You are on page 1of 40
PERRY'S Grails ENGINEERS’ HANDBOOK a if 1m ij ead = 4 a sem = ie sae | rouse | as fein ef e1 iy ahaa ¢ tigaadacs tt fey ¢ o Saeded fat Seadii 44-UUG4 AT UG 4d TATA 4 4ST 44s aa TTT 4b GRE GG i val li st ft wl TABLE 3:1 Physical Proportion of the Hlements ond mergers: Compete on ae | walls haga ees secon dese evctoey tn oom atinbether eine Soph caian re Steet o “Tha te ply mal peperts whe th ng of grees igen ceowrc,rkreee ene be atop ouaryantonk Rebbe), Handed of Chenery and ‘Ga in Neteans Chonicl Amid, Internthnd Cited Tedder Mie HAD. ae wd wer "Te madera weit a hee At se vey dw Te deme es toe tenpeeaure ahead tad tv ually wimedto wie at rg, 128 a ema of 1 tC moot | > | ee | rn a sso | sco | oe | ote =a re t =. tame |S ha a: i Sue | SB B Bt iz a aia 4 E i = ae ge en Pin Sfiaom : Bo. = ee aie 2: E 3 23 2 a SEE ocn # = Steno i cena s = oe =. ; ag = ae ety Be iB 33 Fe eens z = aie ; z- SeStcasn 2s * CCH rs ae ene ae @ eg af = Bette cn ihe = eats SP | wen a Stare ay | us: = ae oe s NEHLOONN = = = EE oman, a3 hae Sane 38 HE" | cee SR] awe 2 3 Be | ewe gh | see = Ry | Fy a5 | Fy a7 | gr | RE =r a 3 a z os se" = ¢ eouaaess a 228 5 ddl alt anit i i qi i e-atida ¢ Mla faatal f i i er | th nit it ast 4 i! ae | Hy ie rele tiaaety | iy {tll th shits atl apie WE+De k= do ALON TCHOIND SEZ A as Qettiteuccsed itt ri dietd ta Botgsekl oe st eEeTaUeee steed £8 a Wehee Letatandseatddaa dati? 08 lizzean Hed batt Hh aails prox at Se eeezez Ughvver eerl, et ot 1%, 52 3 WAH an Anan nt at sthstt atria © sacesqnssocal saansniAl ae! Sane 23a EARS T 21 Sdaaaadaauunqausacgaassceseoeannannearrrcened AAULgdaEESCORRRACESRRSEG dere i aa 4 | ene TS ‘Tek. Bha. Nuk. ISSN 1907 - 2635 Vol. 9 No. 1 Januari 2013: 1 - $4 AISAUDP2MLLIPLOA2012 (Masa berlakas Akreditasi «id Apeil 2015) OPTIMASI PEMISAHAN Zr ~ Hf DENGAN CARA EKSTRAKSI MEMAKAI SOLVEN TOPO Dwi Biyantoro, M.V. Purwani Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan - BATAN JI. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta ‘e-mail: dhiyantoro@ gmail.com (Naskah diterima 16-7-2013, disetujui 30-8-2013) ABSTRAK OPTIMASI PEMISAHAN Zr —- Hf DENGAN CARA EKSTRAKSI MEMAKAI SOLVEN TOPO. Telah dilakukan ekstraksi konsentrat zirkonium hasil olah pasir zirkon. Sebagai fasa air digunakan Iarutan umpan Zr-Hf dalam HCl dan HNO; dan sebagai ekstraktan ‘tau fas organik adalah tri-n-oktilfosfina oksida (TOPO) dalam kerosen. Parameter yang diteliti yaitu konsentrasi ekstraktan, konsentrasi asam, konsentrasi umpan dan jenis asam, waktu pengadukan, dan kecepatan pengadukan, Dari hasil penelitian optimasi proses pemisahan Zr dan Hf dari konsentrat zirkonium hasil olah pasir zirkon dengan ekstraktan TOPO diperoleh Kesimpulan sebagai berikut: Konsentrasi ekstraktan TOPO 5% dalam kerosen, konsentrasi Uumpan 200 g/L dalam media nitrat, umpan suasana HNO}1M, dan waktu pengadukan selama 35 ‘menit dengan kecepatan pengadukan $00 rpm, Pada kondisi ini diperoleh faktor pisah (FP) Zr- Hf 4,026, efisiensi ekstraksi Zr 21,83% dan efisiensi ekstraksi Hf 5.49%, Jka memakai media asam Klorida diperoleh hasil: konsentrasi ekstraktan TOPO 7% dalam kerosen, konsentrasi ‘umpan 80 g/l dalam media Klorida, umpan suasana HCI 4M, dan waktu pengadukan selama 35 menit dengan kecepatan pengadukan 350 rpm. Pada kondisi ini diperoleh faktor pisah (FP) Zr- Hf yaitu 1,739, efisiensi ekstraksi Zr = 23.45% dan efisiensi ekstraksi Hf = 14.97%. Kata kunci: ekstraksi, TOPO, zirkonium, hafnium. ABSTRACT SEPARATION OPTIMIZATION OF Zr-Hf BY EXTRACTION PROCESS USING TOPO EXTRACTANT. An extraction of concentrated zirconium as a product of zircon sand processing had been conducted. Zirconium-hafnium solution in HCl and HNO, were used as an ‘aqueous phase or feed solution and tri -n-oktilfosfine oxide (TOPO) in kerosene as an extractant or organic phase. The parameters were extractant concentration, acidity and acid type, feed concentration, stirring time and stirring rate. The research of optimized separation process on Zr and HY could be concluded as follows: extractant concentration is 5% TOPO in kerosene, ‘feed concentration of 200g/L in nitrate media, with the feed acidity of IM HNOs, and stirring time is 35 minutes with the stirring rate of 500 rpm. In this condition the separation factor (FP) of Zr-Hf was 4,026, extraction efficiency of Zr was 21.83% and the extraction efficiency of Hf was 5.49% When hydrochloric was used as media, the results shown are as follows: extractant concentration was 7% TOPO in kerosene, feed concentration is 80 g/L in chloride media, with the feed acidity of 4M HCI, and stirring time was 35 minutes with the stirring rate of 350 rpm. In this condition the separation factor (FP) of Zr-Hf was 1.739, extraction efficiency of Zr was 23.45% and the extraction efficiency of Hf was 14.97%. Keywords: extraction, TOPO, zirconium, hafnium. 34.0 1-Tek. Bln. Nuk JTek. Bho. Nokl. ISSN 1907 ~ 2635 ‘Vol. 9 No. 1 Januari 2013: 1-54 416 AU/P2MELIPLO42012 (Masa berlaku Akreditasi vd April 2015) CH all ext 2 | a {Al Q C\Hy;—— P—o ong [A] = konsentyasi A sesudah bereaksi, molem’ Be [Al = konsentrasi =A mulasmula ‘Gambar 1. Struktur molekul TOPO ‘Tri-n-oktilfostina oksida _memiliki ssifat fisis seperti kristal lilin, melelch pada suhu 51°C, dengan titik didih pada tekanan 1 atm sebesar 200 °C. TOPO dapat larut pada hampir semua senyawa — hidrokarbon, Kelarutan —tertinggi_terjadi dalam, iene pele a dt oN ee bertambal mig ge ay 1 sal iietee pongo TOPO antara lain kerosen, varsol, dan benzen, Pada banyak sistem: cekstraksi, ekstraktan dilarutkan dengan suatu pengencer yang tidak saling bereaksi yang disebut diluen. Pemakaian diluen terutama untuk memperbaiki sifat fisika dari fasa Oorganik. Salah satu pengencer or yang sering digunakan yaitu kerosen! Reaksl kimia yang terjadi antara zirkoniunvhafnium dengan TOPO adalah sebagai berikut: M(NO)). + 4R,PO McNOyn,aR:PO 0) dengan M_ adalah unsur zirkonium atau hafnium. Waktu pengadukan merupakan salah satu parameter yang perlu dilakukan karena menentukan —terjadinya ~—reaksi dan terbentuknya hasil reaksi, Setelah mencapai keadaan akan diperoleh nila koefisien distribusi Zr dan Hf. Sesuai dengan kecepatan reaksi, berkurangnya reaktan, atau bertambahnya hasil reaksi secara matematis dapat dinyatakan sebagai! 360 J Tek hn. Nuk (sebelum bereaksi), mol/em* k = konstanta —kecepatan —reaksi, moem’. s t= waktu reaksi, § Demikian pula parameter kecepatan pengadukan perlu dilakukan karena semakin besar kecepatan pengadukan lapisan difusi semakin tipis, dengan demikian tebal lapisan difusi yang diyakini merupakan hambatan terjadinya laju perpindahan massa semakin kecil, Laju perpindahan massa ini juga dapat ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut: nja2PalCa=Cu) o dengan: Na = fluks, gmoliem det, Dan = kocfsien dius mI. det Optimasi Pemisahan Zr ~ Hf Dengan Cara Ekstraksi Memakai Solven TOPO Dwi Biyantoro, M.V. Purwani koefisien distribusi (Ky), Koefisien distribusi dinyatakan dengan rumus sebagai berikut C R 2 atau Ky @) < < dimana Ky = koefisien distribusi dan € Cy, dan C, masing-masin, ih konsentrasi a pelarut 1, 2, organik, dan air. Dari jika nilai Ky be f n— cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organik, be pula terjadi sebaliknya. Sebagai ukuran keberhasilan untuk suatu proses ekstraksi sering digunakan besaran berupa faktor pisah (FP) atau a yakni perbandingan antaraKoefisien distribusi ‘suatu tnsur dengan koefisien distribusi unsur yang lainnya, Persamaan untuk memperoleh FP adalah: mus ters solut seca kuant rroa= $4 (5) 4a Kg) adalah koefisien distribusi unsur 1 (Zr) dan Ky: adalah koefisien distribusi unsur 2 (Hp. Efisiensi dalam proses ekstraksi dapat dengan persen solut yang yang dapat diperoleh dengan an sebagai berikut £=& x 100% 6 F n E adalah efisiensi ekstraksi (%), C2 adalah konsentrasi solut dalam fasa organik dan F adalah konsentrasi umpan untuk ekstraksi IL. TATA KERJA 2.1. Bahan Konsentrat zirkonim oksid klorid hasil olah pasir zirkon, HNO, teknis, HCI teknis, tri-n-oktil fosfina oksida (TOPO), kerosen, akuades, standard Zr dan Hf murni untuk analisis. 2.2, Alat Spektrometer pendar sinar X (Ortec 7010), pengaduk dan pemanas magnetik (Ika © Werke), timbangan (Sartorius 2464), alat- alat gelas kimia, vial, spex film. 2.3. Cara Kerja 2.3.1. Variasi konsentrasi ekstraktan Pembuatan larutan TOPO : 3, 4, 5, 6, 7% dalam kerosen (% volum,V/V) masing- masing sebanyak 10 mL. Umpan dibuat dengan cara melarutkan zirkonium oksid Klorid ke dalam asam klorida 4 M dan asam nitrat 4M, Larutan umpan setiap 10 ml. dicampur dan diaduk masing-masing dengan 10 mL. larutan TOPO (variasi konsentrasi) selama 35 menit pada kecepatan pengadukan 500 rpm, Campuran kemudian dipisahkan dengan corong pisah. Fasa air div analisis Konsentrasi ekstraktan yang memberikan nilai faktor pisah tertinggi digunakan untuk proses ekstraksi selanjutnya. 2.3.2. Variasi molaritas asam klorida dan asam nitrat Pembuatan larutan umpan suasana HCI masing-masing: 1, 2, 3, 4, dan SM. Larutan umpan 10 mL. masing-masing dimasukkan ke dalam lima buah gelas reaksi Kemudian ditambahkan sebanyak 10 mL larutan TOPO-kerosen selanjutnya diaduk dengan pengaduk magnetik selama 35 menit pada kecepatan 500 rpm. Seperti percobaan di atas umpan suasana HCI diganti dengan HNO} masing-masing pada molaritas: 1, 2, 3, 4, dan 5 M. Molaritas yang memberikan nilai faktor pisah tertinggi digunakan untuk proses ekstraksi selanjutnya. 2.3.3. Variasi konsentrasi umpan Pembuatan larutan umpan dengan konsentrasi : 80 g/L, 120, 160, 200, dan 240 g/L masing-masing dalam HCI dan HNO. Larutan umpan 10 mL masing-masing dimasukkan ke dalam lima buah gelas reaksi JTek. Bhn. Nukl. ¢ 37 INFO - TEKNIK Volume 9 No. 2, Desember 2008 (112-116) Pengaruh Isian Jenis Bola Kaca terhadap Dinamika Tetes dan Koefisien Pindah Massa Ekstraksi Cair-Cair dalam Kolom Isian Agus Mirwan', Doni Rahmat Wicakso* Abstract : Solvent extraction or Liquid-liquid extraction in packed column is a process of Hiquid phase in which a liquid solution (the feed) is contacted with an immiscible or nearly immiscible ‘will be done by using water ~ MEK (methyl ethyl Ketone) ~ mbexane system. The result of this research for packing type of sphere shows that more and more big dispensed phase flow rate and height from under side column (distributor), hence drop is more and more small with number of which more and more ‘many. This caused significant increase on overall mass transfer coefficient. Key words: drop distribution, packing, mass transfer PENDAHULUAN keunggulan jika dibandingkan dalam —kolom Kosong. Keunggulan tersebut antara lain dapat Salah satu proses pemisshan yang terkenal -mempertahankan tetesan dalam ukuran yang kecil dan banyak digunakan dalam industri kimia adalah dan adanya turbulensi yang tinggi akibat tetesan bergerak disela-sella isian dan aliran fasa kontinyu yang mengalir dari atas ke bawah kolom isian. Hal ini menjadikan tetesan memiliki fuas permukaan ‘kontak yang besar dan kemudahan berpindahnya senyawa terlarut dari salah satu cairan ke cairan ‘energinya juga relatif kecil. Aplikasi ekstraksi cair- cair ini telah banyak digunakan pada sektor . 4 pemisahan senyawa-senyawa aromatik pada * Staf pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasia 12 EKSTRAKSI DEDAK PADI MENJADI MINYAK MENTAH DEDAK PADI (CRUDE RICE BRAN OIL) DENGAN PELARUT N-HEXANE DAN ETHANOL Subriyer Nasir, Fitriyanti, Hilma Kamila Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ABSTRAK Minyak dedak padi atau lebih dikenal rice bran wil merupakan minyak hasil ekstraksidedak padi, dimana dalam pengolahannyst meliputi dus faktor penting yuitu stabilisast dan ehstraksi. Minvak dedak pad dapat digumatan sebaa mirvak makan (edible ou), sebagat bahan baku pada produk hosmetik dan farmast Tujwan Penelitian ini adalah wntuk menentukan waktu optimum pada proses stablisast dedak dan proves ekstraksi dengan menggunatan pelarat berupa mhevane dan ethanol seria menganalia kandurgan % FEA dan densitas dari rendemen minyak meniah dedak past Hasil penettian menunjutkan bahwa wakin optinoao nosh stabilisast adalah 1S menit pada temperatur HEC, dan waktn aptinum untuk ekstrakst ‘adalah selama 1 jom pada temperatar didih pelara (solvent) yang digunakan. Hal ini memperkuat dugoan ‘bahwa semakin lama wakta ekstraksi maka semakin tinggi % FEA Free Fatty Acid) yang terkandung dalam ‘minyok Berdavarkan karakterisik minyak yong althasiian dari ekstraksi, ternyata pelar’ nhewne memberihun buralserisnk bath dibandinghun ethanol ‘Kata Kunci: Rice bran eit, dedah poli, sabilisasi, straksi 1 PENDAHULUAN ‘Hanga minyak dedak dunia berkisar antara US: $12 ~ 14 pedlter dengan pasar wamanya Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Thailand. Berarti minyak ddodak telah digunakan secara luas sebagai minyak Jurnail Teknik Kia, No. 2 Vol. 16, April 2009 ddedak perahun, ‘Bila kadar air Gaba Kering Giling (GKG) sebesar 14% maka setiap uy I HEE erHtt i i E ‘dengan pelarut, wakiu dan pemanasan yang ‘optimal sehingga didapathan rendemen ‘minyak dedak yang tinggi dalam segi kualitas maupun kuantitas, serta dapat bermanfaat bagi masyarahat dunia Khususnya Indonesia, ‘arena perimbangan ekonomi. 2. Waktu Ekstraksd Lamanya waht ekstraksi -mempengarati volume ekstak minyak dedak yang diperoich ssigins Gobsn Mespomes fay tte fica” Dalim bain, nan chara Jang tert cain pins melaruihan soli sescmpurna mungkin. Kelarutan solut techalap pelarut yang tinggi akan mengurang: jumlah peeggunaan pelarut. chingea monghindaskan ferlalu hesarnya pecbundingan antars pelarut dan pradatan © Kerapatan Perbedaan Lenpatan yang besar antara pelarut ddan solve akan memudatihan pemusahan kedoan ys A. Aktivits kimia pelarut Pelarut harus bahan kimia yang stabil don inent terhadap Komponen Iaisnyx didalam sister (Teeybal, 1980), «Titik iis Prada proses chatraksi biasanya pelarut dan slut dipisahkan dengan cara peaguapan.distiast atau rektifikass, Ofeh harena iu siik didi kedua baban tidak boleh tertalo dekat. Daci segi ekonomi akan menguntunpkan bila tik dit pelarut tidak Pela hans mampo herdifusi ke dalam maupo he uae dart padutan agar bisa imcegalami Kontak dengan seluruh soll. Ole Karena itu, wiskinitas peanut hharus rendab agar dapat masuk dan Kkeluar Aedlanut atau solut pada plant. Semabin Kecil Kelarutan solut terhadup) pelanst semakin hesar pola perbandingan pelarut terhadap padatan, hegiw juga scbabknya Dengan demikian perbandingan solat dan Sarva Teknik Kimia, No.2, Vol. 16, April 2008 JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman 74-78 ISSN 2303-1077 Fitri Apriani™, Nora Idiawati’, Lia Destiarti’ ‘Program Studi Kimia, ‘Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura JI. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, 78124 ‘email: fiiapriani9104 @ yahoo co.id ABSTRAK Buah lakum mengandung pigmen antosianin yang peka terhadap derajat keasaman (pH). ‘Kandungan tersebut membuat buah lakum memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai indikator alami dalam proses titrasi basa kuat-asam kuat. Ekstraksi pigmen antosianin buah Jakum diakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian digunakan sebagai indiaktor alami pada tirasi basa kuat-asam kuat. Data yang diperoleh dari hasil titrasi divalidasi dengan hasil titrasi yang dilakukan menggunakan indikator sintetis. Indikator sintetis yang digunakan sebagai pembanding dalam peneltian ini yaitu indikator fenolttalein (pp). Hasil yang diperoleh pada tirasi basa kuat-asam kuat ‘menggunakan ekstrak metanol buah lakum mempunyai rentang pH sebesar 9,81-4,25 menunjukkan perubahan warna yang tajam dengan nilai standar deviasi (SD) yaitu 0,141. Penggunaan indikator fenolftalein (pp) sebagai pembanding menunjukkan reentang pH yaitu 9,83-4,20 dengan nilai SD sebesar 0,036. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol buah Jakum layak djadikan sebagai altematit pengganti indikator sintetis dalam proses titrasi basa kuat-asam kuat. Kata Kunci: buah lakum, ekstrak metanol buah lakum, indikator, pH, titrasi basa kuat- asam kuat PENDAHULUAN menghasilkan warna dapat _digunakan sebagai indikator alami Karena dapat berubah warna pada suasana asam ataupun basa Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai penghasii zat warna adalah buah lakum (Cayratia trfolia (L) Domin) yang sudah matang dengan warna _ungu kehitaman (Yeo ef al, 2012., Neliyanti dan Idiawati, 2014). Menurut Widhiana, dkk., (2012),' buah lakum yang telah matang mengandung senyawa flavonoid dan pigmen antosianin, alkaloid dan saponin. Pigmen antosianin ini merupakan penghasil A zat warna pada tumbuhan (Pratama, 2013) Soin "indisior stots, wlan «SAM, SANA poke tetadop derajat ditemukan’ indkator” dari bahan lami —-«Keasaman (pH) serta | panas_(Afihan, See ocnga blood Wear atau daun 2011). Tumbuhan taku ini_mempunyal a ae eee Oiunta feus buah seperti buah anggur (Vitis vanfera) See ea cepeu (Hibiscus dengan wana hau dan berubah menja a eee eae eam ung Kehitaman apabila tela “matang ee Str ic etor) toabaket, cova, seperti yang tera pada Gambar 1. Suva, 2014. Nutyant, dkk., 2010., Padmaningrum, 2011). Menurut’ Marwati (2010), hampir semua jenis tumbuhan yang 74 Dipindat dengan CamScannet PEMISAHAN LOGAM TANAH JARANG DARI URANIUM Bagi 11 KIMIA EXTRAKS! URAMUM DAN CERIUM Tewant Gliowstl BADAN TENAGA ATOM NASIONAL oF RUSAT. _PENELITIAN . TENAGA ATOM GAMA. <7". YOGYAKARTA — INDONESIA Dipindal dengan CamScanner IV. SIFAT-SIFAT EXTRAXSI URANIUM, CERIUM DAS LOGHH-LOGHH PANAE JMRANG LAIN ‘DALIM SISTI: ATR-EEXON ‘IV.1. Dasar-daser extreksi pelerut Apebila ke dele= sustu leruten zet snorgenik (di delem oir) @ltesbahkan pelerut orgenit yeng tidsk bercespur, don depat relarutken tet morgonik tersebut =eke sebegien zet terlerut oken terdistribusi ke delen fase orgenik. Perpindehen zat terlarut yeng dikehendaki dori fosn oir ke fose orgenik discbut extraksi. FPerbendingan konscutrasi fat terlerut dale fase orgenik terhadep kensentrasi ret terlarut da- lem fesa air, seteleh kesetizbangan tercapei serupekan sustu tetapen yeng Gisebut koefisien distribusi etm: kocfisien extraksi den besarnya bergentung pads keloruten reletif rst terlerut dale dua fasn. 1. Konsentrasi zat terlerut 2. Kozposisi (susunen) fese oir 3, Kosiposis! fean orgentk &, Subu 5. Waktu kesetinbengan. Dales bed ini cken diureikan secorc singket cesing-mesing fektor ter- sebut. Dipindat dengan CamScannet 2 don konsextres‘nye €i bevoh titik Jenubryn, neke ko.Msien distribust ‘tidsk berubeh dengan berubebnye konsentrasi zat terlerut. Welaupun de- mikion koefinica dtatribusi aken berubeh pride kensentrasi zat terlerut yong tinggi. Hel ini disebebran perubehen konsentresi ret terlarut mengakibatken pengnruh yang cukup besar pede kelaritan relatifmys da- lem kedua fase. 2. BSusunen (kemposiet) fase eir Apebile fesn air mengandung zat terlerut lain yang Renpenge- Tui kelarutan relatif rot terlarut yeng Giextreksi, roke koefisien Qistritvel bergantung pada susunen feeo sir den berubsh sesunt dengen Derubehayn susunenifesoleir. Penecbohen ot delen fese air yang.bere- skai dengen zat yang eken diextroksi, mecbentuk senyevn yong tidek de- pot Aiextroksi menurumken kotfisien distribusi. Sedengkan penenbehan fet yang memurumken kelaruten cat yong akon diextreksi dole fase air Aten bereeksi dengen rot terlerut mocbentuk senyav: yang lebih mudeh @iextreksi, akan reneikken koefisien distribusi. 3. Komposisi foc organir Bila fesa/orgenik|bsyo terairi dari/satumncen pelerut sc Ja, make koefisien distribusl tidck dipengeruht oleh besinn sistia int Tetepl bile fasa crgunik’terdiri deri cenpuren beberepa macem pelorut orgenik 41 nenc ret yong eken diextreksi Bespunyti keleruten berbeda, maka koefisien Gistribus{ akan berubch bergentung peda susunen fesn orgenik. Dipindal dengan CamScanner Doles tebel ai daweh inf depet ailiket perubshan koefisien @istribust wS* doten stati air-beron terbodsp subu [25), Tedel IV.1 BS IV.2, Pengeruh koesencn lerutmn d=n_ pereaksd pecbentuk caren : dslan sisti= ofr-hexon Dus fektor yang zengst berpengeru: pads extrckei Uranium, Ce- rium dan logm-loges tenah jerong Icin dele sistin eir-hexon efalah a Dipindat dengan CamScannet Distribution of Iodine in two Miscible solvents Vikram R. Jadhav tment of Chemistry KK. Wagh Arts, Commerce, Science and C Science Colle = goon (Nasi Maharastra nda) “corresponding Author E-mal: Nernst’ dition equation fora solute when is present in the normal ‘we can also calculate distribution constant coefficients for any case of a solute, In this paper to mentioned for iodine self distributing between the two miscible solvents such as cyclohexane and carbon tetrachloride, if the distribution ratio precisely known for miscible solvents then it will possible to study of distribution constants of lodine in the two miscible solvents. KEYWORDS: Distribution law, Distribution constant, Equilibrium state, miscible solvents, immiscible solvents, Considering a solute XA is itself distribut a 4 organic solvent), y (polar solvent) {non-polar organic solvent). Cy, Cy & Cy is the concentration of the solute (XY) in the solvents x. y ‘respectively, Distribution constant equation for the two miscible solvents can be obtained but the Solute XY [present in the normal state in solvents. ‘According to the Zeroth Law of Thermodynamics, states that Af the two systems are each in thermal ‘equilibrium with other third system, then it is also equilibrium with each other's, the following general teapresson is based on the Zeroth bw of thermodynamics, Applying law of mass action tothe equilibrium condition as follows, the solute present in normal state and the equilibrium constant as well as distribution ratio as, by using the equation (1) and (2), we get, XK; is the distribution ratio or distribution constant for the miscible solvents x and 2. MATERIAL AND METHODS; ‘Chemicals and reagents: Cyclohexane (10m), lodine crystals, Potassium iodide (0.5 N KD}, Carbon tetrachloride (10m) and Separating funnel Method: 1, The two small crystals of iodine of the same size were put into each of the two separating funnels. 10ru! ‘of cyclohexane and carbon tetrachloride were added separately into two separating funnels. Corked the funnel and was shaking until the todine ‘We observed the different colors in the two Re Sine cee ccmeinn te ane tom vert commen Reveal ott cheatin soar enmentoen Dipindal dengan CamScannet PHYSICAL IIH ' * Come cone. (Pp 183 Canton ose X ater mati vent A and 7g. 102 Water taal was aro Nab! Pen Choy 180. cepie fe "Trin bearan baton clesaen of cham oA Aa sohueX dure at ewes 60 imi arent Aan (Fg 11 em ware Concentration of Xi Solvent A _ C, Sek (oxmaet) SocmmacnetX esas Cc * “ Dipindat dengan CamScannet Online Jurnal of Natural Science Vol 5(1) : 21-30 ISSN: 2338-0950 Maret 2016 The Atioxidant Activity Of Husk Coffea (Coffea sp) Extract Base On Various Levels Of Polar Solvent Agriyani Marcelinda", Ahmad Ridhay, Prismawiryanti Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tadulako ABSTRACT ‘This research was about antioxidant activity of husk of coffee extract based on various levels of polar solvent. This research was conducted by extraction used methanol as solvent in preliminary step, following by fractination using n-hexane, ethyl acetate and butyl alcohol. ‘Those Fractination product then was tested on its antioxidant activity based on DPPH method. The obtained results showed that antioxidant activity of extracts of n-hexane, ethyl acetate, butyl alcohol and vitamin C were 1182.02 ppm, 82352 ppm, 556.67 ppm and 101.85 ppm. Keywords : Husk Coffea, Extraction, Fractination, Antioxidant. ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas antioksidan ekstrak kulit ari biji kopi (Coffea sp) berdasarkan tingkat kepolaran pelarut, Penelitian ini diawali dengan melakukan ekstraksi menggunakan pelarut metanol, selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan pelarut n- hheksana, etil asetat dan n-butanol. Ekstrak hasil fraksinasi dengan n-heksana, etil asetat dan n-butanol diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH. Hasil yang diperoleh untuk aktivitas antioksidan (ICso) pada ekstrak n-heksana, etil asetat, n-butanol dan vitamin C masing — masing adalah 1182,2 ppm, 823,52 ppm, 556,67 ppm dan 101,85 ppm. Kata Kunci : Kulit ari biji kopi, Ekstraksi, Fraksinasi, Antioksidan. *)Coresponding Author : agrivanimarcelinda@ yahoo com 2 Dipindat dengan CamScannet Online Jurnal of Natural Seience Vol 5(1) : 21-30 Maret 2016 LATAR BELAKANG Kopi memiliki nama latin Coffea sp. Buah kopi terdiri atas 4 bagian yaitu lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), kulit tanduk (parchment), dan biji_ (endosperm). Indonesia menempati urutan keempat sebagai penghasil kopi terbanyak di mencapai 29,3 ton pada tahun 2012 (BPS RI, 2012). Berdasarkan data Badan Statistik perkebunan pada tahun 2013, dunia dengan produksi Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki tingkat produksi kopi yang cukup banyak. Pada tahun 2012 produksi kopi dari perkebunan rakyat yaitu sebanyak 4.626 ton dengan penggunaan lahan tanam sebesar 7.573 Ha. Pada proses pengolahan kopi dibasilkan timbah sebanyak 40-45% limbah kulit biji kopi. Menurut Esquivel dan Jimenez (2012), yang. dikatakan limbah kulit kopi adalah pulp (bagian mesokarp), skin dan (bagian — eksokarp), mucilage parchment — (bagian endokarp). Kulit ari biji kopi adalah salah satu bagian dari limbah biji kopi_ yang dihasilkan pada proses pengolahan_biji kopi. Pada umumnya, limbah kulit ari biji Kopi hanya dimanfuatkan sebagai pakan ternak. Kurangnya kepedulian masyarakat dan minimnya —informasi tentang manfaat penggunaan limbah kulit 2338-0950 ati biji Kopi menjadi penyebab tidak adanya pemanfaatan dan pengolahan dari limbah kulit biji kopi tersebut. Salah satu manfaat penting dari limbah kulit ari biji opi sebagai antioksidan alami adalah —_peranannya Limbah kulit biji kopi ini juga mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu kafein dan golongan polifenol. Dari beberapa _penelitian, senyawa polifenol yang ada pada limbah ini adalah flavan-3-ol, asam hidroksinamat, flavonol, _ antosianid katekin, epikatekin, rutin, tanin, asam ferulat (Esquivel dan Jimenez 2012) Aktivitas Antioksidan Ekstrak Limbah Kulit Ari Biji Kopi (Coffea sp) Berdasarkan Tingkat Kepolaran Pelarut (Agriyani Marcelinda dkk) n Dipindat dengan CamScannet Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai To Oktil Amin (MV Purwani, Prayitno) THE EXTRACTION OF NEODYMIUM CONCENTRATES USING TRIOCTYL AMINE MV Purwani, Prayitno sat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN J. Babarsari Kotak Pos 6601 ykbb, Yogyakarta 55381 e-mail purwanimv@gmail.com Diterima 25 Oktober 2013, diterima dalam bentuk perbaikan 13 Desember 2013, disetujui 17 Desember 2013, ABSTRAK EKSTRAKSIKONSENTRAT NEODIMIUM MEMAKAI TRI OKTILAMIN. Telahdilakukan ekstraks! konsentrat Nd basil olah pasir monasit. Tujuan peneliian ini memisankan Na dari pengotomya : Y, Ce dan La. Sebagai fsa air adalah konsentrat Nd(OH) dalam HNOs den sebagai ekstratan atau fasa organik adalah th ok amin (TOA) dalam kerosen. Variabe! yang diteli konsentrasi HNOs, konsentrasi umpan, Konsentrasi TOA dalam kerosen, waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan. Dari hasil penelitan optimasi proses ekstraksi neadimium dani fonsentrat Nd(OH)s hasil olah pasir monasit dengan ekstraktan TOA, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: ‘onsentrasi HNOs yang optimum 2M, konsentrasi umpan 5 gram/10 mL, konsentasi TOA dalam kerosen 6 %, waktu pengadukan yang optimum 15 meni, kecepatan pengadukan 200 rpm. Pada kondisi ini diperoleh Kd Nd = 0.56; fisonsi ekstraksi Nd = 35,70%; FP Nd-La= =648; FP.Nd-Oe = 3,72 dan FP Nd-Y= 1,38. Kata kunci :ekstraksi, ti oktl amin (TOA), neodimium, ABSTRACT THE EXTRACTION OF NEODYMIUM CONCENTRATES USING TRI OCTYL AMINE.The extraction of neodyimium concentrates product from monazite sand has been done. The purpose of this study, is to separated ‘Nd concentrates fom Y, Ce and La as their impures. The No(OH)sconcentates in HNO; wes as an aqueous phase and tr octyl amine (TOA) was asa solvent organic phase in kerosene. The variables that being observed ‘were concentration of HNOs, concentration of feed, concentration of TOA in kerosene, time and agitation rate. From the study can be dedaced that concentration of HINO; was 2 M, the concentration of feed was 6 gram/10 il, the concentration of TOA in kerosene was 6 %, time of agitation was 15 minutes and agitation rate 200 rpm. On this condition obtained Kd Nd= 0,56; extraction efficiency of Nd = 35,70%. Separation Factor (SF) of obtained Nd-La = 2648; SF Nd-Ce =3,72 and SF Nd-Y= 1,38, Keyword : extraction, ti oct amine (TOA), neodymium PENDAHULUAN eodimium ditemukan oleh Welsbach pada tahun 1885. Unsur tersebut mempunyai nomor atom 60, massa Jaom 14,2 g mol*, densitas 7,0 g cm, tk leleh 1024 °C, dan Wik didih 047°C", Neodimium termasuk unsurlogam tanah arang yang keberadaannya berlimpah setelah serium, dapatditemukan dalam pasir monasit, ‘pmasuk dalam goiongan lantanida. Neodimium merupakan logam kuning keperakan yang berkilauan serta sangat eakif, merupakan salah satu unsur tanh jarang yang dapattltemukan pada peralatan-peralatan rumah sepert elevisi berwama, lampu pijar, dan lampuhemat energi. Campuran logam neodimium, besi, dan boron ‘dgunakan dalam pebuatan magnetpemmanen. Magnetini adalah bagian dari komponen kendaraan, selain its ‘digunakan untuk penyimpan data pada komputer dan digunakan pada loudspeaker Pasir monasitmerupakan mineral yang mempunyai bentuk katan fosfat yang mengandung thorium (Th) ddan logam tanah jarang sepert :itium (¥), serum (Ce), lantanum (La), gadolinium (Gd), dysporsium (Dy), eodimium (Nd), dan samarium (Sm). Rumus kimia pasir monasit secara umum dituliskan (LTJ.Th)PO«** Keberadaan monasitpaling besar terdapatpada lapisan allual yang terdapat pada beberapa negara di ‘dunia, antara lain lerdapat di Braz India, indonesia, Malaysia dil. Mengingat manfazat yang dimilixi neodimium serta dengan pertimbangan adanye cadangan pasir monasit di indonesia yang cukup besar, maka layak dilakukan perelitian perisahan neodimiumdariunsur-nsurlainnya. Hal ini selain untuk memaksimalkan potensi dati pasir monasi, juga akan memberkan nial ekonomis yang lebih tinggi. Di Indonesia pasir monasit yang 7 Dipindat dengan CamScannet Jumal btek NuktirGanendra Ganendra Joumal of Nuclear Science and Technology Vol. 17,No. 1, Januari 2014: 17 - 26 dperoleh dalam pasirdari Bangka yang merupakan hasil samping pengolahan timah dari penambangan timah deh PT. Timah. Hasil samping ini berupa pasir yang dibuang di laut Bangka dan sekitamya. Neodimium tidroksida merupakan hasil olah pasirmonasit. Pemisahan Nd dari konsentrat Nd(OH)s hasil olah pasir monasit peru diakukan mengingat akan egunaan dan harga Nd yang mahal. Untuk memisahkan Nd dilakukan dengan proses ekstraksi pelarut. Pemisahan dilakukan dengan cara ekstraksi karena proses ini mempuryal banyakkelebihan antaralain dari segi Waktu, dan peralatan yang lebih sederhana. Berdasarkan uraian tersebut, maka dari peneiian ini diharapkan dapat mengetahui kondisi optimum proses ekstraksi untuk memisahkan neodimium (Nd) dari pengotomya Y, Ce dan La dalam konsentrat Nd(OH)s. Mekanisme perpindahan massa atau unsurdarifasa airke fasa organikditampilkan pada Gambar‘ Bitid? ——_B ‘Binigad rasa) rier re run rnit) é c | Bic ses = Fasa Organik, A= solut, C= Fasa Ar Gambar2. Prinsip proses ekstraksi®®) Gambar 1. Mekanisme perpindahan massa atau unsur dari fasa airke fasa organik? Mekanisme perpindahan massa pada ekstraksi"") ‘© Transfer massa atau difusi ion logam (A) dari badan fasa air melalul tahanan film (boundary layer) ke ‘antarmuka antara fasa air dan fasa organik. * lon- logam (A) bereaksi dengan pembawa atau ekstraktan (carrier = B) dalam fasa organik pada antarmuka ‘asa airdan fasa organik. ‘* Pepindahan massa atau difusi dari hasilreaks antara logam dengan ekstraktan dalam fasa organik dari ‘antarmuka fasa air - organik ke badan fasa organik Pada peneliian sebelumnya telah dihasilkan konsentrat Nd(OH)s sebagai hasil olah pasir monasit. Dalam peneliian ini akan dipelajari metode ekstraksi pelarut sebagai salah satu cara untuk memisahkan Nd dari unsur-unsuriainnya. Ekstraksi Nddapat dlakukan dengan cara melarutkan konsentrat Nd(OH), ke dalam asam nitrat, Neodimium akan dikomplekskan terebih dahulu dengan pembentuk kompleks seperti but fosfat (TBP), trisn-oktiamin (TOA), asam di-2-eiheksil fosfat (O2EHPA), dan tr-n-okil fosfina oksida (TOPO) kemudian Nd ‘kan dibawa oleh ekstraktan ke fasa organik®. Telah melakukan ekstraksi untuk memisahkan unsur-unsur dalam konsentratlogam tanah jarang dar pasirsenotim, Ekstaksi tersebut menggunakan ekstraktan T OAdalam ‘campurannya dengan kerosin sebanyak 60% volume, waktu pengadukan 30 menit, pemakaian garam A(NOs)s, «alam umpan sebanyak 800 g/L dan keasaman umpan 0,2M; memberikan faktor pisah Y dengan Th sebesar 177,Y dengan Dy sebesat 23,34; dan efisionsi ekstraksi Ysebesar 97.2%". ‘Ti-n-oktlamin mempunyai rumus kimia [CH(CH:)N atau RsN merupakan amina tetier, mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan pelarut yang lain misalnya terhadap TBP", TOAmempunyai harga yang lebih murah, di samping itu senyawa amina ini dapat mengalami fapped. Senyawa alll fosfat tidak dapat mengalami fapped sehingga kemungkinan senyawa amina membentuk ikatan koordinasi dengan ion-ion LTS Dipindat dengan CamScannet ‘Agus M. H. Putranto ‘Abstract: Telah dilakukan penelitian tentang pembersinan lingkungan perairan ‘melalui metoda ekstraksi cair-cair dalam rangka mengurangi polusi lingkungan yang dihasilkan oleh limbah cair industri kelapa sawit, yang mantaainya dapat sebagai bahan dasar industri makanan dan farmasi. Metode ini bermanfaat ‘untuk mengekstraksi imbah cair yang mengandung gugus yang bersifathidrofi dan lebih sukar menguap deripada air. Apabila dibandingkan dengan metode pengendapan yang Konvensional untuk larutan dengan konsentrasi asam yang {inggi, maka metode ini lebih cocok untuk larutan dengan konsentrasi asam- ‘asam Karboksilat kurang dari 3%. Apabila dibandingkan dengan limbah cair ‘agroindustri sebenarnya, maka pada peneiitian ini dipergunakan limbah model yang berisi § g/l dan 10 g/l asam butrat dalam larutannya. Peneliian dliakukan ‘dalam berbagai konsentrasi pelarut mulai dari 30% - 80% volume TBF dan TEF ‘sebagai pelarut utama dalam campuran dengan dodekana sebagai polarut pendamping (diluent). Pengurangan massa jenis dan viskositas yang dimiliki polarut utama, oleh adanya diluent akan sangat_membantu dalam proses ‘ekstraksi dan transfer massa. Persentase asam terekstraksi dalam fasa organik dalam rasio pelarut secara volumetri telah ditentukan dalam peneltian ini, yaitu kemampuan maksimum pelarut TBF pada 80% vv" mencapai 53,34% dan 52.78% untuk pelarut TEF. Selanjutnya dari sifat ketidakiarutan dalam air dan kemampuan ekstraksinya, TBF den TEF, belum dapat dipromosikan sebagai cekstrakstan untuk penggunaan dalam industri kelapa sawit, dikarenakan tidak semua asam butirat yang ada di dalam limbah cai tersebut dapat diekstraksi Kata Kunci: ekstraksi cair-cair, asam butirat, TBF, TE, polusi perairan PENDAHULUAN Melihat — kemajuan imu pengetahuan dan teknologi hingga saat ini, telah banyak memb manfaat bagi kesejahteraan_hidup manusia, antara_ lain berupa kemudahan di segala bidang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di muka bumi ini, Namun disisi tain dampak negatif dari kemajuan teknologi telah mengakibatkan kerusakan lingkungan cukup serius. Sebagai contoh, manusia dalam mengeksplorasi alam, menggunakan teknologi tidak ramah lingkungan, kemudian membuang limbahnya ke Perairan, tanpa melalui perlakuan terlebih dahulu, sehingga mening- galkan polutan sangat berbahaya bagi flora maupun fauna yang hidup di perairan tersebut. Apabila flora dan fauna yang telah terkontaminasi oleh polutan kemudian dikonsumsi oleh manusia, maka —akhimya ‘Stal Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Bengkulu Dipindat dengan CamScannet 160. Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No.2, Agustus 2009 (158 ~ 172) akan diketahui pelarut mana yang memiliki daya ekstraksi lebih tinggi ae a af es es gE =f ge: cair, sehingga mencemari lingku- ngan perairan. Maka dalam pene- ltian ini berhasil dipisahkan asam- asam karboksilat tersebut dari lim- bah caimya, agar tidak mencemari lingkungan dan nantinya dapat dimurnikan untuk —dijual_— agi, sehingga dapat mengurangi beaya operasional penanganan limbahnya. Dalam penelitian ini dipergunakan limbah model dengan —_variasi persentase volume (vv) pelarut organo fosfor tethadap diluentnya inaupunaskoninyy (Coeure otal Sistem ekstraksi cair-cair (Liquid-liquid Extraction) dengan menggunakan pelarut organi untuk memisahkan asam-asam organik, mendapatkan perhatian dikalangan para penelit, beberapa tahun belakangan ini, Terutama pemakai- Dipindat dengan CamScannet “Laili Mei Ari Putsi, " Trapsilo Prihandono, " Bambang Supriadi Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Email: p3rot Abstract Effect of Solution Concentration Solution Temperature Rise Against The pace of research that observing and measuring about concentration and the rate of temperauure rise of the solution. A liquid will boil when the molecules gain enough ‘energy to liberate themselves from fellow molecule that then turns into steam. When other substances dissolved in water, the substance of these substances will be particles, which later these particles would bind particles of water and escaping into vapor, in other words, the water molecules will require higher energy to boil. The time it takes to boil the solution varies depending on the size and type of solute ‘concentration. This study aimed 10 investigate the relationship concentration versus time solution temperature increases 50" C, and assess the effect of concentration versus time solution temperature increases 50” C. Keywords: Effect of Solution Concentration Solution Temperature Rise Against rate. PENDAHULUAN Zat adalah seswatu yang memiliki ‘massa dan menempati ruang. Zat tersusuin atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbeda- beda. Susunan dan sift partikel singat ‘menentukan wujud zat, Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan_volumenya tetap. yang nantinya akan mempengaruhi titik didi tarutan tersebut. Titik didih suatu Jarutan merupakan subu larutan pada saat tekanan wap jenuh Tarutan itu sama dengan tekanan udara war (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan) (Wolke, 2003), ‘Suhu dan energi kalor_merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, Subu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Energi kalor adalah sesuatu yang “7 Dipindat dengan CamScannet ‘Swi Potensi Ekstra Daun Adam Hass (Rhoeo solo) SebagalInhaor Tiras! Asam Base Ramsar S, Sehendar D, Amalia V. A A aa, Sinta Ratnasari*, Dede Suhendar, Vina Amalia Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Jalan AH. ‘Nasution No. 105 Bandung 40614 *Alamat Korespondensi: sita.ratnasari19@ gmail.com Abstrak: Daun adam hawa memiliki pigmen warna ungu yang diduga berasal dari antosianin, Pigmen antosianin ini bersifatlarut dalam air schingga mampu bereaksi baik dengan asim maupun basa. Karakterisitik perubalan ‘warma ini menjadi potensi ekstrak daun adam hawa sebagai indikator dalam menentakan ttik akhir pada ttrasi sam basa, Perbandingan pelarut etanol 70% : ekstrak daun adam hawa (2:1) mampu mengekstrak metabolit sekunder secara optimal dengan metode ckstrasi teknik maserasi selama 24 jam. Karaktenisasi indikator ini rmeliputiuji perubshan wama dalam berbagai pH, titrasi asim basa konvensional dan autoritrator. perbandingannya dengan indikator fenolfialein (PP) dan metil jingga (MJ), idemtifikasi menggunakan spektrofotometer sinar tampak dan FTIR serta uji waktu simpan indikator, Hasil karakterisasi menunjukkan, indikator memiliki perubahan warna dari jingga kemerahan-hijau kecoklatan dengan trayek pH 4,75-675 pada daerah serapan 2. maksimum $10,01-591,99 nm, memiliki persentase selisih dengan indikator PP sebesar 0,915% dan indikator MJ sebesar 0,925%, serta dapat digunakan sampai empat minggu. Kata kunci: ikator, itrasi asam basa; trayek pH; antosianin, Abstract: Adam havwa leaf has purple pigment that comes from anthocyanin. Anthocyanin pigment is soluble in water so it can react with acid or base substances. Color change in different pH value made this leave extract can be used as an indicator to determine end point of acid-base titration. Comparison of 70% ethanol: adam awa leaf extract (2: 1) capable of exiracting secondary metabolites optimally with maceration techniques for 24 hours. Characterization of indicator include tests color changes at various pH level, acid-base titration Using conventional titration and autotitrator methods, comparison with phenolphthatein (PP) and methyt orange (MJ) indicator, identification using visible and FTIR spectrophotometer and retention time of indicator. Results showed, the indicator color changed from reddish orange to brownish green with pH stretch of 4.75 6.75 with maximum wavelength of $10.01-591.99 nm, has 0.915 and 0.925% difference with PP and MJ, respectively. The indicator ean be used up to four weeks. Keywords: indicators: acid-base titration; pH sireteh: anthocyanin, PENDAHULUAN Daun adam hawa (Rhoeo discolor) merupakan tanaman yang mudah dijumpai di Indonesia, Pigmen merah dan pigmen hijau yang menjadi citi khas dari ‘wmbuhan tersebut dihasilkan dari senyawa flavonoid ‘yaitu antosianin dan pigmen klorofil (Kadir, 2008), (Day & Underwood, 1986). ‘Senyawa yang berperan dalam perubahan warna indikator lami adalah antosianin yang juga nerupakan metabolit sekunder golongan flavonoid cn termasuk pigmen yang larut dalam air secara alumi sehingga memiliki kemampuan untuk bereaksi bik dengan asam maupun dengan basa. Antosianin berwama merah dalam media asam, dan berubah menjadi 1992) ngu dan biru pada media basa (Winamo, Indikator asam basa yang sering digunakan di laboratorium untuk titrasi-asam basa merupakan indikator sintetis contohaya fenolftalein (PP) dan ‘metil jingga (MJ). Setiap indikator sintetis memil hharga yang cukup mahal, serta dapat menyebabkan polusi lingkungan. Harga indikator titrasi asam basa ‘yang mahal membuat terbatasnya percobaan titra tersebut terutama di sekolal-sekolah yang berada jul dari perkotaan, Kandungan antosianin yang terdapat pada daun ‘alan hawa menyimpan” potensi besar sebagai {ndikatorttrast asam basa Ekstraksi menggunakan teknik maserasi_ yang ‘merupakan metode yang paling umum digunakan ‘untuk memisahkan kandungan senyawa kimia pada jringan tumbuhan, Fiano! 70% merupakan pelarut yang baik untuk eksttaksi flavonoid Khususnya Dipindat dengan CamScannet Kesetimbangan ini berupa kesetimoangan. fisika.. kesetimbangan cairan dan uapnya, atau kesetimbangan:ki seperti disosiasi Kalsiim karbonat Kesetimbangan heterogen ditandai adanya beb Kesetimbangan het eroger dapat Gipelajari'dengan's a Dengan mempelajan tetapan kesotimbangannyaycara a dom untuk. kesetimbangan.kimia.yangsberis! © a ceaahichmnelititinitiiat untuk kesetimbangan — Suatu zat dalam dua pelarut yang tidak bercampur. ¢. Dengan nukum tase, meme =" TETAPAN KESETIMBANGAN UNTUK REAKSI HETE> ROGEN Misainya: Cud(s) + H, (9) === Cujs) + H, O(g) Dipindat dengan CamScannet Journal of Nuclear Materials 412 2011) 334-337 ee Contents es avaiable ot ScienceDirect IS Journal of Nuclear Materials ELSEVIER Journal homepage: www.elsevier.com/locate/jnuemat M. Taghizadeh*, M. Ghanadi, E. Zolfonoun ‘Nuclear Fuel ce Research Schoo Nuclear Science 6 Techolay Research Intute, nd of North Keeper Ave, RO. Boe 1295-896, Tera ra ARTICLE INFO ABSTRACT ‘ae Nay Received 14 June 2010 ‘coped 24 March 2011 ‘Aeable onde 30 March 2011, inthis study, a new 2:74 separation procedure by solvent extraction s proposed. The method is based on using the miscure of TAP and Cyanex 923 as extractant inthe organic phase. Several parameters inci ing; TRP/Cyanex 923 volume ratio, extractant concentration inthe organic phase, ntsc aid and NaNO, ‘concentration in aqueous phase have been investigated, The results demonstrate beter condition respect to traditional TBP/HNOs process. Lower required acid concentration and more zitconium extraction are some advantages ofthe new separation process 1. Introduction Zircon and baddeleyite, the major minerals for zirconium, con- tain more than half-a-percent hafaium, which substitutes for zir- ‘onium in the mineral lattice. Zirconium metal should contain less than 100 ppm hafnium for use in nuclear reactors. For this rea~ son, itis necessary to separate the hafnium from the zirconium, although complicated and expensive separation methods are te: ‘quited to remove hafnium. At the present time, solvent extraction processes (based on MIBK' or TBP* extractants) are employed on a ‘commercial scale, as a part of process to separate hafnium from zi= ‘onium In the TBP/HNO, process, 3 Mnitric acid solution containing. ‘up to 30 gf (zirconium + hafnium) and 3.5 M sodium nitrate as salt- ing out agent is contacted counter currently with 60% (v/v) TBP in kerosene, under these conditions, the distribution factor for zirco- nium was afound 15 and that of hafnium around 0.15, therefore separation factor was 10 [1]. The most important disadvantages of this technology are the large consumption of chemicals and low zi ‘coniumhafnium separation factor. In the MIBK/NaSCN/HNO, process, thiocyanate complexes of zirconium and hafnium are formed in hydrochloric acid (2M) ‘These complexes exhibit a significantly different solubility in ‘methyl iso-butyl ketone (MIBK) [2 In this process, it is hafnium, the minor component that is concentrated in the organic phase ‘making it possible to produce both metals at nuclear grades. The MIBK has a high load capacity and settles readily. However, the ‘waste stream contains high concentrations of ammoniuin, cya- hides and organic by-products, The solvent itself is volatile and is slightly soluble in water leading to significant losses by evapora © Goresponding author ‘smal ates: entaphzadeh@ocoLorgr(M.Taghzadeh). ® thy ao-buy tone abut phosphate. (022431158 «see foot mater © 2011 Elsevier BY. oi 01016) jruemae201.08.033, (© 2011 Elsevier AV, All sights reserved, tion with extra care is needed to handle and recycle the organic stream and to discard the effluents [3] ‘The disadvantages ofthese processes could be largely avoided if it were feasible to separate hafnium and zirconium, using another extractants, Previous reports have used Cyanex 925, Cyanex 923, Aliquat 336,* Cyanex 272° and D2EHPA® for zirconium/hafnium separation [4-6], The comparison ofthese works shows that Cyanex 925 and Cyanex 823 have better performance among other extract- ants. However, third phase formation at about & g/l in the organic phase decrease interest in use of Cyanex 923 for Zr/Hf separation. ‘Although this problem was not encountered using Cyanex 925, even, at 46 g/l Zr in the organic phase, its higher cost as compared with ‘TBP, has been limited its use as an extractant for such purpose, For mentioned reasons, optimization of conventional TRP/HNO, process by mixing TBP with Cyanex 923 has been studied. 2 Experimental 2.1. Materials Industrial grade zirconium tetrachloride was supplied from zi onium production plant of Isfahan (ZPP) that contains originally 2 (wt) hafnium. All other chemical reagents were supplied by Fluka and Merck. 22. Method ‘Taguchi L9 orthogonal array design [7] was used to screen the effect of four process parameters namely TBP|Cyanex 923 volume YW oct phosphine oxide. * cuateratyammonsin sat * Bs 24.trimetypeny phosphine ai * Dizetiyien! phosphine acd Dipindat dengan CamScannet ‘M.Taghih et a/Joural of acer Maras 4122011) 334-337 338 The various parameters selected and thee respective levels the present xpei- mena design Parmeter en ‘Tup-cyanex 823 (volume ratio) 4 NaNO4:NOS (ole 1380) é NF (80) 2 tact (lume percent) Cy ratio, otal concentration of extractants in the organic phase, con= ‘centration of nitrate anion and nitrate anion/sodium nitrate ratio inthe aqueous phase on the separation factor of Zr/Hf. ‘The selected parameters and their levels are presented in Table 1, As stated earlier, Taguchi orthogonal design array with four parameters at three levels was applied. The details ofthe expe ments designed are shown in Table 2. This design involves nine separate experiments with specified level and a particular combi- nation of parameters. Complementally experiments were designed ian attempt to confirmation of Taguchi's results. 2:3 Preparation of aqueous and organic solutions Biswass and Hayat showed that the type of chloride complexes. that are formed in hydrochloric media undergo changes during the first day and more or less remain constant after first day (up to 30 days) [8]. According to the studies of Thomas and Kremer 2irco- ‘nium hydrolysis in the nitrate and chloride media are comparable inmany respects [9]. Therefore, throughout this study, the samples ‘were first aged for one day to ensure the unique properties of the feed samples. Appropriate amount of zirconium tetra chloride was dissolved in the solutions according to Table 1, in manner which in all samples, initial metal concentrations in the aqueous solutions ‘were about 26 and 0.5 g/ zirconium and hafnium, respectively, 24, Analyses of the aqueous phase Separatory funnel was employed to separate the aqueous phase from organic phase. Analyses of the aqueous phase were carried cout in order to measure the concentration of the Zr and Hf by ‘means of inductively coupled plasma optical emission spectrome~ tty (ICP-OES). Concentrations ofthe Zr and Hf in the organic phase ‘were then calculated through mass balance analysis. ‘The results reported in this article are mean valves of at least three samples at each set of experimental condition for each pro ess parameter variables, 3. Results and discussions 3.1. Results of preliminary experimental design ‘Table 3 shows the summarized results of 2r/Hf extraction and, related separation factors for each set of experiments, Figs. 1-4 show the average effect of each level for significant parameter on ‘mentioned responses. These quantities are calculated based on Taguchi's method by Excel program. Fig, 1 shows mean effect of nitrate anion concentration on zit Fig. 2 presents average effect of sodium nitrate to total nitrate anion ratio on extraction and separation of ziconiuim and hafnium, ‘These results show that providing up to 25% of the total anion ni- able Ress foreach set of experimen. Taperimens Response Zeconem exvaction alum extacion SF (2H ® o 4 T ns sr 138 2 or 560 a 3 sar sto 2 4 no S19 238 5 966 wos 1235 6 9 52 252 7 0 09 se 5 ot Bas ae Fy oe sra0e Nitrate anon cone ig. 1. Average fle of itt anion concentration on extraction of Zand HE atte2 THe ote aay deen. pines Paani z NOS NOGNO;—TwRCyanex 823 exwacant 5 sae fs tral) (mle) Gatumera) Ge i Seon ewe fe vs 7 7 er 7 : i 3 ; 8 3 x 5, a8 ‘ 3st 2 2 : 3 Bots | a : sO ‘ Pa Pn 2 i $ roo 3 3 « ‘ inalt experimen O[A= 1; T= "Cad aking me by magnet seer wan mH ‘Soa Mira: Nitrate Anion (Mole ato) Fig. 2. Average fects of sam mirateconceneation on Zr and HY extraction. Dipindat dengan CamScannet PRAKTIKUM KIMIA FISIKA MODUL V (HUKUM DISTRIBUSI NERST) LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA I PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA. UPN “VETERAN” JAWA TIMUR Dipindal dengan CamScanner BABV HUKUM DISTRIBUSI NERNST TUJUAN : Menentukan koefisien distribusi solute diantara dua pelarut yang tidak saling larut TEORI: ‘Asam acetat larut dalam air dan xylene. Jika larutan asam acetat dalam air dicampur dengan xylene yang tidak larut dengan air maka asam acetat akan terdistribusi kedalam lapisan air dan xylene sedemikian rupa sehingga pada keadaan setimbang perbandingan antara konsentrasi asam acetat dalam kedua lapisan konstan pada suhu tertentu. Keadaan tersebut _merupakan akibat langsung dari persyaratan termodinamis untuk kesetimbangan . Sebagai contoh Dipindat dengan CamScannet yang menyatakan bahwa suatu solute akan terdistribusi dengan sendirinya diantara dua pelarut sampai pada keadaan setimbang perbandingan aktifitas dari solute dalam kedua lapisan konstan (pada suhu tertentu). Jika Jarutannya encer, atau jika solute berkelakuan ideal, aktifitas solute sama dengan konsentrasinya. Sehingga persamaan (4) dapat diubah menjadi ola C, - Dimana K = koefisien distribusi zat terlarut dalam dua pelarut A dan B yang tidak saling larut BAHAN-BAHAN : - Asam acetat - Xylene - Phenol phathalein - Air ALAT YANG DIGUNAKAN : - Corong pemisah tertutup (1 buah) Erlenmeyer 100 mi (3 buah) + Gelas ukur 100 mi (1 buah) - Pipet ukur 25 ml dan 10 ml ( masing-masing 1 buah) - Buret = Labu ukur Beaker glass Dipindat dengan CamScannet Dipindat dengan CamScannet pemisahan ani Bahan parson ‘pamun preparatif, ekstrasi pelacut dapat beberapa dapat diterapkan sepanjcng jangkavan bonsentras! yang ebay daa sccara meiuas untuk jsolasi kuantitas yang luar biasa sediki nit ae yee ca ae iru, Terlepas dari yang intrinsik, ada suatu alasan pending untuk jar ini: Kita akan haere a Dipinda dengan CamScannet Dipindat dengan CamScannet Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dw ISSN NO. 2085-0018 Oktober 2019 EEE eee Ni Luh Gede Karang Widiastuti Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Dwijendra, Denpasar, Bali e-mail: karangwidhi @ gmail.com Abstrak Artikel ini disusun dengan tujuan guru TPA khususnya guru kimia mampu mengajarkan konsep ikatan kimia terintegrasi dengan berbagai bidang ilmu. Mata Pelajaran IPA (Sains) adalah sebagai sarana untuk ‘memabmi alam dan melatihkan pola pikir siswa dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan objek IPA. Amanah kurikulum menghendaki IPA dibelajarkan secara terpadu (terintegrasi) sesuai dengan namanya yaitu IPA Terpadu (Sains Terintegrasi). Mata pelajaran kimia merupakan salah satu tugian dari sains itu sendiri yang memiliki peran sejajar dengan cabang-cabang sains lainnys, seperti fisika, biologi, geologi, dan astronomi. Tkatan kimia merupakan salah satu materi yang dikaji dalam n pelajaran kimia khususnya pada kelas X sesuai dengan K-13 yang berlaku, Sesuai tuntutan K-13 bahwa pembelajaran IPA termasuk kimia harus diajarkarkan secara terintegrasi, Salah satu konsep Kimia ysitu ‘katan kimia, Konsep ikatan kimia ini dapat dikaitkan dengan berbagai bidang ilmu seperti ilmu kimia, fisika, biologi, geologi, serta astronomi, Selain itu, konsep ikatan kimia juga dapat dikaitkan dengan beberapa aspek kehidupan seperti bidang lingkungan, keschatan dan keselamatan serta teknologi schingga pemahaman siswa akan lebih bermakna dan menyelirub terhadap konsep ini, Kata-kata kunei: mu pengetahuan alam, sains terintegrasi, ikatan kimia Abstract This article was compiled with the aim of the Sciences teacher especially the chemistry teacher being able to teach the concept of integrated chemical bonds with various fields of science. Sciences Subjects are as ‘4 means to understand nature and train students’ mindset in solving various problems related to the objects of Sciences. The mandate of the curriculum requires that science be taught in an integrated manner (Gmegrated) in accordance with its name, namely Integrated Sciences. Chemistry is a part of science itself that has a parallel role with other branches of science, such as physics, biology, geology, and astronomy. Chemical bonding is one of the material that is studied in chemistry subjects, especially in 10th grade students according to the applicable 2013 curriculum In accordance with the demands of the 2013, ‘curriculum that learning Sciences including chemistry must be taught in an integrated manner. One ‘chemical concept is chemical bonds. The concept of chemical bonds can be linked to various fields of science such as chemistry, physics, biology, geology, and astronomy. In addition, the concept of chemical bonds can also be linked to several aspects of life such as the environment, health and safety and technology so that students’ understanding will be more meaningful and comprehensive about this concept. Keywords: science, integrated science, chemical bonds 1. PENDAHULUAN fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. mu Pengetahuan Alam dapat dilihat sebagai bangunan ilmu (body of knowledge), cara berpikir (way of thinking), cara penyelidikan (way of investigation). Istilah imu Pengetahuan Alam (IPA) dikenal juga dengan istilah imu sains.Sebagai bangunan ilmu pengetahuan, IPA (sains) terdiri dari Bangunan ilmu ini bersifat satu kesatuan dan sailing mendukung. Secara filosof, sains cbagai bangunan ilmu dapat dikaji baik secara ontologi, epistimologi dan aksiologi Sains sebagai suatu bangunan ilmu yang ‘mempunyai karakteristik yang erat kaitannya dengan objek alam. Permasalahan yang Dipindat dengan CamScannet Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra jika suatu stom berikatan dengan atom unsur fain melalui suat Konsep ikatan kimia ini dapat dikaitkan dengan berbagai bidang ilmu tan kit seperti ilmu kimia, fisika, biologi, geologi, serta astronomi. Selain itu, konsep ikatan kimia juga dapat dikaitkan dengan beberapa ‘spe kehidupan seperti bidang lingkungan, kesehatan dan keselamatan serta teknologi. 2. PEMBAHASAN Ikatan Kimia Ikatan kimia adalah ikatan yang terbentuk karena adanya daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan suatu senyawa kimia dapat bersatu, Kekuatan daya turik-menarik ini menentukan _ sifat-sifat kimia dari suatu zat Jenis-jenis Ikatan Kimia Ikatan kimia dapat dil igi menjadi dua Kategori besar yaitu ikatan antar atom dan ‘katan antar molekul. ISSN NO. 2085-0018 Oktober 2019 ‘Adapun jenis-jenis ikatan kovalen yaitu: 1) Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang berikatan, ikatan kovalen dibagi 3 yaitu ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua, ikatan kovalen rangkap tiga, dan ikatankovalen koordinasi. 2) Berdasarkan kepolaran ikatan, ikatan kovalen dibagi 2 yaitu: ikatan kovalen polar, ikatan kovalen non-polar, dan ikatan logam Dipindat dengan CamScannet Jumal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra Keterkaitan Konsep Ikatan Kimia dengan Berbabagai Bidang Imu 1, Bidang Kimia Dalam bidang kimia konsep ikatan kimia digunakan untuk menjelaskan cara- ‘ara unsur untuk mencapai kestabilan seperti kestabilan unsur gas mulia, Unsur-unsur gas rmulia yang terletak pada golongan VIIA dalam sistem periodik unsur seperti helium GH), neon (iNe), argon (wAr), krypton GeKr), xenon (siXe), dan radon (sen) memiliki konfigurasi elektron yang. stabil sehingga jarang berikatan dan mengalami reaksi kimia, Hal ini disebabkan karena lunsur gas mulia-memiliki konfigurasi elektron stabil yaitu memenuhi kaidah oktet (Ge pada kulitterluar) dan kaidah duplet (2e ISSN NO. 2085-0018 Oktober 2019 pada kulit terluar). Adapun konfigurasi gas ‘mulia dapat dilihat pada tabel 1 ‘Tabel 1. Konfigurasi Unsur Gas Mulia Pe No. Ri | Un Ato} K/L] M|N|o|P ©) sur m de T |e) 2 |2 2) Ne| 10 /2/8 3 | Ar| i ]2|8| 8 a kr [36 [2/s)is[s T 5 | Xe] 54 ]2]8| 18 8 a} t Rn | 86 | 2] 8) 18 8 ‘Atom dart unsarunsur yang Tain yang tidak stabil berusahamemiliki konfigurasi seperti konfigurasi_elektron Adanya konfigurasi atom —unsur gas mulia, kecenderungan — memiliki clekiron stabil inilah yang merupakan salah satu. faktor penyebab terjadinya ikatan kimia, Dimana ikatan kimia ini terjadi fantar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut 1. Atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron (sera terima —elektron) ‘membenyuk ikatan ion, 2. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan membentuk —ikatan kovalen Dipindat dengan CamScannet

You might also like