You are on page 1of 5

Sinaga, M. K.

Pengenalan Pada Mikrofosil

PENGENALAN PADA MIKROFOSIL


Martin Kristian Sinaga1), Ega Sari2), M. Arif Al-Hasan3), Siti Marwah Janice Safa4), Febby
Wahyuningsih5), Nur Afni Dian Utari6), Tezar Julian7), Riko Simanjuntak8), Annisa Rinka Farisya9),
Veni Dewinta9), Luki Ardhianto10), Nessa Indra11)
1
Teknik Geologi, Jurusan Teknologi Produksi dan Industri, Institut Teknologi Sumatera
E-mail : martin.15117037@student.itera.ac.id

Abstract

Micropaleontology is a branch of science in paleontology that specifically studies all the remains of
small-sized living things so that the implementation must use microscope aids. While microfossils
are fossils that have a small size, defined as smaller or equal to 2 mm (smaller than coarse sand on
the Wentworth scale) so that microscopes are used to observe them. Micropaleontology in geology
is one of the methods used to determine ancient climate. There are 10 microfossil groups that can
be commonly used, namely: diatoms, dinoflagelata, commons algae, spores, pollen, nanoplankton,
radiolaria, foraminifera, conodont, and ostracoda. Microfossils are commonly used for
determination of age and depositional environment. Therefore it is necessary to know the form of
life, planktonic, bentonic, or other forms of life. Each form of life has its own uses and is different,
for example microfossils that have plantonic life forms are used to determine the age of
depositional environments while microfossils that have bentonic living forms are used for the
determination of depositional environments. An example of microfossils is foraminifera, this fossil
is very often used in micropaleontological studies because of its abundant amount in sedimentary
rocks. Foraminifera can provide data about the past environment (geological scale).

Keywords : micropaleontology, microfossils, size, living forms.

Abstrak

Mikropaleontologi adalah cabang dari ilmu pada ilmu paleontologi yang khusus mempelajari semua
sisa-sisa makhluk hidup yang berukuran kecil sehingga pada pelaksanaanya harus menggunakan
alat bantu mikroskop. Sedangkan mikrofosil adalah fosil yang memiliki ukuran kecil, didefinisikan
berukuran lebih kecil atau sama dengan 2 mm (lebih kecil dari pasir kasar pada skala Wentworth)
sehingga digunakan alat mikroskop untuk dapat mengamatinya. Ilmu mikropaleontologi dalam
geologi salahsatunya digunakan untuk penentuan iklim purba. Ada terdapat 10 kelompok mikrofosil
yang dapat umum digunakan, yaitu : diatoms, dinoflagelata, commons algae, spore, pollen,
nanoplankton, radiolaria, foraminifera, conodont, dan ostracoda. Mikrofosil umum digunakan untuk
penentuan umur dan lingkungan pengendapan. Oleh karena itu perlu diketahui bentuk hidupnya,
planktonik, bentonik, atau bentuk hidup lainnya. Tiap bentuk hidup memiliki kegunaan masing-
masing dan berbeda pula, contohnya pada mikrofosil yang memiliki bentuk hidup plantonik
digunakan untuk penentuan umur lingkungan pengendapan sedangkan mikrofosil yang memiliki
bentuk hidup bentonik digunakan untuk penentuan lingkungan pengendapan. Contoh dari hewan
mikrofosil adalah foraminifera, fosil ini sangat sering digunakan dalam studi mikropaleontologi
karena jumlahnya yang sangat melimpah pada batuan sedimen. Foraminifera dapat memberikan
data tentang lingkungan masa lampaunya (skala geologi).

Kata kunci : mikropaleontologi, mikrofosil, ukuran, bentuk hidup.

1
Sinaga, M. K. Pengenalan Pada Mikrofosil

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikropaleontologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari semua sisa-sisa
makhluk hidup yang memiliki ukuran kecil < 2 mm, hanya dapat dilihat dengan alat
optik seperti mikroskop, sedangkan mikrofosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang
memiliki ukuran sangat kecil yaitu < 2 mm. Berdasarkan ukuran besar kecilnya, fosil
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mikrofosil dan makrofosil. Perbedaannya adalah
mikro untuk ukuran yang sangat kecil dan makro untuk ukuran yang besar atau dapat
dilihat dengan mata. Fosil sangat berguna bagi ilmu geologi, salah satunya untuk dapat
mengetahui iklim bumi jutaan tahun lalu, sebagai bukti teori evolusi dan yang paling
penting adalah sebagai penentu umur suatu lapisan juga lingkungan pengendapannya.
Untuk itu karena makrofosil sulit ditemukan dan tidak semua lapisan dapat ditemukan,
maka dimanfaatkan mikrofosil untuk data yang leih akurat.

1.2 Tinjaun Pustaka


Mikropaleontologi merupakan studi khusus yang mempelajari sisa-sisa organisme yang
terawetkan di alam dengan menggunakan alat bantu (mikroskop), organisme yang
terawetkan tersebut merupakan fosil mikro karena berukuran sangat kecil, sebagai
contoh fosil mikro adalah fosil-fosil dari organisme ordo foraminifera. Menurut Jones,
1936 Mikrofosil adalah setiap fosil yang biasanya kecil dan untuk mempelajarinya
digunakan alat bantu mikroskop. Fosil mikro dalam batuan tersebut terdapat bersama
dengan batuan lain telah direkatkan oleh semen. Ada terdapat sepuluh kelompok
mikrofosil yang dapat umum digunakan, yaitu diatoms, dinoflagelata, commons algae,
spore, pollen, nanoplankton, radiolaria, foraminifera, conodont, dan ostracoda.
Kegunaan dari tiap mikrofosil sangat berbeda, tergantung dari bentuk hidupnya. Ada dua
bentuk hidupnya, yaitu plantonik dan bentonik. Plantonik hidup dengan cara
mengambang dalam air dan tidak dapat hidup di dasar air, berbeda dengan bentonik
yang dapat bergerak bebas di dasar sungai atau laut namun tidak dapat berenang ataupun
mengambang bebas seperti plantonik. Plantonik biasanya digunakan untuk menentukan
umur dari lapisan sedimen perairan (laut, danau, ataupun sungai) sedangkan untuk
penentuan lingkungan pengendapannya digunakan mikrofosil dengan cara hidup
bentonik.

1.3 Tujuan Praktikum


1. Praktikan dapat mengetahui 10 kelompok mikrofosil yang umum digunakan dalam
berbagai aplikasi kebumian.
2. Praktikan dapat membedakan secara morfologi dari 10 kelompok fosil tersebut dalam
gambar dan deskripsi visual dan rupa.

2
Sinaga, M. K. Pengenalan Pada Mikrofosil

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa itu Mikropaleontologi dan Mikrofosil ?
2. Apa saja 10 kelompok mikrofosil yang umum digunakan dalam aplikasi kebumian ?
3. Apa saja bentuk hidup dari mikrofosil dan kegunaanya ?

2. METODE

Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Februari 2019 pukul 15:30 – 17:30 WIB di
Laboratorium Geosains lt. 3. Dengan melakukan simulasi membentuk tubuh asli dari
mikrofosil saat masih hidup dengan menggunakan plastisin, lalu mendeskripsikan lokasi
hidup dan fungsi dari mikrofosil yang di peragakan.

Tabel 1. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Jumlah

Plastisin 1 buah

Alat menggambar (Pensil) 1 buah

2.1 Langkah Percobaan

2.1.1 Membentuk 3D Mikrofosil


1. Keluarkan plastisin dari tempatnya dan ambil secukupnya,
2. Amati mikrofosil dalam bentuk gambar pada modul,
3. Bentuklah Mikrofosil dengan analisa visual 3D dengan memperhatikan detailnya,
4. Foto hasil visual 3D sebagai bentuk kegiatan.

2.1.2 Menggamar tangan Mikrofosil


1. Amati terlebih dahulu bentuk tubuh dari kelompok mikrofosil yang telah ditentukan,
2. Gambar pada lembar kerja pada modul dengan memperhatikan struktur mikrofosil.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam praktikum yang telah dilakukan yaitu pengenalan pada mikrofosil, praktikan telah
melakukan simulasi membentuk visual dari 10 kelompok mikrofosil dan kembali
menggambar mikrofosil tersebut kedalam lembar kerja untuk melatih praktikan
memvisualisasikan 10 jenis mikrofosil. 10 jenis kelompok mikrofosil yang sering
digunakan dalam aplikasi ilmu kebumian adalah diatoms, dinoflagelata, commons algae,
spore, pollen, nanoplankton, radiolaria, foraminifera, conodont, dan ostracoda.

3
Sinaga, M. K. Pengenalan Pada Mikrofosil

Gambar 1 Diatom Gambar 2 Dinoflagelatta Gambar 3 Algae Gambar 4 Radiolaria

Gambar 5 Spora Gambar 6 Spora Gambar 7 Pollen

Diatom Plantonik yang termasuk paling sering ditemukan, kebanyakan diatom adalah
bersel tunggal, dan dapat hidup pada kedalaman 200 meter di bawah permukaan air dan
terdapat juga pada perairan lepas pantai (marine), bentuk hidupnya plantonik
(mangambang) sehingga berguna sebagai penentuan umur suatu lapisan.
Dinoflagelatta Plantonik memiliki ukuran 25µm - 1000µm dan dapat hidup pada daerah
laut (marine) memiliki cara hidup mengambang dan berenang dan dapat dijadikan
sebagai alat untuk penentuan umur dari lapisannya.
Algae Plantonik dapat hidup pada daerah perairan hingga ke lepas pantai, memiliki cara
hidup mengambang atau berenang dalam air sehingga dapat dijadikan sebagai alat untuk
penentuan umur lapisan sedimen.
Spora adalah satu atau beberapa sel yang terbungkus oleh lapisan pelindung, hanya
dimiliki oleh tumbuhan dalam proses perkembangbiakannya, digunakan tumbuhan untuk
proses perkembangbiakannya, lokasi keterdapatannya di lingkungan terrestrial (daratan)
dan didasar (bentonik) digunakan sebagai penentuan lingkungan pengendapan.
Pollen lebih mirip dengan biji, hasil dari perkecambahan atau proses menuju tumbuhan
muda. Biasamya berbentuk bulat-bulat. Lingkungan hidupnya di terrestrial (daratan)
sama dengan spora dan hidup di dasar (bentonik) digunakan sebagai penentuan
lingkungan pengendapannya.
Nanoplankton adalah hewan keci dari ukuran mikro atau kerdil yang mengapung di
permukaan perairan secara massif (tidak dapat bebas bergerak) hanya memanfaatkan
arus ombak dan angin. Karena cara hidupnya mengambang (plantonik) maka dapat
digunakan sebagai penentuan umur lingkungan pengendapanya.
Radiolaria plankton memiliki struktur tubuh yang mengandung silica, digolongkan
kedalam zooplankton, dapat bergerak menggunakan alat bantu renang mereka.
Lingkungan hidupnya pada perairan dan cara hidupnya adalah mengambang di perairan
(plabtonik).

4
Sinaga, M. K. Pengenalan Pada Mikrofosil

Foraminifera Plantonik memiliki struktur tubuh berkamar, dapat hidup pada daerah
perairan hingga laut dalam dengan cara hidup mengambang di perairan (plantonik).
Sedangkan Foraminifera Bentonik cara hidupnya di dasar perairan dengan alat gerak
seperti berjalan, karena bentonik maka dapat digunakan sebagai penentuan lapisan
pengendapannya.
Conodont hidup pada daerah perairan, bentuknya menyerupai gigi. Memiliki cara hidup
mengambang di perairan (plantonik) maka dapat digunakan sebagai parameter
penentuan umur suatu lapisan sedimen.
Ostracoda adalah hewan tergolong zooplankton, lingkungan hidupnya adalah di laut
(perairan) dan cara hidupnya adalah mengambang atau berenang di air (plantonik), tetapi
sebagian besar juga dapat hidup bentos (bergerak di dasar perairan).
Perbedaan cara hidup dari mikrofosil yang dideskripsikan adalah plantonik hidup dengan
cara mengambang atau berenang di permukaan perairan (laut, sungan ataupun danau)
sedangkan cara hidup bentonik hidup di dasar perairan, tidak dapat berenang dan
mengambang. Pollen dan Spora biasanya ditemukan pada daratan (terrestrial), dapat
berada di perairan bisa diakbatkan karena tertransportasikan oleh angin atau fluida
hingga terbawa kedalam lingkungan perairan seperti danau, sungai atau laut dan
tersedimenkan di lingkungan barunya.

4. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum minggu ini mengenai perkenalan pada mikrofosil, ada 10 jenis
aatau kelompok mikrofosil yang sering dijumpai dan dapat digunakan sebagai aplikasi
kebumian yaitu diatoms, dinoflagelata, commons algae, spore, pollen, nanoplankton,
radiolaria, foraminifera, conodont, dan ostracoda. Masing masing memiliki bentuk hidup
yang berbeda. Plantonik digunakan seagai penentuan umur suatu lapisan dan bentonik
digunakan sebagai penentuan lingkungan pengendapan.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan berlangsungnya praktikum mikropaleontologi tentang pengenalan pada


mikrofosil, saya sebagai praktikan mengucapkan terima kasih kepada Bapak Danni
Ghatot Harbowo,S.Si.,M.T. selaku dosen mata kuliah mikropaleontologi. Juga
mengucapkan terima kasih kepada para asisten praktikum terkhusus kepada kak Nur
Afni Dian Utari sebagai asistem praktikum kelompok 2 yang telah memberikan arahan
dan penjelasan dalam praktikum mikropaleontologi sehingga praktikum yang dilakukan
dapat berjalan dengan baik dan mendapat hasil yang diinginkan. Semoga dengan
dillakukannya praktikum ini, kami peserta praktikum dapat memiliki pengalaman belajar
yang baik sehingga suatu saat dapat diterapkan jika sudah dibutuhkan pada penelitian
dilapangan.

6. REFERENSI
[1] Murray. 2006. Ecology and Applications of Benthic Foraminifera.
[2] ITERA. 2019. Modul Praktikum Mikropaleontologi: Pengenalan Mikrofosil.

You might also like