan nilai transaksi kartu
ATM+Debit seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, maka jumlaj uang beredar (M1) juga
mengalami peningkatan apabila dilihat baik dari kondisi jangka pendek dan jangka panjang.
Pengaruh dari system pembayaran non tunai terhadap JUB (M1) dapat dilihat pada teori
perlipatan uang atau money multiplier, dimana merupakan proses penyesuaian antara permintaan
dan penawaran untuk mencapai keseimbangan pada uang kartal dan uang giral. Dalam
pelaksanaannya terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi nilai dari perlipatan uang, yaitu
keuntungan yang dihasilkan dari memegang uang dalam bentuk kartal dibanginkan keuntungan dari
memegang uang dalam bentuk giro di bank, kedia, tingkat pengahasilan yang diterima oleh
masyarakat dan yang ketiga adalah ketersediaan fasilitas perbankan. Berdasarkan ketiga factor
tersebut dapat dilihat nilai dari rasio c dan r, dimana apabila semakin kecil keua rasio tersbut maka
semakin besar nilai koefisien perlipatan uang, tetapi dalam prakteknya, semakin luas system
pembayaran non tunai yang digunakan masyarakat seperti APMK dan uang elektronik maka dapat
menurunkan nilai koefisien c dari perlipatan uang dan berdampak pada semakin mingkatnya JUB
(M1).

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang
dari penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang elekronik terhadap
JUB (JUB) (M1) selama periode penelitian yaitu dari Januari 2009 sampai dengan September
2019, dimana variable independen yang digunakan adalah kartu ATM+Debit, kartu kredit, uang
elektronik dan JUB (M1) sebagai variabel dependen. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis model koreksi kesalahan atau Error Correction
Model (ECM) dikarenan data yang digunakan tidak lolos uji stasioner pada tingkat level maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel ATM+Debit baik dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai hubungan positif
dan signifikan terhadap jumlah uang beredar (M1) pada periode tahun 2009-2019
2. Variabel kartu kredit baik dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai hubungan positif
dan tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar (M1) pada periode tahun 2009-2019
3. Variabel uang elektronik baik dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai hubungan
positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar (M1) pada periode tahun 2009-2019

Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang sudah dijelaskan, berikut beberapa saran untuk pihak-
pihak terkait:
1. Bagi Pihak Bank Indonesia, melalui penelitian ini penulis berharap agar penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk mengkaji sistem pembayaran non tunai khususnya APMK dan
uang elektronik mengingat hal ini merupakan tugas Bank Indonesia selaku otoritas moneter
untuk mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran.
2. Bagi penelitan selanjutnya, peneliti berharap agar menambahkan rentang waktu penelitian
agar diperoleh hasil yang lebih baik dan akurat.

6
DAFTAR PUSTAKA

Amromin, Gene and Sujit Chakravorti. 2007. Debit Card and Cash-Usage: A Cross- Country
Analysis. Federal Reserve Bank of Chicago Working Paper, No. WP 2007-04. Diakses 24
September 2016.

Bank for International Settlements. 2003. Payment and Settlement Systems in Selected Countries,
Committee on Payment and Settlement Systems Publications No.53. www.bis.org.Diakses
29 September 2016.

Bank Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik
(Electronic Money). www.bi.go.id. Diakses 29 September 2016.

___________¬¬¬_. 2011. Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. www.bi.go.id. Diakses


25 September 2016.

____________. 2014. Laporan Perekonomian Indonesia 2014. www.bi.go.id. Diakses 20 Oktober


2016.

Berentsen, Aleksander, (1998). “Monetary Implication of Digital Money”, International Review of


Social Science (Kyklos), Vol 51, 1:89-117, Bern

Boediono, 1985. Ekonomi Moneter, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE

________, 1985. Ekonomi Moneter, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE

Columba, Francesco. 2009. Narrow Money and Transaction Technology: New Disaggregated
Evidence. Journal of Economics and Business. Vol 61, Issue 4. Page 312-325 Diakses 29
September 2016.

Dias, J., M.J. Silva., dan M.H.A. Dias. 1999. The Demand for Digital Money and Its Impact on
Economi. Brazilian Electronic Journal of Economics, Vol. 2 No.2. Diakses 23 September
2016.

Freedman, C., (2000). “Monetary Policy Implementation: Past, Present, and Future-Will Electronic
Money Lead to the Evantual Demise of Central Banking? “international Finance 2:3

Gujarati, Damodar N. 2009. Dasar-Dasar Ekonometrika, Terjemahan Mardanugraha, Buku 1, Edisi


5. Jakarta: Salemba Empat.

Humprey, DavidB., Lawrence B.Pulley, and Jukka M.Vesala, (1996). “Cash, Paper, and Electronic
Payments : A Cross-Country Analysis.”Journal of Money, Credit, and Banking,
November, 28(4-2): 914-939

Laporan, Penelitian Bank Indonesia, (2006).”Persepsi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat dan
Lembaga Penyedia Jasa terhadap Sistem Pembayaran Non-Tunai.

Mankiw, N. Gregory. 2007. Macroeconomics, sixth edition., New York: Worth Publishers

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. 2004, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter,
Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
7
Pramono Bambang, TriYanuarti, Pipih D. Purusitawati, Yosefin Tyas Emmy, (2006). “Dampak
Pembayaran Non Tunai Terhadap Perekonomian dan Kebijakan Moneter. Working paper
Bank Indonesia, No WP/11/2006, September.

Santomero, Anthony M. and John J. Seater. 1996. Alternative Monies and the Demand for Media
of Exchange. Journal of Money, Credit, and Banking. Vol. 28, No.4, 942-964. Diakses 28
September 2016.

Stix, Helmut. 2004pr.. How Do Debit Cards Affect Cash Demand? Surver Data Evidence.
Oesterreichische Nationalbank Working Papers No. 82 Diakses 26 September 2016.

Subari, Sri Mulyati Tri dan Ascarya. 2004. Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia. Seri
Kebansentralan No.8. Bank Indonesia. Diakses 28 September 2016.

Syarifudin, Ferry, Ahmad Hidayat, dan Tarsidin, (2009).”Dampak Peningkatan Pembayaran Non-
Tunai Terhadap Perekonomian dan Implikasinya Terhadap Pengendalian Moneter, Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, April.

You might also like