Professional Documents
Culture Documents
6 (2014)
Mia Adiningsih
mia.adiningsih@yahoo.com
Nur Fadjrih Asyik
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to test the influence of profitability, operating leverage, and company size
to the income smoothing practice at food and beverages companies which go public in Indonesia Stock Exchange.
Based on the result of analysis it can be concluded that operating leverage has negative influence to the income
smoothing practice since the sig value is 0.023 < (α) 0.05. The operating leverage has an influence to the income
smoothing practice which means that operating leverage of food and beverages companies are relatively low and
it indicates that the companies have conducted income smoothing since the companies have great liability. The
company’s size has influence to the income smoothing practice because the sig value is 0.000 < (α) 0.05. The
company’s size has influence to the income smoothing practice, it means that the bigger size of the company the
bigger possibility to conduct income smoothing practice. The profitability has no influence to the income
smoothing practice because its sig value is 0.252 > (α) 0.05. Profitability has no influence to the income
smoothing practice since the company’s profitability level is relatively high therefore the company can fulfill
their needs from the profit which has been obtained. Therefore, the company tends to conduct income smoothing
practice.
Keywords: profitability, operating leverages, company’s size, and income smoothing.
ABSTRAK
Pada penelitian ini bertujuan menguji pengaruh profitabilitas, leverage operasi, dan ukuran
perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Food and Beverage yang go publik di
Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa leverage operasi berpengaruh
negatif terhadap praktik perataan laba karena nilai sig sebesar 0,023 < (α) 0,05. Leverage operasi
berpengaruh terhadap praktik perataan laba artinya nilai leverage operasi perusahaan Food and
Beverage relatif rendah dan diindikasikan perusahaan melakukan perataan laba karena perusahaan
tidak memiliki kewajiban yang besar. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan
laba karena nilai sig sebesar 0,000 < (α) 0,05. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik
perataan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin besar kemungkinan melakukan
praktik perataan laba. Sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba
karena nilai sig sebesar 0,252 > (α) 0,05. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba disebabkan oleh tingkat profitabilitas perusahaan relatif tinggi sehingga perusahaan dapat
memenuhi kebutuhan dari laba yang diperoleh. Dengan demikian perusahaan memiliki
kecenderungan tidak melakukan praktik perataan laba.
Kata kunci: profitabilitas, leverage operasi, ukuran perusahaan, dan perataan laba.
PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini dalam
memasuki era pasar bebas mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke periode.
Perkembangan ekonomi dan kemajuan teknologi berkaitan erat dengan persaingan antar
perusahaan, maka perusahaan dituntut untuk menjaga kestabilan aktifitas operasi agar
dapat meningkatkan kualitas perusahaan serta menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
yaitu masyarakat dan investor. Investor dan kreditor adalah pihak-pihak yang berpengaruh
dalam kegiatan operasi perusahaan, karena mereka berperan sangat penting dalam
pemberian modal pada perusahaan. Seorang investor harus mampu menaksir risiko dan
keuntungan yang akan diperoleh sebelum menentukan investasi sedangkan seorang
kreditor harus mampu memprediksi kemampuan suatu perusahaan dalam melakukan
pengembalian pinjaman.
Dalam menumbuhkan kepercayaan pihak luar adalah salah satunya dengan
memberi suatu informasi yang berkualitas tentang keadaan suatu perusahaan tersebut.
Informasi yang berkualitas yaitu informasi yang akurat mengenai kinerja perusahaan yang
tercermin di dalam laporan keuangan perusahaan yang disusun secara sistematis dan
periodik.
Laporan keuangan merupakan bentuk sarana untuk mempertanggung jawabkan apa
yang telah dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik. Secara umum, semua
bagian dari laporan keuangan adalah penting dan diperlukan dalam setiap pengambilan
keputusan. Namun, salah satu informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan
adalah laba.
Tindakan perataan laba merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi variabel-
variabel. Salah satu motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba yaitu untuk
memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor, karyawan, dan pihak yang terkait
lainnya. Selain itu, tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan di mata
pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah
serta dapat memberi informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba pada
masa yang akan datang, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan
manajemen, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. Dalam penjelasan ini
konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang
menyatakan bahwa teknik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara
manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha
untuk mencapai atau memperhatikan tingkat kemampuan yang dikehendakinya (Sartono,
2001). Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri terhadap pihak eksternal
perusahaan seperti keditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki
informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif
lebih cepat dibandingkan pihak eksternal tersebut, sehingga sering terdorong untuk
melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri
(disfunctional behavior) atau perusahaannya.
Dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti terhadap tiga faktor yaitu profitabilitas,
leverage operasi, dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba.
Di dalam praktiknya rasio leverage operasi dihitung dengan dua cara, yaitu:
a. Pertama dengan memperhatikan data yang ada dineraca, mengetahui seberapa banyak
dana pinjaman digunakan dalam perusahaan.
b. Kedua mengukur resiko utang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban
tetap utang bisa ditutup oleh laba perusahaan.
Kedua kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi dan umumnya para analisis
menggunakan keduanya.
Ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasi
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aset, log size, nilai pasar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
saham dan lain-lain. Semakin besar suatu perusahaan, semakin banyak pula alternatif
pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar
akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal bila dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar diperkirakan memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba (Nasser dan
Herlina, 2003).
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aset
perusahaan (Jatiningrum, 2000). Jadi untuk melihat besar atau kecilnya perusahaan diukur
dari total aset berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan decimal dan skala
pengukurannya adalah rasio.
Perataan Laba
Pengertian Perataan Laba
Tindakan perataan laba memiliki unsur kesengajaan yang dilakukan oleh manajemen
untuk mencapai posisi laba yang diinginkan dalam laporan laba rugi perusahaan guna
menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya terpusat
pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut.
Di samping itu laba yang dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberi rasa
lebih percaya diri bagi pemilik perusahaan yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan
kepuasaan pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang
dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku (Stolowy dan Breton,
2000). Belkaoui (2007) menjelaskan bahwa perataan laba merupakan proses normalisasi laba
yang disengaja guna meraih suatu trend atau tingkat yang diinginkan.
Artificial Real
Smoothing Smoothing
Gambar 1
Tipe Perataan Laba
Pada gambar 1 di atas dapat dijelaskan bahwa perataan laba digolongkan menjadi 2
tipe, yaitu naturally smooth dan Intentionally Being Smoothed by Management. Naturally smooth
(Perataan secara alami), perataan ini mempunyai implikasi bahwa sifat proses perataan laba
itu sendiri menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Hal ini dapat kita dapatkan pada
perolehan penghasilan dari keperluan atau pelayanan umum, dimana aliran laba yang ada
akan rata dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain.
Intentionally Being Smoothed by Management (Perataan yang disengaja) dikenal juga
dengan designed smoothing, perataan ini berbeda dengan naturally smoothing yang terjadi
secara alami. Pada designed smoothing, perataan yang terjadi diakibatkan adanya intervensi
atau campur tangan dari pihak lain, dalam hal ini adalah manajemen.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh profitabilitas terhadap praktik perataan laba.
Profitabilitas merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan
untuk menilai kinerja manjemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang
representatif dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau meminjamkan
dana (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001). Dengan kata lain, profitabilitas menjadi tolak ukur
kinerja bagi pihak eksternal. Profitabilitas dapat dijadikan patokan oleh investor maupun
kreditor dalam menilai sehat tidaknya perusahaan. Profitabilitas perusahaan juga dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan
mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola resources yang dimiliki.
Faktor profitabilitas menggunakan rasio Return on Total Assets (ROA). Analisis ROA
merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang
digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Pada penelitian Jatiningrum (2000), menjelaskan bahwa hasil penelitian
menunjukkan variabel ukuran perusahaan dan sektor industri bukan merupakan faktor
pendorong tindakan perataan laba sementara variabel profitabilitas merupakan faktor
pendorong tindakan perataan laba. Dari penjelasan diatas hipotesis yang dapat dirumuskan
adalah:
H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Food and Beverages yang go public dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan sampel adalah perusahaan Food and Beverages, yang
telah go publik di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), serta masih aktif dalam melakukan
perdagangan saham tahun 2010-2012, (2) Perusahaan sampel adalah perusahaan Food and
Beverages, yang mempunyai laporan keuangan yang lengkap, valid dan telah diaudit serta
seluruh prospektusnya terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang melakukan perataan
laba, (3) Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2010-2012 tidak berturut-turut
merugi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik perataan laba.
Total Hutang
Leverage Operasi = ------------------- x 100%
Total Aset
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan yang diukur dari total
aset berdasarkan nilai buku. Variabel ini dinyatakan dengan menggunakan skala rasio
dan satuan ukur dalam bentuk decimal.
Rumus:
Ukuran Perusahaan = Log Total Aset
Variabel Dependen
Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah perataan laba yang diuji dengan
Indeks Ekcel (1981). Ekcel (1981) menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan
dan variabel penjualan bersih.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
Dalam penelitian ini, perataan laba diukur dengan menggunakan Indeks Eckel dengan
rumus:
CV
Indeks Perataan Laba =
CVS
Ket:
∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode
∆I = Perubahan penghasilan bersih/laba dalam satu periode
CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang
diharapkan.
Dengan kriteria, perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan
tindakan perataan laba:
Apabila: CV ∆I > CV ∆S
Cara menghitung ∆I dan ∆S adalah sebagai berikut:
Laba Operasin – Laba Operasin-1
∆In =
Laba Operasin-1
Penjualann – Penjualann-1
∆In =
Penjualann-1
n : tahun ke n
n-1 : tahun ke n-1
Ket:
CVΔI dan CVΔS dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus:
σ
CVΔI dan CVΔS =
k
CV : koefisien variasi ΔI atau ΔS
Δ : deviasi standar
σ : perubahan (selisih dengan tahun sebelumnya)
k : hasil rata-rata ΔI atau ΔS
Dalam penelitian ini variabel laba yang digunakan adalah laba operasi. Hal ini
dikarenakan laba operasi merupakan sasaran umum yang digunakan untuk melakukan
praktik perataan laba. Sedangkan variabel penjualan disini digunakan penjualan bersih (net
sales) atau pendapatan (revenue).
Data kategorial mengenai perusahaan perata laba atau bukan perata laba diberikan
data dummy dengan skor 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba dan skor
1 untuk perusahaan yang melakukan perataan laba.
Pembuktian Hipotesis
Secara statistik, ketepatan fungsi regresi sampel setidaknya dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai satistik t. Apabila uji nilai statistik berada
dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak) maka perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik. Sebaliknya, jika uji nilai statistik berada dalam daerah dimana H 0
diterima disebut tidak signifikan.
1) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan
model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2011).
Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase. Nilai koefisien korelasi (R2) ini
berkisar antara 0 < R2 < 1. Dari sini diketahui seberapa besar variabel dependen mampu
dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab
lain diluar model.
2) Global Test (Uji statistik F)
Uji global atau Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen
(Profitabilitas, Leverage Operasi, dan Ukuran Perusahaan) secara bersama (simultan)
berpengaruh terhadap variabel dependen (Perataan Laba). Dengan tingkat signifikansi
(5%), maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Kriteria uji F:
a. Jika nilai Sig uji Fhitung > 0,05 maka H0 diterima yang artinya variabel bebas secara
bersamaan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
b. Jika nilai Signifikan uji Fhitung < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya variabel bebas
secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel terikat.
3) Individual Test (Uji Statistik t)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel independen
(Profitabilitas, Leverage Operasi, dan Ukuran Perusahaan) terhadap variabel dependen
(Perataan Laba) secara terpisah (parsial) serta menerima atau menolak hipotesa. Dengan
tingkat signifikansi (5%), maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Kriteria Uji t:
a. Apabila nilai Sig uji thitung < 0.05, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Apabila nilai Sig uji thitung > 0.05, maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh
yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
10
Tabel 1
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
IS ,5336 ,6050 39
PROF ,0315 ,1054 39
LEV ,5858 ,1365 39
UP ,50 ,513 39
Sumber: Hasil Output SPSS
Hasil uji statistik deskriptif untuk 39 sampel perusahaan adalah rata-rata income
smoothing (IS) perusahaan food and beverages go public sebesar 0,53360 dan penyimpangan
penyebaran sebesar 0,6050. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa profitabilitas
(PROF), leverage operasi (LEV), dan ukuran perusahaan (UP) berpengaruh tinggi yaitu
sebesar 53% terhadap income smoothing (IS) pada perusahaan food and beverages go public.
Nilai rata-rata profitabilitas (PROF) sebesar 0,03150 dan penyimpangan penyebaran
sebesar 0,1054. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa profitabilitas perusahaan food
and beverages relatif tinggi. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin efisien dan efektif
perusahaan menggunakan keseluruhan aset dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang
memiliki profitabilitas yang tinggi mempunyai kecenderungan lebih kecil untuk melakukan
perataan laba.
Nilai rata-rata leverage operasi (LEV) sebesar 0,58580 dan penyimpangan penyebaran
sebesar 0,1365. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa leverage operasi perusahaan
food and beverages relatif rendah. Semakin rendah utang perusahaan maka semakin kecil pula
risiko yang ditanggung perusahaan. Perusahaan yang memiliki leverage operasi rendah
mempunyai kecenderungan untuk tidak melakukan perataan laba.
Nilai rata-rata ukuran perusahaan (UP) sebesar 0,50 dan penyimpangan penyebaran
sebesar 0,513. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan (UP)
berpengaruh tinggi terhadap income smoothing (IS) yaitu sebesar 50%. Dengan tingkat
penyimpangan yang tinggi yaitu sebesar 51%. Semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin besar pula kecenderungan melakukan praktik perataan laba.
Uji Normalitas
Grafik plot linear yang dihasilkan SPSS 20 menunjukkan Normal P-P of regression
standardized residual terdapat penyebaran data disekitar garis diagonal dan penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut. Maka model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. Model regresi yang baik jika semua variabel
berdistribusi normal. Jika grafik histogram menunjukkan pola yang mendekati bentuk bel
dan data yang bergerak mengikuti garis linear diagonal. Maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
11
b. Uji Multikolinearitas
Hasil perhitungan statistik nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance sebagai
berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Profit .994 1.006
1 LO .950 1.053
UP .951 1.052
a. Dependent Variable: IS
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasar hasil output SPSS 20 pada bagian coefficient diperoleh nilai Variance
Inflation Factor (VIF) untuk profitabilitas (Profit) sebesar 1,006, leverage operasional
(LO) sebesar 1,053, dan ukuran perusahaan (UP sebesar 1,052. Hasil perhitungan
menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari
10. Nilai tolerance mendekati 1 untuk profitabilitas (Profit) perusahaan sebesar 0,994,
leverage operasional (LO) sebesar 0,950, dan ukuran perusahaan (UP) sebesar 0,951.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Berdasar grafik Scatterplot yang dihasilkan SPSS 20 terlihat hampir semua titik menyebar
secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk mengetahui perataan laba
berdasar masukan dari variabel independennya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
12
Tabel 4
Hasil Perhitungan Regresi Logitik
Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,194 ,449
PROFIT 1,564 1,317 .116
LO -2,049 ,815 -.462
UP 1,179 ,244 .018
a Dependent Variable: IS
Sumber: Hasil Output SPSS
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage operasi,
dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba. Untuk mengetahui hipotesis
tersebut dilakukan uji t. Pengujian dilakukan dengan tingkat signikan α 5%.
Uji parsial (uji t) adalah pengujian yang dipakai untuk menganalisis pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam analisis ini apabila
diperoleh uji t < 0,05 berarti secara parsial berpengaruh signifikan. Sebaliknya apabila uji t >
0,05 berarti secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
13
Tabel 5
Hasil Perhitungan Uji t
Coefficients(a)
Model T Sig.
1 (Constant) 2,656 ,017
PROFIT 1,187 ,252
LO -2,516 ,023
UP 4,835 ,000
a Dependent Variable: IS
Sumber: Hasil Output SPSS
14
15
secara parsial terhadap income smoothing (IS). Sedangkan variabel profitabilitas (PROF)
secara parsial tidak berpengaruh terhadap income smoothing (IS).
Keterbatasan
Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa penguji
melakukan penelitian pada perusahaan Food and Beverages, sehingga mungkin belum
dirasakan efek dari praktek perataan laba yang terdapat pada perusahaan tersebut. Untuk
penelitian selanjutnya disarankan meneliti perusahaan dari sektor lain agar hasil pengujian
yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, A. R. 2007. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit
Salemba Empat.
Budiasih. I. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi
dan Bisnis (Januari): Vol. 4 No. 1.
Dwiatmini, S. dan Nurkholis. 2001. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus
Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tema,
Maret Vol 2, No. 1.
Eckel, N. 1981. The Income Smoothing Hyphothesis Revisited. Abacus. Vol. 17, No. 1. pp: 28-
40.
Ghozali, I. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Revisi, cetakan II. Semarang. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hanafi, M. M. dan A. Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta.
Penerbit UPP AMP YKPN.
Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasilan
Bersih/Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis
Akuntansi, Vol 2, No. 2.
Jin, L. S. dan M. Machfoedz. 1998. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
Vol 1, No.2.
Juniarti dan Corolina. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan
Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Publik. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan (November): Vol. 7, No. 2: 148-162.
Kustono, A. S. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dividen Payout, Risiko Spesifik, dan
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002-2006. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14,
No. 3: 200-205.
Nasser, E. M. dan Herlina. 2003. Teori Akuntansi. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat.
Salno, H. M. dan Z. Baridwan. 2000. Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing):
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan
Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Sartono, A. R. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. BPFE.
Stolowy, H dan G. Breton. 2000. A Framework for the classification of accounts manipulations.
France. Working Paper, HEC School of Management.
Suwito, E. dan A. Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. SNA VIII Solo. 136-146.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
16
Syahriana, N. 2006. Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (2000-2004). Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta. Yogyakarta.
Weston, J. F. dan T. E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Jilid 1. Alih bahasa: Jaka
wasana dan Kirbrandoko. Jakarta. Gelora Aksara Pratama.
Yusuf dan Soraya. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada
Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia. Jurnal Akuntansi Indonesia. Vol. 8. No.
1: 99-125.
●●●