You are on page 1of 8

Jurnal Bisnis dan Pemasaran ISSN : 2087-3077

Volume 11, Nomor 2, September 2021

ANALISIS PENINGKATAN PELAYANAN PELANGGAN PADA


BISNIS JASA KURIR MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA-
DMAIC
STUDI: PADA MAIL PROCESSING CENTRE - PT POS INDONESIA (PERSERO)

Hilman Setiadi – Marly Willyo

Program Studi D3 Logistik Bisnis, Politeknik Pos Indonesia


Email: hilmansetiadi@poltekpos.ac.id – marlywillyo13@gmail.com

Abstract

PT Pos Indonesia (Persero) is one of the oldest courier service companies in Indonesia. Its
products and services are still quite widely used by consumers. In its journey, PT Pos Indonesia
(Persero) has faced quite a challenge along with the growth of competitors in the courier service
industry. To be able to maintain the market, it strives to always improve services. One of the service
improvements in this case is the postal processing business process starting from the Mail Processing
Center (MPC) unit which has the position and role as a technical implementing work unit that has
the functions of planning, organizing, implementing, controlling, processing, distribution,
transportation and delivery of postal items effectively and efficiently in their working areas
The DMAIC concept is the basis of the approach used in the Six Sigma method approach. There
are 5 basic stages or steps in implementing the Six Sigma strategy, namely Define – Measure –
Analyze – Improve – Control (DMAIC)
It can be concluded that the factors causing problems that often occur at MPC Bandung are
damaged/wet goods with the frequency of occurrences that often occurs reaching 2,981 with a
percentage of 41% of total defects, for problems of missing receipts as many as 2,851 with a
percentage of 39% of total defects, and for barcode scanning problems, as many as 1,462 with a
percentage of 20% of the total defect. From the results of data processing, it shows that based on the
Six Sigma value table, PT Pos Indonesia is at level 2.64 or it can be said at level 2σ with an average
DPMO value of 127,433,421 for every one million shipments. From the results of the DPMO value
and the Sigma value, it can be seen that there are 4 types of factors that affect defects, namely: Man,
Machine, Method and Environment.

Keywords: Six Sigma, DMAIC, Mail Processing Center, DPMO

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini persaingan yang dihadapi oleh mendorong persaingan diantara mereka
perusahaan dalam dunia usaha, bisnis, dan jasa semakin ketata. Dengan demikian untuk
pengiriman semakin berat terlebih dalam memenangkan pasar dan memepertahankan
kondisi Pandemi Covid 19. Seiring dengan konsumennya yang loyal maka mereka harus
bertambahnya usaha bisnis kecil menengah melakukan peningkatan kualitas layanan di
dan besar yang melakukan pengiriman barang berbagai aspek.
melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir. Perkembangan bisnis jasa kurir di
Banyaknya perusahaan jasa bidang kurir Indonesia secara umum saat ini tumbuh sangat
Jurnal Bisnis dan Pemasaran ISSN : 2087-3077
Volume 11, Nomor 2, September 2021

pesat seiring dengan peningkatan Table 1.1. Data Keterlambatan Tutupan


pertumbuhan ekonomi dan semakin Kantung
meningkatnya transkasi bisnis secara online di Total Total
Presentase
Indonesia. Tumbuhnya bisnis online atau e- Bulan Kiriman Keterlambatan
Keterlambatan
commerce ini mendorong pada peningkatan Kantung Tutupan Kantung
kiriman last mail. Jumlah jasa layanan kurir Feb 6.483 2.860 44,1%
yang ada di Indonesia sangat banyak baik yang Maret 6.211 2.288 36,8%
tergabung dalam wadah asosiasi yaitu April 6.361 2.146 33,7%
ASPERINDO maupun diluar asosiasi. Sumber: PT Pos Indonesia-MPC Bandung
Persaingan antar penyedia jasa kurir semakin Untuk mengatasi keterlambatan
hari semakin kompetitif sehingga mendorong tersebut maka perlu dilakukan analisis
para pemain untuk memberikan jasa layanan mengenai faktor-faktor yang menjadi
yang terbaiknya. Banyak hal yang ditawarkan penyebab terjadinya keterlambatan tutupan
untuk menarik konsumen agar mau kantung kiriman barang. Dengan terjadinya
menggunakan jasa kiriman yang mereka keterlambatan tutupan kantung maka
tawarkan, seperti; harga yang terjangkau oleh berpengaruh pula pada keterlambatan
konsumen, cakupan jangkauan pengiriman pengiriman barang atau paket sehingga pada
yang luas, kecepatan dan ketepatan waktu akhirnya dapat berdampak pada kepuasan
kiriman, barang kiriman konsumen pelanggan. Tentunya jika kondisi seperti ini
diperlakukan dengan baik dan jaminan dibiarkan terus menerus maka tidak menutup
keamanan serta pelayanan yang memuaskan kemungkinanan akan berdampak pada
konsumen. turunyak kepercayaan kepada perusahaan.
PT Pos Indonesia (Persero) adalah salah Tujuan penelitian ini adalah untuk
satu perusahaan jasa kurir yang paling tua di mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat
Indonesia. Produk jasanya masih cukup menyebabkan keterlambatan tutupan kantung
banyak digunakan oleh para konsumen. Dalam pengiriman barang produk jenis kilat khusus
perjalannya PT Pos Indonesia (Persero) dan mengetahui upaya apa saja yang dilakukan
mendapat tantangan cukup berat seiring untuk meminimalkan terjadinya
dengan tumbuhnya pesaing industri bidang keterlambatan agar tidak berakibat pada
jasa kurir ini. Untuk dapat mempertahankan turunnya pelayanan kepada pelanggan.
pasar maka PT Pos Indonesia berupaya untuk Untuk memudahkan pembahasan perlu
selalu meningkatkan layanan. Salah satu adanya batasan masalah agar tujuan dari
peningkatan layanan dalam hal ini ini adalah penelitian dapat tercapai sesuai dengan yang
pada proses bisnis pengolahan kiriman pos diharapkan, maka dalam penelitian ini
dimulai dari unit Mail Processing Center dilakukan pembatasan masalah sebagai
(MPC) yang memilki kedudukan dan peran berikut:
sebagai sebagai unit kerja pelaksana teknis a) Produk yang dijadikan objek penelitian
yang mempunyai fungsi perencanaan, hanya jenis produk kilat khusus.
pengorganisa-sian, pelaksanaan, b) Data yang digunakan terhitung pada bulan
pengendalian, pemrosesan, pendistribusian, Februari - April 2021.
transportasi dan pengantaran kiriman pos c) Waktu pengamatan dilakukan mulai pukul
secara efektif dan efisien di wilayah kerjanya. 19.00 – 23.00 WIB.
Salah satu permasalahan yang sering Dengan bahwa asumsi dalam penelitian
terjadi dalam pelaksanaan operasional PT Pos ini adalah moda transportasi pengangkut untuk
Indonesia adalah keterlambatan tutupan mengirimkan paket masih layak digunakan.
kantung pengiriman barang jenis kilat khusus.
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bagaimana data
keterlambatan tutupan kantung yang terjadi
pada periode bulan Februari s.d. April 2021.
Jurnal Bisnis dan Pemasaran ISSN : 2087-3077
Volume 11, Nomor 2, September 2021

2. TINJAUAN PUSTAKA merupakan langkah operasional pertama


Six Sigma dalam program peningkatan kualitas Six
Six Sigma merupakan quality Sigma. Langkah ini untuk mendefinisikan
improvment tools yang berbasis pada rencana – rencana tindakan yang harus
penggunaan data dan statistik. Istilah “sigma” dilakukan untuk melaksanakan peningkatan
merupakan huruf Yunani σ yang digunakan dari setiap tahap proses bisnis kunci. Pada
untuk besaran deviasi standar (Standard tahap define pula dilakukan identifikasi
Deviation) atau simpangan baku pada ilmu menentukan masalah, menetapkan persyaratan
statistik. Ekawati & Rachman (2017) Six Sigma – persyaratan pelanggan, dan mengetahui
diartikan sebagai suatu program untuk Critical to Quality (CTQ).
menghemat waktu, memperbaiki kualitas 2) Measure (M)
dengan biaya yang rendah. Gaspersz (2005), Langkah kedua yang dilakukan sebagai
Six Sigma merupakan suatu visi peningkatan upaya dalam meningkatkan kualitas dengan
kualitas menuju 3,4 kegagalan persatuan juta metode six sigma adalah Measure
kesempatan untuk setiap transaksi (pengukuran). Tahap ini sebagai tindak lanjut
(barang/jasa), dan merupakan suatu kegiatam dari langkah define dan merupakan
menuju kesempurnaan. Sementara, Nasution penghubung untuk langkah selanjutnya.
Langkah ini memiliki dua sasaran utama yaitu:
(2015) Six Sigma sebagai strategi bisnis untuk
a) Mendapatkan data untuk memvalidasi
menghilangkan pemborosan, mengurangi
dan mengkualifikasikan masalah dan
biaya karena kualitas yang buruk, dan
peluang. Biasanya ini merupakan
memperbaiki efektivitas semua kegiatan
informasi kritis untuk memperbaiki dan
operasi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
melengkapi anggaran dasar proyek yang
dan harapan pelanggan. Prinsip dasar Six
pertama.
Sigma adalah perbaikan produk dengan
b) Memulai menyentuh fakta dan angka –
melakukan perbaikan pada proses sehingga
angka yang memberikan petunjuk
proses tersebut menghasilkan produk yang
tentang akar masalah.
sempurna.
Perhitungan Defect per Milion
Dua arti penting Six sigma (Harry dan
Oppurtunity (DPMO) dan Nilai Sigma.
Scroeder, 2000), yaitu: 1. Six sigma sebagai 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡
filosofi manajemen yang merupakan kegiatan Nilai DPO =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ×𝐶𝑇𝑄
yang dilakukan oleh semua anggota Nilai DPMO = 𝐷𝑃𝑂 × 1.000.000
perusahaan yang menjadi budaya dan sesuai
dengan visi dan misi perusahaan. 2. Sebagai Dimana:
sistem pengukuran Six sigma sesuai dengan DPO: Defect per Opportunities
arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran DPMO: Defect per Million
(variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses Opportunities
atau prosedur. CTQ: Critical to Quality
Tahap- Tahap Implematasi Six Sigma
Konsep DMAIC merupakan dasar 3) Analyze (A)
pendekatan yangdigunakan dalam pendekatan Langkah operasional ketiga dalam
metode Six Sigma. Ada 5 tahap atau langkah program peningkatan kualitas Six sigma
dasar dalam menerapkan strategi Six Sigma adalah analisis (analyze). Analisis merupakan
yaitu Define – Measure – Analyze – Improve – pemeriksaan terhadap proses, fakta dan data
Control (DMAIC) untuk mendapatkan pemahaman mengenai
1) Define (D) permasalahan dapat terjadi dan dimana
Define merupakan tahap awal untuk terdapat kesempatan untuk melakukan
melakukan penetapan sasaran dari aktivitas perbaikan. Adapun tools yang digunakan
peningkatan kualitas Six Sigma yang adalah:
Jurnal Bisnis dan Pemasaran ISSN : 2087-3077
Volume 11, Nomor 2, September 2021

a) Diagram Pareto. Pada tahap ini hasil dari peningkatan


Diagram pareto merupakan alat yang kualitas didokumentasikan dan
digunakan untuk mencari sumber atau disebarluaskan, praktik – praktik terbaik yang
penyebab masalah-masalah atau kerusakan sukses dalam peningkatan proses
produk untuk membantu memfokuskan pada distandarisasi dan disebarluasakan, prosedur
pemecahannya. Diagram pareto adalah sebuah didokumentasi dan dijadikan sebagai pedoman
diagram batang yang disusun secara menurun standar, serta tanggung jawab diberikan dari
dari besar ke kecil, dan biasa digunakan untuk tim kepada pemilik atau penanggung jawab
melihat atau mengidentifikasikan masalah, proses yang akan berguna sebagai langkah
tipe cacat atau penyebab paling dominan perbaikan untuk proses kinerja berikutnya.
sehingga dapat memprioritaskan penyelesaian
masalah. Angkanya tidak selalu tepat 80% dan
20% tetapi efeknya seringkali sama (Pande, 3. METODE PENELITIAN
2003). Tahapan sistematis dan terstruktur yang
b) Diagram Sebab-akibat. dilakukan dalam proses penelitian dimulai dari
Diagram sebab-akibat (cause and effect pembuatan flowchart metode Six Sigma. Hal
diagram) merupakan suatu diagram yang ini dilakukan untuk memudahkan dalam
menunjukkan hubungan antara sebab dan proses pengerjaaan penelitian sebagaimana
akibat. Untuk melakukan identifikasi sumber dapat dilihat pada gambar 3.1. flowchart
dan penyebab masalah kualitas, maka metode Six Sigma DMAIC.
digunakan alat analisis diagram sebab akibat Mulai
atau diagram tulang ikan. Diagram tersebut
akan mengidentifikasikan berbagai sebab Data Keterlambatan
potensial dari satu masalah (efek) dan Tutupan Kantung
Pengiriman Barang
menganalisis masalah tersebut. Pada diagram
ini pula membentuk cara-cara membuat Check Sheet,
produk yang lebih baik dan mencapai Define Critical to
Quality
akibatnya atau hasilnya.
Histogram,
Pareto Nilai
4) Improve (I) Measure
DPMO dan
Langkah keempat yang dilakukan dalam Nilai Sigma
meningkatkan kualitas dengan metode six
sigma adalah improve. Tahap selanjutnya Analyze
Fishbone
Diagram
peningkatan kualitas six sigma, memberikan
usulan perbaikan atau rencana tindakan
selanjutnya yang akan dilakukan setelah Improve
Usulan
Perbaikan
mengetahui sumber dan akar penyebab dari
masalah kualitas yang ada.
5) Control (C) Control
Usulan
Rencama
Control atau pengendalian merupakan Pengendalian
tahap peningkatan kualitas dengan
memastikan level baru kinerja berada dalam Selesai
kondisi standar dan terjaga nilai – nilai
Gambar 3.1. Flowchart Metode Six Sigma DMAIC
peningkatannya. Pengendalian merupakan
tahapan operasional terakhir dalam upaya
peningkatan kualitas berdasar six sigma 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Achmad, 2012). Pengumpulan data yang diperlukan
sebagai bahan yang dapat diolah lebih lanjut
menjadi bahan pendukung dalam menganalisis
Jurnal Bisnis dan Pemasaran ISSN : 2087-3077
Volume 11, Nomor 2, September 2021

suatu permasalahan yang ada agar dapat namun ternyata data barcode tersebut tidak
mempermudah dalam pengerjaannya. Pada ditemukan didalam sistem computer.
tahapan ini dilakukan pegumpulan berupa data Selanjutnya diperlukan check sheet atau
primer maupun data sekunder. Data primer lembar pengecekan untuk mencatat data
pada penelitian ini diperoleh melalui hasil perhitungan terjadinya keterlambatan
wawancara secara langsung, kegiatan pengiriman barang dibuat agar mempermudah
wawancara dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data yang berisi daftar hal-hal
terhadap 1 orang sebagai manajer outgoing yang diperlukan untuk tujuan perekaman data
dan 4 orang staf outgoing. Kemudian, agar lebih sistematis, dan teratur. Data pada
pengamatan dengan mengamati langsung di check sheet ini diambil dari bagian Audit Mutu
lapangan bagaimana kegiatan operasional Operasi dan K3L Fokus permasalahan yang
bagian outgoing terlaksana dengan baik. akan ditentukan pada penelitian ini yaitu
Sedangkan untuk data sekunder diperoleh keterlambatan tutupan kantung pengiriman
dengan mengumpulkan data-data dari sumber barang jenis kilat khusus. Tabel 4.1
perusahaan, dalam hal ini data sekunder memperlihatkan jumlah keterlambatan
berupa data keterlambatan tutupan kantung tutupan kantung pengiriman barang jenis kilat
pengiriman barang jenis kilat khusus. khusus pada Bulan Februari s.d. April 2021
4.1. Tahap Define Tabel 4.1. Data Keterlambatan Tutupan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah Kantung Pengiriman Barang Jenis Kilat
menentukan Critical to Quality (CTQ) untuk Khusus Bulan Februari - April 202
mengetahui apa saja yang menjadikan produk Kategori Penyebab
layanan jasa kiriman barang atau paket Keterlambatan Total
Bulan Barang Pemindai Keterla
mengalami keterlambatan tutupan kantung Rusak/
Hilang
Barcode
Resi mbatan
pengiriman barang jenis kilat khusus terdiri Basah Error
dari: Feb 1.226 1.021 613 2.860
i. Barang Rusak/Basah; dicirikan dengan Maret 977 856 455 2.288
adanya permukaan kemasan barang yang April 778 974 394 2.146
sobek atau rusak. Penumupukan barang Sumber: MPC- PT Pos Indonesia
tanpa memperhatikan jenis barang 4.2. Tahap Measure
mengakibatkan barang rusak, dan karton Pada tahap ini dilakukan perhitungan
sobek. Seringkali barang tercecer dari nilai DPMO dan tingkat sigma pada tiga
kemasannya yang kemudian pihak dari MPC permasalahan faktor keterlambatan yang
harus melakukan repackaging terhadap sering terjadi di PT Pos Indonesia MPC
barang-barang tersebut yang mengakibatkan Bandung. Permasalahan tersebut yaitu barang
terbuangnya waktu untuk hal yang tidak rusak, hilang resi dan pemindai barcode
seharusnya sehingga dapat mengakibatkan • Tabel Defect Keterlambatan Tutupan
keterlambatan. Kantung Pengiriman

Tabel 4.2. Defect Keterlambatan Tutupan


ii. Hilang Resi; dicirikan dengan adanya resi
Kantung Pengiriman Barang Jenis Kilat
yang terlepas dari kemasan barang atau
Khusus Pada Bulan Februari 2021- April 2021
paket yang membuat pihak MPC Bandung
Kategori Penyebab
harus menacari atau melacak kembali Keterlambatan Total
barang yang mengalami hilangnya resi. Bulan Barang Pemindai Keterla
Hilang
Rusak/ Barcode mbatan
Resi
iii. Pemindai Barcode Error; dicirikan dengan Basah Error
Feb 1.226 1.021 613 2.860
adanya saat proses pemindaian barcode,
Maret 977 856 455 2.288
yaitu ketika mesin scan bebunyi layaknya
April 778 974 394 2.146
barcode sudah masuk kedalam sistem,
Jurnal Bisnis dan Pemasaran ISSN : 2087-3077
Volume 11, Nomor 2, September 2021

JML 2.981 2.851 1.462 7.294


Sumber: PT Pos Indonesia-MPC Bandung 4.3 Tahap Analyze
Berdasarkan hasil tingkat sigma
Penghitungan total defect keterlambatan diperoleh dari masing-masing jenis defect
tutupan kantung pengiriman barang. keterlambatan tutupan kantung pengiriman
Tabel 1.3. Total Defect Keterlambatan barang jenis kilat khusus. Setelah didapatkan
Tutupan Kantung Pengiriman Barang Jenis tabel frekuensi defect keterlambatan, maka
Kilat Khusus Pada Bulan Februari 2021- langkah selanjutnya akan dilakukan
April 2021 penerapan data pada diagram pareto.
TOTAL
TOTAL
Diagram Pareto
BULAN KIRIMAN CTQ 3.500 120,00%
DEFECT
KANTUNG 2.981
2.851
3.000 100% 100,00%
Feb 6.483 2.860 3
2.500
Maret 6.211 2.288 3 80% 80,00%
2.000
April 6.361 2.146 3 1.462 60,00%
1.500
JML 19.055 7.294
41,00% 40,00%
1.000

• Perhitungan Defect per Milion Oppurtunity 500 20,00%

(DPMO) dan Nilai Sigma. 0 0,00%


Barang rusak/basah Hilang resi Pemindai barcode error

Frekuensi Presentase Kumulatif


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡
Nilai DPO = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ×𝐶𝑇𝑄 Gambar 4.1. Diagram Pareto Jenis Defect
Nilai DPMO = 𝐷𝑃𝑂 × 1.000.000 Keterlambatan
Bedasarkan dari diagram pareto diatas
Tabel 4.4. Perhitungan DPMO dan Nilai dapat diketahui jenis-jenis defect yang paling
Sigma dominan dengan melihat nilai kumulatifnya.
Total Dapat dilihat bahwa defect yang dominan yang
Total Tingkat
Bulan Kiriman
Defect
CTQ DPMO
Sigma terjadi adalah barang rusak/basah dengan
Kantung
persentase 41%, kemudian hilang resi dengan
Feb 6.483 2.860 3 147.051,262 2,5491642
Maret 6.211 2.288 3 122.792,894 2,6611380
persentase 39%, dan terakhir yaitu pemindai
April 6.361 2.146 3 112.456,113 2,7135693 barcode error dengan persentase 20%. Ketiga
Rata- defect tersebut berasal dari kegiatan
6.351,6 2.431 3 127.433,421 2,6412905 operasional yang ada dibagian outgoing PT
Rata
Sumber: Data hasil olah Pos Indonesia MPC Bandung, Ketiga defect
Bedasarkan hasil perhitungan dalam tersebut menjadi hal yang harus diteliti untuk
tabel 4.4. diatas dapat diketahui bahwa MPC dapat dilakukan perbaikan kualitas proses
Bandung berada pada tingkat rata-rata industri pengiriman di PT Pos MPC Bandung sehingga
di Indonesia dengan level 2,64 atau bisa defect yang terjadi dapat berkurang
dikatakan berada pada level 2σ. Tampak persentasenya. Jika ketiga defect tersebut
bahwa rata-rata DPMO yang masih cukup ditangani, maka 75% masalah akan
tinggi dengan nilai 127.433,421 untuk bulan terselesaikan sehingga ketiga jenis defect
Februari, Maret, dan April 2021 yang dapat tersebut harus menjadi prioritas dalam
diinterprestasikan bahwa dalam satu juta perbaikan kualitas.
kesempatan yang ada, akan terdapat Tahap analyze, pada tahap ini
127.433,421 kemungkinan bahwa kegiatan merupakan fase dimana dilakukan identifikasi,
operasional di bagian outgoing MPC Bandung organisasi dan validasi dari akar penyebab
menghasilkan defect. masalah potensial. Pada tahap ini dilakukan
penentuan akar penyebab dari keterlambatan
Jurnal Bisnis dan Pemasaran ISSN : 2087-3077
Volume 11, Nomor 2, September 2021

sebagaimana dapat dilihat pada diagram kertas dengan resi


sebab-akibat (fishbone). jenis stiker.
3. Machine • Mesin • Menambah dan
(Mesin) pemindai mengganti mesin
barcode pemindai dengan
error yang baru.
4. Environent • Mencari • Mengganti jam
(Lingkungan) rute pengiriman ke MPC
Bandung menjadi
lebih awal sebelum
jam pulang kerja atau
setelah jam pulang
kerja.

4.5. Tahap Control


Pada tahap ini merupakan tahap yang
terpenting karena perbaikan ulang terhadap
Gambar 4.2. Diagram Fishbone Keterlamabatan proses yang tidak diinginkan serta
Tutupan Kantung Pengiriman Barang mendapatkan keuntungan dari perbaikan yang
terus menerus harus dilakukan. Tahap ini
4.4. Tahap Improve merupakan tahap untuk memantau supaya
Tahap improve, pada tahap ini proses alternatif perbaikan yang terpilih benar-benar
yang dilakukan adalah melakukan berbagai dapat diaplikasikan. Berikut ini merupakan
cara atau upaya untuk dapat memimalkan usulan pengendalian perbaikan yang dapat
berbagai penyebab keterlambatan tutupan dilaksanakan dapat dilihat sebagai berikut:
kantung pengiriman barang. Dari diagram Man (Manusia)
fishbone diatas maka dapat diketahui bahwa - Melakukan arahan kepada setiap staff untuk
akar penyebab masalah terjadinya selalu melakukan recheck setiap melakukan
keterlambatan tutupan kantung pengiriman input data.
barang. Adapun pada proses improve ini - Melakukan inspeksi kepada setiap staff agar
merupakan proses perbaikan kualitas untuk dapat melakukan segala kegiatan dengan
mengatasi terjadinya cacat atau defect. Berikut selalu mematuhi SOP, kemudian apabila
ini merupakan usulan perbaikan yang dapat diperlukan melakukan revisi SOP dengan
dilaksanakan dapat dilihat pada tabel 4.5. meminta feedback dari para staff.
Tabel 4.5. Usulan perbaikan defect Methode (Metode)
No
Faktor
Masalah Perbaikan
- Memberikan prosedur kerja kepada setiap
Penyebab staff agar dapat memahami dan dapat
1. Man • Kelalaian • Melalukan recheck memperlakukan barang dengan benar.
(Manusia) dalam terhadap setiap data
bertugas. yang diinput.secara - Melakukan inspeksi secara rutin apakah
• Tidak rutin. resi dari barang atau paket tersebut aman.
mematuhi • Meningkatkan
SOP. pengawasan kepada Machine (Mesin)
para staff yang ada
- Memberikan alat bantu pemindai yang baru
secara rutin.
2. Methode • Penumpuk • Melakukan dengan pengawasan yang lebih terhadap
(Metode) an barang penumpukan barang setiap data seperti apabila terjadi masalah
tidak dengan maka mesin pemindai akan berbunyi
beraturan. memperhatikan berbeda tidak seperti normalnya
• Hilang resi jenisnya.
Environment (Lingkungan)
• Meningkatkan
pengawasan dan - Memberlakukan penggantian jam kerja
mengganti resi jenis operasional untuk dapat menimalkan
terjadinya keterlambatan dengan meminta
Jurnal Bisnis dan Pemasaran ISSN : 2087-3077
Volume 11, Nomor 2, September 2021

semua kantor pos cabang maupun agen- Perlunya penambahan dan penggantian
agen pos untuk mengirimkan semua alat bantu mesin pemindai barcode untuk
kiriman barang atau paket sebelum pada mendukung kelancaran aktivitas input data
waktu operasional di MPC berjalan agar agar tidak sering terjadi error.
meminimalkan keterlambatan tutupan
kantung pengiriman barang di tutupan 6. REFERENSI
gelombang pertama Achmad, M. (2012). Analisis Pengendalian
Kualitas Produk dengan Metode Six
5. KESIMPULAN DAN SARAN Sigma Pada Harian Tribun Timur.
Kesimpulan Ekawati, R., & Rachman, R. A. (2017).
Dapat disimpulkan bahwa factor Analisa Pengendalian Kualitas Produk
penyebab permasalahan yang sering terjadi di HORN PT MI Menggunakan Six Sigma.
MPC Bandung adalah barang rusak/basah Jurnal Indsutrial Services.
dengan frekuensi kejadian yang sering terjadi Gaspersz. (2005). Sistem Manajemen Kinerja
yaitu mencapai 2.981 dengan persentase 41% Terintegrasi Balanced Scorecard
dari total defect, untuk permasalahan hilang Dengan Six Sigma Untuk Organisasi
resi yaitu sebanyak 2.851 dengan persentase Bisnis dan Pemeritah. Jakarta: Gramedia
39% dari total defect, dan untuk permasalahan Pustaka Utama.
pemindaian barcode yaitu sebanyak 1.462 Nasution, M. N. (2015). Manajemen Mutu
dengan persentase 20% dari total defect. Terpadu, Edisi 3. Bogor: Ghalia
Dari hasil pengolahan data, Indonesia.
menunjukkan bahwa bedasarkan table nila Six Pande, S. Peter, Robert P. Neuman, Roland R.
Sigma, PT Pos Indonesia berada pada level Cavanagh. 2003. The Six Sigma Way.
2,64 atau bisa dikatakan pada level 2σ dengan Terjemahan Dwi Prabantini. Yogyakarta:
nilai rata-rata DPMO yaitu 127.433,421 setiap Andi.
satu juta kiriman. Dari hasil nilai DPMO dan Schroeder, R., Harry, Mikel. (2000). The Six
nilai Sigma tersebut dapat diketahui ada 4 jenis Sigma: The Breakthrough Management
faktor yang mempengaruhi defect yaitu: Man, Strategy Revolutionizing the World’s,
Machine, Methode dan Environment yang Top Corporations.
perlu mendapatkan perbaikan

Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
Pihak PT Pos Indonesia MPC Bandung
dapat menerapakan metode Six Sigma sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas, dapat
mengetahui penyebab-penyebab kesalahan
dalam proses pengirman barang secara detail,
sebagai kerangka perbaikan terus-menerus
untuk mengurangi defect serta pengurangan
pemborosan.
Perlunya sistem pengawasan berbasis
kamera atau CCTV ataupun dari bagian audit
sendiri yang rutin untuk melakukan
pengawasan terhadap staff agar tidak terjadi
lagi kelalain pekerja selema proses pengiriman
barang berlangsung.

You might also like