You are on page 1of 15

PENGARUH PERILAKU REMAJA DI MEDIA SOSIAL TIKTOK

TERHADAP AKTUALISASI DIRI


Devi Irna Kusuma Dewiˡ, Natalina Nilamsari², Fizzy Andriani³
ˡ²³Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta, Indonesia

devyirnas@gmail.com

Abstract

This study discusses the influence of adolescent behavior on TikTok social media on self-actualization.
This study aims to look at the behavior of adolescents on TikTok social media, see the adolescent self-
actualization that occurs, and see the influence of adolescent behavior on TikTok social media on self-
actualization. The method used in this research is quantitative. Data collection is done by distributing
questionnaires. The population in this study is TikTokers (TikTok users in Indonesia), for the sample
using the Slovin formula which then obtained as many as 400 respondents. The sampling technique used
in this study is the Snowball Sampling technique. The results showed that the variable X (adolescent
behavior on TikTok social media) t value = 13,560 with a significance level of 0.000, using a significance
limit of 0.05, the significance value is smaller than the 5% level, which means the level of adolescent
behavior on TikTok social media significant effect on self-actualization. The regression coefficient of the
variable level of adolescent behavior on TikTok social media has a positive effect with a value of 0.941, it
can be interpreted that adolescent behavior on TikTok social media will increase if the level of self-
actualization is high. The results of the t-test obtained t count > t table, namely t count 13,560 > 1,660, it
can be concluded that H0 is rejected and Ha is accepted. The conclusion from the research is that there is
a strong influence on the behavior of teenagers on TikTok social media on self-actualization.

Keywords: Teen behavior, TikTok, Self-actualization

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang pengaruh perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap aktualisasi
diri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku remaja di media sosial TikTok, melihat aktualisasi
diri remaja yang terjadi, dan melihat pengaruh perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap
aktualisasi diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adlah kuantitatif. Pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah TikTokers (Pengguna
TikTok di Indonesia), untuk sampel menggunakan rumus Slovin yang kemudian didapatkan sebanyak 400
responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Snowball
Sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel X (Perilaku remaja di media sosial TikTok) nilai t
hitung = 13.560 dengan tingkat signifikansi 0,000 ,dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 ,nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf 5% yang artinya tingkat perilaku remaja di media sosial TikTok
berpengaruh signifikan terhadap aktualisasi diri. Koefisien regresi variabel tingkat perilaku remaja di
media sosial TikTok mempunyai pengaruh yang bertanda positif dengan nilai 0.941, maka dapat diartikan
bahwa perilaku remaja di media sosial TikTok akan semakin meningkat jika tingkat aktualisasi diri yang
dimiliki tinggi. Hasil uji t didapatkan t hitung > t tabel yaitu t hitung 13.560 > 1.660, maka dapat
disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan dari penelitian bahwa terdapat pengaruh yang kuat
pada perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap aktualisasi diri.

Kata kunci: Perilaku remaja, TikTok, Aktualisasi diri


PENDAHULUAN
Dalam perkembangan teknologi sekarang, salah satu aplikasi yang paling menonjol yang
sangat populer di kalangan anak- anak maupun remaja adalah aplikasi Tiktok, sebuah aplikasi
sinkronisasi bibir (lipsynch) itu telah diunduh lebih dari 50 juta pengguna di Google Play (Jawa
Pos, 2018:4). Dengan kepopuleran aplikasi TikTok tentunya ada pengaruh yang timbul dari
perilaku remaja terhadap aktualisasi diri mereka, yang dapat ditarik garis lurus bahwa pengaruh
perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap aktualisasi diri mereka muncul karena adanya
hasrat untuk menunjukkan potensi diri mereka di media sosial. Peneliti mengambil judul
“Pengaruh perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap aktualisasi diri” karena melihat saat
ini teknologi semakin maju salah satunya dengan kehadiran media sosial TikTok, dimana
pengguna nya mayoritas usia remaja yaitu dari umur 14 s/d 24 tahun. Kenapa media sosial
TikTok ini naik daun? Karena disaat pandemi covid-19 semua dibatasi, terutama kegiatan belajar
mengajar sehingga yang biasanya para remaja berinteraksi secara langsung dengan lingkungan
sosial nya menjadi terbatas. Maka dari itu para remaja berinteraksi, mengembangkan potensi
dalam diri, dan menambah pengetahuan melalui media sosial TikTok ini, semua bisa dilakukan
didalam media sosial TikTok. Karena semua bisa dilakukan didalam aplikasi TikTok, maka ada
pengaruhnya dalam aktualisasi diri mereka masing-masing.
Remaja atau adolescence berasal dari kata latin yaitu adolescence yang berarti tumbuh
kearah kematangan fisik, sosial, dan psikologis (Sarwono, 2012). Menurut Sarwono ada tiga
tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa, antara lain: (1)
Remaja Awal (Early Adolescence) Masa remaja awal berada pada rentang usia 10-13 Tahun
ditandai dengan adanya peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik,
sehingga intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini sebagian besar pada penilaian
kembali dan restrukturasi dari jati diri, (2) Remaja Madya (Middle Adolescence) Masa remaja
madya berada pada rentang usia 14-16 Tahun ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan
pubertas, dimana timbulnmya keterampilan berfikir yang baru, adanya peningkatan terhadap
persiapan datangnya masa dewasa serta keinginan untuk memaksimalkan emosional dan
psikologis dengan orang tua, (3) Remaja Akhir (Late Adolescence) Remaja akhir berada pada
rentang usia 16-20 Tahun, masa ini merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu: (1) Minat menunjukan kematangan terhadap fungsi
intelek, (2) Ego lebih mengarah pada mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain
dalam mencari pengalaman baru, (3) Terbentuk identitas seksual yang permanen, (4)
Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain,
dan (5) Tumbuh pembatas yang memisahkan diri pribadinya (Private Self) dengan masyarakat
umum.
Kemampuan berpikir abstrak juga memiliki implikasi emosional. Sebelumnya, seorang
anak dapat mencintai orang tua dan membenci teman sekelas. Sekarang, si remaja “dapat
mencintai kebebasan dan membenci eksploitasi, kemungkinan dan cita-cita yang menarik bagi
pikiran dan perasaan” (H. Ginsburg & Opper, 1979. hlm. 201). Salah satu bagian perkembangan
kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah
kecenderungan cara berpikir egosentrisme. (Elkind dalam BeythMarom et al., 1993; dalam
Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang
dikenal dengan istilah personal fable. Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka
unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Kepercayaan egosentrik ini mendorong perilaku
merusak diri (self-destructive) oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis
terlindung dari bahaya. Menurut Elkind pemikiran yang belum matang pada diri remaja dapat
dimanifestasikan ke dalam 6 karakteristik, yaitu: Idealisme dan Kekritisan, Argumentivitas,
Ragu-ragu, Sikap Hipokritis, Kesadaran diri, Kekhususan dan Ketangguhan.
Pada dasarnya, manusia adalah yang selalu membutuhkan informasi tentang orang
lain yang berada di sekitar dirinya. Menurut Pandangan Kognitif, manusia adalah
makhluk pengolah informasi. Informasi itu dibutuhkan sebagai suatu cara manusia bertahan
hidup sebagai makhluk sosial (Armando, 2016a). Cara untuk mendapatkan informasi yaitu
melalui komunikasi, Komunikasi adalah cara untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada komunikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kehidupan sehari –hari
tidak terlepas dari komunikasi. Bentuk komunikasi terbagi menjadi 2 yaitu komunikasi verbal
dan non verbal. Komunikasi verbal merupakan pesan yang disampaikan secara tertulis maupun
lisan, Sedangkan komunikasi non verbal merupakan cara penyampaian pesan melalui
gesture, cara berpakaian, ekspresi wajah, kontak mata dan media lainnya. Dalam buku
psikologi komunikasi, Dale G. Leathers mengatakan bahwa komunikasi non verbal
lebih efektif dalam menyampaikan perasaan serta emosi dan sebagai sarana sugesti yang
paling tepat dibandingkan dengan komunikasi verbal (Rakhmat, 2001).
Pada saat ini, remaja sering disebut juga generasi milennials. Millennials sendiri
dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi
dalam hal yang berkaitan dengan teknologi (Rumah, 2017). Salah satu teknologi
komunikasi yang berkembang adalah media baru.Media baru atau new media merupakan media
yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel,
interaktif dan dapat berfungsi secara privatemaupun public (Mondry, 2008:13). (Syuderajat
& Puspitasari, 2017) New Media atau media online didefinisikan sebagai produk dari
komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital
(Creeber dan Martin, 2009). Definisi lain media online adalah media yang di dalamnya
terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya,
dimana beberapa media dijadikan satu (Lievrouw, 2011).Media sosial hadir dan merubah
paradigma berkomunikasi di masyarakat saat ini. Karena kemudahan penggunaannya,
hampir bisa dikatakan, siapa saja bisa mengakses dan memanfaatkan media sosial (Watie,
2016).
Media sosial lebih diminati karena kegiatan komunikasinya yang bersifat dua arah.
Pengguna media sosial dapat memperoleh umpan balik atau komentar langsung dari
pengguna lainnya. Banyak sekali jenis dari media sosial yang pada intinya memberi
kemudahan masyarakat menerima informasi dari mana saja. Salah satu media sosial yang
sedang banyak diminati adalah TikTok. TikTok dapat diakses pada smartphone, laptop,
tablet, dan computer yang tersambung pada jaringan internet.
Gambar 1. Sosial media yang paling banyak digunakan per Januari 2021

(Sumber : Hootsuite.com)

Pada gambar 1, menjelaskan bahwa media sosial yang paling banyak digunakan di
Indonesia, dimulai dari yang teratas ada media sosial Youtube dengan persentase sebanyak
93,3%, kemudian dibawahnya media sosial WhatsApp dengan persentase 87,3%, lalu Instagram
dengan persentase 86,4%, Facebook dengan persentase sebesar 85,3%, disusul media sosial
Twitter dengan persentase sebesar 63,4%, sampai dengan media sosial TikTok yang berada di
urutan ke-9 dengan persentase sebesar 38,7% yang telah digunakan di Indonesia.

Gambar 2. Data usia pengguna sosial media per Januari 2021

(Sumber : Hootsuite.com)

Pada gambar 2 , dapat dilihat bahwa usia pengguna media sosial yang paling tinggi ada di
angka 18-24 Tahun dan 25-34 Tahun. Yang dimana usia tersebut adalah usia pertengahan hingga
akhir masa remaja, Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut
Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10
sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009).

Gambar 3. Data usia pengguna Tiktok di Asia Tenggara

(Sumber : tek.id)

Pada gambar diatas, terlihat pengguna sosial media TikTok terbanyak di Indonesia.
Populasi milenial dan generasi Z di Asia Tenggara sendiri memang menjadi lahan segar bagi Tik
Tok. Sekitar 30 persen populasi di kawasan Asia Tenggara berusia antara 18-24 tahun dibanding
China yang hanya 8 persen. Di Indonesia, populasi generasi tersebut mencapai lebih dari 0,25
persen atau lebih banyak ketimbang Malaysia dan Thailand. Usia tersebut merupakan target
sasar yang tepat bagi Tik Tok. kehadiran aplikasi Tiktok tersebut ternyata membawa dampak
perubahan cara berkomunikasi dari konvensional menjadi modern dan serba digital, namun juga
menyebabkan komunikasi yang berlangsung menjadi lebih efektif.
Dengan adanya aplikasi tik tok, komunikasi menjadi lebih mudah dan cepat serta lebih
transparan dalam menyampaikan informasi melalui ekspresi komunikasi (Cahyono, 2016).
Aplikasi Tiktok merupakan aplikasi media sosial yang sekarang sudah banyak menyebar luas di
Indonesia khususnya di kalangan remaja. Susilowati dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
aplikasi Tiktok adalah aplikasi yang memberikan special effects unik dan menarik yang dapat
digunakan oleh pengguna dengan mudah sehingga dapat membuat video pendek dengan hasil
yang keren serta dapat dipamerkan kepada teman-teman atau pengguna lainnya. Banyak cara
yang dilakukan penggunanya dengan menggunakan aplikasi Tiktok ini sehingga berlomba-lomba
untuk menjadi artis yang terkenal demi kepopuleran semata (Aji, 2018). Menurut Mulyana,
dalam penggunaan Tik Tok terdapat dua faktor yakni Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
Faktor Internal seperti perasaan, sikap dan karakteristik individu, prasangka,keinginan atau
harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, nilai dan kebutuhan juga minat, dan
motivasi. Faktor eksternal seperti latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, hal-hal baru dan familiar
atau ketidakasingan suatu objek (Deriyanto & Qorib, 2019).
Dalam penggunaan aplikasi TikTok mempengaruhi perilaku remaja terhadap aktualisasi
diri mereka. Kebutuhan atau hasrat untuk mengembangkan potensi diri ini oleh Maslow (dalam
Arianto, 2009) disebut dengan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri digerakkan
oleh nilai-nilai being (b-values) yang pada dasarnya merupakan nilai-nilai kehidupan yang
dibutuhkan setiap orang. Lebih jauh Maslow mengungkapkan bahwa walaupun nilai-nilai being
tersebut penting bagi kehidupan manusia, namun tak semua orang menyadari kebutuhan akan
nilai tersebut. Bagi orang yang kurang memiliki kebutuhan untuk beraktualisasi diri, maka
individu tersebut cenderung mengabaikan, sebaliknya bagi orang yang memiliki hasrat
beraktualisasi tinggi akan cenderung memenuhi kebutuhan akan nilai being tersebut, seperti
keinginan untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
Aktualisasi diri menurut Hersinta dan Soepomo (2011) adalah sebuah keadaan dimana
seorang manusia telah merasa menjadi dirinya sendiri, mengerjakan sesuatu yang disukainya
dengan gembira, dengan hati ikhlas. Ia tidak lagi menempatkan keberhasilan dari pekerjaannya
pada ukuran yang biasanya berlaku, yakni penghasilan yang diperoleh dari hasil sebuah kerja,
ukurannya menjadi berubah sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut dan difahami oleh
dirinya. Rogers (dalam Alwisol, 2009) menyebutkan salah satu ciri orang yang mampu
beraktualisasi adalah pengalaman kebebasan, yakni pengalaman hidup bebas dengan cara yang
diinginkannya sendiri, tanpa perasaan tertekan atau terhambat, dan pengalaman organismik.
Orang yang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri, mengerjakan
apa yang “dirasa benar” sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk mengarahkan tingkah
laku yang memuaskan.
Teori Psikologi perkembangan remaja (Kognitif) Secara psikologis masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana remaja tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang
sama (Hurlock; dalam Psikologi perkembangan, 2002). Kemampuan berpikir abstrak juga
memiliki implikasi emosional. Sebelumnya, seorang anak dapat mencintai orang tua dan
membenci teman sekelas. Sekarang, si remaja “dapat mencintai kebebasan dan membenci
eksploitasi, kemungkinan dan cita-cita yang menarik bagi pikiran dan perasaan” (H. Ginsburg &
Opper). Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya
ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme.
Elkind dalam BeythMarom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan
salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fable. Personal
fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam.
Kepercayaan egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri (self-destructive) oleh remaja yang
berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Menurut Elkind pemikiran yang
belum matang pada diri remaja dapat dimanifestasikan ke dalam 6 karakteristik, yaitu: Idealisme
dan Kekritisan, Argumentivitas, Ragu-ragu, Sikap Hipokritis, Kesadaran diri, Kekhususan dan
Ketangguhan. Pada dasarnya, manusia adalah yang selalu membutuhkan informasi tentang
orang lain yang berada di sekitar dirinya. Menurut Pandangan Kognitif, manusia adalah
makhluk pengolah informasi. Informasi itu dibutuhkan sebagai suatu cara manusia bertahan
hidup sebagai makhluk sosial (Armando, 2016a).
Teori Hierarki of Needs (Aktualisasi diri) Kebutuhan atau hasrat untuk mengembangkan
potensi diri ini oleh Maslow (dalam Arianto, 2009) disebut dengan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri digerakkan oleh nilai-nilai being (b-values) yang pada dasarnya
merupakan nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan setiap orang. Lebih jauh Maslow
mengungkapkan bahwa walaupun nilai-nilai being tersebut penting bagi kehidupan manusia,
namun tak semua orang menyadari kebutuhan akan nilai tersebut. Bagi orang yang kurang
memiliki kebutuhan untuk beraktualisasi diri, maka individu tersebut cenderung mengabaikan,
sebaliknya bagi orang yang memiliki hasrat beraktualisasi tinggi akan cenderung memenuhi
kebutuhan akan nilai being tersebut, seperti keinginan untuk menggali dan mengembangkan
potensi yang dimiliki.
Kedua teori tersebut erat kaitannya dengan judul penelitian yang sudah dibuktikan
dengan data yang ada. Teori Psikologi perkembangan remaja (Kognitif) dapat dibuktikan pada
hasil uji validitas variabel X (Perilaku remaja di media sosial TikTok) dan Teori Hierarki of
Needs (Aktualisasi diri) dapat dibuktikan pada hasil uji validitas variabel Y (Aktualisasi diri),
kedua teori tersebut dijadikan acuan dalam proses penelitian ini, teori yang digunakan peneliti
untuk menemukan masalah, hipotesis, konsep-konsep, metodologi dan alat analisis data serta
untuk mengidentifikasi hubungan/pengaruh antar variabel independen dan dependen (Variabel X
dan Y).
Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian,
sehingga penulis dapat menguatkan pemahaman untuk mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari
penelitian terdahulu penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul
penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
memperkaya bahan kajian pada penelitian ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa
beberapa jurnal yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti.
Devri Aprilian, Yessy Elita, Vira Afriyati (2019), judul penelitian yaitu Hubungan antara
penggunaan aplikasi TikTok dengan perilaku narsisme pada siswa Sekolah Menengah Pertama.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. hasil analisis data dari pengujian hipotesis
ternyata hipotesis diterima keberadaannya bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara
penggunaan aplikasi Tiktok dengan perilaku narsisme menunjukkan nilai korelasinya sebesar
r=0,637 dengan nilai signifikan p=0,000 (p<0,05). Hubungan yang positif signifikan antara
penggunaan aplikasi Tiktok dengan perilaku narsisme mengartikan bahwa semakin tinggi
penggunaan aplikasi Tiktok, maka semakin tinggi perilaku narsisme siswa. Begitu juga
sebaliknya semakin rendah penggunaan aplikasi Tiktok maka semakin rendah perilaku narsisme
siswa.
Sandi Marga Pratama, Muchlis (2020), judul penelitian yaitu Pengaruh Aplikasi TikTok
terhadap ekspresi komunikasi mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel
Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
mahasiswa yang menggunaka aplikasi TikTok di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya tergolong sedang dengan pengaruh penggunaan nya terhadap ekspresi komunikasi
yang sedang juga. Secara umum terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan aplikasi
TikTok dengan pengaruh penggunaan TikTok terhadap ekspresi komunikasi mahasiswa UIN
Sunan Ampel Surabaya. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan bahwa perilaku narsisme
cenderung mengunggulkan dirinya, merasa dirinya merupakan artis TikTok termasuk mahasiswa
UIN Sunan Ampel Surabaya yang menggunakan TikTok.
Peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana Perilaku remaja di
media sosial TikTok, Bagaimana aktualisasi diri remaja yang terjadi, dan Bagaimana pengaruh
perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap aktualisasi diri. Tujuan penelitian ini Untuk
melihat perilaku remaja di media sosial TikTok, melihat aktualisasi diri remaja yang terjadi, dan
melihat pengaruh perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap aktualisasi diri.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode digunakan untuk
menganalisis hasil data kuesioner yang berupa data statistik untuk mengetahui hipotesis tetap
yang telah diuji (Sugiyono, 2010: 13). Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
deskriptif kuantitatif mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis
dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Penelitian deskriptif yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat
perbandingan atau penghubungan dengan variabel lain. Populasi dalam penelitian ini adalah
Tiktokers (Pengguna Tiktok di Indonesia), Berdasarkan data yang peneliti temukan, sebanyak
38,7% dari 100% dan sesuai dengan data yang disusun dari Sensus Penduduk 2020 yang
dilaksanakan dalam kurun waktu Febuari, Kementerian dalam negeri menyatakan jumlah
penduduk Indonesia hingga Desember 2020 mencapai 271.349.889 jiwa (Jumlah penduduk
Indonesia 2021). (Sumber: money.kompas.com). Sehingga populasi untuk penelitian ini,
Sebanyak 105.012.407 Jiwa di Indonesia yang mengunduh dan menggunakan aplikasi TikTok,
maka jumlah sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin dengan batas toleransi
error sebesar 5% adalah 399,998 dibulatkan menjadi 400.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah non probability sampling, menurut
Sugiyono (2010: 122) adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Snowball
sampling. Menurut Syofian Siregar (2019: 61), Snowball Sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang ada pada mulanya jumlahnya kecil tetapi makin lama makin banyak, berhenti
sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup. Teknik ini baik untuk diterapkan jika
calon responden sulit untuk identifikasi. Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah
lagi. Kuesioner dibagikan melalui googleform kepada 400 responden Tiktokers yang ada di
Indonesia.
Rancangan kuesioner ini menggunakan skala likert, menurut Syofian Siregar (2019: 50)
skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu
objek atau fenomena tertentu. Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan
positif dan negative, pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2, dan 1, sedangkan bentuk pernyataan
negative diberi skor 1,2,3,4, dan 5. Bentuk jawaban skala likert terdiri dari sangat setuju, setuju,
ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan dari variabel menjadi dimensi, dari dimensi dijabarkan menjadi
indicator, dan dari indicator dijabarkan menjadi subindikator yang dapat diukur. Akhirnya
subindikator dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan/pernyataan yang perlu
dijawab oleh responden.
Menurut Sugiyono (2010: 137) Data sekunder sebagai sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam
penelitian ini, data sekunder didapatkan melalui studi kepustakaan yang berkaitan dengan topik
penelitian, seperti buku maupun jurnal yang dipublikasikan secara resmi atau online.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Penelitian ini menyajikan data dari kuesioner berbentuk pernyataan sebanyak 30
pernyataan dan menyebarkan kuesioner tersebut kepada 400 responden Tiktokers melalui google
form. Kuesioner ini disebarkan untuk mengetahui hasil dari seberapa pengaruhnya penelitian ini
yang berjudul “Pengaruh perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap aktualisasi diri”.

Analisis Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov)


Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 400
Normal Parameters a
Mean .0000000
Std. Deviation 4.76488492
Most Extreme Absolute .085
Differences Positive .085
Negative -.056
Kolmogorov-Smirnov Z 1.703
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
a. Test distribution is Normal.

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Penerapan pada uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yaitu apabila nilai signifikansi


diatas 5% atau 0,05 maka data memiliki distribusi normal. Sedangkan jika hasil uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai signifikansi dibawah 5% maka data tidak memiliki
distribusi normal. Pada tabel 1 hasil penelitian adalah diperoleh data bahwa (K-S) Z 1.703 >
0,05. Sehingga terbukti bahwa data residual berdistribusi normal.
Analisis Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)
Tabel 2. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .562a .316 .314 4.77087
a. Predictors: (Constant), PerilakuRemajaMediaSosialTiktok

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Pengujian determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh


variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin kecil nilai koefisien determinasi maka
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen semakin lemah dan semakin besar
nilai koefisien determinasi maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
semakin kuat. Koefisien determinasi yang mempunyai fungsi untuk menjelaskan kemampuan
variabel independen (Perilaku remaja di media sosial TikTok) terhadap variabel dependen
(aktualisasi diri) dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan pada tabel 2 dapat diketahui bahwa
besarnya adjusted R2 adalah 0.316, hal ini berarti 0.316 atau 31.6% variasi dari aktualisasi diri
dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen perilaku remaja di media sosial TikTok
sedangkan sisanya 68.4% (100% - 31.6%=68.4%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar
model.
Analisis Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 25.184 1.767 14.250 .000
PerilakuRemajaMediaSos
.350 .026 .562 13.560 .000
ialTiktok
a. Dependent Variable: AktualisasiDiri

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Dari hasil yang ada pada tabel 4.10, apabila ditulis dalam bentuk standardized dari
persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = 5.761 + 0.941 X1 + 1.703
Keterangan:
Y = Aktualisasi Diri
X = Perilaku remaja di media sosial TikTok
Penjelasan untuk persamaan regresi di atas sebagai berikut: Nilai konstanta variabel
Aktualisasi diri sebesar 5.761 mempunyai arti bahwa variabel perilaku remaja di media sosial
TikTok tidak mengalami perubahan atau sama dengan nol (0), maka aktualisasi diri akan bernilai
5.761 satuan skor. Koefisien regresi variabel perilaku remaja di media sosial TikTok mempunyai
pengaruh yang bertanda positif dengan nilai 0.941 maka dapat diartikan bahwa aktualisasi diri
akan semakin meningkat jika tingkat perilaku remaja di media sosial TikTok yang dimiliki
tinggi.
Analisis Hasil Uji Hipotesis
Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 25.184 1.767 14.250 .000
PerilakuRemajaMediaSos
.350 .026 .562 13.560 .000
ialTiktok
a. Dependent Variable: AktualisasiDiri

Sumber: Hasil Penelitian, 2021.

Pada tabel 4 diperoleh untuk variabel X (Perilaku remaja di media sosial TikTok) nilai t
hitung = 13.560 dengan tingkat signifikansi 0,000 t tabel = 1.660. dengan menggunakan batas
signifikansi 0,05 ,nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf 5% yang berarti tingkat perilaku
remaja di media sosial TikTok berpengaruh signifikan terhadap aktualisasi diri.

PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan judul Pengaruh Perilaku Remaja Di
Media Sosial TikTok Terhadap Aktualisasi Diri. Dan penelitian ini memiliki tujuan Untuk
melihat perilaku remaja di media sosial TikTok, melihat aktualisasi diri remaja yang terjadi, dan
melihat pengaruh perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap aktualisasi diri. Dari hasil
penelitian ini menyatakan bahwa pengaruh perilaku remaja di media sosial TikTok tinggi
terhadap aktualisasi diri. Dan Tiktokers (Pengguna Tiktok di Indonesia) memiliki 38,7% dari
100% sebanyak 105.012.407 Jiwa di Indonesia yang mengunduh dan menggunakan aplikasi
TikTok dengan sampel yang diambil sebanyak 400 responden. Dari 400 responden yang diambil
terdapat 54,9% responden perempuan dan sebanyak 45,1% responden laki-laki, dilihat dari
kategori usia yang menjawab paling banyak berusia 21-24 Tahun sebanyak 48,1%, dan dalam
kategori pekerjaan paling banyak menjawab adalah Pelajar/Mahasiswa sebanyak 72,9%
responden.
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan menggunakan program SPSS 22.0, peneliti
mendapatkan hasil bahwa variabel X (Perilaku remaja di media sosial TikTok) nilai t hitung =
13.560 dengan tingkat signifikansi 0,000 ,dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 ,nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf 5% yang artinya tingkat perilaku remaja di media sosial
TikTok berpengaruh signifikan terhadap aktualisasi diri. Koefisien regresi variabel tingkat
perilaku remaja di media sosial TikTok mempunyai pengaruh yang bertanda positif dengan nilai
0.941, maka dapat diartikan bahwa perilaku remaja di media sosial TikTok akan semakin
meningkat jika tingkat aktualisasi diri yang dimiliki tinggi.
Berdasarkan hitung uji regresi linier sederhana, dapat diketahui hasil perhitungan Y =
5.761 + 0.941 X1 + 1.703. Nilai konstanta variabel Aktualisasi diri sebesar 5.761 mempunyai
arti bahwa variabel perilaku remaja di media sosial TikTok tidak mengalami perubahan atau
sama dengan nol (0), maka aktualisasi diri akan bernilai 5.761 satuan skor. Koefisien regresi
variabel perilaku remaja di media sosial TikTok mempunyai pengaruh yang bertanda positif
dengan nilai 0.941 maka dapat diartikan bahwa aktualisasi diri akan semakin meningkat jika
tingkat perilaku remaja di media sosial TikTok yang dimiliki tinggi.
Berdasarkan dari uji koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar persentase
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin kecil nilai koefisien
determinasi maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen semakin lemah dan
semakin besar nilai koefisien determinasi maka pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen semakin kuat. Dapat diketahui bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0.316, hal ini
berarti 0.316 atau 31.6% variasi dari aktualisasi diri dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel
independen perilaku remaja di media sosial TikTok sedangkan sisanya 68.4% (100% -
31.6%=68.4%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Jadi hasil uji koefisien
determinasi tersebut memberikan makna, bahwa masih terdapat variabel independen lain yang
mempengaruhi aktualisasi diri, untuk itu perlu pengembangan penelitian lebih lanjut.
variabel X (Perilaku remaja di media sosial TikTok) nilai t hitung = 13.560 dengan
tingkat signifikansi 0,000 t tabel = 1.660. dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 ,nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf 5% yang berarti tingkat perilaku remaja di media sosial
TikTok berpengaruh signifikan terhadap aktualisasi diri. Koefisien regresi variabel tingkat
perilaku remaja di media sosial TikTok mempunyai pengaruh yang bertanda positif dengan nilai
0.941, maka dapat diartikan bahwa perilaku remaja di media sosial TikTok akan semakin
meningkat jika tingkat aktualisasi diri yang dimiliki tinggi.
Dimensi yang paling tinggi dari variabel X (Perilaku remaja di media sosial TikTok),
yaitu: Sikap dan karakteristik individu. Dari variabel X (Perilaku remaja di media sosial TikTok)
itu adanya sikap dan karakteristik remaja yang mendukung, sikap dan karakteristik remaja di
media sosial TikTok muncul berbeda-beda setiap individu nya. Dimensi yang paling tinggi dari
variabel Y (Aktualisasi diri), yaitu: Pemenuhan diri. Dari variabel Y (Aktualisasi diri) itu harus
memberikan pemenuhan diri, pemenuhan diri mencangkup dapat menggunakan semua kualitas
dan kapasitas secara penuh.
Penelitian Pengaruh perilaku remaja di media sosial TikTok terhadap aktualisasi diri ini
dengan penelitian Devri Aprilian, Yessy Elita, Vira Afriyati (2019) adalah sama-sama ingin
meneliti media sosial TikTok pada perilaku remaja. Sedangkan dengan penelitian Sandi Marga
Pratama, Muchlis (2020) sama-sama meneliti aktualisasi diri remaja melalui media sosial,
disini perbedaan nya hanya pada media sosial yang diteliti yaitu Instagram dengan TikTok. Yang
berbeda dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah tema dan objek
penelitiannya. Tema pada penelitan ini, peneliti ingin melihat bagaimana perilaku remaja
mempunyai pengaruh melalui media sosial TikTok terhadap aktualisasi dirinya, sedangkan
objek penelitiannya adalah Remaja yang aktif menggunakan aplikasi TikTok.

SIMPULAN
Sesuai dengan tujuan penelitian dan pembahasan yang didapat merupakan hasil dari
penyebaran kuesioner dan hasil dari kuesioner kemudian diolah menggunakan program SPSS
22.0, maka peneliti menyimpulkan bahwa dari hasil data diperoleh, Pengaruh peilaku remaja di
media sosial TikTok terhadap aktualisasi diri sangat berpengaruh, artinya bahwa secara bersama-
sama perilaku remaja di media sosial TikTok mempunyai pengaruh secara simultan terhadap
aktualisasi diri. Koefisien regresi variabel tingkat perilaku remaja di media sosial TikTok
mempunyai pengaruh yang bertanda positif, maka dapat diartikan bahwa perilaku remaja di
media sosial TikTok akan semakin meningkat jika tingkat aktualisasi diri yang dimiliki tinggi.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perilaku remaja di media sosial
TikTok sangat berpengaruh terhadap aktualisasi diri. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka
dapat disimpulkan bahwa perilaku remaja di TikTok mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap media sosial dalam pembentukan aktualisasi diri.
Berdasarkan hitung uji regresi linier sederhana, dapat diketahui hasil perhitungan Y =
5.761 + 0.941 X1 + 1.703. Nilai konstanta variabel Aktualisasi diri sebesar 5.761 mempunyai
arti bahwa variabel perilaku remaja di media sosial TikTok tidak mengalami perubahan atau
sama dengan nol (0), maka aktualisasi diri akan bernilai 5.761 satuan skor. Koefisien regresi
variabel perilaku remaja di media sosial TikTok mempunyai pengaruh yang bertanda positif
dengan nilai 0.941 maka dapat diartikan bahwa aktualisasi diri akan semakin meningkat jika
tingkat perilaku remaja di media sosial TikTok yang dimiliki tinggi. Berdasarkan dari uji
koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Semakin kecil nilai koefisien determinasi maka pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen semakin lemah dan semakin besar nilai koefisien
determinasi maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen semakin kuat.
Dapat diketahui bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0.316, hal ini berarti 0.316 atau
31.6% variasi dari aktualisasi diri dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen perilaku
remaja di media sosial TikTok sedangkan sisanya 68.4% (100% - 31.6%=68.4%) dijelaskan oleh
sebab-sebab lain di luar model. Jadi hasil uji koefisien determinasi tersebut memberikan makna,
bahwa masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi aktualisasi diri, untuk itu
perlu pengembangan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, B. (2014). Sosiologi Komunikasi. Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Kencana.

Hendri, & Setiawan, R. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja
Karyawan di PT. Samudra Bahari Utama. Jurnal AGORA, 5(1), 1–8.

Imam Ghozali. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Update
PLS Regresi (7th ed.). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Jefkins, F. ; D. Y. (2004). Public Relations. Erlangga.

Muchlis; Sandi Marga Pratama. (2020). PENGARUH APLIKASI TIK TOK TERHADAP
EKSPRESI KOMUNIKASI MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN AMPEL SURABAYA TAHUN 2020. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Ampel Surabaya, 1, 14. file:///C:/Users/asus vivo book/Downloads/garuda1762499 (1).pdf

Mulyono. (2019). Analisis Uji Asumsi Klasik. SCS Business Mathematics and Statistics,
Management Dept., Binus Business School Undergraduate Program.
https://bbs.binus.ac.id/management/2019/12/analisis-uji-asumsi-klasik/

Putri, W. S. R., Nurwati, N., & S., M. B. (2016). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku
Remaja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1).
https://doi.org/10.24198/jppm.v3i1.13625

Richard West : Lynn H. Turner. (2014). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi
Buku. Salemba Humanika.

Sederhana, A. R. L. (n.d.). Analisis regresi. 0, 29–52.

SHANIA MONIKA GOTAMI. (2020). SKRIPSI PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA


MELALUI OOTD ( OUTFIT OF THE DAY ) PADA AKUN @ OOTDFORMENINDO DI
MEDIA SOSIAL INSTAGRAM. UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA),
64.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS (1st ed.).
Yogyakarta Andi.

Tahir, A. (n.d.). Buku Daras Psikologi Perkembangan.

Utomo, R. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Komitmen Pimpinan Perusahaan, Leverage, Ukuran


Perusahaan Dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (Csr) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2013.
Pengaruh Profitabilitas, Komitmen Pimpinan Perusahaan, Leverage, Ukuran Perusahaan
Dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(Csr) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2013, 53(9), 1689–
1699.

Yuhertiana, I. (2006). Paradigma Positivis : Sebuah Tinjauan Epistemologi Penelitian Ekonomi.


E-Journal UPN Jatim, 1–17.

You might also like