You are on page 1of 20

Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356

Vol. 9, No.1 2019 Hal. 87-100

Jurnal Akuntansi DOI: https://doi.org/10.33369/j.akuntansi.9.2.111-130


Vol. 9, No.2 2019 Hal: 111-130

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI


AUDIT TERHADAP KINERJA PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA

THE EFFECTS OF THE CHARACTERISTICS OF LOCAL


GOVERNMENTS AND AUDIT OPINIONS ON THE PERFORMANCE OF
PROVINCIAL GOVERNMENTS IN INDONESIA

Mega Andani1), Sarwani2), Novita Weningtyas Respati3)


Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

This research is related to the performance of provincial governments in Indonesia. This research aims to examine
and analyze the influence of local government characteristics and audit opinions on the performance of provincial
governments in Indonesia. The characteristics of the local government are proxied by the size of the regional
government, regional prosperity, and capital expenditure. The performance of the provincial governments was
obtained by usingscore indicator for Local Government Performance Evaluation (EKPPD). The population of this
research was 34 provincial governments in Indonesia from 2010-2016. The purposive sampling was used in this
researchto obtain a sample of 30 provincial governments in Indonesia. The data was analyzed by using SPSS 23
program through multiple linear regression analysis. The results of this research indicated that the size of the
local government and audit opinion had positive effects on the performance of the provincial governments,
whereas regional prosperity and capital expenditure did not affect the performance of the provincial governments.

Keywords: Size of Local Government, Regional Prosperity, Capital Expenditure, Audit Opinion, and Performance
of Provincial Governments

ABSTRAK

Penelitian ini terkait dengan masalah kinerja pemerintah provinsi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji dan menganalisis pengaruh karakteristik pemerintah daerah dan opini audit terhadap kinerja pemerintah
provinsi di Indonesia. Karakteristik pemerintah daerah diproksi dengan ukuran pemerintah daerah, kemakmuran
daerah, belanja modal. Kinerja pemerintah provinsi menggunakan indikator skor untuk Evaluasi Kinerja
Pemerintah Daerah (EKPPD). Populasi penelitian ini berjumlah 34 pemerintah provinsi di Indonesia dari 2010-
2016. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan total sampel 30 pemerintah provinsi
di Indonesia. Pengujian data menggunakan program SPSS 23 dengan analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah dan opini audit memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja pemerintah provinsi, sedangkan kemakmuran daerah dan belanja modal tidak mempengaruhi kinerja
pemerintah provinsi.

Kata kunci: Ukuran Pemerintah Daerah, Kemakmuran Daerah, Belanja Modal, Opini Audit, dan Kinerja
Pemerintah Provinsi

Corresponding author: Mega Andani


Email addresses for author: megaandani78@yahoo.com,sarwanifekon123@gmail.com,novifeunlam@yahoo.com
First submission received: 31 Mei 2019
Revised submission received: 08 Agustus 2019
Accepted: 29 Agustus 2019

111
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang No.23 Tahun (2014) “Penyelenggaraan untuk urusan


pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah, menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas - luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu pemerintahan daerah.” Pemerintah daerah
mendapat amanat dari rakyat untuk penyelenggaraan pemerintahan. Administrasi dari
penyelenggaraan pemerintah daerah akan terkait dengan berbagai instansi dapat mencetuskan
gejolak yang dapat menyebabkan ketidakpuasan, hal tersebut dikarenakan kesadaran
masyarakat yang meningkat terkait penyelengaraan pemerintah daerah. Pertanggungjawaban
atas amanat yang telah diberikan kepada pemerintah daerah, akan menimbulkan tuntutan yang
semakin tinggi. Kinerja pemerintah daerah akan menjadi sorotan karena masyarakat menilai
manfaat yang diperoleh atas penyelenggaraan di pemerintah daerah (Mardiasmo, 2016, p. 26).
Kinerja pemerintah provinsi penilaiannya berdasarkan hasil skor Evaluasi Kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah (EKPPD), implementasinya diatur sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun (2008) “Berupa interpretasi tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (PEPPD), Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD) sebagai sumber pemberian nilai EKPPD.” Berdasarkan PP No.
3 Tahun (2007) “LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1
(satu) tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang
disampaikan oleh kepala daerah kepada Pemerintah Pusat.” Melalui Keputusan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia berkenaan dengan pemeringkatan dan status kinerja
penyelenggaraan pemerintahan dan daerah terhadap LPPD, maka dapat diketahui hasil skor
EKPPD, sebagai penilaian government performance provinsi di Indonesia. Hasil dari skor
EKPPD Pemerintah Provinsi dibandingkan dengan pemerintah provinsi lainnya. Pemerintah
provinsi yang berkinerja tinggi tiga tahun berturut-turut mendapatkan penghargaan dari
Kementerian terkait (Kemendagri RI, 2018). Tahun 2016 penilaian kinerja Pemerintah Provinsi
yang mendapatkan nilai sangat tinggi berturut-turut dalam waktu 3 tahun yaitu Pemerintah
Daerah Jawa Timur. Penghargaan tersebut diberikan saat hari Otonomi Daerah (OTDA) Tahun
2016.
Berdasarkan pengamatan penilaian EKPPD dari tahun 2010 sampai tahun 2016, kinerja
pemerintah provinsi yang diwakili dari setiap pulau di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.1
sebagai berikut:

4.0000
DKI Jakarta
3.0000
Sulawesi Barat
2.0000
Papua
1.0000 Aceh

0.0000 Kalimantan selatan


2010201120122013201420152016

Gambar 1.1 Grafik Penilaian EKPPD


Sumber: Diolah Penulis (2018)

Berdasarkan data melalui Keputusan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia pada
tahun 2010 - 2016 penilaian EKPPD, kinerja Pemerintah provinsi Aceh, DKI Jakarta, Sulawesi
112
Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356
Vol. 9, No.2, 2019 Hal. 111-130

Barat, dan Papua yang mengalami penilaian EKPPD yang fluktuatif dari tahun 2010 – 2016,
sedangkan provinsi Kalimantan selatan penilaian EKPPD mengalami kenaikan yang terlihat
pada gambar 1. Penentuan dalam penilaian kinerja pemerintah provinsi yang diproksikan
dengan EKPPD, karena menurut teori kontinjensi struktural dapat menjelaskan struktur
organisasi yang baik, seharusnya merespon beberapa variabel (contingencies) yang dapat
memengaruhi kebutuhan organisasi dan bagaimana organisasi itu berjalan (Gudono, 2017, p.
73). Berdasarkan teori kontinjensi bahwa yang mempengaruhi kinerja dapat melalui struktur
organisasi, penggunaan teknologi dan pengelolaan lingkungan yang maksimal, maka
berdampak pada penilaian kinerja pemerintah provinsi yang akan mengalami kenaikan skor
EKPPD setiap tahunnya.
Menurut Suryaningsih & Sisdyani (2016) “Karakteristik pemerintah daerah ialah
identitas yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah yang terdapat perbedaan dengan daerah
lainnya.” Menurut Kusuma & Handayani (2017) elemen yang terdapat dalam LKPD dapat
menggambarkan karakteristik pemerintah daerah, sehingga karakteristik pemerintah daerah
diproksikan dengan variabel yaitu ukuran pemerintah daerah, kemakmuran daerah, dan belanja
modal”. “Ukuran pemerintah daerah menurut Noviyanti & Kiswanto (2016) yaitu besar atau
kecilnya objek dari pemerintah daerah. Ukuran biasanya digunakan pada sektor privat sebagai
bagian dari karakteristik.”
Indikator yang digunakan untuk ukuran pemerintah daerah yaitu total pendapatan asli
daerah (PAD), karena besar kecilnya suatu pemerintah dapat dinilai dari total PAD. Besarnya
nilai total PAD, maka pemerintah dapat terlaksana melalui program pelayanan dan kegiatan
yang banyak sehingga kinerja pemerintah provinsi menjadi baik yang diproksikan dari skor
EKPPD. Research dari Masdiantini & Erawati (2016) dan Kusumawardani (2012)
mengungkapkan bahwa ukuran pemerintah daerah adanya effect terhadap kinerja keuangan.”
Research menurut Rustiyaningsih & Immanuela (2014) menunjukkan bahwa ukuran
pemerintah daerah not effect terhadap kinerja pemerintah daerah.”
Variabel lain dalam memproksikan karakteristik pemerintah daerah adalah
Kemakmuran daerah. Kemakmuran daerah disetiap provinsi berbeda, sehingga dapat
diaplikasikan untuk proksi karakteristik pemerintah daerah. Menurut Kusuma & Handayani
(2017) “Kemakmuran daerah adalah kemampuan dalam mencukupi kebutuhan daerah.”
Menurut (Manik, 2013) “Indikator kemakmuran daerah yaitu laju pertumbuhan PAD.” Laju
pertumbuhan PAD dapat menilai kemampuan pemerintah daerah untuk mempertahankan
maupun meningkatkan keberhasilan dalam memperoleh PAD disetiap tahun (Suryaningsih &
Sisdyani, 2016). Laju Pertumbuhan PAD yang tinggi, maka skor EKPPD akan meningkat.
Masdiantini & Erawati (2016), Kusumawardani (2012), Suryaningsih & Sisdyani (2016)
“Meneliti tentang pengaruh kemakmuran terhadap kinerja Pemerintah, membuktikan bahwa
kemakmuran not effect terhadap kinerja keuangan pemerintah di Indonesia.”
Variabel lainnya yang digunakan untuk karakteristik pemerintah daerah adalah belanja
modal. Setiap provinsi jumlah belanja modal berbeda, sehingga dapat dikategorikan bagian dari
karakteristik pemerintah daerah. Menurut Halim (2014, p. 235) “Belanja modal merupakan
salah satu dari kelompok belanja daerah yang berdasarkan jenisnya, sangat penting dalam
memegang peranan terhadap pertumbuhan ekonomi disuatu daerah, hal tersebut dikarenakan
banyak melakukan kegiatan belanja modal, diasumsikan akan membawa multiplier effect bagi
perekonomian suatu masyarakat melalui pembangunan jalan, jembatan, pabrik dan
sebagainya.” Menurut Andirfa, Basri, & Majid (2016) “Indikator belanja modal yang digunakan
Ln realisasi total belanja modal.” Pemerintah provinsi menggunakan belanja modal untuk
pengeluaran rutin. Belanja modal yang tinggi di pemerintahan provinsi dapat tercermin dari
meningkatnya infrastruktur (Sudarsana & Rahardjo, 2013), sehingga kinerja pemerintah
provinsi meningkat. “The result Suryaningsih & Sisdyani (2016) “Menunjukkan belanja modal
not effect terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, sedangkan research Menurut Andirfa,

113
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

Basri, & Majid (2016) mengungkapkan variabel belanja modal berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan.”
Variabel lainnya yang digunakan adalah opini audit, opini audit menurut UU no. 15
Tahun 2004 adalah “Pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.” “Research Masdiantini &
Erawati (2016) penggunaan opini audit indikatornya opini wajar tanpa pengecualian (WTP) =
5, Wajar tanpa Pengecualian dengan paragraf penjelas (WTP-DPP) = 4, Wajar dengan
pengecualian (WDP) = 3, tidak wajar (TW) = 2, Tidak memberikan pendapat (TMP) = 1.”
Suryaningsih & Sisdyani (2016), Masdiantini & Erawati (2016) menunjukkan bahwa variabel
opini audit terdapat adanya pengaruh terhadap kinerja keuangan. Menurut Sutopo, Wulandari,
Wulandari, Adiati, & Saputra (2017), menunjukkan bahwa variabel Audit Opinion berpengaruh
positif terhadap Performance of Local Government Administration in Indonesia.
Tidak konsistennya hasil research sebelumnya, maka penelitian dari Suryaningsih &
Sisdyani (2016) dilakukan kembali, dengan menggunakan variabel independen yaitu ukuran
Pemerintah Daerah, belanja modal, kemakmuran Daerah, dan opini audit, variabel dependen
yaitu kinerja Pemerintah Provinsi yang proksinya yaitu skor (EKPPD), karena penilaian kinerja
Pemerintah Provinsi terlihat secara keseluruhan. Status daerah pada variabel independen tidak
diikutsertakan karena tahun 2010-2016 menggunakan objek penelitian yaitu Pemerintah
Provinsi di Indonesia.
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: karakteristik Pemerintah Daerah
yang diproksikan dengan variabel ukuran Pemerintah Daerah, kemakmuran Daerah, Belanja
modal apakah memiliki pengaruh terhadap kinerja Pemerintah Provinsi di Indonesia?, dan opini
audit apakah memiliki pengaruh terhadap kinerja Pemerintah Provinsi di Indonesia? Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: membuktikan, menguji dan menganalis
lebih jauh pengaruh karakteristik Pemerintah Daerah yang diproksikan dengan variabel ukuran
Pemerintah Daerah, kemakmuran Daerah, belanja modal terhadap kinerja Pemerintah Provinsi
di Indonesia; membuktikan, menguji dan menganalis lebih jauh pengaruh opini audit terhadap
kinerja Pemerintah Provinsi di Indonesia.

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

Teori Kontinjensi Struktural


Menurut Gudono (2017, p. 73) Pendekatan teori kontinjensi struktural manajemen
menghendaki agar kinerja organisasi menghasilkan optimal, pada teori kontinjensi dapat
berdampak dalam memberikan perhatian terkait sifat lingkungan pada struktur dan strategi
organisasi. Kebutuhan organisasi dan bagaimana organisasi itu dalam menjalankan struktur
organisasi yang baik, seharusnya merespon sejumlah variabel (contingencies). Teori kontijensi
memperlihatkan ada tiga hal yang penting dalam organisasi, yaitu ukuran organisasi,
penggunaan teknologi, dan penggunaan lingkungan operasi. Keberhasilan pengelolaan
organisasi (efektivitas) tidak hanya terpaut pada cara dan tujuan dalam pengelolaan, tetapi juga
oleh kondisi lingkungan yang sama sekali diluar kendali. Lingkungan bahkan tidak sekedar
memengaruhi kinerja proses penendalian yang dijalankan bahkan juga menentukan jenis
pengendalian apakah yang akan digunakan.

Kinerja Pemerintah
Menurut Mahsun (2016, p. 25) “Kinerja merupakan gambaran strategik manajemen
yang tertuang pada pencapaian dari tingkat suatu kegiatan/program/kebijakan untuk
mewujudkan sasaran, aims, mission, dan organizational vision yang termuat pada strategic
planning dalam suatu organisasi.” Penyelenggaraan administrasi publik akan berdampak
114
Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356
Vol. 9, No.2, 2019 Hal. 111-130

mencetuskan gejolak yang berakar ketidakpuasan, karena meningkatnya kesadaran masyarakat.


Penyelenggara atas amanat dari rakyat menjadikan kondisi untuk mendorong peningkatan
terhadap suatu pengukuran kinerja.
Hasil kinerja diukur dengan melihat seberapa maksimalnya dalam suatu periode
dibandingkan sesuai dengan perencanaan. Jika harapan atau standar untuk kinerja yang telah
ditetapkan, maka output adalah tempat yang mudah untuk mencari ketepatan seberapa dekat
dengan rencana dan tingkat ukuran kinerja. Harapan biasanya dijelaskan lebih rinci dan
berkualitas sehingga disebut standar kinerja (Knowlton & Philips, 2013, p. 81). Penyesuaian
untuk kinerja yang lebih baik, seharusnya memerlukan kuantitas dan kualitas latihan tertentu.
Pengetahuan pegawai pemerintah cukup tepat sehingga standar kinerja dapat ditentukan, karena
telah berjalan sesuai perencanaan dan dievaluasi, sehingga standar dapat membantu dalam
mengejar pencapaian hasil (Knowlton & Philips, 2013, p. 81), namun pengukuran kinerja pada
pemerintahan juga menurut Jones & Pandlebury (2010, p. 27) terdapat tantangan yaitu enam
tantangan serius yang dihadapi pengukuran kinerja yang menentukan pada kasus pemerintah
seperti pengukuran biaya, keandalan pengukuran keluaran, hubungan kausal input dan output,
sempitnya ukuran output, kelengkapan versus ringkasan di pengungkapan laporan keuangan
dan pengendalian kinerja.
Pengukuran kinerja internal maupun eksternal penting dalam organisasi di public sector,
untuk memastikannya pengukuran yang digunakan sebagai pencapaian kinerja dalam
pemahaman para pelaksana, membuktikan tentang perencanaan kinerja yang telah diatur sudah
terlaksana, perbaikan kinerja dengan adanya pengawasan dan penilaian dalam pelaksaan
dilakukan dengan dibandingkan rencana kerja, menilai pelaksanaan yang telah sesuai dengan
sistem pengukuran kinerja, yaitu dengan pemberian reward dan punishment. Sistem tersebut
dijadikan alat komunikasi agar lower dan top management dapat memperbaiki kinerja,
mengidentifikasi apakah sudah terpenuhi kepuasan pelanggan, proses kegiatan yang dapat
menunjang instansi pemerintah dalam pengambilan ketetapan yang objektif dapat dipastikan,
perlu dilakukan untuk menunjukkan peningkatan, dan dapat diketahuinya adanya
permasalahan.

Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun (2006) “EKPPD yaitu suatu proses dari
pengumpulan dan analisis data secara sistematis, terhadap kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah dalam menggunakan sistem pengukuran kinerja, yang sumber informasi
utamanya adalah LPPD dan informasi pelengkap lainnya seperti laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD, informasi keuangan daerah dan laporan kinerja instansi Pemda. Evaluasi
ini telah terabsah mulai tahun 2009.” Strategi utama yang dilakukan Evaluasi Kinerja
penyelenggara pemerintah daerah, salah satunya dengan proses pencapaian tujuan
decentralization dan otonomi daerah dalam menjalankan monitoring, evaluation secara terarah
dan comprehensive, sebagai penilaian kemajuan dan tingkat keefektifan penyelenggaraan
Pemerintah daerah, memanfaatkan tentang adanya hak yang didapatkan daerah, dari pencapaian
output dan outcome yang sesuai dengan planning, membandingkan tingkat capaian kerja antar
satu daerah dengan daerah lainnya pada wilayah provinsi dan nasional, feedback dan
menganjurkan bagi daerah untuk memotivasi dalam peningkatan kinerja penyelenggaraan
pemerintah daerah, LPPD sebagai dasar penyerahan penganugerahan kepada pemerintah
daerah, yang dinilai berdasarkan kinerja tertinggi dari hasil EKPPD, sebagai dasar pemerintah
melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan kapasitas daerah, untuk mengetahui
implementasi dalam berprinsip otonomi daerah sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan.

115
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

Menurut Undang-Undang No. 23 (2014) tentang ketetapan Pemerintah Daerah,


informasi dari penilaian EKPPD terhadap LPPD, merupakan tahapan strategis Pemerintah Pusat
untuk penilaian dari keberhasilan daerah dalam terkait penerapan otonomi daerah, sekaligus
tentang bahan untuk kebijakan maupun kajian dalam meningkatkan qualification
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Indeks untuk pemeringkatan EKPPD Kabupaten dan
Kota se wilayah Provinsi dan Nasional, dilakukan dengan beberapa range untuk Pemerintah
Provinsi secara Nasional yang terdiri dari 4 kategori prestasi. Range kategori prestasi tesebut
terlihat dari tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 1. Range kategori prestasi
No Skor Keterangan Status
1 > 3,00 - 4,00 Sangat Tinggi
2 >2,00 - 3,00 Tinggi
3 >1,00 - 2,00 Sedang
4 00 - 1,00 Rendah
Sumber: diadopsi dari Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 73 Tahun (2009)

Karakteristik Pemerintah daerah


Karakteristik pemerintah merupakan pemerintahan daerah yang ada memiliki ciri–ciri
khusus, menandai bahwa sebuah daerah dan memiliki perbedaan dengan daerah lainnya
(Kusuma & Handayani, 2017). Perbedaan dari setiap daerah tersebut diduga dapat memberikan
pengaruh terkait government performance provinsi di Indonesia. “Karakteristik pemerintah
daerah terdiri dari ukuran pemerintah daerah, kemakmuran, Tingkat ketergantungan pada
pemerintah pusat, leverage, belanja daerah yang digunakan oleh Kusuma & Handayani (2017),
terdiri dari belanja modal daerah yang digunakan oleh Suryaningsih & Sisdyani (2016), terdiri
dari ukuran legislatif menurut (Noviyanti & Kiswanto, 2016).”

Ukuran Pemerintah daerah


Menurut Renas & Muid (2014) “Ukuran pemerintah daerah yang besar dalam
pemerintah akan memberikan kemudahan dalam kegiatan operasional yang kemudian akan
mempermudah dalam memberi pelayanan masyarakat yang akseptabel.” Ukuran pemerintah
daerah yang besar dapat berkontributif untuk kegiatan operasional pemerintahan daerah yang
diikuti dengan peningkatan performance keuangan pemerintah daerah (Kusumawardani, 2012).
Indikator variabel ukuran pemerintah yang digunakan Kusumawardani (2012), Rustiyaningsih
& Immanuela (2014) menggunakan total aset pemda, sedangkan Renas & Muid, (2014)
menggunakan Ln total pendapatan, karena berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah merupakan total pendapatan.

Kemakmuran daerah
Menurut Masdiantini & Erawati (2016) “Kemakmuran adalah kemampuan dalam
mencukupi kebutuhan.” Kemakmuran dalam suatu negara pengukurannya dengan berbagai
macam, sehingga tidak selalu sama karena setiap orang akan memiliki pendapat hidup yang
berbeda, dan tolak ukur dari menilai dari kesejahteraan juga akan berbeda. Menurut Masdiantini
& Erawati (2016) “Kemakmuran pemerintah provinsi indikatornya nilai laju pertumbuhan
pendapatan asli daerah. Laju pertumbuhan pendapatan asli daerah akan menunjukkan seberapa
besar kapabelnya pemerintah daerah dalam mempertahankan, maupun dalam meningkatkan
keberhasilan disetiap periode pemungutan PAD, sehingga pemerintah dapat dikatakan
makmur.”

116
Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356
Vol. 9, No.2, 2019 Hal. 111-130

Belanja Modal
Menurut Permendagri nomor 13 Tahun (2006) “Belanja modal digunakan untuk
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset
tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.” Menurut Halim
(2014, p. 235) “Belanja modal merupakan salah satu kelompok belanja daerah berdasarkan
jenisnya, memegang peranan sangat penting terhadap economic growth disuatu daerah, karena
kegiatan belanja modal diasumsikan dapat membawa multiplier effect untuk perekonomian
suatu masyarakat dengan cara pembangunan jalan, jembatan, pabrik dan sebagainya.”

Opini Audit
Pernyataan profesional pemeriksa yang mengenai tentang kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam financial statements yang didasarkan pada empat kriteria yaitu
adanya kesesuaian dengan government accounting standards, adequate disclosures, kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas internal control system yang disebut
dengan opini (Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah pemerintah kabupaten banjar).
Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2017) “Opini audit terdiri dari opini wajar
tanpa pengecualian (Unqualified Opinion), opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penekanan sesuatu hal (Unqualified opinion with explanatory language), opini wajar dengan
pengecualian (Qualified opinion), opini tidak wajar (Adverse opinion), opini tidak menyatakan
pendapat (Disclamer opinion).”

HIPOTESIS

Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Provinsi di


Indonesia
Menurut Kristanto (2009) “Ukuran pemerintah daerah yaitu besar atau kecilnya
pemerintah daerah. Besar kecilnya pemerintah daerah berdasarkan total pendapatan yang
diperoleh daerah selama satu tahun.” Pemerintah provinsi mendapatkan total pendapatan yang
bersumber dari PAD, Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah, semakin
banyaknya pendapatan yang diperoleh, maka menggambarkan bahwa semakin produktifnya
kinerja pemerintah daerah. Ukuran pemerintah daerah yang besar maka pemerintah daerah akan
memberikan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan maupun program-program pemerintah
untuk memberikan pelayanan masyarakat yang memadai, dengan meningkatkan sarana dan
prasarana, sehingga government performance provinsi di Indonesia menjadi baik. Semakin
besar ukuran pemerintah dilihat dari besarnya pendapatan asli daerah, menunjukkan
produktifnya kinerja pemerintah daerah, sehingga memberikan pelayanan dan kegiatan terlaksa
dengan baik, sehingga akan berdampak dalam meningkatkan government performance.
Menurut Masdiantini & Erawati (2016) ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan, Rustiyaningsih & Immanuela (2014) ukuran pemerintah daerah not effect terhadap
kinerja pemerintah daerah, dan Menurut Renas & Muid (2014) ukuran pemerintah daerah
negative effect terhadap kinerja pemerintah daerah. Berdasarkan penjabaran diatas, maka
hipotesis penelitian ini sebagai berikut: Berdasarkan penjabaran diatas, berikut ini hipotesis
penelitiannya, yaitu:
H1: Ukuran Pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah provinsi di
Indonesia.

117
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

Pengaruh Kemakmuran Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Provinsi di Indonesia


Menurut Kusuma & Handayani (2017) “Kemakmuran daerah merupakan kemampuan
dalam mencukupi kebutuhan daerah. Kemakmuran pemerintah daerah diukur dengan laju
pertumbuhan pendapatan asli daerah.” Pemerintah dapat dikatakan makmur, apabila kebutuhan
daerah daerah mampu tercukupi. Laju pertumbuhan PAD yang tinggi menunjukkan bahwa
pemerintah provinsi telah maksimal dalam penggalian sumber-sumber PAD yang ada di
daerahnya. Tingkat kemakmuran dapat berdampak terkait peningkatan dari kualitas pelayanan
publik, sehingga dapat memberikan peningkatan kinerja pemerintah daerah. PAD yang tinggi,
menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah melakukan optimalnya menggali sumber PAD,
sehingga memiliki tingkat yang lebih tinggi kemakmurannya, dibandingkan dengan daerah
yang masih rendah PAD (Masdiantini & Erawati, 2016). Tingginya nilai laju pertumbahan
PAD, maka dapat meningkatkan kinerja pemerintah. Menurut Suryaningsih dan Sisdyani
(2016) kemakmuran not effect terhadap kinerja keuangan, kemakmuran, Kusuma & Handayani
(2017) kemakmuran daerah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah.
Berdasarkan penjabaran diatas, berikut ini hipotesis penelitiannya, yaitu:

H2: Kemakmuran daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah provinsi di Indonesia

Pengaruh Belanja Modal Terhadap Kinerja Pemerintah Provinsi di Indonesia


Menurut Halim (2014, p. 235) “Belanja modal (X3) merupakan salah satu kelompok
belanja daerah berdasarkan jenisnya, memegang peranan yang sangat penting terhadap
pertumbuhan ekonomi disuatu daerah, karena dengan melakukan kegiatan belanja modal,
diasumsikan akan membawa multiplier effect bagi perekonomian suatu masyarakat dengan cara
membangun jalan, jembatan, pabrik dan sebagainya.” Semakin belanja modal besar di
pemerintahan, tercermin dari meningkatnya infrastruktur pemerintah, maka kinerja pemerintah
provinsi akan meningkat. Menurut Harumiati & Payamta (2014) belanja modal berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah, menurut Suryaningsih & Sisdyani (2016) belanja modal
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, dan menurut Qowi & Prabowo (2017) belanja
modal negative effect terhadap kinerja pemerintah. Berdasarkan penjelasan diatas, berikut ini
hipotesis penelitiannya, yaitu:

H3: Belanja modal berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah provinsi di Indonesia

Pengaruh Opini Audit Terhadap Kinerja Pemerintah Provinsi di Indonesia


Menurut Masdiantini & Erawati (2016) “Opini audit merupakan pernyataan profesional
sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan. Opini BPK dapat menjadi indikator penilaian pertanggung jawaban dari
sebuah entitas government. Opini audit bagi stakeholders dapat menambah ataupun
menurunkan level of confidence, dari reporting yang telah disajikan oleh pihak yang diaudit,
dalam hal ini entitas government.” Semakin opini audit yang diperoleh WTP, maka baiknya
kinerja pemerintah. Menurut Suryaningsih dan Sisdyani (2016), Masdiantini & Erawati (2016)
opini audit terdapat adanya pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dan
menurut Sutopo, Wulandari, Adiati, & Saputra (2017) bahwa opini audit terdapat adanya
pengaruh pada kinerja administrasi pemerintah. Berdasarkan penjelasan diatas, berikut ini
hipotesis penelitiannya, yaitu:

H4: Opini Audit berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah provinsi di Indonesia.

118
Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356
Vol. 9, No.2, 2019 Hal. 111-130

Berdasarkan dari hipotesis diatas, maka model penelitian yang digunakan sebagai berikut:

Karakteristik Pemeritah Daerah:

Kemakmuran daerah (X2) kinerja pemerintah


provinsi di Indonesia (Y)
Ukuran pemerintah daerah (X1)

Belanja modal (X3)

Opini Audit (X4)


Sumber: Diolah Penulis (2018)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan penelitian ini kuantitatif asosiatif kausal. Menurut
Sugiyono (2010, p. 73) “Penelitian dengan asosiatif kausal yaitu hubungan yang bersifat adanya
sebab akibat (kausal), sehingga terdapat variabel independen dalam penelitian, sebagai variabel
yang mempengaruhi dan variabel dependen sebagai variabel yang dipengaruhi.”

Unit Analisis
Penggunaan unit analisis yakni terdiri dari ukuran pemerintah, kemakmuran daerah,
belanja modal, opini audit, dan kinerja pemerintah yang diproksikan dengan hasil skor EKPPD,
karena penelitian ini dilakukan untuk membuktikan dan menganalisis kinerja pemerintah
provinsi di Indonesia.

Populasi dan Sampel


Penelitian ini populasinya yaitu seluruh pemerintah provinsi yang ada di Indonesia
berjumlah 238 dengan periode pengamatan tahun 2010-2016 (34 provinsi x 7 tahun). Penetapan
sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik sampling purposive, penggunaan kriteria
dalam pemilihan sampel sebagai berikut:
1. Provinsi yang mendapatkan skor EKPPD berturut-turut dari tahun 2010-2016.
2. Provinsi yang menyajikan komponen laporan keuangan pemerintah provinsi yaitu Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dari tahun 2010-2016.
Berdasarkan kriteria tersebut sampel penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2. Penentuan Sampel Penelitian


No Keterangan Jumlah

1. Jumlah data berkenaan dengan pemerintah provinsi di Indonesia tahun 238


2010-2016.
2 Provinsi yang tidak mendapatkan skor EKPPD berturut-turut selama (28)
tahun 2010- 2016 (4 provinsi x 7 tahun).
Jumlah data provinsi yang memenuhi kriteria 210

Sumber: diolah penulis (2018)


119
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Variabel independen penelitian yaitu karakteristik Pemerintah daerah dan Opini Audit.
Karakteristik pemerintah daerah dalam penelitian ini variabelnya terdiri dari ukuran pemerintah
daerah, kemakmuran daerah dan belanja daerah. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
kinerja pemerintah yang diproksikan dengan penilaian skor EKPPD. Penggunaan variabel dan
definisi operasional variabel yang berkenaan dalam penelitian yaitu:
Menurut (Kristanto, 2009) Ukuran Pemerintah Daerah (X1) yaitu besar atau kecilnya
pemerintah daerah. Penggunaan indikator Ukuran Pemerintah Daerah (X1) menurut
(Damanpour, 1991 dalam Suhardjanto, et al, 2011) yaitu:
Ln pendapatan asli daerah

Kemakmuran Daerah (X2) Menurut Masdiantini & Erawati (2016) “Merupakan


kemampuan untuk mencukupi kebutuhan. Kemakmuran Daerah (X3) indikatornya yang
digunakan laju pertumbuhan PAD. Laju pertumbuhan PAD mengukur seberapa besar
kapabelnya pemerintah daerah untuk mempertahankan maupun meningkatkan keberhasilan
dalam memungut PAD disetiap priode dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Realisasi Penerimaan PADt- - PADt - 1
Kemakmuran Daerah =
Realisasi Penerimaan PAD t - 1

Keterangan:
PADt : Realisasi penerimaan PAD tahun dihitung.
PADt-1 : Realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya.

Menurut Halim (2014, p. 235) “Belanja modal (X3) merupakan salah satu kelompok
belanja daerah berdasarkan jenisnya, memegang peranan yang sangat penting terhadap
pertumbuhan ekonomi disuatu daerah, karena dengan melakukan kegiatan belanja modal,
diasumsikan akan membawa multiplier effect bagi perekonomian suatu masyarakat dengan cara
membangun jalan, jembatan, pabrik dan sebagainya.” Penggunaan indikator variabel belanja
modal yaitu menurut (Andirfa, Basri, & Majid, 2016):”
Ln total realisasi belanja modal

Opini Audit (X4) menurut (UU No.15 Tahun 2004) merupakan “Pernyataan professional,
sebagai kesimpulan pemeriksaan yang mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.” Penggunaan untuk indikator opini audit (X4) yakni pernyataan
professional, sebagai kesimpulan pemeriksa berkenaan tingkat kewajaran information yang
tersedianya financial statements. Variabel ini diukur menurut tabel 4.2, sebagai berikut:

Tabel 3. Indikator Opini Audit


Opini Audit BPK atas LKPD Nilai
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 5
Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP) 4
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3
Tidak wajar (TW) 2
Tidak Memberikan Pendapat (TMP) 1
Sumber: Masdiantini & Erawati, (2016)

120
Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356
Vol. 9, No.2, 2019 Hal. 111-130

Evaluasi Kinerja Penyelenggara Pemerintah Daerah (EKPPD) (Y) merupakan


“Penilaian yang diberikan berdasarkaan dari Keputusan Menteri dalam Negeri Republik
Indonesia (Qowi & Prabowo, 2017).” EKPPD (Y) indikator yaitu skor pemeringkatan kinerja
yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Otonomi Daerah yang berdasarkan Keputusan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2010-2016 untuk penilaian skor EKPPD tahun 2015,
dan nomor 100-53 tahun 2018 untuk penilaian skor EKPPD tahun 2016 dengan tingkat range
0-4 (Qowi & Prabowo, 2017). Skor penilaian EKPPD 0-1,00 = berprestasi rendah, skor 1,01-
2,00 = penilaiannya berprestasi sedang, skor 2,01-3,00 = penilaiannya berprestasi tinggi dan
skor 3,01-4,00 = penilaiannya berprestasi sangat tinggi.

Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan terdiri dari website www.bpk.go.id, www.djpk.kemenkeu.go.id
dan website otda.kemendagri.go.id terkait dengan Peraturan Menteri tentang EKPPD untuk
mengetahui skor pemeringkatan daerah Tahun 2010 - 2016.

Metode Analisis Data


Penelitian ini menerapkan metode analisis data dengan regresi linier berganda, tetapi
sebelumnya harus dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari sebagai berikut:
Uji Normalitas Data, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas,
Setelah itu dilakukan Uji Hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data berupa deskriptif statistik dicantumkan sebagai berikut :

Tabel 4 Data Deskriptif Tahun 2010 - 2016


Variabel N Minimum Maximum Mean
UP 210 77.842,742792 36.888.017,58772 3.088.246,115121
KM 210 -0,6887864 0,71623 0,1693657
BM 210 108.996,106112 10.696.012,19431 1.055.581,086745
KP 210 1,3106 3,32630 2,4379
OP 210 1 5 3
Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2018)

Tabel 5. Data Deskriptif Variabel Penelitian Tahun 2010 – 2016


Variabel: Ukuran Pemerintah (X1)
Keterangan Tahun
Minimal Maluku Utara 2010
Maximal DKI Jakarta 2016
Variabel: kemakmuran (X2)
Keterangan Tahun
Minimal Bangka Belitung 2010
Maximal Papua 2012
Variabel: belanja modal (X3)
Keterangan Tahun
Minimal Gorontalo 2010
Maximal DKI Jakarta 2013

121
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

Variabel: Opini Audit (X4)


Keterangan Tahun
Minimal 2 Opini WTP 2011
Maximal 28 Opini WTP 2016
Variabel: kinerja pemerintah provinsi (Y)
Keterangan Tahun
Minimal Jambi 2010
Maximal Jawa Timur 2016
Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2018)

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Hasil uji ini membuktikan data normal dapat terlihat pada gambar 2 dan 3 analisis grafik
regression Standardized Residual, dan tabel 3 uji Kolmogorov-smirnov sebagai berikut:

Gambar 2 analisis grafik regression Standardized Residual


Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2018)

Gambar 3 normal p-p Plot regression Standardized Residual


Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2018)

122
Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356
Vol. 9, No.2, 2019 Hal. 111-130

Tabel 6. Uji Kolmogorov-smirnov


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Studentized Residual
N 210
a
Normal Parameters Mean .0002198
Std. Deviation 1.00240339
Most Extreme Absolute .070
Differences Positive .041
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z 1.016
Asymp. Sig. (2-tailed) .253
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2018)

Berdasarkan gambar 2 dan 3 menunjukkan pengujian dari kolmogorov-smirnov


menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,253 yang lebih tinggi dari taraf signifikan 0,05
artinya data berdistribusi normal.

Uji Multikolineritas
Hasil dari uji multikolinieritas terlihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Hasil uji multikolinieritas


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant)
1 .344 .286 1.202 .231
LN_UP .181 .021 .571 8.406 .000 .452 2.213
KM -.423 .123 -.165 -3.449 .001 .908 1.101
LN_BM -.063 .030 -.139 -2.122 .035 .489 2.044
OA .124 .017 .373 7.394 .000 .819 1.221
a. Dependent Variable: EKPPD
Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2018)

Berdasarkan tabel 4 nilai tolerance lebih dari 0,10, dan nilai VIF kurang dari 10. Hal
tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak adanya gejala multikolinieritas pada model regresi.

Uji Autokorelasi
Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi


Model Summaryb

model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson


1 .756a .572 .564 .2703318 1.381
a. Predictors: (Constant), OA, LN_BM, KM, LN_UP
b. Dependent Variable: EKPPD

123
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2018)


Berdasarkan tabel di atas, bahwa nilai Durbin-Watson dalam model regresi sebesar 1,
381 berada di antara -2 sampai +2, menunjukkan tidak terjadi autokorelasi penelitian ini.

Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji hetoskedastisitas research ini ditunjukkan pada gambar 4 Sebagai berikut:

Gambar 4 Grafik Hasil uji Heteroskedastisitas

Grafik hasil uji heteroskedastisitas diatas, menunjukkan terjadi heteroskedastisitas,


artinya model regresi sehingga layak digunakan untuk memprediksikan kinerja pemerintah
provinsi.

Hasil Pengujian Hipotesis


Hasil pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t, uji F dan Uji Koefisien determinasi (R2)
sebagai berikut :

Tabel 9. Hasil Pengujian dengan Hipotesis Berganda


Variabel Koefisien t hitung Signifikansi KET
Regresi
Konstanta 0.344 1.202 0.231
Ukuran Pemerintah Daerah (X1) 0.181 8.406 0.000 Diterima
Kemakmuran Daerah (X2) -0.423 -3.449 0.001 Ditolak
Belanja Modal (X3) -0.063 -2.112 0.035 Ditolak
Opni Audit (X4) 0.124 7.394 0.000 Diterima

F hitung 68.445
F probabilitas 0.000
R2 0.555
Adjusted R2 0.564
Variabel Dependen: Kinerja Pemerintah Provinsi (EKPPD)
Sumber: Data hasil penelitian, diolah (2018)

Berdasarkan hasil analisis model regresi, maka persamaan model regresi sebagai berikut:
Y = a + β.1 X1 + β2 X2 +β3 X3 + β4 X4+ e
Y = 0.344 + 0.181 X1 – 0.423 X2 – 0.063 X3 + 0.124 X4 + e
Keterangan:
Y = Kinerja Pemerintah Provinsi
X1 = Ukuran Pemerintah Daerah
X2 = Kemakmuran Daerah

124
Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356
Vol. 9, No.2, 2019 Hal. 111-130

X3 = Belanja Modal
X4 = Opini Audit
e = Kesalahan (error item)

Pembahasan Hipotesis 1

Hasil penelitian menunjukkan ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap


kinerja pemerintah provinsi di Indoesia. Berdasarkan hasil multiple linear regression analysis
dengan hasil uji t menunjukan bahwa variabel ukuran pemerintah daerah dengan signifikansi
sebesar 0.000. Hal tersebut lebih kecil dari signifikansi yang ditetapkan α = 0.05, dan nilai t
hitung sebesar 8.406 menunjukan arah koefisiennya yang positif. Hasil penelitian Aziz (2016),
Masdiantini & Erawati (2016) bahwa ukuran pemerintah daerah ada terdapat pengaruh positif
terhadap kinerja keuangan. Hasil Penelitian ini juga menunjukkan ukuran pemerintah daerah
adanya pengaruh terhadap kinerja pemerintah provinsi di Indonesia. Menurut Renas & Muid
(2014) “Ukuran pemerintah daerah yang besar dalam pemerintah akan memberikan kemudahan
kegiatan operasional yang kemudian akan mempermudah dalam memberi pelayanan
masyarakat yang memadai.” Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran pemerintah daerah
dengan indikator pendapatan asli daerah, menunjukkan bahwa semakin besarnya ukuran
pemerintah maka pemerintah provinsi akan merealisasikan banyaknya kegiatan atau program
pembangunan. Salah satunya banyaknya infrastruktur dan meningkatnya kualitas sarana dan
prasarana. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran pemerintah daerah berpengaruh
positif terhadap kinerja pemerintah provinsi di Indonesia. Meningkatnya PAD akan
menunjukan besarnya ukuran pemerintah provinsi. Besarnya pendapatan asli daerah dapat
melaksanakan banyak program pemerintah melalui pelayanan dan kegiatan, sehingga kinerja
pemerintah provinsi semakin baik. Hal ini sejalan dengan teori kontijensi struktural bahwa
pemerintah provinsi untuk melakukan strategi organisasi dengan meningkatkan PAD sehingga
mendapatkan hasil optimal dan kinerja pemerintah provinsi akan meningkat.

Pembahasan Hipotesis 2

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemakmuran daerah tidak berpengaruh terhadap
kinerja pemerintah di Indonesia, dibuktikan dari hasil pengujian multiple linear regression
analysis, hasil uji t menunjukkan signifikansi sebesar 0.001. Hal tersebut lebih kecil dari
signifikansi yang ditetapkan α = 0.05, dan sebesar – 3.449 untuk nilai t hitungnya, menunjukan
arah yang koefisiennya negatif. Sejalan dengan research (Kusumawardani, 2012),
(Suryaningsih & Sisdyani, 2016) dan (Masdiantini & Erawati, 2016) menunjukkan bahwa
kemakmuran tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah. Kemakmuran daerah
yang tinggi seharusnya menunjukkan mampunya pemerintah daerah dalam menegakkan
maupun meningkatkan keberhasilan. Kemakmuran daerah tersebut ditunjukkan dengan
pemungutan PAD dari periode ke periode meningkat (Masdiantini & Erawati, 2016). Hasil
research ini menunjukkan bahwa kemakmuran daerah tidak adanya pengaruh terhadap kinerja
pemerintah provinsi. Hal tersebut dikarenakan kemakmuran daerah tinggi yang diukur dengan
laju pertumbuhan PAD, diduga laju pertumbuhan PAD yang diperoleh belum secara optimal
untuk membiayai program kegiatan untuk menunjang peningkatan kinerja pemerintah provinsi.
Berdasarkan data deskriptif tahun 2010-2016, kemakmuran daerah yang nilai minimalnya
terjadi pada provinsi Bangka Belitung sebesar -0,688, dan jumlah data dari 210, terdapat 107
data nilai kemakmuran daerah yang dibawah mean.

125
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

Pembahasan Hipotesis 3

Hasil uji t signifikansinya sebesar 0.035. Hal tesebut lebih kecil dari signifikansi yang
ditetapkan α = 0.05, dan menunjukan arah koefisien negatif sebesar -2.112 untuk nilai t hitung.
Hasil penelitian ini sejalan research Qowi & Prabowo (2017) Belanja modal berpengaruh
negatif terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran
2012, dan hasil penelitian (Sudarsana & Rahardjo, 2013) menunjukkan bahwa belanja modal
tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah (studi pada pemerintah kabupaten/kota
di provinsi di Indonesia). Menurut Halim (2014, p. 235) “Belanja modal merupakan salah satu
kelompok belanja daerah berdasarkan jenisnya, yang memegang peranan sangat penting
terhadap pertumbuhan ekonomi disuatu daerah, karena dalam melakukan kegiatan belanja
modal diasumsikan dapat membawa multiplier effect untuk perekonomian suatu masyarakat
dengan cara pembangunan jalan, jembatan, pabrik dan sebagainya.”
Berdasarkan data hasil penelitian belanja modal yang tinggi atau rendah tidak
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah povinsi di Indonesia. Hal ini dikarenakan belanja
modal yang dikeluarkan, terkadang tidak diperlukan oleh masyarakat atau untuk pembangunan
di provinsi tersebut. Belanja modal yang besar tidak merata, selain itu belanja modal yang besar,
namun tidak diiringi dengan perencanaan pembangunan yang maksimal dan tidak diikuti
dengan pengelolaannya barang milik daerah (BMD) yang akuntabel. Hal tersebut menjadi tidak
berdampak pada kinerja pemerintah provinsi, sehingga belanja modal yang besar atau kecil
menjadi tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah provinsi di Indonesia. Berdasarkan data
deskriptif tahun 2010-2016 nilai minimal belanja modal terjadi pada provinsi Gorontalo, dan
dan jumlah data dari 210, terdapat 160 data nilai belanja modal yang dibawah mean.

Pembahasan Hipotesis 4
Hasil uji t menunjukkan bahwa opini audit berpengaruh positif terhadap kinerja
pemerintah di Indonesia. Bukti empiris menunjukkan bahwa variabel opini audit
signifikansinya sebesar 0,000. Hal tersebut lebih kecil dari signifikansi yang ditetapkan α =
0,05, nilai t hitung sebesar 7.394 menunjukan arah positif. Sejalan dengan research Sutopo,
Wulandari, Adiati, & Saputra (2017) opini audit berpengaruh positif terhadap Performance of
Local Government Administration in Indonesia. Opini audit yang diperoleh WTP menunjukkan
laporan keuangan dapat dipercaya dan menjadi bukti financial statements yang dibuat dan
dilaksanakan telah sesuai standard, adequate disclosures, obidence terhadap peraturan undang-
undang, dan effectiveness SPI. Pemerintah provinsi memperoleh opini audit yang WTP maka
kinerja pemerintah provinsi yang diproksikan dengan skor EKPPD menjadi semakin baik,
karena pemerintah provinsi melaksanakan pengelolaan keuangan yang baik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa opini audit berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah provinsi.
Berdasarkan teori kontijensi struktural menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan bertahan dengan opini audit WTP, maka pemerintah provinsi seharusnya
melakukan strategi organisasi untuk mendapatkan opini WTP.

PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, simpulannya yaitu ukuran pemerintah daerah dan
opini audit terdapat pengaruh positif terhadap kinerja pemerintah provinsi di Indonesia.
Kemakmuran daerah dan belanja modal tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah provinsi
di Indonesia.

126
Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356
Vol. 9, No.2, 2019 Hal. 111-130

Implikasi Dan Keterbatasan Penelitian


Implikasi teoritis, memberikan gambaran sebagai rujukan yang dapat digunakan
mengenai permasalahan, permodelan, dan hasil penelitian untuk selanjutnya. Hasil penelitian
adanya pengaruh positif dari variabel ukuran pemerintah daerah dan opini audit terhadap kinerja
pemeritah provinsi di Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori kontijensi struktural, bahwa
pemerintah provinsi yang melakukan strategi organisasi terkait ukuran organisasi, lingkungan
dan teknologi dalam menggali sumber potensi PAD di pemerintah provinsi, dan
mempertahankan opini audit menjadi WTP akan berpengaruh terhadap kinerja pemerintah
provinsi. Implikasi praktis, pemerintah provinsi dapat melakukan kebijakan, terkait kinerja
pemerintah provinsi. Pengisian LPPD terkait dengan rencana dan capaian yang dibuat akan
dinilai oleh Tim EKPPD, untuk mengukur kinerja pemerintah provinsi di Indonesia. Adanya
keterkaitan dan menyeluruhnya penilaian EKPPD, pemerintah provinsi harus maksimal
melakukan dan melaporkan kinerja pemerintah melalui LPPD, karena sebagai informasi utama
dalam penilaian dan laporan keuangan yang menjadi informasi pendukung yang paling penting,
sehingga dapat menjadikan kinerja pemerintah provinsi dapat meningkat. Apabila kepala
daerah yang terbukti terkait kasus tindak pidana korupsi, maka tidak mendapatkan nilai kinerja
pemerintah provinsi seperti yang termuat dalam Keputusan Menteri dalam Negeri nomor 120-
10421 tahun 2016 dan reputasi pemerintah provinsi menjadi kurang baik akibat kepala daerah
yang korupsi tersebut.
Keterbatasan penelitian sebagai berikut: Sumber data untuk variabel dependen
menggunakan skor EKPPD sampai pada tahun 2016, hal tersebut dikarenakan ketersediaan data
baru belum ada. Adjusted R squre untuk pengggunaan data sekunder harus lebih dari 75% (Gani
& Amalia, 2015, p. 144), sedangkan penelitian ini Adjusted R square sebesar 56,4%, artinya
masih terdapat 44,6% variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Rekomendasi Penelitian

Berdasarkan keterbatasan, maka saran penelitian yang akan datang adalah


menambahkan variabel lain seperti E-Government, belanja daerah, jumlah fasilitas umum, atau
menambah variabel dari indikator kunci (IKK) yakni untuk urusan wajib dalam menilai kinerja
pemerintah provinsi.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2014). AUDIT Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.

Amygdalos, C., Bara, N., & Moisiadis, G. (2014). Performance Appraisal in Greek Public
Sector. Elsevier - Social and Behavioral Sciences 148 ( 2014 ) , 501 – 506.

Andirfa, M., Basri, H., & Majid, M. S. (2016). Pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan
Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Kabupaten Dan Kota Di
Provinsi Aceh. Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala .

Aziz, A. (2016). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan


Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota Di Jawa Timur).
EKSIS , XI (1) , 86-100.

127
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah pemerintah kabupaten banjar. (n.d.).
http://bpkad.banjarkab.go.id. Retrieved maret 25, 2017, from
http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2015/06/03/opinibpk/

Gani, I., & Amalia, S. (2015). Alat Analisis Data. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Gudono. (2017). Teori Organisasi Edisi 4. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Halim, A. (2014). Manajemen Keuangan Sektor Publik Problematika Penerimaan dan


Pengeluaran Pemerintah (Anggaran Pendapatan dan belanja negara/ aerah). Jakarta:
Salemba Empat.

Harumiati, Y., & Payamta. (2014). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Temuan
Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Indonesia Tahun
Anggaran 2011. ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan,3(2).

JDIH Kemenlu. (2014). pih.kemlu.go.id. Retrieved from,


https://pih.kemlu.go.id/files/UU0232014.pdf

http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2015/06/03/opinibpk/

Kementerian Keuangan Republik Indonesia:


https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/2015-serapan-belanja-infrastruktur-
meningkat-dibanding-2014/

Kemendagri, P. (n.d.). Retrieved Januari 20, 2018, from Kementerian Dalam Negeri:
http://www.kemendagri.go.id/news/2016/04/25/peringatan-hari-otda-2016-
kemendagri-beri-penghargaan-sejumlah-pemda

Knowlton, L. W., & Philips, C. C. (2013). The Logic Model Guidebook. Unitead States of
America: SAGE Publications.

Kusuma, A. R., & Handayani, N. (2017). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap
Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 6, (1),
403-420.

Kusumawardani, M. (2012). Pengaruh Size, Kemakmuran, Ukuran Legislatif, Leverage


Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. Accounting Analysis
Journal , 27-35.

Mahsun, m. (2016). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Majid, A., Herwanti, R. T., & Fitriah, N. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Ukuran
Pemerintah Daerah, Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kelemahan Sistem
Pengendalian Intern (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Indonesia). JMM
UNRAM, 6 (1)

128
Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356
Vol. 9, No.2, 2019 Hal. 111-130

Manik, T. (2013). Analisis Pengaruh Kemakmuran, Ukuran Pemerintah Daerah,Inflasi,


Intergovernmental Revenue Dan Kemiskinan Terhadap Pembangunan Manusia Dan
Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Organisasi dan Manajemen,9(2),107-124 .

Mardiasmo. (2016). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.

Masdiantini, P. R., & Erawati, N. M. (2016). Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah,


Kemakmuran, Intergovernmental Revenue, Temuan Dan Opini Audit Bpk Pada
Kinerja Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.14.2 Februari (2016). ,
1150-1182.

Modebe, N., Okafor, R. G., Onwumere, J. U., & Ibe, I. G. (2012). Impact of Recurrent and
Capital Expenditure on Nigeria’s Economic Growth. European Journal of Business
and Management, 4(19), 2012 .

Mulyani, S., & Wibowo, H. (2017). Pengaruh Belanja Modal, Ukuran Pemerintah Daerah,
Intergovernmentalrevenue Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan
(Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jawa Tengah,Tahun 2012-2015). KOMPARTEMEN,
Vol. XV No.1, Maret 2017 .

Noviyanti, N. A., & Kiswanto. (2016). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah, Temuan
Audit Bpk Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Accounting Analysis
Journal , 1-10.

Panya, N., Poboon, C., Phoochinda, W., & Teungfung, R. (2017). The performance of the
environmental management of local governments in Thailand. Kasetsart Journal of
Social Sciences xxx (2017) .

Peraturan menteri dalam negeri No. 73 Tahun (2009). Retrieved from


http://otda.kemendagri.go.id/CMS/Images/DaftarSPM/Permendagri%20Nomor%207
3%20Tahun%202009.pdf

PP No 3 Tahun 2007. (n.d.). Retrieved from


http://otda.kemendagri.go.id/CMS/Images/DaftarSPM/PP%20Nomor%203%20Tahun
%202007.pdf

Qowi, R., & Prabowo, T. J. (2017). Pengaruh karakteristik pemerintah daerah dan temuan
pemeriksaan BPK terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia
tahun anggaran 2012. Diponegoro Journal of Accounting, 4 (1 ), 1-13.

Renas, & Muid, D. (2014). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Temuan Audit Bpk
Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Diponegoro Journal Of Accounting Volume
,4(3), 1-15.

Republik Indonesia. (2007, Januari 04). https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/4723.


Retrieved April 16, 2018, from JDIH BPK RI DATABASE PERATURAN:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/4723

Republik Indonesia. (2014, Oktober 2). Undang - undang no. 23 tahun 2014 . Retrieved April
14, 2018, from https://www.hukumonline.com:

129
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA
Mega Andani, Sarwani dan Novita Weningtyas Respati

https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt543df13291bf4/nprt/lt511c7ca43835
e/undang-undang-nomor-23-tahun-2014

Rustiyaningsih, S., & Immanuela, I. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja


Pemerintah Daerah. Widya Warta No. 02 Tahun XXXV III/ Juli 2014 , 190 - 202.

Sudarsana, ,. H., & Rahardjo, S. N. (2013). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan
Temuan Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia). Diponegoro Journal Of Accounting,2(4), 1-13.

Suryaningsih, N. M., & Sisdyani, E. A. (2016). Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Opini
Audit Pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana,15(2), 1453-1481.

Sutopo, B., Wulandari, T. R., Adiati, A. K., & Saputra, D. A. (2017). E-Government, Audit
Opinion, and Performance. Australasian Accounting, Business and Finance Journal,
4-22.

Undang - Undang Republik Indonesia No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan


Dan Tanggung Jawab. Retrieved from
http://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file_storage_1386158654.pdf

130

You might also like