You are on page 1of 7

DEGRADASI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN

KATALIS MANGAN OKSIDA MELALUI TAHAP ADSORPSI


MENGGUNAKAN FLY ASH TERAKTIVASI MICROWAVE

Indri Nopriyani, Amir Awaluddin, Emrizal Mahidin Tamboesai

Mahasiswa Program Studi S1 Kimia


Bidang Kimia Anorganik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
*
indri.nopriyani0651@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Palm oil mill effluent (POME) was considered to be harmful as it contains high COD. It
requires immediate treatments before it discharges into the environment. The existing
treatment systems are time-consuming (100-120 days), obsolete and needs large pond
areas. In this study, a Fenton-based advanced oxidation process was introduced and
studied, along with the pre-treatment process via adsorption using activated fly ash. The
ash was prepared from fly ash produced from the burning process of oil palm shells and
was activated using a home-made microwave. The Fenton process was realized using a
Birnessite-type manganese oxide heterogeneous catalyst. The composition ash was
determined by XRF. The results of XRF showed that fly ash contained SiO2 compounds
of 40.78% and increased after activation to 62.85%. .The POME quality following the
treatment process was monitored with the measurement of COD. The result showed that
the maximum reduction in COD concentration in this tandem process was 68.89%
obtained at 25 mg of the adsorbent, diluted waste POME concentration (10:90, v/v), and
H2O2 concentration of 17,000 mg/L in 60 minutes.

Keywords: catalyst, fly ash, POME

ABSTRAK

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) dianggap berbahaya karena mengandung
COD yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan perlakuan sebelum dibuang ke sungai.
Sistem pengolahan yang ada memakan waktu (100-120 hari) dan membutuhkan area
lahan yang luas sekitar 7 ha. Pada penelitian ini, proses oksidasi lanjutan berbasis
Fenton digunakan dan dipelajari, serta proses perlakuan awal melalui adsorpsi
menggunakan abu layang yang diaktivasi. Abu tersebut berasal dari abu layang yang
dihasilkan dari proses pembakaran cangkang kelapa sawit dan diaktivasi menggunakan
microwave. Proses Fenton dilakukan menggunakan katalis heterogen oksida mangan
tipe birnessite. Komposisi abu layang ditentukan dengan XRF. Hasil dari XRF

1
menunjukkan bahwa abu layang mengandung senyawa SiO2 sebesar 40,78% dan
meningkat setelah diaktivasi menjadi 62,85%. Kualitas LCPKS setelah proses
pengolahan ditunjukkan dengan penurunan konsentrasi COD. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan konsentrasi COD maksimum pada proses ini sebesar 68,89%
yang diperoleh dengan dosis adsorben 25 mg, konsentrasi LPCKS (10:90, v/v), dan
konsentrasi H2O2 sebesar 17.000 mg/L dalam 60 menit.

Kata Kunci: katalis, abu layang, limbah cair pabrik kelapa sawit

PENDAHULUAN kelapa sawit sebesar 73,28%


Perkebunan kelapa sawit menggunakan arang aktif biji kapuk.
merupakan sektor industri terbesar di Sedangkan Chaerani (2018) melaporkan
Indonesia dengan produk utamanya bahwa degradasi LCPKS menggunakan
Crude Palm Oil (CPO). Pabrik kelapa katalis mangan oksida tipe birnessite
sawit ini menghasilkan limbah padat dan dengan metode Fenton dapat
limbah cair. Limbah cair pabrik kelapa menurunkan COD sebesar 60,92%.
sawit (LPCKS) memiliki kandungan zat Namun, penurunan konsentrasi COD
organik yang tinggi sehingga yang dihasilkan belum memenuhi baku
menyebabkan nilai Chemical Oxygen mutu yang ditetapkan oleh PerMenLH
Demand (COD) yang masih tinggi yaitu No 5 Tahun 2014. Oleh karena itu perlu
± 68.000 mg/L (Nursanti, 2013). Hal ini dilakukan kajian perlakuan awal
akan menganggu ekosistem lingkungan sebelum degradasi.
jika langsung dibuang tanpa pengolahan Tujuan penelitian ini adalah
Proses pengolahan limbah cair mengolah LCPKS dengan dua tahap.
kelapa sawit umumnya dilakukan Tahap pertama adalah adsorpsi dengan
dengan sistem kolam terbuka dengan fly ash kelapa sawit yang diaktivasi
proses anaerob. Cara ini akan microwave dan dilanjutkan dengan tahap
mendegradasikan bahan organik untuk kedua yaitu degradasi dengan
menghasilkan biogas (Bantacut dkk, menggunakan katalis mangan oksida.
2019). Namun, pengolahan ini memiliki Hasil dari kedua proses ini ditentukan
waktu yang cukup lama dan lahan yang dengan mengukur perubahan nilai COD.
luas (Pulungan, 2017). Oleh karena itu
perlu dikembangkan metode lain untuk METODE PENELITIAN
pengolahan LCPKS. Metode adsorpsi
dan Fenton merupakan alternatif yang a. Alat dan Bahan
dapat digunakan. Adsorpsi merupakan
proses penyerapan molekul pada Peralatan yang digunakan dalam
permukaan oleh suatu adsorben. Fenton penelitian ini adalah timbangan analitik
merupakan spesies yang menghasilkan (KERN ABJ-NM/ABS-N),pengaduk
agen pengoksidasi yang dapat magnet (Spinbar), hotplate ( Arec, VELP
menyerang dan mendegradasi senyawa Scientifice), oven (Memmert), X-ray
organik pada medium cair. Fluorescence Spectroscopy (XRF),
Adsorpsi banyak digunakan microwave (P70H50P) dan seperangkat
untuk menghilangkan polutan pada alat-alat gelas yang biasa digunakan
limbah. Siregar, dkk (2015) dapat dalam penelitian kimia.
menurunkan COD limbah cair pabrik

2
Bahan-bahan yang digunakan larutan dan diaduk selama 30 menit.
dalam penelitian ini adalah abu layang Hidrogen peroksida ditambahkan dan
kelapa sawit dari PT X, Limbah PKS diaduk selama 60 menit pada kecepatan
dari IPAL PT. X, katalis mangan oksida 360 rpm. Larutan diambil dan
tipe birnessite reduktor asam sitrat, diencerkan pada interval waktu 15, 30,
bahan-bahan kimia label Merck yaitu 45 dan 60 menit. Larutan pada setiap
Hidrogen Peroksida 30% (H2O2), Asam waktu pengambilan dianalisis untuk
Sulfat (H2SO4), Merkuri (II) Sulfat menentukan nilai COD.
(HgSO4), Indikator Ferroin, Ferro
Amonium Sulfat 0,05 N HASIL DAN PEMBAHASAN
((NH4)2Fe(SO4)2), Kalium Dikromat
(K2Cr2O7), Perak sulfat (Ag2SO4), kertas a. Aktivasi Abu Layang
saring Whatman No. 42, kertas saring
Whatman 934 AH dan akua DM. Abu layang yang digunakan pada
penelitian ini berasal dari PT. X di Taluk
b. Prosedur Kerja Kuantan. Abu layang terlebih dahulu
dikeringanginkan untuk menghilangkan
1. Aktivasi Abu Layang Kelapa Sawit kelembapan yang tedapat pada abu
layang. Hasil dari pengeringan adalah
Abu layang yang telah diayak dengan warna berubah dari hitam pekat menjadi
ayakan ukuran 200 mesh ditimbang sedikit pudar. Abu layang diayak
sebanyak 100 gram. Sampel dicuci menggunakan ayakan ukuran 200 mesh
dengan akua DM untuk menetralkan pH. untuk menyeragamkan ukuran partikel.
Sampel di keringkan dalam oven selama Abu layang yang telah dipreparasi
24 jam pada suhu 105 oC. Sampel yang kemudian diaktivasi menggunakan
sudah bersih dan dikeringkan kemudian gelombang mikro.
diberikan pemanasan dengan gelombang Hasil penelitian Hamzah, dkk (2019)
mikro dengan daya 140 W selama 3 menunjukan abu layang yang diaktivasi
menit. Sampel abu layang yang telah menggunakan gelombang mikro memliki
diaktivasi disimpan didalam plastik kemampuan yang efektif pada waktu 3
kedap udara dan disimpan didalam menit dan daya yang rendah. Pada
desikator. penelitian ini dilakukan aktivasi
berdasarkan kondisi optimum yang
2. Proses Adsorpsi dan Degradasi didapat Hamzah, dkk (2019) yaitu pada
Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit 3 menit dan daya iradiasi 140 W.
Aktivasi dilakukan untuk
Larutan LCPKS sebanyak 100 mL menghilangkan zat pengotor yang
dengan konsentrasi 10:90 ditambahkan terdapat pada adsorben serta dapat
dengan abu layang teraktivasi meningkatkan luas permukaannya.
microwave. Larutan diaduk untuk Gelombang mikro digunakan karena
melakukan proses adsorpsi. Larutan berbeda dengan pemanasan
yang telah diadsorpsi didiamkan hingga konvensional. Gelombang mikro akan
adsorben mengendap, kemudian diambil menimbulkan panas akibat dari rotasi
sebanyak 20 mL dan dimasukkan ke dipol dan konduksi ionik (Basta dkk,
dalam gelas beaker 100 mL. Katalis 2019).
mangan oksida ditambahkan ke dalam

3
b. Karakterisasi Abu Layang ini disebabkan karena adanya perlakuan
aktivasi dengan iradiasi gelombang
Abu layang hasil aktivasi dengan mikro menyebabkan terjadinya
microwave kemudian dikarakterisasi peregangan ikatan pada abu layang
dengan XRF untuk mengetahui sehingga terbentuk rongga. Selain itu
komposisi kimia yang terkandung persentase Al2O3 juga mengalami
didalamnya. Berdasarkan pada Tabel 1 kenaikan dari 0,873% menjadi 1,28%.
oksida yang terdapat dalam abu layang Persentase silika yang besar menyatakan
yang telah diaktivasi maupun yang bertambahnya situs aktif pada abu
belum diaktivasi adalah SiO2, Al2O3, layang sehingga kemampuan
CaO, K2O, P2O5, MgO, dan Fe2O3. Hasil penjerapannya akan meningkat.
tersebut menunjukan bahwa kandungan Kenaikan persentase silika menyebabkan
silika abu layang sebelum dan sesudah beberapa kandungan lainnya mengalami
aktivasi memiliki persentase terbesar. penurunan yaitu CaO dari 23,73%
Kandungan silika tersebut setelah menjadi 12,17%.
diaktivasi mengalami peningkatan yaitu
dari dari 40,78% menjadi 62,85%. Hal

Tabel 1. Karakterisai XRF dari Abu Layang


Senyawa oksida Tanpa aktivasi (%) Aktivasi microwave (%)

SiO2 40,785 62,852


Al2O3 0,873 1,280
CaO 23,743 12,174
K2O 12,938 5,467
P2O5 11,591 9,887
MgO 5,512 5,621
Fe2O3 3,666 2,053

c. Adsorpsi Limbah Cair Pabrik Berdasarkan data pada Gambar 1


Kelapa Sawit dapat diketahui bahwa adsorpsi limbah
cair pabrik kelapa sawit (LCPKS)
Adsorpsi limbah cair pabrik kelapa meningkat dengan penggunaan adsorben
sawit dilakukan pada konsentrasi limbah sebanyak 25 mg. Hal ini terjadi karena
10:90 sebanyak 100 mL dengan waktu semakin banyak massa adsorben yang
kontak 60 menit dan kecepatan putar digunakan maka limbah yang terserap
sebesar 360 rpm. Massa adsorben yang akan semakin banyak.
digunakan adalah 25 mg (0,25 g/L).

4
100

80

Adsorpsi (%)
60

40

20

0
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 1. Efesiensi penurunan kadar COD

Massa adsorben yang digunakan d. Degradasi Limbah Cair Pabrik


pada 25 mg akan meningkatkan jumlah Kelapa sawit
permukaan kontak adsorben sehingga Peranan katalis sangat penting
penyerapan menjadi lebih baik. Waktu dalam proses penurunan konsentrasi
optimum yang didapatkan dari grafik COD pada limbah cair pabrik kelapa
tersebut adalah pada menit ke 45. Hal ini sawit. Hal ini dikarenakan tanpa adanya
dikarenakan penurunan COD sebesar katalis kekuatan oksidasi H2O2 tidak
50%. Berdasarkan waktu optimum cukup untuk mendegradasi senyawa
disimpulkan bahwa COD yang dapat organik (Siregar dan Awaluddin, 2017).
diserap semakin banyak pada waktu 45 Katalis yang digunakan untuk
menit dengan perubahan konsentrasi mendekomposisi H2O2 menjadi OH
COD dari 2.370,37 mg/L menjadi radikal yang memiliki potensial oksidasi
1.111,11 mg/L. yang lebih tinggi. Setiap katalis memiliki
aktivitas katalitik yang berbeda tentunya.

100
Degradasi (%)

80

60

40

20

0
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 2. Efesiensi penurunan kadar COD

5
Tabel 2. Perubahan konsentrasi COD
t COD Awal COD setelah Adsorpsi COD setelah degradasi
(menit) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
15 2.370,37 1.111,11 493,83

30 2.370,37 1.111,11 419,75

45 2.370,37 1.111,11 395,06

60 2.370,37 1.111,11 345,68

Tahap awal sebelum dilakukannya 2014, yang mana untuk COD memiliki
degradasi adalah adsorpsi menggunakan baku mutu 350 mg/L. Pada penelitian
abu layang teraktivasi microwave ini, menunjukkan degradasi LCPKS
sebanyak 25 mg dalam 100 mL limbah. dengan katalis mangan oksida melaui
Adapun konsentrasi limbah yang tahap adsorpsi menggunakan abu layang
digunakan adalah 10:90. Pada penelitian teraktivasi microwave telah mencapai
ini COD awal didapatkan sebesar baku mutu yang ditetapkan PerMen LH
2.370,37 mg/L. Setelah diadsorpsi No. 5 Tahun 2014. Hal ini terjadi pada
berkurang menjadi 1.111,11 mg/L. proses degradasi dibantu dengan proses
Massa katalis dan volume H2O2 yang adsorpsi yang menyebabkan degradasi
digunakan berdasarkan COD dari berjalan lebih cepat. Berdasarkan hasil
adsorpsi dengan perbandingan penelitian, pengolahan LCPKS melalui
menggunakan hasil penelitian Chaerani dua tahap, yaitu tahap adsorpsi dan
(2018). dilanjutkan dengan tahap degradasi telah
Hasil penelitian dapat dilihat pada memenuhi standar baku butu untuk nilai
Gambar 2, katalis mangan oksida tipe COD.
Birnessite ditambahkan pada limbah cair
pabrik kelapa sawit setelah melalui KESIMPULAN
proses adsorpsi, nilai COD mengalami
penurunan sebesar 68,89% setelah 60 Abu layang kelapa sawit diaktivasi
menit reaksi. Hal ini karena pada katalis secara fisika menggunakan iradiasi
mangan oksida tipe birnessite terdapat gelombang mikro. Hasil karakterisasi
ion K+ yang lebih banyak sehingga dapat menunjukan adanya silika oksida yang
dapat menyebabkan deffect pada Mn. meningkat yang memberikan pengaruh
Perubahan COD LCPKS dari waktu ke terhadap proses penyerapan limbah cair
waktu dapat dilihat pada Tabel 2. pabrik kelapa sawit. Selain itu,
Penelitian yang dilakukan oleh membantu proses degradasi menjadi
Chaerani (2018), degradasi LCPKS lebih cepat. Hasil degradasi setelah
dengan metode Fenton dapat melalui tahap adsorpsi menjadi 68,89%.
menurunkan konsentrasi COD sebesar
60,92% atau menurunkan dari 5.1225,07 UCAPAN TERIMA KASIH
mg/L menjadi 2.0018,99 mg/L. Namun,
hasil tersebut belum mencapai baku Penulis mengucapkan terima kasih
mutu yang ditetapkan oleh Peraturan kepada Universitas Riau melalui DRPM
Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun

6
(Direktur Riset dan Pengabdian Nursanti, I. 2013. Karakteristik limbah
Masyarakat) Deputi Bidang Penguatan cair pabrik kelapa sawit
Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan (LCPKS) pada proses
Inovasi Nasional Tahun 2020 yang telah pengolahan anaerob dan aerob.
membiayai penelitian dengan skema Jurnal Ilmiah Universitas
PDUPT (Penelitian Dasar Unggulan Batanghari Jambi. 13(4): 67-73.
Perguruan Tinggi) atas nama Prof.Dr. Pulungan, A.A. 2017. Analisis
Amir Awaluddin, M.Sc. Penulis juga Pengelolaan Limbah Cair Kelapa
mengucapkan terima kasih kepada Sawit di Pabtik PT. X Tahun
Prof.Dr. Amir Awaluddin, M.Sc sebagai 2017. Skripsi. Medan: USU.
dosen pembimbing pertama dan Bapak
Dr. Emrizal M.Tamboesai, M.Si., M.H Siregar, R.D., Zaharah, T.A., Wahyuni,
selaku pembimbing kedua yang telah N. 2015. Penurunan kadar COD
membimbing serta membantu penelitian (Chemical Oxygen Demand)
dan penulisan karya ilmiah ini. limbah cair industri kelapa sawit
menggunakan arang aktif biji
DAFTAR PUSTAKA kapuk (Ceiba Petandra). JKK. 4
(2). 62-66
Bantacut, T. dan Fittriani, A. Y. 2019.
Keseimbangan biomassa dan Siregar, S.S. and Awaluddin, A. 2017.
pemanenan energi pada Synthesis and Catalytic Activity
pengolahan limbah cair kelapa of Birnessite-Type Manganese
sawit. Jurnal Teknologi Oxide Synthesis by Solvent-free
Lingkungan. 20 (1): 83-92. Method. IOP Conference Series:
Materials Science and
Chaerani, W. 2018. Sintesis Katalis Engineering. 345 (012005): 1-9
Birnessite dari Kalium
Permanganat dan Asam Sitrat
Menggunakan Metode Keramik
untuk Penurunan COD, BOD dan
Minyak/Lemak pada Limbah
Cair Pabrik Kelapa Sawit.
Skirpsi. Pekanbaru: Universitas
Riau

Hamzah, M.H., Asri, M.F., Man, H.C.,


Mohammed, A. 2019.
Prospective application of palm
oil mill boiler ash as a
biosorbent: Effect of microwave
irradiation and palm oil mill
effluent decolorization by
adsorption. International Journal
of Environmental Reseaarch and
Public Health. 16 (3453): 1-18.

You might also like