You are on page 1of 6

FAKTOR RISIKO PRENATAL, PERINATAL & POSTNATAL

PADA KEJADIAN CEREBRAL PALSY

Bambang Trisnowiyanto*1, Yohanes Purwanto2


Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Fisioterapi

Abstract
Background: Cerebral Palsy (CP) is a disability disorder motor motorization is most
common in children with a prevalence of 2-3 per 1000 live births. The term CP is
explained as a group of movement and posture disorders that are often accompanied by
impaired sensation, perception, cognition, communication, behavior, epilepsy, and
secondary disorders of the musculoskeletal system. Disorders of CP occur in the
immature central nervous system with non-progressive traits occurring in the prenatal,
perinatal, and postnatal period. Methods: The purpose of this study is to determine
how much prenatal risk factors, perinatal, and postnatal events in CP at the Kitty
Center Clinic in Jakarta for 5 year (2013 - 2017). Results: An observational descriptive
study, which described prenatal perinatal, and postnatal risk factors for CP events at
the Kitty Center Clinic in Jakarta for a period of 5 years (2013-2017) with a total of 523
study subjects. Based on the analysis of data obtained, based on the type of CP 35%
quadripelgia spastic, 36% spastic diplegia, 6% spastic hemiplegia, 9% athetosis, and
14% hypotonia. Based on sex 62% are men, and 38% are women with a ratio of 1.6:
1.0. Based on the age of the child 11% <2 years, 34% 3-6 years, 33% 7-12 years, and
22%13-18 years. Conclusion: Based on risk factors of 62% prenatal, 25% perinatal,
and 12% postnatal. Prenatal risk factor is the biggest risk factor as much as 62% which
causes Cerebral Palsy at the Kitty Center Clinic in Jakarta.

Keywords: Risk Factors, Prenatal, Perinatal, Postnatal, Cerebral Palsy.

PENDAHULUAN sistem musculoskeletal (Campbell,


Cerebral Palsy (CP) merupakan Palisano, & Orlin, 2012) (Rosenbaum,
gangguan disabilitas motorik yang paling Paneth, Leviton, Goldstein, & Bax, 2007).
umum terjadi pada anak-anak dengan Gangguan pada CP bisa disebabkan
prevalensi 2 – 3 per 1000 kelahiran hidup karena faktor resiko yang terjadi pada
(Reddihough & Collins, 2003) (Stavsky et masa prenatal, perinatal, dan postnatal
al., 2017). Istilah CP dijelaskan sebagai (Tecklin, 2008) (Odding, Roebroeck, &
group dari gangguan yang permanen dari Stam, 2006).
perkembangan gerak dan postur yang CP adalah diagnosis klinis, ada atau
menyebabkan limitasi dalam aktifitas, tidaknya diagnosis CP bukan bergantung
yang terjadi karena gangguan non dari test laboratorium atau dari
progresif pada otak bayi atau janin yang pemeriksaan histologi jaringan. Sebagai
masih berkembang. Gangguan motorik tambahan tidak terdapat persamaan pola
pada CP sering disertai dengan gangguan gambaran radiologis yang sama yang
sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, didapat dari CT-scan atau MRI, atau
perilaku, epilepsi, dan gangguan sekunder sebaliknya terdapat beberapa anak denga

204
Bambang Trisnowiyanto, Faktor Risiko Prenatal, Perinatal & Postnatal 205

klinis CP ditemukan gambaran radiologis kematian bayi semakin menurun.


yang normal. Diagnosis untuk Meskipun begitu, kematian bayi yang
menjelaskan tentang CP sudah semakin menurun, ternyata angka
dikembangkan sejak lama oleh para ahli, kejadian CP masih tetap tinggi. Hal ini
sebagian besar oleh International menunjukkan bahwa faktor resiko terbesar
Committee on Cerebral Palsy pada kejadian CP tidak terjadi pada masa
Classification, dan juga dibuat perinatal (Reddihough & Collins, 2003).
kesepakatan diagnosis dalam Penelitian sekarang menunjukkan
International Classification of Disease bahwa faktor resiko asfiksia pada masa
(ICD) yang banyak dipakai sebagai perinatal berkisar antara 6% - 8% kejadian
panduan menentukan diagnosis (Paneth, CP, sementara faktor resiko pada masa
Hong, & Korzeniewski, 2006). pre natal berkisar 75% dari kejadian CP,
Terdapat perubahan yang besar pada dan faktor resiko pada masa postnatal
pemahaman kita tentang faktor resiko berkisar antara 10% - 18%. Tren
yang menyebabkan meningkatnya penelitian epidemiologi sekarang lebih
kejadian CP selama lebih dari 20 tahun meneliti faktor resiko masa prenatal oleh
yang lalu. Pada tahun 1861, Dr.John Little karena faktor resiko perinatal dan
melaporkan adanya kelahiran abnormal postnatal sudah lebih jelas diketahui
yang menjadi faktor resiko terjadinya CP (Reddihough & Collins, 2003).
spastik. Meskipun Dr.John Little juga Sejak tahun 1980 jumlah kejadian
menyadari adanya faktor resiko lain, CP mulai meningkat, dan angka
laporan dalam tulisannya diinterpretasikan peningkatannya konsisten dengan proporsi
secara umum bahwa kelahiran yang CP yang berhubungan dengan kelahiran
abnormal menjadi faktor resiko utama bayi prematur dan bayi dengan berat lahir
terjadinya CP spastik. Berbeda dengan rendah (BBLR). Meningkatya pelayanan
pendapat sebaliknya dari Dr.Sigmund Neonatal Intensive Care (NICU) dengan
Freud yang melihat bahwa abnormalitas penggunaan teknologi diagnosis dan
perkembangan dari intrauterin yang intervensi, meningkatkan angka survival
menjadi faktor resiko terjadinya CP. Lebih pada bayi dengan resiko tinggi termasuk
dari 100 tahun sebagian besar kasus CP bayi prematur dan BBLR. Peningkatan
dianggap disebabkan oleh faktor resiko teknologi fertilitas termasuk fertilisasi in
asfiksia saat lahir atau pada masa vitro juga meningkatkan jumlah kejadian
perinatal (Reddihough & Collins, 2003) bayi lahir premature (Reddihough &
(Campbell et al., 2012). Collins, 2003) (Kurt, 2016).
Jumlah prevalensi dari CP dahulu Karena begitu banyaknya faktor
digunakan sebagai pengukuran praktek resiko kejadian pada CP, dan terjadi
obstetri dan perawatan neonatus, dan saat evolusi perkembangan faktor resiko
itu diharapkan bahwa peningkatan pada kejadian CP yang sudah diketahui selama
dua area ini akan menurunkan angka ini, maka diperlukan suatu penelitian
kejadian CP. Peningkatan ilmu dan mengenai epidemiologi tentang faktor
tekonolgi di bidang obstetri dan resiko prenatal, perinatal, dan postnatal
perawatan neonatus seperti penggunaan pada kejadian CP. Tujuan dari penelitian
monitor elektronik dan peningkatan teknik ini adalah untuk melihat seberapa besar
operasi sectio caesar, sehingga angka faktor resiko tersebut terhadap kejadian
206 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 8, No 2, November 2019, hlm 130-

CP di Klinik Kitty Center Jakarta selama Tabel 1. Tipe Cerebral Palsy


periode 5 tahun (2013 – 2017). Tipe Cerebral Palsy Jumlah Persentasi
Spastik Quadriplegia 182 35%
METODE PENELITIAN Spastik Diplegia 190 36%
Penelitian ini adalah penelitian Spastik Hemiplegia 33 6%
epidemiologi dengan metode penelitian Athetosis 46 9%
deskriptif observasional untuk Hipotonia 72 14%
menggambarkan faktor resiko prenatal Ataksia 0 0%
perinatal, dan postnatal terhadap kejadian
Cerebral Palsy dalam periode 5 tahun Table 2. Jenis Kelamin
terakhir. Tempat penelitian di Klinik Kitty Jenis Kelamin Jumlah Persentasi
Center Jakarta, yang secara khusus Laki-laki 323 62%
melakukan penanganan anak dengan Perempuan 200 38%
diagnosis Cerebral Palsy, dan waktu
penelitian adalah pada bulan September – Tabel 3. Usia Anak
November 2018. Sampel penelitian Usia Jumlah Persentasi
dengan metode total sampling yaitu semua <2 Tahun 59 11%
anak yang terkonfirmasi dengan diagnosis 2-5 Tahun 173 33%
Cerebral Palsy, dengan kriteria eksklusi 6-12 Tahun 177 34%
berupa gangguan motorik karena 13-18 Tahun 114 22%
gangguan saraf tepi, dan tidak
terkonfirmasi dengan diagnosis medis. Tabel 4. Faktor Risiko Cerebral Palsy
Data berupa data sekunder dari rekam Faktor Risiko Jumlah Persentasi
medik selama periode tahun 2013 – 2017 Prenatal 324 62%
dengan total sampel sejumlah 523 anak. Perinatal 136 26%
Data dianalisa dengan analisa deskriptif Postnatal 63 12%
dengan tabel frekuensi menggunakan
software program statistik SPSS versi PEMBAHASAN
23.0. Tipe cerebral palsy yang terbanyak
yang didapatkan dari data penelitian di
HASIL PENELITIAN Klinik Kitty Center Jakarta adalah group
Data dianalisa dari dari total jumlah cerebral palsy spastik yaitu spastik
sampel penelitian 523 anak selama 5 quadriplegia 182 anak (35%), spastik
tahun (2013 – 2017) dari klinik yaitu diplegia 190 anak (36%), spastik
Kitty Center Jakarta. Kriteria yang hemiplegia 33 anak (6%), kemudian tipe
dianalisa adalah tipe cerebral palsy, jenis athetosis 46 anak (9%), dan tipe
kelamin, usia anak, dan faktor resiko hipotonia 72 anak (14%).
prenatal, perinatal, dan postnatal yang Dalam suatu review literatur dari
didapat dari data rekam medik. Setelah tahun 1965 – 2004 yang dilakukan tahun
dilakukan analisa data menggunakan tabel 2005 didapatkan data epidemiologi
frekuensi maka didapatkan hasil seperti berdasarkan tipe dari cerebral palsy, tipe
pada tabel 1. terbanyak adalah group spastik yaitu
antara 72 – 91%, sedangkan group non
spastik sebanyak 9 – 28%, dengan
Bambang Trisnowiyanto, Faktor Risiko Prenatal, Perinatal & Postnatal 207

pembagian sub group, spastik cerebral palsy didapatkan data bahwa


quadriplegia 20 – 43%, spastik subjek penelitian di Klinik Kitty Center
hemiplegia 21 – 40%, dan spastik diplegia Jakarta sebagian besar adalah usia 6 – 12
13 – 25%, kemudian sub group diskinetik tahun yaitu 177 anak (34%), 2 – 5 tahun
sebanyak 12 – 14 %, sub group ataksia 173 anak (33%), 13 – 18 tahun 144 anak
sebanyak 4 – 13%, dan sub group (22%), dan < 2 tahun hanya 59 anak
hipotonia sebanyak 6% (Odding et al., (11%).
2006). Intervensi secara dini merupakan hal
Merurut kriteria jenis kelamin dari yang penting dilakukan pada anak dengan
data penelitian dinyatakan bahwa subjek cerebral palsy, usia 1 – 3 tahun
penelitian di Kitty Center Jakarta sebagian merupakan waktu terbaik dilakukan
besar adalah jenis kelamin laki – laki karena pola postural abnormal masih
yaitu 322 anak (62%), dan jenis kelamin belum terbentuk, namun pada usia ini
perempuan yaitu 201 anak (28%) dengan orangtua masih banyak menganggap
perbandingan 1,6 : 1,0, atau jumlah hanya keterlambatan motorik. Pola
penyandang cerebral palsy yang berjenis postural abnormal dan deformitas pada
kelamin laki-laki lebih banyak 1,6 x otot dan persendian mulai muncul setelah
dibandingkan yang yang berjenis kelamin usai 3 tahun, dan pada masa inilah
perempuan. kesadaran orangtua mulai meningkat
Cerebral palsy dan gangguan tentang perlunya melakukan terapi yang
perkembangan sistem saraf yang lain dari intensif meskipun pada masa ini bukan
studi epidemiologis banyak terjadi pada periode terbaik untuk memulai terapi
anak laki-laki dibanding dengan (Morgan & McGinley, 2018).
perempuan, tetapi alasan klinis perbedaan Berdasarkan dari faktor resiko
ini belum diketahui secara pasti. kajadian cerebral palsy yang terjadi di
Berdasarkan dari penelitian pada anak Klinik Kitty Center Jakarta didapatkan
dengan anak laki-laki dengan kelahiran hasil bahwa sebagian besar disebabkan
prematur menunjukkan bahwa jaringan oleh faktor resiko prenatal yaitu 325 anak
otaknya lebih rentan terjadi kerusakan (62%), kemudian faktor resiko perinatal
pada subsatansia alba dan terjadinya 134 anak (26%), dan faktor resiko
pendarahan intraventikular (Pakula, Van postnatal 63 anak (12%).
Naarden Braun, & Yeargin-Allsopp, Meskipun faktor resiko pada masa
2009). perinatal dengan kejadian asfiksia lahir
Penelitian menunjukkan hasil bahwa secara tradisional telah diterima sebagai
faktor hormonal dan faktor neuroproteksi penyebab dari CP, tetapi sejak tahun 1980
pada sistem saraf menunjukkan respon an diyakini bahwa kejadian pada perinatal
yang berbeda pada laki-laki dan yang menyebabkan CP hanya sekitar 10%
perempuan, dan pada hasil penelitian saja, sedangkan faktor resiko pada masa
lainnya memberikan informasi bahwa prenatal sebanyak 70 – 80 % yang
terdapat perbedaan respon sistem menyebabkan kejadian CP. Faktor resiko
neurobiologis pada cidera jaringan saraf yang semakin meningkat pada masa
antara laki-laki dan perempuan (Pakula et prenatal adalah prematuritas dan janin
al., 2009). dengan berat yag rendah (Reddihough &
Berdasarkan karakteristik usia anak Collins, 2003) (Kurt, 2016).
208 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 8, No 2, November 2019, hlm 130-

Secara umum dilaporkan bahwa resiko kejadian gangguan fungsi saraf.


prevalensi CP berkisar antara 2 – 3 per Faktor resiko pada masa perinatal yang
kelahiran hidup, tetapi apabila dilihat banyak menyebabkan kejadian CP adalah
lebih mendalam pada kelahiran bayi asfiksia lahir, intrapartum hipoksia
cukup bulan prevalensi CP hanya 1 per seperti pada aspirasi mekonium,
1000 kelahiran hidup, sedangkan pada pendarahan anterpartum, kelahiran
kelahiran prematur antara 32 – 36 minggu dengan penyulit seperti kelahiran yang
prevalensi menjadi 6 – 10 x lebih tinggi, lama, kelahiran sungsang, operasi sectio
dan pada kelahiran prematur kurang dari caesar emeregensi, dan juga kelahiran
32 minggu prevalensi meningkat lebih dengan menggunakan alat bantu (Kurt,
dari 10x dibanding dengan kelahiran 2016) (MacLennan et al., 2015).
prematur yang moderat. Dalam suatu Faktor resiko pada masa post natal
penelitian juga dinyatakan bahwa kejadian yang banyak menyebabkan kejadian CP
CP pada kelahiran prematur lebih tinggi adalah kejadian infeksi dan kejadian trauma.
dari kejadian CP pada kelahiran cukup Septisemia, meningitis, dan
bulan. Pada kelahiran prematur khususnya meningoensephalitis merupakan infeksi yang
pada kehamilan kurang dari 28 minggu banyak menyebabkan kejadian CP. Karena
bisa mencapai 15% kejadian CP (Stavsky itu perlu dilakukan vaksinasi untuk
et al., 2017) (Kurt, 2016) (MacLennan, menurunkan resiko kejadian gangguan
Thompson, & Gecz, 2015). neurologi pada anak..
Faktor resiko pada masa prenatal CP oleh para peneliti epidemiologi
yang banyak menyebabkan kejadian CP dipahami sebagai gangguan yang
adalah berat badan bayi lahir rendah penyebabnya dipengaruhi oleh perjalanan
(BBLR), periventricular leukomalacia waktu, sehingga CP bukan disebut sebagai
(PVL) pada prematuritas, intaventricular diagnosis penyakit, tetapi sebuah payung
hemorrhage (IVH), sedangkan pada bayi dari suatu istilah, karena gejala dan
cukup berat badan faktor resiko terbesar penyebabnya sangat bervariasi dan
adalah hipoxichemic encephalopathy berdasarkan faktor resikonya bisa
(HIE). Preeklamspsia, chorioamnionitis, diklasifikasikan menurut masa prenatal,
dan intrauterine growth restriction perinatal, dan postnatal. Sebagai akhir dari
(IUGR) juga meningkatkan resiko pembahasan prevalensi CP diharapkan akan
kejadian CP. Penyebab lain pada masa semakin menurun seiring dengan
prenatal adalah kejadian vaskuler seperti diketahuinya faktor resiko secara jelas
oklusi pada arteri, dan infeksi TORCH (MacLennan et al., 2015) (McIntyre et al.,
(Stavsky et al., 2017) (Kurt, 2016) 2013).
(MacLennan et al., 2015).
Dari hasil penelitian didapatkan KESIMPULAN DAN SARAN
angka faktor resiko perinatal sebanyak Tipe CP yang paling banyak didapat
26% yang masih terbilang tinggi dari hasil penelitian di Klinik Kitty Center
dibanding dengan studi epidemiologi di Jakarta adalah CP group spastik terdiri
nagara mau. Hal ini disebabkan karena dari spastik quadriplegia, spastik diplegia,
kejadian asfiksia lahir dan infeksi saat dan spastik hemiplegia, dengan gejala
melahirkan masih tinggi di negara utama hipertonus pada otot yang
berkembang, sehingga meningkatkan disebabkan oleh gangguan fungsi korteks.
Bambang Trisnowiyanto, Faktor Risiko Prenatal, Perinatal & Postnatal 209

Hasil studi epidemiologi faktor resiko dengan studi epidemiologi faktor resiko
kejadian CP didapatkan hasil yang selaras CP sebelumnya yaitu faktor resiko
kejadian CP terbanyak selama periode 5 Pakula, A. T., Van Naarden Braun, K., &
tahun (2013 – 2017) di Klinik Kitty Yeargin-Allsopp, M. (2009).
Center Jakarta adalah faktor resiko yang Cerebral Palsy: Classification and
terjadi pada masa prenatal. Epidemiology. Physical Medicine
and Rehabilitation Clinics of North
DAFTAR RUJUKAN America.https://doi.org/10.1016/j.p
Campbell, S. K., Palisano, R. J., & Orlin, mr.2009.06.001.
M. N. (2012). Limb defficiencies Paneth, N., Hong, T., & Korzeniewski, S.
and amputations. In Physical (2006). The Descriptive
therapy for children. Epidemiology of Cerebral Palsy.
Kurt, E. E. (2016). Definition, Clinics in Perinatology.https://doi.
Epidemiology, and Etiological org/10. 1016/j.clp.2006.03.011.
Factors of Cerebral Palsy. In Reddihough, D. S., & Collins, K. J.
Cerebral Palsy - Current Steps. (2003). The epidemiology and
https://doi.org/ 10.5772/64768. causes of cerebral palsy. Australian
MacLennan, A. H., Thompson, S. C., & Journal of Physiotherapy.https://
Gecz, J. (2015). Cerebral palsy: doi.org/10.1016/S0004-9514 ( 14 )
Causes, pathways, and the role of 60183-5.
genetic variants. American Journal Rosenbaum, P., Paneth, N., Leviton, A.,
of Obstetrics and Gynecology. Goldstein, M., & Bax, M. (2007). A
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2015.0 report: The definition and
5.034 classification of cerebral palsy April
McIntyre, S., Taitz, D., Keogh, J., 2006. Developmental Medicine and
Goldsmith, S., Badawi, N., & Blair, Child Neurology.https://doi.org/10.
E. (2013). A systematic review of 1111/j.14698749.2007.tb12610.x.
risk factors for cerebral palsy in Stavsky, M., Mor, O., Mastrolia, S. A.,
children born at term in developed Greenbaum, S., Than, N. G., &
countries. Developmental Medicine Erez, O. (2017). Cerebral palsy-
and Child trends in epidemiology and recent
Neurology.https://doi.org/10.1111/d development in prenatal
mcn.12017. mechanisms of disease, treatment,
Morgan, P., & McGinley, J. L. (2018). and prevention. Frontiers
Cerebral palsy. In Handbook of inPediatrics.https://doi.org/10.3389/
ClinicalNeurology.https://doi.org/10 fped.2017.00021.
.1016/B978-0-444-63916-5.00020-3 Tecklin, J. S. (2008). Pediatric physical
Odding, E., Roebroeck, M. E., & Stam, H. therapy: motor development. In
J. (2006). The epidemiology of Pediatric Physical Therapy.
cerebral palsy: Incidence,
impairments and risk factors.
Disability and Rehabilitation. https:
//doi.org/10.1080/096382805001584
22.

You might also like