You are on page 1of 11

ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA PERIODE 2002-2009 Arif

Makmur1 Drs Indi SutopoM.M2 Abdul Aziz Ahmad SE, M.Si3

ABSTRACT This research entitled "Structure and Performance Analysis of Automobile


Manufacturing Industry in Indonesia Period 2002-2009”. This research aims to determine the level of
market concentration, barriers to entry, performance, and the relationship between structure and
performance of the car industry in Indonesia in 2002-2009. This research using secondary data
analysis. Data obtained from the Ministry of Industry, the Central Statistics Agency (BPS) of
Indonesia, the Indonesian Automobile Manufacturing Industry Association, as well as Internet sites
that are still relevant. The analysis used is CR4 and Herfindahl index to determine the level of market
concentration, Minimum Efficiency of Scale (MES) to measure barriers to entry, Labour productivity,
Internal Efficiency (X-Eff), and Price Cost Margin (PCM) to measure the industrial performance, and
Correlation Spearman Rho to determine the relationship between structure and performance of the
autocar indutry. Based on calculations of CR4 and Index Herfidahl result that the level of market
concentration in the autocar industry in Indonesia is high and oligopoly. Barriers to entry into the
industry is also quite high with an average value of MES autocar is 33 percent. The performance can
be seen from the car industry profitability (PCM), the value of Internal Efficiency (X-Eff), and Labour
Productivity. The average value of PCM period 2002-2009 is 68 percent. Internal Efficiency (X-Eff)
Indonesian car industry in the period 2002-2009is290 percent. The average value of the car industry
Labour Productivity in Indonesia 2002-2009 period is Rp 1, 028,190. Based on the analysis of
Spearman Rho correlations can be seen that correlation exists between the structure and
performance of the car industry in Indonesia is not tightly. Only the correlation between the
Herfindahl index and Labor Productivity has a close relationship. The implication of this research is
that the government should continue to supervise and support the development of the automobile
industry in Indonesia, particularly in the creation of the auto component industry in order to better
support the availibility for domestic production. Besides, the government also recommended to
further local potentials in the ability to create a car by providing incentives to the development of
domestic industries.

Keyword: sctucture and performance, Index Herfindahl, CR4, Minimum Efficiency of Scale,
Automobile Manufacturing Industry.

PENDAHULUAN Industrialisasi merupakan salah satu kunci dalam perubahan struktur


perekonomian yang ditandai dengan terjadinya keseimbangan proses interaksi antara
pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi dan perdagangan antar negara dengan
pendapatan masyarakat. Pada umumnya perkembangan sektor industri menjadi prioritas utama
dalam rencana pembangunan jangka panjang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Terjadinya pergeseran struktur ekonomi Indonesia dari agraris ke industri semakin mengukuhkan
sektor industri sebagai prioritas pembangunan jangka panjang di Indonesia. Fenomena ini terjadi
tidak hanya di Indonesia, namun juga dirasakan oleh negara-negara sedang berkembang lainnya.
Berdasarkan data BPS 2010, sektor industri mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB
Indonesia. Tabel 1. Struktur PDB Indonesia 2009-2010.

Lapangan Usaha

2009 (%) 2010 (%) Triw 1 Triw 2 Triw 1 Triw 2

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 15,6 15,6 16 15,9 2. Pertambangan


dan Penggalian 10 10,2 11,1 11 3. Industri Pengolahan 27 26,2 25,5 24,9 4. Listrik, Gas dan Air Bersih
0,8 0,9 0,8 0,8 5. Konstruksi 9,6 9,8 10 10,2 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,3 13 13,9 13,7 7.
Pengangkutan dan Komunikasi 6,4 6,2 6,2 6,2 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 7,5 7,2
7,2 7 9. Jasa-jasa 9,8 10,9 9,3 10,3 PDB 100 100 100 100 Sumber : BPS Indonesia, 2010 Dewasa ini
sektor industri termasuk dalam sektor yang mampu memberikan kontibusi besar bagi perekonomian
Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1, yaitu struktur PDB Indonesia 2009-2010. Industri
otomotif merupakan salah satu bagian dari subsektor dari sektor industri yang berkembang pesat di
Indonesia. Indonesia bersama Thailand dan Malaysia merupakan tiga negara penghasil mobil
terbesar di ASEAN. Jumlah produksi mobil di Indonesia pada tahun 2010 adalah 704.715 unit. Jumlah
ini masih kalah dengan jumlah produksi mobil di Thailand yang mencapai 1.644.513 unit. Sebagai
perbandingan, Thailand memiliki 1.500 industri pembuat komponen. Sedangkan Indonesia baru
memiliki 300 industri pembuat komponen. Hal ini yang membuat biaya memproduksi mobil di
Thailand menjadi lebih murah (lebih ekonomis) dibandingkan di Indonesia (Anonymous dalam
Augustina, 2007).

Menarik sekali untuk mengkaji persaingan antar produsen mobil di Indonesia. Menurut
laporan GAIKINDO (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), saat ini tercatat ada 33
perusahaan yang terdaftar sebagai anggota GAIKINDO, baik yang hanya memproduksi komponen
mobil maupun yang memiliki merk. Pangsa pasar penjualan mobil di Indonesia dikuasai oleh 5
perusahaan asal Jepang. Kelima perusahaan tersebut yaitu, Toyota, Daihatsu, Suzuki, Mitsubishi, dan
Honda. Kelima perusahaan ini mampu menguasai 83,5 persen pengsa pasar penjualan mobil di
Indonesia. Sisanya diperebutkan oleh para pendatang lainnya. Perbaikan situasi ekonomi Indonesia
yang terlihat dari rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang semakin
mengecil mengindikasikan perbaikan situasi perekonomian di Indonesia. Bila pada tahun 2000 rasio
utang Indonesia terhadap PDB masih berada pada angka 89 persen, maka pada tahun 2010, rasio
utang Indonesia terhadap PDB sudah berada di angka 27 persen (Chairul Tanjung, 2011).

Sumber:Bank Indonesia dalam Komite Ekonomi Nasional Gambar 1. Ratio Utang Indonesia
TerhadapProduct Domestic Bruto

(PDB)

Secara umum, Indonesia merupakan pasar otomotif paling potensial di Asia. Menurut riset
yang dilakukan oleh CLSA Asia-Pacific Markets pada tahun 2010, pasar otomotif Indonesia masih
memiliki banyak celah untuk berkembang. Hasil risetnya menyebutkan bahwa Indonesia baru
memiliki 32 mobil untuk setiap 1.000 orang. Bandingkan dengan Thailand yang memiliki 123 mobil
per 1.000 orang dan Malaysia 300 mobil per 1.000 orang. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik
oleh para produsen domestik. Terjadinya konsentrasi pasar memberikan berkah yang luar biasa yang
telah dinikmati selama lebih dari tiga dasawarsa. Keuntungan tersebut yaitu margin keuntungan
yang tentunya sangat besar. Besarnya margin keuntungan membuat beberapa perusahaan untuk
meningkatkan

85% 89%

1999 2000

Menarik sekali untuk mengkaji persaingan antar produsen mobil di Indonesia. Menurut
laporan GAIKINDO (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), saat ini tercatat ada 33
perusahaan yang terdaftar sebagai anggota GAIKINDO, baik yang hanya memproduksi komponen
mobil maupun yang memiliki merk. Pangsa pasar penjualan mobil di Indonesia dikuasai oleh 5
perusahaan asal Jepang. Kelima perusahaan tersebut yaitu, Toyota, Daihatsu, Suzuki, Mitsubishi, dan
Honda. Kelima perusahaan ini mampu menguasai 83,5 persen pengsa pasar penjualan mobil di
Indonesia. Sisanya diperebutkan oleh para pendatang lainnya. Perbaikan situasi ekonomi Indonesia
yang terlihat dari rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang semakin
mengecil mengindikasikan perbaikan situasi perekonomian di Indonesia. Bila pada tahun 2000 rasio
utang Indonesia terhadap PDB masih berada pada angka 89 persen, maka pada tahun 2010, rasio
utang Indonesia terhadap PDB sudah berada di angka 27 persen (Chairul Tanjung, 2011).
Sumber:Bank Indonesia dalam Komite Ekonomi Nasional Gambar 1. Ratio Utang Indonesia
Terhadap Product Domestic Bruto

(PDB)

Secara umum, Indonesia merupakan pasar otomotif paling potensial di Asia. Menurut riset
yang dilakukan oleh CLSA Asia-Pacific Markets pada tahun 2010, pasar otomotif Indonesia masih
memiliki banyak celah untuk berkembang. Hasil risetnya menyebutkan bahwa Indonesia baru
memiliki 32 mobil untuk setiap 1.000 orang. Bandingkan dengan Thailand yang memiliki 123 mobil
per 1.000 orang dan Malaysia 300 mobil per 1.000 orang. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik
oleh para produsen domestik. Terjadinya konsentrasi pasar memberikan berkah yang luar biasa yang
telah dinikmati selama lebih dari tiga dasawarsa. Keuntungan tersebut yaitu margin keuntungan
yang tentunya sangat besar. Besarnya margin keuntungan membuat beberapa perusahaan untuk
meningkatkan

89%

77%

67%

61% 57%

47%

39% 35% 33%

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rasio Utang Terhadap PDB

Menarik sekali untuk mengkaji persaingan antar produsen mobil di Indonesia. Menurut
laporan GAIKINDO (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), saat ini tercatat ada 33
perusahaan yang terdaftar sebagai anggota GAIKINDO, baik yang hanya memproduksi komponen
mobil maupun yang memiliki merk. Pangsa pasar penjualan mobil di Indonesia dikuasai oleh 5
perusahaan asal Jepang. Kelima perusahaan tersebut yaitu, Toyota, Daihatsu, Suzuki, Mitsubishi, dan
Honda. Kelima perusahaan ini mampu menguasai 83,5 persen pengsa pasar penjualan mobil di
Indonesia. Sisanya diperebutkan oleh para pendatang lainnya. Perbaikan situasi ekonomi Indonesia
yang terlihat dari rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang semakin
mengecil mengindikasikan perbaikan situasi perekonomian di Indonesia. Bila pada tahun 2000 rasio
utang Indonesia terhadap PDB masih berada pada angka 89 persen, maka pada tahun 2010, rasio
utang Indonesia terhadap PDB sudah berada di angka 27 persen (Chairul Tanjung, 2011).

Sumber:Bank Indonesia dalam Komite Ekonomi Nasional Gambar 1. Ratio Utang Indonesia
Terhadap Product Domestic Bruto

(PDB)

Secara umum, Indonesia merupakan pasar otomotif paling potensial di Asia. Menurut riset
yang dilakukan oleh CLSA Asia-Pacific Markets pada tahun 2010, pasar otomotif Indonesia masih
memiliki banyak celah untuk berkembang. Hasil risetnya menyebutkan bahwa Indonesia baru
memiliki 32 mobil untuk setiap 1.000 orang. Bandingkan dengan Thailand yang memiliki 123 mobil
per 1.000 orang dan Malaysia 300 mobil per 1.000 orang. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik
oleh para produsen domestik. Terjadinya konsentrasi pasar memberikan berkah yang luar biasa yang
telah dinikmati selama lebih dari tiga dasawarsa. Keuntungan tersebut yaitu margin keuntungan
yang tentunya sangat besar. Besarnya margin keuntungan membuat beberapa perusahaan untuk
meningkatkan

33% 29% 27%

2008 2009 2010

kapasitas produksinya. Selain itu, hal ini juga mengundang pemain baru untuk masuk ke
dalam pasar. Besarnya pasar juga menjadi pendorong masuknya pemain baru dalam pasar ini.
Perilaku produsen yang demikian seolah menjadi sesuatu yang wajar karena sifat permintaan mobil
di Indonesia sangatlah besar meskipun harga yang berlaku juga semakin mahal. Hal ini tentu dapat
dimaklumi mengingat bahwa kebutuhan akan sarana transportasi yang begitu tinggi seiring
pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang
cenderung terpusat di daerah-daerah tertentu menyebabkan adanya kenaikan tingkat ekonomi yang
begitu besar bagi sekelompok masyarakat melebihi kelompok masyarakat lainnya. Mereka memiliki
kemampuan lebih untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya dengan membeli mobil. Atas dasar
permasalahan di atas, saya selaku penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul Analisis Stuktur
dan Kinerja Industri Mobil di Indonesia periode Tahun 2002-2009.

A. Perumusan Masalah Penelitian 1. Bagaimanakah tingkat konsentrasi pasar yang terbentuk


dalam industri mobil di Indonesia (2002-2009). 2. Seberapa besarkah hambatan dalam industri mobil
sehingga menghalangi pemain baru untuk masuk ke dalam industri ini. 3. Bagaimanakah Kinerja
Industri Mobil di Indonesia (2002-2009). 4. Bagaimanakah hubungan antara struktur dan kinerja
pada Industri mobil di Indonesia (2002-2009).

B. Batasan Masalah Penelitian

Pada penelitian ini, penulis membatasi permasalahan pada struktur dan kinerja industri
mobil di Indonesia serta hubungan antara struktur dan kinerja. Selain itu, penulis juga meneliti
tentang hambatan masuk ke dalam industri. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengukur tingkat
konsentrasi pasar yang terbentuk dalam industri mobil di Indonesia (2002-2009). 2. Untuk
mengetahui hambatan masuk dalam industri mobil di Indonesia (2002-2009). 3. Untuk mengetahui
kinerja industri mobil di Indonesia (2002-2009).

4. Untuk mengetahui hubungan antara struktur dan kinerja industri mobil di Indonesia
(2002-2009).

METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis data
sekunder. Obyek penelitian adalah industri mobil di Indonesia peiode 2002-2009. Data diperoleh
dari Kementrian Perindustrian, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO),
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, dan Organization International of Motor Vehicle Manufactures
(OICA). A. Analisis Struktur Industri Mobil

Rasio Konsentrasi (CR) Rasio Konsentrasi digunakan untuk mengukur konsentrasi industri
dengan mengurutkan perusahaan yang mempunyai pangsa pasar terbesar sampai terkecil. (Agus,
2010). Adapun formula dari CR adalah sebagai berikut. =Keterangan :

= ConcentracionRatiodari perusahaan n terbesar. = presentase marketsharedari perusahaan


ke-i

Herfindahl index merupakan penjumlahan kuadrat dari pangsa pasar masing-masing pelaku
pasar. Nilai Herfindahl Indeks berkisar antara 0 sampai 10000. Semakin mendekati 10000, maka
semakin terkonsentrasi industri tersebut. Begitu juga sebaliknya. Berikut adalah formulasinya = + + +
⋯+Dimana : H = Herfindahl Index S= pangsa pasar perusahaan terbesar = pangsa pasar perusahaan
terbesar kedua =pangsa pasar perusahaan terbesar ke-n
Hambatan masuk Salah satu cara untuk mengetahui hambatan masuk dalam penelitian ini
adalah dengan mengukur skala ekonomi yang dilihat melalui output perusahaan yang menguasai
pasar. Jumlah penjualan penjualan perusahaan dibagi dengan total penjualan dalam industri. Data
ini disebut dengan Minimum Efficiency of Scale (MES) yang diformulasikan sebagai berikut : = ℎ ℎ

Kinerja Industri Mobil di Indonesia Kinerja industri dapat digambarkan melalui produktivitas
tenaga kerja, Indeks PCM, dan Efisiensi Internal. Produktivitas tenaga kerja diperoleh dengan
membagi nilai tambah industri dengan jumlah tenaga kerja dalam industri mobil di Indonesia.
Semakin produktif tenaga kerja dalam industri, semakin banyak pula nilai tambah yang diberikan
oleh tenaga kerja :

Nilaioutputindustri

Produktivitas TK =

Jumlah Tenaga kerja industri

Efisiensi internal (X-Eficiency) menunjukan kemampuan perusahaan untuk menekan biaya


produksi yang harus dikeluarkan. Semakin efisien suatu perusahaan, semakin besar keuntungan yang
diperoleh. Untuk mengukur tingkat efisiensi internal adalah dengan membaginilai tambah dengan
nilai input (Jaya, 2001).

Nilai tambah industri X-Eficiency = .100 Nilai Input Industri

Variabel yang digunakan untuk mengukur indikator kinerja lainnya adalah proksi dari
keuntungan Price Cost Margin (PCM). PCM dinyatakan sebagai indikator kemampuan perusahaan
untuk menaikkan harga diatas biaya produksi. PCM juga didefinisikan sebagai presentase
keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. PCM diperoleh dengan membagi selisih
nilai tambah dengan dikurangi upah terhadap output yang dihasilkan (Jaya, 2001).

Nilai tambah–upah total PCM = .100 Nilai output Industri

Hubungan antara Struktur dan Kinerja Industri Hubunganstruktur pasar dengan faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi kinerja indusri dilihat menggunakan analisis hubungan spearman rho.
Analisis Spearman rho menjelaskan hubungan antara variabel struktur pasar yaitu CR4 dan HI,
dengan variabel kinerja industri yaitu produktivitas tenaga kerja, Efisiensi internal, dan Price Cost
Margin (PCM).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Struktur Industri Selama periode penelitian, Pabrikan
Toyota menjadi market leader dalam industri mobil di Indonesia. Berikut adalah tabel Market Share
Industri Mobil di Indonesia. Tabel 2. Market Share Penjualan Mobil di Indonesia 2002-2009. Merk
Market Share(%) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 TOYOTA 27 28 29 34 39 35 35 38
MITSUBISHI 24 22 19 17 15 14 14 13 SUZUKI 20 20 17 16 14 13 12 9 HONDA 4 6 10 10 9 9 9 8
DAIHATSU 6 6 10 9 10 12 13 16 ISUZU 8 6 5 5 5 4 4 3 NISSAN 1 2 3 2 0 4 5 5 LAIN-LAIN 10 10 8 7 7 8 8
8 TOTAL 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : LaporanTahunanAdira Finance, Kompas
otomotif, vivanews.com (diolah)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Industri mobil di Indonesia dikuasai oleh pabrikan
asal Jepang. Berikut adalah grafik perkembangan CR4 industri mobil di Indonesia.

Sumber : LaporanTahunanAdira Finance, Kompas otomotif, vivanews.com (diolah)

Nilai rata-rata CR4 industri mobil di Indonesia adalah 75, 54 persen. Nilai CR4 antara 60
sampai 100 persen termasuk dalam struktur oligopoli ketat (Jaya, 2001). Dengan demikian struktur
industri pada Industri mobil di Indonesia adalah oligopoli ketat. Selain analisis rasio konsentrasi,
analisis Herfindahl Index (HI) juga dapat digunakan untuk menganalisis struktur industri. Nilai HI
berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, maka semakin terkonsentrasi industri tersebut.
Berikut adalah tabel Herfindahl Index industri mobil di Indonesia 2002-2009. Tabel 3. Herfindahl
Indeks Industri Mobil di Indonesia

Tahun HerfindahlIndeks 2002 0,1890 2003 0,1889 2004 0,1783 2005 0,1975 2006 0,2194
2007 0,1920 2008 0,1913 2009 0,2134 Sumber : LaporanTahunanAdira Finance, Kompas otomotif,
vivanews.com (diolah) Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai Herfindahl Indeks industri
mobil di Indoensia berkisar antara 0,17 sampai 0,21. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
struktur industri mobil di Indonesia adala Oligopoli ketat.

74

76

69

77 78

74 74

76

60

65

70

75

80

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

CR4 (%)

2. Hambatan Masuk Hambatan masuk pada industri mobil dapat dilihat dari mudah tidaknya
pesaing potensial untuk masuk ke dalam industri. Pengukuran hambatan masuk diperoleh dari hasil
pembagian antara penjualan perusahaan terbesar dengan total total penjualan dalam industri.
Menurut Comanor dan Wilson (Anindito, 2009) MES yang lebih dari 10 persen menggambarkan
hambatan masuk yang tinggi pada suatu industri. Berikut adalah tabel Minimun Efficiency of Scale
(MES) Industri mobil di Indonesia 2002-2009. Tabel 4. Nilai MES industri mobil di Indonesia Tahun
MES(%) 2002 27 2003 28 2004 29 2005 34 2006 39 2007 35 2008 35 2009 38 Rata-rata 33

Berdasarkan hasil analisis tabel diatas terlihat bahwa hambatan masuk industri mobil di
Indonesia termasuk tinggi dengan rata-rata nilai MES mencapai 33 persen. Tingginya nilai MES
menjadi penghalang bagi perusahaan baru untuk masuk ke dalam industri. 3. Kinerja Industri Kinerja
industri mencerminkan bagaimana pengaruh kekuatan pasar terhadap harga, efisiensi, dan inovasi.
Pada penelitian ini, kinerja industri dilihat dari produktivitas tenaga kerja, efisiensi internal (X-
Efficiency), dan Price Cost Margin (PCM) selama tahun 2002-2009.

Dari gambar 8 terlihat bahwa produktivitas tenaga kerja pada industri mobil di Indonesia
memiliki tren yang meningkat. Rata-rata kenaikan produktivitas pada industri mobil di Indonesia
adalah sebesar 14 persen. nilai produktivitas tenaga kerja pada industri mobil diduga karena
besarnya nilai outputyang dihasilkan pada industri mobil di Indonesia. Efisiensi interal (X-Efficiency)
juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu industri. Efisiensi internal merupakan efisiensi
perusahaanperusahaan dalam industri. Efisiensi internal diartikan sebagai kemampuan perusahaan
dalam suatu industri dalam menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Semakin efisien suatu
perusahaan, semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Berikut adalah grafik efisiensi
internal industri mobil di Indonesia tahun2002-2009.

Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai efisiensi internal pada industri mobil di Indonesia
selama periode penelitian mengalami fluktuasi selama periode. Namun, nilai efisiensi internal pada
industri mobil di Indonesia selalu berada di atas 100 persen. Hal ini mengindikasikan kemampuan

Rp0 Rp500,000 Rp1,000,000 Rp1,500,000 Rp2,000,000 Rp2,500,000 Rp3,000,000

2002

ProduktivitasTenaga Kerja Industri (Rp.000)

195

403

2002 2003

Dari gambar 8 terlihat bahwa produktivitas tenaga kerja pada industri mobil di Indonesia
memiliki tren yang meningkat. Rata-rata kenaikan produktivitas pada industri mobil di Indonesia
adalah sebesar 14 persen. nilai produktivitas tenaga kerja pada industri mobil diduga karena
besarnya nilai output yang dihasilkan pada industri mobil di Indonesia. Efisiensi interal (X-Efficiency)
juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu industri. Efisiensi internal merupakan efisiensi
perusahaanperusahaan dalam industri. Efisiensi internal diartikan sebagai kemampuan perusahaan
dalam suatu industri dalam menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Semakin efisien suatu
perusahaan, semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Berikut adalah grafik efisiensi
internal industri mobil di Indonesia tahun 2002-2009.

Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai efisiensi internal pada industri mobil di Indonesia
selama periode penelitian mengalami fluktuasi selama periode. Namun, nilai efisiensi internal pada
industri mobil di Indonesia selalu berada di atas 100 persen. Hal ini mengindikasikan kemampuan

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

ProduktivitasTenaga Kerja Industri (Rp.000)

403

171

439 453

313

129

2003 2004 2005 2006 2007 2008

X-Efficiency (%)

Dari gambar 8 terlihat bahwa produktivitas tenaga kerja pada industri mobil di Indonesia
memiliki tren yang meningkat. Rata-rata kenaikan produktivitas pada industri mobil di Indonesia
adalah sebesar 14 persen. nilai produktivitas tenaga kerja pada industri mobil diduga karena
besarnya nilai output yang dihasilkan pada industri mobil di Indonesia. Efisiensi interal (X-Efficiency)
juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu industri. Efisiensi internal merupakan efisiensi
perusahaanperusahaan dalam industri. Efisiensi internal diartikan sebagai kemampuan perusahaan
dalam suatu industri dalam menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Semakin efisien suatu
perusahaan, semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Berikut adalah grafik efisiensi
internal industri mobil di Indonesia tahun 2002-2009.

Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai efisiensi internal pada industri mobil di Indonesia
selama periode penelitian mengalami fluktuasi selama periode. Namun, nilai efisiensi internal pada
industri mobil di Indonesia selalu berada di atas 100 persen. Hal ini mengindikasikan kemampuan

129

218

2009

industri mobil di Indonesia untuk meminimumkan biaya input yang digunakan untuk
produksi sudah sangat baik. Besarnya nilai tambah dibandingkan biaya input yang digunakan diduga
menjadi penyebab tingginya nilai efisiensi internal pada industri mobil di Indonesia selama periode
penelitian. Selain produktivitas tenaga kerja dan efisiensi internal, Price Cost Margin (PCM) juga
dapat digunakan untuk menganalisis kinerja pada suatu industri. PCM menggambarkan proksi
keuntungan dari perusahaan yang ada dalam industri. PCM diartikan sebagai kemampuan
perusahaan dalam industri untuk menaikkan harga diatas biaya produksi. Berikut adalah gambar
perkembangan Price Cost Margin Industri mobil di Indonesia 2002-2009.

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat keuntungan pada industri mobil
di Indonesia selama periode penelitian mengalami fluktuasi dengan selisih yang tidak terlalu besar.
Rata-rata nilai PCM yang didapatkan pada industri mobil selama periode penelitian adalah sebesar
68,25 persen. Industri mobil di Indonesia mengalami tingkat keuntungan terbesar pada tahun 2005
dan 2006 dengan tingkat keuntungan sebesar 81 persen. Sedangkan tingkat keuntungan terendah
sebesar 46 persen yaitu pada tahun 2008. Rendahnya tingkat keuntungan pada tahun 2008 diduga
karena adanya krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis tersebut berakibat pada
naiknya biaya produksi yang harus dikeluarkan dalam proses produksi.

55

79

63

81 81 77

46

67

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

PCM (%)

PCM (%)

4. Hubungan Struktur dan Kinerja Untuk menganalisis hubungan antara struktur pasar dan
kinerja industri mobil di Indonesia dilakukan dengan mengggunakan alat analisis Spearman Rho
dengan menggunakan software SPSS 19.00. Analisis ini mencoba untuk mengetahui hubungan
instrumen dari struktur yang diwakili oleh CR dan HI dengan instrumen dari kinerja yang diwakili
oleh Produktivitas tenaga kerja, Efisiensi Internal, dan Price Cost Margin. Dari hasil tersebut dapat
diketahui korelasi antara sruktur dan kinerja pada industr mobil di Indonesia selama periode
penelitian. a. Analisis korelasi Struktur pasar dan Price Cost Margin.

Beberapa teori menyatakan bahwa CR4 memiliki pengaruh positif terhadap Price Cost
Margin (PCM). Semakin tinggi konsentrasi suatu perusahaan maka akan semakin besar tingkat
keuntungan yang akan diperoleh. Tabel 6. Korelasi Spearman CR4 dan PCM Industri Mobil di
Indonesia 2002-2009

Variabel CR4 PCM Sig CR4 1 0,85* 0,07 PCM 0,85* 1 0,07 *sig 90% ** sig 95% Tabel 7.
Korelasi Spearman HIdan PCMIndustri Mobil di Indonesia 2002-2009

Variabel HI PCM Sig HI 0,503 0,204 PCM 0,503 0,204 *sig 90% ** sig 95

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara
besarnya CR4 dan Price Cost Margin (PCM). Artinya korelasi yang terbentuk antara CR4 dan PCM
memiliki keeratan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar pangsa yang
diraih oleh suatu perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan

untuk menaikkan atau mengendalikan harga diatas biaya. Korelasi positif antara Struktur
dan PCM juga diperlihatkan pada tabel 7 dibawah ini. Korelasi yang terjadi antara Herfindahl Indeks
dan PCM pada tidak erat seperti korelasi antara CR4 dan PCM. Hal ini dikarenakan pada Herfindahl
Indeks mengikutkan perusahaan-perusahaan di luar 4 perusahaan terbesar dalam industri. Pada
intinya kedua tabel tersebut menunjukkan arah korelasi yang sama yaitu positif. b. Analisis korelasi
Struktur danX-Efficency

Struktur industri yang terbentuk memiliki korelasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
industri untuk meminimumkan biaya (X-Efficiency). Semakin besar pangsa pasar yang diraih oleh
perusahaan, maka akan semakin besarX-Efficiency. Tabel 8. Korelasi Spearman CR dan Efisiensi
Internal Industri Mobil di Indonesia 2002-2009

Variabel CR4 X-Eff Sig CR4 1 0,905** 0,02 X-Eff 0,905** 1 0,02 *sig 90% ** sig 95%

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara
CR4 dan X-Efficiency pada industri mobil di Indonesia. Artinya bahwa ada korelasi yang erat antara
CR4 dan XEfficiency. Hal ini menandakan bahwa semakin besar pangsa pasar yang diraih oleh suatu
perusahaan, maka akan semakin tinggi pula X-Efficiency atau kemampuan perusahaan dalam
meminimalisir biaya input yang digunakan. Analisis ini didukung dengan hasil korelasi HI dengan
XEfficiency pada tabel 9, dimana korelasi antara HI dan X-Efficiency memiliki korelasi yang positif.
Jumlah perusahaan yang relatif sedikit pada industri mobil di Indonesia membuat persaingan dalam
memperoleh bahan baku tidak terlalu ketat. Adanya Grup Astra dan Indomobil, yang memproduksi
beberapa merk mobil secara bersama-sama dalam satu pabrik membuat

biaya produksi menjadi lebih efisien. Hal ini dirasa lebih efisien daripada mendirikan
perusahaaan mendirikan pabrik-pabrik sendiri yang tentunya membutuhkan investasi yang besar.
Tabel 9. Korelasi Spearman HIdanEfisiensi Internal Industri Mobil di Indonesia 2002-2009

Variabel HI X-Eff sig HI 1 0,571 0,139 X-Eff 0,571 1 0,139 *sig 90% ** sig 95%

c. Analisis korelasi Struktur dan Produktivitas Tenaga Kerja

Tabel 10. Korelasi Spearman CR4danProduktivitas Tenaga Kerja Industri Mobil di Indonesia
2002-2009
Variabel CR4 Produktivitas Sig CR4 1 -0,048 0,911 Produktivitas -0,048 1 0,911 *sig 90% **
sig 95%

Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa CR4 memiliki korelasi negatif terhadap
produktivitas tenaga kerja. Dimana korelasi antara struktur dan produktivitas tenaga kerja memiliki
korelasi yang negatif. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada tabel 13, dimana korelasi antara struktur
dan Produktivitas Tenaga Kerja memiliki korelasi yang positif. Artinya korelasi yang terbentuk antara
HI dan Produktivitas tenaga kerja tidak memiliki keeratan. Perbedaan arah korelasi pada analisis
diatas diduga karena pada Herfindahl Indeks mengikutkan perusahaanperusahaan diluar empat
terbesar. Korelasi positif yang terjadi antara struktur dan produktivitas tenaga kerja menandakan
bahwa semakin tinggi pangsa pasar suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula produktivitas
tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja diperoleh dengan membagi nilai output industri dengan
jumlah tenaga kerja. Besarnya nilai output erat kaitannya dengan teknologi yang digunakan dalam
proses produksi. Faktor teknologi ini

diduga menjadi kunci dalam pola hubungan antara struktur dan produktivitas tenaga kerja
pada industri mobil di Indonesia. Tabel 11. Korelasi Spearman HIdanProduktivitas Tenaga Kerja
Industri Mobil di Indonesia 2002-2009

Variabel HI Produktivitas Sig HI 1 0,452 0,269 Produktivitas 0,452 1 0,269 *sig 90% ** sig
95%

KESIMPULAN

1. Tingat konsentrasi pada industri mobil di Indonesia tergolong tinggi dan bersifat oligopoli.
2. Industri mobil di Indonesia memiliki hambatan masuk yang tinggi dengan nilaiMinimum Efficiency
of Scale(MES) sebesar 33 persen. 3. Kinerja industri mobil di Indonesia cenderung meningkat seiring
dengan besarnya nilai produktivitas, PCM, dan X-Efisiensi. 4. Adanya hubungan yang positif antara
struktur (CR dan HI) dengan kinerja industri mobil (produktivitas tenaga kerja, efisiensi internal, dan
price cost margin (PCM). IMPLIKASI

1. Adanya konsentrasi yang tinggi menyebabkan harga mobil di Indonesia relatif mahal
dibandingkan dengan harga mobil di negara-negara tetangga maupun secara global. Oleh karena itu,
pemerintah sebaiknya membuat regulasi guna memudahkan perusahaan-perusahaan potensial
seperti Mobil ESEMKA untuk masuk ke dalam industri sehingga akan meningkatkan persaingan.
Dengan meningkatnya persaingan, diharapkan akan mendorong harga mobil untuk lebih murah. 2.
Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan potensi-potensi lokal dalam kemampuan menciptakan
mobil dengan memberikan insentif terhadap industri perkembangan industri mobil dalam negeri.
Hal ini akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia bila nantinya memiliki mobil
buatan anak bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Anindito, 2009, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Output Industri Mobil di


Indonesia, Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manjemen. IPB. Bogor.

Adira Finance, 2012. Laporan Tahunan 2010.Diunduh pada 2 Februari 2012.

Augustina, 2007. Industri Otomotif Indonesia. Diuduh pada 4 Febuari 2012.

BPS, 2012, Statistik Industri Besar dan Sedang 2002-2009. Tidak dipublikasikan

Jaya, Wihana K, 2007. Ekonomi industriedisi 2. BPFE UGM. Yogyakarta.


Rakhmat Priyono dan Arifin, Agus 2011. Struktur Indstri, Tingkat Produktivitas, dan efisiensi
dalam pemenuhan kebutuhan Hidup Layak (Studi Empiris Perajin tahu Desa Kalisari Cilongok,
Banyumas, VS Perajin Tahun Desa Kalikabong, Kali manah Purbalingga.Laporan Hibah Penelitian. FE
Unsoed. Purwokerto

You might also like