You are on page 1of 9

16

Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN 2085-3548

PENGARUH BESAR ARUS TEMPER BEAD WELDING TERHADAP KETANGGUHAN


HASIL LAS SMAW PADA BAJA ST37
(Effect Large Current of Temper Bead Welding Against Toughness of SMAW Welding
Results ST37 Steel)

Ahmadil Amin
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Kotabaru Jl. Raya Stagen Km. 9,5 Kotabaru. Kalsel
E-mail : ahmadilamin@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of temper bead welding current to the
toughness of steel ST37 SMAW welds. Independent variables used are large currents of temper bead
welding (70/70: 70/80: 80/70) Ampere, while the dependent variable is the HAZ and weld metal toughness.
The results showed that the HAZ toughness high of 57.367 joule and of impact strength HAZ high of 0.716
J/mm2. Both are obtained through a big temper bead welding with 70/70 ampere currents. The highest
toughness of the weld metal is 57.593 joule, occurs at temper bead welding with a large current 70/70
ampere and the highest impact strength of weld metal is 0.718 J/mm2 occur on a large temper bead welding
with current 70/70 and 80/70 amperage ampere. Toughness and impact strength are influenced by changes in
the microstructure formed in the weld. Temper bead welding with a large current 70/70 ampere allows the
formation of a more homogeneous structure in the HAZ. While in the weld metal allows the formation of
columnar structure and the structure of the affected re-heating (reheat). Columnar structure showed that the
structure is dominated by accicular ferrite (AF) and a bit of Widmanstatten structure (WF) and grain
boundary ferrite (GF).

Keywords: Large current, Temper Bead Welding, Toughness, SMAW, ST37.

Batas las adalah daerah yang butir-butirnya


PENDAHULUAN sangat kasar, sehingga logam menjadi sangat
Panas yang terjadi pada proses pengelasan getas. Keadaan ini disebut penggetasan batas las.
sangat mempengaruhi distribusi suhu, tegangan Umumnya penggetasan batas las dapat diturunkan
sisa (residual stress), dan distorsi. Selain itu panas dengan memperbaiki struktur daerah batas las
juga mempengaruhi transformasi fasa yang (Wiryosumarto, H. dan Okumura, T. 1994).
selanjutnya berpengaruh pada struktur mikro dan Berbagai metode untuk memperbaiki struktur
sifat-sifat fisik dan mekanik las (Suharno. 2008 ). daerah batas las telah dilakukan para peneliti
Selanjutnya menurut Suharno (2008) jika terdahulu (Anang Setiawan dkk. 2006 , Arianto
masukan panas besar maka laju pendinginan Leman S. dkk. 2004, Suharno. 2008, Cleiton C.
proses pengelasan menjadi lambat, akibatnya Silva et all 2009), yang pada prinsipnya metode
struktur yang terbentuk didominasi oleh ferit untuk memperbaiki struktur daerah batas las
batas butir yang bersifat lunak. Sedangkan pada adalah dengan pembatasan masukan panas.
kecepatan pendinginan yang tinggi, struktur akhir Metode lain dilakukan oleh peneliti
yang terjadi mengarah pada pembentukan (Abdulkareem S. Aloraiera, et all) yaitu dengan
martensit, sehingga jika ini terjadi jelas bahwa cara pemanasan kembali melalui panas las.
hasil pengelasan menjadi lebih keras dan getas. Melalui temper bead welding sebenarnya secara
Struktur logam pada HAZ berubah secara tidak langsung telah dilakukan usaha penurunan
berangsur dari struktur logam induk ke struktur penggetasan. Dalam hal ini lapisan las yang ada di
logam las. Pada daerah HAZ yang dekat dengan bawah dipanaskan oleh lapisan diatasnya
garis lebur, kristal tumbuh dengan cepat dan sehingga dicapai temperatur di atas titik
membentuk butir-butir kasar, dimana daerah transformasi Ac3
tersebut dinamakan batas las. yang menyebabkan terbentuknya butir-butir
kristal yang halus. Hasil penelitian menunjukkan
17
Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN 2085-3548

bahwa ada perbaikan yang signifikan pada dapat menyebabkan timbulnya cacat pengelasan,
mikrostruktur, ukuran HAZ dan pengurangan sehingga akan diperoleh sambungan las yang
kekerasan sebagai akibat dari lapisan tumpang memiliki ketangguhan yang optimum. Bagaimana
tindih temper bead. pengaruh besar arus temper bead welding
Dengan melakukan pemanasan kembali terhadap ketangguhan hasil las SMAW menjadi
melalui panas las diharapkan terjadi perbaikan suatu hal yang sangat menarik untuk dipelajari.
struktur yang menyebabkan terbentuknya butir-
butir kristal yang halus dan dapat menurunkan METODE PENELITIAN
penggetasan batas las. Dalam penelitian ini akan
mengembangkan teknik pembatasan masukan Variabel bebas yang digunakan adalah besar
panas melalui temper bead welding dengan arus temper bead welding, sedangkan variabel
variasi besar arus yaitu : P1= 70/70 Amper; P2= terikat yang diamati adalah ketangguhan dan
70/80 Amper; P3= 80/70 Amper. Metode usulan kekuatan impak hasil las. Kondisi pengelasan
diharapkan dapat mengurangi penggetasan batas yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada gambar
las yang terjadi pada pengelasan SMAW yang 1.

HAZ
HAZ

Logam induk

Lapisan 1 Lapisan 2

Gambar 1. Ilustrasi kondisi pengelasan

Parameter pengelasan untuk proses pelapisan kedua ujung bakal kampuh, selanjutnya dilakukan
pada bagian permukaan kampuh las dapat dilihat proses pelapisan. Parameter pengelasan untuk
pada tabel 1. Setiap dua potongan plat kemudian pengisian kampuh las dilakukan menurut
disambung dengan melakukan track weld pada parameter pengelasan pada tabel 2.

Tabel 1. Parameter pengelasan untuk proses pelapisan

Arus Listrik
Kode perlakuan Lapisan Diameter Elektroda
(Amper)
1 70 2,6
P1
2 70 2,6
1 70 2,6
P2
2 80 2,6
1 80 2,6
P3
2 70 2,6

Tabel 2. Parameter pengelasan pengisian kampuh las

Parameter Pengelasan Pengisian Kampuh


Arus listrik (Amper) 90
Potensial listrik (Volt) 18
Diameter Elektroda (mm) 3,2
Polaritas DCEP
18
Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN 2085-3548

Bahan penelitian adalah baja karbon rendah Pengelasan dilakukan di Universitas


(ST 37) dengan ukuran panjang 100 mm, lebar 45 Brawijaya Malang menggunakan las busur listrik
mm dan tebal 10 mm. Komposisi kimia bahan jenis SMAW dengan variasi besar arus antar
penelitian dapat dilihat pada tabel 3. Bentuk lapisan yaitu : P1= 70/70 Amper ; P2=70/80
kampuh las V tunggal dengan sudut 600. Amper, P3=80/70 Amper. Elektroda yang
Selanjutnya dilakukan pengelasan berlapis pada digunakan adalah E 6013.
bagian permukaan kampuh las menurut perlakuan
yang telah ditentukan.

Tabel 3. Komposisi kimia baja ST37 (Wiryosumarto, H, 1994)


Unsur C Si Mn P S
Komposisi
0.12 0.1 0.5 0.04 0.05
(% berat)

Untuk mengetahui pengaruh besar arus pada gambar 2. Dari pengujian impak Charpy dapat
temper bead welding terhadap ketangguhan diperoleh nilai :
dilakukan melalui uji impak pada hasil lasan. Uji Kekuatan Impak = Tenaga. patah Joule (1)
impak dilaksanakan di Lab ilmu logam Institut Luas. penampang. patah mm2
Teknologi Nasional (ITN) Malang, spesimen GxR = Tenaga. patah ..……..…...(2)
menurut standar ASTM E 23-96 seperti pada cos   cos

Gambar 2. Spesimen uji impak standar ASTM E23-96

Hasil pengujian impak Charpy diperkuat dengan Spesimen yang memberikan harga ketangguhan
foto mikro yang dilaksanakan di lab Pengujian HAZ paling tinggi terjadi pada perlakuan P1H
bahan Universitas Brawijaya Malang. (perlakuan dengan perbandingan besar arus
Analisis data dilakukan melalui analisis antara lapisan 70/70 Amper) yaitu 57,367 joule.
struktur mikro (metallografi) yang dilaksanakan Spesimen dengan perlakuan P2H ( perlakuan
di Lab ilmu bahan Universitas Brawijaya dengan perbandingan besar arus antara lapisan
Malang. Melalui analisa struktur mikro daerah las 70/80 Amper) memberikan harga ketangguhan
dapat diketahui pengaruh besar arus temper bead yang lebih rendah yaitu 56,949 joule. Untuk
welding terhadap ketangguhan hasil las SMAW. spesimen yang memberikan harga ketangguhan
paling rendah terjadi pada perlakuan P3H (
perlakuan dengan perbandingan besar arus antara
HASIL DAN PEMBAHASAN lapisan 80/70 Amper) yaitu 53,571 joule.
Spesimen tanpa perlakuan memberikan harga
Daerah HAZ ketangguhan sedikit dibawah harga ketangguhan
Data ketangguhan dan kekuatan impak HAZ spesimen dengan perlakuan P2H yaitu 56,904
dapat dilihat pada gambar 3 dan gambar 4. Pada joule. Fenomena diatas memperlihatkan terjadi
gambar 3 dapat dilihat perbandingan harga peningkatan harga ketangguhan yang paling baik
ketangguhan pada masing-masing perlakuan. pada spesimen dengan perlakuan P1H.
Sebagai pembanding terdapat pula data harga
ketangguhan spesimen tanpa perlakuan (TP).
19
Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN 2085-3548

Gambar 3. Perbandingan harga ketangguhan pada HAZ

Jika dibandingkan dengan harga P3H, jika dibandingkan dengan harga


ketangguhan spesimen tanpa perlakuan (TP) ketangguhan spesimen tanpa perlakuan (TP)
terjadi peningkatan harga ketangguhan sebesar terjadi penurunan harga ketangguhan sebesar
0,463 Joule. Penurunan harga ketangguhan paling 3,333 Joule.
besar terjadi pada spesimen dengan perlakuan

Gambar 4. Perbandingan harga kekuatan impak pada HAZ

Pada gambar 4 dapat dilihat perbandingan kekuatan impak spesimen tanpa perlakuan (TP)
kekuatan impak untuk spesimen dengan perlakuan terjadi penurunan kekuatan impak sebesar 0,012
P1H, P2H dan P3H. Sebagai pembanding joule/mm2.
digunakan data spesimen tanpa perlakuan (TP). Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa
Spesimen yang memberikan kekuatan impak spesimen dengan perlakuan P1H (besar arus antar
HAZ paling tinggi terjadi pada perlakuan P1H lapisan 70/70 Amper) dapat memberikan
yaitu 0,716 joule/mm2, sedangkan spesimen yang peningkatan ketangguhan dan kekuatan impak
memberikan kekuatan impak paling rendah terjadi dari pada spesimen tanpa perlakuan yang
pada perlakuan P3H yaitu 0,699 joule/mm2. dijadikan sebagai pembanding. Melalui temper
Untuk spesimen dengan perlakuan P2H bead welding secara tidak langsung telah
memberikan kekuatan impak yang sama dengan dilakukan usaha penurunan penggetasan melalui
spesimen tanpa perlakuan (TP) yaitu 0,711 perbaikan struktur mikro yang terjadi dengan cara
joule/mm2. Fenomena di atas memperlihatkan pemanasan kembali menggunakan panas las.
terjadi peningkatan kekuatan impak pada Dalam hal ini lapisan las yang ada di bawah
spesimen dengan perlakuan P1H. Jika dipanaskan oleh lapisan diatasnya sehingga
dibandingkan dengan kekuatan impak spesimen dicapai temperatur di atas titik transformasi Ac3
tanpa perlakuan (TP) terjadi peningkatan yang menyebabkan terbentuknya butir-butir
kekuatan impak sebesar 0,005 joule/mm2. kristal yang halus.
Penurunan kekuatan impak terjadi pada spesimen Dilihat dari besarnya masukan panas
dengan perlakuan P3H, jika dibandingkan dengan pengelasan, perlakuan P1H memberikan masukan
20
Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN 2085-3548

panas yang paling kecil dibandingkan dengan Pemanasan yang berulang-ulang dengan
perlakuan lainnya. Perubahan ketangguhan dan temperatur rendah pada HAZ memungkinkan
kekuatan impak diatas terjadi akibat dari terbentuk struktur yang lebih homogen. Hal ini
perubahan struktur mikro yang terjadi pada HAZ. dapat dilihat pada hasil foto mikrostruktur
Menurut Kou (1999), struktur mikro pada logam spesimen pada daerah HAZ. Perbandingan
las yang terbentuk pada saat transformasi fasa struktur mikro spesimen dengan perlakuan P1H,
dari austenit ke ferit dipengaruhi oleh banyak P2H, P3H, dan TP dapat dilihat pada gambar 5.
faktor seperti komposisi kimia logam pengisi Foto mikrostruktur spesimen pada gambar 5
(filler) dan logam induk, inklusi, masukan panas, memperlihatkan mikrostruktur daerah HAZ yang
dan laju pendinginan. mengalami pengkasaran butiran. Pada spesimen
Menurut Suharno (2008), jika masukan dengan perlakuan P3H terlihat memiliki butiran
panas besar maka laju pendinginan proses paling kasar diantara perlakuan lainnya. spesimen
pengelasan menjadi lambat, akibatnya struktur dengan perlakuan P2H dan TP terlihat memiliki
yang terbentuk didominasi oleh ferit batas butir besar butir yang sama dan lebih besar dari butiran
yang bersifat lunak. Semakin tinggi masukan yang terdapat pada spesimen dengan perlakuan
panas, maka jumlah layer yang ditunjukkan oleh P1H. spesimen dengan perlakuan P1H terlihat
jumlah siklus termal selama proses pengelasan memiliki butiran yang lebih homogen dari pada
semakin sedikit. Artinya masukan panas yang spesimen dengan perlakuan P2H dan TP. Kondisi
rendah menghasilkan temperatur puncak yang ini dapat menjelaskan mengapa spesimen pada
rendah dengan jumlah layer yang banyak. Jumlah daerah HAZ dengan perlakuan P1H memiliki
siklus termal yang banyak dengan temperatur ketangguhan dan kekuatan impak yang lebih baik
puncak las yang rendah memungkinkan HAZ dibandingkan perlakuan lainnya serta pembanding
pada benda kerja mengalami pemanasan berulang yang ada .
yang lebih banyak juga, dengan temperatur
pemanasan yang lebih rendah.

100 µm
100 µm
a) P1H (b) P2H

100 µm 100 µm

(c) P3H (d) TP


Gambar 5. Foto mikrostruktur daerah HAZ
21
Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN 2085-3548

3.2. Daerah logam las

Gambar 6. Perbandingan ketangguhan logam las

Pada gambar 6 dapat dilihat grafik joule. Spesimen yang memberikan ketangguhan
perbandingan ketangguhan pada logam las. terendah terjadi pada perlakuan P2 yaitu 57,374
Terlihat peningkatan ketangguhan spesimen pada joule. Spesimen tanpa perlakuan memberikan
semua perlakuan dibandingkan spesimen tanpa ketangguhan yang lebih rendah dibandingkan
perlakuan. Spesimen yang memberikan dengan ketangguhan spesimen pada semua
ketangguhan logam las tertinggi terjadi pada perlakuan. Spesimen tanpa perlakuan (TP) hanya
perlakuan P1 yaitu sebesar 57,593 joule. memberikan ketangguhan sebesar 57,072 joule.
Spesimen dengan perlakuan P3 memberikan
ketangguhan sedikit lebih rendah yaitu 57,472

Gambar 7. Perbandingan kekuatan impak logam las

Pada gambar 7 dapat dilihat perbandingan yaitu 0,717 joule/mm2. Untuk spesimen tanpa
kekuatan impak logam las untuk spesimen dengan perlakuan (TP) memberikan kekuatan impak yang
perlakuan P1, P2 dan P3. Sebagai pembanding lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan
digunakan data spesimen tanpa perlakuan (TP). impak spesimen pada semua perlakuan. spesimen
Pada logam las terlihat peningkatan kekuatan tanpa perlakuan (TP) hanya memberikan
impak spesimen pada semua perlakuan kekuatan impak sebesar 0,713 joule/mm2.
dibandingkan spesimen tanpa perlakuan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa
Spesimen yang memberikan kekuatan impak spesimen dengan perlakuan P1 (besar arus antar
logam las paling tinggi terjadi pada perlakuan P1 lapisan 70/70 Amper) memberikan peningkatan
dan P3 yaitu sama-sama 0,718 joule/mm2, ketangguhan dan kekuatan impak dibandingkan
sedangkan spesimen yang memberikan kekuatan spesimen tanpa perlakuan (TP) yang dijadikan
impak paling rendah terjadi pada perlakuan P2 sebagai pembanding. Melalui temper bead
22
Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN 2085-3548

welding secara tidak langsung telah dilakukan struktur columnar pada logam las. Spesimen
usaha penurunan penggetasan melalui perbaikan dengan perlakuan P1 memperlihatkan struktur
struktur mikro yang terjadi dengan cara yang didominasi oleh accicular ferrite (AF) dan
pemanasan kembali menggunakan panas las. sedikit struktur Widmanstatten (WF) dan Grain
Dalam hal ini lapisan las yang ada di bawah boundary ferrite (GF). Sebaliknya pada spesimen
dipanaskan oleh lapisan diatasnya sehingga dengan perlakuan P3, struktur yang terbentuk
dicapai temperatur di atas titik transformasi Ac3 didominasi oleh Grain boundary Ferrite (GF)
yang menyebabkan terbentuknya butir-butir serta Ferrite Widmanstatten (WF) dan sedikit
kristal yang halus. Accicular Ferrite (AF) .
Perubahan ketangguhan dan kekuatan impak Menurut suharno (2008) cepat lambatnya
diatas berkorelasi dengan perubahan struktur laju pendinginan turut menentukan prosentasi
mikro yang terjadi pada logam las. Pemanasan terbentuknya accicular ferrite, yang mana pada
yang berulang-ulang pada logam las laju pendinginan lebih lambat akan terbentuk
memungkinkan terbentuknya struktur columnar accicular ferrite yang lebih banyak. Accicular
dan struktur yang terkena pemanasan kembali ferrite ini merupakan struktur yang diharapkan
(reheat). dari setiap proses pengelasan karena memiliki
Perbandingan mikrostruktur pada untuk properties yang lebih tangguh dan
spesimen dengan perlakuan P1, P2, P3, dan TP berfungsi
dapat dilihat pada gambar 8, terlihat adanya

GF

GF

AF WF

WF
AF

100 µm 100 µm

a) Besar arus antar lapisan 70/70 A (P1) (b) Besar arus antar lapisan 70/80 A (P2)

AF

GF
AF
GF

WF WF
100 µm 100 µm

(c) Besar arus antar lapisan 80/70 A (P3) d) tanpa perlakuan

Gambar 8. Foto Mikrostruktur logam las

sebagai interlocking structure. Accicular ferrite memiliki bentuk fisik seperti plat-plat sejajar
berbentuk seperti needle yang tersusun acak. dengan lapisan carbida didalamnya, sehingga
Sedangkan struktur widmanstatten ferrite mudah terjadi perambatan retak. Selanjutnya
23
Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN 2085-3548

grain boundary ferrite memiliki properties secara difusi karbon. Struktur accicular ferrite
ductile, dimana proses terbentuknya berlangsung (AF) yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 9.

AF GF

WF
25 µm

Gambar 9. Struktur mikro accicular ferrite (AF) pembesaran 400x

KESIMPULAN DAN SARAN memberikan ketangguhan logam las tertinggi


yaitu 57,593 joule pada perlakuan P1 (besar
Kesimpulan arus 70/70 amper) dan terendah pada
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat perlakuan P2 (besar arus 70/80 amper) yaitu
diambil kesimpulan sebagai berikut : 57,374 joule. Perlakuan yang memberikan
1. Pengelasan temper bead welding dengan arus kekuatan impak logam las paling tinggi terjadi
pengelasan antar lapisan yang rendah (70/70 pada perlakuan P1 (besar arus 70/70 amper)
Amper) memungkinkan terbentuknya struktur dan P3 (besar arus 80/70 amper) yaitu sama-
yang lebih homogen pada HAZ. Pada logam sama 0,718 joule/mm2 dan terendah pada
las, temper bead welding dengan arus perlakuan P2 (besar arus 70/80 amper) yaitu
pengelasan 70/70 amper memungkinkan 0,717 joule/mm2 .
terbentuknya struktur columnar dan struktur
yang terkena pemanasan kembali (reheat). Saran
Struktur columnar memperlihatkan struktur Berdasarkan hasil penelitian maka saran
yang didominasi oleh accicular ferrite (AF) yang dapat diajukan sebagai berikut :
dan sedikit struktur Widmanstatten (WF) dan 1. Pengelasan dengan metode temper bead
Grain boundary ferrite (GF). Sebaliknya pada welding sebaiknya dilakukan dengan arus
logam las tanpa perlakuan struktur yang pengelasan antar lapisan yang rendah (70/70
terbentuk didominasi oleh Grain boundary amper).
Ferrite (GF) serta Ferrite Widmanstatten 2. Sebaiknya dilakukan juga analisa fraktografi
(WF) dan sedikit Accicular Ferrite (AF). untuk mengetahui pengaruh ketangguhan
2. Pengkasaran butiran pada HAZ dan penurunan terhadap jenis patahan yang terjadi.
jumlah struktur accicular ferrit (AF) yang 3. Penelitian berikutnya diharapkan dapat
terbentuk pada logam las menyebabkan mengembangkan metode temper bead
terjadinya penurunan ketangguhan dan welding dengan besar arus yang berbeda
kekuatan impak. Perlakuan yang memberikan serta menambah variabel lain seperti suhu
ketangguhan HAZ tertinggi pada perlakuan interpass.
P1H dengan besar arus 70/70 amper yaitu
57,367 joule dan terendah adalah 53,571 joule DAFTAR PUSTAKA
pada perlakuan P3H dengan besar arus 80/70
amper. Perlakuan yang memberikan kekuatan Abdulkareem S. Aloraiera, Suraj Joshib, Mahyar
impak HAZ tertinggi pada perlakuan P1H Asadic, Rubicel G. Alenac, John A. Goldakd.
dengan besar arus 70/70 amper yaitu 0,716 2010. Microstructural and hardness
J/mm2 dan terendah yaitu 0,699 joule/mm2 modeling: Effect of multiple bead deposition
pada perlakuan P3H. Perlakuan yang in temper bead welding technique,
24
Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN 2085-3548

International Journal of Energy & Kou S. 1999. Welding Metallurgy. John Wiley &
Technology 2 (16) 1-11. ISSN 2035-911X. Son. New York

Anang Setiawan dan Yusa Asra Yuli Wardana. Suharno. 2008. Prinsip-Prinsip Teknologi dan
2006. Analisa Ketangguhan dan Struktur Metalurgi Pengelasan Logam. UNS Press.
Mikro pada Daerah Las dan HAZ Hasil Surakarta.
Pengelasan Sumerged Arc Welding pada Baja
SM 490. Jurnal Teknik Mesin Vol.8, Suharno. 2008. Struktur Mikro Las Baja C-Mn
No.2(10). Hasil Pengelasan Busur Terendam dengan
Variasi Masukan Panas. Jurnal Teknik Mesin
Arianto Leman S. dan Suharno. 2004. Pengaruh Vol.10. No.1 (4).
kecepatan pengelasan pada SAW baja SM
490 terhadap ketangguhan beban impak. Wiryosumarto, H. dan Okumura, T. 1994.
Jurnal Teknik Mesin Vol.6, No.2(10). Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.

You might also like