You are on page 1of 2

Etiologies of Viral Influenza

Varicella-zoster virus
• DNA
• Varicella-zoster virus is associated with both
chickenpox and shingles and may cause severe types of
pneumonia, particularly in non-immune pregnant
women, non-gravid-adults with chickenpox. It is a fairly
common cause of pneumonia in people with HIV post-
shingles outbreak
Hantavirus
• RNA
• Hantavirus is a zoonotic viral pathogen that
emerged in the American Southwest and is associated
with rodent feces exposure.
• Hantavirus pneumonia is associated with
frequent rapid respiratory failure and cardiovascular
collapse.
ParechovirusesEpstein-Barr virus (EBV)
Respiratory syncytial virus (RSV)
• DNA
• RNA virus
• Epstein-Barr virus, although commonly implicated in
• RSV is the most common cause of viral pneumonia in
mono-like syndromes, can be rarely associated with viral
small children and infants.
pneumonia. The majority of which occur in people with
Rhinovirus
hematological dyscrasias.
• RNA Human herpesvirus 6 and 7
• Rhinovirus is the most common cause of upper • DNA
respiratory tract infection across all age groups, Herpes simplex virus
although it is not as commonly represented as a cause of
• DNA
viral pneumonia.
Influenza A, B and C viruses • HSV I and II are both associated with viral pneumonia in
immune-compromised patients, including those with
• RNA
HIV, solid organ transplantation, and hematopoietic
• Influenza A is the greatest cause of mortality and transplantation.
morbidity among the viral types of pneumonia. Minimi virusCytomegalovirus (CMV)
• There are multiple subtypes of Influenza A. Two • DNA
particularly concerning subtypes to be aware of are the
• CMV is a significant cause of pneumonia in HIV-infected
avian flu (H5N1)and swine flu (H1N1).
patients with a CD4 count less than 100 cells per
Human metapneumovirus
millimeter squared.
• RNA
• CMV is also frequently implicated in pneumonia in
• Human Metapneumovirus is a novel viral pathogen that recipients of solid organ transplant and hematopoietic
is increasingly recognized as a cause of viral pneumonia transplant.
and is implicated as the cause of the SARS outbreak. Measles
Parainfluenza viruses type 1, 2, 3, and 4
• RNA
• RNA
• A childhood exanthemata’s illness that, although less
• Parainfluenza virus has multiple serotypes and is most common in the industrialized world secondary to
commonly associated with pneumonia-like illness in vaccination, remains a major contributor to worldwide
young children seasonally. Spring and fall predominate. childhood mortality secondary to viral pneumonia as a
Human bocavirusCoronavirus sequela.
• RNA Middle East Respiratory Syndrome (Coronavirus)
• Coronal viruses are already viruses that cause • RNA
pneumonia, typically in immune incompetent people. • A subset of the coronavirus associated with severe
• However, one subtype of coronavirus is the virus causing pneumonia. This was first observed in the Middle East
Middle Eastern respiratory syndrome, and another has and had an initial mortality rate of 30%.
been implicated in severe acute respiratory syndrome. Severe Acute Respiratory Syndrome (Metapneumovirus)
Adenovirus • RNA
• DNA • A subset of Coronavirus causing life-threatening
• Adenovirus most commonly causes pneumonia in people pneumonia
with solid organ transplantation or hematological
transplantation

Enteroviruses
• RNA
• Enteroviruses, although common causes of polio,
gastrointestinal, and upper respiratory tract syndromes,
are less common causes of viral pneumonia.
DEFINISI KASUS epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu, tempat dan pajatan
1. Kasus Investigasi H5N1 terhadap suatu kasus
Seseorang yang telah diputuskan oleh dokter setempat untuk probabel atau suatu H5N1 yang terkonfirmasi.
diinvestigasi terkait
kemingkinan infeksi H5N1. 4. Kasus H5N1 terkonfirmasi
Kegiatan yang dilakukan berupa surveilans semua kasus ILI dan Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau probabel
Pneumonia di Rumah dan disertai
Sakit serta mereka yang kontak dengan pasien flu burung di rumah Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan dalam suatu
sakit. laboratorium influenza
nasional, regional atau international yang hasil pemeriksaan
2. Kasus suspek H5N1 H5N1nya yang diterima oleh
Seseorang yang menderita demam suhu > 38C disertai satu atau WHO sebagai konfirmasi :
lebih gejala di bawah ini - Isolasi virus H5N1
- Batuk - Hasil PCR H5N1 positif
- Sakit tenggorokan - Peningkatan > 4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
- Pilek spesimen konvalesen
- Sesak nafas dibandingkan dengan spesimen akut (diambil < 7 hari setelah
dan disertai awitan gejala penyakit), dan
Satu atau lebih dari pajanan di bawah ini dalam 7 hari sebelum titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula > 1/80.
mulainya gejala : - Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 > 1/80 pada spesimen serum
• Kontak erat (dalam jarak i meter), seperti merawat, yang diambil pada hari
berbicara atau bersentuhan dengan ke > 14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji
pasien suspek, probabel atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi. serologi lain, misalnya
titer H1 sel darah merah kuda > 1/160 atau western Blot spesifik
• Terpajan (misalnya memegang, menyembilih, mencabuti
H5 positif.
bulu, memotong,
mempersiapkan untuk konsumsi) dengan ternak ayam, unggas
liar, bangkai unggas atau
terhadap linkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu
dalam wilayah dimana infeksi
dengan H5N1 pada hewan atau manusia telah dicurigai atau
dikonfirmasi dalam bulan
terakhir.
• Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang
tidak dimasak dengan sempurna di
wilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau
manusia yang terinfeksi H5N1
dalam satu bulan terakhir.
• Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak
unggas atau unggas liar), misalnya kucing,
atau babi yang telah dikonfirmasi terinfeksi H5N1.
• Memegang/ menangani sampel (hewan atau
manusia) yang dicurigai mengandung virus
H5N1 dalam suatu laboratorium atau tempat lainnya
• Ditemukan leukopeni (nilai hitung leukosit di bawah
nilai normal)
• Ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5
dengan pemeriksaan uji H1 menggunakan
eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
Foto toraks menggambarkan pneumonia yang cepat
memburuk pada serial foto.

3. Kasus Probabel H5N1


Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan di
bawah ini :
a. ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5, minimum 4 kali
dengan pemeriksaan uji
H1 menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
b. Hasil laboratorium terbatas untuk influenza H5 (terdeteksinya
antibodi spesifik H5 dalam
spesimen serum tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim ke
laboratorium rujukan).
atau
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran napas
akut yang secara

You might also like