You are on page 1of 26

Volume 14 Article 6

Issue 1 Volume 14, Issue 1, 2017

6-30-2017

SLACK RESOURCES, FEMINISME DEWAN, DAN KUALITAS


PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Dian Yuni Anggraeni
Universitas Indonesia, dianyuni12@gmail.com

Chaerul D. Djakman
Universitas Indonesia, cdjakman@ymail.com

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jaki

Recommended Citation
Anggraeni, Dian Yuni and Djakman, Chaerul D. (2017) "SLACK RESOURCES, FEMINISME DEWAN, DAN
KUALITAS PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN," Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia: Vol. 14: Iss. 1, Article 6.
DOI: 10.21002/jaki.2017.06
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jaki/vol14/iss1/6

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub.
It has been accepted for inclusion in Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia by an authorized editor of UI
Scholars Hub.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 94

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 14 Nomor 1, Juni 2017

SLACK RESOURCES, FEMINISME DEWAN, DAN KUALITAS


PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(Slack Resources, Board’s Feminism, and the Quality of Corporate Social Responsibility
Disclosure)

Dian Yuni Anggraeni


Universitas Indonesia
dianyuni12@gmail.com

Chaerul D. Djakman
Universitas Indonesia
cdjakman@ymail.com

Abstract

The objective of this study is to examine the impact of slack resources and board’s feminism on CSR
disclosure quality. This study also investigates the role of board’s feminism in moderating the
relationship between slack resources and CSR disclosure quality. The analysis of this study uses
moderated regression analysis with unbalanced panel data. The sample consists of 114 firms-years
which are listed in IDX and reported sustainability report for 2012-2014. The results find that slack
resources have positive impact on CSR disclosure quality, while the feminism on board of
commissioners have negative effect on CSR disclosure quality. There is no relationship between
director’s feminism and CSR disclosure quality. The result also shows that feminism on directors
and commissioners does not moderate the relationship between slack resources and CSR disclosure
quality. This is probably because the boards in Indonesian public companies are still dominated by
men.

Keywords: disclosure quality, sustainability, CSR, slack resources, feminist ethical theory

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh slack resources dan feminisme dewan terhadap
kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian ini juga menguji peran
moderasi feminisme dewan terhadap slack resources dan kualitas pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Analisis penelitian ini menggunakan metode analisis regresi moderasi dengan
unbalanced panel data. Sampel penelitian terdiri dari 114 perusahaan-tahun yang terdaftar di BEI
dan menerbitkan laporan keberlanjutan selama periode 2012-2014. Hasil penelitian menemukan
bahwa slack resources berpengaruh positif dan feminisme dewan komisaris berpengaruh negatif
terhadap kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Feminisme dewan direksi
terbukti tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa feminisme dewan tidak memoderasi hubungan antara slack
resources dan kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena struktur dewan pada perusahaan publik di Indonesia masih didominasi oleh laki-
laki.

Kata kunci: kualitas pengungkapan, keberlanjutan, CSR, slack resources, feminist ethical
theory
95 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

PENDAHULUAN bahwa di negara-negara kawasan Asia Pasifik,


belum ada kontrol legislatif yang jelas
Tanggung jawab sosial perusahaan atau mengenai pelaporan CSR. Berdasarkan
corporate social responsibility (CSR) keadaan tersebut, maka muncul pertanyaan
memiliki kharisma dalam menunjang performa akan kualitas pelaporan CSR. Gunawan (2010)
perusahaan (Roberts 1992; Suchman 1995; juga menemukan bahwa masih terdapat gap
Clarkson 1995; Cormier et al. 2011; Kuo dan antara informasi yang diekspektasikan oleh
Chen 2013). Survei online yang dilakukan oleh stakeholder dengan yang dilaporkan oleh
Nielsen (2014) menunjukkan bahwa 55% perusahaan.
konsumen lebih memilih membeli produk dan Beberapa penelitian menunjukkan
jasa dari perusahaan yang berkomitmen bahwa pengungkapan CSR yang dilakukan
terhadap isu sosial dan lingkungan. Aktivitas perusahaan masih terbatas pada informasi yang
perusahaan bukan hanya menentukan produk bersifat deskriptif (Fatima et al. 2015; Raar
dan jasa apa saja yang akan beredar di pasar, 2007; Sen et al. 2011). Raar (2007)
namun juga memenga-ruhi kualitas udara yang menyimpulkan bahwa 70% perusahaan meng-
kita hirup, air yang kita minum, dan bahkan ungkapkan informasi CSR secara deskriptif
kualitas sosial tempat kita hidup (Monks dan atau penjelasan secara kualitatif, sedangkan
Minow 2011). 16% lainnya memberikan kombinasi informasi
Berbagai aktivitas CSR diwadahi dalam antara kualitatif dan kuantitatif. Di India,
suatu laporan. Laporan CSR didefinisikan sebanyak 74% pengungkapan CSR bersifat
sebagai pengungkapan informasi yang kualitatif, sedangkan sisanya bersifat
berkaitan dengan aktivitas, aspirasi, dan citra kuantitatif (Sen et al. 2011). Kemudian, Fatima
perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan, et al. (2015) menyimpulkan bahwa kualitas
pegawai, pelayanan konsumen, penggunaan informasi CSR yang diungkapkan masih
energi, kesetaraan, bisnis yang wajar, tata rendah, apalagi ketika masih belum ada
kelola perusahaan, dan lain-lain (Gray et al. regulasi yang menunjang dalam mengatur
2001). Laporan tersebut berfungsi sebagai pemberian informasi tersebut kepada publik.
salah satu media untuk berkomunikasi dengan Pengungkapan CSR juga dipengaruhi
stakeholders. Agar komunikasi berjalan oleh sumber daya (resources) yang dimiliki
efektif, informasi dalam laporan tersebut harus oleh institusi karena pelaksanaan maupun
relevan dengan kebutuhan pembaca pelaporannya membutuhkan sumber daya
(stakeholders). yang memadai. Berdasarkan perspektif
Meskipun aktivitas CSR di Indonesia resources-based, pengungkapan CSR meru-
bersifat wajib (berdasarkan Undang-Undang pakan suatu media bagi perusahaan untuk
(UU) No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan membangun hubungan yang baik dengan para
Lingkungan Hidup, UU No. 40 Tahun 2007 stakeholders mereka karena pengungkapan
tentang Perseroan Terbatas, UU No. 32 Tahun CSR menyajikan informasi adanya jaminan
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan bagi stakeholders bahwa seluruh sumber daya
Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah (PP) yang dimiliki perusahaan telah dipergunakan
No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab dengan baik dan sesuai dengan norma yang ada
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, sehingga para stakeholders tidak lagi meng-
serta Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal khawatirkan isu keberlanjutan perusahaan di
dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. masa yang akan datang (Toms 2002; Branco
X.K.6 tentang Penyampaian Laporan Tahunan dan Rodrigues 2006).
Emiten atau Perusahaan Publik melalui Slack resources didefinisikan sebagai
Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No. sumber lebih yang dapat digunakan perusa-
Kep-431/BL/2012), namun bentuk laporan haan untuk beradaptasi dengan perubahan
CSR masih sangat bervariatif karena belum kondisi tekanan internal dan eksternal
ada aturan resmi dalam menyajikan kegiatan (Bourgeois 1981). Penelitian mengenai slack
CSR. Hal tersebut juga disetujui oleh hasil resources sudah banyak dilakukan untuk
penelitian Jain et al. (2015) yang menyatakan penciptaan inovasi perusahaan, tetapi hasil
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 96

yang inkonklusif masih ditemukan pada dewan dalam suatu entitas. Pernyataan tersebut
penelitian inisiasi CSR (Xu et al. 2015). juga ditandai dengan terbuktinya beberapa
Perusahaan yang memiliki slack resources penelitian mengenai hubungan antara
diharapkan memiliki kualitas pengungkapan representasi wanita dalam anggota dewan dan
CSR yang lebih baik karena mereka akan peningkatan performa perusahaan (Carter et al.
melaksanakan investasi CSR yang lebih 2003; Adams dan Ferreira 2004, 2009; Huse
banyak dibandingkan dengan perusahaan yang dan Solberg 2006).
memiliki sedikit (atau tidak memiliki) slack Selain itu, berdasarkan studi yang
resources (Harrison dan Coombs 2012). dilakukan Credit Suisse Research Institute
Resource-based juga mengutarakan (2012), selama enam tahun terakhir,
bahwa dewan merupakan salah satu sumber perusahaan yang mewakilkan wanita dalam
daya yang dimiliki perusahaan karena mereka struktur dewan memiliki performa harga
merupakan representatif atas kepentingan saham yang lebih baik, tingkat pengembalian
pemegang saham dan stakeholders lainnya ekuitas yang lebih tinggi, serta memiliki rata-
sehingga identitas dewan akan menentukan rata pertumbuhan yang lebih baik dibanding
kebijakan apa yang akan dijalankan perusahaan yang hanya beranggotakan laki-
perusahaan. Penunjukan anggota dewan yang laki pada jajaran dewan. Hal ini juga didukung
tepat akan menciptakan tata kelola (corporate oleh hasil penelitian McKinsey and Company
governance) perusahaan yang baik. Jika tata (2010) yang menyatakan bahwa 72% direksi
kelola perusahaan lebih efektif, maka akan menyadari bahwa adanya diversifikasi dalam
terefleksikan peningkatan perhatian per- dewan berpengaruh dengan performa perusa-
usahaan terhadap isu-isu yang berkaitan haan yang lebih baik.
dengan keberlanjutan perusahaaan, seperti isu Namun demikian, bila dibandingkan
lingkungan, sosial, dan komunitas karena tidak dengan laki-laki, jumlah wanita dalam stuktur
dapat dipungkiri bahwa saat ini isu-isu tersebut dewan dapat dikatakan masih sangat rendah.
menjadi salah satu isu strategis dalam Yi (2010) mencatat bahwa proporsi wanita
menunjang keberlangsungan hidup perusa- yang menduduki fungsi dewan di hampir
haan. seluruh negara Asia ialah hanya setengah dari
Identitas dewan yang digunakan dalam negara di Amerika, Australia, dan Eropa. Akan
penelitian ini ialah feminsime dewan. tetapi, CGIO (2012) menyatakan bahwa
Representasi wanita pada jajaran dewan men- Indonesia merupakan salah satu negara dengan
jadi isu terkini terkait corporate governance. tingkat proporsi wanita pada struktur dewan
Berdasarkan feminist ethical theory dalam paling tinggi dibandingkan dengan negara-
kaitannya dengan tata kelola perusahaan, negara lain di Asia, yaitu 11,6% (Hong Kong
wanita memiliki pandangan yang berbeda 10,3%, China 8,5%, Malaysia dan Singapura
dalam mengomunikasikan pendapat mereka 7,3%, India 5,2%, dan Jepang 1,1%).
sehingga akan memengaruhi kebijakan yang Pengelolaan kebijakan CSR akan lebih
akan ditetapkan (Machold et al. 2008). baik ditangani oleh wanita karena mereka
Hadirnya wanita, sebagai bagian dalam memiliki tingkat kepedulian terhadap isu sosial
struktur dewan suatu entitas, bukan hanya dan lingkungan yang lebih tinggi (Liao et al.
menjadi masalah kesetaraan gender (Credit 2015). Anggota dewan wanita juga ditemukan
Suisse Research Institute 2012). Centre for lebih partisipatif, lebih terorganisir, lebih
Governance, Institutions and Organisations tekun, lebih kritis, dan dapat lebih mencipta-
(CGIO), salah satu pusat penelitian di National kan atmosfer kerja yang lebih baik (Huse dan
University of Singapore (NUS) Business Solberg 2006; Adams dan Ferreira 2004).
School pada tahun 2012, mengatakan bahwa Hadirnya wanita dalam struktur dewan
diversifikasi gender dalam struktur dewan mengindikasikan semakin meningkatnya
menjadi salah satu indikator Good Corporate keberagaman perspek-tif anggota dewan
Governance (GCG) di seluruh dunia. Hal sehingga akan memengaruhi pengambilan
tersebut ditandai dengan semakin meningkat- keputusan perusahaan (Rao et al. 2012; Adams
nya jumlah wanita yang menduduki kursi dan Ferreira 2004). Oleh karena itu, semakin
97 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

beragamnya struktur dewan (dengan mengungkapkan dengan singkat atau hanya


meningkatnya proposi wanita), akan memberikan pernyataan ulang mengenai
memengaruhi luasnya pengungkapan CSR indikator G4, bernilai 2 jika mengungkapkan
(Rao et al. 2012). Namun demikian, terdapat dan memberikan penjelasan secara kualitatif,
penelitian yang mengungkapkan bahwa dan bernilai 3 jika mengungkapkan dan
hadirnya wanita akan menurunkan performa memberikan penjelasan secara kualitatif dan
perusahaan karena kurangnya pengalaman, kuantitatif (baik secara fisik (kilogram, joule,
peran dominasi emosional daripada rasional, meter, dan lain-lain) maupun finansial).
budaya suatu negara, dan lambatnya Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
pengambilan keputusan (Giannarakis 2014; menggunakan skala 0 dan 1 dalam
Galbreath 2011; Sudana dan Arlindania 2011; pengungkapan CSR (Fernandez et al. 2012;
Wardhani dan Cahyonowati 2011; Darmadi Wardhani dan Cahyonowati 2011; Haniffa dan
2013; Khan 2010). Cooke 2005; Zuhroh dan Sukmawati 2002),
Berdasarkan pemaparan tersebut, tujuan pengukuran dengan skala 0-3 diharapkan
penelitian ini ialah untuk menguji apakah slack mampu menggali lebih dalam perbedaan
resources dan feminisme dewan akan kualitas konten informasi CSR yang diungkap-
memengaruhi kualitas pengungkapan CSR. kan setiap perusahaan (Jizi et al. 2014; Fatima
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang et al. 2015; Kuo dan Chen 2013).
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kontribusi kedua ialah penggunaan
menerbitkan laporan keberlanjutan selama feminisme dewan dalam memoderasi
periode 2012-2014 dengan menggunakan pengaruh slack resources terhadap kualitas
metode analisis regresi moderasi dengan pengungkapan CSR. Penelitian ini juga
unbalanced panel data. Penelitian ini juga memisahkan antara pengaruh feminisme
menguji peran moderasi feminisme dewan, direksi dan dewan komisaris karena Indonesia
yang diproksikan dengan diversifikasi gender menganut sistem dewan two-tier, yaitu adanya
pada direksi serta dewan komisaris. Slack pemisahan fungsi pelaksana (direksi) dan
resources bersifat diskresioner sehingga pengawasan (komisaris). Masih mendominasi-
pemanfaatan dana ekstra tersebut sangat nya penelitian dengan sampel perusahaan one-
dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan tier board system (Velte 2016) menjadi salah
banyak pihak (Arora dan Dharwadkar 2011). satu kontribusi tambahan bagi penelitian ini
Oleh karena itu, slack resources berpotensi sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat
menimbulkan benturan dengan kepentingan menambah khazanah pengetahuan yang
pihak lain, misalnya untuk kepentingan riset berkaitan dengan kualitas pengungkapan CSR
dan pengembangan produk atau jasa sehingga dan tata kelola perusahaan.
menghasilkan inovasi perusahaan yang
manfaatnya lebih dapat langsung dirasakan
(melalui peningkatan penjualan dan lain-lain). TELAAH LITERATUR DAN
Terdapat dua kontribusi dari penelitian PENGEMBANGAN HIPOTESIS
ini. Pertama, berkaitan dengan analisis kualitas
pengungkapan CSR. Penelitian ini mengguna- Corporate Social Responsibility (CSR)
kan analisis konten berdasarkan standar Roberts (1992) mengatakan bahwa CSR
pelaporan CSR terbaru dan telah banyak merupakan suatu kebijakan atau tindakan yang
diaplikasikan oleh berbagai perusahaan di menunjukkan identitas perusahaan sebagai
dunia, yaitu GRI generasi keempat atau G4 entitas yang peduli terhadap masalah sosial.
(KPMG 2015). Standar ini memberikan Baron (2001) dan Kakabadse et al. (2005)
penjabaran informasi CSR yang lebih menyatakan bahwa terkadang CSR
komprehensif dan terstruktur bila dibanding- didefinisikan sebagai suatu “kontrak sosial”
kan dengan standar lainnya. Penelitian ini juga antara bisnis dan masyarakat yang bertujuan
menggunakan skala 0-3 untuk mengukur untuk memberikan keuntungan bagi kedua
kualitas informasi CSR, yaitu bernilai 0 jika pihak. Berdasarkan definisi tersebut, dapat
tidak mengungkapkan, bernilai 1 jika disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 98

merupakan suatu perangkat kebijakan,


program, dan inisiatif lainnya yang bertujuan Legitimacy Theory dan CSR
untuk memberikan kesejahteraan bagi sosial, Teori legitimasi merupakan salah satu
namun tidak mengabaikan tujuan utama entitas teori yang mendasari insentif perusahaan yang
itu sendiri. dengan sukarela mengungkapkan laporan
Ide CSR hadir sebagai suatu respon akan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan
kekhawatiran isu keberlanjutan suatu (Luo et al. 2013). Legitimasi berkaitan dengan
organisasi. Campbell (2007) menyampaikan berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan,
bahwa organisasi yang hanya berorientasi pada sehingga persepsi atau asumsi tersebut dapat
pencapaian profit maksimal semata pada tercipta. Legitimasi didefinisikan oleh
akhirnya akan tereliminasi karena memarjinal- Suchman (1995) sebagai “a generalized
kan pencapaian lainnya, seperti kesejahteraan perception or assumption that the actions of an
sosial dan lingkungan. Para akademis entity are desireable, proper, or appropriate
merespons fenomena tersebut dengan within some socially constructed system of
beberapa teori, seperti stakeholder theory, norms, values, beliefes, and definitions.”
legitimacy theory, dan kaitannya dengan Berdasarkan definisi tersebut, teori ini
resource-based theory. menerangkan bahwa suatu perusahaan
merupakan unit dari sosial itu sendiri. Oleh
Stakeholder Theory dan CSR karena itu, agar perusahaan dapat tetap sustain
Stakeholder memiliki definisi yang luas. atau terus berlanjut, maka perusahaan harus
Clarkson (1995) menyatakan bahwa memerhatikan norma serta keadaan sosial dan
stakeholder merupakan individu atau lingkungan lokasi mereka beroperasi.
kelompok yang memiliki, atau menyatakan
kepemilikan, hak, atau kepentingan di dalam Resource-Based Theory dan CSR
perusahaan dan aktivitasnya, baik di masa lalu, Hodgson (1998) mengatakan bahwa
sekarang, atau yang akan datang. Roberts berdasarkan pandangan resources-based,
(1992) menyebutkan bahwa stakeholder perusahaan merupakan kumpulan dari berba-
perusahaan meliputi pemegang saham, gai sumber daya. Sumber daya didefinisikan
kreditur, pegawai, pelanggan, pemasok, sebagai sesuatu yang berharga, unik, tidak
organisasi masyarakat, serta pemerintah. dapat diimitasi secara sempurna, dan tak
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan tergantikan yang dimiliki oleh perusahaan
bahwa terdapat keterkaitan antara perusahaan (Branco dan Rodrigues 2006). Berbagai
dengan seluruh elemen kebijakannya dan definisi slack resources diungkapkan oleh
stakeholder. Kaitan tersebut yaitu ketika banyak peneliti. Salah satu definisi yang sering
dipengaruhi oleh stakeholder dan ketika dijadikan acuan ialah dalam penelitian yang
memengaruhi stakeholder. Perusahaan tidak dilakukan oleh Bourgeois (1981), yaitu:
dapat mengisolasi sosial dan lingkungan
dengan diri mereka sendiri begitu saja. “Cushion of actual or potential
Perusahaan juga harus dapat merangkul resources which allows an organization
kepentingan sekitarnya sehingga kepentingan to adapt successfully to internal
mereka sendiri dapat tercapai dengan maksi- pressures for adjustment or to external
mal. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan pressures for change in policy, as well as
untuk memetakan berbagai kepentingan para to initiate changes in strategy with
stakeholders untuk kemudian menjalin respect to the external environment”
komunikasi dengan mereka sebagai salah satu (Bourgeois 1981).
alat pengerat hubungan keduabelah pihak.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat Hadirnya slack resources akan
disimpulkan bahwa CSR hadir sebagai menentukan kebijakan yang akan ditetapkan
penyeimbang antara kepentingan para oleh perusahaan karena esensi dari sumber
stakeholder dan perusahaan itu sendiri. tersebut (Bourgeois 1981). Setidaknya ada tiga
manfaat hadirnya slack resources yang
99 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

disimpulkan oleh Bourgeois (1981), yaitu Struktur dewan atau struktur kepengu-
mengurangi konflik kepentingan, mengurangi rusan entitas menjadi salah satu organ penting
pengolahan kebutuhan informasi, dan untuk menciptakan GCG. Hal tersebut karena
membantu proses politik atau memfasilitasi peran dari dewan sebagai mekanisme
perilaku strategis tertentu. governance, yaitu menjadi salah satu gerbang
Sayekti (2011) mengatakan bahwa slack utama dalam menentukan kebijakan
resources yang dimiliki perusahaan akan perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik
memengaruhi kebijakan perusahaan dalam juga akan membantu perusahaan dalam
menentukan seberapa luas keterlibatan mereka meningkatkan performa, pertumbuhan, meng-
dalam aktivitas CSR. Oleh karena itu, semakin atasi risiko, menciptakan peluang investasi,
banyak slack resources yang dimiliki oleh dan lain-lain.
perusahaan, maka perusahaan semakin
memiliki berbagai diskresi untuk memanfaat- Feminist Ethical Theory
kan adanya slack tersebut, salah satunya ialah Dewan menjadi mekanisme utama
untuk melakukan kegiatan CSR. dalam implementasi kebijakan perusahaan.
Atribut yang melekat dalam pribadi dewan
Tata Kelola Perusahaan memberikan peran vital dalam hal respon
Berkaitan dengan kualitas pengung- perusahaan terhadap tekanan yang diajukan
kapan, Haniffa dan Cooke (2002) mengatakan oleh pihak eksternal, seperti dari investor,
bahwa tata kelola perusahaan harus menjadi kreditur, konsumen, pemerintah, lembaga
pertimbangan sebagai faktor yang memenga- masyarakat, dan stakeholder lainnya (Post et
ruhi pengungkapan karena elemen tata kelola al. 2011; Liao et al. 2015). Hal ini disebabkan
berperan dalam mengendalikan informasi yang karena mereka memiliki kemampuan dan
hendak diungkapkan. Hal tersebut juga otorisasi untuk memutuskan, mengendalikan,
disetujui oleh beberapa penelitian lainnya yang serta mengawasi suatu kebijakan yang akan
mengemukakan bahwa struktur tata kelola berpengaruh terhadap hasil atau outcome
perusahaan memengaruhi tingkat pengung- perusahaan. Kehadiran konsep tata kelola yang
kapan sukarela, seperti informasi strategi baik terungkap sejak adanya kasus Enron,
perusahaan, direksi dan senior manajer, WorldCom, dan kasus lain yang diakibatkan
keuangan dan pasar modal, rencana ke depan oleh rendahnya etika dalam berbisnis
perusahaan, dan CSR (Said et al. 2009; Ho dan (Machold et al. 2008). Oleh karena itu, muncul
Taylor 2013; Giannarakis 2014; Ducassy dan beberapa alternative dalam menyeimbangkan
Montandrau 2015). etika para pebisnis, yaitu melalui lensa feminist
ethics.
Good Corporate Governance (GCG) Wicks et al. (1994) menyampaikan
Secara terminologi, GCG merupakan bahwa feminist ethical theory menekankan
suatu istilah yang mendefinisikan penerapan pada hubungan (sosialis) dalam mengerjakan
tata kelola perusahaan yang baik. Efektivitas suatu tugas. Hal ini berbeda dengan pandangan
tata kelola perusahaan menunjukkan bahwa masculinist yang menekankan pada hak dan
perusahaan mendukung adanya perkembangan kewajiban secara personal (individualis) dalam
yang berkelanjutan melalui kualitas informasi suatu tugas. Oleh karena itu, hadirnya wanita
yang diungkapkan. Salah satu refleksi adanya dalam dewan akan memberikan atmosfer
efektivitas tata kelola ialah peningkatan pekerjaan yang lebih baik. Perdebatan
perhatian perusahaan terhadap isu-isu yang mengenai dampak diversifikasi gender dalam
berkaitan dengan keberlanjutan perusahaaan, kepemimpinan perusahaan telah hadir sejak
seperti isu lingkungan, sosial, dan komunitas beberapa tahun silam. Fenomena glass ceiling
karena tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini tak jarang menjadi salah satu alasan yang
isu-isu tersebut menjadi salah satu isu strategis melatarbelakangi munculnya isu diversifikasi
dalam menunjang keberlangsungan hidup gender (Zhang 2012). Fenomena ini
perusahaan. mengatakan bahwa terdapat hambatan bagi
kelompok minoritas (wanita) untuk mencapai
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 100

top level management pada suatu struktur keputusan (Giannarakis 2014; Galbreath 2011;
organisasi meskipun berdasarkan kemampuan Sudana dan Arlindania 2011; Wardhani dan
mereka telah memenuhi kriteria. Credit Suisse Cahyonowati 2011; Darmadi 2013; Khan
Research Institute (2012) mengungkapkan 2010).
bahwa terdapat tiga faktor hadirnya perdebatan
tersebut, yaitu: (1) tren positif jumlah wanita Pengembangan Hipotesis
dalam struktur kepengurusan entitas; (2)
intervensi pemerintah untuk mewadahi wanita Slack Resources dan Kualitas Pengungkapan
dalam memberikan kontribusi pembangunan CSR
peradaban; dan (3) adanya perubahan sudut Pandangan resource-based menyatakan
pandang mengenai perdebatan gender, dari isu bahwa pengungkapan CSR merupakan suatu
kesetaraan gender menjadi isu superior media bagi perusahaan untuk membangun
performance. hubungan yang baik dengan para stakeholders
Dalam paparan hasil penelitian Credit mereka karena pengungkapan CSR
Suisse Research Institute (2012) tersebut, menyajikan informasi adanya jaminan bagi
faktor yang ketiga menjadi isu utama stakeholders bahwa seluruh sumber daya yang
mengenai diversifikasi gender pada struktur dimiliki perusahaan telah dipergunakan
dewan dalam suatu perusahaan. Lebih lanjut, dengan baik dan sesuai dengan norma yang ada
selama enam tahun terakhir, perusahaan yang sehingga para stakeholders tidak lagi
mewakilkan wanita dalam struktur dewan mengkhawatirkan isu keberlanjutan perusa-
memiliki performa harga saham yang lebih haan di masa yang akan datang (Toms 2002;
baik, tingkat pengembalian ekuitas yang lebih Branco dan Rodrigues 2006). Slack resources
tinggi, serta memiliki rata-rata pertumbuhan memungkinkan perusahaan untuk menentukan
yang lebih baik dibanding perusahaan yang berbagai kebijakan, salah satunya CSR
hanya beranggotakan laki-laki pada jajaran (Buchholtz et al. 1999; Toms 2002; Ju dan
dewan. Hal ini juga didukung oleh hasil Zhao 2009; Arora dan Dharwadkar 2011;
penelitian McKinsey and Company (2010) Harrison dan Coombs 2012; Darus et al. 2014;
yang menyatakan bahwa 72% direksi Xu et al. 2015). Untuk melakukan berbagai
menyadari bahwa adanya diversifikasi dalam aktivitas CSR, perusahaan harus mengalokasi-
dewan berpengaruh dengan performa kan sejumlah dana dan sumber daya tertentu
perusahaan yang lebih baik. agar dapat dilaksanakan dengan baik dan
Penelitian empiris juga telah banyak benar. Ketika segala aktivitas tersebut telah
yang menyimpulkan bahwa hadirnya sosok terlaksana, maka perusahaan memiliki data
wanita mampu memberikan kontribusi dan informasi yang cukup untuk nantinya
signifikan terhadap performa perusahaan. disajikan dalam bentuk laporan CSR.
Anggota dewan wanita dikatakan lebih Darus et al. (2014) meneliti pengaruh
partisipatif, lebih terorganisir, lebih tekun, slack resources terhadap pengungkapan CSR
lebih kritis, dan dapat lebih menciptakan pada industri keuangan di Malaysia. Hasilnya
atmosfir kerja yang lebih baik (Huse dan menunjukkan bahwa semakin besar slack
Solberg 2006; Adams dan Ferreira 2004). resources yang dimiliki perusahaan, maka
Hadirnya wanita dalam struktur dewan juga semakin rendah informasi CSR yang
mengindikasikan semakin meningkatkan diungkapkan. Hal tersebut terjadi karena
keberagaman perspektif anggota dewan ketatnya regulasi untuk jenis industri tersebut
sehingga akan memengaruhi pengambilan sehingga pada jenis industri ini cenderung
keputusan perusahaan (Rao et al. 2012; Adams fokus untuk mengelola likuiditas daripada
dan Ferreira 2004). Namun demikian, terdapat aktivitas CSR mereka. Henriques dan
penelitian yang mengungkapkan bahwa Sadorsky (1996) serta Xu et al. (2015) juga
hadirnya wanita akan menurunkan performa menemukan hasil sama yang kemungkinan
perusahaan karena kurangnya pengalaman, disebabkan karena perusahaan dengan slack
peran dominasi emosional daripada rasional, resources yang tinggi akan cenderung
budaya, dan lambatnya pengambilan memanfaatkannya untuk ekspansi bisnis,
101 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

bukan untuk melakukan investasi lingkungan pengalaman bekerja antara laki-laki dan wanita
yang berbiaya tidak sedikit sehingga informasi yang mengakibatkan timbulnya resistensi
yang diungkapkan pun rendah. wanita dalam mendukung pengambilan
Di sisi lain, perusahaan yang memiliki keputusan. Sudana dan Arlindania (2011) juga
slack resources diharapkan memiliki kualitas menemukan pengaruh yang tidak signifikan
pengungkapan CSR yang lebih baik karena antara kehadiran anggota direksi yang berjenis
mereka akan melaksanakan investasi CSR kelamin wanita dengan pengungkapan CSR
yang lebih banyak dibandingkan dengan karena budaya Indonesia, yaitu sikap mudah
perusahaan yang memiliki sedikit (atau tidak mengalah untuk menghargai laki-laki, persepsi
memiliki) slack resources. Hal tersebut bahwa pengendalian pengambilan keputusan
didukung oleh temuan Harrison dan Coombs ditentukan oleh laki-laki sebagai kepala
(2012) yang mengatakan bahwa semakin keluarga, serta rendahnya jumlah wanita dalam
tinggi slack resources yang dimiliki jajaran top management sehingga peran wanita
perusahaan, maka perusahaan memiliki masih kurang dalam menentukan kebijakan.
kecenderungan untuk berinvestasi pada ranah Said et al. (2009) juga tidak menemukan
yang memiliki diskresi tinggi, seperti program- adanya pengaruh antara diversifikasi gender
program CSR. Russo dan Fouts (1997) juga dengan pengungkapan CSR di Malaysia
menyatakan bahwa adanya sumber daya ekstra karena masih minimnya jumlah wanita yang
akan memberikan keleluasaan untuk memilih menduduki anggota dewan di perusahaan
berbagai kebijakan strategis perusahaan publik Malaysia. Namun demikian, hasil yang
sehingga mereka akan cenderung mengung- sama juga ditemukan oleh Giannarakis (2014)
kapkan informasi CSR yang lebih berkualitas. yang mengatakan bahwa meskipun proporsi
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka wanita dalam struktur dewan di Amerika
hipotesis pertama dalam penelitian ini ialah: Serikat tinggi, namun tidak terbukti adanya
H1: Slack resources berpengaruh positif pengaruh feminisme dewan terhadap
terhadap kualitas pengungkapan CSR. pengungkapan CSR.
Berbeda dengan hasil penelitian tersebut,
Feminisme Dewan dan Kualitas Rao et al. (2012) serta Adams dan Ferreira
Pengungkapan CSR (2004) menemukan bahwa feminisme dalam
Machold et al. (2008) menyampaikan struktur dewan memengaruhi kualitas
bahwa berdasarkan feminist ethical theory pengungkapan lingkungan perusahaan karena
dengan mengaitkan pada tata kelola hadirnya wanita dalam struktur dewan
perusahaan, sosok wanita memiliki pandangan mengindikasikan keberagaman sehingga akan
yang berbeda dalam mengomunikasikan memperluas pandangan dalam pengambilan
pendapat mereka sehingga akan memengaruhi keputusan yang berkaitan dengan isu sosial
kebijakan yang akan ditetapkan. Fernandez et dan lingkungan. Hasil tersebut didukung oleh
al. (2012) menemukan adanya pengaruh pendapat Liao et al. (2015) bahwa dewan
negatif antara feminisme dewan dan wanita lebih peduli terhadap isu sosial dan
pengungkapan CSR. Lebih lanjut, hasil lingkungan, sehingga mereka akan cenderung
tersebut mengungkapkan bahwa pengaruh mengelola kebijakan CSR lebih baik.
negatif antara komposisi gender pada struktur Penelitian ini memisahkan antara feminisme
dewan dan pengungkapan CSR disebabkan pada direksi dan komisaris. Hal ini penting
karena perusahaan yang memiliki komposisi dilakukan karena Indonesia menganut sistem
wanita dalam dewan yang tinggi tidak secara dewan two-tier, yaitu terdapat perbedaan
spesifik melaporkan aktivitas CSR mereka. fungsi pada kedua jenis dewan tersebut.
Galbreath (2011) dan Khan (2010) Berdasarkan pemaparan tersebut, maka
menemukan pengaruh yang tidak signifikan hipotesis kedua dalam penelitian ini ialah:
antara hubungan diversifikasi gender terhadap H2a: Feminisme dalam direksi
kualitas pengungkapan respon isu lingkungan berpengaruh positif terhadap kualitas
perusahaan. Hal tersebut dikarenakan adanya pengungkapan CSR.
perbedaan pada latar belakang pendidikan dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 102

H2b: Feminisme dalam dewan komisaris H3b: Feminisme dewan komisaris


berpengaruh positif terhadap kualitas memperkuat pengaruh positif antara
pengungkapan CSR. slack resources dan kualitas
pengungkapan CSR.
Moderasi Feminisme Dewan terhadap
Hubungan Slack Resources dan Kualitas
Pengungkapan CSR METODE PENELITIAN
Bourgeois (1981) menyatakan bahwa
slack resources berguna untuk menunjang Populasi dan Sampel
adaptasi perusahaan melalui berbagai Populasi dalam penelitian ini adalah
kebijakan strategis. Namun demikian, adanya seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
sumber daya lebih saja belum tentu menjamin Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012-
perusahaan untuk melakukan investasi dan 2014. Penetapan 2012 sebagai periode awal
memublikasikan informasi mengenai CSR pengamatan ialah karena pada awal tahun 2012
karena adanya benturan dengan kepentingan (4 April 2012), pemerintah menetapkan
lain dalam memanfaatkan slack resources Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 tentang
tersebut, misalnya untuk kepentingan riset dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
pengembangan produk atau jasa sehingga Perseroan Terbatas yang pada pasal 2
menghasilkan inovasi perusahaan yang dinyatakan bahwa selaku subjek hukum, setiap
manfaatnya lebih dapat langsung dirasakan perusahaan memiliki tanggung jawab sosial
(melalui peningkatan penjualan dan lain-lain). dan lingkungan. Kemudian, pada 1 Agustus
Hadirnya wanita menjadi salah satu indikator 2012 terdapat revisi Peraturan Bapepam-LK
tata kelola perusahaan yang baik (CGIO 2012). X.K.6 mengenai kewajiban perusahaan publik
Liao et al. (2015), Kuswanto et al. (2015), Rao untuk mengungkapkan informasi tanggung
et al. (2012), serta Galbreath (2011) juga jawab sosialnya dalam laporan tahunan.
mengutarakan bahwa dengan kemampuannya, Campbell (2007) mengungkapkan bahwa salah
wanita dapat lebih memahami dan merespon satu dorongan perusahaan untuk melakukan
kepentingan stakeholders sehingga mereka CSR ialah ketatnya regulasi oleh suatu negara
akan lebih dapat mengartikulasikan isu-isu sehingga tahun 2012 dianggap tepat untuk
sosial melalui beragam investasi CSR. Oleh memulai penelitian ini.
karena itu, dirumuskan hipotesis bahwa Untuk mendapatkan sampel yang
semakin tinggi proporsi wanita dalam dewan representatif dan sesuai dengan yang
maka akan memperkuat hubungan positif dibutuhkan dalam penelitian, pemilihan
antara slack resources dan kualitas sampel dilakukan dengan teknik purposive
pengungkapan CSR. sampling, yaitu populasi yang dijadikan
Proporsi dewan dalam moderasi ini juga sampel adalah yang memenuhi kriteria
dibagi menjadi dua, yaitu direksi dan komisaris tertentu, yaitu: (1) Perusahaan terdaftar dalam
sehingga penelitian ini dapat memberikan BEI selama periode 2012-2014; (2)
pemahaman lebih medalam mengenai jenis Perusahaan menerbitkan laporan keberlanjutan
dewan manakah yang akan memoderasi (sustainability report) untuk periode 2012,
hubungan tersebut karena perbedaan fungsi 2013, serta 2014 dan dapat diunduh melalui
masing-masing. Berdasarkan pemaparan website BEI, website masing-masing
tersebut, maka hipotesis ketiga dalam perusahaan, atau sumber lainnya. Penentuan
penelitian ini ialah: kriteria ini ialah karena menurut Holland dan
H3a: Feminisme direksi memperkuat Foo (2003), penting untuk mengisolasi
pengaruh positif antara slack perusahaan yang menerbitkan laporan
resources dan kualitas pengungkapan keberlanjutan dengan yang tidak menerbitkan
CSR. agar tidak terjadi kesenjangan dalam sampel
penelitian; dan (3) Perusahaan memiliki data
keuangan dan nonkeuangan lengkap yang
diperlukan dalam penelitian ini.
103 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

Tabel 1
Seleksi Sampel
Kriteria Perusahaan
Terdaftar di BEI selama periode 2012-2014
a. 2012 451
b. 2013 477
c. 2014 498
Perusahaan menerbitkan laporan keberlanjutan dan
memiliki data yang lengkap pada tahun:
a. 2012 33
b. 2013 39
c. 2014 43
Data Pencilan (1)
Jumlah Observasi (Perusahaan-Tahun) 114

Jenis dan Sumber Data Model 1 digunakan untuk menjawab


Semua data dalam penelitian ini bersifat hipotesis 1, 2a, dan 2b. Model 2 digunakan
sekunder dan dapat ditemukan dalam laporan untuk menjawab hipotesis 3a dan 3b.
keuangan, tahunan, dan laporan keberlanjutan
setiap perusahaan, serta Datastream yang Variabel Penelitian dan Definisi
diakses melalui Pusat Data Ekonomi dan Operasional
Bisnis (PDEB) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia (FEB UI). Laporan Variabel Dependen
keuangan, tahunan, dan laporan keberlanjutan Penelitian ini menggunakan kualitas
perusahaan dapat diunduh di website BEI pengungkapan informasi CSR sebagai variabel
(www.idx.co.id), website masing-masing dependen. Kualitas pengungkapan CSR
perusahaan, dan website National Center of diproksikan dengan nilai indeks dari informasi
Suatainability Reporting (www.ncsr-id.org). tiga pilar utama CSR, yaitu ekonomi,
lingkungan, dan sosial dalam laporan
Model Penelitian keberlanjutan. Informasi CSR merujuk pada
Untuk menjawab hipotesis penelitian, indikator The Global Reporting Initiative
terdapat dua model yang digunakan, yaitu: (GRI) generasi keempat (G4) karena GRI
merupakan salah satu pionir yang
Model 1 mempelopori kerangka laporan keberlanjutan
QCSRit = β0 + β1 SLACKit + β2 dan telah digunakan organisasi diseluruh
GD_DIRit + β3 GD_KOMit + dunia. Hedberg dan Malmborg (2003)
β4 SIZEit + β5 PROFITit + β6 mengatakan bahwa perusahaan akan berusaha
INDit + β7 LEVit + εit …… (1) untuk menyesuaikan dengan prinsip yang
berlaku umum atau kerangka umum ketika
Model 2 entitas berinisiasi untuk menyajikan laporan
QCSRit = β0 + β1 SLACKit + β2 yang dapat diandalkan. Dalam G4, terdapat
GD_DIRit + β3 GD_KOMit + sembilan indikator yang termasuk kategori
β4 SLACK * GD_DIRit + β5 ekonomi, 34 indikator untuk kategori
SLACK * GD_KOMit + β6 lingkungan, dan 48 indikator untuk kategori
SIZEit + β7 PROFITit + β8 sosial. Oleh karena itu, terdapat 91 indikator
INDit + β9 LEVit + εit …… (2) untuk melihat kualitas pengungkapan CSR
perusahaan dalam penelitian ini.
Variabel ini diukur dengan metode
content analysis, yaitu suatu cara pengukuran
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 104

data berupa kodifikasi informasi kualitatif perusahaan. George (2005) juga mengungkap-
menjadi suatu bentuk skala kuantitatif (Abbott kan bahwa high-discretion slack menunjukkan
dan Monsen 1979) atau dengan mengklasifika- sumber ekstra yang sangat mudah dimanfaat-
sikan suatu unit teks menjadi suatu kategori kan untuk berbagai diskresi manajer. Oleh
(Beattie et al. 2004). Penelitian ini mengguna- karena itu, penelitian ini menggunakan high-
kan skala 0-3 untuk setiap indikator informasi discretion slack yang diukur dengan nilai kas
yang diungkapkan, yaitu: (1) bernilai 0: jika dan setara kas perusahaan sebagai proksi
tidak diungkapkan; (2) bernilai 1: jika hadirnya slack resources. Dalam penelitian ini,
mengungkapkan tanpa ada penjelasan atau nilai kas dan setara kas di transformasi menjadi
perusahaan hanya memberikan suatu logaritma natural kas dan setara kas agar
pernyataan mengenai indikator pengungkapan terhindar dari data yang bersifat pencilan atau
tersebut secara singkat; (3) bernilai 2: jika outlier (Harrison dan Coombs 2012; Arora dan
mengungkapkan dan memberi penjelasan Dharwadkar 2011).
secara kualitatif; dan (4) bernilai 3: jika
mengungkapkan dan memberi penjelasan Feminisme Dewan
secara kualitatif serta menyediakan data Feminisme dewan diproksikan dengan
dengan nominal angka untuk setiap indikator diversifikasi gender dalam anggota dewan.
yang diungkapkan. Indikator ini merujuk pada penelitian Rao et al.
Pengukuran ini merujuk pada Jizi et al. (2012), Galbreath (2011), Bear et al. (2010),
(2014), Fatima et al. (2015), Kuo dan Chen Adams dan Ferreira (2004), Carter et al.
(2013), dan Roberts (1992). Pengungkapan (2003), Rao et al. (2012), serta Shaukat et al.
dengan skala 0-3 tersebut juga diharapkan (2015). Variabel ini dihitung dengan menggu-
mampu menjelaskan bagaimana kualitas nakan perbandingan proporsi wanita pada
informasi CSR yang diungkapkan perusahaan. direksi dan dewan komisaris terhadap total
Selanjutnya, untuk mendapatkan indeks direksi dan dewan komisaris suatu perusahaan.
kualitas pengungkapan CSR perusahaan, total Perhitungan variabel ini ialah:
skor kualitas pengungkapan CSR setiap
perusahaan dibandingkan dengan total skor 𝐖_𝐃𝐈𝐑
𝐆𝐃_𝐃𝐈𝐑 =
pengungkapan maksimum. Rumusnya ialah 𝐒𝐔𝐌_𝐃𝐈𝐑
sebagai berikut:
Keterangan:
𝐒𝐐𝐂𝐒𝐑 𝐢 GD_DIR : Diversifikasi gender pada direksi
𝐐𝐂𝐒𝐑 𝐢 =
𝐒𝐐𝐌𝐀𝐗 perusahaan
W_DIR : Jumlah wanita dalam direksi
Keterangan: perusahaan
QCSRit : Kualitas pengungkapan CSR SUM_DIR : Jumlah anggota direksi perusa-
perusahaan i haan
SQCSRi : Skor kualitas pengungkapan CSR
perusahaan i 𝐖_𝐊𝐎𝐌
𝐆𝐃_𝐊𝐎𝐌 =
SQMAX : Skor maksimum kualitas peng- 𝐒𝐔𝐌_𝐊𝐎𝐌
ungkapan CSR
Keterangan:
Variabel Independen dan Moderasi GD_KOM : Diversifikasi gender pada
struktur dewan komisaris
Slack Resources perusahaan
Arora (2008) dalam Arora dan W_KOM : Jumlah wanita dalam struktur
Dharwadkar (2011) mengatakan bahwa untuk dewan komisaris perusahaan
meneliti CSR, proksi yang paling tepat ialah SUM_KOM : Jumlah anggota dewan
high-discretion slack karena bahkan jika komisaris perusahaan
aktivitas CSR bersifat wajib, namun besarnya
kegiatan tersebut bergantung pada kebijakan
105 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

Variabel Kontrol total aset perusahaan. Profitabilitas perusahaan


yang tinggi mengindikasikan bahwa perusa-
Ukuran Perusahaan haan memiliki sumber kekayaan yang lebih
Variabel ini diproksikan dengan nilai tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan
logaritma natural dari total aset. Ukuran per- lain sehingga mengakibatkan perusahaan
usahaan berkaitan dengan tingginya kualitas menjadi pusat perhatian, kemudian akan
pengungkapan CSR karena perusahaan besar timbul ekspektasi yang lebih dari para
cenderung menjadi pusat perhatian banyak pemegang kepentingan, dan memunculkan
pihak sehingga untuk meminimalisasi potensi intervensi berbagai pihak. Berdasarkan
intervensi, perusahaan melakukan mekanisme pemaparan tersebut, untuk mendapatkan
pengungkapan sebagai wadah untuk legitimasi stakeholders dan meminimalisasi
memberikan informasi operasional perusahaan intervensi, perusahaan melakukan mekanisme
(Brammer dan Pavelin 2008; Siregar dan pengungkapan CSR sebagai wadah untuk
Bachtiar 2010; Arora dan Dharwadkar 2011; menjembatani adanya information gap antara
Harrison dan Coombs 2012; Velte 2016). perusahaan dan stakeholders (Haniffa dan
Cooke 2005; Brammer dan Pavelin 2008;
Profitabilitas Siregar dan Bachtiar 2010; Arora dan
Variabel ini diproksi dengan nilai return Dharwadkar 2011; Harrison dan Coombs
on assets (ROA), yaitu perbandingan antara 2012; Xu et al. 2015; Velte 2016).
laba sebelum bunga dan pajak dengan rata-rata

Tabel 2
Industri High dan Low Profile
High Profile Low Profile
Pertanian, kehutanan, dan kelautan Pakan hewan dan peternakan
Tambang Konstruksi
Makanan dan minuman Produk dan bahan tekstil
Tembakau Produk pakaian dan tekstil lainnya
Produk kayu Bahan pelekat
Produk kertas dan sejenisnya Produk plastik dan kaca
Produk kimia dan sejenisnya Produk yang terbuat dari logam
Semen Kabel
Produksi logam dan sejenisnya Perlengkapan fotografis
Produk batu-batuan, tanah liat, dan consrete Penjual grosir dan retail (eceran)
Perlengkapan elektronik dan kantor Perkreditan (selain bank)
Produk otomotif dan sejenisnya Sekuritas
Farmasi Asuransi
Barang konsumsi Agen hotel dan perjalanan
Jasa Transformasi Lainnya
Telekomunikasi
Perbankan
Real estate and property
Holdings companies dan investasi lainnya
Sumber: Roberts (1992); Hackston dan Milne (1996); Zuhroh dan Sukmawati (2003); Sayekti (2011)
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 106

Leverage HASIL PENELITIAN DAN


Variabel ini diproksikan dengan nilai PEMBAHASAN
debt to equity ratio (DER), yaitu perbandingan
antara total utang dengan total ekuitas Deskripsi Sampel
perusahaan. Giannarakis (2014) menyatakan Berdasarkan purposive sampling, dapat
bahwa perusahaan dengan tingkat leverage dikatakan bahwa sampel yang digunakan
yang tinggi secara negatif akan memengaruhi masih relatif sedikit, yaitu hanya 44
tingkat informasi CSR yang diungkapkan oleh perusahaan. Berdasarkan Gambar 1, dari
perusahaan karena besarnya biaya untuk keseluruhan perusahaan yang terdaftar di BEI,
memproduksi informasi ini, sedangkan perusa- pada tahun 2012 dari 451 perusahaan terdaftar
haan yang memiliki tingkat leverage yang di BEI, hanya 7,32% atau 33 perusahaan yang
rendah akan dengan leluasa memublika-sikan menerbitkan laporan keberlanjutan. Pada tahun
informasi CSR mereka. 2013 dari 477 perusahaan terdaftar di BEI,
hanya 8,18% perusahaan yang menerbitkan
Profil Perusahaan laporan keberlanjutan, dan hanya 8,64% di
Variabel ini diukur dengan dummy tahun 2014. Namun demikian, selama periode
variable, 0 dan 1. Bernilai 1 jika perusahaan 2012 hingga 2014 dapat dikatakan bahwa
termasuk ke dalam industri high profile, dan terdapat tren positif penerbitan laporan keber-
bernilai 0 jika lainnya (low profile) (Roberts lanjutan di Indonesia.
1992; Hackston dan Milne 1996; Zuhroh dan Secara spesifik, berdasarkan jenis
Sukmawati 2003; Sayekti 2011). Perusahaan industri (mengacu pada Fact Book IDX tahun
high profile ialah perusahaan yang berpotensi 2014), industri keuangan ialah yang paling
memiliki tingkat risiko lingkungan, sosial, dominan dalam penelitian ini, yaitu 26% atau
persaingan, dan politik tinggi sehingga profil 30 observasi. Kemudian, diikuti oleh industri
industri ini akan mendapatkan perhatian publik pertambangan, infrastruktur, utilitas, dan
lebih besar daripada profil industri lainnya transportasi, miscellaneous industry, perta-
(low profile). Pembagian kedua jenis profil nian, property, real estate and construction,
perusahaan ini merujuk pada penelitian industri dasar dan kimia, perdagangan, jasa
Roberts (1992), Hackston dan Milne (1996), dan investasi, dan industri barang konsumsi.
Zuhroh dan Sukmawati (2003), serta Sayekti
(2011), yaitu seperti pada Tabel 2.

500
450
400
350
300 Sampel
250
Populasi
200
150
100
50
0
2012 2013 2014

Gambar 1
Demografi Sampel
107 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

3% Pertanian

10% Industri dasar & Kimia


10%
9% Industri Barang Konsumsi

11% 3% Keuangan

Infrastruktur, Utilitas &


Transportasi
15% Pertambangan

26% Miscellaneous Industry

Property, Real Estate &


13%
Construction
Perdagangan, Jasa & Investasi

Gambar 2
Demografi Sampel berdasarkan Jenis Industri

Analisis Deskripsi Variabel Variabel independen selanjutnya ialah


Tabel 3 merupakan tabel statistik GD_DIR dan GD_KOM. Kedua variabel ini
deskriptif setiap variabel dalam penelitian juga berfungsi sebagai variabel moderasi.
yang meliputi nilai rata-rata, nilai tengah, nilai GD_DIR merupakan variabel feminisme
maksimum, nilai minimum, dan standar direksi yang diproksikan dengan diversifikasi
deviasi. gender pada direksi. Pada Tabel 3, variabel
Berdasarkan Tabel 3, kualitas peng- GD_DIRt memiliki nilai rata-rata 0,0987
ungkapan CSR pada sampel penelitian ini (9,87%). Berdasarkan hasil tersebut, sampel
memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0,4035 penelitian ini didominasi oleh perusahaan
(40,35%). Hasil tersebut mengindikasikan dengan proporsi wanita dalam struktur direksi
bahwa kualitas pengungkapan CSR perusa- yang rendah karena nilai rata-ratanya hanya
haan yang menjadi sampel dalam penelitian ini 9,87% saja. Nilai maksimum dalam variabel
ialah masih rendah (di bawah 50%). Nilai GD_DIRt ialah 0,67 (67%). Nilai minimum
maksimum untuk variabel ini ialah 0,82000 untuk variabel tersebut ialah 0,000, yang
(82%), sedangkan nilai minimumnya ialah artinya tidak ada wanita dalam struktur direksi
sebesar 0,1100 (11%). Nilai standar deviasi perusahaan. Nilai standar deviasi untuk
atau persebaran data statistik ialah sebesar variabel GD_DIRt ialah 0,1546.
0,1757. Pada Tabel 3, nilai rata-rata ukuran
Pada Tabel 3, variabel SLACKt memiliki perusahaan (SIZEt) ialah 17,2955 atau Rp
nilai rata-rata 14,4509 atau Rp 4.043.798 juta. 75.363.669 juta. Nilai maksimum untuk SIZEt
Nilai maksimum untuk variabel SLACKt ialah ialah 20,5026 atau Rp 801.995.000 juta. Nilai
16,9277 atau Rp 22.469.167 juta, yaitu PT minimum untuk variabel SIZEt ialah 14,3937
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. pada atau Rp 1.782.787 juta. Variabel SIZEt
tahun 2014 (industri keuangan), artinya memilki nilai standar deviasi sebesar 1,2846
perusahaan ini merupakan perusahaan dengan atau Rp 125.028.896 juta. Nilai rata-rata ROA
jumlah slack resources yang paling tinggi perusahaan (PROFITt) ialah 6,5617. Nilai
diantara perusahaan lain dalam penelitian ini. maksimum untuk PROFITt ialah 54,40. Nilai
Nilai minimum untuk variabel SLACKt ialah minimum untuk variabel PROFITt ialah -
10,9258 atau Rp 55.595 juta, yaitu PT Bakrie 13,87. Variabel PROFITt memilki nilai standar
Sumatra Plantations Tbk. pada tahun 2014. deviasi sebesar 9,2579%. Nilai rata-rata
Variabel SLACKt memilki nilai standar deviasi variabel INDt ialah 0,8870. Artinya, rata-rata
sebesar 1,3715 atau Rp 4.937.526 juta. perusahaan dalam penelitian ini ialah
perusahaan high profile karena nilai rata-
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 108

ratanya mendekati 1. Karena variabel ini variabel LEVt ialah 2,7240. Nilai maksimum
merupakan variabel dummy 1 dan 0, maka nilai untuk LEVt ialah 10,9755%. Nilai minimum
maksimumnya ialah 1, dan nilai minimumnya untuk variabel LEVt ialah 0,158. Variabel LEVt
ialah 0. Variabel INDt memilki nilai standar memilki nilai standar deviasi sebesar 2,8840.
deviasi sebesar 0,31803. Nilai rata-rata

Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel
Variabel Mean Max Min Std. Dev
QCSRt 0,4042 0,8200 0,1100 0,1763
SLACKt 14,4509 16,9277 10,9258 1,3715
SLACKt (Juta) 4.043.798 22.469.167 55.595 4.937.526
GD_DIRt 0,0987 0,6667 0,0000 0,1546
GD_KOMt 0,0662 0,4000 0,0000 0,0992
SIZEt 17,2955 20,5026 14,3937 1,2846
SIZEt (Juta) 75.363.699 801.995.000 1.782.787 125.028.896
PROFITt 6,5617 54,4000 -13,8700 9,2579
INDt 0,8870 1,0000 0,0000 0,31803
LEVt 2,7240 10,9755 0,1580 2,8840
Keterangan: Tabel ini menyajikan statistik deskriptif variabel yang digunakan dalam penelitian.
Mean merupakan nilai rata-rata variabel. Max merupakan nilai maksimum variabel. Min
merupakan nilai minimum variabel. Std. Dev merupakan nilai standar deviasi variabel. Jumlah
observasi yang diamati ialah sebesar 114 observasi. QCSR merupakan variabel dependen, yaitu
kualitas pengungkapan CSR yang diukur dengan nilai skor pengungkapan perusahaan
dibandingkan dengan nilai maksimal pengungkapan. SLACK merupakan variabel independen,
yaitu slack resources yang diukur dengan nilai Ln kas dan setara kas. GD_DIR merupakan
variabel independen, yaitu diversifikasi gender pada direksi yang diukur dengan nilai proporsi
jumlah wanita dalam direksi terhadap total anggota direksi. GD_KOM merupakan variabel
independen, yaitu diversifikasi gender pada dewan komisaris yang diukur dengan nilai proporsi
jumlah wanita dalam dewan komisaris terhadap total anggota dewan komisaris. Terdapat empat
variabel kontrol, SIZE (ukuran perusahaan, diukur dengan nilai Ln total aset), PROFIT
(profitabilitas perusahaan, diukur dengan nilai rasio ROA), IND (profil industri perusahaan,
diukur dengan dummy, 1 jika high profile, 0 lainnya), dan LEV (rasio utang terhadap ekuitas).

Analisis Hipotesis sehingga keputusannya ialah menggunakan


Sebelum menguji hipotesis, dilakukan REM.
pengujian pemilihan model terbaik pada Tabel 4 merupakan hasil regresi model 1,
masing-masing model. Hal ini dilakukan yaitu model yang digunakan untuk menguji
karena penelitian menggunakan data panel. hipotesis 1, 2a, dan 2b. Nilai R2 pada model
Berdasarkan uji Chow (menguji apakah pertama adalah 19,3% (0,1930) yang artinya
menggunakan model Ordinary Least Square adalah variabel-variabel independen, yaitu
(OLS) atau Fixed Effects (FEM)), nilai slack resources, feminisme direksi dan dewan
probabilitas chi-square ialah 0,000 atau lebih komisaris, serta variabel kontrol, yaitu ukuran
kecil dari α (5%) sehingga keputusannya ialah perusahaan, profitabilitas, leverage, dan profil
menggunakan FEM. Kemudian, dilakukan uji perusahaan dalam model mampu menjelaskan
Hausman (menguji apakah menggunakan variabel dependen (kualitas pengungkapan
FEM atau Random Effects (REM)). Hasilnya CSR) sebesar 19,3%, sedangkan sisanya, yaitu
menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi- 80,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
square ialah 0,098 atau lebih besar dari α (5%) termasuk dalam model penelitian.
109 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

Tabel 4
Hasil Regresi Model 1
Variabel Dependen: QCSR
Prediksi Model 1
-0,249
C
(0,162)
0,007
SLACK +
(0,062)*
0,102
GD_DIR +
(0,187)
-0,329
GD_KOM +
(0,024)**
0,027
SIZE +
(0,063)*
0,003
PROFIT +
(0,034)**
0,149
IND +
(0,001)***
-0,021
LEV -
(0,002)***
Prob. F 0,0000
R2 0,1930
N 114
Keterangan: Tabel ini menyajikan hasil regresi model 1 untuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3.
QCSR merupakan variabel dependen, yaitu kualitas pengungkapan CSR yang diukur dengan
nilai skor pengungkapan perusahaan dibandingkan dengan nilai maksimal pengungkapan.
SLACK merupakan variabel independen, yaitu slack resources yang diukur dengan nilai Ln
kas dan setara kas. GD_DIR merupakan variabel independen dan moderasi, yaitu feminisme
direksi yang diukur dengan nilai proporsi jumlah wanita dalam direksi terhadap total anggota
direksi. GD_KOM merupakan variabel independen dan moderasi, yaitu feminisme komisaris
yang diukur dengan nilai proporsi jumlah wanita dalam dewan komisaris terhadap total
anggota dewan komisaris.Terdapat empat variabel kontrol, SIZE (ukuran perusahaan, diukur
dengan nilai Ln total aset), PROFIT (profitabilitas perusahaan, diukur dengan nilai ROA),
IND (profil industri perusahaan, diukur dengan dummy, 1 jika high profile, 0 lainnya), dan
LEV (rasio utang terhadap ekuitas).
Angka di baris pertama pada setiap kolom Model 1 ialah nilai koefisien variabel, sedangkan
baris kedua merupakan nilai probabilitasnya (one-tailed).
* signifikan pada level α = 10% (0,1)
** signifikan pada level α = 5% (0,05)
*** signifikan pada level α = 1% (0,01)

Tabel 5 merupakan hasil regresi model 2, perusahaan, profitabilitas, leverage, dan profil
yaitu model yang digunakan untuk menguji perusahaan dalam model mampu menjelaskan
hipotesis 3a dan 3b. Nilai R2 pada model kedua variabel dependen (kualitas pengungkapan
adalah 18,39% (0,1839) yang artinya adalah CSR) sebesar 18,39%, sedangkan sisanya,
variabel-variabel independen, yaitu slack yaitu 81,61% dijelaskan oleh variabel lain
resources, feminisme direksi dan dewan yang tidak termasuk dalam model penelitian.
komisaris, serta variabel kontrol, yaitu ukuran
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 110

Tabel 5
Hasil Regresi Model 2
Variabel Dependen: QCSR
Prediksi Model 2
-0,301
C
(0,152)
0,011
SLACK +
(0,051)**
1,516
GD_DIR +
(0,198)
-1,094
GD_KOM +
(0,268)
-0,098
SLACK*GD_DIR +
(0,212)
0,055
SLACK*GD_KOM +
(0,331)
0,025
SIZE +
(0,073)*
0,002
PROFIT +
(0,085)*
0,162
IND +
(0,001)***
-0,019
LEV -
(0,004)***
Prob. F 0,0003
2
R 0,1839
N 114
Keterangan: Tabel ini menyajikan hasil regresi model 2 untuk menguji hipotesis 3 dan 4. QCSR
merupakan variabel dependen, yaitu kualitas pengungkapan CSR yang diukur dengan nilai
skor pengungkapan perusahaan dibandingkan dengan nilai maksimal pengungkapan. SLACK
merupakan variabel independen, yaitu slack resources yang diukur dengan nilai Ln kas dan
setara kas. GD_DIR merupakan variabel independen, yaitu feminisme direksi yang diukur
dengan nilai proporsi jumlah wanita dalam direksi terhadap total anggota direksi. GD_KOM
merupakan variabel independen, yaitu feminisme komisaris yang diukur dengan nilai proporsi
jumlah wanita dalam dewan komisaris terhadap total anggota dewan komisaris.
SLACK*GD_DIR merupakan variabel moderasi slack resources dan feminisme direksi.
SLACK*GD_KOM merupakan variabel moderasi slack resources dan feminisme komisaris.
Terdapat empat variabel kontrol, SIZE (ukuran perusahaan, diukur dengan nilai Ln total aset),
PROFIT (profitabilitas perusahaan, diukur dengan nilai ROA), IND (profil industri
perusahaan, diukur dengan dummy, 1 jika high profile, 0 lainnya), dan LEV (rasio utang
terhadap ekuitas).
Angka di baris pertama pada setiap kolom Model 2 ialah nilai koefisien variabel, sedangkan
baris kedua merupakan nilai probabilitasnya (one-tailed).
* signifikan pada level α = 10% (0,1)
** signifikan pada level α = 5% (0,05)
*** signifikan pada level α = 1% (0,01)
111 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

Slack Resources dan Kualitas Pengungkapan keberagaman direksi sebagai fungsi pelaksana
CSR (H1) kebijakan tidak dapat menjadi determinan
Berdasarkan uji t dalam model 1, kualitas pengungkapan CSR. Hasil ini sejalan
variabel SLACK terbukti berpengaruh positif dengan penelitian Khan (2010) dan
terhadap QCSR dengan tingkat signifikansi Giannarakis (2014) yang mengatakan bahwa
sebesar 10% (0,062 < 10%), artinya kenaikan representasi wanita dalam dewan tidak
1% slack resources atau nilai kas dan setara berpengaruh terhadap pelaporan CSR rendah-
kas perusahaan akan meningkatkan kualitas nya porsi wanita dalam jajaran manajamen
pengungkapan CSR sebesar 0,007. Hasil level atas sehingga peran mereka masih
tersebut menunjukkan dukungan terhadap terbatas atau tidak terlihat sama sekali dalam
hipotesis 1. Berdasarkan hasil tersebut, dapat beberapa kasus, seperti pengungkapan CSR.
dikatakan bahwa kualitas pengungkapan CSR Mengutip dari hasil penelitian Sudana dan
akan semakin tinggi ketika jumlah kas dan Arlindania (2011), alasan tidak berpengaruh-
setara kas yang dimiliki perusahaan juga nya hubungan variabel ini kemungkinan
tinggi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan disebabkan faktor budaya Indonesia, yaitu
slack resources yang bersifat high-discretion persepsi bahwa pengendalian pengambilan
dialokasikan perusahaan untuk menunjang keputusan ditentukan oleh laki-laki sebagai
kebijakan CSR mereka sehingga kualitas kepala keluarga (entitas), sikap mudah
informasi yang diungkapkan perusahaan pun mengalah untuk menghargai laki-laki, serta
menjadi lebih tinggi. Hasil ini sejalan dengan masih rendahnya jumlah wanita dalam jajaran
konsep resource-based yaitu keterlibatan top level management sehingga semakin
institusi pada aktivitas sosial ialah terjadi meminimalisasi peran wanita dalam
karena adanya sumber dana lebih (slack mengaplikasikan suatu kebijakan. Hal ini juga
resources) yang dimiliki (Buchholtz et al. dapat terlihat dalam statistik deskriptif dalam
1999). Hasil tersebut juga mendukung hasil sampel penelitian ini yang menunjukkan
penelitian Arora dan Dharwadkar (2011) serta bahwa rata-rata proporsi wanita dalam jajaran
Russo dan Fouts (1997), yaitu adanya sumber direksi ialah hanya 0,09 (9%) saja serta analisis
daya ekstra akan memberikan keleluasaan korelasi yang menunjukkan tidak adanya
perusahaan untuk menentukan berbagai korelasi antara feminisme direksi dan kualitas
kebijakan yang dipandang mampu pengungkapan CSR. Hasil ini mendukung
memberikan feedback positif bagi perusahaan pernyataan Post et al. (2011) dan Liao et al.
dan stakeholders mereka, yaitu melalui (2015) bahwa perubahan kebijakan akan
pengungkapan informasi CSR yang berkuali- terlihat jika jumlah minimal wanita dalam
tas. Namun demikian, penelitian ini tidak struktur dewan ialah tiga sehingga ketika rata-
memasukkan variabel kontrol jenis industri rata wanita dalam struktur dewan lebih rendah
karena terdapat perbedaan karakteristik kas dari itu, maka peran wanita tidak dapat terlihat
dan setara kas pada setiap jenis industri karena dominasi laki-laki.
perusahaan sehingga disarankan untuk Berdasarkan hasil tersebut, dapat
penelitian selanjutnya agar mempertimbang- dikatakan bahwa terdapat fenomena glass
kan variabel tersebut. ceiling atau hambatan bagi kaum minoritas
(wanita) untuk menduduki posisi top level
Feminisme Dewan dan Kualitas management di Indonesia sehingga penelitian
Pengungkapan CSR (H2a dan H2b) ini menyarankan bagi Indonesia untuk merujuk
Berdasarkan uji t dalam model 1, pada negara lain (seperti Norwegia, Prancis,
Variabel GD_DIR tidak terbukti berpengaruh dan lain-lain), yaitu agar dapat membuat suatu
terhadap QCSR karena nilai probabilitasnya regulasi atas minimum kuota wanita pada
lebih besar dari α (0,187 > α) sehingga dapat anggota dewan perusahaan sehingga isu
dikatakan bahwa tidak ada pengaruh feminis- mengenai gender dapat lebih terdefinisikan
me direksi dengan kualitas pengungkapan dengan lebih jelas (Post et al. 2011; Liao et al.
CSR, artinya hasil tersebut menolak hipotesis 2015).
2a. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 112

Di sisi lain, hasil penelitian menemukan jajaran fungsi eksekutif dan pengawasan tidak
bahwa variabel GD_KOM terbukti berpenga- memiliki pengaruh terhadap hubungan positif
ruh negatif terhadap QCSR dengan tingkat antara slack resources dan kualitas
signifikansi 5% (0,024 < 5%), artinya kenaikan pengungkapan CSR. Selain itu, terdapat
1 poin proporsi wanita dalam dewan komisaris indikasi hasil ini terjadi disebabkan semakin
akan menurunkan kualitas pengungkapan CSR tingginya perhatian entitas pada CSR sehingga
sebesar 0,329. Meskipun hasil ini signifikan, meskipun tidak ada sentuhan feminisme dalam
namun hipotesis 2b ditolak karena arah fungsi tersebut, entitas memandang bahwa
pengaruhnya tidak sesuai prediksi. Hasil ini adanya slack resources yang dimiliki dapat
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dimanfaatkan untuk memberikan informasi
Fernandez et al. (2012), Margaretha dan CSR berkualitas tinggi agar kepuasan
Isnaini (2014), Handajani et al. (2014), serta stakeholders dapat terpenuhi dan entitas
Muttakin et al. (2015) yang mengatakan bahwa mendapatkan status legal untuk beradaptasi
terjadinya pengaruh negatif tersebut dalam dunia bisnis mereka.
kemungkinan karena para komisaris wanita
belum memiliki pemahaman dan keahlian Analisis Variabel Kontrol dan Kualitas
yang cukup mengenai pentingnya CSR. Dalam Pengungkapan CSR
kasusnya di Indonesia, Margaretha dan Isnaini Pada kedua model dalam penelitian,
(2014) serta Handajani et al. (2014) keempat variabel kontrol memiliki nilai
mengatakan bahwa Indonesia memiliki probabilitas yang lebih rendah dari α sehingga
demografi kepemilikan entitas yang unik, yaitu dapat disimpulkan bahwa determinan
lebih banyak perusahaan keluarga sehingga peningkatan kualitas CSR ialah ukuran,
alasan lain dari pengaruh negatif tersebut profitabilitas, profil industri, dan leverage
kemungkinan disebabkan wanita yang perusahaan. Hasil ini konsisten dengan
ditunjuk sebagai anggota dewan memiliki penelitian sebelumnya bahwa semakin tinggi
hubungan kekerabatan dengan perusahaan aset dan profitabilitas yang dimiliki
sehingga pemilihan wanita dalam jajaran perusahaan, maka kualitas pengungkapan CSR
komisaris tersebut dimaksudkan untuk akan semakin tinggi karena mereka memiliki
melindungi kepentingan perusahaan dan tidak sumber daya yang memadai untuk melakukan
terlalu peduli dengan CSR. Berdasarkan hasil aktivitas CSR (sehingga informasi yang
tersebut, maka penelitian ini menyarankan diungkapkan akan lebih berkualitas) dan
pada penelitian selanjutnya untuk mempertim- sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
bangkan variabel kemampuan dan keahlian perusahaan terhadap lingkungan lokasi mereka
mengenai CSR pada identitas dewan wanita beroperasi sehingga mereka mendapatkan
tersebut seperti pada penelitian Velte (2016). legitimasi oleh masyarakat dan negara.
Kemudian, perusahaan yang termasuk pada
Moderasi Feminisme Dewan terhadap Slack industri high profile juga akan berusaha untuk
Resources dan Kualitas Pengungkapan CSR meningkatkan kualitas pengungkapan CSR
(H3a dan H3b) mereka sebagai bentuk tanggung jawab
Berdasarkan uji t dalam model 2, perusahaan terhadap kondisi lingkungan dan
variabel SLACK*GD_DIR dan sosial dan untuk mendapatkan legitimasi para
SLACK*GD_KOM tidak terbukti memenga- pihak yang berkepentingan. Perusahaan yang
ruhi QCSR karena nilai probabilitasnya lebih memiliki tingkat utang (leverage) yang tinggi
besar dari α (0,212 > α dan 0,331 > α), artinya akan semakin menurunkan kualitas pengung-
feminisme direksi dan dewan komisaris tidak kapan CSR mereka agar tidak menjadi
dapat memoderasi pengaruh antara slack perhatian kreditur (Sembiring 2005; Yuliana et
resources dan kualitas pengungkapan CSR. al. 2008; Brammer dan Pavelin 2008; Arora
Diduga hasil ini juga terjadi karena masih dan Dharwadkar 2011; Kuo dan Chen 2013;
rendahnya proporsi wanita yang berada pada Giannarakis 2014; Xu et al. 2015).
struktur direksi dan dewan komisaris
perusahaan sehingga adanya wanita dalam
113 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

Uji Sensitivitas Penelitian ini menemukan bahwa terda-


Pengujian ini dilakukan untuk melihat pat pengaruh positif antara slack resources dan
konsistensi hasil pengujian utama. Penelitian kualitas pengungkapan CSR. Hal tersebut
ini menggunakan sampel seluruh jenis industri mengindikasikan bahwa perusahaan dengan
yang ada di BEI selama periode 2012-2014. slack resources yang tinggi akan semakin
Beberapa penelitian (Khan 2010; Jizi et al. memperbaiki kualitas pengungkapan CSR
2014; Muttakin et al. 2015; Velte 2016) mereka karena mereka meyakini bahwa
mengungkapkan bahwa industri keuangan informasi CSR dapat menjadi salah satu wadah
memiliki karakteristik unik yang berbeda untuk membangun hubungan yang baik
dengan industri lainnya (misalnya nilai dengan para stakeholders sebagai jaminan
leverage yang cukup besar karena aktivitas bahwa seluruh sumber daya yang dimiliki
utama industri ini ialah pendanaan) sehingga perusahaan telah dipergunakan dengan baik
industri keuangan tidak jarang diisolasi atau dan sesuai dengan norma yang ada sehingga
diuji secara terpisah dengan industri lainnya. para stakeholders tidak lagi mengkhawatirkan
Oleh karena itu, penelitian ini menguji lebih isu keberlanjutan perusahaan di masa yang
lanjut dengan mengeluarkan sampel yang akan datang. Penelitian ini juga menemukan
termasuk dalam jenis industri keuangan. bahwa tidak ada pengaruh antara feminisme
Terdapat 84 observasi yang diamati karena 30 direksi dan kualitas pengungkapan CSR, tetapi
observasi lainnya merupakan perusahaan feminisme dewan komisaris berpengaruh
keuangan. Hasil uji sensitivitas konsisten negatif terhadap kualitas pengungkapan CSR.
dengan hasil pengujian utama. Slack resources Hal tersebut mengindikasikan bahwa peran
memengaruhi kualitas pengungkapan CSR, feminisme fungsi pengawasan menjadi salah
sedangkan feminisme direksi dan dewan satu faktor besarnya kualitas pengungkapan
komisaris tidak terbukti dan tidak dapat CSR sehingga pengetahuan dan keahlian yang
memoderasi pengaruh antara slack resources cukup mengenai pengawasan CSR perlu
dan kualitas CSR. dipertimbangkan. Peran moderasi feminisme
dewan ditemukan tidak dapat memperkuat
pengaruh slack resources dan kualitas peng-
SIMPULAN ungkapan CSR yang diasumsikan disebabkan
karena masih rendahnya proporsi wanita dalam
Penelitian ini dilakukan untuk menguji anggota dewan serta masih terbatasnya
apakah slack resources dan feminisme dewan pengetahuan anggota dewan wanita mengenai
(direksi dan komisaris) berpengaruh terhadap CSR.
kualitas pengungkapan CSR. Kemudian, Penelitian ini mengimplikasikan bahwa
penelitian ini juga bertujuan untuk menguji adanya slack resources akan meningkatkan
apakah feminisme dewan direksi dan kualitas pengungkapan CSR dan karena masih
komisaris akan memoderasi pengaruh positif rendahnya jumlah wanita dalam jajaran direksi
antara slack resources terhadap kualitas dan dewan komisaris, maka penelitian ini tidak
pengungkapan CSR. Untuk mencapai tujuan menemukan adanya pengaruh feminisme
tersebut, maka dilakukan pengujian terhadap terhadap kualitas pengungkapan CSR.
114 observasi yang terdaftar dalam BEI dan Penelitian ini memiliki beberapa
menerbitkan laporan keberlanjutan selama keterbatasan, yaitu: (1) masih rendahnya
rentang waktu 3 tahun, yaitu 2012-2014. sampel yang digunakan karena hanya
Berdasarkan analisis sampel, perusahaan yang menggunakan perusahaan yang menerbitkan
menerbitkan laporan keberlanjutan meningkat laporan keberlanjutan pada periode 2012-2014
dari tahun 2012-2014. Namun demikian, (yang juga mengindikasikan masih rendahnya
peningkatan tersebut tidak diiringi dengan perhatian para pelaku bisnis untuk memberi-
peningkatan kualitas pengungkapan CSR. kan informasi keberlanjutan kepada para
Sampel penelitian didominasi oleh sektor stakeholder mereka) sehingga membatasi
industri keuangan. generalisasi hasil penelitian; (2) proksi slack
resources tidak mempertimbangkan jenis
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 114

industri pada setiap perusahaan; (3) analisis Governance and Performance. Journal
kualitas pengungkapan CSR tidak memisah- of Financial Economics, 94 (2), 291-309.
kan antara informasi kuantitatif fisik dan Arora, P. and R. Dharwadkar. 2011. Corporate
finansial; serta (4) belum dapat memasukkan Governance and Corporate Social
variable mekanisme tata kelola lainnya yang Responsibility CSR: The Moderating
terindikasi dapat memoderasi pengaruh antara Roles of Attainment Discrepancy and
slack resources dan kualitas pengungkapan Organization Slack. Corporate
CSR. Berdasarkan keterbatasan tersebut, Governance: An International Review,
peneliti menyarankan untuk penelitian selan- 19 (2), 136-152.
jutnya agar memperpanjang dan memperluas Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
cakupan sampel penelitian, menggunakan Keuangan. 2012. Peraturan Badan
proksi lain untuk mengukur slack resources Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
seperti potential slack yang ada dalam Keuangan (Bapepam-LK) Nomor X.K.6
penelitian Arora dan Dharwadkar (2011) serta tentang Penyampaian Laporan Tahunan
Harrison dan Coombs (2012), mempertim- Emiten atau Perusahaan Publik melalui
bangkan variabel jenis industri untuk Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-
mengontrol besarnya jumlah slack resources LK Nomor: Kep-431/BL/2012. Jakarta:
yang dimiliki perusahaan, menambahkan Badan Pengawas Pasar Modal dan
rentang skor kualitas pengungkapan dengan Lembaga Keuangan.
memisahkan antara kuantitatif secara fisik dan Baron, D. P. 2001. Private Politics, Corporate
finansial seperti penelitian Fatima et al. (2015), Social Responsibility, and Integrated
dan mempertimbangkan variabel dan Strategy. Journal of Economics and
pengukuran mekanisme tata kelola perusahaan Management Strategy, 10 (1), 7-45.
lainnya seperti struktur kepemilikan, indepen- Beattie, V., B. McInnes, and S. Fearnley. 2004.
densi dewan, ukuran dewan, komitmen dewan A Methodology for Analysing and
pada CSR, serta keahlian dewan pada bidang Evaluating Narratives in Annual
CSR (Harrison dan Coombs 2012; Rao et al. Reports: A Comprehensive Descriptive
2012; Arora dan Dharwadkar 2011; Liao et al. Profile and Metrics for Disclosure
2015; Velte 2016) atau menambah tingkat Quality Attributes. Accounting Forum,
feminisme pada level top management lainnya, 28 (3), 205-236.
seperti komite-komite yang ada pada Bear, S., N. Rahman, and C. Post. 2010. The
perusahaan (komite audit, nominasi dan Impact of Board Diversity and Gender
remunerasi, serta lain sebagainya). Composition on Corporate Social
Responsibility and Firm Reputation.
Journal of Business Ethics, 97 (2), 207-
DAFTAR PUSTAKA 221.
Brammer, S. and S. Pavelin. 2008. Factors
Abbot, W. F. and R. J. Monsen. 1979. On the Influencing the Quality of Corporate
Measurement of Corporate Social Environmental Disclosure. Business
Responsibility: Self-Reported Strategy and the Environment, 17 (2),
Disclosures as a Method of Measuring 120-136.
Corporate Social Involvement. The Branco, M. C. and L. L. Rodrigues. 2006.
Academy of Management Journal, 22 Corporate Social Responsibility and
(3), 501-515. Resource-Based Perspective. Journal of
Adams, R. B. and D. Ferreira. 2004. Gender Business Ethics, 69 (2), 111-132.
Diversity in the Boardroom. Working Bourgeois, L. J., III. 1981. On the
Paper, European Corporate Governance Measurement of Organizational Slack.
Institute ECGI, Brussels. The Academy of Management Review, 6
Adams, R. B. and D. Ferreira. 2009. Women in (1), 29-39.
the Boardroom and Their Impact on Buchholtz, A. K., A. C. Amason, and M. A.
Rutherford. 1999. Beyond Resources:
115 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

The Mediating Effect of Top International Business and Finance, 34,


Management Discretion and Values on 383-396.
Corporate Philanthropy. Business and Fatima, A. H., N. Abdullah, and M. Sulaiman.
Society, 38 (2), 167-187. 2015. Environmental Disclosure
Campbell, J. L. 2007. Why Would Quality: Examining the Impact of the
Corporations Behave in Socially Stock Exchange of Malaysia’s Listing
Responsible Ways? An Institutional Requirements. Social Responsibility
Theory of Corporate Social Journal, 11 (4), 904-922.
Responsibility. The Academy of Fernandez, F. B., S. Romero, and S. Ruiz.
Management Review, 32 (3), 946-967. 2012. Does Board Gender Composition
Carter, D. A., B. J. Simkins, and W. G. Affect Corporate Social Responsibility
Simpson. 2003. Corporate Governance, Reporting? International Journal of
Board Diversity and Firm Value. The Business and Social Science, 3 (1), 31-
Financial Review, 38 (1), 44-53. 38.
Centre for Governance, Institutions and Galbreath, J. 2011. Are There Gender-Related
Organisations (CGIO). 2012. Indonesia Influences on Corporate Sustainability?
Boardroom: Diversity Report 2012, A Study of Women on Boards of
Female Footprints in IDX-Listed Directors. Journal of Management and
Companies. Singapore: National Organization, 17 (1), 17-38.
University of Singapore NUS Business George, G. 2005. Slack Resources and the
School. Performance of Privately Held Firms.
Clarkson, M. B. E. 1995. A Stakeholder The Academy of Management Journal,
Framework for Analyzing and 48 (4), 661-676.
Evaluating Corporate Social Giannarakis, G. 2014. Corporate Governance
Performance. The Academy of and Financial Characteristic Effects on
Management Review, 20 (1), 92-117. the Extent of Corporate Social
Cormier, D., M. Ledoux, and M. Magnan. Responsibility Disclosure. Social
2011. The Informational Contribution of Responsibility Journal, 10 (4), 569-590.
Social and Environmental Disclosures Global Reporting Initiative. 2013. Pedoman
for Investors. Management Decision, 49 Pelaporan Keberlanjutan G4. Diunduh
(8), 1276-1304. tanggal 26 Agustus 2015,
Credit Suisse Research Institute. 2012. Gender https://www.globalreporting.org/resourc
Diversity and Corporate Performance. elibrary/Bahasa-Indonesian-G4-Part-
Zurich, Switzerland: Credit Suisse Two.pdf.
Research Institute. Gunawan, J. 2010. Perception of Important
Darmadi, S. 2013. Do Women in Top Information in Corporate Social
Management Affect Firm Performance? Disclosures: Evidence from Indonesia.
Evidence from Indonesia. Corporate Social Responsibility Journal, 6 (1), 62-
Governance: The International Journal 71.
of Business in Society, 13 (3), 288-304. Gray, R., M. Javad, D. M. Power, C. D.
Darus, F., S. Mad, and H. Yusof. 2014. The Sinclair. 2001. Social and
Importance of Ownership Monitoring Environmental Disclosure and Corporate
and Firm Resources on Corporate Social Characteristics: A Research Note and
Responsibility CSR of Financial Extension. Journal of Business and
Institutions. Procedia – Social and Accounting, 28 (3-4), 327-356.
Behavioral Sciences, 145, 173-180. Hackston, D. and M. J. Milne. 1996. Some
Ducassy, I. and S. Montandrau. 2015. Determinants of Social and
Corpoarate Social Performance, Environmental Disclosures in New
Ownership Structure, and Corporate Zealand Companies. Accounting,
Governance in France. Research in Auditing and Accountability Journal, 9
(1), 77-108.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 116

Handajani, L., B. Subroto, T. Sutrisno, and E. Boards. Women in Management Review,


Saraswati. 2014. Does Board Diversity 21 (2), 113-30.
Matter on Corporate Social Disclosure? Jain, A. M. K. and D. Thomson. 2015.
An Indonesian Evidence. Journal of Voluntary CSR Disclosure Works!
Economics and Sustainable Evidence from Asia-Pacific Banks.
Development, 5 (9), 8-16. Social Responsibility Journal, 11 (1), 2-
Haniffa, R. M. and T. E. Cooke. 2002. Culture, 18.
Corporate Governance and Disclosure in Jizi, M. I., A. Salama, R. Dixon, and R.
Malaysian Corporations. Abacus, 38 (3), Stratling. 2014. Corporate Governance
317-349. and Corporate Social Responsibility
Haniffa, R. M. and T. E. Cooke. 2005. The Disclosure: Evidence from US Banking
Impact of Culture and Governance on Sector. Journal of Business Ethics, 125
Corporate Social Reporting. Journal of (4), 601-615.
Accounting Public and Policy, 24 (5), Ju, M. and H. Zhao. 2009. Behind
391-430. Organizational Slack and Firm
Harrison, J. S. and J. E. Coombs. 2012. The Performance in China: The Moderating
Moderating Effects from Corporate Roles of Ownership and Competitive
Governance Characteristics on the Intensity. Asia Pacific Journal of
Relationship Between Available Slack Management, 26 (4), 701-717.
and Community-Based Firm Kakabadse, N. K., C. Rozuel, L. Lee-Davis.
Performance. Journal of Business 2005. Corporate Social Responsibility
Ethics, 107 (4), 409-422. and Stakeholder Approach: A
Hedberg, C. J. and F. V. Malmborg. 2003. The Conceptual Review. International
Global Reporting Initiative and Journal of Business Governance and
Corporate Sustainability Reporting in Ethics, 1 (4), 277-302.
Swedish Companies. Corporate Social Khan, M. H. 2010. The Effect of Corporate
Responsibility and Environmental Governance Elements on Corporate
Management, 10 (3), 153-164. Social Responsibility CSR Reporting
Henriques, I. and P. Sadorsky. 1996. The Empirical Evidence from Private
Determinants of an Environmentally Commercial Banks of Bangladesh.
Responsive Firms: An Empirical International Journal of Law and
Approach. Journal of Environmental Management, 52 (2), 82-109.
Economics and Management, 30 (3), KPMG. 2015. The KPMG Survey of Corporate
381-395. Responsibility Reporting 2015.
Ho, P. L. and G. Taylor. 2013. Corporate Netherlands: KPMG.
Governance and Different Types of Kuo, L. and V. Y. J. Chen. 2013. Is
Voluntary Disclosure. Pacific Environmental Disclosure an Effective
Accounting Review, 25 (1), 4-29. Strategy on Establishment of
Hodgson, G. M. 1998. The Approach of Environmental Legitimacy for
Institutional Economics. Journal of Organization? Management Decision,
Economic Literature, 36 (1), 166-192. 51 (7), 1462-1487.
Holland, L. and Y. B. Foo. 2003. Differences Kuswanto, C., Y. Tan, dan R. Eriandani. 2015.
in Environmental Reporting Practices in Pengaruh Komposisi Dewan Direksi dan
the UK and the US: The Legal and Dewan Komisaris terhadap
Regulatory Context. The British Pengungkapan Corporate Social
Accounting Review, 35 (1), 1-18. Responsibility CSR pada Perusahaan
Huse, M. and A. G. Solberg. 2006. Gender yang Terdaftar di BEI tahun 2010-2012.
Related Boardroom Dynamics: How Paper dipresentasikan pada Konferensi
Scandinavian Women Make and can Regional Akuntansi II, Universitas
Make Contributions on Corporate Kanjuruhan Malang.
117 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118

Liao, L., L. Luo, and Q. Tang. 2015. Gender Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang
Diversity, Board Independence, Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
Environmental Committee, and 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Greenhouse Gas Disclosure. The British Hidup. Jakarta: Republik Indonesia.
Accounting Review, 47 (4), 409-424. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang
Luo, L., Q. Tang, and Y. C. Lan. 2013. Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
Comparison of Propensity for Carbon 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Disclosure between Developing and Jakarta: Republik Indonesia.
Developed Countries: A Resource Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
Constraint Perspective. Accounting Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
Research Journal, 26 (1), 6-34. 2009 tentang Perlindungan dan
Machold, S., P. K. Ahmed, and S. S. Farquhar. Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2008. Corporate Governance and Ethics: Jakarta: Republik Indonesia.
A Feminist Perspective. Journal of Republik Indonesia. 2012. Peraturan
Business and Ethics, 81 (3), 665-678. Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012
Margaretha, F. dan R. Isnaini. 2014. Board tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Diversity and Gender Composition on Lingkungan Perseroan Terbatas. Jakarta:
Corporate Social Responsibility and Republik Indonesia.
Firm Reputation in Indonesia. Jurnal Roberts, R. W. 1992. Determinants of
Manajemen dan Kewirausahaan, 16 (1), Corporate Social Responsibility
1-8. Disclosure: An Application of
McKinsey and Company. 2010. McKinsey Stakeholder Theory. Accounting,
Global Survey Results: Moving Women Organizations and Society, 17 (6), 595-
to the Top Survey. New York: McKinsey 612.
and Company Russo, M. V. and P. A. Fouts. 1997. A
Monks, R. A. G. and N. Minow. 2011. Resource-Based Perspective on
Corporate Governance, 5th Edition. New Corporate Environmental Performance
Jersey, US: John Wiley and Sons. and Profitability. The Academy of
Muttakin, M. B., A. Khan, and N. Management Journal, 40 (3), 534-559.
Subramaniam. 2015. Firm Said, R., Y. H. Zainuddin, and H. Haron. 2009.
Characteristics, Board Diversity and The Relationship between Corporate
Corporate Social Responsibility. Pacific Social Responsibility Disclosure and
Accounting Review, 27 (3), 353-372. Corporate Governance Characteristics in
Nielsen. 2014. Doing Well by Doing Good. Malaysian Public Listed Companies.
New York: Nielsen. Social Responsibility Journal, 5 (2), 212-
Post, C., N. Rahman, and E. Rubow. 2011. 226.
Green Governance: Boards of Directors’ Sayekti, Y. 2011. Strategic Corporate Social
Composition and Environmental Responsibility CSR: Slack Resources,
Corporate Social Responsibility. Kinerja Keuangan, dan Earnings
Business and Society, 50 (1), 189-223. Response Coefficient. Disertasi,
Raar, J. 2007. Reported Social and Universitas Indonesia.
Environmental Taxonomies: A Longer- Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik
Term Glimpse. Managerial Auditing Perusahaan dan Pengungkapan
Journal, 22 (8), 840-860. Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris
Rao, K. K., C. A. Tilt, and L. H. Lester. 2012. pada Perusahaan yang Tercatat di
Corporate Governance and Bursa Efek Jakarta. Paper
Environmental Reporting: An Australian dipresentasikan pada acara Simposium
Study. Corporate Governance: The Nasional Akuntansi VIII, Solo.
International Journal of Business in Sen, M., K. Mukherjee, and J. K. Pattanayak.
Society, 12 (2), 143-163. 2011. Corporate Environmental
Disclosure Practices in India. Journal of
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 94 - 118 118

Applied Accounting Research, 12 (2), pada Sektor Finansial. Jurnal Akuntansi


139-156. dan Auditing, 7 (2), 182-202.
Shaukat, A., Y. Qiu, and G. Trojanowski. Wicks, A. C., D. R. Gilbert Jr., and R. E.
2015. Board Attributes, Corporate Social Freeman. 1994. A Feminist
Responsibility Strategy, and Corporate Reinterpretation of the Stakeholder
Environmental and Social Performance. Concept. Business Ethics Quarterly, 4
Journal of Business Ethics, 135 (3), 569- (4), 475-497.
585. Xu, E., H. Yang, J. Quan, and Y. Lu. 2015.
Siregar, S. V. and Y. Bachtiar. 2010. Corporate Organizational Slack and Corporate
Social Reporting: Empirical Evidence Social Performance: Empirical Evidence
from Indonesia Stock Exchange. from China’s Public Firms. Asia Pacific
International Journal of Islamic and Journal of Management, 32 (1), 181-
Middle Eastern Finance and 198.
Management, 3 (3), 241-252. Yi, A. 2010. Mind the Gap: Half of Asia’s
Suchman, M. C. 1995. Managing Legitimacy: Boards Have No Women. A Risky
Strategic and Institutional Approaches. Position for Governance and Growth.
Academy of Management Review, 20 (3), Los Angeles: Korn/Ferry Institute.
571-610. Yuliana, R., B. Purnomosodhi, dan E. G.
Sudana, I M. and P. A. Arlindania. 2011. Sukoharsono. 2008. Pengaruh
Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengungkapan Corporate Social Pengungkapan CSR dan Dampaknya
Responsibility pada Perusahaan Go terhadap Reaksi Investor. Jurnal
Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 5
Manajemen Teori dan Terapan, 4 (1), (2), 245-276.
37-49. Zhang, Lu. 2012. Board Demographic
Toms, J. S. 2002. Firm Resources, Quality Diversity, Independence, and Corporate
Signals and the Determinants of Social Performance. Corporate
Corporate Environmental Reputation: Governance: The International Journal
Some UK Evidence. British Accounting of Business in Society, 12 (5), 686-700.
Review, 34 (3), 257-282. Zuhroh, D. and I. P. P. H. Sukmawati 2003.
Velte, P. 2016. Women on Management Board Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan
and ESG Performance. Journal of Sosial dalam Laporan Tahunan
Global Responsibility, 7 (1), 98-109. Perusahaan terhadap Reaksi Investor.
Wardhani, S. R. dan N. Cahyonowati. 2011. Paper dipresentasikan pada acara
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Simposium Nasional Akuntansi VI,
dan Karakteristik Corporate Governance Surabaya.

You might also like