Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
This study aims to examine the factors that influence financial distress in State-owned enterprises (SOEs). The
factors identified include managerial compensation, working capital, investment growth, and operating cash
flow. he researchers measure financial distress by Z-score. The researchers measure managerial compensation by
calculating the amount of directors' salary and allowances, Working capital by ratio between the number of
current assets and short-term liabilities; Investment growth by the ratio between the current year's investment
and the previous year. Operating cash flow is the difference between cash inflows and outflows from operating
activities. Leverage as a control variable is a comparison between total debt and total equity. The researchers
selected the sample with a purposive sampling method. The result is that researchers obtained a sample of 19
BUMN. Research data for the period 2014-2017 were analyzed using multiple linear regression analysis. The
results show that the variable working capital and leverage influence financial distress. Managerial
compensation, investment growth, and operating cash flow do not affect financial distress.
Key words: managerial compensation; working capital; investment growth; cash flow operations; financial
distress.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji fakor-faktor yang mempengaruhi financial distress di Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Faktor-faktor yang diidentifkasi mencakup kompensasi manajerial,
modal kerja, pertumbuhan investasi, dan arus kas operasi. Pengukuran financial distress dilakukan
dengan Z-score. Peneliti mengukur kompensasi manajerial dengan menghitung jumlah gaji dan
tunjangan direksi. Modal kerja diukur melalui rasio antara jumlah asset lancar dengan liabilitas
jangka pendek. Pertumbuhan investasi dihitung dari rasio antara investasi tahun berjalan dengan
tahun sebelumnya. Arus kas operasi adalah selisih arus kas masuk dan keluar dari aktivitas operasi.
Leverage sebagai variable control diperoleh dari perbandingan antara total hutang dan total ekuitas.
Peneliti menyeleksi sampel dengan metode purposive sampling. Hasilnya peneliti memperoleh
sampel sebanyak 19 BUMN. Data penelitian untuk periode tahun 2014-2017 dianalisis dengan
menggunanakan analisis regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel modal kerja
dan leverage mempunyai pengaruh terhadap financial distress. Kompensasi manajerial, pertumbuhan
investasi, dan arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh terhadap financial distress.
Kata kunci: financial distress; kompensasi manajerial; modal kerja; pertumbuhan investasi; arus kas
operasi
oleh berbagai perusahaan baik itu per- lebih rendah dibandingkan perusahaan
usahaan dengan skala besar atau pun dalam keadaan sehat. Pemberian kompen-
perusahaan dengan skala kecil dari berbagai sasi pada perusahaan yang mengalami
sektor industri. Kesulitan keuangan yang keadaan keuangan tidak baik, atau dikata-
mengancam operasional BUMN menjadi hal kan distress, akan berbeda dengan perusaha-
yang sangat penting karena perusahaan ini an dengan kondisi keuangan yang baik atau
menyerap pendanaan pemerintah. BUMN non-distress. Ketika perusahaan dalam ke-
seharusnya sehat dan memiliki kemampuan adaan financial distress, kondisi keuangan
keuangan secara mandiri bahkan berpelu- dalam perusahaan sedang mengalami pe-
ang membantu keuangan negara sebagai- nurunan serta perusahaan akan mengalami
mana yang terjadi dinegara lain. Fenomena kesulitan dalam melakukan pembayaran
ini merupakan reasearch gap yang penting utang. Kondisi tersebut bertentangan de-
untuk dianalisa. Faktor-faktor yang terkait ngan Njuguna (2016), yang menyebutkan
dengan kesulitan keuangan BUMN diuji bahwa pemberian kompensasi yang besar
dalam penelitian ini untuk memberi masu- pada perusahaan yang sehat akan membuat
kan kepada pemerintah dalam membuat kinerja direksi meningkat, ketika keadaan
kebijakan dalam mengatasi kesulitan keua- perusahaan dalam kondisi non-financial
ngan yang dihadapi BUMN. distress. Kondisi keuangan perusahaan yang
Penelitian BUMN secara spesifik sektor sedang dalam keadaan normal akan me-
ketenagalistrikan, yaitu Perusahaan Listrik ningkat dari biasanya. Hal tersebut akan
Negara (PLN) telah dilakukan Assagaf berdampak pula pada besarnya pemberian
(2014). Hasil penelitian menunjukkan bah kompensasi direksi.
wa optimalisasi pengelolaan PLN perlu di- Kondisi Financial distress dapat diukur
lakukan serangkaian kebijakan yang di- dengan skor yang ditemukan oleh Altman
dukung oleh pemerintah melalui kementeri- yang dikenal dengan Z-Score. Analisis Z-
an terkait untuk melakukan kebijakan se- Score adalah metode untuk memprediksi
cara terpadu. Variabel yang digunakan keberlangsungan hidup suatu perusahaan
pada penelitian fokus pada faktor kompen- dengan mengkombinasikan beberapa rasio
sasi manajerial, modal kerja, dan pertumbu- keuangan yang umum dan pemberian
han investasi, leverage, dan cash flow ope- bobot yang berbeda satu dengan lainnya
ration yang terkait dengan kesulitan keua- (Rudianto, 2013; Sartono (2010). Model
ngan BUMN atau financial distress yang Altman (2000) telah dilengkapi titik cut off
perlu dikaji atau dianalisis secara kompre- untuk menentukan klasifikasi kebangkru-
hensip, sehingga dapat memberi masukan tan. Altman menggunakan lima rasio ke-
atau rekomendasi terhadap permasalahan uangan yang diperuntukkan bagi perusaha-
yang dihadapi BUMN. an go public salah satunya adalah Modal kerja
Salah satu indikator keberhasilan bagi terhadap Total Aktiva.
perusahaan dalam mencapai orientasinya Capital Expenditure atau pertumbuhan
ditentukan oleh kinerja dan profesionalisme investasi juga diduga mempunyai pengaruh
karyawan atau pegawainya. Hal ini di- terhadap struktur modal karena berkaitan
karenakan adanya motivasi dalam me- dengan adanya penggunaan dana perusaha-
ningkatkan kinerja perusahaan dengan an untuk membiayai keperluan perusahaan
pemberian kompensasi yang cukup me- dalam jangka panjang. Pertumbuhan per-
muaskan. Studi yang mengkaji mengenai usahaan merupakan kemampuan perusaha-
distress status terhadap kompensasi yaitu an untuk meningkatkan size. Pertumbuhan
penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (growth) adalah seberapa jauh perusahaan
(2006). Perusahaan dalam keadaan financial menempatkan diri dalam sistem ekonomi
distress akan membayar total remunerasi secara keseluruhan atau sistem ekonomi
228 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 3, Nomor 2, Juni 2019: 226 – 243
untuk industri yang sama, Machfoedz dibedakan dalam dua kategori, yaitu Techni-
(2007). Secara umum, semakin meningkat cal Insolvency dan Bankruptcy Insolven-
produktivitas perusahaan, maka pertumbu- cy (Suroso, 2006). Technical Insolvency, ber-
han perusahaan juga diharapkan meningkat sifat sementara dan munculnya karena per-
dari waktu ke waktu. Pertumbuhan karena usahaan kekurangan kas untuk memenuhi
pengaruh dari iklim dan situasi usaha local, kewajiban-kewajiban jangka pendek. Bank-
jika infrastruktur dan iklim usaha men- ruptcy Insolvency, bersifat lebih serius dan
dukung usaha tersebut, maka pertubuhan munculnya ketika total nilai hutang me-
perusahaan akan terlihat baik dari waktu ke lebihi nilai total aset perusahaan atau nilai
waktu. ekuitas perusahaan negatif.
Analisis leverage diperlukan untuk me- Banyak faktor yang dapat menyebab-
ngukur kemampuan perusahaan dalam kan perusahaan menghadapi financial dis-
membayar utang (jangka pendek dan jang- tress yaitu antara lain kenaikan biaya ope-
ka panjang). Apabila suatu perusahaan rasi, ekspansi berlebihan, ketinggalan tekno-
pembiayaannya lebih banyak menggunakan logi, kondisi persaingan, kondisi ekonomi,
utang, hal ini beresiko akan terjadi kesulitan kelemahan manajemen perusahaan dan pe-
pembayaran di masa yang akan datang nurunan aktifitas perdagangan industri,
akibat utang lebih besar dari aset yang Wruck (1990). Pada umumnya kondisi
dimiliki. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi financial distress yang ringan disebabkan
dengan baik, potensi terjadinya financial akibat dari kelemahan manajemen dalam
distress pun semakin besar. Salah satu rasio siklus operasional. Menurut Joseph dan
yang dipakai dalam mengukur leverage Mensah (2014), ada dua jenis kebangkrutan,
adalah total liabilities to total asset, Almilia yaitu:
dan Kritijadi (2003). a. Economic distress, berarti perusahaan ke-
Cash flow from operating juga diduga hilangan uang atau pendapatan sehing-
mempengaruhi variabel dependent financial ga tidak mampu menutup biaya sendiri
distress. Untuk menguji konsistensi hasil karena tingkat laba yang lebih kecil dari
perhitungan koefisien regresi hubungan biaya modal atau nilai sekarang dan
antara variabel tersebut, maka digunakan arus kas perusahaan lebih kecil dari
persamaan regresi yang menunjukkan pe- kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus
ngaruh langsung variabel independent ter- kas perusahaan sebenarnya jauh di-
hadap financial distress pada BUMN. Hasil bawah arus kas yang diharapkan atau
analisis komprehensif yang melibatkan ber- tingkat pendapatan atas biaya historis
bagai kelompok variabel yang disebutkan dan investasinya lebih kecil dari pada
diatas, memotivasi peneliti untuk menguji biaya modal perusahaan yang dikeluar-
faktor-faktor yang mempengaruhi financial kan untuk sebuah investasi.
distress dengan menggunakan variabel inde- b. Financial distress, berarti kesulitan dana
penden kompensasi manajerial, modal ker- untuk menutup kewajiban perusahaan
ja, pertumbuhan investasi, leverage dan cash atau likuidasi yang diawali dengan ke-
flow operation. sulitan ringan sampai pada kesulitan
yang lebih serius, yaitu jika hutang lebih
TINJAUAN TEORETIS besar dibandingkan dengan aset. Defi-
Financial Distress nisi dari financial distress tidak dapat
Kondisi financial distress perusahaan dirumuskan dengan akurat akan tetapi
didefinisikan sebagai kondisi dimana hasil merupakan suatu keadaan kesulitan
operasi perusahaan tidak cukup untuk me- dari tingkat ringan sampai berat.
menuhi kewajiban perusahaan (Insolvency). Indikator awal yang menunjukkan apa-
Menurut Emery et al. (2004) insolvency dapat kah suatu perusahaan mengalami financial
Financial Distress Di BUMN Indonesia... – Gunawan, Assagaf, Sayidah, Mulyaningtyas 229
distress antara lain ditandai dengan adanya hadap Total Hutang, dan Penjualan ter-
pemberhentian tenaga kerja atau hilangnya hadap Total Aktiva. Financial distress yang
pembayaran deviden, serta arus kas yang diukur berdasarkan nilai Z-Score dari
lebih kecil daripada kewajiban jangka pan- Altman (1983 dan pengembangannya tahun
jang, atau jika selama dua tahun mengalami 1984) Altman Model tahun 1983 mengguna-
laba bersih operasi negatif dan selama lebih kan dasar perhitungan nilai Z-score:
dari satu tahun tidak melakukan pem- Zi = 1,2 X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
bayaran deviden. Dimana: X1: (Aktiva lancar – utang lancar)
Penelitian financial distress sebelumnya atau Total Aset, X2: Laba yang ditahan atau
telah dilakukan oleh Weston dan Copeland Total Aset, X3: Laba sebelum bunga dan
(1997) dalam Mastuti, F. et al. (2012), ke- pajak atau Total Aset, X4: Nilai pasar saham
bangkrutan adalah sebagai suatu kegagalan biasa da preferen/Nilai buku total utang,
yang terjadi dalam perusahaan tersebut X5: Penjualan atau Total Aset.
dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Kegagalan Ekonomi (Economic Distres- Kompensasi Manajerial dan Financial
sed) Kegagalan dalam arti ekonomis Distress
bahwa pendapatan perusahaan tidak Kebijakan Kompensasi eksekutif pada
mampu lagi menutup biayanya, yang dasarnya merupakan bentuk kontrak ke-
berarti bahwa tingkat labanya lebih kecil agenan antara pemegang saham (principal)
daripada biaya modalnya. Definisi yang dengan manajemen perusahaan (agent).
berkaitan adalah bahwa nilai sekarang Kebijakan penentuan kompensasi eksekutif
dari arus kas perusahaan itu lebih kecil merupakan salah satu cara yang dapat di-
dari kewajibannya. lakukan dalam rangka mendorong pe-
b. Kegagalan Keuangan (Financial Distres- ningkatan kinerja. Manajemen bertanggung
sed) Insolvensi memiliki dua bentuk jawab untuk mengoptimalkan keuntungan
yakni Default teknis yang terjadi bila para pemilik atau pemegang saham, dan
suatu perusahaan gagal memenuhi sebagai imbalannya manajemen akan mem-
salah satu atau lebih kondisi didalam peroleh kompensasi sesuai dengan kontrak.
ketentuan hutangnya, seperti rasio akti- Pemilik perusahaan mengharapkan mana-
va lancar dengan hutang lancar yang jemen dapat meningkatkan kinerja dengan
ditetapkan, serta kegagalan keuangan kebijakan pemberian kom- pensasi yang
atau ketidakmampuan teknik (technical tepat, Santi dan Puji (2014).
insolvency) yang terjadi apabila per- Sistem kompensasi juga berpotensi
usahaan tidak mampu memenuhi ke- sebagai salah satu sarana terpenting dalam
wajibannya pada waktu yang telah di- membentuk perilaku dan mempengaruhi
tentukan walaupun harta totalnya me- kinerja Sutrisno (2003). Namun demikian
lebihi hutangnya. banyak organisasi mengabaikan potensi ter-
Selanjutnya Altman Z-Score dalam sebut dengan suatu persepsi bahwa “kom-
Mastuti, F. et al. (2012) menggunakan meto- pensasi tidak lebih sekadar sebuah cost yang
de prediksi kebangkrutan yang dikenal harus diminimisasi”. Tanpa disadari be-
dengan metode Altman Z-Score yang telah berapa organisasi yang mengabaikan poten-
dilengkapi titik cut off untuk menentukan si penting dan berpersepsi keliru telah
klasifikasi kebangkrutan. Altman meng- menempatkan sistem tersebut justru sebagai
gunakan lima rasio keuangan yang diper- sarana meningkatkan perilaku yang tidak
untukkan bagi perusahaan go public yaitu produktif atau counter productive. Akibatnya
Modal Kerja terhadap Total Aktiva, Laba muncul sejumlah persoalan-personal misal-
Ditahan terhadap Total Aktiva, EBIT ter- nya low employee motivation, poor job per-
hadap Total Aktiva, Nilai Pasar Ekuitas ter- formance, high turn over, irresponsible beha-
230 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 3, Nomor 2, Juni 2019: 226 – 243
viour dan bahkan employee dishonestry yang kan oleh perusahaan dalam menjalankan
diyakini berakar dari sistem kompensasi operasinya. Working Capital merupakan
yang tidak proporsional. Pengaturan kom- selisih antara aktiva lancar dengan kewaji-
pensasi merupakan faktor penting untuk ban jangka pendek. Perusahaan yang mem-
menarik dan mempertahankan tenaga kerja. punyai jumlah Working Capital yang besar
Kompensasi dapat berbentuk finansial menunjukkan keuangan perusahaan sehat.
maupun non-finansial. Perusahaan mempunyai cukup aktiva lan-
Menurut Kosnik (1990) kinerja dewan car untuk memenuhi kewajiban jangka
direksi dalam perusahaan yang mengalami pendeknya yang digunakan untuk biaya
financial distress akan lebih tinggi daripada operasional. Indikator yang dapat diguna-
perusahaan yang sehat. Direksi cenderung kan untuk mendeteksi adanya masalah
menaikkan nilai perusahaan agar mereka pada tingkat Working Capital perusahaan
tidak terkena dampak buruk dari penuru- adalah indikator-indikator internal seperti
nan nilai perusahaan. Akan tetapi, kompen- ketidakcukupan kas, utang dagang mem-
sasi manajerial yang diberikan pada per- bengkak, dan beberapa indiaktor lainnya.
usahaan yang mengalami financial distress Besar kecilnya Working Capital menunjuk-
lebih kecil daripada perusahaan yang tidak kan perusahaan memiliki tingkat likuiditas
mengalami financial distress atau perusahaan yang tingkat financial distress yang terjadi.
sehat. Abdullah (2006) menyebutkan bahwa Hasil penelitian Minda (2013) dan Irma
perusahaan dalam keadaan financial distress (2010) menunjukkan bahwa rasio WC atau
akan membayar kompensasi manajerial le- TA berpengaruh terhadap tingkat kebang-
bih rendah dibandingkan perusahaan da- krutan atau prediksi kondisi financial
lam keadaan sehat. Kondisi tersebut ber- distress. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tentangan dengan Ruparelia dan Njuguna dengan semakin meningkatnya nilai WC
(2016) yang menyebutkan bahwa pemberian atau TA menandakan makin besarnya
kompensasi manajerial yang besar pada tingkat proteksi kewajiban jangka pendek,
perusahaan yang sehat akan membuat dan semakin besar kepastian bahwa utang
kinerja direksi meningkat. Berlainan dengan jangka pendek akan dilunasi dengan tepat
penelitian Barkema dan Gomez-Mejia (1998) waktu yang artinya perusahaan dapat me-
menyatakan bahwa selama enam dekade ngelola kewajibannya dengan baik dan
melakukan penelitian, mereka gagal untuk dampaknya perusahaan tidak mengalami
membuktikan adanya hubungan antara financial distress. Berdasarkan uraian di atas,
kinerja perusahaan dengan kompensasi maka peneliti menyusu hipotesis:
manajemen tingkat atas. Penelitian yang H2 : Working Capital berpengaruh terhadap
dilakukan oleh Cordeiro et al. (2000) dan financial distress BUMN yang menerima
Firth et al. (1999) juga membuktikan tidak dana subsidi dan tambahan modal
terdapat hubungan antara penghargaan pemerintah
kepada direksi dan kinerja ekonomi per-
usahaan. Berdasarkan peranan kompensasi Pertumbuhan Investasi (Pertumbuhan
manajerial tersebut maka penelitian ini Capital Expenditure) dan Financial Distress
mengajukan hipotesis sebagai berikut: Capital Expenditure erat kaitannya de-
H1 : Kompensasi Manajerial (KM) berpe- ngan agency theory yang berhubungan de
ngaruh terhadap financial distress ngan kepentingan pemegang saham sebagai
BUMN yang menerima dana subsidi principal dan tanggung jawab manajemen
dan tambahan modal pemerintah. perusahaan sebagai agent. Tanggung jawab
manajemen perusahaan terutama dalam
Working Capital dan Financial Distress keputusan investasi atau capital expenditure
Working Capital digunakan untuk me- untuk meningkatnya kapasitas operasi yang
ngukur besarnya modal kerja yang diperlu- dapat mempengaruhi kondisi arus kas
Financial Distress Di BUMN Indonesia... – Gunawan, Assagaf, Sayidah, Mulyaningtyas 231
operasi dan berdampak terhadap financial uangan perusahaan tersebut. Laporan Arus
distress BUMN. Bila variabel capital expen- kas merupakan bagian yang tidak terpisah-
diture memerlukan dana investasi maka kan dengan laporan keuangan lainnya,
dampaknya terhadap kondisi keuangan un- maka penggunaannya secara bersama-sama
tuk membiayai investasi dan mengembali- akan memberikan hasil yang lebih tepat
kan dana tersebut sebagai cicilan utang ke untuk mengevaluasi sumber dan pengguna-
pihak perbankan. Dan bila kemampuan an kas dalam kegiatan di perusahaan
menghasilkan cash flow from operating yang Salah satu penyebab financial distress
relatif kecil atau negatif karena masih me- adalah kesulitan arus kas. Kesulitan arus
merlukan subsidi, maka kesulitan keuangan kas, disebabkan oleh tidak seimbangnya
semakin menekan BUMN. Oleh sebab itu antara penerimaan yang bersumber dari
manajemen capital expenditure tidak hanya penjualan dengan pengeluaran untuk pem-
menonjolkan aspek externalitas (social benefit belanjaan dan terjadinya kesalahan penge-
dan social cost) tetapi juga memperhatikan lolaan arus kas oleh manajemen dalam
aspek finansial yang memperhitungkan pembiayaan operasional perusahaan se-
keseimbangan cash flow operasi. Variabel hingga arus kas perusahaan berada pada
capital expenditure telah digunakan pada kondisi defisit. Dari pernyataan tersebut
penelitian sebelumnya oleh Kordestani dan dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan
Biglari (2011) dalam menganalisis kondisi memiliki aliran penerimaan kas tinggi maka
keuangan perusahaan. Berdasarkan peranan perusahaan tersebut dikatakan sehat, se-
variabel capital expenditure tersebut yang baliknya jika perusahaan memiliki aliran
dalam penelitian ini diproksikan dengan penerimaan kas yang rendah bahkan lebih
pertumbuhan aset, maka penelitian ini rendah dari aliran kas keluarnya maka
mengajukan hipotesis H3 berikut ini. perusahaan tersebut tidak sehat atau sedang
H3 : Pertumbuhan Investasi berpengaruh mengalami financial distress bahkan me-
terhadap financial distress BUMN yang ngalami kebangkrutan. Dari penjelasan
menerima dana subsidi dan tambahan diatas hipotesis yang diajukan penelitian ini
modal pemerintah adalah:
H4 : Cash Flow Operation berpengaruh ter-
Cash Flow Operation dan Financial Dis- hadap financial distress BUMN yang
tress menerima dana subsidi dan tambahan
Kas menggambarkan daya beli dan modal pemerintah Terhadap Financial
dapat ditransfer segera dalam perekonomi- Distress.
an pasar kepada setiap individu dan
organisasi dalam memperoleh barang dan Leverage dan Financial Distress
jasa yang sangat diperlukan Wahyuningtyas Rasio leverage menunjukkan kemampu-
(2010). Informasi arus kas dibutuhkan pihak an suatu entitas untuk melunasi hutang
kreditor untuk mengetahui kemampuan lancar maupun hutang jangka panjangnya
perusahaan dalam pembayaran hutangnya. atau rasio yang digunakan untuk menilai
Apabila arus kas suatu perusahaan jumlah- sejauh mana suatu entitas dibiayai dengan
nya besar, maka pihak kreditur mendapat- menggunakan hutang Wiagustini (2010).
kan keyakinan pengembalian atas kredit Apabila suatu perusahaan pembiayaannya
yang diberikan, begitu juga sebaliknya apa- lebih banyak menggunakan hutang, hal ini
bila arus kas perusahaan tersebut bernilai berisiko akan terjadi kesulitan pembayaran
kecil maka kreditur bisa kurang yakin atas di masa yang akan datang akibat hutang
kemampuan perusahaan dalam membayar lebih besar dari aset yang dimiliki. Ketidak
hutang. Dengan demikian arus kas juga mampuan perusahaan dalam memenuhi
dapat digunakan sebagai indikator oleh hutangnya pada kreditur saat jatuh tempo
pihak luar dalam menganalisa kondisi ke- dapat menyebabkan financial distress Sari
232 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 3, Nomor 2, Juni 2019: 226 – 243
dan Putri (2016). Hal ini sejalan dengan kompensasi manajerial, modal kerja, dan
penelitian yang dilakukan oleh Kristanti et pertumbuhan investasi,
al., (2016), Sari dan Putri (2016), Antikasari 3. Variabel intervening yang digunakan
(2017), Dewi dan Dana (2017) serta Kariani adalah cash flow operating, dan variabel
dan Budiasih (2017) yang menyatakan bah- control leverage.
wa rasio leverage berpengaruh pada financial
distress. Financial Distress
Sementara itu, penelitian yang dilaku- Peneliti mengukur financial distress
kan Widhiari dan Merkusiwati (2015), dengan Z-score yang ditemukan oleh
Sopian dan Putri (2017), dan Eminingtyas Altman. Rumus adalah:
dan Nita (2017) menunjukkan bahwa rasio Zi = 1,2 X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
leverage tidak berpengaruh terhadap finan- Dimana:
cial distress. Berdasarkan uraian diatas hipo- X1: (Aktiva lancar–utang lancar) atau Total
tesis dalam penelitian ini: Aset
H5 : Leverage berpengaruh terhadap finan- X2: Laba yang ditahan atau Total Aset
cial distress BUMN yang menerima X3: Laba sebelum bunga dan pajak atau
dana subsidi dan tambahan modal Total Aset
pemerintah X4: Nilai pasar saham biasa dan preferen
atau Nilai buku total utang
METODE PENELITIAN X5: Penjualan atau Total Aset.
Sampel
Sampel yang digunakan dalam pe- Kompensasi Manajerial
nelitian ini adalah berdasarkan kriteria Pengukuran variabel kompensasi mana-
yaitu hanya BUMN yang menerima pen- jerial diproksikan menggunakan kompen
danaan dari pemerintah melalui anggaran sasi yang diberikan oleh perusahaan kepada
pendapatan dan belanja negara atau APBN dewan direksi dengan jumlah dari gaji,
dalam bentuk subsidi dan atau tambahan insentif, tunjangan remunerasi, THR, dan
penyertaan modal pemerintah dan laporan bonus atau tantiem yang diformulasikan se-
keuangannya sudah dipublikasikan pada bagai berikut:
tahun 2014-2017. Terdapat 19 BUMN yang X1Δ KM = Kompensasi (t) – Kompensasi (t-1)
menerima pendanaan dari APBN, dan me- Kompensasi (t-1)
nerima tambahan penyertaan modal pe-
merintah atau PMP dan laporan keuangan- Modal kerja
nya sudah dipublikasikan pada tahun 2014- Modal kerja yaitu selisih antara asset
2017 yang ditetapkan sebagai sampel pada lancar dengan utang lancar yang meng-
penelitian ini. gambarkan modal kerja bersih yang dimiliki
perusahaan. Semakin nilai modal kerja ini,
Variabel dan Pengukurannya maka semakin terjamin kelancaran operasi-
1. Variabel dependen yang digunakan onal perusahaan baik dalam membiayai
untuk menganalisis penelitian ini adalah kebutuhan usaha maupun menyelesaikan
financial distress yang diukur dengan kewajiban utang yang jatuh tempo. Peng-
menggunakan metode multiple discrimi- ukuran Modal kerja (X2) dilakukan berdasar-
nant analysis (MDA) dari Altman yang kan perhitungan yang digunakan pada pe-
sering disebut dengan Z-score. Skor ini nelitian Altman (1984), yaitu:
adalah adalah nilai yang ditentukan dari
lima rasio keuangan yang masing-
masing dikalikan dengan bobot tertentu. Pertumbuhan Investasi
2. Variabel independen yang digunakan Sebagai variabel independent yang me-
dalam penelitian ini adalah, variabel nunjukkan besarnya pengeluaran investasi
Financial Distress Di BUMN Indonesia... – Gunawan, Assagaf, Sayidah, Mulyaningtyas 233
suatu periode tertentu atau dikenal dengan yang akan digunakan untuk menguji hipo-
pengeluaran expenditure satu periode atau tesis. Sebelum pengujian regresi dilakukan,
satu tahun. Variabel independent per- peneliti melakukan pengujian asumsi klasik
tumbuhan investasi (X3), diukur dengan yaitu uji normalitas data, autokorelasi,
menggunakan formula sebagaimana pada multikolinieritas dan heterokedastisitas.
penelitian Chen et al. (2010), yaitu: Model regresi tersebut akan menguji signi-
fikansi pengaruh secara simultan melalui uji
t. Rumus regresi linier dinyatakan sebagai
rumus berikut:
FD = a + b1KM + b2WC + b3CAPEX + b4CFO
Variabel Arus Kas Operasi + b5Lev + e
Varibel arus kas operasi dihitung dari
pertumbuhannya dan disimbolkan dengan Dimana:
X4ΔCFO. Arus kas operasi sebagai variabel FD = Financial Distress
independen menggambarkan jumlah aliran KM: = Kompensasi Manajerial
kas yang berasal dari kegiatan operasional WC = Modal Kerja (Working Capital)
perusahaan dalam suatu periode tertentu, CAPEX = Pengeluaran Investasi (Capital
misalnya satu tahun. Pengukurannya di- Expenditure)
lakukan berdasarkan hasil perhitungan CFO = Arus Kas Operasi (Cash Flow
yang dilaporkan melalui laporan keuangan Operation)
pada akhir tahun sebagaimana digunakan Lev = Leverage
pada penelitian Chen et al. (2010), dengan
perhitungan: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan sampel
berupa 19 BUMN yang memperoleh dana
subsidi atau Public Service Obligation (PSO)
Variabel Leverage dan yang akan mendapatkan Penyertaan
Tingkat leverage (X5Lev), yaitu variabel Modal Negara atau PMN untuk data lapor-
kontrol yang menunjukkan perbandingan an keuangan yang diambil tahun 2014
antara jumlah utang dengan jumlah aset tahun 2017. Jumlah sampel yang diteliti
yang dimiliki perusahaan, diukur dengan diambil sebanyak 55 laporan keuangan dari
menggunakan formula sebagaimana di- 19 BUMN yang dipublikasikan dari tahun
gunakan pada penelitian Chen et al. (2010), 2014 hingga tahun 2017, namun setelah
yaitu: dilakukan uji statistik klasik, terdapat data
yang outlier sehingga tersisa sebanyak 43
laporan keuangan.
Statistik Diskriptif
Jenis dan Sumber Data Tabel 1 berikut menunjukkan statistik
Jenis data yang digunakan dalam pe- deskriptif dari data yang digunakan dalam
nelitian ini adalah data sekunder. Data penelitian ini. Statistik deskriptif yang di-
sekunder diperoleh dari laporan keuangan gambarkan di Tabel 1 tersebut menunjuk-
yang diunduh dari websites masing-masing kan struktur data dari variable financial
perusahaan yang secara resmi dipublikasi distress (FD), kinerja manajerial (KM), modal
setelah diaudit oleh kantor akuntan publik. kerja (WC), pertumbuhan investasi (CA-
PEX), arus kas operasi (CFO) dan leverage.
Analisis Data Data variable dependen financial distress
Penelitian ini menggunakan teknik ana- mempunya distribusi data mulai nilai mini-
lisis statistik yaitu regresi linear berganda, mum 0,5802 sampai dengan nilai maksi-
234 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 3, Nomor 2, Juni 2019: 226 – 243
mum 2,6128 dengan nilai rata-rata 1,5809 dasarkan skor skor Z, perusahaan dikata-
dan standar penyimpangan dari nilai rata- kan sehat apabila nilai skor Z > 2,99 dan
rata sebesar 0,5230. Skor maksimum finan- mempunyai potensi bangkrut jika skor Z <
cial distress sebesar 2,6128 menunjukkan 1,81. Skor Z antara 1,81 sampai 2,99 di-
bahwa semua BUMN yang menjadi sampel klasifikasikan sebagai perusahaan pada grey
penelitian ini tidak satupun yang dapat area, yaitu kurang sehat, tapi tidak ber-
diklasifikasn sebagai perusahaan sehat. Ber- potensi bangkrut.
Tabel 1
Statistik Diskriptif Data Penelitian
Rata-rata skor financial distress sebesar mengalami kenaikan paling kecil sebesar
1,5809 menunjukkan bahwa BUMN yang 25,4% dan mengalami kenaikan yang ter-
menjadi sampel penelitian ini rata-rata besar sebanyak 82,46%. Rata-rata Cash Flow
mengalami kesulitan keuangan. Operation mengalami kenaikan sebesar
Standard deviasi sebesar 0,5230 berarti 55,22%.
fluktuasi penyimpangan dari nilai rata-rata Variabel Leverage atau Lev me-
yang relatif rendah. Selanjutnya, variabel ngalami penurunan paling tinggi sebesar
independen Kompensasi Manajerial atau 59,68% dan mengalami kenaikan yang ter-
KM, mempunyai nilai minimum -0,8652 dan besar sebanyak 82,46%. Rata-rata Leverage
maksimum 2,3443. Kompensasi manajerial mengalami kenaikan sebesar 308,9%.
mengalami penurunan paling banyak se-
besar 86,52% dan mengalami kenaikan yang Hasil Pengujian Asumsi Klasik
terbesar sebanyak 234%. Rata-rata Kompen- Sebelum melakukan uji hipotesis, pe-
sasi Manajerial mengalami kenaikan sebesar neliti menguji asumsi klasik dari data
30,57%. Kemudian variabel independen penelitian.
Working Capital atau WC mengalami pe-
nurunan paling banyak sebesar 10,58% dan Pengujian Normalitas Data
mengalami kenaikan yang terbesar se- Salah satu cara yang digunakan untuk
banyak 75,49%. Rata-rata working Capital pengujian normalitas data adalah meng-
mengalami kenaikan sebesar 20,52%. gunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Tabel 2
Variabel Capital Expenditure (Penge- yang menunjukkan bahwa distri- busi data
luaran Investasi) atau CAPEX mengalami adalah normal. Uji normalitas data dengan
penurunan paling banyak sebesar 79,65% signifikansi Kolmogorov Smirnov me-
dan mengalami kenaikan yang terbesar nunjukkan hasil signifikansi 200%. Nilai ini
sebanyak 755%. Rata-rata Capital Expen- diatas nilai batas kritis 5%, maka dapat
diture mengalami kenaikan sebesar 74,27%. dsimpulkan bahwa distribusi data berada
Variabel Cash Flow Operation atau CFO dalam kondisi normal.
Financial Distress Di BUMN Indonesia... – Gunawan, Assagaf, Sayidah, Mulyaningtyas 235
Tabel 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .36960335
Most Extreme Differences Absolute .078
Positive .078
Negative -.053
Test Statistic .078
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: Output SPSS (2019)
Tabel 3
Model Durbin-Watson
1 1.368a
a. Predictors: (Constant), LAG_YDIST, X3INV, X5CFO, X1COMP, X2WC,
X4LEV
b. Dependent Variable: YDIST
Tabel 4
Pengujian Multikolinieritas dengan nilai Tolerance dan VIF
Koefisien
Unstandardized Standardized Collinearity
Coeff Coeff Statistic
B Std.Err Beta t Sig Tolerance VIF
Konstan 2.541 .246 10.332 .000
KM -.079 .104 -.071 -.763 .449 .955 1.047
WC 1.339 .263 .503 5.098 .000 .846 1.182
CAPEX -.054 .050 -.102 -1.081 .285 .929 1.077
CFO .004 .006 .063 .676 .503 .963 1.038
Lev -2.035 .387 -.514 -5.261 .000 .863 1.158
Sumber: Output SPSS (2019)
Tabel 5
Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji Glesjer
Koefisien
Unstandardized Coeff Standardized Coeff
B Std.Err Beta t Sig
Konstan .548 .146 3.761 .000
KM -.080 .061 -.187 -1.300 .200
WC -.019 .156 -.018 -.120 .905
CAPEX -.015 .030 -.073 -.502 .618
CFO .005 .003 .192 1.343 .186
Lev -.295 .229 -.195 -1.288 .204
Sumber: Output SPSS (2019)
Tabel 6
Hasil Uji F (ANOVA)
Tabel 7
Hasil Uji t
Koefisien
Unstandardized Standardized
Coeff Coeff
B Std.Err Beta t Sig
Konstan 1.302 .312 4.170 .000
KM -.027 .111 -.024 -.240 .812
WC .774 .249 .332 3.109 .004
CAPEX -.026 .035 -.074 -.726 .472
CFO -.007 .029 -.025 -.255 .800
Lev -1.094 .341 -.349 -3.210 .003
Sumber: Output SPSS (2019)
pensasi Manajerial (KM) berpengaruh lang- lu terkait pengaruh Variabel Modal kerja
sung terhadap financial distress BUMN (Y) terhadap Financial Distress, penelitian Vira
yang menerima dana subsidi dan tamba- Eneng Asia (Universitas Djuanda Bogor,
han modal pemerintah ditolak. Hal ini juga 2015) menunjukkan bahwa Modal kerja
didukung oleh penilitian terdahulu terkait memiliki pengaruh signifikan pada resiko
pengaruh Variabel Kompensasi Manajerial prediksi kebangkrutan pada perusahaan
terhadap Financial Distress, penelitian Butar industri makanan yang ada di BEI tahun
Butar (2011) menunjukkan bahwa kompen- 2009-2011 dan penelitian Vina Novi Arsita
sasi eksekutif tidak berpengaruh pada resi- dan Rivai Abdullah (Perbanas, 2018) me-
ko kebangkrutan perusahaan manufaktur ngukur tingkat signifikansi Modal kerja
yang ada di BEI. Pada perusahaan di Indo- yang memiliki pengaruh signifikan ter-
nesia kenaikan dan penurunan atau besar hadap potensi kebangkrutan Bank Umum
kecilnya Kompensasi Manajerial sangat Swasta Nasional Devisa di BEI 2014-2017.
dipengaruhi dari tingkat profitablitas per- Net modal kerja menurut konsep kualitatif
usahaan, bila tingkat profitabilitanya menu- adalah sebagian dari aktiva lancar yang
run maka Kompensasi Manajerial akan ikut benar-benar dapat digunakan untuk mem-
menyesuaikan kondisinya, sehingga tidak biayai operasi perusahaan tanpa meng-
mempengaruhi terjadinya tingkat kebang- ganggu likuiditasnya, bilamana terdapat
krutan perusahaan. kekurangan dalam pemenuhan aktiva lan-
Kenaikan atau perubahan kompensasi car, maka akan mengganggu perputaran
bagi manajer terbukti tidak mempengaruhi operasional perusahaan sehingga timbul
financial distress, bila dilihat dari sisi ting- permasalahan finansialnya.
kat kebutuhan bagi manajer, pencapaian
posisi menjadi seorang manajer merupakan Pengujian Hipotesis untuk Variabel Inde-
pencapaian pada tingkat kebutuhan ter- penden Capital Expenditure (Pertumbuhan
tentu, semakin tinggi seseorang menduduki Investasi)
jabatan, baginya merupakan kebanggaan Uji regresi dengancmenggunakan varia-
dalam pencapaian daripada nilai uang ter- bel independen Pertumbuhan Investasi dan
sebut (Teori Hirarki Kebutuhan Abraham variabel dependen Financial Distress, me-
Maslow). nunjukkan signifikansi secara statistik pada
tingkat 5%, maka variabel Perumbuhan
Pengujian Hipotesis untuk Variabel Inde- Investasi menunjukkan pengaruh signi-
penden Working Capital (Modal Kerja) fikansi secara partial pada tingkat 0,472 atau
Uji regresi dengan variabel independen 47,2% diatas level signifikansi 5%, artinya
Working Capital terhadap variabel dependen bahwa Variabel Pertumbuhan Investasi se-
Financial Distress, menunjukkan signifikansi cara partial tidak memiliki pengaruh yang
secara statistik pada tingkat 5%, dimana signifikan terhadap Financial Distress. Jadi
Variabel Modal kerja memiliki derajat pe- hipotesis 3 yang menyatakan Pertumbuhan
ngaruh secara partial dengan tingkat signi- Investasi (PI) berpengaruh langsung ter-
fikansi yang rendah, yaitu sebesar 0,004 hadap financial distress BUMN (Y) yang me-
atau 0,4%, artinya bahwaVariabel Modal nerima dana subsidi dan tambahan modal
kerja secara partial memiliki pengaruh yang pemerintah adalah ditolak.
signifikan terhadap Financial Distress. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh
Jadi hipotesis 2 yang menyatakan Alfi Rista Nora (2016) yang menganalisa
Working Capital (WC) berpengaruh langsung ukuran perusahaan, yang merupakan jum-
terhadap financial distress BUMN yang me- lah aset yang dimiliki, tidak memiliki
nerima dana subsidi dan tambahan modal pengaruh terhadap Financial Distress. Per-
pemerintah adalah diterima. Hal ini juga usahaan dalam melakukan investasi atau
didukung oleh beberapa penilitian terdahu- melakukan pengeluaran modal tentunya
Financial Distress Di BUMN Indonesia... – Gunawan, Assagaf, Sayidah, Mulyaningtyas 239
akan melihat kondisi laba ditahan, apabila Pengujian Hipotesis untuk Variabel Inde-
kondisi laba ditahan tinggi, maka per- penden Leverage
usahaan dapat melakukan investasi pe- Pada uji regresi menggunakan variabel
nambahan aset, namun bila terjadi kerugian independen Leverage terhadap variabel
atau penurunan laba ditahan, maka pe- dependen Financial Distress, menunjukkan
ngeluaran untuk investasi tidak akan di- signifikansi secara statistik pada tingkat 5%,
lakukan, sehingga dapat mengurangi resiko maka variabel Leverage menunjukkan pe-
Financial Distress. ngaruh signifikansi secara partial pada
tingkat rendah, yaitu 0,003 atau 0,3% di-
Pengujian Hipotesis untuk Variabel bawah level signifikansi 5%, artinya bahwa
Independen Cash Flow Operation Variabel Leverage secara partial memiliki
Uji regersi dengan variabel dependen pengaruh yang signifikan terhadap Financial
Financial Distress dan variabel independen Distress. Jadi pada hipotesa 4 yang menyata-
Cash Flow Operations, tidak menunjukkan kan Leverage (Lev) berpengaruh langsung
signifikansi secara statistik pada tingkat 5%, terhadap financial distress BUMN (Y) yang
bahwa Variabel Cash Flow Operations me- menerima dana subsidi dan tambahan
miliki derajat pengaruh secara partial de- modal pemerintah adalah diterima. Sedang-
ngan tingkat signifikansi yang tinggi yaitu kan Leverage merupakan tingkat solvabili-
sebesar 0,800 atau 80%, artinya bahwa tas perusahaan tidak mempengaruhi ter-
Variabel Cash Flow Operations secara partial hadap financial distress.
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan Penelitian Mesisti Utami (2015) dan
terhadap Financial Distress. Jadi pada hipo- Roro Joffani et al. (2017) yang meneliti me-
tesa 5 yang menyatakan Cash Flow Operation ngenai pengaruh leverage pada financial
berpengaruh langsung terhadap financial distress, menjelaskan bahwa variabel leve-
distress BUMN (Y) yang menerima dana rage berpengaruh signifikan terjadinya
subsidi dan tambahan modal pemerintah financial distress, hasil pengukuran leverage
Terhadap Financial Distress adalah ditolak. yang tinggi menunjukkan semakin banyak-
Hal ini sejalan dengan penelitian Bagus nya pendanaan dengan utang, semakin
(2013), penelitian Puji Astuti dan Sugeng besar kegiatan perusahaan yang dibiayai
Pamudji (2015) yang mengungkapkan bah- oleh utang semakin besar pula kemung-
wa Arus Kas Operasi berpengaruh negatif kinan terjadinya kondisi financial distress,
dan signifikan terhadap Financial Distress akibat semakin besar kewajiban perusaha-
dan penelitian Verani, et al. (2017) meng- an untuk membayar utang tersebut.
ungkapkan bahwa Arus Kas Operasi tidak
berpengaruh terhadap Financial Distress. Koefisien Determinasi
Sesuai teori sinyal yang digunakan untuk Hasil penghitungan terhadap nilai koefi-
memberikan sinyal positif maupun negatif sien determinasi atau R2 diperoleh angka
kepada pegguna laporan keuangan salah sebesar 0,614. Artinya variasi perubahan
satunya kreditor. Jumlah arus kas operasi Variabel Financial Distress dapat dijelaskan
yang baik menunjukkan bahwa perusahaan oleh semua variabel independent (Kompen-
telah menghasilkan arus kas yang cukup sasi Manajerial, Modal kerja, Pertumbuhan
untuk melunasi pinjaman, memelihara ke- Investasi, Leverage, dan Cash Flow Operation)
mampuan operasi entitas, membayar devi- pada tingkat 61,4%, sisanya 38,6% dijelas-
den dan melakukan investasi baru tanpa kan oleh variabel lainnya yang tidak
bantuan sumber pendanaan dari luar, dimasukkan dalam model. Kemampuan
sehingga kreditor akan menerima sinyal menjelaskan variabel independen yang
positif tersebut yang menunjukkan bahwa dimasukkan dalam model atas perubahan
perusahaan tidak berpontensi mengalami Financial Distress, lebih besar dari variabel
finan cial distress. lain yang tidak dimasukkan dalam model.
240 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 3, Nomor 2, Juni 2019: 226 – 243
Tabel 8
Koefisien Determinasi
Sales Growth terhadap Financial Dis- 2011. Jurnal Visionida 1(1). Universitas
tress. E-Jurnal Akuntansi Universitas Djuanda. Bogor.
Udayana 11(2): 456–469. https://doi. Vina, N. A., Rivai, A. 2018. Analisis Potensi
Org. Kebangkrutan Bank Umum Swasta Nasio-
Wruck, Karen H. 1990. Financial distress, nal Devisa Yang Terdaftar di BEI 2014-
reorganization, and organizational 2017. Perbanas Review 3(2) Desember
efficiency. Journal of Financial Economics 2018.
27(2): 419-444. Verani, C., Derry, P., Elyzabeth, I. M. 2017.
Vira, E. A., Irwan, Ch. 2015. Pengaruh Rasio Analisis Rasio Keuangan untuk Mem-
Keuangan Terhadap Prediksi Kebang- prediksi Kondisi Financial Distress
krutan (ALTMAN Z-SCORE) Industri (Studi Empiris pada Perusahaan Manu-
Makanan dan Minuman Yang Terdaftar faktur yang Terdaftar di Bursa Efek
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009- Indonesia Periode 2014-2015). Jurnal
Akuntansi Maranatha 9(2): 137-145.