Professional Documents
Culture Documents
6-30-2017
Chaerul D. Djakman
Universitas Indonesia, cdjakman@ymail.com
Recommended Citation
Anggraeni, Dian Yuni and Djakman, Chaerul D. (2017) "SLACK RESOURCES, FEMINISME DEWAN, DAN
KUALITAS PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN," Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia: Vol. 14: Iss. 1, Article 6.
DOI: 10.21002/jaki.2017.06
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jaki/vol14/iss1/6
This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub.
It has been accepted for inclusion in Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia by an authorized editor of UI
Scholars Hub.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 94
Chaerul D. Djakman
Universitas Indonesia
cdjakman@ymail.com
Abstract
The objective of this study is to examine the impact of slack resources and board’s feminism on CSR
disclosure quality. This study also investigates the role of board’s feminism in moderating the
relationship between slack resources and CSR disclosure quality. The analysis of this study uses
moderated regression analysis with unbalanced panel data. The sample consists of 114 firms-years
which are listed in IDX and reported sustainability report for 2012-2014. The results find that slack
resources have positive impact on CSR disclosure quality, while the feminism on board of
commissioners have negative effect on CSR disclosure quality. There is no relationship between
director’s feminism and CSR disclosure quality. The result also shows that feminism on directors
and commissioners does not moderate the relationship between slack resources and CSR disclosure
quality. This is probably because the boards in Indonesian public companies are still dominated by
men.
Keywords: disclosure quality, sustainability, CSR, slack resources, feminist ethical theory
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh slack resources dan feminisme dewan terhadap
kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian ini juga menguji peran
moderasi feminisme dewan terhadap slack resources dan kualitas pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Analisis penelitian ini menggunakan metode analisis regresi moderasi dengan
unbalanced panel data. Sampel penelitian terdiri dari 114 perusahaan-tahun yang terdaftar di BEI
dan menerbitkan laporan keberlanjutan selama periode 2012-2014. Hasil penelitian menemukan
bahwa slack resources berpengaruh positif dan feminisme dewan komisaris berpengaruh negatif
terhadap kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Feminisme dewan direksi
terbukti tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa feminisme dewan tidak memoderasi hubungan antara slack
resources dan kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena struktur dewan pada perusahaan publik di Indonesia masih didominasi oleh laki-
laki.
Kata kunci: kualitas pengungkapan, keberlanjutan, CSR, slack resources, feminist ethical
theory
95 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118
yang inkonklusif masih ditemukan pada dewan dalam suatu entitas. Pernyataan tersebut
penelitian inisiasi CSR (Xu et al. 2015). juga ditandai dengan terbuktinya beberapa
Perusahaan yang memiliki slack resources penelitian mengenai hubungan antara
diharapkan memiliki kualitas pengungkapan representasi wanita dalam anggota dewan dan
CSR yang lebih baik karena mereka akan peningkatan performa perusahaan (Carter et al.
melaksanakan investasi CSR yang lebih 2003; Adams dan Ferreira 2004, 2009; Huse
banyak dibandingkan dengan perusahaan yang dan Solberg 2006).
memiliki sedikit (atau tidak memiliki) slack Selain itu, berdasarkan studi yang
resources (Harrison dan Coombs 2012). dilakukan Credit Suisse Research Institute
Resource-based juga mengutarakan (2012), selama enam tahun terakhir,
bahwa dewan merupakan salah satu sumber perusahaan yang mewakilkan wanita dalam
daya yang dimiliki perusahaan karena mereka struktur dewan memiliki performa harga
merupakan representatif atas kepentingan saham yang lebih baik, tingkat pengembalian
pemegang saham dan stakeholders lainnya ekuitas yang lebih tinggi, serta memiliki rata-
sehingga identitas dewan akan menentukan rata pertumbuhan yang lebih baik dibanding
kebijakan apa yang akan dijalankan perusahaan yang hanya beranggotakan laki-
perusahaan. Penunjukan anggota dewan yang laki pada jajaran dewan. Hal ini juga didukung
tepat akan menciptakan tata kelola (corporate oleh hasil penelitian McKinsey and Company
governance) perusahaan yang baik. Jika tata (2010) yang menyatakan bahwa 72% direksi
kelola perusahaan lebih efektif, maka akan menyadari bahwa adanya diversifikasi dalam
terefleksikan peningkatan perhatian per- dewan berpengaruh dengan performa perusa-
usahaan terhadap isu-isu yang berkaitan haan yang lebih baik.
dengan keberlanjutan perusahaaan, seperti isu Namun demikian, bila dibandingkan
lingkungan, sosial, dan komunitas karena tidak dengan laki-laki, jumlah wanita dalam stuktur
dapat dipungkiri bahwa saat ini isu-isu tersebut dewan dapat dikatakan masih sangat rendah.
menjadi salah satu isu strategis dalam Yi (2010) mencatat bahwa proporsi wanita
menunjang keberlangsungan hidup perusa- yang menduduki fungsi dewan di hampir
haan. seluruh negara Asia ialah hanya setengah dari
Identitas dewan yang digunakan dalam negara di Amerika, Australia, dan Eropa. Akan
penelitian ini ialah feminsime dewan. tetapi, CGIO (2012) menyatakan bahwa
Representasi wanita pada jajaran dewan men- Indonesia merupakan salah satu negara dengan
jadi isu terkini terkait corporate governance. tingkat proporsi wanita pada struktur dewan
Berdasarkan feminist ethical theory dalam paling tinggi dibandingkan dengan negara-
kaitannya dengan tata kelola perusahaan, negara lain di Asia, yaitu 11,6% (Hong Kong
wanita memiliki pandangan yang berbeda 10,3%, China 8,5%, Malaysia dan Singapura
dalam mengomunikasikan pendapat mereka 7,3%, India 5,2%, dan Jepang 1,1%).
sehingga akan memengaruhi kebijakan yang Pengelolaan kebijakan CSR akan lebih
akan ditetapkan (Machold et al. 2008). baik ditangani oleh wanita karena mereka
Hadirnya wanita, sebagai bagian dalam memiliki tingkat kepedulian terhadap isu sosial
struktur dewan suatu entitas, bukan hanya dan lingkungan yang lebih tinggi (Liao et al.
menjadi masalah kesetaraan gender (Credit 2015). Anggota dewan wanita juga ditemukan
Suisse Research Institute 2012). Centre for lebih partisipatif, lebih terorganisir, lebih
Governance, Institutions and Organisations tekun, lebih kritis, dan dapat lebih mencipta-
(CGIO), salah satu pusat penelitian di National kan atmosfer kerja yang lebih baik (Huse dan
University of Singapore (NUS) Business Solberg 2006; Adams dan Ferreira 2004).
School pada tahun 2012, mengatakan bahwa Hadirnya wanita dalam struktur dewan
diversifikasi gender dalam struktur dewan mengindikasikan semakin meningkatnya
menjadi salah satu indikator Good Corporate keberagaman perspek-tif anggota dewan
Governance (GCG) di seluruh dunia. Hal sehingga akan memengaruhi pengambilan
tersebut ditandai dengan semakin meningkat- keputusan perusahaan (Rao et al. 2012; Adams
nya jumlah wanita yang menduduki kursi dan Ferreira 2004). Oleh karena itu, semakin
97 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118
disimpulkan oleh Bourgeois (1981), yaitu Struktur dewan atau struktur kepengu-
mengurangi konflik kepentingan, mengurangi rusan entitas menjadi salah satu organ penting
pengolahan kebutuhan informasi, dan untuk menciptakan GCG. Hal tersebut karena
membantu proses politik atau memfasilitasi peran dari dewan sebagai mekanisme
perilaku strategis tertentu. governance, yaitu menjadi salah satu gerbang
Sayekti (2011) mengatakan bahwa slack utama dalam menentukan kebijakan
resources yang dimiliki perusahaan akan perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik
memengaruhi kebijakan perusahaan dalam juga akan membantu perusahaan dalam
menentukan seberapa luas keterlibatan mereka meningkatkan performa, pertumbuhan, meng-
dalam aktivitas CSR. Oleh karena itu, semakin atasi risiko, menciptakan peluang investasi,
banyak slack resources yang dimiliki oleh dan lain-lain.
perusahaan, maka perusahaan semakin
memiliki berbagai diskresi untuk memanfaat- Feminist Ethical Theory
kan adanya slack tersebut, salah satunya ialah Dewan menjadi mekanisme utama
untuk melakukan kegiatan CSR. dalam implementasi kebijakan perusahaan.
Atribut yang melekat dalam pribadi dewan
Tata Kelola Perusahaan memberikan peran vital dalam hal respon
Berkaitan dengan kualitas pengung- perusahaan terhadap tekanan yang diajukan
kapan, Haniffa dan Cooke (2002) mengatakan oleh pihak eksternal, seperti dari investor,
bahwa tata kelola perusahaan harus menjadi kreditur, konsumen, pemerintah, lembaga
pertimbangan sebagai faktor yang memenga- masyarakat, dan stakeholder lainnya (Post et
ruhi pengungkapan karena elemen tata kelola al. 2011; Liao et al. 2015). Hal ini disebabkan
berperan dalam mengendalikan informasi yang karena mereka memiliki kemampuan dan
hendak diungkapkan. Hal tersebut juga otorisasi untuk memutuskan, mengendalikan,
disetujui oleh beberapa penelitian lainnya yang serta mengawasi suatu kebijakan yang akan
mengemukakan bahwa struktur tata kelola berpengaruh terhadap hasil atau outcome
perusahaan memengaruhi tingkat pengung- perusahaan. Kehadiran konsep tata kelola yang
kapan sukarela, seperti informasi strategi baik terungkap sejak adanya kasus Enron,
perusahaan, direksi dan senior manajer, WorldCom, dan kasus lain yang diakibatkan
keuangan dan pasar modal, rencana ke depan oleh rendahnya etika dalam berbisnis
perusahaan, dan CSR (Said et al. 2009; Ho dan (Machold et al. 2008). Oleh karena itu, muncul
Taylor 2013; Giannarakis 2014; Ducassy dan beberapa alternative dalam menyeimbangkan
Montandrau 2015). etika para pebisnis, yaitu melalui lensa feminist
ethics.
Good Corporate Governance (GCG) Wicks et al. (1994) menyampaikan
Secara terminologi, GCG merupakan bahwa feminist ethical theory menekankan
suatu istilah yang mendefinisikan penerapan pada hubungan (sosialis) dalam mengerjakan
tata kelola perusahaan yang baik. Efektivitas suatu tugas. Hal ini berbeda dengan pandangan
tata kelola perusahaan menunjukkan bahwa masculinist yang menekankan pada hak dan
perusahaan mendukung adanya perkembangan kewajiban secara personal (individualis) dalam
yang berkelanjutan melalui kualitas informasi suatu tugas. Oleh karena itu, hadirnya wanita
yang diungkapkan. Salah satu refleksi adanya dalam dewan akan memberikan atmosfer
efektivitas tata kelola ialah peningkatan pekerjaan yang lebih baik. Perdebatan
perhatian perusahaan terhadap isu-isu yang mengenai dampak diversifikasi gender dalam
berkaitan dengan keberlanjutan perusahaaan, kepemimpinan perusahaan telah hadir sejak
seperti isu lingkungan, sosial, dan komunitas beberapa tahun silam. Fenomena glass ceiling
karena tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini tak jarang menjadi salah satu alasan yang
isu-isu tersebut menjadi salah satu isu strategis melatarbelakangi munculnya isu diversifikasi
dalam menunjang keberlangsungan hidup gender (Zhang 2012). Fenomena ini
perusahaan. mengatakan bahwa terdapat hambatan bagi
kelompok minoritas (wanita) untuk mencapai
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 100
top level management pada suatu struktur keputusan (Giannarakis 2014; Galbreath 2011;
organisasi meskipun berdasarkan kemampuan Sudana dan Arlindania 2011; Wardhani dan
mereka telah memenuhi kriteria. Credit Suisse Cahyonowati 2011; Darmadi 2013; Khan
Research Institute (2012) mengungkapkan 2010).
bahwa terdapat tiga faktor hadirnya perdebatan
tersebut, yaitu: (1) tren positif jumlah wanita Pengembangan Hipotesis
dalam struktur kepengurusan entitas; (2)
intervensi pemerintah untuk mewadahi wanita Slack Resources dan Kualitas Pengungkapan
dalam memberikan kontribusi pembangunan CSR
peradaban; dan (3) adanya perubahan sudut Pandangan resource-based menyatakan
pandang mengenai perdebatan gender, dari isu bahwa pengungkapan CSR merupakan suatu
kesetaraan gender menjadi isu superior media bagi perusahaan untuk membangun
performance. hubungan yang baik dengan para stakeholders
Dalam paparan hasil penelitian Credit mereka karena pengungkapan CSR
Suisse Research Institute (2012) tersebut, menyajikan informasi adanya jaminan bagi
faktor yang ketiga menjadi isu utama stakeholders bahwa seluruh sumber daya yang
mengenai diversifikasi gender pada struktur dimiliki perusahaan telah dipergunakan
dewan dalam suatu perusahaan. Lebih lanjut, dengan baik dan sesuai dengan norma yang ada
selama enam tahun terakhir, perusahaan yang sehingga para stakeholders tidak lagi
mewakilkan wanita dalam struktur dewan mengkhawatirkan isu keberlanjutan perusa-
memiliki performa harga saham yang lebih haan di masa yang akan datang (Toms 2002;
baik, tingkat pengembalian ekuitas yang lebih Branco dan Rodrigues 2006). Slack resources
tinggi, serta memiliki rata-rata pertumbuhan memungkinkan perusahaan untuk menentukan
yang lebih baik dibanding perusahaan yang berbagai kebijakan, salah satunya CSR
hanya beranggotakan laki-laki pada jajaran (Buchholtz et al. 1999; Toms 2002; Ju dan
dewan. Hal ini juga didukung oleh hasil Zhao 2009; Arora dan Dharwadkar 2011;
penelitian McKinsey and Company (2010) Harrison dan Coombs 2012; Darus et al. 2014;
yang menyatakan bahwa 72% direksi Xu et al. 2015). Untuk melakukan berbagai
menyadari bahwa adanya diversifikasi dalam aktivitas CSR, perusahaan harus mengalokasi-
dewan berpengaruh dengan performa kan sejumlah dana dan sumber daya tertentu
perusahaan yang lebih baik. agar dapat dilaksanakan dengan baik dan
Penelitian empiris juga telah banyak benar. Ketika segala aktivitas tersebut telah
yang menyimpulkan bahwa hadirnya sosok terlaksana, maka perusahaan memiliki data
wanita mampu memberikan kontribusi dan informasi yang cukup untuk nantinya
signifikan terhadap performa perusahaan. disajikan dalam bentuk laporan CSR.
Anggota dewan wanita dikatakan lebih Darus et al. (2014) meneliti pengaruh
partisipatif, lebih terorganisir, lebih tekun, slack resources terhadap pengungkapan CSR
lebih kritis, dan dapat lebih menciptakan pada industri keuangan di Malaysia. Hasilnya
atmosfir kerja yang lebih baik (Huse dan menunjukkan bahwa semakin besar slack
Solberg 2006; Adams dan Ferreira 2004). resources yang dimiliki perusahaan, maka
Hadirnya wanita dalam struktur dewan juga semakin rendah informasi CSR yang
mengindikasikan semakin meningkatkan diungkapkan. Hal tersebut terjadi karena
keberagaman perspektif anggota dewan ketatnya regulasi untuk jenis industri tersebut
sehingga akan memengaruhi pengambilan sehingga pada jenis industri ini cenderung
keputusan perusahaan (Rao et al. 2012; Adams fokus untuk mengelola likuiditas daripada
dan Ferreira 2004). Namun demikian, terdapat aktivitas CSR mereka. Henriques dan
penelitian yang mengungkapkan bahwa Sadorsky (1996) serta Xu et al. (2015) juga
hadirnya wanita akan menurunkan performa menemukan hasil sama yang kemungkinan
perusahaan karena kurangnya pengalaman, disebabkan karena perusahaan dengan slack
peran dominasi emosional daripada rasional, resources yang tinggi akan cenderung
budaya, dan lambatnya pengambilan memanfaatkannya untuk ekspansi bisnis,
101 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118
bukan untuk melakukan investasi lingkungan pengalaman bekerja antara laki-laki dan wanita
yang berbiaya tidak sedikit sehingga informasi yang mengakibatkan timbulnya resistensi
yang diungkapkan pun rendah. wanita dalam mendukung pengambilan
Di sisi lain, perusahaan yang memiliki keputusan. Sudana dan Arlindania (2011) juga
slack resources diharapkan memiliki kualitas menemukan pengaruh yang tidak signifikan
pengungkapan CSR yang lebih baik karena antara kehadiran anggota direksi yang berjenis
mereka akan melaksanakan investasi CSR kelamin wanita dengan pengungkapan CSR
yang lebih banyak dibandingkan dengan karena budaya Indonesia, yaitu sikap mudah
perusahaan yang memiliki sedikit (atau tidak mengalah untuk menghargai laki-laki, persepsi
memiliki) slack resources. Hal tersebut bahwa pengendalian pengambilan keputusan
didukung oleh temuan Harrison dan Coombs ditentukan oleh laki-laki sebagai kepala
(2012) yang mengatakan bahwa semakin keluarga, serta rendahnya jumlah wanita dalam
tinggi slack resources yang dimiliki jajaran top management sehingga peran wanita
perusahaan, maka perusahaan memiliki masih kurang dalam menentukan kebijakan.
kecenderungan untuk berinvestasi pada ranah Said et al. (2009) juga tidak menemukan
yang memiliki diskresi tinggi, seperti program- adanya pengaruh antara diversifikasi gender
program CSR. Russo dan Fouts (1997) juga dengan pengungkapan CSR di Malaysia
menyatakan bahwa adanya sumber daya ekstra karena masih minimnya jumlah wanita yang
akan memberikan keleluasaan untuk memilih menduduki anggota dewan di perusahaan
berbagai kebijakan strategis perusahaan publik Malaysia. Namun demikian, hasil yang
sehingga mereka akan cenderung mengung- sama juga ditemukan oleh Giannarakis (2014)
kapkan informasi CSR yang lebih berkualitas. yang mengatakan bahwa meskipun proporsi
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka wanita dalam struktur dewan di Amerika
hipotesis pertama dalam penelitian ini ialah: Serikat tinggi, namun tidak terbukti adanya
H1: Slack resources berpengaruh positif pengaruh feminisme dewan terhadap
terhadap kualitas pengungkapan CSR. pengungkapan CSR.
Berbeda dengan hasil penelitian tersebut,
Feminisme Dewan dan Kualitas Rao et al. (2012) serta Adams dan Ferreira
Pengungkapan CSR (2004) menemukan bahwa feminisme dalam
Machold et al. (2008) menyampaikan struktur dewan memengaruhi kualitas
bahwa berdasarkan feminist ethical theory pengungkapan lingkungan perusahaan karena
dengan mengaitkan pada tata kelola hadirnya wanita dalam struktur dewan
perusahaan, sosok wanita memiliki pandangan mengindikasikan keberagaman sehingga akan
yang berbeda dalam mengomunikasikan memperluas pandangan dalam pengambilan
pendapat mereka sehingga akan memengaruhi keputusan yang berkaitan dengan isu sosial
kebijakan yang akan ditetapkan. Fernandez et dan lingkungan. Hasil tersebut didukung oleh
al. (2012) menemukan adanya pengaruh pendapat Liao et al. (2015) bahwa dewan
negatif antara feminisme dewan dan wanita lebih peduli terhadap isu sosial dan
pengungkapan CSR. Lebih lanjut, hasil lingkungan, sehingga mereka akan cenderung
tersebut mengungkapkan bahwa pengaruh mengelola kebijakan CSR lebih baik.
negatif antara komposisi gender pada struktur Penelitian ini memisahkan antara feminisme
dewan dan pengungkapan CSR disebabkan pada direksi dan komisaris. Hal ini penting
karena perusahaan yang memiliki komposisi dilakukan karena Indonesia menganut sistem
wanita dalam dewan yang tinggi tidak secara dewan two-tier, yaitu terdapat perbedaan
spesifik melaporkan aktivitas CSR mereka. fungsi pada kedua jenis dewan tersebut.
Galbreath (2011) dan Khan (2010) Berdasarkan pemaparan tersebut, maka
menemukan pengaruh yang tidak signifikan hipotesis kedua dalam penelitian ini ialah:
antara hubungan diversifikasi gender terhadap H2a: Feminisme dalam direksi
kualitas pengungkapan respon isu lingkungan berpengaruh positif terhadap kualitas
perusahaan. Hal tersebut dikarenakan adanya pengungkapan CSR.
perbedaan pada latar belakang pendidikan dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 102
Tabel 1
Seleksi Sampel
Kriteria Perusahaan
Terdaftar di BEI selama periode 2012-2014
a. 2012 451
b. 2013 477
c. 2014 498
Perusahaan menerbitkan laporan keberlanjutan dan
memiliki data yang lengkap pada tahun:
a. 2012 33
b. 2013 39
c. 2014 43
Data Pencilan (1)
Jumlah Observasi (Perusahaan-Tahun) 114
data berupa kodifikasi informasi kualitatif perusahaan. George (2005) juga mengungkap-
menjadi suatu bentuk skala kuantitatif (Abbott kan bahwa high-discretion slack menunjukkan
dan Monsen 1979) atau dengan mengklasifika- sumber ekstra yang sangat mudah dimanfaat-
sikan suatu unit teks menjadi suatu kategori kan untuk berbagai diskresi manajer. Oleh
(Beattie et al. 2004). Penelitian ini mengguna- karena itu, penelitian ini menggunakan high-
kan skala 0-3 untuk setiap indikator informasi discretion slack yang diukur dengan nilai kas
yang diungkapkan, yaitu: (1) bernilai 0: jika dan setara kas perusahaan sebagai proksi
tidak diungkapkan; (2) bernilai 1: jika hadirnya slack resources. Dalam penelitian ini,
mengungkapkan tanpa ada penjelasan atau nilai kas dan setara kas di transformasi menjadi
perusahaan hanya memberikan suatu logaritma natural kas dan setara kas agar
pernyataan mengenai indikator pengungkapan terhindar dari data yang bersifat pencilan atau
tersebut secara singkat; (3) bernilai 2: jika outlier (Harrison dan Coombs 2012; Arora dan
mengungkapkan dan memberi penjelasan Dharwadkar 2011).
secara kualitatif; dan (4) bernilai 3: jika
mengungkapkan dan memberi penjelasan Feminisme Dewan
secara kualitatif serta menyediakan data Feminisme dewan diproksikan dengan
dengan nominal angka untuk setiap indikator diversifikasi gender dalam anggota dewan.
yang diungkapkan. Indikator ini merujuk pada penelitian Rao et al.
Pengukuran ini merujuk pada Jizi et al. (2012), Galbreath (2011), Bear et al. (2010),
(2014), Fatima et al. (2015), Kuo dan Chen Adams dan Ferreira (2004), Carter et al.
(2013), dan Roberts (1992). Pengungkapan (2003), Rao et al. (2012), serta Shaukat et al.
dengan skala 0-3 tersebut juga diharapkan (2015). Variabel ini dihitung dengan menggu-
mampu menjelaskan bagaimana kualitas nakan perbandingan proporsi wanita pada
informasi CSR yang diungkapkan perusahaan. direksi dan dewan komisaris terhadap total
Selanjutnya, untuk mendapatkan indeks direksi dan dewan komisaris suatu perusahaan.
kualitas pengungkapan CSR perusahaan, total Perhitungan variabel ini ialah:
skor kualitas pengungkapan CSR setiap
perusahaan dibandingkan dengan total skor 𝐖_𝐃𝐈𝐑
𝐆𝐃_𝐃𝐈𝐑 =
pengungkapan maksimum. Rumusnya ialah 𝐒𝐔𝐌_𝐃𝐈𝐑
sebagai berikut:
Keterangan:
𝐒𝐐𝐂𝐒𝐑 𝐢 GD_DIR : Diversifikasi gender pada direksi
𝐐𝐂𝐒𝐑 𝐢 =
𝐒𝐐𝐌𝐀𝐗 perusahaan
W_DIR : Jumlah wanita dalam direksi
Keterangan: perusahaan
QCSRit : Kualitas pengungkapan CSR SUM_DIR : Jumlah anggota direksi perusa-
perusahaan i haan
SQCSRi : Skor kualitas pengungkapan CSR
perusahaan i 𝐖_𝐊𝐎𝐌
𝐆𝐃_𝐊𝐎𝐌 =
SQMAX : Skor maksimum kualitas peng- 𝐒𝐔𝐌_𝐊𝐎𝐌
ungkapan CSR
Keterangan:
Variabel Independen dan Moderasi GD_KOM : Diversifikasi gender pada
struktur dewan komisaris
Slack Resources perusahaan
Arora (2008) dalam Arora dan W_KOM : Jumlah wanita dalam struktur
Dharwadkar (2011) mengatakan bahwa untuk dewan komisaris perusahaan
meneliti CSR, proksi yang paling tepat ialah SUM_KOM : Jumlah anggota dewan
high-discretion slack karena bahkan jika komisaris perusahaan
aktivitas CSR bersifat wajib, namun besarnya
kegiatan tersebut bergantung pada kebijakan
105 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118
Tabel 2
Industri High dan Low Profile
High Profile Low Profile
Pertanian, kehutanan, dan kelautan Pakan hewan dan peternakan
Tambang Konstruksi
Makanan dan minuman Produk dan bahan tekstil
Tembakau Produk pakaian dan tekstil lainnya
Produk kayu Bahan pelekat
Produk kertas dan sejenisnya Produk plastik dan kaca
Produk kimia dan sejenisnya Produk yang terbuat dari logam
Semen Kabel
Produksi logam dan sejenisnya Perlengkapan fotografis
Produk batu-batuan, tanah liat, dan consrete Penjual grosir dan retail (eceran)
Perlengkapan elektronik dan kantor Perkreditan (selain bank)
Produk otomotif dan sejenisnya Sekuritas
Farmasi Asuransi
Barang konsumsi Agen hotel dan perjalanan
Jasa Transformasi Lainnya
Telekomunikasi
Perbankan
Real estate and property
Holdings companies dan investasi lainnya
Sumber: Roberts (1992); Hackston dan Milne (1996); Zuhroh dan Sukmawati (2003); Sayekti (2011)
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 106
500
450
400
350
300 Sampel
250
Populasi
200
150
100
50
0
2012 2013 2014
Gambar 1
Demografi Sampel
107 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118
3% Pertanian
11% 3% Keuangan
Gambar 2
Demografi Sampel berdasarkan Jenis Industri
ratanya mendekati 1. Karena variabel ini variabel LEVt ialah 2,7240. Nilai maksimum
merupakan variabel dummy 1 dan 0, maka nilai untuk LEVt ialah 10,9755%. Nilai minimum
maksimumnya ialah 1, dan nilai minimumnya untuk variabel LEVt ialah 0,158. Variabel LEVt
ialah 0. Variabel INDt memilki nilai standar memilki nilai standar deviasi sebesar 2,8840.
deviasi sebesar 0,31803. Nilai rata-rata
Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel
Variabel Mean Max Min Std. Dev
QCSRt 0,4042 0,8200 0,1100 0,1763
SLACKt 14,4509 16,9277 10,9258 1,3715
SLACKt (Juta) 4.043.798 22.469.167 55.595 4.937.526
GD_DIRt 0,0987 0,6667 0,0000 0,1546
GD_KOMt 0,0662 0,4000 0,0000 0,0992
SIZEt 17,2955 20,5026 14,3937 1,2846
SIZEt (Juta) 75.363.699 801.995.000 1.782.787 125.028.896
PROFITt 6,5617 54,4000 -13,8700 9,2579
INDt 0,8870 1,0000 0,0000 0,31803
LEVt 2,7240 10,9755 0,1580 2,8840
Keterangan: Tabel ini menyajikan statistik deskriptif variabel yang digunakan dalam penelitian.
Mean merupakan nilai rata-rata variabel. Max merupakan nilai maksimum variabel. Min
merupakan nilai minimum variabel. Std. Dev merupakan nilai standar deviasi variabel. Jumlah
observasi yang diamati ialah sebesar 114 observasi. QCSR merupakan variabel dependen, yaitu
kualitas pengungkapan CSR yang diukur dengan nilai skor pengungkapan perusahaan
dibandingkan dengan nilai maksimal pengungkapan. SLACK merupakan variabel independen,
yaitu slack resources yang diukur dengan nilai Ln kas dan setara kas. GD_DIR merupakan
variabel independen, yaitu diversifikasi gender pada direksi yang diukur dengan nilai proporsi
jumlah wanita dalam direksi terhadap total anggota direksi. GD_KOM merupakan variabel
independen, yaitu diversifikasi gender pada dewan komisaris yang diukur dengan nilai proporsi
jumlah wanita dalam dewan komisaris terhadap total anggota dewan komisaris. Terdapat empat
variabel kontrol, SIZE (ukuran perusahaan, diukur dengan nilai Ln total aset), PROFIT
(profitabilitas perusahaan, diukur dengan nilai rasio ROA), IND (profil industri perusahaan,
diukur dengan dummy, 1 jika high profile, 0 lainnya), dan LEV (rasio utang terhadap ekuitas).
Tabel 4
Hasil Regresi Model 1
Variabel Dependen: QCSR
Prediksi Model 1
-0,249
C
(0,162)
0,007
SLACK +
(0,062)*
0,102
GD_DIR +
(0,187)
-0,329
GD_KOM +
(0,024)**
0,027
SIZE +
(0,063)*
0,003
PROFIT +
(0,034)**
0,149
IND +
(0,001)***
-0,021
LEV -
(0,002)***
Prob. F 0,0000
R2 0,1930
N 114
Keterangan: Tabel ini menyajikan hasil regresi model 1 untuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3.
QCSR merupakan variabel dependen, yaitu kualitas pengungkapan CSR yang diukur dengan
nilai skor pengungkapan perusahaan dibandingkan dengan nilai maksimal pengungkapan.
SLACK merupakan variabel independen, yaitu slack resources yang diukur dengan nilai Ln
kas dan setara kas. GD_DIR merupakan variabel independen dan moderasi, yaitu feminisme
direksi yang diukur dengan nilai proporsi jumlah wanita dalam direksi terhadap total anggota
direksi. GD_KOM merupakan variabel independen dan moderasi, yaitu feminisme komisaris
yang diukur dengan nilai proporsi jumlah wanita dalam dewan komisaris terhadap total
anggota dewan komisaris.Terdapat empat variabel kontrol, SIZE (ukuran perusahaan, diukur
dengan nilai Ln total aset), PROFIT (profitabilitas perusahaan, diukur dengan nilai ROA),
IND (profil industri perusahaan, diukur dengan dummy, 1 jika high profile, 0 lainnya), dan
LEV (rasio utang terhadap ekuitas).
Angka di baris pertama pada setiap kolom Model 1 ialah nilai koefisien variabel, sedangkan
baris kedua merupakan nilai probabilitasnya (one-tailed).
* signifikan pada level α = 10% (0,1)
** signifikan pada level α = 5% (0,05)
*** signifikan pada level α = 1% (0,01)
Tabel 5 merupakan hasil regresi model 2, perusahaan, profitabilitas, leverage, dan profil
yaitu model yang digunakan untuk menguji perusahaan dalam model mampu menjelaskan
hipotesis 3a dan 3b. Nilai R2 pada model kedua variabel dependen (kualitas pengungkapan
adalah 18,39% (0,1839) yang artinya adalah CSR) sebesar 18,39%, sedangkan sisanya,
variabel-variabel independen, yaitu slack yaitu 81,61% dijelaskan oleh variabel lain
resources, feminisme direksi dan dewan yang tidak termasuk dalam model penelitian.
komisaris, serta variabel kontrol, yaitu ukuran
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 110
Tabel 5
Hasil Regresi Model 2
Variabel Dependen: QCSR
Prediksi Model 2
-0,301
C
(0,152)
0,011
SLACK +
(0,051)**
1,516
GD_DIR +
(0,198)
-1,094
GD_KOM +
(0,268)
-0,098
SLACK*GD_DIR +
(0,212)
0,055
SLACK*GD_KOM +
(0,331)
0,025
SIZE +
(0,073)*
0,002
PROFIT +
(0,085)*
0,162
IND +
(0,001)***
-0,019
LEV -
(0,004)***
Prob. F 0,0003
2
R 0,1839
N 114
Keterangan: Tabel ini menyajikan hasil regresi model 2 untuk menguji hipotesis 3 dan 4. QCSR
merupakan variabel dependen, yaitu kualitas pengungkapan CSR yang diukur dengan nilai
skor pengungkapan perusahaan dibandingkan dengan nilai maksimal pengungkapan. SLACK
merupakan variabel independen, yaitu slack resources yang diukur dengan nilai Ln kas dan
setara kas. GD_DIR merupakan variabel independen, yaitu feminisme direksi yang diukur
dengan nilai proporsi jumlah wanita dalam direksi terhadap total anggota direksi. GD_KOM
merupakan variabel independen, yaitu feminisme komisaris yang diukur dengan nilai proporsi
jumlah wanita dalam dewan komisaris terhadap total anggota dewan komisaris.
SLACK*GD_DIR merupakan variabel moderasi slack resources dan feminisme direksi.
SLACK*GD_KOM merupakan variabel moderasi slack resources dan feminisme komisaris.
Terdapat empat variabel kontrol, SIZE (ukuran perusahaan, diukur dengan nilai Ln total aset),
PROFIT (profitabilitas perusahaan, diukur dengan nilai ROA), IND (profil industri
perusahaan, diukur dengan dummy, 1 jika high profile, 0 lainnya), dan LEV (rasio utang
terhadap ekuitas).
Angka di baris pertama pada setiap kolom Model 2 ialah nilai koefisien variabel, sedangkan
baris kedua merupakan nilai probabilitasnya (one-tailed).
* signifikan pada level α = 10% (0,1)
** signifikan pada level α = 5% (0,05)
*** signifikan pada level α = 1% (0,01)
111 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118
Slack Resources dan Kualitas Pengungkapan keberagaman direksi sebagai fungsi pelaksana
CSR (H1) kebijakan tidak dapat menjadi determinan
Berdasarkan uji t dalam model 1, kualitas pengungkapan CSR. Hasil ini sejalan
variabel SLACK terbukti berpengaruh positif dengan penelitian Khan (2010) dan
terhadap QCSR dengan tingkat signifikansi Giannarakis (2014) yang mengatakan bahwa
sebesar 10% (0,062 < 10%), artinya kenaikan representasi wanita dalam dewan tidak
1% slack resources atau nilai kas dan setara berpengaruh terhadap pelaporan CSR rendah-
kas perusahaan akan meningkatkan kualitas nya porsi wanita dalam jajaran manajamen
pengungkapan CSR sebesar 0,007. Hasil level atas sehingga peran mereka masih
tersebut menunjukkan dukungan terhadap terbatas atau tidak terlihat sama sekali dalam
hipotesis 1. Berdasarkan hasil tersebut, dapat beberapa kasus, seperti pengungkapan CSR.
dikatakan bahwa kualitas pengungkapan CSR Mengutip dari hasil penelitian Sudana dan
akan semakin tinggi ketika jumlah kas dan Arlindania (2011), alasan tidak berpengaruh-
setara kas yang dimiliki perusahaan juga nya hubungan variabel ini kemungkinan
tinggi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan disebabkan faktor budaya Indonesia, yaitu
slack resources yang bersifat high-discretion persepsi bahwa pengendalian pengambilan
dialokasikan perusahaan untuk menunjang keputusan ditentukan oleh laki-laki sebagai
kebijakan CSR mereka sehingga kualitas kepala keluarga (entitas), sikap mudah
informasi yang diungkapkan perusahaan pun mengalah untuk menghargai laki-laki, serta
menjadi lebih tinggi. Hasil ini sejalan dengan masih rendahnya jumlah wanita dalam jajaran
konsep resource-based yaitu keterlibatan top level management sehingga semakin
institusi pada aktivitas sosial ialah terjadi meminimalisasi peran wanita dalam
karena adanya sumber dana lebih (slack mengaplikasikan suatu kebijakan. Hal ini juga
resources) yang dimiliki (Buchholtz et al. dapat terlihat dalam statistik deskriptif dalam
1999). Hasil tersebut juga mendukung hasil sampel penelitian ini yang menunjukkan
penelitian Arora dan Dharwadkar (2011) serta bahwa rata-rata proporsi wanita dalam jajaran
Russo dan Fouts (1997), yaitu adanya sumber direksi ialah hanya 0,09 (9%) saja serta analisis
daya ekstra akan memberikan keleluasaan korelasi yang menunjukkan tidak adanya
perusahaan untuk menentukan berbagai korelasi antara feminisme direksi dan kualitas
kebijakan yang dipandang mampu pengungkapan CSR. Hasil ini mendukung
memberikan feedback positif bagi perusahaan pernyataan Post et al. (2011) dan Liao et al.
dan stakeholders mereka, yaitu melalui (2015) bahwa perubahan kebijakan akan
pengungkapan informasi CSR yang berkuali- terlihat jika jumlah minimal wanita dalam
tas. Namun demikian, penelitian ini tidak struktur dewan ialah tiga sehingga ketika rata-
memasukkan variabel kontrol jenis industri rata wanita dalam struktur dewan lebih rendah
karena terdapat perbedaan karakteristik kas dari itu, maka peran wanita tidak dapat terlihat
dan setara kas pada setiap jenis industri karena dominasi laki-laki.
perusahaan sehingga disarankan untuk Berdasarkan hasil tersebut, dapat
penelitian selanjutnya agar mempertimbang- dikatakan bahwa terdapat fenomena glass
kan variabel tersebut. ceiling atau hambatan bagi kaum minoritas
(wanita) untuk menduduki posisi top level
Feminisme Dewan dan Kualitas management di Indonesia sehingga penelitian
Pengungkapan CSR (H2a dan H2b) ini menyarankan bagi Indonesia untuk merujuk
Berdasarkan uji t dalam model 1, pada negara lain (seperti Norwegia, Prancis,
Variabel GD_DIR tidak terbukti berpengaruh dan lain-lain), yaitu agar dapat membuat suatu
terhadap QCSR karena nilai probabilitasnya regulasi atas minimum kuota wanita pada
lebih besar dari α (0,187 > α) sehingga dapat anggota dewan perusahaan sehingga isu
dikatakan bahwa tidak ada pengaruh feminis- mengenai gender dapat lebih terdefinisikan
me direksi dengan kualitas pengungkapan dengan lebih jelas (Post et al. 2011; Liao et al.
CSR, artinya hasil tersebut menolak hipotesis 2015).
2a. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 112
Di sisi lain, hasil penelitian menemukan jajaran fungsi eksekutif dan pengawasan tidak
bahwa variabel GD_KOM terbukti berpenga- memiliki pengaruh terhadap hubungan positif
ruh negatif terhadap QCSR dengan tingkat antara slack resources dan kualitas
signifikansi 5% (0,024 < 5%), artinya kenaikan pengungkapan CSR. Selain itu, terdapat
1 poin proporsi wanita dalam dewan komisaris indikasi hasil ini terjadi disebabkan semakin
akan menurunkan kualitas pengungkapan CSR tingginya perhatian entitas pada CSR sehingga
sebesar 0,329. Meskipun hasil ini signifikan, meskipun tidak ada sentuhan feminisme dalam
namun hipotesis 2b ditolak karena arah fungsi tersebut, entitas memandang bahwa
pengaruhnya tidak sesuai prediksi. Hasil ini adanya slack resources yang dimiliki dapat
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dimanfaatkan untuk memberikan informasi
Fernandez et al. (2012), Margaretha dan CSR berkualitas tinggi agar kepuasan
Isnaini (2014), Handajani et al. (2014), serta stakeholders dapat terpenuhi dan entitas
Muttakin et al. (2015) yang mengatakan bahwa mendapatkan status legal untuk beradaptasi
terjadinya pengaruh negatif tersebut dalam dunia bisnis mereka.
kemungkinan karena para komisaris wanita
belum memiliki pemahaman dan keahlian Analisis Variabel Kontrol dan Kualitas
yang cukup mengenai pentingnya CSR. Dalam Pengungkapan CSR
kasusnya di Indonesia, Margaretha dan Isnaini Pada kedua model dalam penelitian,
(2014) serta Handajani et al. (2014) keempat variabel kontrol memiliki nilai
mengatakan bahwa Indonesia memiliki probabilitas yang lebih rendah dari α sehingga
demografi kepemilikan entitas yang unik, yaitu dapat disimpulkan bahwa determinan
lebih banyak perusahaan keluarga sehingga peningkatan kualitas CSR ialah ukuran,
alasan lain dari pengaruh negatif tersebut profitabilitas, profil industri, dan leverage
kemungkinan disebabkan wanita yang perusahaan. Hasil ini konsisten dengan
ditunjuk sebagai anggota dewan memiliki penelitian sebelumnya bahwa semakin tinggi
hubungan kekerabatan dengan perusahaan aset dan profitabilitas yang dimiliki
sehingga pemilihan wanita dalam jajaran perusahaan, maka kualitas pengungkapan CSR
komisaris tersebut dimaksudkan untuk akan semakin tinggi karena mereka memiliki
melindungi kepentingan perusahaan dan tidak sumber daya yang memadai untuk melakukan
terlalu peduli dengan CSR. Berdasarkan hasil aktivitas CSR (sehingga informasi yang
tersebut, maka penelitian ini menyarankan diungkapkan akan lebih berkualitas) dan
pada penelitian selanjutnya untuk mempertim- sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
bangkan variabel kemampuan dan keahlian perusahaan terhadap lingkungan lokasi mereka
mengenai CSR pada identitas dewan wanita beroperasi sehingga mereka mendapatkan
tersebut seperti pada penelitian Velte (2016). legitimasi oleh masyarakat dan negara.
Kemudian, perusahaan yang termasuk pada
Moderasi Feminisme Dewan terhadap Slack industri high profile juga akan berusaha untuk
Resources dan Kualitas Pengungkapan CSR meningkatkan kualitas pengungkapan CSR
(H3a dan H3b) mereka sebagai bentuk tanggung jawab
Berdasarkan uji t dalam model 2, perusahaan terhadap kondisi lingkungan dan
variabel SLACK*GD_DIR dan sosial dan untuk mendapatkan legitimasi para
SLACK*GD_KOM tidak terbukti memenga- pihak yang berkepentingan. Perusahaan yang
ruhi QCSR karena nilai probabilitasnya lebih memiliki tingkat utang (leverage) yang tinggi
besar dari α (0,212 > α dan 0,331 > α), artinya akan semakin menurunkan kualitas pengung-
feminisme direksi dan dewan komisaris tidak kapan CSR mereka agar tidak menjadi
dapat memoderasi pengaruh antara slack perhatian kreditur (Sembiring 2005; Yuliana et
resources dan kualitas pengungkapan CSR. al. 2008; Brammer dan Pavelin 2008; Arora
Diduga hasil ini juga terjadi karena masih dan Dharwadkar 2011; Kuo dan Chen 2013;
rendahnya proporsi wanita yang berada pada Giannarakis 2014; Xu et al. 2015).
struktur direksi dan dewan komisaris
perusahaan sehingga adanya wanita dalam
113 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118
industri pada setiap perusahaan; (3) analisis Governance and Performance. Journal
kualitas pengungkapan CSR tidak memisah- of Financial Economics, 94 (2), 291-309.
kan antara informasi kuantitatif fisik dan Arora, P. and R. Dharwadkar. 2011. Corporate
finansial; serta (4) belum dapat memasukkan Governance and Corporate Social
variable mekanisme tata kelola lainnya yang Responsibility CSR: The Moderating
terindikasi dapat memoderasi pengaruh antara Roles of Attainment Discrepancy and
slack resources dan kualitas pengungkapan Organization Slack. Corporate
CSR. Berdasarkan keterbatasan tersebut, Governance: An International Review,
peneliti menyarankan untuk penelitian selan- 19 (2), 136-152.
jutnya agar memperpanjang dan memperluas Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
cakupan sampel penelitian, menggunakan Keuangan. 2012. Peraturan Badan
proksi lain untuk mengukur slack resources Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
seperti potential slack yang ada dalam Keuangan (Bapepam-LK) Nomor X.K.6
penelitian Arora dan Dharwadkar (2011) serta tentang Penyampaian Laporan Tahunan
Harrison dan Coombs (2012), mempertim- Emiten atau Perusahaan Publik melalui
bangkan variabel jenis industri untuk Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-
mengontrol besarnya jumlah slack resources LK Nomor: Kep-431/BL/2012. Jakarta:
yang dimiliki perusahaan, menambahkan Badan Pengawas Pasar Modal dan
rentang skor kualitas pengungkapan dengan Lembaga Keuangan.
memisahkan antara kuantitatif secara fisik dan Baron, D. P. 2001. Private Politics, Corporate
finansial seperti penelitian Fatima et al. (2015), Social Responsibility, and Integrated
dan mempertimbangkan variabel dan Strategy. Journal of Economics and
pengukuran mekanisme tata kelola perusahaan Management Strategy, 10 (1), 7-45.
lainnya seperti struktur kepemilikan, indepen- Beattie, V., B. McInnes, and S. Fearnley. 2004.
densi dewan, ukuran dewan, komitmen dewan A Methodology for Analysing and
pada CSR, serta keahlian dewan pada bidang Evaluating Narratives in Annual
CSR (Harrison dan Coombs 2012; Rao et al. Reports: A Comprehensive Descriptive
2012; Arora dan Dharwadkar 2011; Liao et al. Profile and Metrics for Disclosure
2015; Velte 2016) atau menambah tingkat Quality Attributes. Accounting Forum,
feminisme pada level top management lainnya, 28 (3), 205-236.
seperti komite-komite yang ada pada Bear, S., N. Rahman, and C. Post. 2010. The
perusahaan (komite audit, nominasi dan Impact of Board Diversity and Gender
remunerasi, serta lain sebagainya). Composition on Corporate Social
Responsibility and Firm Reputation.
Journal of Business Ethics, 97 (2), 207-
DAFTAR PUSTAKA 221.
Brammer, S. and S. Pavelin. 2008. Factors
Abbot, W. F. and R. J. Monsen. 1979. On the Influencing the Quality of Corporate
Measurement of Corporate Social Environmental Disclosure. Business
Responsibility: Self-Reported Strategy and the Environment, 17 (2),
Disclosures as a Method of Measuring 120-136.
Corporate Social Involvement. The Branco, M. C. and L. L. Rodrigues. 2006.
Academy of Management Journal, 22 Corporate Social Responsibility and
(3), 501-515. Resource-Based Perspective. Journal of
Adams, R. B. and D. Ferreira. 2004. Gender Business Ethics, 69 (2), 111-132.
Diversity in the Boardroom. Working Bourgeois, L. J., III. 1981. On the
Paper, European Corporate Governance Measurement of Organizational Slack.
Institute ECGI, Brussels. The Academy of Management Review, 6
Adams, R. B. and D. Ferreira. 2009. Women in (1), 29-39.
the Boardroom and Their Impact on Buchholtz, A. K., A. C. Amason, and M. A.
Rutherford. 1999. Beyond Resources:
115 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118
Liao, L., L. Luo, and Q. Tang. 2015. Gender Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang
Diversity, Board Independence, Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
Environmental Committee, and 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Greenhouse Gas Disclosure. The British Hidup. Jakarta: Republik Indonesia.
Accounting Review, 47 (4), 409-424. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang
Luo, L., Q. Tang, and Y. C. Lan. 2013. Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
Comparison of Propensity for Carbon 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Disclosure between Developing and Jakarta: Republik Indonesia.
Developed Countries: A Resource Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
Constraint Perspective. Accounting Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
Research Journal, 26 (1), 6-34. 2009 tentang Perlindungan dan
Machold, S., P. K. Ahmed, and S. S. Farquhar. Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2008. Corporate Governance and Ethics: Jakarta: Republik Indonesia.
A Feminist Perspective. Journal of Republik Indonesia. 2012. Peraturan
Business and Ethics, 81 (3), 665-678. Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012
Margaretha, F. dan R. Isnaini. 2014. Board tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Diversity and Gender Composition on Lingkungan Perseroan Terbatas. Jakarta:
Corporate Social Responsibility and Republik Indonesia.
Firm Reputation in Indonesia. Jurnal Roberts, R. W. 1992. Determinants of
Manajemen dan Kewirausahaan, 16 (1), Corporate Social Responsibility
1-8. Disclosure: An Application of
McKinsey and Company. 2010. McKinsey Stakeholder Theory. Accounting,
Global Survey Results: Moving Women Organizations and Society, 17 (6), 595-
to the Top Survey. New York: McKinsey 612.
and Company Russo, M. V. and P. A. Fouts. 1997. A
Monks, R. A. G. and N. Minow. 2011. Resource-Based Perspective on
Corporate Governance, 5th Edition. New Corporate Environmental Performance
Jersey, US: John Wiley and Sons. and Profitability. The Academy of
Muttakin, M. B., A. Khan, and N. Management Journal, 40 (3), 534-559.
Subramaniam. 2015. Firm Said, R., Y. H. Zainuddin, and H. Haron. 2009.
Characteristics, Board Diversity and The Relationship between Corporate
Corporate Social Responsibility. Pacific Social Responsibility Disclosure and
Accounting Review, 27 (3), 353-372. Corporate Governance Characteristics in
Nielsen. 2014. Doing Well by Doing Good. Malaysian Public Listed Companies.
New York: Nielsen. Social Responsibility Journal, 5 (2), 212-
Post, C., N. Rahman, and E. Rubow. 2011. 226.
Green Governance: Boards of Directors’ Sayekti, Y. 2011. Strategic Corporate Social
Composition and Environmental Responsibility CSR: Slack Resources,
Corporate Social Responsibility. Kinerja Keuangan, dan Earnings
Business and Society, 50 (1), 189-223. Response Coefficient. Disertasi,
Raar, J. 2007. Reported Social and Universitas Indonesia.
Environmental Taxonomies: A Longer- Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik
Term Glimpse. Managerial Auditing Perusahaan dan Pengungkapan
Journal, 22 (8), 840-860. Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris
Rao, K. K., C. A. Tilt, and L. H. Lester. 2012. pada Perusahaan yang Tercatat di
Corporate Governance and Bursa Efek Jakarta. Paper
Environmental Reporting: An Australian dipresentasikan pada acara Simposium
Study. Corporate Governance: The Nasional Akuntansi VIII, Solo.
International Journal of Business in Sen, M., K. Mukherjee, and J. K. Pattanayak.
Society, 12 (2), 143-163. 2011. Corporate Environmental
Disclosure Practices in India. Journal of
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 118