You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324600413

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SHIMBION SPONS PENGHASIL ENZIM


AMILASE ASAL PANTAI MELAWAI BALIKPAPAN

Article · April 2018


DOI: 10.17605/OSF.IO/R4JYA

CITATIONS READS

5 7,895

3 authors:

Ismail Marzuki Alfian Noor


Fajar University Universitas Hasanuddin
145 PUBLICATIONS   293 CITATIONS    129 PUBLICATIONS   377 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Nursiah La Nafie
Universitas Hasanuddin
57 PUBLICATIONS   282 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Biodegradation on PAHs used bacterial symbiont marine sponges View project

Distribution and Speciation of Lead (Pb) and Cadmium (Cd) in coastal sediment of Makassar View project

All content following this page was uploaded by Ismail Marzuki on 21 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase Ismail Marzuki

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SHIMBION SPONS PENGHASIL


ENZIM AMILASE ASAL PANTAI MELAWAI BALIKPAPAN
Isolation and Identifications Bacterium Symbionts of Sponge as Producer
Enzyme Amylase From Melawai Beach of Balikpapan

Ismail Marzuki1; Alfian Noor2, Nursiah La Nafie2, M. Natsir Djide3


E-mail: ismailmz3773@gmail.com
1
Postgraduate of Chemistry University of Hasanuddin, Makassar
2
Departement Of Chemistry, Faculty of Sciances, University of Hasanuddin, Makassar
2
Departement Of Fharmacy, Faculty of Fharmacy, University of Hasanuddin, Makassar

Abstract

Has been conducted research about isolation and identification bacterium symbionts sponge as
producer enzyme amylase from Melawai Beach of Balikpapan. Targeting know is sponge type,
symbionts bacterium group and test ability of sponge symbionts bacterium as amylase enzyme
producer. Research expected to give information about existence of sponge and micro symbioning it’s
from Melawai Beach. Research executed in four phase namely analysis sponge morphology,
macroscopic analysis of isolate, microscopic analysis through coloration of bacterium symbionts, and
test ability of symbion bacterium in yielding amylase enzyme. Result of morphology analysis is
Callyspongia sp species enter in Callyspongiidae of family relatives, while perceived by microscopic
and macroscopic perception of symbion bacterium in form of small bar, ellipse, surface flatten, colony
disseminate, ruddle, fastening safranin colour designate the bacterium is negative gram. Perception
of activity amylase enzyme at MA medium show colony have amylase activity marked with formed it’s
of transparent zone at MA media colony if dropped by iodium condensation. Activity of amylase very
high happened it thinning 10-2 marked with the existence of formed by zone of transparent very wide
of around colony. Result of research concluded that t sponge is Callyspongia sp species, symbionts
bacterium group is negative gram and bacterium represent producer of amylase enzyme.

Keyword: sponge, micro symbionts, negative gram, amylase enzyme

jalan protokol dan tidak jauh dari pusat Kota


LATAR BELAKANG
Balikpapan. Pantai Melawai yang banyak
Lingkungan laut dalam kehidupan manusia sangat dikunjungi bukan hanya sekedar melihat
vital, bukan hanya sebagai sarana transportasi, terbenamnya matahari di sore hari tetapi juga
lebih dari itu laut merupakan tempat hidup sebagai sarana untuk menikmati 2 pulau di pantai
berbagai macam biota dan dibutuhkan untuk tersebut yakni Pulau Kembar Tukung, (Jayardana,
menjamin kelangsungan hidup. Sumber daya laut 2006).
merupakan sumber daya hayati yang sangat
Pantai Melawai juga merupakan pantai pasang
potensial untuk dikembangankan dan dikelola
surut dan tempat berlabunya kapal-kapal nelayan
secara maksimal.
serta tempat memanjakan mata dengan melihat
Mikroorganisme dalam laut merupakan salah satu lalulintas kapal tanker, kapal barang dan kapal
sumber daya yang memiliki potensi sebagai Pelni yang melintas, keadaan ini terjadi setiap hari,
sumber senyawa bioaktif. Bakteri laut yang miskin yang berpotensi memberi kontribusi peningkatan
nutrisi, banyak dijumpai membentuk mekanisme volume tumpahan minyak bumi, (Marzuki, 2014).
hidup dengan cara berasosiasi dengan berbagai
Informasi tentang adanya kehidupan spons pada
organisme laut lainnya, seperti spons dan karang.
Pantai Melawai tidak pernah terpublikasi, bahkan
Spons merupakan biota laut yang tersebar pada
data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
perairan pantai yang dangkal hingga perairan yang
Balikpapan tidak memiliki data tentang adanya
dalam.
spons pada pantai tersebut. Hal ini cukup beralasan
Pantai Melawai Balikpapan cukup menarik dan mengingat pada pantai tersebut hanya dikenal
terkenal sebagai salah satu destinasi wisata dan sebagai pantai tujuan wisata yang tercemar dengan
kuliner yang dikunjungi banyak orang, terletak limbah minyak bumi akibat keberadaan Kilang
disepanjang jalan Sudirman sebagai salah satu Minyak Balikpapan yang telah beroperasi sejak

Jurnal Ilmiah “dr. Aloei Saboe”, Vol. 1 No. 2, Desember 2014 11


Ismail Marzuki Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase

1973, sekaligus sekitar pantai tersebut terdapat Spons atau porifera termasuk hewan multi sel yang
Pelabuhan Semayang yang juga berkontribusi mana fungsi jaringan dan organnya masih sangat
dalam peningkatan tingkat pencemaran. Namun sederhana. Hewan ini hidupnya menetap pada
faktanya berdasarkan observasi yang dilakukan suatu habitat pasir, batu-batuan atau juga pada
pada Nopember dan Desember 2013 lalu, karang-karang mati di dalam laut, (Amir dan
setidaknya ditemukan adanya spons yang hidup di Budianto, 1996). Spons merupakan biota
Pantai Melawai tersebut, (Marzuki, 2014). multiseluler primitif yang bersifat filter feeder
yang mampu menyaring air dan bahan-bahan lain
Temuan keberadaan spons pada Pantai Melawai
di sekelilingnya melalui pori-pori (ostia) kemudian
Balikpapan menjadi informasi baru sekaligus
dialirkan ke seluruh bagian tubuhnya melalui
sebagai alasan utama untuk melakukan penelitian
saluran (channel) dan dikeluarkan melalui pori-
awal tentang isolasi dan identifikasi bakteri
pori yang terbuka (ostula), (Meutia, 2011).
penghasil enzim amilase yang bersimbiosis dengan
salah satu jenis spons yang ada pada Pantai Spons adalah hewan primitif, fungsi jaringan dan
Melawai tersebut. organnya masih sangat sederhana, sebagian besar
hidup di laut dan hanya beberapa jenis di air tawar.
TEORI Hewan ini mempunyai banyak pori-pori dan
Spons laut merupakan inang untuk bermacam- saluran-saluran. Untuk mencari makan, hewan ini
macam mikroba seperti bakteri. Hal ini disebabkan aktif mengisap dan menyaring air yang melalui
spons dapat melindungi mikroba dari predator seluruh permukaan tubuhnya. Hewan ini termasuk
dengan cara menghasilkan senyawa kimia. metazoa multiseluler yang tergolong ke dalam
Senyawa kimia yang dihasilkan spons akan filum Porifera, dan terdiri dari 850 jenis, yang
menginduksi mikroba yang hidup di dalam spons dapat dibagi menjadi tiga kelas besar, yaitu
untuk menghasilkan metabolit sekunder spesifik. Calcarea, Demospongiae dan Hexactinellida,
Metabolit sekunder spesifik terekspresi sebagai (Amir dan Budianto, 1996).
bentuk respon mikroba terhadap kondisi Spons adalah hewan berpori yang termasuk filter-
lingkungan, dan memiliki berbagai aktivitas feeder yaitu hewan yang memiliki cara makan
biologis seperti antimikroba, (Nofiani, 2009). dengan menyaring air laut yang mengandung
Penelitian terhadap organisme yang ada di lautan makanan melalui pori-pori (ostium). Makanan
khususnya dalam kaitan dengan pencarian porifera berupa mikroorganisme atau sisa
senyawa bioaktif dan enzim-enzim penting masih organisme mati yang berada di kolom air. Selain
dalam tahap permulaan. Telah diketahui bahwa sebagai makanan mikroorganisme juga dapat
laut menyimpan kekayaan alam dan manfaat yang menjadi simbion dengan menggunakan tubuh
sangat besar. Salah satu kekayaan alam laut yang spons sebagai inangnya, untuk tempat hidup dan
cukup banyak terdapat di perairan Indonesia, perlindungan. Sedangkan mikroorganisme dapat
seperti di perairan Jawa, Sumatera, Sulawesi, memberikan kontribusi untuk pertahanan inangnya
Papua, Kalimantan dan lainnya, adalah jenis spons. dengan eksresi antimikroba dan substansi bioaktif
Spons merupakan salah satu organisme hidup yang lainnya. Organisme laut yang sesil seperti spons
sudah ada sejak 600 juta tahun yang lalu. Spons diperkirakan sangat bergantung pada mekanisme
dapat berasosiasi dengan sejumlah besar pertahanan kimia untuk melawan hewan-hewan
mikroorganisme berbeda meliputi Cyanobacteria, predator dan perlekatan dari mikroorganisme
bakteri heterotrofik, alga uniseluler dan pathogen, (Abubakar, 2011).
zoochlorellae, (Kuniawan. A., 2012). Konsistensi tubuh spons pada umumnya elastic
Penelitian awal tentang isolasi dan karakterisasi seperti busa karet tetapi ada beberapa jenis yang
suatu strain Bacillus baru yang berasosiasi dengan keras dan agak rapuh. Tubuh spons ini diperkokoh
spons Mediterranean yaitu Aplysina aerophoba oleh suatu kerangka spikula yang mengandung
yang menghasilkan enzim penting seperti lipase kalsium karbonat atau silica dan juga didukung
dan esterase (Brusca dan Brusea, 1999). Spons oleh kerangka serat-serat keratin atau sponging,
merupakan salah satu komponen biota penyusun (Amir dan Budianto, 1996).
terumbu karang yang mempunyai potensi bioaktif Sejumlah spesies spons yang hidup di perairan
yang belum banyak dimanfaatkan. Hewan laut ini Spermonde, Sulawesi Selatan, kelimpahan kapang
mengandung senyawa aktif yang persentase dan bakteri yang bersimbiosis cukup bervariasi pada
keaktifannya lebih besar dibandingkan dengan spons. Kelimpahan jenis bakteri yang diisolasi dari
senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan spons pada umumnya didominasi oleh bakteri
darat, (Astuti, P., 2003). Aeromonas, Flavobacterium, Vibrio sp,

12 Jurnal Ilmiah “dr. Aloei Saboe”, Vol. 1 No. 2, Desember 2014


Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase Ismail Marzuki

Pseudomonas sp, Acinobacter dan Bacillus sp., Keberadaan Oksigen


(Brusca GJ. 1999). Pemeriksaan secara acak
Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu
terhadap berbagai koloni dan pengamatan
mencerminkan mekanisme yang digunakan untuk
mikroskopis langsung menunjukkan bahwa 95%
memenuhi kebutuhan energinya. Berdasarkan
bakteri laut bersifat Gram negatif. Bakteri laut
kebutuhan oksigen tersebut, bakteri dapat
sebagian besar bergerak secara aktif. Antara 75-85%
dipisahkan menjadi anaerob, bakteri yang tidak
sediaan murni yang diamati memiliki flagela.
perlu oksigen dalam metabolismenya di mana
Diperkirakan kemampuan bergerak ini sebagai hasil
donor elektron diperoleh dengan memanfaatkan
adaptasi kehidupan perairan. Bakteri laut 70%
sumber lain selain oksigen dan aerob obligat,
mengandung pigmen dan mempunyai toleransi yang
anaerob obligat, bakteri yang tidak dapat
besar terhadap suhu tinggi, (Pelczar dan Chan, 1986).
menyesuaikan diri dengan kedua situasi.
Bakteri laut mempunyai kemampuan mencerna
Tekanan Osmosis
hampir semua senyawa organik dan sebagian besar
senyawa anorganik akan mengalami perubahan Bakteri memiliki dinding sel yang kaku yang dapat
akibat kegiatan bakteri laut. Secara umum bakteri menahan perubahan tekanan osmotik, sehingga
laut lebih kuat dalam hal mencerna protein dari biasanya tidak menunjukkan perubahan bentuk
pada karbohidrat. Perlu diketahui pula bakteri laut ataupun ukuran yang menyolok bila terjadi
sangat peka terhadap turun atau naiknya salinitas plasmolisis atau plasmoptisis.
larutan. Kebutuhan akan salinitas menunjukkan Faktor Nutrisi
bahwa bakteri dari lingkungan berbeda memiliki
toleransi garam dan kemampuan aklimasi tekanan Kebutuhan nutrisi bagi mikroba terdiri dari
osmosis yang berbeda pula. Sebagian besar bakteri substrat (sumber energi dan karbon) untuk
yang mungkin diperkirakan kontaminan pembentukan sel baru dan elemen anorganik
merupakan bakteri laut, (Sidharta, 2000). (nutrien) serta faktor pertumbuhan (nutrien
organik), (Shuler dan Kargi, 1992).
Bakteri mampu berinteraksi dengan berbagai
organisme laut, sehingga tidak ada satupun Nutrien (elemen anorganik) yang terutama (macro
organisme laut yang bebas dari interaksi dengan nutrient) yang dibutuhkan mikroorganisme adalah
bakteri. Salah satu bentuk interaksi bakteri ialah N, S, P, K, Mg, Ca, Fe, Na dan CI. Sedangkan
interaksi hubungan trofik yaitu interaksi bakteri nutrien lain yang juga dibutuhkan dalam jumlah
baik yang hidup bebas maupun yang berada dalam relatif tidak terlalu besar (micro nutrient) termasuk
partikel merupakan sumber makanan organisme Zn, Mn, Mo, Se, Co, Cu dan Ni. Mikroorganisme
laut mulai dari ciliata, spons, coelenterata hingga juga membutuhkan nutrien organik, yang lebih
polychaeta, molusca, crustacea, holothurian dan dikenal dengan faktor pertumbuhan. Faktor
tunicata. Mikroorganisme laut, seperti halnya pertumbuhan adalah senyawa yang dibutuhkan
makhluk hidup lainnya, sangat dipengaruhi oleh mikroorganisme sebagai unsur pokok materi
faktor-faktor abiotik (fisik dan kimia) lingkungan organik sel yang tidak dapat dibentuk dari sumber
sekitarnya, Romimohtarto, 1999). karbon lain, (Shuler dan Kargi, 1992, Fusetani,
1997).
Faktor yang mempengaruhi keberadaan suatu
mikroba, yaitu: Amilase merupakan enzim ekstraselular yang
menghidrolisis pati dan menghasilkan produk
Suhu dengan berat molekul yang lebih rendah. Dalam
Suhu air laut berkisar antara 2oC hingga 45oC, industri pangan, amilase banyak digunakan untuk
yakni mulai dari suhu air laut daerah kutub sampai produksi sirup dan proses pembuatan roti,
air laut di daerah tropis (perairan dangkal). Semua (Kobayashi, 1993). Genus Bacillus menghasilkan
proses pertumbuhan bakteri bergantung pada α-amilase yang mengubah pati menjadi dextrin
reaksi kimiawi yaitu laju reaksi yang dipengaruhi maupun enzim yang mengubah pati menjadi gula-
oleh suhu, (Sidharta, 2000). gula yang lebih sederhana. Amilase dari Bacillus
subtilis mempunyai aktivitas optimum pada
Derajat Keasaman (pH)
kisaran pH 5–7. Enzim ini bersifat sebagai
Sebagian besar bakteri memiliki nilai pH minimum endoamilase yaitu enzim yang memecah pati
dan maksimum antara 4 dan 9 dalam secara acak dari tengah atau dari bagian dalam
pertumbuhannya. Pada umumnya pH optimum molekul, (Suhartono, 1989).
pertumbuhan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5.
Isolasi bakteri pada spons penghasil enzim
Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam
protoase ditemukan bahwa bakteri yang
keadaan asam atau basa, (Pelczar dan Chan, 1986).
Jurnal Ilmiah “dr. Aloei Saboe”, Vol. 1 No. 2, Desember 2014 13
Ismail Marzuki Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase

bersimbion dengan spons mampu menghasilkan Bakteri Shimbion, Spons, Pewarna kristal violet,
enzim penting yaitu protoase. Adanya aktivitas Pewarna Larutan Lugol, Pewarna Metylen blue
protoase ditandai dengan terbentuknya zona (MB), Pewarna Safranin.
bening di sekitar koloni. Dari hasil penelitian ini
Waktu dan Tempat Penelitian
dapat diketahui bahwa dari 136 isolat yang berhasil
diisolasi, sebanyak 36 isolat mampu menghasilkan Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Mei
aktivitas protoase baik dari permukaan maupun 2014, di laboratorium Mikrobiologi Farmasi
endofit spons, (Meutia, 2011). Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur.
Enzim yang diisolasi dari mikroorganisme dapat Prosedur Analisis
diaplikasikan pada berbagai macam industri. 1. Isolasi bakteri
Misalnya enzim protease yang diisolasi dari
Bacillus licheniformis, digunakan pada berbagai Sampel spons dicuci kemudian dipotong-potong
macam detergen sebagai bahan pembersih. kecil dan ditimbang 1 gram kemudian digerus
Protease merusak dan melarutkan protein yang menggunakan lumpang. Setelah halus dimasukkan
mengotori pakaian. Enzim yang dihasilkan untuk ke dalam gelas kimia kemudian dilarutkan dalam 9
proses-proses industri meliputi protease, amilase, ml air laut steril sebagai larutan stock. Dilakukan
glukosa isomerase, glukosa oksidase, renin, pengenceran 10-1 sampai 10-6. Tujuan pengenceran
pektinase dan lipase. Empat macam enzim yang adalah supaya diperoleh isolat yang tidak begitu
secara luas diproduksi oleh mikroorganisme adalah padat dan mewakili semua jenis bakteri yang
protease, glukamilase, α-amilase, dan glukosa terdapat pada sampel. Bakteri yang terdapat pada
isomerase, (Muniarsih, 1999). sampel spons diinokulasi pada media MA dengan
metode tuang. Diambil sebanyak 1 ml untuk
Amilase digunakan dalam detergen dan dalam diinokulasi pada media MA dalam cawan petri ±
industri pembuatan bir. Ada beberapa tipe amilase, 15 ml secara aseptik kemudian diinkubasi pada
termasuk α-amilase yang digunakan untuk suhu 37ºC di dalam inkubator selama 2X24 jam.
mengubah pati menjadi oligosakarida dan maltose, Isolat bakteri menunjukkan ciri morfologi yang
β-amilase yang digunakan untuk mengubah pati berbeda-beda seperti warna, bentuk koloni, dan
menjadi maltose dan dekstrin, serta glukamilase jumlah koloni.
yang mengubah pati menjadi glukosa. Ketiga
enzim di atas digunakan untuk memproduksi sirup 2. Pemurnian Isolat Bakteri
dan dekstrosa dari pati. Produksi amilase Dari kultur bakteri diambil 1 ose secara aseptic lalu
menggunakan fungi Aspergillus sp. Aspergillus diinokulasi dengan cara menggoreskan pada
oryzae digunakan untuk memproduksi amylase medium merine agar (MA), kemudian diinkubasi
dari gandum pada kultur stasioner. Bacillus subtilis pada suhu 37ºC selama 1X24 jam.
dan Bacillus diastaticus digunakan untuk
memproduksi amilase bakteri, (Taylor, 2007). 3. Identifikasi dan pengamatan mikroskopik
Proses identifikasi meliputi pewarnaan gram,
METODE PENELITIAN dengan pengambilan biakan bakteri 1 ose pada
Alat dan Bahan objek glass yang sebelumnya telah
dibebaslemahkan dengan alcohol 96%, lalu ditetesi
Alat yang digunakan adalahAutoklaf, Batang Kristal violet (Gram A) 1-3 tetes dibuat hapusan,
pengaduk, Cawan petri, Cool box, Erlenmeyer, diamkan kemudian dicuci menggunakan aquadest
Gelas ukur, Gelas kimia, Gunting, Inkubator, lalu dikeringkan, kemudian ditetesi larutan lugol
Laminary air flow, Mikropipet, Mortar, Ose bulat, (Gram B) 1-3 tetes, dibuat hapusan, diamkan,
Oven, Pinset, Pipet, Rak tabung, Sendok tanduk, kemudian, dicuci dan dikeringkan, lalu ditetesi
Spoit, Tabung reaksi dan Timbangan analitik, dengan alcohol asetat (Gram C) 1-3 tetes lalu
Deck glass, Erlenmeyer, Handskun, Lampu dibuat hapusan, diamkan, dan dicuci menggunakan
spiritus, Lap kasar/ halus, Lumpang, Kertas aquadest dan dikeringkan, kemudian ditetesi
indikator pH, koloni counter, Korek api, Masker, safranin (Gram D), dibuat hapusan kemudian
Mikroskop, Objek glass, Penangas air, Pinset, didiamkan, lalu dicuci menggunakan aquadest dan
Pipet tetes, Rak tabung, Sendok tanduk, Spoit, dikeringkan, setelah itu diamati di bawah
Stamper, Timbangan, Tabung reaksi, Termometer mikroskop dengan pembesaran 10X.
Bahan yang digunakan adalah air laut steril, Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak
Aluminium foil, Amilum 1%, Aquadest, Kapas, mempertahankan zat warna metil ungu pada
Kertas label, Larutan Iodium, Medium Merine metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif
Agar (MA), Tissue, air suling, alkohol 96 %,
14 Jurnal Ilmiah “dr. Aloei Saboe”, Vol. 1 No. 2, Desember 2014
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase Ismail Marzuki

akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap masing terdiri atas 2 spesies, yakni family
setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri Callyspongiidae dengan spesies Callyspongia
gram-negatif tidak. (Cladocalina) vaginalis dan Callyspongia sp serta
family Chalinidae dengan spesies Haliclona
4. Parameter yang dianalisa
(Haliclona) oculata dan Coelocarteria
Pengambilan sampel dilakukan 1 hari. Parameter singaporensis.
yang dianalisis adalah pH, pengamatan dan
Tabel 2. Hasil Isolasi Koloni Bakteri sampel spons
pertumbuhan koloni, dan pewarnaan bakteri.
Kemudian sampel diinokulasi dengan menggunakan Analisis Pengenc. Hasil Pengamatan
metode agar tuang, diambil sebanyak 1 ml untuk Berbentuk bulat, permukaan
diinokulasi pada media MA dalam cawan petri Makroskopik 10-1 – 10-6 rata, koloni terpisah-pisah dan
sebanyak 15 ml secara aseptik kemudian diinkubasi menyebar ke seluruh
pada suhu 370C selama 2x24 jam. permukaan agar, berwarna
putih dan coklat
5. Uji Amilase
Keterangan: Dari hasil isolasi pada pengenceran 10-1
Aktivitas amilase diuji dengan menggunakan sampai 10-6 kesemuanya mempunyai bentuk koloni dan
media Merine Agar (MA) yang ditambahkan warna koloni yang sama.
amilum (1%). Isolat kemudian digoreskan pada Tabel 3. Hasil identifikasi Koloni Bakteri sampel spons
medium dengan metode gores. Lalu diinkubasi
selama 1x24 jam. Jika pertumbuhannya bagus, Analisis Pengenc. Hasil Pengamatan
diteteskan larutan Iodium pada permukaannya dan Mikroskopik 10-1 Berbentuk batang dan spiral,
diamati zona bening di sekitar koloni biakan. berwarna merah koloni kecil
dan besar
HASIL 10 -2 berbentuk batang terpisah-
pisah, berwarna merah
1. Hasil Analisis Morfologi sampel spons
10-3 Berbentuk batang dan
Hasil analisa morfologi keempat sampel spons berwarna merah
disajikan dalam Tabel 1, berikut: 10-4 Berbentuk batang panjang,
Tabel 1. Hasil Analisis Morfologi Spons Asal Pantai berwarna merah
Melawai, Balikpapan 10 -5 Berbentuk batang panjang,
dan berwarna merah
SP Spesies Famili Penemu 10-6 Berbentuk batang panjang
1 Callyspongia sp Callyspongi Duchassaing & dan berwarna merah
idae Michelotti, 1964
2 Coelocarteria Chalinidae Carter, 1883 Tabel 4. Hasil Pengujian Enzim Amilase Isolat Bakteri
singaporensis bersimbion dengan Spons
3 Callyspongia Callyspongi Lamarck, 1814 Konsentrasi Hasil tingkat
(Cladocalina) idae Sampel
pengenceran pengenceran
vaginalis 10-1 ++
4 Haliclona Chalinidae Pallas, 1766 10-2 +++
(Haliclona) oculata
10-3 ++
Data Primer: telah diolah, September, 2014 Spons Laut
10-4 +
a b c d 10-5 +
10-6 +
Keterangan:
+ = zona bening sempit
++ = zona bening agak luas
+++ = zona bening sangat luas
Gambar 1. Hasil analisis morfologi spons kode sampel 1,
yakni: spesies Callyspongia sp., a) pertumbuhan membentuk
massiva, oscula berserak sepanjang permukaan badan PEMBAHASAN
spons; b) hasil pewarnaan dengan EtOH; c) tekstur hasil Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap pengujian
kompres; d) struktur permukaan diperbesar yakni; analisis morfologi spons, isolasi,
Dari keempat spesies spons yang diperoleh dari identifikasi bakteri bershimbion spons dan uji
Pantai Melawai Balikpapan, setelah dianalisis enzim amilase dari bakteri shimbion spons. Sampel
morfologi diperoleh hasil ada 2 famili masing- spons diambil dari Pantai Melawai Balikpapan,
Jurnal Ilmiah “dr. Aloei Saboe”, Vol. 1 No. 2, Desember 2014 15
Ismail Marzuki Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase

Kalimantan Timur pada kedalaman 2 meter, pH 7 penambahan iodium menyebabkan terbentuknya


dan suhu pada saat pengambilan yaitu 29ºC. persenyawaan kompleks kristal violet dan
Sampel yang telah diambil kemudian dimasukkan laktofenol. Tanpa penambahan laktofenol, zat
ke dalam ice box. Dari hasil identifikasi spons yang warna kristal violet akan larut sewaktu
diambil dari Pantai Melawai Kalimantan Timur penambahan alkohol sehingga bakteri gram positif
diperoleh spesies jenis Callyspongia sp famili tidak akan berwarna ungu. Pada pemberian cat C
Callyspongiidae. Sampel spons digerus dan (alkohol 96%), bakteri gram positif tetap berwarna
diencerkan dengan air laut steril hingga tingkat ungu karena kompleks persenyawaan kristal violet
pengenceran 10-6, pengenceran ini dimaksudkan dan laktofenol tetap terikat pada dinding sel. Pada
untuk meminimalkan jumlah mikroorganisme penambahan cat D (safranin), tidak menyebabkan
yang terdapat pada sampel sehingga memudahkan perubahan warna bakteri gram positif, karena
dalam pengamatan. Kemudian setiap konsentrasi persenyawaan kompleks kristal violet dan iodium
pengenceran diambil 1 ml dan dituang ke dalam tetap terikat pada dinding sel, (Irianto, 2006).
cawan petri yang telah berisi medium MA (Marine
Setelah melewati proses pemberian cat A (kristal
Agar) yang merupakan medium spesifik untuk
violet), cat B (lugol), cat C (alkohol 96%), serta cat
pertumbuhan bakteri yang berasal dari laut, setelah
D (safranin) ternyata isolat termasuk ke dalam
itu dimasukkan ke dalam inkubator selama 2X24
bakteri gram negatif yang ditunjukkan pada
jam pada suhu 37ºC, setelah diinkubasi pada suhu
mikroskop untuk pengencenran sampai 10-6 yaitu
37˚C dilakukan pengamatan terhadap koloni yang
semuanya adalah bakteri gram negative yang
tumbuh.
mempertahankan warna safranin (warna penutup).
Dari hasil pengamatan diperoleh isolat selanjutnya Hal ini disebabkan bakteri gram negative
dilakukan identifikasi yang merupakan mempunyai kadar lipid dan protein yang tinggi,
pengamatan secara mikroskopik terhadap isolat (Hartati, 2012).
yang diperoleh dari pengenceran tersebut dengan
Dari hasil identifikasi pada pengamatan di bawah
melakukan pengecatan gram.
mikroskop bentuk yang diperoleh yaitu berbentuk
Pengujian makroskopik dilakukan dengan melihat batang kecil dan panjang, dan warna yang
pertumbuhan koloni isolat tersebut. Pada diperoleh yaitu warna merah yang menandakan
permukaan medium terlihat bahwa koloni bakteri tersebut adalah gram negative yang
berwarna putih dan coklat, menyebar ke seluruh mengikat zat warna D atau zat warna penutup yaitu
permukaan agar, berbentuk bulat serta koloninya safranin.
terpisah-pisah.
Pengamatan aktivitas enzim amilase pada medium
Koloni biakan mikroba tersebut selanjutnya Merine Agar menunjukkan bahwa semua koloni
dimurnikan dengan cara digores pada medium pada sampel menunjukkan adanya aktivitas
Marine Agar miring MA yang sebagai medium amilase. Isolat yang menghasilkan enzim amilase
spesifik. Teknik biakan murni yang digunakan menghasilkan zona bening pada agar di sekitar
adalah metode penggoresan agar sinambung. koloninya jika ditetesi dengan larutan iodium. Di
mana aktivitas amilase sangat tinggi terjadi pada
Pemurnian isolat bakteri bertujuan untuk
pengenceran 10-2 yang ditandai dengan adanya
memisahkan hasil inokulasi yang terdiri dari
zona bening yang terbentuk sangat luas di sekitar
banyak koloni bakteri yang berlainan jenis
koloni setelah penambahan larutan iodium. Hal
sehingga didapat koloni bakteri murni pada setiap
tersebut menandakan bahwa amilum pada daerah
biakan bakteri. Koloni bakteri yang diambil untuk
tersebut telah terhidrolisis sempurna oleh enzim
dimurnikan adalah koloni yang dominan.
amilase. Sedangkan untuk pengenceran 10-4, 10-5
Pemurnian dengan menggunakan metode cawan
dan pengenceran 10-6 zona bening setelah
gores, (Waluyo L, 2008).
penambahan larutan iodium sedikit yang artinya
Selanjutnya identifikasi dilakukan dengan daya ikat enzim amilase terhadap iodium juga
pengujian mikroskopik dilakukan dengan kecil, hal ini terlihat pada medium yang masih
pengecatan gram yang bertujuan untuk, pemberian berwarna biru kehitaman. Sedangkan untuk
cat A (Kristal Violet) pada bakteri gram positif pengenceran 10-1 dan 10-3 aktivitas amilasenya
akan diserap dan diikat pada bagian sel terluar. cukup tinggi yang ditandai dengan adanya zona
Pemberian cat B (Lugol) meningkatkan afinitas bening di sekitar koloni yang agak luas.
pengikatan zat warna oleh bakteri sehingga
Adanya penambahan larutan iodium berfungsi
pengikatan zat warna menjadi lebih kuat. Setelah
untuk mengetahui kemampuan bakteri
penambahan Lugol, zat warna akan lebih jelas
menggunakan pati. Degradasi yang terjadi pada
terlihat dan zat warna lebih sulit dilarutkan,
16 Jurnal Ilmiah “dr. Aloei Saboe”, Vol. 1 No. 2, Desember 2014
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase Ismail Marzuki

pati diketahui dengan hilangnya material yang Brusca RC, and Brusea GJ. 1999. Phylum Porifera
terwarnai oleh iodin. Kemampuan atau daya the Sponges. AD. Sinauer (ed), Invertebrates
amilolitik suatu mikroba ditandainya dengan (Sinnauer Press) PP.181-210. Sunderland,
terbentuknya zona jernih dalam medium Merine Mass.
Agar yang mengandung pati. Hal ini sesuai dengan
Fusetani, N.,J Warabi, K. Nogata, Y., Nakao, Y &
literatur di mana setiap isolat murni yang dapat
Matsunaga, S. 1997. Koshikamide Al, a new
tumbuh diasumsikan dapat menggunakan media
Cytotoxic Linear Peptide Isolated from a
yang mengandung pati. Untuk memastikannya
Marine Sponge, Theonella sp. Tetrahedron
dilakukan uji iodin dengan cara meneteskan iodin
letters 40, 4687-4690.
pada permukaan agar yang berisi isolat, bila
terdapat zona bening pada media mengindikasikan Hartati, 2012. Dasar-dasar Mikrobiologi
enzim amilase diproduksi oleh isolat sehingga di Kesehatan. Nuha Medika. Surakarta
daerah tersebut amilum sudah dihidrolisis Huda. C. 2011. Penapisan Aktivitas dari Bakteri
sedangkan media yang berwarna biru kehitaman yang Berasosiasi dengan Karang Lunak
menandakan pati di tempat itu belum terhidrolisis. Sarcophyton sp. Fakultas Matematika dan
Sebelum pengujian tiap isolat disiapkan stok Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
kulturnya pada media miring, (Pelczar & Chan, Sriwijaya.
1986).
Irianto, K. 2016. Mikrobiologi Medis. Alfabeta.
KESIMPULAN Bandung
Dari sampel spons laut yang diambil dari Pantai Jasin, M., Zoologi Invertebrata Untuk Perguruan
Melawai Kalimantan Timur yang telah diamati Tinggi, Cetakan Keempat, Penerbit Sinar
berdasarkan pengamatan morfologi, pengamatan Wijaya, Surabaya, 1992.
makroskopik, pengecatan dan pengamatan Jayardana Trigunawan, 2006. Penilaian Terpadu
mikroskopik dan uji aktivitas enzim amilase Dampak Tumpahan Minyak Di Perairan
diperoleh hasil jenis spons adalah spesies Balikpapan: Studi Kasus Tumpahan Sludge
Callyspongia sp famili Callyspongiidae, bakteri Oil Dari Kapal Mt. panos, Tesis UI.
shimbion adalah Kelompok bakteri gram negatif
dan bakteri tersebut sebagai penghasil enzim Kobayashi J & Ishibashi M. 1993. Bioactive
amilase. metabolites of symbiotic marine
microorganisms. Chem Rev 93.
REFERENSI Kuniawan. A., 2012. The Isolation and
Amir, I dan Budiyanto. 1996. Mengenal Spons Identification of Petrofilic Bacteria From
Laut (Demospongiae) Secara Umum. Total Petroleum Hydrocarbons (TPH)
Oseana, Volume XXI, Nomor 2, 1996: 15 – Residues Under 1% (W/W) of
31. Bioremediation Process Results, ITS-ECO
Campus
Anonim, 20111. Eksplorasi Spons (Porifera).
(http://dhama dharma. Word press.com/ Lee, Y.K., J.H., Lee, H.K., Lee, 2001. Microbial
2011/ 11/09/ eksplorasi-spons-porifera/, Symbiosis in Marine Sponges. Journal
Diakses 25 April 2014). Microbial, 30: 254-264.
Abubakar, H., A. T. Wahyudi, M. Yuhana. 2011. Marzuki, Ismail, 2014. Analysis of Heavy Metal
Skrining Bakteri yang Berasosiasi dengan sea Sediment from Melawai Beach of
Spons Jaspis sp. Sebagai Penghasil Balikpapan, East Kalimantan, Prosiding
Senyawa Antimikroba. Ilmu Kelautan. International Conference of the Indonesian
Jakarta. Chemical Society, Unpatti, Ambon, 17-18
September 2014
Astuti, P., 2003, Spons Invertebrata Laut
Berpotensi sebagai Sumber Bahan Baku Meutia Samira, et al., 2011. Morfologi dan
Obat Alam, vol 8 No.26 Oktober-Desember Biomassa Sel Spons Aaptos aaptos dan
(Edisi khusus). Bagian Biologi-Farmasi, Petrosia sp. Jurnal Ilmu dan Teknologi
UGM, Yogyakarta. Kelutan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal. 153-161
Bergquist, PR (2001). "Porifera (Spons)". Muniarsih. T., et. al., 2009. Biodegradasi
Encyclopedia of Life Sciences. John Wiley Fenantren oleh Bakteri Laut Pseudomonas
& Sons, Ltd. doi: 10.1038/npg.els.0001582

Jurnal Ilmiah “dr. Aloei Saboe”, Vol. 1 No. 2, Desember 2014 17


Ismail Marzuki Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase

sp KalP3b22 Asal Kumai Kalimantan php?id=118&page=artikel, diaskes 26


Tengah. Makara Sains Vol 13 (1): 77-80 Maret 2014)
Muniarsih T, dan Rachmaniar R. 1999. Isolasi Ramli. 2010. Distribusi dan Kepadatan Spons
Substansi Bioaktif Antimikroba dari Spons Pada Beberapa Pulau di Perairan Kota
Asal Pulau Pari Kepulauan Seribu. Makassar. Thesis. Fakultas Ilmu Kelautan
Prosidings Seminar Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.UNHAS. Makassar
Indonesia I ’98. Jakarta 14 – 15 Oktober
Romimohtarto dan K. Juwana S. 1999. Biologi
1998: 151 - 158. Lembaga Ilmu
Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Pengetahuan Indonesia Jakarta, 1999.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Murni E, 2014. Pantai Melawai, Kota Balikpapan Oseanologi–LIPI. Jakarta.
Kalimantan Timur. (http://wisata
Shuler, ML, & Kargi, F. 1992. Bioprocess
melayu.com> Beranda > Wisata Pantai,
Engineering. Prentice Hall. USA.
diaskes 26 Maret 2014).
Sidharta, Boy Rahardjo. 2000. Pengantar
Nofiani. R, Nurbetty. S, Sapar. A. 2009. Aktifitas
Mikrobiologi kelautan. Universitas Atma
Antimikroba Ekstrak Metanol Bakteri
Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.
Berasosiasi Spons Dari Pulau Lemukutan
Kalimantan Barat. Universitas Tanjung Suhardi, 2002. Evolusi Vertebrata. Universitas
Pura: Pontianak. Indonesia. Jakarta
Nurhayati, T., et al., 2006. Karakterisasi awal Suhartono MT. 1989. Enzim dan Bioteknologi.
inhibitor protease dari bakteri yang Dep. Pendidikan dan Kebudayaan
berasosiasi dengan spons asalPulau Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Antar
Panggang, Kepulauan Seribu, Jurnal Hayati Universitas Bioteknologi IPB.
13(2):58-64 Taylor, M.W., Radax, R., Steger, D., & Wagner,
Pastra DA, dkk, 2011. Pemapisan Bakteri yang M., 2007, Sponge-associated microor-
Bersimbiosis dengan Spons Jenis Aplysina ganisms: evolution, ecology,and biotecnolo-
sp Sebagai Penghasil Antibakteri dari gical potential. Microbiol. Mol. Bio.
Perairan Pulau Tegal Lampung Reviews, 2: 295- 347.
Pelczar, M. J., Chan, E. C. S. 1986. Dasar-Dasar Waluyo L, 2008. Teknik Metode Dasar
Mikrobiologi. Jilid I. Terjemahan Ratna Siri Mikrobiologi. Universitas Muham-madyah.
Hadioetomo. UI Press, Jakarta. Malang
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Wilkinson CR. 1992. Symbiotic interactions
Erlangga Medical Series; Yogyakarta Pusat between marine sponges and algae. In
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan- Algaeand symbioses: plants, animals, fungi,
Institut Pertanian Bogor.2012. (http:/ viruses, interactions explored, pp. 112-128.
/www.indomarine.or.id/english/detailnews. Edited by W. Reisser. Bristol: Biopress Ltd.

18 Jurnal Ilmiah “dr. Aloei Saboe”, Vol. 1 No. 2, Desember 2014

View publication stats

You might also like