You are on page 1of 11

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Badan Usaha

Milik Negara Sebelum dan Sesudah Privatisasi di Indonesia

KIRMIZI

Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5.


Simpang Baru, Pekanbaru 28293. Telp./Pax. 0761

Abstract: This study examines the financial performance of State-Owned Enterprises before and
after privatization. The population of the research is State-Owened Enterprises which are priva-
tized through Initial Public Offering (IPO). The sample drawn using the method of purposive
sampling with its criteria are listed at least three years in Indonesia Stock Exchange and they
issued at least three years data of financial statement on before and after privatization. Based on
the sampling criteria, this research was addressed to nine State-Owened Enterprises. Research
data is collected from the yearly financial reporting for three years after IPO. To evaluate the
performance of enterprise, researcher required some indicators to analyse data such as profit-
ability ratio, assets productivity ratio, leverage ratio, and payout ratio. The statistic instrument
used in this study is Wilcoxon’s Signed Rank Test. The result of the research was indicated that the
performance of State-Owened Enterprises during three years before privatization tend to in-
crease, although, few of them on the sample show tend to decrease based on the indicators used.
Based on the analysis of indicators used, return on investment of PT.Telkom, PT.Timah, and
PT.Aneka Tambang is incerase, but the others were vise versa. There are also three enterprises
incerasing in return on equity, but six of them are decrease. However, five of nine state-owened
enterprises could increase their return on sale and dividen payout, while assets turnover, total
debt to assets, and dividen to sale have no significant influence on the increasing of financial
performance in state-owned enterprises. The conclusion of this research found that three indica-
tors of asset turnover, total debt to assets, and devidend to sale showed that privatization programe
of State-Owened Enterprises has no effect on financial performance.

Keywords: Privatization, profitability ratio, assets productivity ratio, leverage ratio, payout ratio.

Sebagai suatu organisasi, Badan Usaha Milik Negara dapat mengakibatkan menajemen BUMN kesulitan
(BUMN) berfungsi tidak hanya sebagai agen pem- dalam menentukan langkah-langkah strategis yang
bangunan tetapi juga mengemban kebijakan dan pro- efektif dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari hasil
gram pemerintah (Dibyo, 2004:4), sementara disisi kinerja BUMN tahun 2000 dimana dengan total aset
lain mereka jga dituntut untuk menjadi unit usaha sebesar Rp.861,52 Triliyun BUMN hanya mampu
yang sehat. Pada dasarnya BUMN memiliki tiga misi meghasilkan keuntungan sebesar Rp 13,34 Triliun
utama yaitu berperan sebagai stabilisator ekonomi, sama artinya dengan tingkat Return on Asser sebesar
meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan eko- 1,55 persen (Purwoko, 2002:5).
nomi nasional, serta sebagai suatu unit usaha yang Kondisi tersebut sangat tidak relevan dengan
harus tetap mampu mendapatkan laba. Selain iu kondisi dimana akan muncul tantangan yang berat
BUMN juga harus dapat memperluas kesempatan dari pasar global yang menuntut operasionalisasi
kerja dan berusaha memanfaatkan sumber dana dan perusahaan yang bersaing untuk lebih efisien dan
sumber daya secara optimal. efektif. Oleh karena itu peningkatan produktivitas
Tetapi pada kenyataannya peran tersebut BUMN merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat
tidak berjalan secara berimbang, bahkan dimungkin- ditawar-tawar lagi agar perannya sebagai pendorong
kan munculnya kerancuan visi dan persepsi yang dalam pembangunan nasional dapat berjalan. Salah

103
104 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009: 103 - 113

satu upaya pemerintah melalui menteri BUMN dari berbagai pihak. Alasan yang dikemukakan
adalah merancang program penataan ualang BUMN terhadap penolakan tersebut antara lain: (1) privati-
dengan melakukan transformasi BUMN dari sebuah sasi dianggap merugikan negara; (2) privatisasi
entitas yang birokrasi menjadi entitas yang korporasi kepada pihak asing dianggap tidak nasionalis; (3)
(Djokosantoso, 2004:6). Hasil dari rancangan ini belum adanya bukti tentang manfaat yang diperoleh
adalah berupa master plan reformasi BUMN yang dari privatisasi (Purwoko, 2002: 10).
memuat berbagai kebijakan pemerintah dalam Dari uraian di atas dapat dirumuskan per-
melaksanakan reformasi BUMN. masalahan sebagai berikut; apakah terdapat per-
Dalam master plan disebutkan bahwa salah bedaan kinerja perusahaan BUMN sebelum dan
satu tujuan yang ingin dicapai melalui privatisasi setelah privatisasi. Penelitian ini pada dasarnya ber-
adalah memberikan kontribusi finansial kepada tujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan BUMN
negara dan badan usaha, mempercepatkan penera- sebelum dan setelah privatisasi, dan untuk menge-
pan Good Corporate Governance, membuka tahui perbedaan kinerja sebelum dan setelah priva-
akses ke pasar internasional, alih teknologi serta tisasi.
transfer best practice kepada badan-badan usaha. Pemerintah melakukan privatisasi pada
Oleh karena itu arah dan kebijakan privatisasi dikla- perusahaan-perusahaan sektor publik mempunyai
sifikasi berdasarkan tiga jenis struktur industri yaitu tujuan tertentu. Tujuan dilakukannya penjualan
untuk badan usaha yang industrinya sudah dalam perusahaan-perusahaan negara adalah untuk me-
kondisi sunset dilakukan divestasi dan untuk badan ningkatkan efisiensi sektor publik. Harapan untuk
usaha yang usahanya menggunakan natural re- mendapatkan laba insentif yang lebih tinggi, efisien
source base tetap dipertahankan sebagai badan dan berorientasi kepada konsumen merupakan
usaha. Meskipun demikian pelaksanaan program motivasi tambahan bagi perusahaan yang privatisasi.
privatisasi BUMN ini menimbulkan banyak pro dan Kemudian privatisasi juga diharapkan dapat
kontra di kalangan masyarakat. Program ini juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
tidak berjalan mulus seperti yang direncanakan. anggaran pendapatan dan belanja negara (M.Suhud,
Realisasi privatisasi BUMN tahun 2001 hanya 2002:8).
mampu mencapai 50 persen dari target (Purwoko, Pendirian sebagian besar BUMN bertujuan
2002: 7). Sembilan BUMN yang seharusnya untuk memanfaatkan keunggulan komparatif
diprivatisasi pada tahun 2001 terpaksa harus usahanya berupa sumber daya yang dimiliki di In-
dialihkan ke tahun 2002. Pengalihan BUMN ke donesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
privatisasi adalah sebagai berikut: baik sandang, pangan dan papan, serta penyediaan
infrastruktur (seperti jalan, air bersih, dan telekomu-
Tabel 1. Daftar BUMN yang Dialihkan ke Tahun 2002 nikasi) dan ekspor.
Namun demikian pola bisnis yang diterapkan oleh
BUMN selama ini terbukti tidak mampu menghadapi
persaingan yang semakin kompleks dalam dunia
bisnis (Indra Bastian, 2002:14). Pola bisnis BUMN
yang bersifat konvensional dalam bentuk monopoli,
subsidi pajak dan tarif serta perlindungan industri
seperti yang selama ini diterapkan oleh BUMN
ternyata tidak dapat dipertahankan lagi. BUMN yang
Sumber: Data olahan selama ini banyak mendapatkan perlindungan dan
campur tangan dari pemerintah, tidak mampu untuk
Tabel 1 memperlihatkan beberapa berkompetensi secara bebas sehingga menjadi tidak
perusahaan BUMN yang dialihkan ke tahun 2002. kompetitif dan mulai ditinggalkan oleh pelanggan dan
Pelaksanaan privatisasi yang tidak sesuai dengan apa konsumennya. Akibatnya, terjadi kerugian secara
yang direncanakan juga disebabkan oleh penolakan terus menerus.
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Badan Usaha milik Negara (Kirmizi) 105

Untuk mengatasi masalah tersebut maka divestasi dilakukan dengan pemindahtanganan aset
pemerintah melakukan berbagai pembenahan dalam dan saham perusahaan BUMN dari pemerintah
tubuh BUMN dan melaksanakan program reformasi kepada swasta. Pemidahtanganan ini dapat dilaku-
terhadap BUMN selaku pengelola aset produktif kan dengan cara go public atau dengan private place-
negara. Hal ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi ment dengan menempatkan secara langsung saham-
dan menghasilkan produktifitas yang tinggi. M.Suhud saham perusahaan BUMN kepada investor yang
(2002:9) menemukan bahwa terdapat beberapa strategis. Proses privatisasi secara non divestasi ada-
alasan lain yang menyebabkan seformasi di tubuh lah proses yang tidak disertai dengan pemindah-
BUMN dengan melaksanakan: (1) Percepatan tanganan aset maupun saham dari pemerintah kepada
privatisasi untuk menutupi defisit anggaran dan swasta, tetapi lebih bersifat pembenahan internal
mengurangi hambatan dari pemerintah, (2) Dapat organisasi (sering juga disebut dengan privatisasi
meningkatkan kinerja BUMN, (4) Dapat mengu- manajemen atau korporatisasi). Pemilihan metode
rangi intervensi pemerintah dan mendorong kepe- privatisasi harus mempertimbangkan beberapa
milikan sektor swasta. aspek diantaranya melihat porsi saham pemerintah
Privatisasi didefenisikan sebagai penyerahan pada asming-masing BUMN, nilai saham peme-
kontrol efektif dari sebuah perseroan kepada mana- rintah, nilai ekuitas, laba sebelum pajak, laba dita-
jer dan pemilik swasta dan biasanya terjadi apabila han, tingkat kesehatan BUMN, rencana ekspansi,
mayoritas saham perusahaan dialihkan kepemili- status go public dan porsi saham yang bisa dilepas
kannya kepada swasta. Menurut M.Suhud (2002:9), (Pandu Patriadi, 2003:5). Jumalaini (2004:8)
privatisasi diartikan sebagai proses tranformasi kepe- mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang
milikan saham pemerintah pada sebuah perusahaan diperlukan dalam mempertimbangkan privatisasi,
ke dalam kepemilikan swasta. Privatisasi di Indo- diantaranya (1) stakeholder, (2) transparansi dari
nesia dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan seluruh proses privatisasi, (3) konsentrasi pasar, dan
kinerja dan peran serta masyarakat dalam kepemi- (4) kekuasaan ekonomi.
likan saham persero. Privatisasi perlu dilakukan untuk Munculnya pro-kontra privatisasi merupa-
menggerakkan kembali perekonomian nasional kan hal yang wajar, namun transparansi perlu dilaku-
(Jusmalaini, 2004:6). Kunci keberhasilan program kan mulai dari perencanaan hingga pengevaluasian.
eformasi BUMN ini sangat bergantung kepada Upaya transparansi didasarkan atas prosedur dan
perubahan paradigma dalam pengelolaan BUMN penilaian kinerja yang jelas. Dengan kata lain, kriteria
dimana pada mulanya masih berskala domestik penilaian privatisasi harus dapat diimplementasi pada
dengan profit awareness yang rendah (masih ber- kasus-kasus privatisasi lainnya. Indikator kinerja
orientasi pada public social service) harus dirobah harus dapat menunjukkan tingkat keberhasilan pro-
menjadi pengelolaan secara profesional dengan gram privatisasi terutama dapat mengukur sebelum
penekanan kepada profit awareness dan value setelah privatisasi. Dalam penelitian Megginson dkk
creation (Setyanto P. Sentosa, 1999:4). Dengan (1999;16) menggunakan beberapa rasio keuangan
demikian privatisasi BUMN mempunyai arti: 1). untuk mengukur kinerja BUMN yang dipriva-
Perubahan peranan pemerintah, dari sebagai pemilik tisasi.Rasio yang digunakan diantaranya operating
dan pelaksana menjadi regulator dan promotor efficiency ratio, capital investment ratio, outpu-
kebijakan sertapenetapan sasaran baik nasional input ratio, employment ratio, leverage ratio, dan
maupun sektoral. 2). Para manajer bertanggung- payout ratio. Sedangkan Indra Bastian (2002:8)
jawab kepada pemilik baru. 3). Pemilihan metode menggunakan rasio-rasio profitabilitas, efektifitas
dan waktu privatisasi yang terbaik bagi badan usaha operasi, daya saing manajemen, likuiditas, leverage,
yang mengacu pada kondisi pasar dan kebijakan efisiensi operasi, dan payout untuk mengukur kinerja
regulasi sektoral. BUMN yang diprivatisasi.
Pada dasarnya kegiatan privatisasi men- Berbagai penelitian terdahulu yang dilak-
cakup dua hal yaitu proses divestasi dan non sanakan untuk menguji tingkat keberhasilan program
divestasi. Privatisasi yang dilakukan dalam bentuk privatisasi di manca negara. Megginson, Nash dan
106 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009: 103 - 113

Randenborg (1994:18) melakukan penelitian tentang setelah privatisasi. Penelitian ini juga dapat mengem-
kinerja operasional dan keuangan pada BUMN bangkan hipotesis-hipotesis sebagai berikut:
yang baru diprivatisasi pada 61 perusahaan pada H1 : Rasio return on assets perusahaan BUMN
16 negara dan 32 industri. Kemudian, D’Souza dan lebih baik setelah privatisasi dilaksanakan
Megginson (1999: 16) meneliti tentang pengukuran dibandingkan dengan sebelum privatisasi.
kinerja keuangan dan kinerja operasional perusahaan H2 : Rasio return on equity perusahaan BUMN
BUMN dan Non BUMN yang diprivatisasi tahun lebih baik setelah privatisasi dilaksanakan
1990 an. Studi mereka dilakukan dengan memban- dibandingkan dengan sebelum privatisasi.
dingkan kinerja keuangan dan operasional pada 85 H3 : Rasio return on sales perusahaan BUMN lebih
perusahaan BUMN di 13 negara berkembang dan baik setelah privatisasi dilaksanakan diban-
15 negara industri. Perusahaan tersebut juga berpe- dingkan dengan sebelum privatisasi.
ngalaman dalam melakukan privatisasi secara penuh H4 : Rasio assets turnover perusahaan BUMN
maupun parsial melalui penawaran saham dalam lebih baik setelah privatisasi dilaksanakan
periode tahun 1990 sampai dengan tahun 1996. Hasil dibandingkan dengan sebelum privatisasi.
penelitian adalah terdapat peningkatan yang signifikan H5 : Rasio debt to assets perusahaan BUMN lebih
dalam profitabilitas, pejual riil, efisiensi operasional baik setelah privatisasi dilaksanakan diban-
dan pembayaran deviden. Selain itu penelitian dingkan dengan sebelum privatisasi.
tersebut juga menemukan bahwa terdapat penurunan H6 : Rasio dividend to sales perusahaan BUMN
terhadap rasio leverage secara signifikan. Meskipun lebih baik setelah privatisasi dilaksanakan
pengeluaran untuk capital investment dan tingkat dibandingkan dengan sebelum privatisasi.
tenaga kerja mengalami penurunan. Penelitian H7 : Rasio dividend payout perusahaan BUMN
tersebut juga menunjukkan bahwa privatisasi dapat lebih baik setelah privatisasi dilaksanakan
memperbaiki kinerja jika dibandingkat dengan dibandingkan dengan sebelum privatisasi.
perusahaan-perusahaan yang didivestasi. Indra
Bastian (2002:14) mengadakan penelitian yang ber- METODE
kaitan dengan analisis rasio ketahanan ekonomi peru-
sahaan dalam krisis ekonomi. Penelitiannya dilaku- Populasi penelitian ini adalah perusahaan
kan pada saat perusahaan dalam keadaan fianancial BUMN yang diprivatisasi dengan Initial Public
distress, dan menggunakan rasio-rasio keuangan. Offering (IPO).Sampel penelitian diambil secara
Penelitian dilaksanakan untuk membantu pembuat purposive sampling, dengan kriteria: (1) telah listed
keputusan dalam menntukan sikap perusahaan pada di BEI, (2) telah menjadi perusahaan publik minimal
saat mengalami kesulitan keuangan. Keputusan yang dalam waktu 3 tahun, (3) tersedianya laporan
akan diambil dibagi dalam tiga kategori yaitu reor- keuangan untuk tiga tahun buku sebelum dan setelah
ganization, liquidation, dan do nothing. go public.
Meskipun demikian, penelitian ini mengguna- Data yang digunakan dalam penelitian ini
kan beberapa rasio keuangan sebagai alat untuk adalah historis yaitu berupa laporan keuangan
menilai kinerja perusahaan BUMN yang melakukan BUMN yang telah go public selama tiga tahun
privatisasi. Rasio-rasio dibagi kedalam empat sebelum dan sesudah IPO. Laporan keuangan
karakteristik yaitu profiatbilitas, produktivitas aset, diperoleh dari berbagai prospektus penawaran dan
leverage, dan payout. Indikator yang digunakan laporan keuangan tahunan unuk tiga tahun secara
dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA), berturut-turut setelah IPO.
return on equity (ROE), return on sales (ROS), Dimulai dari penentuan nilai masing-masing
asset turn over (ATO), debt to total assets variabel rasio keuangan berdasarkan laporan ke-
(TDTA), dividend to sales (dIVSAL), dan dividend uangan per bulan Desember perusahaan BUMN
payout (PAYOUT). yang melakukan privatisasi setelah IPO. Nilai varia-
Penelitian ini akan menjawab pertanyaan bel yang diperoleh melalui rumus rasio keuangan
tentang kinerja perusahaan BUMN sebelum dan untuk setiap tahun. Kemudian, menentukan mean
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Badan Usaha milik Negara (Kirmizi) 107

dengan cara menjumlahkan hasil perhitungan rasio meskipun beberapa perusahaan BUMN mengalami
dan membagi dengan jumlah tahun yang diteliti. penurunan kinerja yang dinilai beberapa indikator
Pengujian hipotesis dilakukan dengan yang digunakan.
menggunakan wilcoxon’s signed rank test. Pengu-
jian ini dilakukan untuk mengevaluasi perlakukan Kinerja BUMN Setelah Privatisasi.
tertentu dalam dua pengamatan antara sebelum dan
sesudah suatu persitiwa terjadi. Penelitian ini meng- Kinerja perusahaan BUMN setelah privati-
gunakan beberapa rasio keuangan yang digunakan sasi dinilai menggunakan data laporan keuangan
sebagai alat untuk menilai kinerja BUMN yang selama tiga tahun setelah perusahaan tersebut ter-
melakukan privatisasi. Data dibagi ke dalam dua daftar di BEI. Dari analisis yang dilakukan didapati
kelompok yaitu sebelum dan setelah privatisasi. kinerja perusahaan BUMN cenderung menurun,
meskipun ada beberapa perusahaan menunjukkan
HASIL peningkatan kinerja setelah privatisasi.

Penelitian ini dilakukan menggunakan 2 Analisis Statistik dengan Wilcoxon’s Rank Test
periode waktu yaitu sebelum privatisasi dan setelah
privatisasi. Metode privatisasi yang dilakukan adalah Program statistik yang digunakan untuk
dengan Initial Public Offering (IPO). Periode analisis data menggunakan Wilcoxon’s Rank Test.
sebelum privatisasi adalah periode dimana perusaha- Pengujian dilakukan dibedakan untuk setiap
an BUMN belum melakukan IPO di Bursa Efek indikator dan tahap analisis yang digunakan adalah
Indonesia, sedangkan periode setelah privatisasi ada- 7 tahap analisis. Hal ini disebabkan karena setiap
lah periode dimana perusahaan BUMN telah ter- indikator dianalisis secara terpisah. Pengujian per-
daftar di BES. tama dilakukan terhadap ROA baik sebelum mau-
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi pun setelah privatisasi. Selanjutnya cara yanag sama
perusahaan diperlukan beberapa indikator yang dilakukan untuk ke enam indikator lainnya. Tabel 3
dapat memperlihatkan kinerja perusahaan. Indikator menunjukkan ringkasan hasil analisis yang meng-
yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan. Tabel gunankan Wilcoxon’s Rank Test.
3 memperlihatkan tentang indikator yang digunakan
setiap perusahaan BUMN. Analisis indikator Return on Assets.

Kinerja BUMN Sebelum Melaksanakan Tabel 3 (lihat lampiran) menunjukkan bahwa


Privatisasi. ROA sebagian BUMN mengalami peningkatan
seperti PT.Telkom, PT. Timah, PT, Aneka Tambang
Tabel 2. Ringkasan Prediksi Pengujian
dan perusahaan tersebut juga telah mengalami pe-
ningkatan kinerja tetapi pada sebagian BUMN lain-
nya mengalami penurunan. Hasil pengujian dengan
menggunakan Wilcoxon’s Rank Test dapat diketahui
perubahan kineja pada perusahaan BUMN secara
keseluruhan. Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 9
BUMN 6 diantaranya mempunyai beda negatif dan
3 yang positif dan tidak ada yang sama. Dalam uji
wilcoxon hanya jumlah beda yang paling kecil yang
Kinerja BUMN yang diambil dari laporan dipakai dan untuk indikator ROA yang diambil
keuangan sebelum privatisasi berasal dari prospektus adalah beda yang positif yaitu terletak pada angka
yang dikeluarkan oleh perusahaan BUMN ketika 9, jadi dari uji wlicoxon (t) diperoleh angka 9.
melakukan IPO. Kinerja perusahaan BUMN selama Dengan demikian jumlah data (n)=9, uji satu sisi
tiga tahun sebelum privatisasi cenderung meningkat, dengan tingkat signfikan (á) = 5% maka diperoleh
108 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009: 103 - 113

dalam tabel wilcoxon=8. Statistik hitung > statistik besar dari statistik tabel (15>8) maka hipotesis 3
tabel (9>8). Hal ini berarti bahwa program privatisasi ditolak. Hal ini berarti bahwa program privatisasi
tidak mempunyai pengaruh dalam meningkatkan tidak berpengaruh untuk meningkatkan rasio return
rasio return on assets pada perusahaan-perusahaan on sale (ROS) pada perusahaan BUMN.
BUMN.
Analisis Indikator Assets Turn Over (ATO)
Analisis indikator Return on Equity.
Untuk indikator ATO hasil uji beda yang
Tabel 3 (lihat lampiran 1) menunjukkan diambil adalah beda yang positif yaitu nilai 15 (
bahwa terdapat tiga perusahaan BUMN yang statistik uji wilcoxon (T) didapat nilai 15). Dengan
mengalami peningkatan rasio return on equity setelah tingkat signifikansi (á) 5% dan jumlah data = 8, maka
perusahaan mengalami privatisasi seperti PT.Telkom, diperoleh bahwa statistik hitung lebih besar dari
PT,Timah, PT. Aneka Tambang. Dengan demikian statistik tabel (15>8) maka hipotesis 4 ditolak.
telah terjadi peningkatan terhadap kontribusi modal Dengan demikian program privatisasi tidak berpe-
untuk mendapatkan laba bersih. Sementara pada ngaruh untuk meningkatkan rasio Asset Turn Over
enam perusahaan lainnya mengalami penurunan rasio pada perusahaan BUMN.
ROE. Hal tersebut bermakna bahwa keenam peru-
sahaan telah mengalami penurunan terhadap kon- Analisis Total Debt to Assets (TDTA)
tribusi modal sendiri untuk menghasilkan laba.
Tabel 4 (lihat lampiran 2) menunjukkan bah- Indikator TDTA digunakan untuk mengukur
wa dari 9 perusahaan BUMN, 5 diantaranya mem- bagian dana yang dibelanjakan dengan menggunakan
punyai beda negatif dan tiga perusahaan mempunyai hutang. Berdasarkan data dari Tabel 3 (lihat lam-
tanda positif dan tidak ada yang sama (ties). Dengan piran) dan dengan menggunakan alat uji wilcoxon
menggunakan uji wilcoxon, diperoleh jumlah beda signed rank test diperoleh Tabel 4 (lihat lampiran
yang paling kecil dan untuk indikator ROE jumlah 2). Dari 9 BUMN 7 diantaranya terdapat beda
beda yang diambil adalah beda yang positif (dalam negatif dan 2 perusahaan yang bertanda positif. Beda
Tabel 4 diperoleh sum of rank angka 11). Melalui yang diambil adalah yang terkecil dan beda yang
uji satu sisi, dengan á = 5% (dalam tabel wilcoxon bertanda positif, yaitu terletak pada angka 4 (T
diperoleh nilai 8). Oleh karena statistik hitung lebih adalah 4). Dengan jumlah data = 9,dan
besar daripada statistik tabel (11>8) maka Hipotesis menggunakan uji satu sisi pada tingkat sigfikansi (á)
2 ditolak. Hal ini berarti bahwa program privatisasi = 5% , maka tabel statistik wilcoxon diperoleh nilai
tidak berpengaruh untuk meningkatkan rasio return 8. Dengan demikian statistik hitung lebih kecil dari
on equity pada perusahaan BUMN. statistik tabel (4<8) maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis 5 diterima. Hal in berarti program privatisasi
Analisis Indikator Return On Sale berpengaruh dalam menurunkan rasio Total Debt to
Total Assets pada perusahaan BUMN.
Sebagaimana yang terdapat pada indikator
ROA dan ROE, Tabel 4 (lihat lampiran 2) Analisis Indikator Dividend to Sale (DIVSAL)
menunjukan bahwa dari 9 BUMN 5 perusahaan
diantaranya mempunyai beda positif dan 4 Tabel 3 (lihat lampiran 1) menunjukkan pe-
perusahaan mempunyai beda negatif. Jumlah beda ningkatan rasio DIVSAL pada beberapa perusa-
yang dipakai adalah yang terkecil, oleh karena itu haan BUMN. Berarti terdapat peningkatan terhadap
untuk indikator ROS jumlah beda yang diambil pembayaran dividen kepada pemegang saham
adalah beda poistif (dalam sum of rank nilai 15 yang setelah perusahaan melakukan privatisasi. Dengan
diambil). Dengan menggunakan uji satu sisi dengan menggunakan alat uji wilcoxon signed rank test, dari
tingkat signifikansi (á)=5% , diperoleh skor 8 dalam 9 BUMN tiga diantaranya mempunyai beda negatif
tabel wilcoxon. Oleh karena statistik hitung lebih dan 6 perusahaan bertanda positif. Dengan demikian
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Badan Usaha milik Negara (Kirmizi) 109

jumlah beda yang terkecil yang diambil dan yang sangat buruk terhadap perkembangan perusahaan.
mempunyai beda negatif (T=11). Oleh karena Dengan demikian seharusnya perusahaan sudah
statistik hitung (11) lebih besar dari statistik tabel dapat meningkatkan kinerjanya setelah terdaftar di
(8) maka hipotesis 6 ditolak. Hal ini mempunyai arti Bursa Efek tetapi sebaliknya kinerja yang ditargetkan
bahwa progam privatisasi tidak berpengaruh terha- tidak tercapai.
dap meningkatkan rasio Dividen to Sale (DIVSAL)
pada perusahaan BUMN.

Analisis Indikator Dividend Payout (PAYOUT)

Tabel 4 (lihat lampiran) menunjukkan bahwa


dari 9 BUMN empat diantaranya mempunyai beda
negatif dan lima yang bertanda positif. Sedangkan
Gambar 1. Hubungan Mapping Tahun Listing
jumlah beda yang digunakan adalah yang terkecil. Dengan Krisis Moneter Tahun 2007
Dengan demikian dalam uji indikator PAYOUT yang
diambil adalah beda yang positif, yaitu angka 20 atau
T=20. Oleh karena statistik hitung lebih besar dari PEMBAHASAN
statistik tabel (20>8) maka hipotesis 7 ditolak. Hal
ini berarti program privatisasi tidak mempunyai Belum optimalnya kinerja BUMN selama
pengaruh dalam meningkatkan rasio Dividend Pay- ini karena permasalahannya tertutup oleh terjadinya
out pada perusahaan BUMN. pertumbuhan ekonomi yang spektakuler. Namun
Dari tujuh indikator yang digunakan dalam pada saat resesi terjadi, penggunaan modal, peng-
menganalisis kinerja keuangan BUMN, setelah gunaan modal BUMN secara tidak efisien merupa-
privatisasi dilakukan, melalui alat uji wilcoxon kan penyebab, sehingga tidak mungkin lagi menunda
signed rank, dapat dikatakan bahwa program privatisasi. Banyak negara lain didunia yang menun-
privatisasi yang dijalankan oleh BUMN tidak jukkan bahwa BUMN mereka kurang dapat mem-
berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini pertahankan kinerja yang cukup baik apabila diban-
dibuktikan dari tujuh hipotesis yang diajukan hanya dingkan dengan perusahaan-perusahan swasta
6 hipotesis yang diterima. Hal ini dapat disebabkan sejenis. Hal ini sejalan dengan trend dunia saat ini
oleh faktor-faktor eksternal dan internal. Faktor yang terjadi mulai dari tahun 1970 an, yaitu meng-
eksternal lebih disebabkan oleh kondisi ekonomi gunakan privatisasi sebagai alat yang cukup
nasional saat itu sedang mengalami krisis moneter ampuh.
yaitu sekitar tahun 1997 (Gambar 1) serta terjadinya Kinerja BUMN yang masih dibawah stan-
penolakan dari masyarakat tentang program dar telah menjadi sangat jelas pada tahun 1980 an
privatisasi. Sementara faktor internal dapat berupa sehingga mendasari terbitnya Inpres No.5 tahun 1988
bentuk pengelolaan perusahaan BUMN itu sendiri yang dijabarkan lebih lanjut dengan SK Menteri
yang tidak efisien. Sistem pengelolaan perusahaan Kuangan No. 740 dan 741 tahun 1989. Kesemua-
yang tidak efisien dapat menyebabkan perusahaan nya menekankan tentang perlunya kinerja BUMN
tidak mampu meningkatkan efisiensi (cenderung yang lebih baik dan memberikan wewenang dalam
terjadi pemborosan dalam hampir segala bidang penggunaan berbagai alat informasi.
dalam perusahaan) dan akhirnya berdampak kepada Menurut Pherson (1986: 23) langkah stra-
tidak mempunyai daya saing. tegis yang perlu diambil adalah: (1) privatisasi akan
Sebagian perusahaan, yang termasuk dalam berjalan cepat bila pemimpin negara/pemerintah me-
objek penelitian ini (sebanyak 9 perusahaan miliki komitmen kuat untuk reformasi ekonomi, (2)
BUMN), telah menunjukkan terkena dampak krisis privatisasi tidak akan berjalan mudah, karena bebe-
moneter yanng terjadi dalam tahun 1997 (Gambar rapa masalah seperti kepentinngan politik, tidak
1). Kondisi krisis ini selanjutnya akan berdampak layaknya BUMN dimata investor, (3) tidak ada mo-
110 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009: 103 - 113

del tunggal untuk suksesnya privatisasi, bisa model taranya adalah merestrukturisasi neraca dan mele-
penjualan kepada private sector sampai dengan paskan kelebihan karyawan.
transfer kepemilikan kepada karyawan, (4) model Bagaimanapun penelitian ini mempunyai
ideal dari privatisasi masih merupakan sesuatu yang keterbatasan, diantaranya: 1). Ruang lingkup pene-
disempurnakan, (5) privatisasi bukan sekedar berarti litian hanya terbatas pada perusahaan BUMN, tidak
pemindahan kepemilikan dari negara kepada sektor melibatkan perusahaan swasta lainnya. 2). Indikator
swasta, tetapi berarti juga diberlakukannya mekanis- yang digunakan terbatas pada empat indikator peni-
me pasar. laian yaitu profitabilitas, produktifitas Assets, lever-
Meskipun privatisasi tidak disebutkan seba- age, dan payout. Sedangkan indikator-indikator lain
gai alat reformasi, tetapi Menteri Keuangan pada bukan keuangan dapat digunakan untuk menentukan
tahun 1989 telah menerbitkan suatu program refor- kinerja perusahaan. 3). Analisis kinerja perusahaan
masi yang mencakup lebih dari separuh jumlah BUMN terbatas dalam kisaran tiga tahun sebelum
BUMN. Program ini tidak jadi dilaksanakan, namun dan tiga tahun setelah privatisasi.
beberapa tindakan telah dilaksanakan, seperti Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas
perubahan status dari beberapa BUMN dan bebe- maka saran dan rekomendasi sebagai berikut: 1).
rapa penggabungan usaha. Selama delapan tahun Sebelum melakukan privatisasi perlu dilakukan
berikutnya saham-saham minoritas pada enam terlebih dahulu pembenahan manajemen secara ter-
BUMN telah ditawarkan di Bursa Efek Indonesia padu dan menyeluruh agar setelah privatisasi target
serta Bursa saham New York dan London. Penjualan kinerja dapat dicapai. 2). Program perusahaan
saham ini sangat sukses dalam terminologi pasar BUMN mempunyai misi ganda yaitu meningkatkan
saham. Tidak satupun penjualan saham-saham terse- efisiensi dan mendapatkan tambahan dana guna
but merupakan privatisasi karena kontrol manajemen menutupi defisit APBN, oleh karena itu sebaiknya
tetap berada di tangan pemerintah dengan 65% atau perusahaan selanjutnya melakukan right issue untuk
lebih kepemilikan saham. Meskipun demikian mendapatkan tambahan dana yang dapat digunakan
langkah penawaran saham memerlukan beberapa bagi pengembangan usaha. 3). Agar kinerja dapat
restrukturisasi terlebih dahulu dan mengharuskan ditingkatkan maka usaha pembenahan internal dan
perseroan membuka diri kepada masyarakat untuk eksternal perlu dilakukan. Pembenahan internal
diteliti dan awasi operasionalisasinya, bisa diaudit diantaranya dilakukan melalui langkah-langkah
dan bahkan bisa dipertanggungjawabkan oleh sistematis yang menyangkut pembenahan sistem
pelaksana kegiatan. informasi, administrasi, sumber daya manusia serta
Akhirnya inti sari utama yang dapat diambil budaya perusahaan. Sedangkan pembenahan ekster-
dari penelitian tentang privatisasi BUMN di Indo- nal dapat berupa pembenahan lingkungan BUMN,
nesia adalah bahwa banyak BUMN yang telah meminimalkan campur tangan pemerintah dalam
menghadapi masalah yang komplek bila ditinjau dari pengelolaan perusahaan, serta mengurangi sistem
penerapan good corporate governance yang birokrasi yang tidak efektif. 4). Dalam keterbatasan
diselesaikan sebelum privatisasi dilakukan. Karena penelitian ini maka untuk menilai kinerja perusahaan,
selama ini banyak pula BUMN yang telah dipergu- seperti indikator efisiensi, employment, capital in-
nakan sebagai sarana untuk pemberian subsidi, vestment, dan penilaian manfaat bagi masyarakat
seperti subsidi listrik, energi dan pupuk atau berope- perlu dikaji untuk penelitian selanjutnya.
rasi di dalam lingkungan regulasi yang kurang jelas
(sebagai contoh tarif atau pembatasan pesaing). Hal SIMPULAN
ini semuanya telah menimbulkan resiko bagi pembeli
swasta atau para manajer. Namun demikian untuk Perusahaan BUMN yang melakukan pri-
BUMN yang beroperasi di pasar yang bersifat kom- vatisasi yang menggunakan metode IPO menun-
petitif, akan mempunyai peluang masuk ke tahap jukkan bahwa kinerja perusahaan BUMN sebelum
privatisasi. Disamping privatisasi, restrukturisasi bagi privatisasi cenderung meningkat. Namun demikian
BUMN hanya akan dilakukan secara minimal, dian- terdapat beberapa perusahaan BUMN yang menga-
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Badan Usaha milik Negara (Kirmizi) 111

lami penurunan kinerja pada beberapa indikator Kelas Dunia, Jakarta: PT.Elex Media
kinerja yang digunakan dalam penilaian. Sedangkan Komputindo.
kinerja perusahaan BUMN setelah melaksanakan
privatisasi ditemukan kinerja perusahaan BUMN Dibyo Soemantri Priambodo., 2004. Refleksi
cenderung mengalami penurunan, meskipun ada BUMN 1993-2003, Yogyakarta: Media
beberapa perusahaan terjadi peningkatan kinerja Pressindo.
setelah privatisasi. Analisis yang dilakukan dengan
membandingkan kinerja perusahaan antara setelah Jusmalaini, 2004. Inovasi Dalam Privatisasi, Jurnal
dengan sebelum privatisasi dengan menggunakan alat Ekonomi dan Pembangunan, Pusat Pene-
uji statistik wilcoxon’s signed rank test didapati litian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan
bahwa program privatisasi tidak berpengaruh signifi- Indonesia P2E-LIPI.
kan terhadap peningkatan kinerja perushaaan
BUMN. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor McPherson, M. Peter,. 1986. The promise of
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang privatization, a publication of USAID.
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah kon-
disi ekonomi secara nasional yang pada saat itu me- Mohamad Suhud., 2002. Privatization: A Review
ngalami krisis moneter dan misi ganda yang dibe- on the Power Sector Restructuring in In-
bankan oleh pemerintah pada perusahaan BUMN donesia, INFID’s Background Paper on
pada saat itu. Sedangkan pengaruh dari faktor in- Privatization.
ternal adalah antara lain pengelolaan perusahaan
BUMN yang kurang efisien serta pola manajemen Pandu Patriadi., 2003. Studi Efektifitas Kebijakan
perusahaan yang tidak sehat. Privatisasi BUMN Dalam Rangka Pem-
biayaan APBN, Jakarta.
DAFTAR RUJUKAN
Pandu Patriadi., 2003. Studi Banding Kebijakan
Akhmad Syakhroza, 2005. Corporate Gover- Privatisasi BUMN di Beberapa Negara,
nance: Sejarah dan Perkembangan Teori, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol 7,
Model dan Sistem Governace serta No. 4, Jakarta.
Aplikasinya pada Perusahaan BUMN,
Jakarta: FE UI. Pandu Patriadi., 2003. Studi Kebijakan Dividen
BUMN dalam Memberikan Kontribusi
D’Souza, Juliet., & Meggison, William L., 1999. The Optimal Terhadap APBN, Jakarta.
Financial and Operating Performance of
Privatized Firms During the 1990’s, Jour- Purwoko., 2002. Model Privatisasi BUMN Yang
nal of Finance. Mendatangkan Manfaat Bagi Pemerin-
tah dan Masyarakat Indonesia, Kajian
Djokosantoso Moeljono., 2004. Reinvensi BUMN: Ekonomi dan Keuangan, Vol 6, No.1,
Empat Strategi Membangun BUMN Jakarta.
112 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009: 103 - 113

LAMPIRAN

Tabel 3. Indikator dan Penilaian Kinerja BUMN

Sumber: Data olahan


Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Badan Usaha milik Negara (Kirmizi) 113

LAMPIRAN

Tabel 4. Hasil Analisis Wilcoxon’s Signed Rank Test

Sumber: Data olahan

You might also like