Professional Documents
Culture Documents
1945,1selanjutnya dengan telah dilakukannya amandemen terhadap UUD 1945 maka isi
dari Penjelasan UUD 1945 tersebut telah ditiadakan,isi serta muatan Penjelasannya telah
Dasar 1945 Pasal 1 ayat 3 pasca amandemen ke Ketiga, 2 mengatur bahwa Negara
Indonesia adalah negara hukum, artinya didalam interaksi berbangsa dan bernegara
senantiasa didasarkan kepada aruran-aturan hukum yang telah disepakati bersama oleh
isi Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu pada saat terjadinya amandemen dan
Permusyawaratan Rakyat (MPR) saat itu berupaya untuk memasukkan istilah negara
hukum yang tadinya di dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 ke dalam Batang
1
Penjelasan UUD 1945 (sebelum amandemen). Sistem Pemerintahan Negara.
I. Indonesia ialah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat).
1.Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan kekuasaan belaka
(Machtstaat).
2
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 (setelah amandemen).Negara Indonesia adalah negara hukum.***)
3
PenjelasanUUD 1945 (sebelum amandemen).Sistem pemerintahan negara ialah ; Indonesia negara yang
berdasarkan atas hukum (rechtstaat).Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan
kekuasaan belaka (Machtsstaat).
Dalam perkembangan sejarah hukum di dunia secara garis besar dapat dibagi
kedalam dua bagian yaitu 1) hukum yang berkembang di wilayah benua Eropah atau
yang dikenal dengan istilah Eropah Kontinental dan 2) hukum yang berkembang di
wilayah Inggris Raya atau yang dikenal dengan istilah Anglo Saxon. Secara geografis
German Belanda dan beberapa negara bekas jajahannya seperti Indonesia sedangkan
(commonwealth).
Di dalam referensi hukum secara umum kedua aliran hukum tersebut memiliki
ciri-ciri yang berbeda yang kedua perbedaan tersebut tidak terpisah secara mutlak.yang
undang.
hukum.
undang-undang.
5. Tujuan hukum adalah selain untuk terciptanya kepastian hukum juga untuk
relevan karena Indonesia adalah merupakan wilayah kolonialisasi Belanda yang secara
“hukum dibedakan kepada dua jenis yaitu (1) hukum dari Tuhan untuk manusia
(the define law), dan (2) hukum yang dibuat oleh manusia. Kemudian hukum
yang dibuat oleh manusia dibedakan lagi ke dalam 2(dua) jenis yaitu (1) hukum
yang sebenarnya yang disebut sebagai hukum positif meliputi hukum yang
dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh manusia secara individu
untuk melaksanakan hak-hak yang diberikan kepadanya.Dan (2) hukum yang
tidak sebenarnnya adalah hukum yang tidak dibuat oleh penguasa, sehingga
tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum.Seperti ketentuan dari suatu
organisasi olah raga”.4
Sedangkan Hans Kelsen sebagai tokoh aliran huku (positif) murni menjelaskan :
“hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang non yuridis, seperti unsur
4
Darji Darmodihardjo dan Sidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum.Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum di
Indonesia.Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2006, Hlm 115.
5
Ibid.
ini melihat hukum sebagai suatu system yang terdiri dari susunan norma
berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatan dari suatu
norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak
tersebut. Norma yang paling tinggi, yang menduduki puncak piramida, disebut
hukum murni yang berpendapat bahwa hukum seharusnya harus dipisahkan dari unsur-
unsur non hukum, pada kenyataannya adalah sangat sulit untuk dilaksanakan.Hal ini
dapat dilihat dalam praktek ketatanegaraan di seluruh dunia bahwa negara adalah
merupakan organisasi kekuasaan (politik) yang di dalamnya terdiri dari berbagai elemen
prakteknya proses legislasi yang akan menghasilkan hukum di dalamnya selalu dibuat
Karena itu, dari pemikiran Hans Kelsen tentang hukum murni yang kemudian
atsnya dengan norma yang di bawahnya. Kiranya hal tesebut dapat mengeliminir
review).
6
B. PERMASALAHAN.
(judicial review).
C. TINJAUAN PUSTAKA.
review) terdapat hal-hal yang dapat mendukung secara yuridis, teoritis maupun filosofis,
diantaranya ;
7
Jimly Asshidiqy, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Konpres. Jakarta 2008 Hlm 119.
Berkenaan dengan tujuan berbangsa dan bernegara, beberapa
dianggap tertinggi itu adalah : (i) keadilan; (ii) ketertiban; dan (iii)
tujuan bernegara oleh para pendiri negara (the founding fathers and
mothers).
8
Jimly Asshidiqy.Konstitusi Ekonomi. Konpres Jakarta 2008. Hlm 9.
9
Ibid.
tujuan itu belum tercapai maka upaya-upaya untuk melakukan penegakan
Theory des Rechts atau The Hirarchy of Law yang berintikan bahwa norma
hukum merupakan suatu susunan berjenjang dan setiap norma hukum yang
lebih rendah bersumber dari kaidah yang lebih tinggi. Norma hukum
cara untuk membuat norma hukum yang lain, dan juga sampai derajat
tertentu menentukan ini dan norma yang lainnya itu. Norma yang
Sedangkan norma yang dibentuk menurut peraturan ini adalah norma yang
lebih rendah.
pembentukannya ditentukan oleh norma lain yang lebih tinggi lagi dan
rangkaian proses pembentukan hukum diakhiri oleh suatu norma dasar yang
tertinggi.
dan Reine Rechtslehre, setiap norma hukum berlaku atas dasar kekuatan
10
Darji Darmodiharjo.Sidarta Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Gramedia Persada Jakarta, 2008
demikian, dasar validitas itu pada suatu saat harus berkenti, yakni pada satu
(Staatsfundamentalnorm).
11
Ibid.
III/MPR/2000 Tentang Tertib Hukum dan Perundang-undangan, Undang-
Pembentukan Perundang-undangan.
bahasa) atau dapat juga diartikan dari sisi istilah atau pengertian.Secara
etimologi (tata bahasa) Judicial Review berasal dari kata “Judicial” dan
didasarkan kepada pendapat para sarjana dan para pakar, salah satu pakar
undang-undang dengan dua bagian yang berbeda, yaitu; “Hak Uji Materil”
atau tidak dengan peraturan yang lebih tinggi derajatnya.Dan “Hak Uji
12
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Gramedia Jakarta, 2005.hal 337 dan
484.
atau tidak dengan aturan yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. 13
apa yang dimaksud secara umum tentang Judicial Review; “ is the power of
the courts to annual the acts of executive and/or the legislative power where
13
Sri Soematri, Hak Uji Materir Dalah Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Alumni Bandung, 1983. Hlm 6.
14
Patrict, John J. Hlm 180-183.
15
http://www.constitutional.hot.mail, 16 Agustus 2010
Review” atau “Pengujian Perundang-undangan”, yang membedakannya
dilakukan oleh hakim dapat pula dilakukan oleh lembaga selain hakim atau
terhadap undang-undang.16
ini, sehingga objek maupun subjek dalam penelitian ini menjadi jelas.
dilakukan oleh lembaga yudikatif, yang dalam hal ini Mahkamah Agung
dibuat oleh parlemen benar-benar efektif dan dirasakan adil oleh rakyat dan
sosial, ekonomi, politik dan kepentingan lainnya, sudah tentu perbedaan itu
lembaga parlemen.
D. PEMBAHASAN.
Konstitusi ini dibuat pada tanggal 17 September 1787 dan diadopsi melalui
Konstitusi ini mulai berlaku pada tahun 1789 dan menjadi model konstitusi untuk
banyak negara lain. Konstitusi Amerika Serikat ini merupakan konstitusi nasional
sebagaimana yang diatur dalam Pasal III Ayat 1, 2 dan 3 tidak ada suatu
17
www.wikisource.konstitusi 30/04/2008
18
Ibid.
Dalam sejarah pengujian perundang-undangan (judicial review)
perkaram”Marbury vs Madison” pada tahun 1803 yang saat itu John Marshal
vs Madison” ini pada intinya memuat bahwa Pasal 13 Judiciary Act (UU
konstitusi negara tersebut. Sebenarnya tidak ada ketentuan yang jelas dalam
Menurut John Marshal, ketentuan Pasal 13 Judiciary Act tahun 1789 merupakan
Oleh karena itu, ketentuan tersebut harus dinyatakan tidak sah dan bertentangan
19
Zainal Arifin Hoesin. Judicial Review Di Mahkamah Agung RI, Tiga Dekade Pengujian Perundang-
undangan. Raja Grafindo Persada. Jakarta 2009.
20
Ibid.
Amerika Serikat menerima keputusan itu sebagai sesuatu yang baik dan adil. Dan
melalui keputusan hakim John Marshal itulah lahir jurisprudensi baru tentang
Amerika Serikat yang kemudian keputusan itu diikuti oleh hakim-hakim agung
lainnya.
pengujian undang-undang sudah dimulai oleh para pendiri negara (the founding
1945, maka dimulailah era baru dengan diberikannya ruang untuk melakukan
ini kewenangannya di pegang oleh Mahkamah Agung (MA), juga dapat dilakukan
dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai mana yang diatur di dalam
yang baru.24
23
Ibid, hal 4
Tercatat ada beberapa orang menyampaikan pentingnya pengujian undang-undang dimasukan dalam
Undang-undang Dasar. Sebut saja Soeripto (PNI), Oei Tjoe Tat (Baperki), Soesilo Prawiroatmodjo
(Partai Republik Reformasi), Hermanu Kertodirejo (PKI), Renda Saroengalo (Parkindo), Siaw Giok
Tjan (Baperki) dan Yap Thiam Him (Baperki).
Indonesia. Undang-undang Dasar 1945, pasca amandemen yang ke empat dalam bab IX tentang
Kekuasaan Kehakiman mengatur sebagai berikut ;
Pasal 24 ayat 1 ;
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakan hukum dan keadilan.***).
Pasal 24 ayat 2 ;
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada
dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitsi.***).
Pasal 24 A ayat 1 ;
Mahkamah Agung berwewenang mengadili pada tingkat kasasi, meguji peaturan perundang-
unangan dibawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh undang-undang.***).
Pasal 24 C ayat 1 ;
Mahkamah Konstitusi berwewenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan-kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang
Pengujian perundang-undangan yang selama ini menjadi kewenangan
2. Ketetapan MPR.
3. Undang-Undang/Perppu.
4. Peraturan Pemerintah.
5. Keputusan Presiden.
6. Keputusan Menteri.
7. Peraturan Lainnya.
2. Undang-Undang/Perppu.
3. Peraturan Pemerintah.
4. Peraturan Presiden.
5. Peraturan Daerah.
Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang pemilihan
umum.***).
terjadi pada tahun 1998, sekaligus masyarakat pula yang berperan mentradisikan
yang dilakukan MPR dalam Sidang Umum 1999 dan Sidang Tahunan 2000.
yang semula dianut dalam UUD 1945 sebelum perubahan telah ditinggalkan,
Undang-undang Dasar 1945 yang begitu luas khususnya yang berada di dalam
ruang lingkup kekuasaan kehakiman, hal ini tampak jelas telah terjadi suatu
keingingan yang baik (goodwill) dari seluruh komponen bangsa agar negara
Republik Indonesia lebih baik kedepan, khususnya dalam penegakan hukum (law
yaitu :
2. Undang-Undang/Perppu.
3. Peraturan Pemerintah.
4. Peraturan Presiden.
5. Peraturan Daerah.
yang disebutkan di atas yaitu dengan lahirnya Undang-undang No.4 Tahun 2004
pengujian perundang-undangan”.
dibawahnya, dan tidak boleh ada satu peraturan pun dibawah Undang-undang
2. Ketetapan MPR.
3. Undang-Undang/Perppu.
4. Peraturan Pemerintah.
5. Peraturan Presiden.
konstitusi). 26
selain sistem hukum dalam bentuk statute law (hukum yang dibuat oleh pembuat
undang-undang). Selain kerajaan Inggris, Amerikat Serikat juga adalah negara adi
daya yang mengembangkan sistem hukum commons law selain system hukum
hukum, maka secara tradisional akan dianggap sebagai hukum dan akan ditaati
yang secara tegas diatur dalam Konstitusi Amerika Srrikat, akan tetapi lebih
review” atas Doktrin John Marshal ini juga dilakukan atas persoalan-persoalan
26
Jimly Assidiqy.Model-model Pengujian Perundang-undangan di Berbagai Negara. Konpres Jakarta
2006. Hlm 47.
konstitutionalitas oleh semua pengadilan biasa melalui prosedur yang dinamakan
perkara yang berdiri sendiri, melainkan termasuk di dalam perkara lain yang
Konstitusi tidak ada upaya hukum lain ke tingkat peradilan yang lebih tinggi,
bersifat materil.
yaitu :
2. Ketetapan MPR.
27
Ibid.
3. Undang-Undang/Perppu.
4. Peraturan Pemerintah.
5. Peraturan Presiden.
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Tahun 1945.
Konstitusi.
yang disebutkan di dalam Pasal III Ayat 1 “The judicial Power of the United
States, shall be vested in one Supreme Court, and in such inferior Courts as rhe
Congress may from time to time ordain and establish. The Judges, both of the
Supreme and inferior Courts, shall hold their offices during good Behavior, and
shall, at state Times, receive for their Services a Compensation which shall not be
umum “Kekuasaan peradilan Amerika Serikat akan berada pasa satu Mahkamah
Agung, dan pada Pengadilan-Pengadilan lebih rendah yang dari waktu ke waktu
mungkin ditentukan dan dibentuk oleh Kongres. Para hakim, baik dari Mahkamah
Agung maupun pengadilan lebih rendah, akan memegang jabatan mereka selama
mereka berkelakuan baik, dan akan pada waktu-waktu yang ditentukan, menerima
atas jasa mereka imbalan yang tidak akan dikurangi selama mereka memegang
jabatan”.
yang telah dilakukan selama kurang lebih 28 kali amandemen, tidak ditemukan
Dasar Amerika Serikat sampai saat ini adalah tetap di tangan Mahkamah Agung
(Supreme Court).Karena itu seluruh kekuasaan dan kewenangan di bidang
Tahun 1945 setelah perubahan ketiga tahun 2001, maka pengujian perayuran
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24 Ayat (2), Pasal 24A Ayat (1), Pasal 24C
Ayat (1).
Konstitsi.***).
undang.***
kewenangannya masing-masing.
E. PENUTUP.
1. Kesimpulan.
a. Pengujian perundang-undangan (judicial review) dalam sejarah hukum Amerika
Serikat, telah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu dan telah tetap
dilanjutkan pada saat ini. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari penjaminan
pasca dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Walaupun baru terimplementasi pada
perkara. Hal ini didasarkan kepada konsep dan pemikiran hukum di Amerika
Serikat lebih didasarkan kepada hal-hal yang bersifat realism dan pragmatism
dalam sistem hukum Indonesia sangat berbeda di mana ketentuan yang mengatur
peraturan pelaksanaannya. Hal ini dapat difahami karena konsep dan pemikiran
hukum di Indonesia lebih didasarkan kepada hal-hal yang bersifat legisme, yaitu :
segala sesuatu aturan harus dibuat oleh pembuat undang-undang, di luar itu tidak
aturan lainnya.
ada satu badan yang itu Mahkamah Agung (Supreme Court) yang salah satu
2. Saran.
hukum yang legisme kea rah realism, hal ini harus dapat difahami bahwa dunia
review) yang selama ini dipegang oleh Mahkamah Agung di serahkan kepada
Mahkamah Konstitusi. Hal ini dimungkinkan karena bagaimana luas dan besarnya
Daftar Pustaka.
A. Buku Referensi.
1. www.constitutional.court.
2. www.wikisource.com