You are on page 1of 16

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No.

6 (2014)

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE OPERASI, DAN UKURAN


PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA

Mia Adiningsih
mia.adiningsih@yahoo.com
Nur Fadjrih Asyik
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
The purpose of this research is to test the influence of profitability, operating leverage, and company size
to the income smoothing practice at food and beverages companies which go public in Indonesia Stock Exchange.
Based on the result of analysis it can be concluded that operating leverage has negative influence to the income
smoothing practice since the sig value is 0.023 < (α) 0.05. The operating leverage has an influence to the income
smoothing practice which means that operating leverage of food and beverages companies are relatively low and
it indicates that the companies have conducted income smoothing since the companies have great liability. The
company’s size has influence to the income smoothing practice because the sig value is 0.000 < (α) 0.05. The
company’s size has influence to the income smoothing practice, it means that the bigger size of the company the
bigger possibility to conduct income smoothing practice. The profitability has no influence to the income
smoothing practice because its sig value is 0.252 > (α) 0.05. Profitability has no influence to the income
smoothing practice since the company’s profitability level is relatively high therefore the company can fulfill
their needs from the profit which has been obtained. Therefore, the company tends to conduct income smoothing
practice.
Keywords: profitability, operating leverages, company’s size, and income smoothing.

ABSTRAK
Pada penelitian ini bertujuan menguji pengaruh profitabilitas, leverage operasi, dan ukuran
perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Food and Beverage yang go publik di
Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa leverage operasi berpengaruh
negatif terhadap praktik perataan laba karena nilai sig sebesar 0,023 < (α) 0,05. Leverage operasi
berpengaruh terhadap praktik perataan laba artinya nilai leverage operasi perusahaan Food and
Beverage relatif rendah dan diindikasikan perusahaan melakukan perataan laba karena perusahaan
tidak memiliki kewajiban yang besar. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan
laba karena nilai sig sebesar 0,000 < (α) 0,05. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik
perataan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin besar kemungkinan melakukan
praktik perataan laba. Sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba
karena nilai sig sebesar 0,252 > (α) 0,05. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba disebabkan oleh tingkat profitabilitas perusahaan relatif tinggi sehingga perusahaan dapat
memenuhi kebutuhan dari laba yang diperoleh. Dengan demikian perusahaan memiliki
kecenderungan tidak melakukan praktik perataan laba.

Kata kunci: profitabilitas, leverage operasi, ukuran perusahaan, dan perataan laba.

PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini dalam
memasuki era pasar bebas mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke periode.
Perkembangan ekonomi dan kemajuan teknologi berkaitan erat dengan persaingan antar
perusahaan, maka perusahaan dituntut untuk menjaga kestabilan aktifitas operasi agar
dapat meningkatkan kualitas perusahaan serta menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

yaitu masyarakat dan investor. Investor dan kreditor adalah pihak-pihak yang berpengaruh
dalam kegiatan operasi perusahaan, karena mereka berperan sangat penting dalam
pemberian modal pada perusahaan. Seorang investor harus mampu menaksir risiko dan
keuntungan yang akan diperoleh sebelum menentukan investasi sedangkan seorang
kreditor harus mampu memprediksi kemampuan suatu perusahaan dalam melakukan
pengembalian pinjaman.
Dalam menumbuhkan kepercayaan pihak luar adalah salah satunya dengan
memberi suatu informasi yang berkualitas tentang keadaan suatu perusahaan tersebut.
Informasi yang berkualitas yaitu informasi yang akurat mengenai kinerja perusahaan yang
tercermin di dalam laporan keuangan perusahaan yang disusun secara sistematis dan
periodik.
Laporan keuangan merupakan bentuk sarana untuk mempertanggung jawabkan apa
yang telah dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik. Secara umum, semua
bagian dari laporan keuangan adalah penting dan diperlukan dalam setiap pengambilan
keputusan. Namun, salah satu informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan
adalah laba.
Tindakan perataan laba merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi variabel-
variabel. Salah satu motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba yaitu untuk
memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor, karyawan, dan pihak yang terkait
lainnya. Selain itu, tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan di mata
pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah
serta dapat memberi informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba pada
masa yang akan datang, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan
manajemen, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. Dalam penjelasan ini
konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang
menyatakan bahwa teknik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara
manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha
untuk mencapai atau memperhatikan tingkat kemampuan yang dikehendakinya (Sartono,
2001). Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri terhadap pihak eksternal
perusahaan seperti keditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki
informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif
lebih cepat dibandingkan pihak eksternal tersebut, sehingga sering terdorong untuk
melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri
(disfunctional behavior) atau perusahaannya.
Dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti terhadap tiga faktor yaitu profitabilitas,
leverage operasi, dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba.

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS


Teori Keagenan (Agency Theory)
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan teori keagenen (agency theory), dan
teori agensi merupakan suatu pendekatan yang dapat menjabarkan konsep manajemen laba
yang sangat terkait dengan praktik perataan laba.
Teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi
oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul
ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya (Salno dan Baridwan, 2000). Dalam hal ini pihak principal tidak
memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Namun pihak agent mempunyai lebih
banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang


dimiliki oleh principal dan agent. Dengan ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut
sebagai asimetri informasi.
Asimetris informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent
yang dapat mendorong pihak agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya
kepada pihak principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran
kinerja agent. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat
memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba (earnings
management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja
ekonomi perusahaan.

Indikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji beberapa faktor yang diduga
mempengaruhi praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk
menilai suatu perusahaan. Selain digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba, profitabilitas juga dapat digunakan untuk
mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.
Berdasarkan definisi tersebut, diduga profitabilitas mempengaruhi perataan laba sebab
secara logis laba merupakan instrumen yang terkait langsung dengan objek perataan laba.
Jadi, laba merupakan hal yang penting dalam perusahaan, sebab semua pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan menilai apakah kinerja suatu perusahaan baik atau buruk
melalui laba yang didapatkan oleh perusahaan apakah itu naik, turun ataupun tetap (stabil).
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini di ukur dengan menggunakan Return On Assets
(ROA).
Leverage operasi. Tingkat leverage operasi merupakan suatu bentuk dari konsep
elastisitas dan merupakan suatu keluarga dengan elastisitas harga yang dikembangkan
dalam ilmu ekonomi. Oleh karena leverage operasi merupakan suatu elastisitas, nilainya akan
bervariasi tergantung pada bagian tertentu dari grafik impas yang sedang dianalisa. Tingkat
leverage operasi yang tinggi terletak dekat dengan titik break even point, dimana perubahan
volume penjualan yang kecil saja bisa menghasilkan persentase tambahan laba yang besar.
Hal ini bisa terjadi hanya karena laba mendekati nol jika mendekati titik break even point
(Weston dan Copeland, 1995).
Leverage operasi adalah penggunaan potensial biaya tetap operasi untuk menambah
efek pada perubahan penjualan dalam pendapatan perusahaan sebelum bunga dan pajak.
Leverage operasi terjadi pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan biaya
tetap. Semakin besar biaya tetap suatu perusahaan, semakin tinggi risiko usaha yang
dihadapinya karena perusahaan menjadi mudah atau peka terhadap perubahan unit yang
terjual. Perubahan semacam ini dianggap mempunyai leverage operasi yang tinggi.

Di dalam praktiknya rasio leverage operasi dihitung dengan dua cara, yaitu:
a. Pertama dengan memperhatikan data yang ada dineraca, mengetahui seberapa banyak
dana pinjaman digunakan dalam perusahaan.
b. Kedua mengukur resiko utang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban
tetap utang bisa ditutup oleh laba perusahaan.
Kedua kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi dan umumnya para analisis
menggunakan keduanya.
Ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasi
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aset, log size, nilai pasar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

saham dan lain-lain. Semakin besar suatu perusahaan, semakin banyak pula alternatif
pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar
akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal bila dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar diperkirakan memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba (Nasser dan
Herlina, 2003).
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aset
perusahaan (Jatiningrum, 2000). Jadi untuk melihat besar atau kecilnya perusahaan diukur
dari total aset berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan decimal dan skala
pengukurannya adalah rasio.

Perataan Laba
Pengertian Perataan Laba
Tindakan perataan laba memiliki unsur kesengajaan yang dilakukan oleh manajemen
untuk mencapai posisi laba yang diinginkan dalam laporan laba rugi perusahaan guna
menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya terpusat
pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut.
Di samping itu laba yang dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberi rasa
lebih percaya diri bagi pemilik perusahaan yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan
kepuasaan pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang
dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku (Stolowy dan Breton,
2000). Belkaoui (2007) menjelaskan bahwa perataan laba merupakan proses normalisasi laba
yang disengaja guna meraih suatu trend atau tingkat yang diinginkan.

Tujuan Perataan Laba


Tujuan perataan laba adalah memberi informasi yang relevan dalam melakukan
prediksi terhadap laba pada masa yang akan datang, meningkatkan presepsi pihak eksternal
terhadap kemampuan manajemen, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
Dalam penelitian Juniarti dan Corolina (2005) terdapat berbagai macam tujuan yang
ingin dicapai oleh manajemen dalam perataan laba yaitu:
a. Mencapai keuntungan pajak
b. Untuk memberi kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen
c. Mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi risiko, sehingga harga
sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar
d. Untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil
e. Untuk menjaga posisi atau kedudukan mereka dalam perusahaan

Tipe Perataan Laba


Berdasarkan penelitian Eckel (1981) terdapat dua jenis perataan laba yaitu naturally
smooth dan intentionally smooth. Intentionally smooth terbagi atas artificial smoothing dan real
smoothing. Berikut ini adalah gambar yang digunakan untuk memperjelas tipe perataan laba
tersebut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

Smooth Income Stream

Intentionally Being Naturally


Smoothed by Management Smooth

Artificial Real
Smoothing Smoothing

Gambar 1
Tipe Perataan Laba

Pada gambar 1 di atas dapat dijelaskan bahwa perataan laba digolongkan menjadi 2
tipe, yaitu naturally smooth dan Intentionally Being Smoothed by Management. Naturally smooth
(Perataan secara alami), perataan ini mempunyai implikasi bahwa sifat proses perataan laba
itu sendiri menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Hal ini dapat kita dapatkan pada
perolehan penghasilan dari keperluan atau pelayanan umum, dimana aliran laba yang ada
akan rata dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain.
Intentionally Being Smoothed by Management (Perataan yang disengaja) dikenal juga
dengan designed smoothing, perataan ini berbeda dengan naturally smoothing yang terjadi
secara alami. Pada designed smoothing, perataan yang terjadi diakibatkan adanya intervensi
atau campur tangan dari pihak lain, dalam hal ini adalah manajemen.

Pengembangan Hipotesis
Pengaruh profitabilitas terhadap praktik perataan laba.
Profitabilitas merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan
untuk menilai kinerja manjemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang
representatif dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau meminjamkan
dana (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001). Dengan kata lain, profitabilitas menjadi tolak ukur
kinerja bagi pihak eksternal. Profitabilitas dapat dijadikan patokan oleh investor maupun
kreditor dalam menilai sehat tidaknya perusahaan. Profitabilitas perusahaan juga dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan
mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola resources yang dimiliki.
Faktor profitabilitas menggunakan rasio Return on Total Assets (ROA). Analisis ROA
merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang
digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Pada penelitian Jatiningrum (2000), menjelaskan bahwa hasil penelitian
menunjukkan variabel ukuran perusahaan dan sektor industri bukan merupakan faktor
pendorong tindakan perataan laba sementara variabel profitabilitas merupakan faktor
pendorong tindakan perataan laba. Dari penjelasan diatas hipotesis yang dapat dirumuskan
adalah:
H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

Pengaruh leverage operasi terhadap praktik perataan laba.


Leverage operasi menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang
didanai dengan hutang. Perusahaan dengan leverage operasi yang tinggi mempunyai resiko
menderita kerugian yang besar. Sehingga mendorong pemilik perusahaan untuk meminta
manajer melaporkan bahwa perusahaan telah mempunyai leverage operasi yang
menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada, dan tuntutan pemilik ini
seringkali memaksa manajer untuk melakukan tindakan income smoothing, minimal untuk
mengurangi resiko tersebut.
Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik
tertentu yaitu pada struktur modal optimal, nilai perusahaan akan semakin menurun
dengan semakin besarnya proporsi hutang dalam struktur modalnya. Hal ini disebabkan
karena manfaat yang diperoleh pada penggunaan hutang menjadi lebih kecil dibandingkan
biaya yang timbul atas penggunaan hutang tersebut.
Pada penelitian Jin dan Machfoedz (1998), menjelaskan bahwa hasil penelitian
menunjukkan berdasarkan analisis tidak berhasil membuktikan bahwa variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri merupakan faktor pendorong dilakukannya
praktik perataan laba. Sedangkan variabel leverage operasi berhasil membuktikan terjadinya
praktik perataan laba. Dari penjelasan diatas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H2 : Leverage operasi berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba.


Variabel yang digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan adalah total aset.
Sartono (2001) mengatakan bahwa besaran perusahaan atau skala perusahaan adalah ukuran
perusahaan yang ditentukan dari jumlah total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal
ini total aset merupakan total sumber daya ekonomis yang digunakan oleh perusahaan
dalam menjalankan usahanya.
Salah satu perusahaan yang memiliki total aset yang besar akan mendapat perhatian
lebih dari pihak luar, diantaranya pemerintah. Pemerintah cenderung membebankan
berbagai biaya yang dianggap sesuai dengan kemampuan perusahaan. Untuk itu
perusahaan besar juga diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis,
sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya
penurunan laba yang drastis akan memberi pandangan yang kurang baik. Maka perusahaan
besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan
perataan laba.
Pada penelitian Sartono (2001), menjelaskan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dengan menggunakan analisis multivariate (logistic regression) variabel profitabilitas,
deviden payout ratio, dan jenis usaha berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba
dan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan
laba. Beda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwito dan Herawaty (2005),
menjelaskan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan kelima variabel yang digunakan tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Dari penjelasan diatas
hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba.

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Food and Beverages yang go public dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan sampel adalah perusahaan Food and Beverages, yang
telah go publik di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), serta masih aktif dalam melakukan
perdagangan saham tahun 2010-2012, (2) Perusahaan sampel adalah perusahaan Food and
Beverages, yang mempunyai laporan keuangan yang lengkap, valid dan telah diaudit serta
seluruh prospektusnya terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang melakukan perataan
laba, (3) Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2010-2012 tidak berturut-turut
merugi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik perataan laba.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Variabel Independen
a. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang
diukur menggunakan rasio antara laba setelah pajak dengan total aset. Pengukuran
variabel diukur dengan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aset. Semakin
tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah kemungkinan perusahaan
melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki profitabilitas
yang rendah. Variabel ini dinyatakan dengan menggunakan skala rasio dan satuan ukur
dalam bentuk Prosentase (%).
Rumus:

Laba Setelah Pajak


ROA = --------------------------- x 100%
Total Aset
b. Leverage Operasi
Leverage operasi menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaaan didanai
dengan hutang. Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukkan proporsi
penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan
maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta
tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan
cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Satuan pengkuran variabel leverage
operasi adalah prosentase (%) dan skala yang digunakan adalah skala rasio. Leverage
operasi dapat dihitung:
Rumus:

Total Hutang
Leverage Operasi = ------------------- x 100%
Total Aset
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan yang diukur dari total
aset berdasarkan nilai buku. Variabel ini dinyatakan dengan menggunakan skala rasio
dan satuan ukur dalam bentuk decimal.
Rumus:
Ukuran Perusahaan = Log Total Aset

Variabel Dependen
Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah perataan laba yang diuji dengan
Indeks Ekcel (1981). Ekcel (1981) menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan
dan variabel penjualan bersih.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

Dalam penelitian ini, perataan laba diukur dengan menggunakan Indeks Eckel dengan
rumus:
CV
Indeks Perataan Laba =
CVS
Ket:
∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode
∆I = Perubahan penghasilan bersih/laba dalam satu periode
CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang
diharapkan.
Dengan kriteria, perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan
tindakan perataan laba:
Apabila: CV ∆I > CV ∆S
Cara menghitung ∆I dan ∆S adalah sebagai berikut:
Laba Operasin – Laba Operasin-1
∆In =
Laba Operasin-1

Penjualann – Penjualann-1
∆In =
Penjualann-1

n : tahun ke n
n-1 : tahun ke n-1
Ket:
CVΔI dan CVΔS dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus:
σ
CVΔI dan CVΔS =
k
CV : koefisien variasi ΔI atau ΔS
Δ : deviasi standar
σ : perubahan (selisih dengan tahun sebelumnya)
k : hasil rata-rata ΔI atau ΔS

Dalam penelitian ini variabel laba yang digunakan adalah laba operasi. Hal ini
dikarenakan laba operasi merupakan sasaran umum yang digunakan untuk melakukan
praktik perataan laba. Sedangkan variabel penjualan disini digunakan penjualan bersih (net
sales) atau pendapatan (revenue).
Data kategorial mengenai perusahaan perata laba atau bukan perata laba diberikan
data dummy dengan skor 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba dan skor
1 untuk perusahaan yang melakukan perataan laba.

Analisis Regresi Logistik (Logistic Regression)


Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logit (logistic
regression) untuk mencari pengaruh satu atau lebih variabel bebas (profitabilitas, leverage
operasi, dan ukuran perusahaan) yang berskala rasio terhadap variabel terikat (perataan
laba) yang berskala nominal dengan menggunakan program SPSS. Model logistic regression
yang akan digunakan dalam penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

Status = a + b1(PROFIT) + b2(LO) + b3(UK)


Ket:
Status : status perusahaan
0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba
1 untuk perusahaan yang melakukan perataan laba
a : koefisien konstanta
b1 : koefisien variabel profitabilitas
b2 : koefisien variabel leverage operasi
b3 : koefisien variebel ukuran perusahaan
PROFIT : profitabilitas
LO : leverage operasi
UK : ukuran perusahaan

Pembuktian Hipotesis
Secara statistik, ketepatan fungsi regresi sampel setidaknya dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai satistik t. Apabila uji nilai statistik berada
dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak) maka perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik. Sebaliknya, jika uji nilai statistik berada dalam daerah dimana H 0
diterima disebut tidak signifikan.
1) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan
model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2011).
Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase. Nilai koefisien korelasi (R2) ini
berkisar antara 0 < R2 < 1. Dari sini diketahui seberapa besar variabel dependen mampu
dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab
lain diluar model.
2) Global Test (Uji statistik F)
Uji global atau Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen
(Profitabilitas, Leverage Operasi, dan Ukuran Perusahaan) secara bersama (simultan)
berpengaruh terhadap variabel dependen (Perataan Laba). Dengan tingkat signifikansi
(5%), maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Kriteria uji F:
a. Jika nilai Sig uji Fhitung > 0,05 maka H0 diterima yang artinya variabel bebas secara
bersamaan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
b. Jika nilai Signifikan uji Fhitung < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya variabel bebas
secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel terikat.
3) Individual Test (Uji Statistik t)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel independen
(Profitabilitas, Leverage Operasi, dan Ukuran Perusahaan) terhadap variabel dependen
(Perataan Laba) secara terpisah (parsial) serta menerima atau menolak hipotesa. Dengan
tingkat signifikansi (5%), maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Kriteria Uji t:
a. Apabila nilai Sig uji thitung < 0.05, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Apabila nilai Sig uji thitung > 0.05, maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh
yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

10

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik sampel dalam penelitian.
Hasil analisis statistik deskriptif berupa nilai rata-rata (mean) dan tingkat penyimpangan
penyebaran (standar deviasi). Variabel penelitian terdiri dari satu variabel dependen yaitu:
income smoothing (IS) dan 3 variabel independen yaitu: profitabilitas perusahaan (PROF),
leverage operasi (LEV), dan ukuran perusahaan (UP). Jumlah perusahaan yang digunakan
sebagai sampel adalah 39 data observasi dengan periode laporan keuangan tahun 2010-2012.

Tabel 1
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
IS ,5336 ,6050 39
PROF ,0315 ,1054 39
LEV ,5858 ,1365 39
UP ,50 ,513 39
Sumber: Hasil Output SPSS

Hasil uji statistik deskriptif untuk 39 sampel perusahaan adalah rata-rata income
smoothing (IS) perusahaan food and beverages go public sebesar 0,53360 dan penyimpangan
penyebaran sebesar 0,6050. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa profitabilitas
(PROF), leverage operasi (LEV), dan ukuran perusahaan (UP) berpengaruh tinggi yaitu
sebesar 53% terhadap income smoothing (IS) pada perusahaan food and beverages go public.
Nilai rata-rata profitabilitas (PROF) sebesar 0,03150 dan penyimpangan penyebaran
sebesar 0,1054. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa profitabilitas perusahaan food
and beverages relatif tinggi. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin efisien dan efektif
perusahaan menggunakan keseluruhan aset dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang
memiliki profitabilitas yang tinggi mempunyai kecenderungan lebih kecil untuk melakukan
perataan laba.
Nilai rata-rata leverage operasi (LEV) sebesar 0,58580 dan penyimpangan penyebaran
sebesar 0,1365. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa leverage operasi perusahaan
food and beverages relatif rendah. Semakin rendah utang perusahaan maka semakin kecil pula
risiko yang ditanggung perusahaan. Perusahaan yang memiliki leverage operasi rendah
mempunyai kecenderungan untuk tidak melakukan perataan laba.
Nilai rata-rata ukuran perusahaan (UP) sebesar 0,50 dan penyimpangan penyebaran
sebesar 0,513. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan (UP)
berpengaruh tinggi terhadap income smoothing (IS) yaitu sebesar 50%. Dengan tingkat
penyimpangan yang tinggi yaitu sebesar 51%. Semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin besar pula kecenderungan melakukan praktik perataan laba.

Uji Normalitas
Grafik plot linear yang dihasilkan SPSS 20 menunjukkan Normal P-P of regression
standardized residual terdapat penyebaran data disekitar garis diagonal dan penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut. Maka model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. Model regresi yang baik jika semua variabel
berdistribusi normal. Jika grafik histogram menunjukkan pola yang mendekati bentuk bel
dan data yang bergerak mengikuti garis linear diagonal. Maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

11

Uji Asumsi Klasik


a. Uji Autokorelasi
Hasil perhitungan dengan SPSS 20 diperoleh nilai statistik Durbin Watson sebagai
berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.978a
a. Predictors: (Constant), UP, Profit, LO
b. Dependent Variable: IS
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasar hasil tersebut di atas hasil perhitungan autokorelasi diperoleh nilai


Durbin Watson adalah sebesar 1,978. Dengan demikian model regresi yang akan
digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi.

b. Uji Multikolinearitas
Hasil perhitungan statistik nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance sebagai
berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Profit .994 1.006
1 LO .950 1.053
UP .951 1.052
a. Dependent Variable: IS
Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasar hasil output SPSS 20 pada bagian coefficient diperoleh nilai Variance
Inflation Factor (VIF) untuk profitabilitas (Profit) sebesar 1,006, leverage operasional
(LO) sebesar 1,053, dan ukuran perusahaan (UP sebesar 1,052. Hasil perhitungan
menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari
10. Nilai tolerance mendekati 1 untuk profitabilitas (Profit) perusahaan sebesar 0,994,
leverage operasional (LO) sebesar 0,950, dan ukuran perusahaan (UP) sebesar 0,951.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas
Berdasar grafik Scatterplot yang dihasilkan SPSS 20 terlihat hampir semua titik menyebar
secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk mengetahui perataan laba
berdasar masukan dari variabel independennya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

12

Analisis Regresi Logistik


Dari pengolahan data tersebut maka diperoleh hasil-hasil sebagai berikut:

Tabel 4
Hasil Perhitungan Regresi Logitik
Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,194 ,449
PROFIT 1,564 1,317 .116
LO -2,049 ,815 -.462
UP 1,179 ,244 .018
a Dependent Variable: IS
Sumber: Hasil Output SPSS

Untuk menentukan pengaruh variabel dependen dengan variabel independen


digunakan persamaan regresi berganda yaitu:
IS= 1,194 + 1,564 PROFIT – 2,049 LO + 1,179UP
Berdasar persamaan regresi berganda di atas dapat diperoleh penjelasan sebagai
berikut:
1. α = Konstanta sebesar 1,194
Nilai konstanta adalah sebesar 1,194 artinya apabila profitabilitas (PROFIT), leverage
operasi (LO), dan ukuran perusahaan (UP) konstan, maka diprediksi income smoothing (IS)
pada perusahaan food and beverages go public adalah sebesar 1,194.
2. b1 = Koefisien regresi untuk profitabilitas (PROFIT) = 1,564
Koefisien regresi menunjukkan arah hubungan positif antara variabel profitabilitas
dengan income smoothing artinya jika profitabilitas (PROF) naik satu satuan, dengan
anggapan variabel lainnya tetap, maka income smoothing (IS) pada perusahaan food and
beverages go public akan mengalami kenaikan sebesar 1,564.
3. b2 = Koefisien regresi untuk leverage operasi (LO) = -2,049
Koefisien regresi menunjukkan arah hubungan negatif antara variabel leverage dengan
income smoothing artinya jika leverage opearsi (LO) naik satu satuan, dengan anggapan
variabel lainnya tetap, maka income smoothing (IS) pada perusahaan food and beverages go
public akan mengalami penurunan sebesar - 2,049.
4. b3 =Koefisien regresi untuk ukuran perusahaan (UP) = 1,179
Koefisien regresi menunjukkan arah hubungan positif antara variabel ukuran perusahaan
dengan income smoothing artinya jika ukuran perusahaan (UP) naik satu satuan, dengan
anggapan variabel lainnya tetap, maka income smoothing (IS) pada perusahaan food and
beverages go public akan mengalami kenaikan sebesar 1,179.

Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage operasi,
dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba. Untuk mengetahui hipotesis
tersebut dilakukan uji t. Pengujian dilakukan dengan tingkat signikan α 5%.
Uji parsial (uji t) adalah pengujian yang dipakai untuk menganalisis pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam analisis ini apabila
diperoleh uji t < 0,05 berarti secara parsial berpengaruh signifikan. Sebaliknya apabila uji t >
0,05 berarti secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

13

Tabel 5
Hasil Perhitungan Uji t
Coefficients(a)
Model T Sig.
1 (Constant) 2,656 ,017
PROFIT 1,187 ,252
LO -2,516 ,023
UP 4,835 ,000
a Dependent Variable: IS
Sumber: Hasil Output SPSS

1. Pengujian Hipotesis (H1)


Berdasar hasil pengujian parsial sebagaimana yang tersaji pada tabel 5 diperoleh nilai
sig profitabilitas sebesar 0,252 > () 0,05 maka H0 tidak berhasil ditolak yang berarti
profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan food and beverages go public. Faktor penyebabnya adalah berdasarkan
perhitungan income smoothing index atas perusahaan food and beverages go public diketahui
perusahaan yang melakukan perataan laba tahun 2010-2012 ada 5 perusahaan dengan
kode emiten yaitu CEKA, MYOR, SKLT, STTP, dan ULTJ.
Tidak berpengaruhnya profitabilitas perusahaan terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan food and beverages dapat disebabkan oleh tingkat profitabilitas perusahaan
relatif tinggi yang berarti perusahaan memiliki laba yang tinggi. Berdasar perhitungan
diketahui selama tahun 2010-2012 rata-rata profitabilitas perusahaan antara 0,1143-0,1329
atau sebesar 11,43%-12,29%. Dengan demikian tingkat profitabilitas perusahaan dapat
dikatakan efisien karena laba perusahaan melebihi dari standar yang ditentukan, dimana
profitabilitas yang diukur dengan return on assets dikatakan baik apabila return on assets di
atas 5% (Hanafi dan Halim, 2007). Dengan dimiliknya laba yang tinggi perusahaan bisa
memenuhi kebutuhan perusahaan dari laba yang diperoleh. Semakin besar profitabilitas
perusahaan berarti semakin efisien dan efektif perusahaan menggunakan keseluruhan
aset dalam menghasilkan profit.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas relatif tinggi cenderung tidak melakukan
perataaan laba dibanding perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah. Juniarti dan
Corolina (2005) menyatakan fluktuasi profitabilitas yang tinggi atau meningkat memiliki
kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk tidak melakukan tindakan perataan laba.
Penelitian ini konsisten terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juniarti
dan Corolina (2005) menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh
terhadap perataan laba. Faktor penyebabnya diduga karena manajemen tidak termotivasi
melakukan perataan laba melalui profitabilitas. Hasil penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba
(Suwito dan Herawaty, 2005; Syahriana, 2006).
2. Pengujian Hipotesis (H2)
Berdasar hasil pengujian parsial sebagaimana yang tersaji pada tabel 5 diperoleh nilai
sig leverage operasi sebesar - 0,023 < () 0,05 maka H0 berhasil ditolak yang berarti leverage
operasi berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba pada perusahaan food and
beverages go public.
Berpengaruhnya leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan
food and beverages dapat disebabkan oleh leverage operasi perusahaan tersebut rendah
yang berarti perusahaan tidak memiliki beban yang besar, melainkan memiliki beban
yang rendah. Berdasar perhitungan diketahui selama tahun 2010-2012 rata-rata leverage
operasi antara 0,5143-04568 atau sebesar 51,43%-45,68%. Dengan demikian leverage
operasi perusahaan cenderung rendah dan beban yang ditanggung oleh perusahaan juga
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

14

rendah. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa perusahaan cenderung melakukan


praktik perataan laba karena perusahaan tidak memiliki kewajiban yang besar.
Kim et al. (dalam Kustono, 2009) menyatakan leverage merupakan proksi yang tepat
untuk mengukur risiko perusahaan. Leverage menunjukkan tingkat kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar utang. Akibat kondisi tersebut
perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba. Salah satu alasan perataan laba
adalah untuk mengurangi risiko sesungguhnya atau persepsi risiko atas perusahaan.
Sartono (dalam Budiasih, 2007) menyatakan leverage menunjukkan proporsi penggunaan
utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin
besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat
keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk
melakukan perataan laba.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusuf
dan Soraya (2004) terhadap perusahaan asing dan non asing di Indonesia menyatakan
bahwa leverage berpengaruh terhadap perataan laba. Kesimpulannya adalah perusahaan
asing yang melakukan perataan laba memiliki leverage operasi yang lebih kecil dibanding
dengan perusahaan asing yang bukan perata laba.
3. Pengujian Hipotesis (H3)
Berdasar hasil pengujian parsial sebagaimana yang tersaji pada tabel 5 diperoleh nilai
sig ukuran perusahaan sebesar 0,000 < () 0,05 maka H0 berhasil ditolak yang berarti
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan food
and beverages go public.
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba dikarenakan berdasar
perhitungan ukuran perusahaan yang dinilai dari log total aset setiap tahun mengalami
peningkatan, sehingga dapat dikatakan perusahaan tersebut dikategorikan besar.
Perusahaan besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Untuk itu, perusahaan besar kemungkinan
melakukan praktik perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang besar. Fluktuasi
laba yang besar menunjukkan risiko yang besar pula dalam investasi sehingga
mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusuf
dan Soraya (2004) terhadap perusahaan asing dan non asing di Indonesia melalui
perhitungan total aset memperoleh kesimpulan perusahaan yang melakukan praktik
perataan laba cenderung memiliki total aset lebih besar dibanding yang bukan perata
laba. Hal ini diduga karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang lebih
kritis oleh para investor.
Penelitian ini konsisten terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juniarti
dan Corolina, (2005) menyebutkan perusahaan yang memiliki aset besar dikategori
sebagai perusahaan besar umumnya mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai
pihak seperti, para analis, investor, maupun pemerintah. Oleh karena itu perusahaan
besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan
perataan laba.

SIMPULAN DAN KETERBATASAN


Simpulan
Berdasar perhitungan diperoleh nilai uji t untuk profitabilitas (PROF) sebesar 0,252,
leverage operasi (LEV) sebesar 0,023, dan ukuran perusahaan (UP) sebesar 0,000.
Kesimpulannya bahwa leverage operasi (LEV) dan ukuran perusahaan (UP) berpengaruh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

15

secara parsial terhadap income smoothing (IS). Sedangkan variabel profitabilitas (PROF)
secara parsial tidak berpengaruh terhadap income smoothing (IS).
Keterbatasan
Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa penguji
melakukan penelitian pada perusahaan Food and Beverages, sehingga mungkin belum
dirasakan efek dari praktek perataan laba yang terdapat pada perusahaan tersebut. Untuk
penelitian selanjutnya disarankan meneliti perusahaan dari sektor lain agar hasil pengujian
yang diperoleh lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, A. R. 2007. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit
Salemba Empat.
Budiasih. I. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi
dan Bisnis (Januari): Vol. 4 No. 1.
Dwiatmini, S. dan Nurkholis. 2001. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus
Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tema,
Maret Vol 2, No. 1.
Eckel, N. 1981. The Income Smoothing Hyphothesis Revisited. Abacus. Vol. 17, No. 1. pp: 28-
40.
Ghozali, I. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Revisi, cetakan II. Semarang. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hanafi, M. M. dan A. Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta.
Penerbit UPP AMP YKPN.
Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasilan
Bersih/Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis
Akuntansi, Vol 2, No. 2.
Jin, L. S. dan M. Machfoedz. 1998. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
Vol 1, No.2.
Juniarti dan Corolina. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan
Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Publik. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan (November): Vol. 7, No. 2: 148-162.
Kustono, A. S. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dividen Payout, Risiko Spesifik, dan
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002-2006. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14,
No. 3: 200-205.
Nasser, E. M. dan Herlina. 2003. Teori Akuntansi. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat.
Salno, H. M. dan Z. Baridwan. 2000. Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing):
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan
Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Sartono, A. R. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. BPFE.
Stolowy, H dan G. Breton. 2000. A Framework for the classification of accounts manipulations.
France. Working Paper, HEC School of Management.
Suwito, E. dan A. Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. SNA VIII Solo. 136-146.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)

16

Syahriana, N. 2006. Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (2000-2004). Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta. Yogyakarta.
Weston, J. F. dan T. E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Jilid 1. Alih bahasa: Jaka
wasana dan Kirbrandoko. Jakarta. Gelora Aksara Pratama.
Yusuf dan Soraya. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada
Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia. Jurnal Akuntansi Indonesia. Vol. 8. No.
1: 99-125.
●●●

You might also like