Imagery

Metaphoers
Simily
Cari puisi yang ada imagery dan metahoryersnya
Minimal 3 puisi

TWO roads diverged in a yellow wood,

And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;

Then took the other, as just as fair,

And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,

And both that morning equally lay

In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.

I shall be telling this with a sigh

Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I—
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.
In my opinion, this poem describes a person who was on a road that splits into two.
The street tree is the forest that has yellowed. Author of the poem is narrated in the first
row two roads diverged in a yellow woods.

These authors also reported that the person to apologize to his girlfriend because not get
past the same way. This poem describes as living human beings, who sometimes had to
choose, which path will be skipped. As described by the author is, and unfortunately, I
can not take both.

This poem is told, as in the line to three and then, And be one traveler, long I stood. And
watched one of them as far as I can. Where that road leads to the bush, the heart of the
matter interesting to the author explained that, it's useless if it goes in the same direction,
if only to return to the bush. Can be compared, in the bush is a place that is not
maintained, which has long abandoned the old owners. Someone does not want to return
the same streets. That is the message.

A person who chooses the path that began to falter when he saw an object that is as good,
one is (as told in the poem). He saw the beauty, beauty, seen in the third row to the
second paragraph that said, the road was very good if passed. At the end, one is again in
doubt, what he sees is really the same, whether beauty, beauty.

In the third of paragraph, the authors say the road was not passed, because there are
yellow leaves are not destroyed, which led to the rotting leaves, untouched by care. He
decided to shorten the course for the future. He also did not suspect that this decision will
not be continued. Someone was skeptical about the road back to the first.
In the last paragraph, I shall be telling this with a sigh, when he was much older, or
getting old, he will remember the decision he had made while stunned and sighed. He
added, on the road into two parts, he had chosen a different path. In The last stanza, the
author mentioned that the path he has taken is right and proper. For good or bad his life.
Narrarator menyesalkan bahwa ia tidak bisa melangkah di kedua jalan tersebut, kemudian ia harus
memilih satu diantara jalan tersebut, jika ia harus memilih keduanya, itu tidak mungkin.
Seperti yang tertulis dalam baris ke dua dan tiga, yaitu Dan sayang aku tidak bisa menempuh keduanya
Dan menjadi salah satu wisatawan,

Penulis dalam puisi itu menggambarkan betapa pentingnya keputusan dia membuat dampak
hidup mereka. Penulis memiliki masa-masa sulit memutuskan apa kita harus memilih untuk
mencapai jalan kita ingin pergi. Kita sering mempertanyakan diri kita sendiri apakah ini jalan
yang benar atau salah. Ini tergambar dalam puisinya "dua jalan bercabang di sebuah hutan
kuning dan sayang aku tidak bisa berjalan baik"

Karena jalan di kayu berwarna kuning kita bisa membayangkan ini sebagai musim gugur. Ketika
daun berubah warna dan kehidupan mulai mati. Bagian ini membuat pembaca melihat bahwa
keputusan ini membuat penulis dalam kesulitan.

Kita bisa Membandingkan warna kuning dan hijau, ada perbedaan besar. Warna kuning menjadi
saat yang sulit, sementara hijau menjadi waktu kembali sederhana dan lebih santai. Oleh karena
pencitraan dalam puisi itu menunjukkan bagaimana keputusan mempengaruhi hidupnya.

Akhirnya, struktur puisi empat bait menunjukkan bagaimana pilihan penyair membuat dampak
hidupnya. Dalam bait pertama penyair sedang menjelaskan kepada pembaca situasi memilih
jalan mana yang harus diambil. Baris kedua, pembicara memilih jalan yang jarang dilalui, tapi
kemudian menyadari bahwa mereka "benar-benar hampir sama" (10).

Dalam bait ketiga penyair terus menggambarkan jalan ia telah diambil, dan bagaimana ia ingin
kembali menempuh jalan lain dan merasa menyesal dia tidak bisa menempuh keduanya (6-10).

Seseorang yang memilih jalan yang mulai goyah ketika ia melihat sebuah benda yang sama
baiknya, satu adalah (seperti diceritakan dalam puisi). Dia melihat keindahan, kecantikan,
terlihat di baris ketiga untuk paragraf kedua yang mengatakan, jalan itu sangat bagus bila
dilewatkan. Pada akhirnya, satu lagi ragu, apa yang dilihatnya benar-benar sama.

Dalam ketiga ayat, penulis mengatakan jalan itu tidak lulus, karena ada daun kuning tidak
hancur, yang menyebabkan daun membusuk, tak tersentuh oleh perawatan. Dia memutuskan
untuk memperpendek perjalanan untuk masa depan. Dia juga tidak menduga bahwa keputusan
ini tidak akan dilanjutkan. Seseorang merasa skeptis tentang kembali jalan yang pertama.
Dalam paragraf terakhir, penulis akan menuturkannya sambil mendesah, ketika dia jauh lebih
tua, atau menjadi tua, dia akan mengingat keputusan yang telah dibuat saat tertegun dan
menghela napas. Dia menambahkan, di jalan menjadi dua bagian, dia memilih jalan yang
berbeda. Di bait terakhir, penulis menyebutkan bahwa ia telah mengambil jalan yang benar dan
tepat. Untuk baik atau buruk hidupnya.