You are on page 1of 41
UJIEFEKTIFITAS CANGKANG TELUR DALAM MENGADSORBSI ION Fe DENGAN PROSES BATCH. Faisol Asip, Ridha Mardhiah, Husna Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya JL.Raya Palembang — Prabumulih Km.32, Inderalaya 30662 Abstrak “Adsorpsi adalah proses pemisahan dimana komponen tententu dari satu fase fuida berpindah ke [permakaan cat pralat yang menyerap. Bahan yang diserap disebut adsorbat dan bahan yang berfungsi sebagal penverap disebut adsorben. Peneltian ni bertuan untuk menguji efeiifitas cangkang telur dalam proses adsorpsi Fe dengan sistem batch, mengetahui ukuran adsorben dan massa alsorben optimum untuk menyerap ion Fe dengan proses adsorpsi sistem batch serta waktu pengadulan vang efekif pada proses ink ‘Kata kunci: Adsorbsi, cangkangtelur, ion Fe 1, PENDAHULUAN Berkembangnya industri didalam —negeri ‘memberikan pengaruh positifherupa meningkatnya, perckonomian nasional. aman demikian, perkembangan industri ini membawa efek negatif ‘ait menurunnya kualitas lingkungan akibat Timbab yang. dihasikan dari Kegiatan industri tersebut. Limbah industri baik berupa gas, cair ‘maupun padat pada umumnya termasuk dalam {eategorilimbab 13 (bahan berbahaya dan beracun). [Limbab B3 yang sangar dtakuti adalah limbab dari induste: kimi. Limbah industri kimia ink pada tumumnya mengandung berbagsi macam unsur logam berat (sepeni Fe, Cr, Cu, Ni, Zn) yang ‘mempunyai sifat akumulatif dan beracun sehingsa trerbahaya bagi Kesehatan manusia serta makbluk biduplainaya. Peneliian ini dilakukan untuk mengetabui ‘kemampuan daya serap cangkang telurterhadap ion Fe, Peneliian ini dibarapkan dapat_memberikan ‘manfaat bagi penanganan limbah logam berat terutama yang mengandung Fe, dengan demikian pencemaran lingkungan dapat ditanggulangi sebaik ‘mungkin, 1, FUNDAMENTAL ‘Limbah cair yang mengandung ion Fe dengan konsentrasi yang ‘Sngat rendah dapat dilangkan dengan adsorp. Limbah sintetit Fe dimasukkan ke dalam beker flashers serbuk adsorben, dimana adsorpsi ferjadi melalui proses sebagai berikut Paspindahan massa dari eairan ke permukaan tat Difusi dari permukaan butir ke dalam butir ‘melalui por Pespindahan massa dari caitan dalam pori ke sdinding por Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, Apri 2008 Dipinda dengan CamScanner | Faktoraktor yang mempengaruhi Proses Adsorpsi ‘Ada beberapa faktor yang _mempengaruhi proses adsorpsiyaitu 1) Proses pengadukan ‘Kecepatan adsceps selaindipengaruhi oleh film diffusion dan pore diffusion juga dipengarubi oleh pengadukan. Jika proses Pengadukan relat keeil maka adsorban sukar mmenembus lapisan film amare permukaan ‘adsorben dan film diffusion yang_merupakan faktor pembatas yang memperkeeil keeepatan ppenyerapan. Dan jika pengadukan sesuai maka ‘kan menaikkan film diffusion sampaititk pore siffusion yang -merupakan faktor pembatas dalam sistem batch dilakukan pengadukan yang tinggi 2) Karakteristik Adsorbant ‘Adsorpsi dipengaruhi oleh dua sifat permakaan yaitu energi permukaan dan gaya turk permukaan. Oleh karena ita sift fisik yt tukuran parikel dan luas permuksan merupakan sifat yang terpenting dari bahan yang akan sigunakan sebagai adsorben. 3) Kelarutan adsorbant Proses adsorpsi_terjadi pada molekule ‘molekul yang ada dalam larutan haus dapat tespisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan permukaan adsorben, Sift unsur yang ‘eclarut mempunyai gaya tariemenark terhadap cairannya yang lebih kuat bila dbandingkan dengan unsur yang sukar lara. Dengan sdemikian unsur yang terlarut akan lebih suit terserap pada adsorben bila dibandingkan ‘dengan unsur yang tidak lar. Poses Pengoperasian roses Batch Pada skala laboratrium sistem joi dilakukan dengan mencampurkan antara adsorben dan Jurnal Teknik Kimia, No, 2, Vol. 15, April 2008 ‘adsorbat yang) terlarat dalam aguadest dan ilakukan pengadukan dalam beker gelas agar ‘erjadi kontak antara adsorben dengan larutan secara Logam Berat Logan berattermasuk golongan logam dengan Initeiackriteria yang. sama dengan logam-logam Jain Istilahlogam berat telah digunakan secara luas sebagai sua istilah yang menggambarkan bentuk dui suatm logam tertentu. Karakterstik dari ‘Kelompok logam berat adalah sebagai berikut 1) Memiliki spesifik grafiti yang sangat besar (ih dari empat) 2) Mempunyai nomor atom 22 - 24 dan 40 ~ $0 ‘eta unsur-unsur lantanid dan aktnida 3) Mempunyai respon biokimia Khas pada ‘arganisine hidup 4) Limbab logam berat yang lepas ke lingkungan prada dasarnya akan dapat merusak ekosistem- skosistem linghungan. Jon Fe Hes ala logam yang diasithan dai bith tesi, dan jorang diumpai dalam Keadaan unsur tebas. Uaiok mendaatkan unsur bes campuran bin harsdiianghan mela pengurancan Kia. Pemalaian zat bes! belbiban akan bers vsit arena bes akan best dengan peroksida Yang akan moghasilan kal bes dal tuba, Prone in dapat baling jika best dalam jumlah norma lc mckaninma anki dla Badan ‘Agar tidak mencemaringkingan, limba yang alan diuang hadse logamny tidak boleh eleva batts Kader elainum yang tipetolebian oleh reguasipomerntsh (REP. SIMENLIVIO/1995 tentang. Bak Mata Lina Cair bagi Kegitan Indo). Kedar makina Cr, Cu, Fe, dan Mn clam inbuh ‘indust yang sipetolebkan herturacturst ada OSmpe 2mmg/L., 5 mg/L, dan 2 mg/L. (Cangkang Telur ‘Cangkang telus merupskan limbab rumah tangea yang belum dimanfustkan secara maksimal Saat ini cangkang tclur hanya digunakan sebagai tahan buku industri kerajinan tangan. ‘Setiap telur memiliki 10,000 ~ 20.000 pori- ori schinggs diperkrskan dapat menyerap swat solut dan dapat digunakan sebagai adsorben. Dipinda dengan CamScanner ~ Activated Carbon PCaP HES Roop Chand Bansal Meenakshi Goyal Taylor & Francis Dipindal dengan Camscanner ‘Adsorption Energetics, Models, and Isotherm Equations 69 ‘The type of adsorption that takes place in an adsorbate-adsorbent system depends upon the reactivity of the surface, the nature of the adsorbate, the nature of the adsorbent, and the temperature of adsorption. For example, the adsorption of oxygen ‘on active carbon is physical adsorption to a large extent at temperatures below ~100°C, and it is chemisorption at room temperature and above. When it is not certain that the process of adsorption is either physisorption or chemisorption, or when both are ‘occurring in appreciable proportions, then it is preferable to use a less committal term: sorption, 2.2: ADSORPTION EQUILIBRIUM. When a solid surface is exposed to a gas, the molecules of the gas strike the surface of the solid. Some of the striking molecules stick to the solid surface and become adsorbed while the others rebound. Initially the rate of adsorption is large as the whole surface is bare but as more and more of the surface becomes covered by the molecules of the gas, the available bare surface decreases and so does the rate of adsorption. However, the rate of desorption, which is the rate at which adsorbed molecules rebound from the surface, increases because desorption takes place from the covered surface. As time passes, the rate of adsorption continues to decrease while the rate of desorption increases until an equilibrium is reached between the rate of adsorption and the rate of desorption. At this stage the solid is in adsorption equilibrium with the gas, and the rate of adsorption is equal to the rate of desorption. It is a dynamic equilibrium because the number of molecules sticking to the surface is equal to the number of molecules rebounding from the surface. For a given adsorbate-adsorbent system, the equilibrium amount adsorbed x/m is a function of pressure and temperature; ie., ~=/(p,T) (1) where x/m is the amount adsorbed per unit mass of the adsorbent at the equilibrium pressure p, and T'is the temperature of adsorption. The adsorption equilibrium can be approached in three different ways. 2.2.1 ApsorPTioN IsoTHERM Ifthe temperature is kept constant, then for a given adsorbent-adsorbate system x/m depends on the equilibrium pressure, and the equilibrium can be represented as (p) [7 = constant] (22) ‘Such an equilibrium is called an adsorption isotherm (Figure 2.1). (©2005 by Tylor & Franc Grup, LLC Dipinda dengan CamScanner Adsorption Energetics, Models, and Isotherm Equations 7 Alb All AIA WZ Reaction vessel ABIAe B. Glass bub NY. ey S. Stopper SAS D. Dipheny ether jacket RAS V. Vacuum jacket Saiz ©. Capitary NAAN Gass stiner Naas P. Mercury sea! RA H. Calibrated capillary Sp W. Water bath M. Mercury reservoir FIGURE 2.4 A phase-change calorimeter. adsorbate so that the adsorption increases from zero to x grams, and measuring the heat evolved. The more important calorimeters used for measuring heats of adsorption are phase-change calorimeters, such as the Bunsen-type ice calorimeter. More recently, phase-change calorimeters using diphenyl ether as the calorimetric fluid are com- monly used. In these calorimeters, the calorimetric fMuid exists in a solid-liquid equilibrium state so that the heat evolved as a result of adsorption melts a corre- sponding amount of the solid fluid and causes a movement of mercury in the capillary tube connected to the calorimeter. This mercury movement in the capillary is first calibrated by standard reactions so that the movement of the thread of mercury in the capillary directly gives the amount of heat evolved. ‘One such phase-change calorimeter using diphenyl other as the calorimetric fluid is shown in Figure 2.4. 2.4 ADSORPTION ISOTHERM EQUATIONS The adsorption isotherm is the most extensively employed method for representing the equilibrium states of an adsorption system. It can give useful information regarding the adsorbate, the adsorbent, and the adsorption process. It helps in the determination © 200 y Taylor Frans Group LLC Dipinda dengan CamScanner 78 Activated Carbon Adsorption of the surface area of the adsorbent, the volume of the pores, and their size distri- bution, the heat of adsorption, and the relative absorbability of a gas or a vapor on a given adsorbent. Several adsorption isotherm equations have been derived. The more important adsorption isotherms are the Langmuir, the Freundlich, the Temkin, the Brunauer-Emmett-Teller (BET), and the Dubinin equations. The first three isotherm equations are very important for chemisorption, although the Langmuir and Freundlich isotherms are equally important for physisorption. The BET equation and Dubinin equations are most important for analysis of the physical adsorption of gases and vapors on porous carbons. There are three possible theoretical approaches for deriving adsorption isotherms: + The kinetic approach * The statistical approach + The thermodynamic approach In the kinetic approach, the condition of the equilibrium is that the rate of adsorption is equal to the rate of desorption at equilibrium. Equating the two rates in an isotherm equation can be obtained. In the statistical approach, the equilibrium constant is represented by a ratio of partition functions of vacant sites, adsorbed molecules, and the gas-phase molecules. The isotherm equation can be obtained by equating this ratio to the corresponding ratio of concentrations; this approach has the advantage that it gives numerical value to the constants that cannot be evaluated by the kinetic approach. The equilibrium can also be approached ther- modynamically, using either the conditions that the work done in transferring an infinitesimal amount of gas from the gas phase to the surface at constant temperature is zero, or alternatively the Gibbs adsorption equation. 2.4.1 LANGMUIR ISOTHERM EQUATION The Langmuir isotherm equation is the first theoretically developed adsorption isotherm. Many of the equations proposed later and which fit the experimental results over a wide range are either based on this equation, or these equations have been developed using the Langmuir concept. Thus, the Langmuir equation still retains an important position in physisorption as well as chemisorption theories. The equation has also been derived using thermodynamic and statistical approaches but we shall discuss the commonly used kinetic approach for its derivation. The American scientist 1. Langmuir* derived this equ: assumptions. More important of these assumptions are m based on certain + The adsorbed entites (atoms or molecules or ions) are attached to the surface at definite localized sites. + Each site accommodates one and only one adsorbed entity. + The energy state of each adsorbed entity is the same at all sites on the surface independent of the presence or absence of other absorbed entities at neighboring sites. Thus, the Langmuir model (also called localized model) assumes that the surface is perfectly smooth and homogenous and that the lateral interactions between the adsorbed entities are negligible, © 2005 by Tylor & Fran Group, LLC Dipinda dengan CamScanner os Surmal Rekayasa Proses, Val. 11, No.2, 2017, hal. 68-77 f JURNAL REKAYASA PROSES e Volume 11 No.2, 2017, hal 68-77 Ss ee Adsorpsi Air dari Campuran Uap Etanol-Air dengan Zeolit Sintetis 4A pada Packed Bed Dalam Rangka Produksi Fuel Grade Ethanol Handrian’, Wahyudi Budi Sediawan, dan Aswati Mindaryani Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 31 Grafika No. 2 Kampus UGM, Yogyakarta, 55283, **Alamat korespondensi: handrian261 @ gmail.com (Submisi: 11 November 2017; Revisi: 4 Desember 2017; Penerimaan: 7 Desember 2017 ) ABSTRACT Ethanol can be used as fuel if it has a purity of 99.5% To produce this high purity grade, separation by distillation is not appropriate since it will stop at its azeotrop point, ie. at 95.6%. Molecular sieve adsorption is one of methods to obtain ethanol with level above the azeotropic point. Adsorbent that serves as molecular sieve, for example, is synthetic zeolite 4A. The adsorbent has 4 pore diameter of 3.9 A. Water and ethanol have a molecular diameter of 2.75 A and 4.4 A, respectively. Hence, the adsorbent is selective against the ethanol-water mixture. The purpose of this research is to obtain ethanol with higher purity than its azeotropic point concentration. Furthermore, the influence of flow rate (v.) and temperature (T) on design parameters ie. the number of mass transfer coefficient (k.), effective diffusivity (De,), and Henry constants (H') were studied. The ‘experiment was conducted by weighing zeolite 4A as much as 100 grams, then stacked 10 a certain height in the packed bed colunn. The heating regulator was switched on and set to constant temperature of 80, 85, 90, 95, and 100°C. Ethanol of 95.61% with 250 ml volume was put into a three- neck flask, then heated until evaporation. During the proccess, the cooling system was turned on. The ‘adjustment of evaporation rate was carried out by adjusting the faucet opening and the degree of voltage in the heating mantle. The magnitude of the vapor flow rate was set to 2, 4, and 6 L/ minute. The product was collected and samples were taken every minute 10 analyze the ethanol content. The experiment showed that the highest yield of ethanol with 99.40% was achieved. The steam flow rate of 2 L/minute (Ipm) and the temperature of 80°C was the optimum combination in this research. In this ‘case, the water vapor adsorbed on the 4A zeolite grain was up to 7.93 g. The evaluation exhibited that the value of De, was 1.5910" cm'/minute. The relation of ke as the function of Reynolds number and Has the function of temperature are as follows: (ey an He = 847e10-9. 0 ke = 7.95210" Keywords : adsorption, molecular sieve, packed bed, zeolite 4A (=ISSN 2549-1490 p-ISSN 19TH2NTX Dipinda dengan CamScanner Smal Rekayasa Poses, Vol. 11.No.2, 2017, al. 68-77, Zeolit merupakan senyawa kristal alumina silikat.Zeolit dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu zeolit alam dan zeolit sintetis. Zeolit alam diperoleh dari endapan di alam, biasanya ‘mengandung bermacam-macam kation K", Na’, Mg" atau Ca", Zeolit sintetis biasanya hanya ‘mengandung kation tunggal yaitu K” atau Na’, schingga relatif mempunyai ukuran dan diameter ori yang seragam dibandingkan zeolit alam (Mortimer dan Taylor 2002). Maka dari itu zeolit sinttis juga dikenal sebagai zeolite molecular sieve (ZMS). 2, Metode Penelitian 2.1, Bahan Penelitian Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 95,61% dan zeolit sintetis 4A. ‘Bahan baku berupa etanol azeotrop diperoleh dai CV. Multi Kimia Yogyakarta, Guna memastikan tik azeotropnya dilakukan distilasi_ sampai ‘mendapat distilat setengah dari umpan, Distilat tersebut diambil sampelnya dan dianalisis dengan gas chromatography (GC). Hasilnya diketabui ‘memiliki kadar etanol 95,61 % dan air 4,39 %. Zeolit 4A didapat dari Huiying Chemical Products (Quanzhou) yang bermitra dengan CV Genesis Wira Jaya (Surabaya). Data spesifikasi Zeolit 4A yang dapat dilihat pada Tabel 1. ‘Tabel L, Spesiikas Zeolt 4A, Kritera Hal Metode Tes TSO) 337 2 ALO, (6) 286 QQZHo19s.45 3. RasioSVAL 118 4 Bulkdewity git) 0.774 Qqzno194s.9 SKapasits sergp— 31,04 Minimixer ‘ain (9/1009) 6 DumeterPatikel 4.5 Sangha sorong 7 S17 BET swface area 8 Porositas parikel” 0419 (faksi viv) 9 Duameter poriveraa 3.9 dedVlum w peinurfoce area 10 Particle density 1.714 2.2. Metode Percobaan Rangkaian alat dan metode percobaan ditunjukkan pada Gambar 1 1. Real pemanas 7, Pemngin ik 2 Kamparpemunas Baker ass 3 Labulcertin 9. Suit 4 Temoneter 10, Tung pens aan 5. Kolo banisan 10, Lata ae © Manometer 1 Kran Gambar 1. Ranghaian slat peresbaan Zeolit sintetis 4A dengan berat 100 gram dimasukkan ke dalam kolom kemudian di ukur tinggi tumpukan tersebut, Regulator pemanas EISSN 2599-1990 ISSN 1978207 Dipinda dengan CamScanner Jurnal Integrasi Proses Vol. 6, No. 4 (Desember 2017) 191 - 196 a JURNAL INTEGRASI PROSES Website: http://jurnal.untirta.ac.id/index.phpijip ‘Submitted 20 Oktober 2017 Revised "12 November 2017 ecepted 4 Desember 2017 PENGARUH KONSENTRASI HCL DAN MASSA ADSORBENT DALAM PENGOLAHAN LIMBAH PELUMAS BEKAS DENGAN KAJIAN KESEIMBANGAN ADSORPSI BENTONIT ‘TERHADAP LOGAM Fe ‘Ummul Habibah Hasyim", Gema Fitriyano! YJurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. KH. Ahmad Dahlan, Ciputat, Tangerang, Banten - Indonesia 15419 “Email: ummulhh@umiacid Abstrak ‘Salah satu limbah B3 yang dapat kita kaj! untuk dicari pemecahannya adalah limbah pelumas bekas. Indonesia menjadi salah satu Negara dengan volume pengguna kendaraan yang terus mengalami peningkatan setiap ‘tahunnya. Hal ini berbanding lurus dengan limbah pelumas yang dihasilkan. Fungsi pelumas adalah memperkecil ‘gaya gesekan antara dua permukaan benda. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar logam Fe yang ‘erkandung di dalam limbah pelumas. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah adsorpsi dengan bentonit teraktivasi HCL sebagai adsorben. Aktivasi bentonit bertujuan menghilangkan pengotor dalam bentonit agar tingkat penyerapannya lebih tinggi. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian adalah konsentrasi HCI pada aktivas! bentonit (1,2 M, 1,6M, 1,8M , 2M dan 2,5M) dan massa bentonit (5 gram, 10 gram, 15 gram, 20 ‘gram dan 25 gram). Hasil adsorps! kemudian disaring dan filtratnya dianalisa menggunakan Inductively Couple Plasma (ICP). pengujian pola isotermal adsorpsi selanjutnya dengan menggunakan persamaan Langmuir dan Freundlich. Dari penelitian ini didapatkan bahwa konsentrasi optimum HCI adalah 2M dan massa optimum ‘untuk adsorpsi adalah 20 gram dengan persentase logam Fe yang terserap sebesar 8871% dengan persamaan linear y = 0,0042x + 0,0066, R* = 0,9877. Proses penyerapan logam besi (Fe) dapat mengikuti persamaan Langmuir maupun freundlich dengan R?2 0.8 Kata Kunci : Adsorpsi, Limbah, Pelumas bekas Abstract (One ofthe Hazardous and Toxic Waste that we can examine to find the solution 1s waste of oll. Indonesia became ‘one of the countries with the volume of vehicle who continue to increase every year. Ths is directly proportional to the resulting oil waste. The function of the il ts to minimize the friction between two surfaces ofthe object. This study aims to reduce the Fe metal content contained inthe oil waste. The method used inthis research s adsorption ‘with activated HCI bentont a adsorbent. Activation of bentonite aims to remove impurities in bentonite for higher ‘absorption rate. The independent variables used in the study were HCI concentration on bentonite activation (1,2 M. 16M, 1,8M, 2M and 2,5M) and bentonite mass (5 gram, 10 gram. 15 gram, 20 gram and 25 gram }. The result was then filtered and the flrate analyzed using Inductively Couple Plasma (ICP). Testing of the tsothermal adsorption pattern further by using Langmuir and Freundlich equations. From this research it is found that the optimum concentration of HCl is 2M and the optimum mass fr adsorption is 20 gram with percentage of Fe metal absorbed ‘equal to 8.871% with linear equation y = 0,0042x + 0,0066, R= 0,9877. The process of absorption of ferrous metals, (Fe) can follow both Langmuir and freundlich equations with R2 = 08. ‘Keyword : adsorption, used ol, waste, 191 Dipinda dengan CamScanner Jurnal Integrasi Proses Vol. 6,No. 4 (Desember 2017) 191-196 1. PENDAHULUAN Seiring dengan semakin majunya perkembangan zaman, limbah menjadi permasalahan pelik yang hharus dihadapi masyarakat yang —memerlukan perhatian dan pemecahan segera. Limbah merupakan sisa buangan dari suatu keglatan industri ataupun rumah tanga Sampai saat ini perkembangan keilmuaan untuk mengelola limbah terus meningkat, terutama penanganan terhadap limbah yang ‘mengandung bahan yang berbahaya dan beracun atau, biasa kita “kenal dengan limbah B3. Jika tidak tertangani dengan baik, maka limbah B3 semakin lama ‘dapat merusak keseimbangan eksosistem lingkungan hidup. ‘Salah satu limbah B3 yang dapat kita kaji untuk mencari pemecahannya adalah limbah pelumas bekas, Indonesia menjadi salah satu Negara dengan volume Pengguna kendaraan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, Hal ini berbanding lurus dengan limbah pelumas yang dihasilkan. Fungsi pelumas adalah memperkecil gaya gesekan antara dua permukaan benda. Pelumas memiliki jangka waktu pemakaian Jka digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama, minyak pelumas akan mengalami perubahan, Karenanya penggunaan minyak pelumas dibatasi jangka waktunya. Pengaruh suhu, kotor: serta tekanan yang masuk kedalam minyak pelum: selama proses penggunaan menimbulkan perubahan bik perubahan secarafisik maupun perubahan secara kimi Pada dasarnya, limbah_pelumas —_bekas ‘merupakan campuran dari hidrokarbon kental dan berbagai bahan kimia aditif, Pelumas bekas mengandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam, korosif, deposit dan logam berat yang bersifat arsinogenik. (Hudoyo, 2013). Limbah pelumas bekas sudah banyak imanfaatkan, hanya saja belum dilakukan secara tepat dan terukur. Karenanya diperlukan alternatif yang dapat dilakukan untuk menurunkan dampak encemaran dari limbah pelumas. Limbah pelumas bbekas mengandung logam = logam berat seperti timbal (Pb), seng (Zn), besi (Fe) , alumunium (Al), tembaga (Cu) dan juga mengandung air hasil dari pembakaran bahan bakar. ‘Telaologi Pengolahan pelumas bekas adalah yang telah dikembangkan adalah: Re-processing, Re- refining, dan Incineration (Diphare, 2013), Refining ‘memiliki beberapa metode pengolahan, salah satunya yaitu acid clay treatment, adalah suatu-metode Pengolahan yang digunakan pada minyak pelumas bekas dengan menggunakan penambahan asam dan lempung dalam prosesnya (Pratiwi, 2013). Pelumas hasil daur ulang (recycle) memiliki Jarakteristik kimia yang berbeda dengan pelumas rmurni, Beberapa karakteristik dapat dibedakan pada minyak pelumas daur lang yaitu kandungan air dan sedimen lebih besar, kandungan logamnya yang lebih tinggi seperti Fe, Cd, Cr, Pb, adanya fraksi-fraksi hasil oksidasiselama pemakaian yang tidak dapat dlihilangkan dari pelumas tersebut (Windarti, 2009) Metode yang dapat digunakan untuk mengambil Jogam = logam berat dalam limbah pelumas bekas salah satunya adalah dengan metode adsorpsi. ‘Adsorpsi adalah peristiwa terkonsentrasinya suatu zat pada permukaan zat lain [Kriswiyanti], Adsorspsi ‘merupakan suatu sistem yang memanfaatkan kemampuan suatu zat padat untuk menjerap zat atau molekul serta proses penjerapan tersebut hanya berlangsung dipermukaan aja. Dalam bukunya, ‘Treyball (1981) membagi adsorpsi menjadi dua tipe, ‘yaitu: physical adsorption; terjadi karena adanya gaya aya inter molekuler diantara material 1g dengan molekul-molckul padatan, ‘yang kedua adalah chemisorptions; terjadinya adsorpsi dalam proses ini karena adanya interaksi antara padatan deng disers ‘Adsorbent yang telah banyak digunakan sebagai penjerap adalah karbon aktif, silica gel, dan mineral empung seperti zeolit, bentonit, kaolit. Penggunaan media lempung dipilih agar proses adsorpsi dapat berjalan ekonomis, karena adsorben mineral mudah 0,998. Kata eu PENDAHULUAN ‘Limbah cair industri merupakan buangan yang ihasitkan dari berbagai proses produksi di industri (Quek dkk., 1998), Umumaya limba air induste ‘mengandung logam berat seperti Cd, Fe, Cu, Cr, Zi, Ni dan Iain sebagainya (Xirokostas kk. 2003). Limbah air terebut ja dibuang ke lingkungan secara langsung dapat merusak ekosisem yang ada bbahkan bisa beracun bagi manusia karena di dalam limbah cair bisa mengandung logam berat yang berbahaya dengan konsentrai tinggi, di atas $00 mg/ (Hui kk, 2008) ‘Ada beberapa metode yang dapat digunakan ‘untuk mengurangi konsertrastlogam bert dart mba ait, diamtaranya adalah advanced oxidation process (Martinez dk, 2003), iomexchange (Rengaraj dkk., 2006), membrane separation (Mavrov dkk., 2003) dan reverse osmosis (Turek dkk, 2006). Kebanyakan beberapa metode tersebut"membutuhkan hare peralatan dan biaya operasional yang besar. Oleh rena itu perl dilakukan peneitian untuk mendapatkan metode yang lebih murah tet juga fisien. Pengolahan limbah cair dengan metode ‘adorption merupakan teknologi yang mudah dan Sesuai untuk mengolah limbah air indust. Penggunaan adsorben yang murah dan ramah Jingkungan pela dilakukan agar biaya proses adsorpsi dapat ditekan Arouda dan Ir ‘Arang.batubara (botiom ash) mempunyal syar tersebut dan memiliki gugus karbon schinges dapat ijdikan Karbon aktif, slain itu arang_ batubara (bottom ash) telah diketabui dapat digunakan sebagai corps: Ag": Cie: kesetimbangan: KAAB: knetia aadsorben untuk mengurangi berbagal macam logam ‘erat dati timbah cai, Karena mempunyai porositas ‘tinggi dan luas permukaan besar (Shim dkk., 2003) ‘Arang batubara adalah material buangan yang berasal dari sisa pembukaran batubara untuk pembangkit liswik. Arang.batubara bisa diperoleh di PLTU ‘maupun industri yang berada di Indonesia. Ketersediaan bahan haku arang_ batubara cukup melimpah dan merupakan material lokal yang murah, ‘Arang batubera merupakan material tidak bernili fekonomis, biasanya hanya dibwng di tnah yang dapat mengakibatkan tanah menjadi tidak subur schingga pemanfaatan sebagai adsorben mempuny keuntungan ekonomi, Arang batubara telah digunakan, sebagai zat umbahan pads campuran bangunan beton luntuk konstruksi jalan dan jembotan (Gupta dkk., 2000). Arang hatubara ini mempunysi kandungan lwama sitika, iron, alumina, magnesium dan SOs sedangkan Konsentrasikomponen Iainaya sedikt sepet terlihat pada Tabel | (Dincer dkk., 2006). ‘abel 1. Komposisiarangbatubara TARR gg, AR = i he owe) cot 30, His a “<0 RO, 728 co “0.02 ALO, c ot To, ass Ni 08 co. » a2 MgO & a2 30, zs a Nao Ba ois KO Penelitian tentang adsorpsi logam telah lakukan oleh Buasti dk, (2007) dengan mmenggunakan modifikasi —clinoptilolire sebagai adsorben untuk mengadsorpsi ion logam Za. ‘erdasarkan peveltian yang telah dakukan diperoleh sil bubwa modifikasi clinopifolite dapat digunakan sebagai adsorpsi ion logam Za", namun kurang ‘menguntungkan bila digumakan pads ion logam a Dipinda dengan CamScanner Sigma Epailon, ISSN 0853-9103 ANALISIS PENGARUH UKURAN BUTIR KARBON AKTIF TERHADAP ADSORPSI GAS N; DAN O; PADA KONDISI KRIOGENIK Rahayu Kusumastuti, jeu Karliana, Sriyono, Sumijanto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS PENGARUH UKURAN BUTIR KARBON AKTIF TERHADAP ADSORPSI GAS N: DAN O; PADA KONDISI KRIOGENIK. RGTT200K menupakan reaktor generasi IV yang panasnya — dimanfuatkan sebagai pembangkit listrik dan produksi hidrogen. Dalam sistem pengoperasian RGTT 200K, helium sebagai pendingin di prediksikan mengandung beberapa pengotor diantaranya adalah HO, CO>, CO, CHg, Nz, Os, Hz. Oksigen dan nitrogen merupakan salah satu jenis pengotor yang harus dipisahkan dari pendingin helium karena berpotensi terhadap dan O» pada pendingin RGTT 200K. Oleh karena itu dilakukan analisis pengaruh ukuran butir Karbon aktif terhadap adsorpsi gas N2 dan 2 pada kondisi Jziogenik dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran butir karbon aktif terhadap kapasitas adsorpsi Karbon aktif dengan pemodelan unit adsorpsi Langmuir. Anal wukan dengan menggunakan perangkat lunak ChemCad. Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran_butir ‘mempunyai pengaruh yang signifikan. Kenaikan ukuran butir dari 0,5 mm sampai 10 mm akan ‘menurunkan kapasitas serap oksigen dan nitrogen dari 1,12 gr/sec menjadi 0.2821 grisec terjadi penurunan sebesar 74,8125 % . Dengan ukuran butir 0,5 mm, mempunyai kapasitas adsorpsi paling maksimal, Namun pada ukuran butir semakin kecil maka presure drop nya semakin tinggi. Kata Kunei : Adsorpsi, Ukuran Butir, Karbon Aktif, Kriogenik ABSTRACT ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF GRAIN SIZE ACTIVATED CARBON TO THE ADSORPTION OF NITROGEN AND OXYGEN GASSES IN CRYOGENIC CONDITIO! RGTT200K is one of IV-generation advanced reactors that produce heat for electricity and hydrogen production. In operating the reactor, helium, which is used as a reactor coolant, is predicted 0 ‘contain some impurities such as HO, COs, CO, CHy. Ns, Os, Hs Nitrogen and oxygen gasses is one ‘ype of impurities which have degradation potential to the structure and component system that must be separated from the helium coolant. Activated carbon is one candidate what has an ability 10 separate of nitrogen and oxygen gasses at reactor cooling system of RGIT 200K. This paper analyzed the influence of the grain size of the activated carbon adsorption of nitrogen and oxygen ‘gasses at cryogenic condition using ChemCad software to determine their effects on the adsorption ‘capacity with the Langmuir adsorption models. The result shows that the grain size is significantly influential. The increase in grain size from 0.5 mm to 10mm will reduce the adsorption capacity of ‘axygen and nitrogen from 1.12 gr /'sec to be 0,2821 grisec, it’s decease is 74,8125 %. The grain size at 0.5 mm have maximum of adsorption capacity but it has higher pressure drop. Keywords : Adsorption, Grain size, Activated Carbon, Cryogenic PENDAHULUAN yang diterapkan adalah sebagai pembangkit RGTT200K ——merupakan.-—reaktor —_‘lstrik, produksi hidrogen dan desalinasi air laut. berpendingin gas temperatur tinggi 200 MWt Dalam sistem” RGTT200K kogenerasi yang dirancang untuk memenuhi digunakan sebagai pendingin. Helium kbutuhan listik, air bersih dan hidrogen untuk mempunyai kemampuan mentransfer panas pada Indonesia di masa yang akan datang. Kogenerasi _temperatur tinggi dan bersifat inert (tidak mudah helium a Vol? No? Mel 2013 Dipinda dengan CamScanner Sigma Epiion ISN 0853.9103 CH, + 4Cu0 —>2H,0+C0;+4Cu_@) Proses konversi ini dilakukan dengan tujuan ‘untuk memperbesar ukuran molekul, schingga ‘proses adsorpsi semakin mudah. 3. Penangkapan pengotor dengan _kolom ‘molecular sieve, dalam tahap ini bebera pengotor yang dis ing dengan_molecular 1,0, CH, NO: . Adsorpsi kriogenik. Pada tahap ini terjadi roses adsorpsi oleh Karbon aktif pada ondisi kriogenik terhadap gas N: dan O yang lolos dari penyaringan oleh molecular sieve. Kondisi kriogenik dilakukan pada temperatur -180 °C, dimaksudkan untuk rmeningkatkan kapasitas serapan, dimana pada kondisi ini adsorpsi sangat efektif i Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi ‘sat molekul-molekul gas atau eair dikontakkan dengan suatu permuksan padatan dan sebagian dari molekul-molekul terscbut menempel pada z [ zt & i z Adsorpsi N2_dan O2 ini menggunakan jenis adsorpsi Langmuir, Adsorpsi Pada Karbon Aktif Karbon aktif adalah salah satu jenis adsorben dimana struktur atom karbonnya adalah struktur atom Karbon amorf, yang sebagian besar terdiri dari karbon bebas dan ‘memiliki rongga schingga memiliki kemampuan, aya serap yang baik. Daya serap karbon aktif bergantung kepada jumlah — Karbon bebas (karbon aktif) berkisar antara 85% sampai 95% ©, Karbon aktif merupakan karbon yang sudah terbebas dari yang — menempel ipermukaannyasehingga pori-porinya lebih terbuka dan permukaannya menjadi luas dengan senyawa ddemilkian daya adsorpsinya menjadi lebih besar. Proses pengaktivan karbon aktif dilakukan dengan cara pemanasan pada temperatur 600 °C schingga pori-porinya menjadi terbuka. Si kKimia karbon aktif mempunyai gugus pengaktif pada permukaan Karbon aktif yang dapat berinteraksi dengan molekul organik maupun anorganik®. Luas permukaan Karbon aktif berpengaruh pada proses adsomsi, semakin besar luas permukaan karbon aktif semakin banyak adsorbat dapat teradsorpsi sangat yang, METODOLOGI Proses kriogenik ‘menggunakan —karbon—aktif’ ‘menggunakan perangkat adsorpsi dengan dianalisis Junak — ChemCad. Vol 17 No. 2 Mei 2013 os Dipinda dengan CamScanner MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 14, NO. 2, NOVEMBER 2010: 128-132 ADSORPSI ISOTERMAL CO; BERTEKANAN TINGGI PADA KARBON AKTIF DENGAN METODA VOLUMETRIK Awaludin Martin”, Bambang Suryawan, Muhammad Idrus Alhamid, dan Nasruddin Laboratorium Teknik Pendingin dan Pengkondisian Udara, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia “e-mail: awaludin martin @ yahoo.com Abstrak ‘Sistem adsorpsi adalah salah satu cara atau metoda yang paling efektf untuk memisakan CO; dengan zat lainnya yang ihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Pada rancangan untuk aplikasi tersebut, disamping data karakterstik ‘material berpori (adsorben), data penyerapan CO; pada adsorben (kinetik dan thermodinamika) juga dibutubkan. Penelitian ini bertujuan menghasifkan data adsorpsi isotermal pada tekanan sampai dengan 3,5 MPa dengan ‘menggunakan metoda tak langsung (metoda volumetrik) pada temperatur isotermal 300, 308, 318 dan 338 K. Adsorben ‘yang digunakan adalah karbon aktif berbahan dasar batubara Kalimantan Timur yang diproduksi dengan menggunakan ‘metode aktivasi fisika (CO;) demgan Tuas permukaan karbon aktif (karbon aktif KT) adalah 668 mje dan volume porinya 0,47 mL/g. Karbon dioksida (CO;) yang digunakan adalah karbon dioksida high purity dengan kemurnian 9.9%. Data yang diperoleh dari hasil cksperimen kemudian dikorelasi dengan menggunakan model persamaan Langmuir dan Toth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kapasitas penyerapan maksimum adalah 0,314 kg/kg pada ‘temperatur 300 K dan tekanan equilibrium 3384,69 kPa. Hasil regresi data cksperimen dengan menggunakan model Langmuir dan Toth adalah 3.4% dan 1,7%. Abstract High Pressure Adsorption Isotherm of CO; on Activated Carbon using Volumetric Method. Adsorption system is ‘ones of the most effective methods for CO: separating with other substances that produced from the burning of fossil fuels. Inthe design for that application, beside of characteristics of porous material (adsorbent) data, CO; adsorption ‘data on the adsorbent (kinetic and thermodynamic) are also needed. The aim of this research is resulting isothermal adsorption data at pressures up to 3.5 MPa by indirect methods (volumetric method) at isothermal temperature of 300, 308, 318 and 338 K. Adsorbent that used in this research is activated carbon made from East of Kalimantan coals by physical activation method (CO,) whieh is the surface area of activated carbon is 668 mfg and pore volume is 0.47 ‘ml/g. Carbon dioxide (CO) that used in this research is high purity carbon dioxide with a purity of 99.9%. Data from the experiment results then correlated using the Langmuir and Toth equations model, The results showed that the ‘maximum adsorption capacity is 0.314 kgkg at 300 K and 384,69 kPa. The results of regression of experiment data ‘sing Langmuir and Toth models were 3.4% and 1.7%. Keywords: adsorption isothermal, adsorption capacity, Langmuir equation, Toth equation 1. Pendahuluan Pada rancangan untuk splikasi tersebut diatas, dlisamping data karakterstk material berpor (adsorben) 128 Dipinda dengan CamScanner Journal Of Chemical Process Engineering Vol.03, No.01, Mei-2018 ISSN = 2303-3401 PENJERAPAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DENGAN MENGGUNAKAN LIGNIN HASIL ISOLASI JERAMI PADI Masruhin', Rismawati Rasyid'*, Syamsuddin Yani'** 1. Jurawan Magister Teknik Kimia Pascusarjana 2 Jurusan Teknik Kimia, Fakulias Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesian JL Urip Sumohagjo KM 5 Makassar 90231 a luasilislasi jerami padi telah dilakukan, 1 timbal telah dievaluasi de kan wakta lik » jon Timbal (Pb) oleh lignin dicapai pada saat adsorpsi 30 menit, pH 120 dari 10 ppm dengan adsorpsi eisiensi 8.765%. Dalam p 07 VC +0,016 dan persamaan Freundlieh, Log m = 0,690 log © + ABSTRACT Adsorption of heavy metal ions of lead (Pb) by using lignin isolated rice straw has been studied. The lignin ability of rice strate to absorb lead ions has been evaluated by varying of the adsorption time and the pH solution. The Lead (Pb) ion concentration estimated with using atom adsorpsion spectrophotometry. The result shows the optimum condition of Lead ion (Pb) by lignin of solution is 5 and the adsorpsion efeciency is 88.765 % ‘equation Him=0.007 ‘adsorpsion time at 30 minutes with pH {from 10 ppm of coper concentration. In this research, it obtains Langu UC + 0.016 and Freundlich equation Log m = 0.690 log C+ 1.697. Keywords: Adsorption, lead, lignin, rice straw PENDAHULUAN Perken weninghatnya pendapatan lain, pembangunan juga bisa mem Kesehatan masyarakat seri pencemaran lingkungan yang Timbah industri dan rumah tangga. Sebagian besar industei. Di satu mingkathan kualitas hidup ma Dipinda dengan CamScanner Seminar Nasional Perkembangan Teknologi Industri ISB SemNas PTI-FTI UMI Oktober2017 industed turut serta men sungan dalam limbah mereka. ‘Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi Kadar maksimum timbal pada perairan yang dianjurkan WHO adalah kurang dari 0.01 ppm (Ensafi & Shiraz, 2008). Sedanghas 1 timbal dalasn aie m Mengingat —bahaya ‘oleh logam berat fang dapat telah banyak toe yang efehtit ‘untuk mengurangi konsentrasi logam berat buang ke lingkungan. Dewasn wighan mctode lain yang dinilai tel parast dam pembia relatif jurh dibanding dengan metode tu dengan menggunakan metode Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraria terbesar di asia tengeara rmecupakan negara yang kaya akan ladang persawahan. Ini terbukti bahwa Indonesia temiliki 13,798 juta ha laws lahan panen padi Dari volume produksi pai nasional sebesar 70,831 juta ton pada tahun 2014 (BPS, 2015), Jumlal total Limbah jerami diperkirakan mencapai 106 juts ton, Limbab-limbah terscbut hanya tertumpuk dan belum termanfaathan sectra smaksional Jeratni padi mempunyai poten digunakan sebagai bahan baku pembuat dikarenakan jerami padi mempunyai kandungan lignin yang cakup besa, yaite 12-16% (Mueni dk, palatan dapat Alengan mekanisme pertukaran ion, Karena pada gugus senyawa permukaan vsorbennya dapat bertukar tempat dengan ion- on adwebat, Mekanisme —pertukaran ini Penggabungan dari kan mengikat ion-ion yang diadsorpsi dengan ‘katan seeara kimia, tetapi ikatan ini mudah jon (Barrow, 1979), Hanyak kasusadsorpsi tndsorpai terseb fixisorpsi pada pada temperate yang lebih Prutton, 1964) dalam (Handayani, 2010). Dalam sistem cain, isoterm — adsorp venyatakan varias! adsorben dan adsosbat terjadi dalam larutan pada suhu Konstan, Pada Aondisi Kesetimbangan terjadi distribusi larutan aantara fasa cair dengan fas padat Aistribust tersebut merupakan fungsi konsentrasi Pada umumnya jumlah material yang dlserap persatuan berat dari adsorben bertambal Rasio dati lar larutas Dipinda dengan CamScanner PERRY'S Seaver ENGINEERS’ RWI) OO) ad = eH es rs anne Dipinda dengan CamScanner Posi nS iTUNES ¥ 2 ete me in ecane lye mg mn monn “Hpunediea 3ueBig yo Foynodong HAS Te GV Dipinda dengan CamScanner Sieaoave Sota oor Seles Dipinda dengan CamScanner ARSRSSES2 EES 83 SRSREGRARAA REAR: 259 Dipinda dengan CamScanner VAPOR PRESSURES OF PURE SUBSTANCES 2+ TABLE 2-9 Vopor Pressures of Inorganic Compounds, up to 1 atm" = en a ef i ae a] at ae emi od = i 7 ates [ee |e cade Aan, "S35 | Be | ‘Si | “Se = tm ig] Be | ait| iat at a Bis] Bs | ir | is Me ssn" | ab a sy MSs | Re a Ammonium bromide s706 | 2000 iano ‘Some mas | ae Fo Sf ut i a Ee 3 ae 33) 38 33 ie | a at say ee S se wa] tna = oe me | Gas a co 28) 2 a = a) = =. fs a? | Se 2 a ia] fie Be ete fm ag | 4 Sea se 3 uu Es m6, aes |“ 8 ae st 85 | Be = Etomite | Baan, — | sto | “as | "Sa a rot = men) te = Sat | Bt 3 f a a = ia i vec ‘ a i a ‘ie a, Fd = sia ne = 38 restrain | Bie | os a 2. Po i) Er a ; “Hpdedteienme | wat, wes Sieur” | Ba a] Sipe | Ri Be coeere, | St x Som |e 3 sates | Bie 3 ae El oe y a7 or & cd a Shs or a oe gz ‘wononide co. 2150 | -2128 | 2100 250 set Se sat | a | =a se 83 | ms | a ore & as |e | Sk = scone = us) as] ae a ie Se x Scania & wie] one | 23 2 conent S sims | its | bth =e me g. z\sis = = ss e/a /s s = 2 w/e] 8 2 Compl om the rtrd bles pie by DS Tad ng Chem, 39517 (107) Dipinda dengan CamScanner 12 PHYSICAL AND CHEMICAL DATA TABLE 2-141 Critical Constants and Acontrc Factors of Inorganic and Organic Compounds [Concled) Cap %, Treatie iis Name Forma | casvo | solve | 7.x | patra | whet | 2 | “tor Bi | Facade 9 | uae | az | om | oam | omms a5 | Pepe ‘Tigss | ‘oo | sass | tom | 02 oz | olsas S| [Fn tas | tow | Ses’ | Sie | O30 | oa | Sea Bs | Peprmlerdatexee nstiise | iar | ae ap | one O38 | osm 2) | Pept sos | tos | Gan | G30 | oss Sol | Pept Sou sis | 035 ans | 3203 35 | Propstamine ‘903 ta | 035 ams | bates 3 | Pepe ams | 32) | om | 3m | ose Se | Pebatiomte sy th | age | O30 | ome Xt | 2 Fopnerepn Ed is bas Sm | Pople Sie | te O28 308 L.2-Fropylene glyco! 26 6. 1.1065, aio | Gunone rosims | Ss So one aM | Siete foun | Be 8 a | Some ta | ie as aus | Stiri iam | tans | tam S18 | Sr eeride Biter | ams | ine | ate Ste | Sietoade Facto | ‘soo | moss | sa air | eepabe nd Cho, | “tara | ameist | ans a is | eta site stist | mane | ‘Se a 310 | Tetrade co woosin | twsss | os ist am | Tarif cis | Noes | "Sto | Sas | ais sat | 12crinindnshisene timave | ean | 3m as 3 | rahe Haro | ‘Sia | ants | ate 2 | ae | ee | me | oe a | Tider towasa | oztas | goss | tity Be | TS etthae Sonos | astuot | me te a | thane eesons | ian |e fy SB | Tol nine tras | tori | Sus Ostet | oan sacs | ‘stm | ee Sama 3 | Leanne saeses | mim | tous 83000 S | soso ae a | Pte aoe San S| Hetintecicne | tne we | Ula os | inlaw S| Minlccokne Mo | Miplelia S| Miptenrosane 8 us| px st aH Allies ae hal chek ay Tle 29 Formal n Tale 27 ‘asin th abe wee ae fo he Dg Ite pal Proper (DIPPR of he Amer ttt of Chea ngiaers (AC copyih27 -AMCAE aad epecd tps of AICTE ano he DIPPR Ete Prose Deg Das bot Steg Commit Toure eda ee Hk Ting | ara Yn Nh Yaa 4 Doe, Bases IPH Dis Cops re ie Progress to "Fa mar fps posse lr he ae anf hse do ot epeset he ofthe psa ie mmol dig pratt or ic wen tore se for warty of pears ad farming se do test the anette of ps quan, bt ie te el elses rn the ured thermopalpopery trl win Sod ot Dipinda dengan CamScanner Sere sau sro oy NM oe ees abe 2 Bese d ada at ttt ose = O70, ueeoFon ‘oreo. wa, Dipinda dengan CamScanner J. Tek. Kim. Ling. 2019, 3 (1), 1-9 prISSN : 2579-8537, eISSN :2579.9746 wow kl polinema acid Regenerasi In-Situ Adsorben Karbon Aktif Tipe Granul dengan Metode Termal ‘Yanti Suprianti*, Annisa Syafitri Kurniasetyawati Jurusan Teknik Konversi Energi, Poiteknik Negeri Bandung, Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40012, Indonesia ‘E-mail: yantisuprianti@polban.c.id ABSTRAK Produk biogas memiliki spesifikasi yang masih perlu ditingkatkan (mengandung. metana, CHy 30-70%, dan karhon dioksida, CO: 30 ~ 49%), agar dapat bersing dengan gas alam, yaitu lebih dari 98% metana. Metode Pemurnian melalui adsorpsi CO» paling banyak diterapkan, Karena tidak memerlukan biaya tinggi jika ditandingkan teknologi pemisahan konvensional lin. Tetapi, media adsorben Karbon aktif akan mengalami kejenuhan dalam Waktu fertntu, Sala satu metode yang dapat digunakan untuk meregenerasi Karbon aktit yang Jenuh oleh CO: yaitu dengan peningkatan temperatur melalui metoda termal. Pada penelitian ini dilskukan regenera’ in-situ dengan peningkatan temperatur karbon aktf di dalam kolom adsorpsi-desorps. dengan alat dapat mengakomodasi tiga pola operas, yaitu adsorpsi, regenera desompsi dan pengosongan gas. Alat teri ‘tas kolom yang dilengkapi perpipasan, blower perlorong dara, heater dan thermostat untuk pemanas dan ‘Pengatur temperaturudara. Hail uj alt menunjukkan bahwa durasi proses adsorpsihingga mencapai Kejenuhan ‘adalah 30 menit pada siklus pertama dan 40 menit pada siklus kedua. Selanjutnya, durasi proses desorpsi dari siklus pertama hingga ketiga menunjukkan peningkatan liner, dipengaruhi olch temperatur udara pemanas, dengan penurunan Konsentrasi Ca(OH); hingga mash menunjukkan tren peningkatan. Sete dilaktkan tiga siklus proses adsorspi-desorpsi didapatkan bahwa performa dari Karbon akti mash belum mengalami penurunan Aapasitas ‘Kata kunci: adsorpsi, desorpsi,karbon aktif karbon dioksida, regenerasi in-situ, temperatur ABSTRACT Biogas have certain specifications that nced to be improved (contain methane, CH,, 50-70%, and carbon dioxide, CO, 30-49%), in onder to compete with natural gas (>98% methane). The adsorption of COs isthe most widely applied to purity biogas since it considered as low cost in terms of energy supply and raw materials. However, activated carbon adsorbent will be saturated and must be regenerated. One of the methods that can be used 10 regenerate CO,-saturated activated carbon is using thermal method. In this research, the in-situ regeneration was carried out by increasing temperature of the activated carbon in adsorption-desorption column, which accommodate three operating pater, namely adsorption. regeneration ‘desorption, and gas discharge. The tool consists of columns, piping, lower heater and thermostat for ar heating and controling temperature. The result showed thatthe saturation time was 30 minutes and 40 minutes, respectively in 1" and 2" cycle. The duration of the desorption from the 1" to 3° cycle showed a linear trend, influenced by beating air temperature. And the reduction in Ca(OH): concentration sill showed inreasing tend aftr thre adsorption-desorption cycles carried ‘ut, s the performance or adsorption capacity of activated carbon had not yet been decreased, Keywords: activated carbon, adsorption, carbon dioxide, desorption, in-situ regeneration, temperature 1, PENDAHULUAN organik, dan sebagainya, Pemanfuatan Biogas merupakan salah satu jenis energi limbah biomassa menjadi biogas dapat terbarukan yang dapat dibuat dari limbah memecahkan permasalahan — lingkungan biomassa yang melimpah, seperti kotoran dalam penanganan limbah, dan secara tidak sapi, limbah tahu, eceng gondok, sampah — langsung juga dapat menjadi solusi alternatif ‘Conesponding author: Jorusan Teknik Konversi Energi ‘Divina 02 Tanoart 2019 Politeknik Negeri Bandung Disetujui: 28 Februari 2019 4. Gegerkalong Hilt. Kab. Bandung Barat, Indonesia © 2019 Polteknik Negeri Malang E-mail: yantisupriani@ polban ac id Dipinda dengan CamScanner Suprianti & Kurniaseriawati /Jumnal Teknik Kimi dan Lingkungan, Vol. 3, No Pada regenerasi offsite _diperlukan serangkaian tahapan untuk —mengganti adsorben Karbon aktif hingga kolom sip digunakan, yaitupembukaan —kolom, pengeluaran Karbon aktif jenuh, penyiapan (reaktivasi) karbon aktif baru secara termal, pendinginan Karbon aktif, dan pengisian Kembali karbon aktif ke dalam kolom adsorpsi. Cara praktis. dalam proses regenerasi adsorben dilakukan secara in-situ, dimana karbon aktif tetap berada di dalam kolom dan mengalami dua proses, yaitu adsorpsi dan desorpsi (regenerasi adsorben). Untuk itu, dalam penelitian ini dibuat serangkaian alat_kolom adsorpsi-desorpsi menggunakan —fenomena—_peningkatan temperatur (metode termal). Untuk mengakomodasi hal ini, digunakan material kolom carbon steel yang tahan panas, dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang telah disebutkan. sebelumnnya, yaitu menggunakan material kolom dari PVC. Selain itu, dilakukan pengujian untuk melihat kinerja dari alat adsorpsi-desorpsi in-situ tersebut. 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan: 1. Penentuan Konfigurasi dan Desain Alat Kolom adsorpsi dibuat sesuai_ dengan kapasitas 24 liter, Alat yang dibuat dimaksudkan untuk mengakomodasi proses adsorpsi dan desorpsi/tegenerasi in-situ dari gas CO:, sehingga tidak diperlukan pengeluaran adsorben karbon aktif dari kolom adsorpsi. Selain kedua proses tersebut, juga diperlukan pengosongan kolom dari gas lain sebelum dilakukan proses adsorpsi selanjutnya, sehingga diperlukan proses pembersihan gas dalam kolom yang dapat dilakukan dengan cara pemvakuman menggunakan satu sumber aliran udara yaitu dari blower. Untuk itu konfigurasi dibuat sedemikian rupa agar dapat mengakomodasi ketiga proses yang diperlukan, sehingga dapat berlangsung secara berkesinambungan, Konfigurasi yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam konfigurasi tersebut terdapat tiga pola pengoperasian, yaitu adsorpsi, regenerasi, dan pengosongan udara. Pada pola adsorpsi, jalur yang dilewati biogas adalah mulai dari raw biogas storage, diukur Jajunya melalui rotameter, masuk ke kolom adsorpsi, melewati proses analisa biogas hasil adsorpsi, hingga disimpan dalam purified biogas storage. Aliran dijaga pada jalur tersebut, dengan menutup katup lain yang mengarahkan ke aliran yang. tidak diperlukan, Keluaran, udara panas yang membawa COs ini dikontakkan dengan larutan Ca(OH): yang akan bereaksi dengan COz dan ‘membentuk endapan CaCOs. Banyaknya endapan atau berkurangnya konsentrasi Ca(OH); dalam tarutan mengidikasikan jumlah CO> yang berhasil didesorpsi. Selanjutnya, pola pengosongan udara dari dalam kolom dilakukan untuk mencegah gas oksigen dan nitrogen dalam —udara terperangkap dalam adsorben karbon aktif, agar tidak mengurangi kapasitas adsorpsi. Adapun jalur yang dilewatinya adalah udara ditarik dari dalam kolom, kemudian pada splitter diarahkan menuju blower, dan dikeluarkan ke lingkungan. Pada saat ini, heater tidak dioperasikan, Karena tidak ddibutuhkan proses pemanasan, Dipinda dengan CamScanner Dipinda dengan CamScanner Dipinda dengan CamScanner Dipinda dengan CamScanner ISSN 2407-8476 Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol.1 No. 4, April 2017 ADSORPSI LOGAM BERAT (Pb) DARI LIMBAH CAIR DENGAN ADSORBEN ARANG BAMBU AKTIF ‘Tri Widayatno, Teti Yuliawati, Agung Adi Susilo Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta “IA. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosuro, Sukoharjo, Surakarta 57162 Email: wiwidayatno@ums.ac.id ABSTRAK Limbah yang mengandung logam berat (Pb\dikategorikan sebagai limbah B3 karena bersifat karsinogenik dan tidak terbiodegradasi. Salah satu ‘metode untuk mengolah limbah logam berat adalah dengan adsorpsi imenggunakan adsorben berupa arang bambu. Dalam penelitian ini, proses ‘adsorpsi dilakukan secara kontinyu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh aktivasi dan tinggi packing arang bambu terhadap Gfektivitas adsorpsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivasi arang bambu berpengaruh terhadap efektivitas penjerapan logam Ph. Dengan ‘model adsorpsi Thomas, konstania jerap untuk proses dengan menggunakan ‘arang bambu yang diaktivasi dengan ketinggian packing 15 em sebesar (0,0009%/jam sedangkan yang tanpa aktivasi sebesar 0,00013fam. Tinggi packing juga berpengaruh sangat signikan, terlihat pada konstatnta jerap pada ketinggian packing 10 cm sebesar 0,000841/jam Kata kunci: Limbah logam berat, Pb, Adsorpsi, Arang bambu aktif PENDAHULUAN Pb adalah logam berat yang ‘mempunyai afinitas yang paling tinggi teshadap belerang | dan menyerang ikatannya didalam enzim. Sebagai logam berat, Pb digolongkan ke dalam bahan pencemar yang berbahaya [1]. Ph berada didalam air dalam bentuk Pb(OH):. Logam Pb banyak sckali digunakan pada industi dan pengerjaan pemipsan, Bensin bertimbal merupakan sumber utama di atmosfer dan muka bumi. Kebanyakan Pb yang ada di bumi ‘memasuki- sistem perairan alam, dan terakumulasi yang pada akhirnya bisa ‘masuk ke dalam tubuh hewan dan ‘manusia, Jika terserap ke dalam tubuh ‘manusia, timbal (Pb) dapat menyebabkan ecerdasan anak menurun, pertumbuhan badan —terhambat, —bahkan dapat ‘menimbulkan —kelumpuhan. — Gejala keracunan logam Pb lainnya: mual, ‘anemia, dan sakit perut [2]. Salah satu usaha untuk mengolah limbah Pb adalah dengan proses adsorpsi. ‘Adsorpsi dipilih arena merupakan metode yang relatifsederhana dan dapat rmenggunakan adsorben bahan alam dari sisa-sisa biomasa yang tidak terpakai [3] Pada penelitian ini, arang bambu yang diproduksi secara tradisional digunakan sebagai adsorben. Arang bambu adalah fhahan yang baik untuk digunakan sebagai sdwrben Karena mempunyai aya flworpsi yang. buik. Berikut adalah flasanalasan penggunaan arang bambu ‘sebagai adsorben [4]: © Mempunyai pori-pori-mikro yang spesal 4 Mempanyai karakters spesial. © Densitas yang tinggi dan struktur por-pori yang balk ‘Lis permakaan lebih besar daripada rang’ ayy, yaitu 300. mveram, sedangkan arang kayu 30 m’/gram. Peneliian ini adalah penelitan awal yang bertujuan untuk menentukan pengaruh aktivasi dan tinggi packing biologi yang farang bambu tethadap —efektivitas adsorpsi.Prosesadsorpsi dengan uv Dipinda dengan CamScanner ‘menggunakan arang —bambu pada penelitian ini dilakukan secara kontinyt, TEORI ‘Adsorpsi adalah suatu. fenomena permukaan Karena akumulasisuatu spesies pada batas permukaan padat-cair. ‘Adsorsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik-menarik ‘Ada 2tipe adsorp, yaitu: 1. Adsorpsifisis atau Van der Waals 2 Adsorpsi kimia Adsorpsi yang terjadi dalam hal ini alalah non-spesifik dan non-sclektif penyebab gaya tarik menarik karena adanya ikatan koordinasi hidrogen dan gaya Van der Waals. Apabila adsorbat ddan permukaan adsorben terikat dengan gaya Van der Waals saja maka dinamakan adsorsi fisis atau adsorpsi Van der Waals. Molekul yang. teradsorpsi terikat pada permukaan secara lemah dan panas alsorpsinya rendah.(5] Jka adsorbat dan permukaan aasorben bereaksi secara kimiawi maka disebut chemisorption. Nilai_panas adsorpsi setara dengan reaksi kimia Jarena adanya ikatan kimia yang Aerbentuk maupun yang terputus selama proses adsorsi. Untuk membedakan kedua fenomena proses adsorpsitersebut maka digunakan variabel subu. Adsorpsi fisis ditandai dengan penurunan jumlah yang. teradsorpsi- dengan peningkatan su 6} Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 7) ISSN 2407-8476 Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1 No. 1, April 2017 2, Macam-macam Adsorbat Jka zat yang diadsorsi ‘merupakan clektrolit- maka adsorpsi akan berjalan lebih cepat dan hasil aadsorpsi lebih banyak ja dibandingkan dengan tartan ‘non elektrolit. Hal ini disebabkan karena larutan elektrolit trionisasi schingga didalam larutan terdapat—ion-ion dengan muatan berlawanan yang rmenyebabkan gaya tarik-menarik Van der Waals semakin besar, berarti daya aadsorpsi semakin besar. 3. Konsentrasi Masing-Masing Zat Jka konsentrasi (C) makin besar, maka jumlah solute yang teradsorpsi semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan Prendlch x - gp TRC seed) Dimana: x berat teradsoprsi M berat adsorben Ka = konstanta 4. Las Permukaan Makin luas permukaan adsorben (adsorben makin kecil ukurannya), maka adsorpsi- yang terjadi makin besar karena kemungkinan zat yang rmenempel pada permukaan adsorben bertambah. Hal ini menyebabkan agian yang semula tidak berfungsi sebagai permukaan (bagian dalam) setelah digerus akan berfungsi sebagai permukaan, 5. Tekanan Jka tekanan diperbesar molekul- rmolekul adsorbat akan lebih cepat teradsorpsi, akibatnya jumlah adsorbat yang terserap bertambah banyak. Jadi tekanan memperbesar jumlah zat yang teradsorpsi. Hal ini dapat dilihat pada persamaan Harkins: : V= jumlah mol yang diadsorpsi, P= tekanan gas (atm), B= konsentrasi (mol/detik), A= konstanta Boltzman, T= subu mutlak (°K) 18 Dipindai dengan CamScanner ACADEMIA Accelerating the world's research. UJI PERSAMAAN LANGMUIR DAN FREUNDLICH PADA PENYERAPAN LIMBAH CHROM (VI) OLEH ZEOLIT Mumi Handayani Cite this paper Downloaded from Academia. eduC Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles Related papers Download a PDF Pack of the best related papers ==") Prosiding Seminar UJI PERSAMAAN LANGMUIR DAN FREUNDLICH PADA PENYERAPAN LIMBAH... Helvethia Hasan ‘ADSORPS! LOGAM Pb DANFe DENGAN ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI ASAM SULFAT ‘Andika Munandar PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI putrihawa Dipindai dengan CamScanner Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nui PTNBR~ BATAN Bandung, 3 Juni 2009 Dari variabel tersebut maka dapat dirunkan jadi dua bentuk persamaan yang terkenal Adsompsi zat terlart (dari suatu Iarutan) pada padatan adsorben merupakan hal yang renting, Aplikasi penggunaan prinsip ini antara Jain penghilangan warna larutan (decolorizing) dengan menggunakan batu apung (charcoal) dan ‘proses pemisahan dengan menggunakan teknik ‘kromatografi. Pendekatanisoterm adsorpsi yang Kemudian & dann adalah konstanta asdsorbsi ila dibuat Kurva log (Xq / 1m) terhadap log C akan dlperoleh persamaan linear dengan intersep log k dan kemiringan W/n, dan dapat dihitung. 2.2, Persamaan Langmulr Bh Pendckatan Langmuir meliputi lima asumsi ‘muta, yaitu: 1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa wap. 2 Gas yang. teradsorpsi Japisan monolayer 3. Permukaan ndsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan untuk rmolekul gas sama, 4. Tidak ada antaraksi lateral antar molckul adsorb. tbatasi_ sampai 132 ‘Tema: Peningkatan Peran Iptek Nuit unt Kesejahterman Masyarakat artinya mereka tidak bergerak pada Iapisn adsorbs aeeben Gambar 1. Hlustrasl Adsorbst dengan persamaan Langmate o) Dengan membuat kurva mc / Xq terhadap C tkan diperolch persamaan linear dengan intersep Wa dan kemiringan (b/),schingea nil dapat dibitung, dari besar kecilaya nilsi a dan b ‘menunjukkan daya adsorbs. 3. TATA KERJA Pada kegiatan ini dilakukan proses engamatan —adsorbsi col ‘menggunakan persamaan Langmuir dan Freundlich untuk mengetahui bahwa zeolit mampu melakukan adsorbs! terhadap logam chrom. Adapun tahapanpenelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 3.1. Penylapan Zeollt Pada penelitian ini zeolit yang digunakan unuk percobaan adalah zeolt yang diambil dari ddacrah Cidadap, Kecamatan Karangnunggal, bupaten ‘Tasikmalaya, Zcolit. yang. dipilih adalah zeolit wama hijau yang diambil dari eolit hijau scbagai awal kegiatan tersebut penelitian Karena zeolit terbuikti rmemiliki kualitas bagus. 3.2. Preparasi Zeolit Zeolit alam digunakan karena pori-pori zeolit rapat sckali schingga tidak dapat dimasuki ion yang lain, Dipindai dengan CamScanner Q Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 11, No.1, Him. 10 - 16, Juni 2016 ISSN 1412-5064, e-ISSN 2356-1661 DOI: https://do.org/10.23955/rkLvi111.4228 Mesopori MCM-41 sebagai Adsorben: Kajian Kinetika dan Isotherm Adsorpsi Limbah Cair Tapioka Mesoporous MCM-41 as Adsorbent: Study of Kinetics and Adsorption Isotherms of Tapioca Liquid Waste Darmansyah"", Simparmin br. G.', Lisa Ardiana', Hens Saputra? ‘Jurysan Teknik Kimio, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia “pusat Teknologlindust Proses TIROR, BPPT, Jokara, Indonesia. wi: darmansyah826gmalcom Abstrak ‘Telah dilakukan penelitian penggunaan materi limbah cair tapicka. Dalam penelitian ini dipel. aluminasiikat MCM-41 sebagai adsorben 3 permodelan isotermal dan kinetika adsorps! ari material MCM-41 pada proses adsorpsi limbsh cair tapioka. Isotermal Langmuir dan Freundlich digunakan sebagai permodelan isotermal data penelitian. Dari data penelitian yang iperoleh pada konsentrasi COD sebesar 416 - 784 mg/L, proses adsorpsilimbah cairtapioka oleh MCH-41 sesual dengan pendekatan Isothermal Langmuir. Kapasitas maksimum adsorpst MICH-a1 diperoleh dari pendekatan Langmuir adalah sebesar 15,92 mg/g. Model kinetika pseudo-orde pertama dan pseudo-orde kedua digunakan untuk analiss kinetika adsorpsi pada ‘data penelitian. Model kinetik pseudo-orde pertama yang sesual dengan proses adsorps! limbah cair tapioka dengan laju penyerapan adalah 7,48 x 10° dan 7,37 x 10? g/(min-mg) ‘untuk konsentrasi awal secara berturut-turut adalah 608 dan 784 mg/l. Kata kunci: adsorpsi, kinetka adsorpsi mbah cair, MCH-41, taploka Abstract ‘Aluminasiicate MCM - 41 material was studied as an adsorbent for taploca wastewater. The ‘adsorption isotherm modeling and adsorption kinetics of MCM = 41 to the liquid waste of tapioca was Investigated. Langmulr and Freundlich isotherms were applied to describe the ‘experimental data. Equlibrium data fitted wel to the Langmulr model for COD concentration range of 416 - 784 mg/L. The maximum adsorption capacity of the MCM-41 obtained from the Langmuir model was 15.92 mg/g. The pseudo-fist-order and pseudo-second-order kinetic models were employed to describe the kinetic data, The experimental data fitted well to the seudo-fist-order kinetic model with constant rates 7. x 10? and 7.37 x 10? g/{min-mg) for initial concentrations 608 and 784 mg/L, repectively Keywo 4, Pendahuluan Provins! Lampung adalah salah satu daerah enghasil tepung taploka terbesar di Indonesia (Darmansyah dkk., 2016; BPS, 2014). Beberapa industri tapioka yang ada mampu —meningkatkan _kesejahteraan masyarakat dan gerak roda perekonomian di provinsi Lampung khususnya di Kabupaten Lampung Utara, Lampung Tengah dan Lampung Timur (Dinas Perindustrian, 2014). Namun adanya industri tapioka ini dapat ‘menimbulkan dampak — negatif bagi lingkungan sekitar di tempat industri taploka tersebut berada. Dampak negatif yang ada pada daerah Industri tersebut salah satunya adalah limbah cair yang _mencemari badan air sehingga kualitas air menurun karena terjadi 10 ‘adsorption, kinetic adsorption, MCM-41, tapioca, wastewater proses penguraian bahan organik ye terkandung di dalam limbah cair tapioka. Bahan organik akan dipecah_menj senyawa sulfida dan senyawa fosfor ye menimbulkan bau busuk. Selain itu jo dinasilkan gas beracun berupa meta’ amoniak, dan karbondioksida yang da, ‘mengganggu kehidupan akuatik (Setiaw. dkk., 2012). Untuk menghindari timbult ‘bau busuk dan terpaparnya gas beracun lingkungan, maka peru lilakub pengolahan terleblh dahulu sebelum lim cair tapioka dibuang ke lingkung. Sementara itu, untuk limbah yang te terbuang ke lingkungan harus diturunk kandungan bahan organik sampal pe ambang batas yang aman bagi keschat manusia dan biota lainnya (KLH, 2013). Dipindai dengan CamScanner Darmansyah dk. /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 11, No.1 Salah satu proses yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan bahan organik yaitu dengan proses adsorpsi. Adsorpsi adalah proses fisik atau kimia dimana senyawa berakumulasi di permukaan (interface) antar dua fase. Interface merupakan suatu lapisan yang homogen antara dua permukaan yang saling ber- kontak. Substansi yang diserap disebut adsorbat sedangkan material yang berfungsi ‘sebagai penyerap disebut adsorben (Horinek ‘dkk., 2009), Karakteristik adsorben yang dibutuhkan untuk adsorpsi antara lain: 1. Luas permukaan adsorben yang besar, sehingga kapasitas adsorpsinya tinggi. 2. Memiliki aktifitas terhadap adsorbat. 3. Memiliki daya tahan guncang yang baik. 4, Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi dan desorpsi. Berdasarkan karakteristik adsorben tersebut maka pada penelitian ini digunakan adsor- ben mesopori MCM-41 untuk proses adsorpsi bahan organik limbah —cair _tapioka. Mesopori MCM-41 memiliki pori berbentuk batang yang tersusun dalam kemasan heksagonal berdimensi-1 dengan ukuran ori yang seragam, dan luas permukaan spesifik maupun volume pori yang besar (Araujo dkk., 2007). Sifat mesopori MCM~41 dapat_memberikan akses kepada molekul berukuran relatif besar dan memberikan kemudahan terjadinya difusl, hal ini tidak imiliki oleh bahan mikropori seperti zeolit (Ginting, 2009). Proses adsorpsi pada permukaan padatan adsorben terjadi karena adanya interaksi elektrostatik, pertukaran ion, interaksi ion- dipol, koordinas! permukaan’kation, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik (Qin, 2007). Adsorpsi yang dilakukan material MCM-41 terhadap limbah cair tapioka ini bertujuan untuk mengurangi nilai COD yang

You might also like