Konsep Dan Aplikasi Long Term Athlete Development Dalam Sepakbola Rev 2

Konsep dan Aplikasi
LONG TERM ATHLETE

DEVELOPMENT
dalam Sepakbola
Dr. Komarudin, M.A.

Konsep dan Aplikasi Long Term Athlete Development dalam Sepakbola
© Komarudin
Cetakan I, Januari 2021
Penulis : Dr. Komarudin, M.A.

Penyunting Bahasa : Shendy Amalia
Tata Letak : Arief Mizuary
Cover : Ngadimin
Diterbitkan dan dicetak oleh:

UNY Press
Jl. Gejayan, Gg. Alamanda, Komplek Fakultas Teknik UNY
Kampus UNY Karangmalang Yogyakarta 55281
Telp : 0274–589346
Mail : unypenerbitan@uny.ac.id
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
Anggota Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI)
ISBN : 978-602-498-224-9
Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
DAFTAR ISI
Daftar Isi��iii
Prakata�� v
Bab 1 Masa Depan Sepakbola yang Menjanjikan��1
A. Pendahuluan��1
B. Potret Pembinaan Sepakbola Indonesia Saat ini�� 2
C. Nilai Karakter dari Permainan Sepakbola�� 4
D. Potensi yang Mampu Diraih dari Industri Sepakbola�� 6
Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal�� 9
A. Konsep Pembinaan Sepakbola Ideal�� 9
B. Mencapai Puncak Performa�� 11
C. Tahapan Pembinaan Dengan Konsep LTAD��12
D. Pendekatan Latihan��18
BAB 3 Active Start��21
A. Periodisasi latihan Active start�� 22
B. Bentuk Latihan Active Start�� 23
Bab 4 Fundamental�� 35
A. Periodisasi latihan FUNdamental�� 36
B. Bentuk Latihan FUNdamental�� 38
Bab 5 Learning to Train�� 49
A. Periodisasi latihan Learning to Train��50
iii
B. Bentuk Latihan Learning to Train�� 52
Bab 6 Training to Train�� 63
A. Periodisasi latihan Training to Train�� 64
B. Bentuk Latihan Training to Train �� 66
Bab 7 Training to Compete��77
A. Periodisasi latihan Training to Compete�� 78
B. Bentuk Latihan Training to Compete��80
Bab 8 Training to Win��91
A. Periodisasi latihan Training to Win�� 92
B. Bentuk Latihan Training to Win�� 94
Bab 9 Pemanasan dan Pencegahan Cedera�� 105
A. FIFA 11+��107
B. FIFA 11+ for Kids�� 108
Daftar Pustaka��111
Biodata Penulis�� 113
iv Daftar Isi
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulisan buku dengan judul “Konsep
dan Aplikasi Long Term Athlete Development dalam Sepakbola” ini dapat
terselesaikan.
Rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis haturkan
kepada pimpinan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta beserta seluruh jajarannya atas segala bentuk fasilitasi
yang telah diberikan guna mendukung terselesaikannya penulisan
buku ini.
Terdorong oleh kebutuhan di kalangan mahasiswa juga para praktisi/
pembina/pelatih sepakbola dalam mengaplikasikan konsep pembinaan
sepakbola yang benar sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak
didik/anak latih, maka dengan ini penulis memberanikan diri untuk
menyajikan buku ini kepada para mahasiswa dan khalayak umum.
Dalam buku ini dibahas tentang konsep Long Term Athlete Development
dalam sepakbola beserta aplikasinya dalam bentuk latihan praktis
sesuai tahapan tumbuh kembang anak, sehingga proses pembinaan
sepakbola di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan benar yang pada
akhirnya berkontribusi dalam peningkatan prestasi sepakbola nasional
itu sendiri.
Akhirnya, penulis ucapkan banyak terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung proses penulisan buku ini, khususnya kepada Coach Indra
v
Sjafrie (Direktur Teknik PSSI) yang telah bersedia menjadi reviewer buku
ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan buku ini di masa yang
akan datang.
Yogyakarta, Januari 2021
Penulis
vi Prakata
Bab 1
Bab 1
MASA DEPAN SEPAKBOLA
YANG MENJANJIKAN
A. Pendahuluan
Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi adalah dua pemain terbaik dunia
saat ini, dan tidak ada yang meragukan kehebatan kedua pemain tersebut.
Kedua pemain tersebut menjadi pemain paling sukses di dalam dan di
luar lapangan. Dikutip dari Daily Mirror, portal surat kabar di Inggris
bahwa Ronaldo mendapat gaji €120 juta (setara Rp2 triliun) selama empat
tahun memperkuat Juventus. Jumlah itu terbilang cukup fantastis untuk
Ronaldo yang mulai memasuki penghujung karier. Jika dirinci, Ronaldo
akan mendapat gaji €30 juta atau setara Rp502 miliar per tahun, €2,5 juta
(setara Rp41,8 miliar) per bulan, dan €576.923 (setara Rp9,6 miliar) per
pekan. Untuk rincian yang lebih kecil lagi, Ronaldo akan mendapat €82.417
(setara Rp1,37 miliar) per hari, €3.434 (setara Rp57,4 juta) per jam, €57,23
(setara Rp958 ribu) per menit, dan €0,95 (setara Rp16 ribu) per detik.
Semua bisa membayangkan bagaimana sepakbola mengubah kehidupan
mereka berdua pada saat mereka masih anak-anak.
Industri sepakbola di Indonesia memang belum sehebat di Eropa
atau negara maju Asia seperti Jepang dan China. Sepakbola Indonesia
dalam proses menuju ke arah sepakbola industri era modern. Klub-klub
sepakbola di Indonesia mulai menata diri dengan menjadi klub yang
mandiri tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
Memang terasa memberatkan dalam 10 tahun terakhir, akan tetapi
1
membuat klub mampu bergerak untuk melangkah maju demi mencari
sponsor dan investor untuk mengikuti liga. Dikutip dari Bola.com, Persija
dan Bayangkara FC contohnya, Persija pada musim kompetisi Liga 1
2019 mampu menghabiskan 50 Miliar Rupiah, sedangkan Bayangkara
FC menghabiskan dana 40 Miliar rupiah dalam satu musim kompetisi.
Dilihat dari angka tersebut tentunya perputasan uang yang cukup besar di
kompetisi Liga 1. Lantas berapakah pendapatan dari pemain sepakbola di
Indonesia? pemain lokal dengan bayaran tertinggi adalah Stefano Lilipaly
dengan 6,6 Miliar dalam satu musim kompetisi, juga ada pemain muda
Febri Hariyadi dengan 6,1 Miliar di Persib Bandung, jumlah yang sangat
menjanjikan.
Perjalanan untuk menjadi pemain sepakbola profesional tidak mudah.
Rata-rata pemain sepakbola yang sukses di Indonesia bahkan di dunia
memiliki masa kecil yang beragam, kebanyakan adalah dari keluarga
yang kurang mampu. Tekad, kerja keras, dan beruntung mendapatkan
pendampingan secara tepat yang mampu mengantarkan mereka
kesuksesan. Banyak sekali pemain sepak bola yang diberi bakat luar biasa,
akan tetapi banyak juga mereka gugur di perjalanan sebelum mampu
merasakan level profesional. Hal ini juga banyak terjadi di Indonesia,
bahkan negara kita adalah negara yang terkenal dengan kemampuan
memperoleh prestasi di usia muda, akan tetapi miskin prestasi di level
senior. Mungkin generasi sekarang tidak pernah tahu kapan Indonesia
meraih medali emas Seagames, yang berhasil kita raih pada tahun 1991,
waktu yang cukup lama. Bahkan kita belum pernah juara Turnamen
Sepakbola antar negara se-asia tenggara Piala AFF sejak pertama kali
digulirkan.
B. Potret Pembinaan Sepakbola Indonesia Saat ini

Indonesia adalah negala kepulauan dengan karakter penduduk yang
berbeda-beda, dengan populasi hingga 280 juta penduduk, sepakbola
merupakan salah satu olahraga yang mampu mempersatukan bangsa ini.
Banyak yang bilang bahwa populasi yang sedemikian besar seharusnya
mampu memunculkan 11 pemain terbaik di lapangan dan mampu
berprestasi di tingkat internasional. Kenyataan yang muncul di lapangan,
tidak semudah seperti pendapat di atas. Banyak sekali faktor yang
berpengaruh dalam perjalanan pembinaan sepakbola. Luis Milla pelatih
sepakbola tim nasional Indonesia pada ajang ASIAN Games, mengatakan
2 Bab 1 Masa Depan Sepakbola yang Menjanjikan

bahwa Indonesia tidak kekurangan bermain berkualitas, akan tetapi
Indonesia kekurangan pemain yang mampu menguasai prinsip bermain
sepakbola.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada sesuatu yang belum
tepat dalam proses pembinaan sepakbola, terutama usia dini. Fakta yang
muncul di lapangan adalah masih banyaknya salah arti dan tujuan dalam
sepakbola usia dini. Masih banyak sekali sekolah sepakbola (SSB) keluar
dari tujuan utama pembinaan yaitu membekali anak kemampuan bermain
sepakbola secara utuh baik keterampilan motorik maupun penanaman
prinsip bermain sepakbola yang baik. Masih banyak SSB yang justru
mengeksploitasi anak untuk membesarkan nama SSB tersebut dengan
dalih prestasi anak didik. Ketika memiliki dua sampai tiga anak yang
memiliki bakat, maka pola permainan akan memaksimalkan kemampuan
anak untuk memperoleh kemenangan dan juara di sebuah turnamen,
bukan memaksimalkan pemain yang berbakat tersebut untuk mencapai
puncak performa di usia emas.
Efek yang muncul pada akhirnya adalah pemain tersebut tidak
mampu meraih prestasi di puncak dikarenakan penampilannya meredup
di usia emas dikarenakan kemampuannya sudah habis dieksploitasi di
usia dini. Menurut Indra Sjafri, pelatih yang lekat dengan pembinaan
usia dini dikutip dari indosport.com, mengatakan bahwa kunci sukses
pembinaan sepakbola usia dini ada pada metode kurikulumnya. Dengan
menyesuaikan segala faktor yang berada di dalamnya, kurikulum yang
tepat akan melahirkan sebuah tim maupun generasi pemain muda yang
baik di masanya. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai
Induk Organisasi sepakbola Indonesia telah menerbitkan Kurikulum
Pembinaan Sepakbola Indonesia yang sering disebut dengan Filosofi
Sepakbola Indonesia (Filanesia). Langkah maju yang harus di presiasi
bersama, akhirnya setelah puluhan tahun kita memiliki panduan untuk
mencapai tujuan bersama dalam sepakbola. Dengan Filanesia, diharapkan
semua pelatih usia dini memiliki pola pikir dan tujuan yang sama, bukan
kemenangan sebagai hal yang utama, akan tetapi memacu anak meraih
potensinya di masa mendatang.
Filanesia akan mampu membuat perubahan apabila mampu
diterapkan secara maksimal. Filanesia akan membekali anak dengan
pemahaman bermain sepakbola dengan baik. Akan tetapi, Filanesia masih
berada di tahapan awal dalam proses pembentukan pemain. Diperlukan
program yang menuntun pesepakbola usia dini untuk menjaga dan
Bab 1 Masa Depan Sepakbola yang Menjanjikan 3

mempersiapkan diri untuk dapat bermain di liga profesional, dan menjadi
pemain tim nasional Indonesia di pentas Internasional. Program yang
paling sering digunakan oleh negara yang lebih maju adalah Long Term
Athlete Development (LTAD). Gabungan dari Filanesia dan LTAD akan
membentuk sebuah panduan yang komplit terhadap persiapan anak
sejak usia dini dalam olahraga sepakbola. Anak yang sudah menentukan
sepakbola sebagai tujuan hidupnya, akan dipersiapkan dan dipandu
untuk meraih mimpinya. Tingkat keberhasilannya memang belum pernah
diukur, akan tetapi dengan panduan yang terstruktur akan memudahkan
anak didik, pelatih, dan klub untuk melakukan evaluasi dan perbaikan di
setiap waktu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Filanesia dan LTAD
juga harus memperhatikan karakter yang muncul dalam sepakbola dan
karakter atau kebudayaan yang ada di dalam masyarakat.
C. Nilai Karakter dari Permainan Sepakbola

Michael Austin, Profesor Filsafat dari Universitas Eastern Kentucky
berharap bahwa keterlibatan anak-anak di sepakbola dan olahraga lain,
dapat membantu membangun karekter mereka dalam cara yang positif.
Ini ditunjukkan dalam bentuk bekerjasama dengan orang lain, bekerja
untuk tujuan yang sama, merespons kekalahan dan kemenangan dengan
tepat, dan tumbuh dalam kebajikan seperti keberanian, kerendahan
hati, kesabaran, dan ketekunan. Namun, sepakbola juga terkadang
menghadirkan jalan lain yang dipandang negatif. Saat ini, sering terdengar
bintang yang terlibat dalam obat-obatan terlarang, penyerangan seksual,
menggunakan doping, perilaku oknum suporter, hingga perangai buruk
kepada pelatih dan orang tua. Itu tidak begitu saja terjadi, orang tua dan
pelatih perlu mendemonstrasikan lewat perkataan dan perilaku dari nilai-
nilai olahraga yang diterjemahkan dengan baik dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk menghargai satu sama lain, keadilan, rendah hati dalam
kemenangan, tulis Austin dalam kolomnya di Psychology Today. Olahraga
memang membangun karakter meskipun potensinya bisa dicapai lebih
atau kurang. Apakah kita akan mencapai potensi tersebut, atau malah
tidak mencapainya sama sekali.
Istilah karakter dihubungkan dan diperuntukkan dengan istilah
etika, akhlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan moral, berkonotasi
positif bukan netral (Kemendiknas, 2010). Menurut Muchlas Samami
dan Hariyanto (2011) karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan

berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Sepakbola
mampu menjadi jembatan pendidikan karakter sejak usia dini. Ada tujuh
nilai karakter yang mampu dikembangkan melalui permainan sepakbola
yaitu, Respect, Autonomy, Motivation, Equality, Self-Esteem, Health, and team
Spirit Realmadrid Foundation (2015).
Respect adalah kemampuan untuk menghargai orang lain. Permainan
sepakbola mengajarkan kepada anak untuk menghargai aturan,
menghormati keputusan wasit, menghormati pelatih, teman, lawan,
suporter, dan orang tua. Autonomy adalah kemampuan untuk bertanggung
jawab terhadap pribadi, dan sering disebut sebagai kemandirian.
Karakter ini juga bertujuan untuk mengajarkan anak untuk bisa
mengambil keputusan secara mandiri dan mampu bertanggung jawab
terhadap keputusannya. Motivation berarti motivasi, mewakili sikap atau
kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan dengan penuh
minat dan ketekunan. Dengan niat dan ketekunan yang terus di asah,
diharapkan anak akan selalu memiliki hasrat yang tinggi dalam berbagai
bidang kehidupannya. Equality adalah prinsip kesetaraan, anak akan
diajarkan pada dasarnya mereka memiliki kedudukan yang sama dan tidak
diperkenankan untuk melakukan tindakan yang menindas, bullying, atau
hal yang semacamnya terhadap sesama. Self esteem adalah evaluasi yang
di buat oleh individu dan biasanya berhubungan dengan penghargaan
terhadap dirinya sendiri. Hal ini mengekspresikan suatu sikap setuju atau
tidak setuju dan menunjukan tingkat dimana individu itu meyakini diri
sendiri mampu, penting, berhasil dan berharga. Health adalah kesehatan,
semua olahraga mengajarkan tentang menjaga kebugaran yang didapatkan
dari aktivitasnya, akan tetapi kesehatan adalah fondasi agar seseorang
mampu mencapai kebugaran. Dalam sepakbola akan diajarkan pentingnya
menjaga kesehatan diri dan nutrisi sebagai pemain sepakbola. Team Spirit
adalah situasi yang harmonis dengan hubungan yang baik dengan semua
elemen yang terlibat dalam tim sepakbola. Dalam semangat tim yang
baik akan mampu memunculkan kerjasama dan komunikasi yang baik.
Masih terdapat karakter lain yang dapat diajarkan kepada anak melalui
permainan sepakbola yaitu, taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
selalu berdoa sebelum dan sesudah latihan atau pada saat pertandingan.

Kerja keras untuk mencapai tujuan, juga menjadi sebuah karakter yang
mampu ditonjolkan dalam permainan sepakbola.
Dari pengertian tentang karakter di atas, maka tidak salah apabila
sepakbola mampu menjadi sarana pendidikan karakter yang baik bagi anak.
Memang kekerasan dalam permainan sepakbola masih sering terjadi, akan
tetapi hal tersebut tidak lepas dari sistem pembinaan yang dilakukan oleh
oknum yang belum memahami benar tentang pentingnya karakter dalam
permainan sepakbola. Nilai-nilai di atas belum ditanamkan secara kuat
di setiap sesi latihan sepakbola. Penguatan yang sangat dominan justru
bagaimana anak memenangkan pertandingan disertai dengan trik yang
terkadang “curang” yang dapat digunakan untuk mengalahkan lawan.
Tidak semua SSB di Indonesia melakukan hal tersebut, sudah banyak
juga SSB yang mengedepankan pendidikan karakter sebagai dasar untuk
mendidik anak-anak. Saat orangtua berlomba-lomba untuk memasukkan
anaknya ke SSB dengan pendidikan karakter yang baik, lama-kelamaan
SSB yang hanya mengedepankan kemenangan akan tergerus oleh waktu,
sehingga 5-10 tahun lagi kita akan menemui sepakbola Indonesia dengan
kualitas permainan dan karakter di semua elemen pendukung yang baik.
D. Potensi yang Mampu Diraih dari Industri Sepakbola

Di masa kini, sepakbola bukan hanya sebagai cabang olahraga yang
kompetitif, melainkan sebagai sebuah industri global yang mampu
menentukan hajat hidup orang banyak di dunia ini. bukan hanya pemain
atau atlet sepakbola saja yang akan menikmati keuntungan dari sepakbola,
ada pelatih, tenaga medis, wasit, karyawan di klub, serta pedangang dari
level atas yang mampu menjadi sponsor, hingga pedagang merchandise
partai kecil yang berjualan di emperan stadion. Silakan dibayangkan
berapa banyak perputaran uang yang mengalir di dalam sebuah permainan
sepakbola. Belum lagi banyaknya penelitian dan ilmu pengetahuan yang
selalu muncul dalam perjalanan permainan sepakbola hingga saat ini.
Hal tersebut menandakan bahwa sepakbola adalah sebuah olahraga yang
sangat menjanjikan di masa mendatang.
Bisnis sepakbola mempunyai prospek yang sangat hebat di Indonesia.
Penyebabnya pertama tama karena sepakbola adalah olahraga paling
populer dan paling diminati di Indonesia. Terutama sekarang ini hampir
semua kalangan tua muda, laki laki dan perempuan menyukai bola. Bahkan
para selebriti pun sekarang seolah ketinggalan kalau tidak menyukai bola.

Penonton dan penikmat bola di indonesia tersebar hingga ke pelosok
negeri. Walaupun belum memperoleh sesuatu yang membanggakan di
beberapa dekade terakhir, tetapi sepakbola tetaplah sepakbola, memiliki
magnet yang mampu menyedot perhatian seluruh warga Indonesia.
Memang pada awalnya, sejak usia dini anak-anak akan bermain
sepakbola sebagai seorang pemain. Dengan kecintaan terhadap permainan
sepakbola sejak usia dini, anak–anak akan terus memotivasi dirinya untuk
mencapai mimpi menjadi pemain profesional. Dalam perjalanan, pasti
tidak semulus yang ada dalam angan-angan, hambatan pasti muncul.
Dalam satu tim SSB rata-rata hanya 10-20% yang mampu menjadi pemain
profesional, ketika sampai usia 18 tahun mereka yang tetap aktif dalam
olahraga ini akan memilih tempat lain ketika merasa tidak mampu menjadi
pemain profesional. Pilihan tersebut biasanya tidak pernah jauh dari dunia
sepakbola yang mereka cintai sejak kecil, seperti wasit, fisiotherapis,
pelatih, bisnis olahraga, atau mempelajari tentang manajerial klub
yang natinya bekerja untuk sebuah klub sepakbola profesional. Dengan
profesionalitas yang muncul, penghasilan yang mampu diperoleh dari
sepakbola akan cukup sebagai jaminan hidup.

Bab 2
Bab 2
PEMBINAAN SEPAKBOLA IDEAL
A. Konsep Pembinaan Sepakbola Ideal

Dalam melaksanakan proses pembinaan sepakbola diperlukan
waktu yang sangat panjang. Konsep yang mampu mengakomodasi
proses tersebut adalah konsep Long Term Thlete Development (LTAD).
LTAD memiliki tujuh tahapan yang harus dilalui untuk mencapai prestasi
puncak atau bermain di level profesional. Tahapan ini menurut penulis
mampu menjawab pertanyaan yang muncul di bab sebelumnya. LTAD aktif
mencegah latihan spesialisasi di usia dini (sebelum usia 10 tahun). Konsep
ini bertujuan mencegah ketidakseimbangan pertumbuhan fisik pada anak,
kelelahan yang berlebihan yang berujung pada cedera panjang, dan LTAD
membantu anak yang memiliki potensi untuk meraih mimpinya, dan
mengarahkan orang yang gagal dalam mencapai prestasi tertinggi untuk
tetap mampu berkarya pada sesuatu yang disukainya yaitu dalam hal ini
cabang olahraga sepakbola.
Tiga tahap pertama LTAD mendorong anak untuk literasi fisik untuk
semua pemain, terlepas dari kemampuan atau hambatan gerak mereka,
dan harus disesuaikan dengan kelompok usia anak, sehingga pembebanan
latihan yang berlebihan mampu dihindari. Tahapan empat, lima, dan
enam fokus mengembangkan keunggulan dan sesuai dengan kebutuhan
permainan sepakbola. Tahap tujuh mendorong aktivitas fisik seumur
hidup, sehingga pemain dapat masuk ke level profesional dan menjaga
performa mereka sampai batas yang mampu pemain tersebut tempuh.
LTAD juga dapat memberikan kerangka kerja untuk mencapai impian
9
pemain sepakbola sejak usia dini. Kualitas program yang memastikan anak
mampu menikmati perjalanan dan proses latihan hingga level profesional,
dan mampu menemukan jalan keluar seandainya mendapatkan kegagalan
di tengah jalan.
Pada diagram di atas, tahapan terstruktur dan sistematis dalam proses

pembinaan. Dimulai dari active start hingga training to win. Pembagian
tahapan berdasarkan tahapan gerak seseorang, sehingga latihan yang akan
dilakukan nantinya akan membuat pribadi mampu berkembang maksimal
sesuai tahapan geraknya. Pembebanan dan intensitas latihan akan dibahas
per bagian di dalam buku ini. LTAD telah disusun untuk menyajikan
sebuah tahapan yang mudah dipahami oleh pembina atau atlet muda
hingga yang sudah profesional. LTAD memanfaatkan pengetahuan tentang
pertumbuhan, pengembangan dan implikasinya terhadap program latihan
yang dapat meningkatkan kemampuan atlet secara maksimal. Pembinaan
yang efektif bagi atlet berprestasi tidak dapat dilakukan secara jangka
pendek. Penelitian ilmiah menyatakan bahwa hal ini akan memakan
waktu latihan antara 8-10 tahun, Balyi (2015). Perlu dipahami juga bahwa
diperlukan komitmen kuat untuk konsisten dalam berlatih agar mampu
menghasilkan atlet sepakbola dengan prestasi maksimal.
10 Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal

B. Mencapai Puncak Performa
Williams (1998) penampilan puncak adalah kekuatan yang luar biasa
ketika seorang atlet dapat mengeluarkan kemampuannya secara maksimal
baik fisik maupun mental. Penampilannya luar biasa, bahkan melampaui
kemampuan biasanya saat bermain. Csikszentmihalyi (Williams, 1998)
mendefinisikan penampilan puncak adalah ketika kemampuan seseorang
sesuai dengan tentangan dalam situasinya. Antony Robbins (Karnadjaja,
Edianto, dkk. 2007) pakar peak performance (penampilan puncak)
menyimpulkan bahwa “emotion creates motion”, yang artinya perasaan
termotivasi akan mendorong kita untuk mengambil tindakan. Namun
sebaliknya juga berlaku kaidah, “motion creates emotion” yang artinya jika
kita mengambil tindakan dengan penuh semangat, maka emosi untuk
terus berusaha akan tercipta dengan sendirinya. Dengan demikian, bila
kita tidak bersemangat maka berusahalah melakukan tindakan terlebih
dahulu meski kecil, dan semangat akan tumbuh dengan sendirinya.
Komarudin (2013) Penampilan puncak adalah kemampuan yang dicapai
untuk mencapai kemampuan maksimal. Pencapaian penampilan puncak
dapat membangun kepercayaan diri atlet. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa penampilan puncak (peak performance) adalah suatu
kondisi optimal yang dimiliki seorang atlet saat melakukan segala bentuk
kegiatan olahraganya ketika bertanding.
Cohn (dalam Williams, 1998) lebih diperkuat temuan sebelumnya
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi peak performance yaitu
sebagai berikut.
a. Fokus. Atlet merasakan adanya keseimbangan psikofisik, segala
sesuatu bekerja secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang selaras
dan berlangsung secara otomatis pada saat kini. Pemikiran seorang
atlet terpusat pada suatu titik objek yang menjadi sasarannya. Ketika
atlet dapat fokus dalam suatu pertandingan maka atlet akan mudah
untuk mencapai penampilan puncak.
b. Merasa bahwa kinerja bekerja secara otomatis dan mudah. Atlet
merasakan bahwa penampilan dan kemampuannya saat bertanding
dapat bekerja secara otomatis dan sangat mudah dalam melakukan
sesuatu sehingga atlet dapat mencapai penampilan puncak.
Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal 11

c. Perasaan terkontrol atas emosi, pikiran, dan gairah. Atlet dapat
mengendalikan emosi, pikiran, dan gairah sehingga atlet dapat
bermain sebaik mungkin dan mencapai penampilan terbaiknya.
d. Merasa sangat percaya diri. Percaya diri adalah kondisi mental atau
psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya
untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Seorang atlet
yang memiliki rasa percaya diri yang baik percaya bahwa dirinya
akan mampu menampilkan penampilan terbaiknya seperti yang
diharapkan.
e. Tidak adanya rasa takut. Atlet merasakan keberanian yang sangat
tinggi sehingga atlet tidak merasa takut meskipun berhadapan dengan
atlet yang lebih baik dari dirinya.
f. Merasa santai secara fisik dan mental. Atlet merasakan kondisi yang
santai sehingga tidak merasakan ketegangan dan kecemasan baik
pada fisik dan psikologis atlet.
Dari pengertian puncak performa dan faktor penentu puncak

performa, kita dapat mengetahui bahwa menyiapkan atlet untuk
mencapai level profesional tidaklah mudah. Proses yang akan dilalui
seorang atlet juga tidak dalam hitungan hari, melainkan hitungan tahun
dan dituntut kesabaran untuk membentuk seorang atlet terutama
atlet yang memiliki bakat dalam bidang sepakbola. Pelatih tidak hanya
dituntut memiliki pengetahuan sebagai mantan pemain, melainkan juga
memiliki pengetahuan tentang tahapan LTAD dalam mencapai tujuan
jangka panjang yaitu menemukan puncak performa atlet sepakbola di
level profesional. Banyak sekali pemain sepakbola berbakat di negeri ini,
dengan latihan dan tahapan yang tepat, akan banyak juga bermunculan
pemain potensial di masa mendatang.
C. Tahapan Pembinaan Dengan Konsep LTAD

Sepakbola dengan antusias penduduk Indonesia yang tinggi telah
banyak memunculkan pusat pelatihan sejak usia dini. Pusat pelatihan
sepakbola dimulai dari Sekolah Sepakbola (SSB). Dengan konsep LTAD
pusat pelatihan yang ada di Indonesia akan selalu tersambung atau
terkoneksi hingga dewasa.

Dari gambar di atas menjabarkan proses pelatihan sepakbola yang
selama ini tersedia di Indonesia yang digabungkan dengan tahapan LTAD.
Selama ini kesulitan yang muncul dari proses pembinaan adalah antara
pusat pelatihan yang tersedia tidak terkoneksi sehingga pelatih atau agen
pemain baik di akademi atau klub kesulitan untuk menemukan bakat-bakat
pemain sepakbola yang potensial. Pada tahapan pembinaan sepakbola,
kita tidak perlu mengubah sistem yang sudah ada di Indonesia. Sistem
dan kepelatihan yang telah dilakukan nantinya akan dikombinasikan
dengan tahapan gerak LTAD.
1. Sekolah Sepakbola (SSB)

Sekolah sepakbola (SSB) memainkan peranan penting dalam proses
pembinaan sepakbola. Dalam fase pembinaan ini adalah fase paling lama
dari proses persiapan anak menuju atlet profesional. Anak yang masuk ke
SSB memiliki antusias dan mimpi besar untuk menjadi pemain sepakbola.
Dalam LTAD ada empat tahapan yang akan masuk dalam proses latihan
yaitu, Active Start, FUNdamental, Learning to Train, dan Training to Train.
Active Start, mempelajari gerakan-gerakan dasar dan
menggabungkannya dalam suatu permainan. Pada tahap Active Start
seorang anak belajar melakukan gerakan-gerakan sederhana dan tunggal
kemudian menggabungkannya dalam suatu permainan. Inilah saatnya
untuk mendorong anak ikut serta dalam aktivitas yang lebih luas dan
menantang seperti sepakbola untuk meningkatkan koordinasi tangan dan
kaki untuk meningkatkan ritme gerak. Semakin banyak variasi gerakan
akan semakin baik dengan fokus pada gerakan-gerakan yang tidak
terstruktur, dikenal dengan istilah “deliberate play”. Aktivitas-aktivitas

yang merupakan fondasi ini dapat mewakili kebutuhan gerakan olahraga
dasar seperti lari, lompat dan lempar.
FUNdamental, mempelajari semua keterampilan gerakan dasar
untuk membangun gerakan motorik. Gerakan-gerakan FUNdamental
harus dipraktikkan dan dikuasai sebelum atlet diperkenalkan dengan
keterampilan sepakbola yang bersifat khusus. Pembinaan keterampilan
ini menggunakan pendekatan yang positif dan menyenangkan dan
akan menjadi sumbangan berarti bagi pencapaian prestasi atlet di masa
datang. Walaupun anak-anak mempelajari tentang sepakbola, mereka juga
diperkenalkan dalam macam-macam permainan olahraga. Penekanan
pada pembinaan motorik akan menghasilkan atlet yang mampu menjalani
pelatihan jangka panjang, untuk olahraga tertentu Pada tahap ini anak-
anak diberi kesempatan untuk mengembangkan segala yang diperlukan
dalam bidang ketangkasan, keseimbangan, koordinasi dan kecepatan.
Pembinaan fisik, kognitif dan emosi, kesadaran akan begitu banyaknya
cabang olahraga yang ada dan kecintaan sepanjang hidupnya terhadap
olahraga dan aktivitas fisik. Pada saat inilah dasar-dasar dari keterampilan
olahraga mulai dipelajari termasuk keterampilan bergerak, keterampilan
dasar mengontrol objek dan gerakan keseimbangan. Instruksi-instruksi
yang benar dari pelatih merupakan hal yang amat penting pada tahap
ini karena kalau sudah terlanjur keliru maka sangat sulit dan makan
waktu untuk meluruskannya kembali. Bagi anak-anak yang tidak akan
mengambil jalur karir sebagai atlet pada kompetisi maka bekal-bekal
FUNdamental sudah cukup baginya untuk mengikuti aktivitas yang
bersifat rekreatif.
Learning to Train, Mempelajari dasar-dasar keterampilan olahraga
sepakbola. Inilah tahap utama dari pembelajaran motorik. Pada tahap ini
keterampilan gerakan mulai diarahkan pada kebutuhan gerak sepakbola.
Keterampilan gerakan tertentu ini mulai dibina dari usia 9 sampai 12
tahun termasuk didalamnya gerakan olahraga tertentu. Kalau tahap ini
sampai terlewatkan maka akibatnya akan sangat merugikan bagi upaya
pencapaian prestasi di masa datang. Salah satu dari periode terpenting
dalam pengembangan kemampuan motorik terjadi pada usia antara 9 dan
12 tahun. Inilah saat yang paling tepat untuk dibina agar dapat menguasai
keterampilan sepakbola yang merupakan pijakan bagi perkembangan
atlet pada tahap selanjutnya. Kalau mereka tidak dibina pada saat ini maka
itu berarti satu kesempatan besar telah dilewatkan begitu saja, sehingga
mengurangi peluang atlet untuk mengembangkan potensinya secara

penuh. Sekalipun pada tahap ini anak harus sudah diikutsertakan pada
pertandingan-pertandingan akan tetapi tujuan pokoknya bukanlah hasil
melainkan proses dan penekanan utama harus pada upaya peningkatan
keterampilan dan kebugaran.
Training to Train, mengoptimalkan kebugaran atlet sebagai
persiapan untuk pelatihan pada posisi yang spesifik pada permainan
sepakbola adalah saat dimana terjadi pertumbuhan yang pesat dan
bertepatan dengan periode di mana kapasitas aerobik dan anaerobik mulai
berkembang. Dalam olahraga hal ini dikenal dengan istilah “training the
engine” (melatih mesin). Atlet juga mulai diperkenalkan dengan intensitas
latihan dan periodisasi taktikal. Fleksibilitas harus dikembangkan
demikian pula pengembangan kekuatan dengan menggunakan berat
badannya sendiri dan low resistance thera band, Swiss ball dan medicine ball
harus terus diperkenalkan. Sama halnya dengan tahap-tahap sebelumnya,
atlet akan mengikuti kompetisi dan frekuensinya akan bertambah, akan
tetapi tujuan utamanya adalah bagaimana atlet mampu mempersiapkan
dirinya untuk mempersiapkan diri mengikuti kompetisi secara konsisten.
2. Akademi Sepakbola
Fase pembinaan berikutnya setelah SSB adalah Akademi Sepakbola.
Akademi bisa berupa bentukan klub profesional ataupun amatir,
terdapat juga pusat pelatihan yang dibentuk oleh pemerintah seperti
Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) yang dahulu sering disebut
dengan Diklat Pelajar. Akademi dan Diklat Sepakbola yang dikelola
secara mandiri juga sudah banyak bermunculan di Indonesia, hal ini juga
sangat membantu anak-anak yang memiliki bakat untuk terus mengasah
bakatnya dalam permainan sepakbola.
Tahapan LTAD dalam fase ini diawali dengan Training to Train
keterangan terdapat pada bahasan di atas, usia anak yang masuk ke
akademi dimulai usia 14 tahun. Latihan berkelanjutan dari Training to
Train yang dilakukan pada waktu SSB. Sehingga bangunan yang telah
dibentuk pada waktu SSB dapat dilanjutkan, fase perkembangan anak
tidak terhambat dan tetap dapat berkembang sesuai target. Ketika
memasuki usia 16 tahun atlet akan masuk ke fase Training to Compete.
Training to Compete, Mengoptimalkan kebugaran atlet sebagai
persiapan untuk pelatihan pada posisi permainan sepakbola yang
spesifik. Latihan untuk bertanding adalah tahap dimana puncak dari

strength velocity dan weight velocity datang bersamaan dengan saat dimana
kekuatan mencapai keadaan maksimum. Tahap ini lebih menekankan
kepada pengembangan kekuatan dan energy aerobic, yang sangat
penting bagi optimalisasi prestasi atlet. Pengalaman bertanding harus
bersifat positif disertai dengan identifikasi dan pengkajian serta analisis
pertandingan terhadap kelemahan-kelemahan atlet. Tujuan untuk
mengikuti kompetisi adalah mendapatkan pengalaman bertanding
sebanyak mungkin sehingga atlet memiliki tingkat kenyamanan saat
menghadapi sebuah pertandingan. Sedangkan tujuan prestasi yang ingin
dicapai hendaknya dipilih berdasarkan prioritas. Jenis-jenis pertandingan
yang diikuti harus terseleksi dengan baik agar hasilnya bisa terkontrol.
Latihan untuk bertanding adalah latihan agar atlet bisa berhasil dalam
kondisi pertandingan macam apapun. Program periodisasi tahunan yang
dipakai berdasarkan periodisasi taktik sesuai dengan Filanesia.
Kompetisi Elite Pro Academy (EPA) diselenggarakan oleh Badan Liga
Indonesia mulai usia 16 tahun, pesertanya adalah klub anggota Liga 1.
Akademi dan diklat sepakbola di daerah menjadi pemasok pemain bagi
tim-tim Liga 1 yang memang belum memiliki SSB atau akademi usia
dini. Sebuah peluang bagi anak-anak yang ingin fokus untuk mencapai
impiannya di dunia sepakbola, namun hal tersebut akan sulit diwujudkan
apabila tidak memiliki persiapan sejak usia dini.
3. Klub Sepakbola
Klub sepakbola di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
cara pengelolaan, manajemen dan kompetisi, yaitu Klub Amatir, Klub semi
amatir, dan klub amatir. Klub profesional berada di Liga 1, klub semi amatir
berada di Liga 2 dan liga tiga, dan klub amatir berkompetisi di bawah
naungan Assosiasi PSSI di Provinsi, kota atau kabupaten. Kemampuan
atlet secara individual yang akan menentukan atlet tersebut akan masuk
strata kompetisi di atas. Tentunya, semakin baik kemampuannya dalam
berkompetisi maka peluang untuk bermain di Liga 1 akan semakin besar.
Pentingnya Training to Compete sangat besar pada fase ini, sehingga pada
klub sepakbola di fase ini harus selalu menghubungkan Training to Compete
dan Training to win terutama pada pemain muda yang secara pengalaman
belum banyak seperti pemain senior.
Training to Compete, tujuannya Memaksimalkan potensi atlet
dengan persiapan dan posisi individu serta keterampilan yang bersifat

spesifik untuk meraih prestasi. Pada tahap ini keterampilan, kecepatan,
stamina dan kekuatan terus menerus diperbaiki untuk menghasilkan
prestasi maksimum. Atlet dilatih agar dapat mencapai kondisi puncak
untuk kompetisi yang diikuti. Pada tahap ini penambahan jenis-jenis
gerakan akan lebih sukar demikian pula dengan upaya pemeliharaannya.
Seiring dengan berjalannya waktu jumlah pertandingan yang diikuti
pada tahap ini juga semakin bertambah. Pada tahap ini keterampilan
sepakbola harus benar-benar sudah siap, sehingga memungkinkan
perbaikan atau peningkatan dari keterampilan teknis dan keterampilan
taktis. Penguasaan keterampilan taktis melalui pengalaman bertanding
pada tingkat internasional akan memberikan prestasi yang cemerlang.
Penggunaan program periodisasi tahunan yang bersifat single, double
atau triple adalah keharusan, dan dengan pengenalan periodisasi taktikal
sejak dini akan sangat membantu pada fase ini. Prinsip-prinsip LTAD akan
menjamin prestasi yang baik di semua tahap, tidak sekedar pada tahap
latihan untuk menang. Dengan demikian, tidak ada kompromi untuk
proses yang optimal untuk latihan, pertandingan dan pemulihan yang
berfokus pada kemenangan.

D. Pendekatan Latihan
Metodologi latihan sepakbola semakin berkembang setiap tahun.

Semua negara di dunia ini berlomba-lomba menemukan metode paling
efektif dan efisien sesuai dengan tuntutan permainan dan kompetisi.
Metode pendekatan terisolasi yang memisahkan latihan teknik, taktik,
fisik, dan mental secara terpisah dalam latihan mulai ditinggalkan. Metode
ytang sekarang digunakan dan gencar disosialisasikan oleh PSSI melalui
Filanesia yaitu pendekatan latihan secara Holistik. pendekatan secara
holistik memiliki arti bahwa melatih teknik, taktik, fisik, dan mental
secara bersamaan dalam bentuk aksi dalam permainan sepakbola. Aksi
dalam permainan sepakbola adalah aksi menyerang, bertahan, dan
transisi. Grafis untuk latihan sepakbola holistik dikutip dari Filanesia di
bawah ini.
pendekatan latihan yang tepat untuk berlatih secara holistik adalah
dengan menggunakan metode “game” baik game 11 v 11 atau berbagai
macam turunan dari game tersebut dan sering disebut sebagai small

sided games. Small sided games memungkinkan pemain mengalami situasi
yang dihadapi selama bermain seperti pertandingan yang sebenarnya.
Dengan mengalami situasi ini selama latihan, pemain dapat meningkatkan
teknik, taktik, dan aspek fisiologis permainan pemain Adam Owen (2004).
Tujuan dari small sided games adalah latihan untuk memungkinkan anak
mendapatkan lebih banyak sentuhan pada bola, metode latihan untuk
pemain muda hendaknya didesain dalam bentuk permainan yang lebih
aktif dan menyenangkan, agar mereka selalu memiliki motivasi untuk
datang ke tempat latihan. Football Assosiation (FA) Inggris menyatakan
bahwa untuk menjadi nyaman dengan bola, anak harus memiliki
10.000 sentuhan pada bola pada saat usia 16 tahun. Small sided games
meningkatkan kemungkinan itu terjadi. Penekanan small sided games
adalah pada menyenangkan dan partisipasi pemain dengan waktu
permainan yang disesuaikan berdasarkan umur Greg Bach dan James
Heller ( 2007).
Dalam proses latihan yang menggunakan metode game, terdapat

lima syarat yang dilakukan dalam sebuah game, yaitu bola, lawan,
taktik, aturan atau skoring, dan teman satu tim. Dari kelima aspek di
atas, minimal terdapat tiga aspek syarat untuk membuat game menjadi
menarik dan kompetitif, aspek yang harus selalu ada dalam game adalah
bola. Dengan lima aspek di atas pelatih akan mampu mengeksplorasi dan
menciptakan materi latihan yang menarik dan mampu memaksimalkan
perkembangan aspek teknik, taktik, fisik, dan mental secara bersamaan.
Atlet juga secara tidak langsung akan berkenalan dengan periodisasi
taktikal sejak usia dini.

Bab 3
Bab 3
ACTIVE START
Konsep utama dari active start adalah pengenalan aktivitas fisik.

Aktivitas fisik harus menjadi bagian yang menyenangkan dari kehidupan
anak sehari-hari dan penting untuk perkembangan anak yang sehat.
Bermain juga merupakan aktivitas fisik, dengan bermain secara aktif
merupakan kunci pada tahap ini. Bermain secara aktif akan membangun
koneksi penting di dalam otak, dan antara otak dan otot anak-anak.
Dalam aktivitas permainan tempat menjadi perhatian penting. Tempat
merupakan ruang untuk eksplorasi gerak sehingga harus diperhatikan
risiko dan batasan di lingkungan yang aman.
Pada fase ini anak dibeirikan akses tidak terstruktur ke berbagai
macam mainan dan peralatan berwarna. Hal ini memiliki tujuan untuk
memberikan pengalaman serta rangsangan untuk mendapatkan berbagai
macam persepsi yang akan menjadi sumber informasi utama di otak. Sejak
dini anak akan diajarkan konsep menganalisis dalam hal ini dimulai dari
bentuk yang paling sederhana, konsep analisis akan menjadi modal awal
untuk pengambilan keputusan. Kegiatan dalam fase ini harus membantu
anak merasa kompeten dan nyaman berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan yang menyenangkan dan menantang serta permainan non-
kompetitif.
Mempelajari gerakan-gerakan dasar dan menggabungkannya dalam
suatu permainan. Pada tahap Active Start seorang anak belajar melakukan
gerakan-gerakan sederhana dan tunggal kemudian menggabungkannya
dalam suatu permainan. Inilah saatnya untuk mendorong anak ikut serta
21
dalam aktivitas yang lebih luas dan menantang seperti sepakbola untuk
meningkatkan koordinasi tangan dan kaki untuk meningkatkan ritme
gerak. Semakin banyak variasi gerakan akan semakin baik dengan fokus
pada gerakan-gerakan yang tidak terstruktur, dikenal dengan istilah
“deliberate play”. Aktivitas-aktivitas yang merupakan fondasi ini dapat
mewakili kebutuhan gerakan olahraga dasar seperti lari, lompat, dan
lempar.
Sepakbola memang menjadi alat untuk mengajarkan tujuan yang
sudah disampaikan di atas, akan tetapi tahapan ini menuntut kebutuhan
multilateral, sehingga fokus tidak hanya kepada teknik dasar sepakbola
saja melainkan bentuk gerakan yang lebih umum untuk mencapai tujuan
multilatelarnya. Anak juga dapat diberikan pengalaman olahraga lain
seperti basket, atletik, melempar, memukul bola, dan lain sebagainya,
karena konsepnya adalah membuat anak untuk mengeksplorasi
geraknya. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa semakin banyak anak
mengeksplorasi geraknya, semakin banyak persepsi yang dimiliki dan
pada akhirnya akan memberikan banyak sekali pengalaman yang akan
berguna pada pengambilan keputusan dan eksekusi gerakan terhadap
respon situasi yang ada.
Dalam struktur tahapan latihan sepakbola, active start masuk dalam
kategori grassroot. Football Internatinal Federation Assosiation (FIFA)
menyebutkan bahwa grassroot merupakan bentuk latihan dasar untuk
mengajak anak-anak bugar, sehat, dan bersemangat melalui permainan
sepakbola. Teknik dasar sepakbola menjadi alat untuk mencapainya,
tetapi sepakbola bukan hanya sekedar memiliki teknik dasar yang
bagus. Sepakbola merupakan sebuah permainan yang di dalamnya
terdapat berbagai unsur karakter seperti kerjasama, saling menghargai,
kemandirian, dan tentunya saling membantu. Di active start anak akan
mendapatkan pengalaman untuk teknik dasar dan penguatan karakter
sejak dini. Harapannya adalah anak akan mampu mengaplikasikan nilai-
nilai positif dari sepakbola di kehidupan sehari-hari.
A. Periodisasi latihan Active start

Frekuensi latihan pada fase ini adalah dua kali dalam satu minggu.
Kebutuhan anak pada fase ini adalah mendapatkan perhatian penuh dari
keluarga. Untuk latihan sepakbola cukup dilakukan dalam waktu dua kali
dalam satu minggu. Durasi latihan untuk fase ini adalah 30-60 menit,
22 Bab 3 Active Start

hal ini dikarenakan tingkat konsentrasi anak masih mudah teralihkan
sehingga ketika anak sudah mulai bosan dengan permainan yang diberikan
maka dia akan teralihkan oleh hal yang menarik lainnya. Anak memang
tertarik dengan hal yang baru, akan tetapi mudah cepat bosan sehingga ini
sebetulnya tantangan bagi pelatih untuk menyiapkan game yang membuat
anak tertarik dan mampu juga melatih untuk meningkatkan konsentrasi
melalui permainan. Dalam Active Start yang terpenting adalah latihan
gerak dasar dan pembentukan kebiasaan dari aktivitas fisik anak.
Dalam satu sesi latihan disiapkan tiga sampai lima permainan.

Dengan persiapan tersebut pelatih akan mudah mengajak anak untuk
dapat menyelesaikan proses latihannya. Setiap permainan tetap harus
terdapat latihan holistik dan latihan karakter. Nilai tersebut hendaknya
dipastikan dapat masuk ke anak dalam bentuk yang sangat sederhana,
tidak perlu terbebani target persentase ilmu yang masuk, akan tetapi lebih
pada nilai sederhana yang mampu dipahami anak dalam latihan tersebut.
hal ini kan dibahas di dalam contoh bentuk latihan. orang tua dirumah
juga diperbolehkan mengulangi gerakan yang dilatihkan, proses sosial
antara orang tua dan anak pada saat berlatih bersama, akan memberikan
dampak psikologis yang baik terhadap perkembangan anak.
B. Bentuk Latihan Active Start

Bentuk lathan dalam periode Active Start dibuat dengan permainan
sederhana, mengingat tujuan dalam fase ini adalah mengajak anak
Bab 3 Active Start 23

bergerak menggunakan bola. Prinsip yang digunakan adalah banyak
setuhan dengan bola dan mencapai target sederhana. Apabila anak sudah
terlihat bosan dengan permainan yang diberikan istirahat dan berganti di
permainan baru di sesi berikutnya. Apabila sebelum 60 menit anak sudah
mengalami kelelahan dan mood berkurang, maka latihan harus segera
dihentikan agar mood untuk bermain sepakbola terjaga di pertemuan
berikutnya.
Berikut adalah tips untuk melatih anak-anak di periode ini. Bersiaplah
saat mereka tiba. Persiapkan permainan pertama. Bersikaplah ramah,
antusias, dan ingatlah untuk tersenyum. Buat penjelasan tetap sederhana,
biarkan mereka mengajukan pertanyaan. Bersikap inklusif, libatkan
semua pemain. Selalu memberi semangat dan pujian. Gunakan peluit
atau suara menyenangkan untuk menarik perhatian mereka. Hindari
berteriak dan kehilangan kesabaran. Gunakan alat bantu visual/warna
untuk meningkatkan pengamatan mereka. Hindari menyoroti kesalahan
atau kelemahan, dan jangan gunakan kata-kata negatif. Gunakan nama
pemain Anda. Jika seorang pemain memiliki nama panggilan yang bagus,
tetapi tidak dibuat-buat, itu bisa membuat mereka kesal. Pastikan mereka
tahu nama Anda atau mereka memanggil Anda pelatih, bukan Tuan atau
Nyonya. Gunakan ukuran bola yang benar. Ukuran 3 untuk kelompok usia
ini. Campurkan tim sehingga pemain tidak mendominasi. Tetap tenang
dan sabar dengan perilaku anak yang kurang baik, tidak membrikan
hukuman bagi mereka, tetapi berikan pengeertian dan selalu diwasi
untuk tidak merugikan teman lain. Libatkan mereka dalam pemecahan
masalah. Ajukan pertanyaan dan biarkan mereka berdiskusi di antara
mereka sendiri, cukup pandu mereka ke arah yang benar. Miliki rencana
darurat jika latihan tidak berhasil atau menurut mereka terlalu mudah
atau terlalu sulit. Mintalah dengan sopan orang tua dan wali untuk
tetap tidak mengganggu karena anak-anak perlu fokus pada Anda dan
permainan.

Bab 4
Bab 4
FUNDAMENTAL
Konsep utama dari FUNdamental adalah mulai mempelajari gerakan

aktivitas fisik. Aktivitas fisik menjadi fondasi dasar dari kehidupan anak
sehari-hari dan penting untuk perkembangan anak yang sehat. Permainan
sepakbola dipengaruhi komponen gerak dasar seperti lari, lompat,
dan melempar. Komponen tersebut berperan kuat dalam menunjang
kebutuhan teknik dasar dalam sepakbola. Pada konsep FUNdamental
pelatih akan memiliki banyak waktu untuk membentuk fondasi gerak
anak yaitu jalan, lari, dan melompat melalui permainan sepakbola yang
tentunya akan lebih menyenangkan dibandingkan latihan individual.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan akan terdapat latihan yang
khusus tentang cara berlari atau melompat secara terisolasi, demi
memberikan koreksi gerak ke anak secara detail.
Konsep FUNdamental mempelajari semua keterampilan gerakan dasar
untuk membangun gerakan motorik. Gerakan-gerakan FUNdamental
harus dipraktikkan dan dikuasai sebelum atlet diperkenalkan dengan
keterampilan sepakbola yang bersifat khusus. Pembinaan keterampilan
ini menggunakan pendekatan yang positif dan menyenangkan dan
akan menjadi sumbangan berarti bagi pencapaian prestasi atlet di masa
datang. Walaupun anak-anak mempelajari tentang sepakbola, mereka juga
diperkenalkan dalam macam-macam permainan olahraga. Bahkan tidak
menutup kemungkinan menyisipkan beberapa permainan tradisional
yang dimodifikasi dengan bola agar latihan tetap menyenangkan dan tetap
pada tujuan FUNdamental.
35
Penekanan pada pembinaan motorik akan menghasilkan atlet yang
mampu menjalani pelatihan jangka panjang, untuk olahraga tertentu. Pada
tahap ini anak-anak diberi kesempatan untuk mengembangkan segala
yang diperlukan dalam bidang ketangkasan, keseimbangan, koordinasi,
dan kecepatan. Pembinaan fisik, kognitif dan emosi, kesadaran akan begitu
banyaknya cabang olahraga yang ada dan kecintaan sepanjang hidupnya
terhadap olahraga dan aktivitas fisik. Pada saat inilah dasar-dasar dari
keterampilan olahraga mulai dipelajari termasuk keterampilan bergerak,
keterampilan dasar mengontrol objek dan gerakan keseimbangan.
Instruksi-instruksi yang benar dari pelatih merupakan hal yang amat
penting pada tahap ini karena kalau sudah terlanjur keliru maka sangat
sulit dan makan waktu untuk meluruskannya kembali. Bagi anak-anak
yang tidak akan mengambil jalur karir sebagai atlet pada kompetisi maka
bekal-bekal FUNdamental akan memberikan dampak yang signifikan pada
perkembangan kariernya di masa mendatang.
Latih dan kuasai keterampilan gerakan dasar sebelum masuk ke
keterampilan yang spesifik. Anak diperkenalkan pada gerak dasar atletik
yang pada fase ini menitik beratkan pada kelincahan, keseimbangan,
koordinasi dan kecepatan dan semua aspek atletik tersaebut juga
menunjang kemampuan sepakbola anak. Pengembangan kecepatan,
kekuatan, dan daya tahan menggunakan game dengan ruang yang
diperkecil atau small sided game. Mengembangkan kapasitas ini penting
untuk perkembangan gerak anak di masa depan. Kegiatan olahraga
sepakbola merupakan olahraga yang memiliki organisasi permainan
dan mampu memberikan pengenalan kompetisi serta dasar-dasar aturan
untuk ditaati oleh anak pada tahap ini.
A. Periodisasi latihan FUNdamental

Pengembangan teknik dasar dari permainan sepakbola seperti
menendang bola, mengendalikan bola, dan menggiring bola adalah fokus
pada periode ini. Atlet memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan dalam berbagai posisi bermain baik saat menyerang atau
bertahan. Kompetisi dan game yang ada dalam permainan sepakbola
sesuai untuk pengembangan dan pematangan atlet individu. Keterampilan
taktik akan mengikuti anak melalui pengalaman yang didapatkan dari
permainan sejak 1v1 hingga 7v7. Taktik yang didapatkan anak adalah
taktik individu dan taktik tim. Pelatih memegang peranan penting dalam
36 Bab 4 Fundamental
memasukkan unsur taktik dalam game yaitu dengan aturan dan coaching
point dalam latihan yang diberikan kepada anak. Latihan tidak sekedar
anak bermain 1v1 atau 2v2, tetapi harus dimasukkan nilai-nilai yang akan
diajarkan.
Frekuensi latihan pada fase ini idealnya adalah tiga kali dalam satu
minggu. Kebutuhan anak pada fase ini adalah mendapatkan pengalaman
latihan dasar atletik melalui permainan sepakbola. Untuk latihan
sepakbola cukup dilakukan dalam waktu dua kali dalam satu minggu
ditambah latihan game 7v7 di hari minggu pagi. Durasi latihan untuk fase
ini adalah 60-75 menit, hal ini dikarenakan anak mulai akan beradaptasi
dengan kebutuhan fisik di permainan. Game adalah kunci pada fase ini.
Drilling teknik dasar secara terisolasi boleh tetap dilakukan pada fase
belajar ini untuk membetulkan gerakan dan fase eksekusi bola yang akan
berguna dalam permainan.
Keterampilan mental dalam permainan ini, anak akan diajari untuk

menikmati persaingan baik secara individu atau tim. Dalam persaingan
anak akan diajari untuk menghormati lawan, dan berusaha keras untuk
mencapai tujuan anak. Hal ini akan menjadi Kode etik kesadaran diri
yang merupakan pendidikan karakter yang berguna dalam melatih
Bab 4 Fundamental 37
keterampilan hidup di masa depan berupa kemitraan dan bagaimana
memecahkan masalah. Prinsip panduannya dalam FUNdamental adalah
program berbasis komunitas yang aman, partisipasi yang setara untuk
semua anak, walaupun ini adalah olahraga yang sangat kompetitif, namun
pengembangan keterampilan ditempatkan di depan persaingan. Kegiatan
lainnya perkembangan sosial dan kesenangan tidak pernah dilupakan.
B. Bentuk Latihan FUNdamental

Latihan dlam periode FUNdamental adalah pengembangan dari
Active start. Kemampuan konsentrasi anak yang lebih baik di periode ini
memungkinkan untuk memperkenalkan aturan dalam sebuah permainan.
Game atau latihan yang disusun oleh pelatih menitikberatkan kepada
peraturan yang merangsang mereka mendapatkan nilai-nilai karakter di
periode ini. nilai karakter yang dapat kita kenalkan adalah kerja keras,
kejujuran, mematuhi peraturan atau kesepakatan yang dibuat bersama
dan saling menghargai. Dengan demikian, pelatih akan selalu dapat
menanamkan karakter di atas sejak dini ke anak.
Berikut ini adalah beberapa sikap yang dapat sebagai pegangan dalam
melatih anak di periode FUNdamental. Pastikan permainan yang adil,
jangan mengabaikan pelanggaran aturan. Dorong bakat dan pengambilan
risiko, mereka tidak boleh takut untuk membuat kesalahan. Sesi latihan
tidak lebih dari 20 sampai 30 menit dan periksa tekanan pada bola (tidak
terlalu keras/ lunak), boleh mulai menggunakan bola ukuran 4. Pada usia
ini anak akan memperhatikan bahasa tubuh Anda jadi tetap ceria. Hindari
kebiasaan seperti melipat tangan secara terus menerus, pastikan gestur
positif selalu muncul dari tubuh Anda.
Bab 5
Bab 5
LEARNING TO TRAIN
Konsep utama dari Learning to Train adalah pengembangan

keterampilan motorik dan koordinasi pada gerakan aktivitas fisik.
keterampilan motorik dan koordinasi adalah dasar untuk melakukan
berbagai macam teknik dalam sepakbola serta sebagai faktor utama dalam
proses eksekusi gerakan. Permainan sepakbola dipengaruhi komponen
gerakan motorik dalam eksekusi teknik menendang, mengendalikan
bola, dan menggiring bola. Pada Learning to Train pelatih akan memiliki
banyak waktu untuk membentuk gerakan-gerakan teknik dasar bermain
sepakbola yang akan berfungsi saat permainan. Game akan selalu menjadi
jembatan dalam mentransfer ilmu gerak dan permainan. Untuk latihan
terisolasi akan berfungsi sebagai latihan penguatan detail teknik dasar
secara individu.
Mempelajari dasar-dasar keterampilan olahraga sepakbola. Inilah
tahap utama dari pembelajaran motorik. Pada tahap ini keterampilan
gerakan mulai diarahkan pada kebutuhan gerak sepakbola. Keterampilan
gerakan tertentu ini mulai dibina dari usia 9 sampai 12 tahun termasuk
didalamnya gerakan olahraga tertentu. Kalau tahap ini sampai terlewatkan
maka akibatnya akan sangat merugikan bagi upaya pencapaian prestasi
di masa datang. Salah satu dari periode terpenting dalam pengembangan
kemampuan motorik terjadi pada usia antara 9 dan 12 tahun. Kompetisi
antar sekolah sepakbola akan mulai marak di tahapan Learning to Train.
Ujian bukan hanya datang dari lawan, kebanyakan ujian akan datang dari
orang tua anak yang berambisi untuk memenangkan setiap turnamen
49
yang diikuti. Pengalaman semacam ini yang nanti akan membelokkan
tujuan asli dari Learning to Train.
Ini adalah saat yang paling tepat untuk pembinaan anak agar dapat
menguasai keterampilan sepakbola yang merupakan pijakan bagi
perkembangan atlet pada tahap selanjutnya. Keterampilan teknik yang
dikenalkan pada FUNdamental akan dipertajam dengan pengenalan fungsi
taktik pada permainan. Game yang terdapat dalam latihan akan lebioh
terstruktur dan kompleks walaupun hanya small sided games. Pelatih akan
merangsang anak untuk lebih bisa mengaplikasikan gerakan teknik dasar
ke permainan. Hal inilah yang akan membuktikan peran pentingnya
aturan dalam game. Aturan bisa dimulai dengan sederhana, akan tetapi
konteks dan makna dari gamenya harus tersampaikan kepada anak didik
Memperkenalkan kompetisi sepak bola di tingkat lokal di daerah
sekolah sepakbola anak akan membawa euforia yang luar biasa, sejak
masa persiapan hingga kompetisi. Bagi beberapa pelatih ini adalah sebuah
kesempatan untuk berprestasi, namun itu adalah ambisi semu karena
anak akan dituntut untuk memenangkan pertandingan dan melupakan
tujuan utama dalam Learning to Train. Tujuan dari memperkenalkan
kompetisi antar sekolah sepakbola adalah berpartisipasi dalam permainan
dan mendapatkan pengalaman untuk memecahkan masalah yang muncul
di lapangan yang disebabkan oleh lawan yang berbeda-beda karakter.
Permainan yang lebih kompleks akan menuntut kombinasi gerakan fisik
yang lebih kompleks juga. Kelincahan, kecepatan, koordinasi memang
masih menjadi fokus utama, akan tetapi kapasitas aerobik mulai akan
dibutuhkan dalam sebuah kompetisi.
A. Periodisasi latihan Learning to Train

Pengembangan teknik dasar dari permainan sepakbola seperti
menendang bola, mengendalikan bola, dan menggiring bola dalam
permainan adalah fokus pada periode ini. anak memiliki kesempatan
untuk mengembangkan keterampilan dalam berbagai posisi bermain
baik saat menyerang atau bertahan. Anak akan mencoba dan diharuskan
50 Bab 5 Learning to Train

untuk memiliki pengalaman bermain di berbagai posisi. Kompetisi dan
game yang ada dalam permainan sepakbola sesuai untuk pengembangan
dan pematangan atlet individu, terutama adalah implementasi teknik
dalam permainan, sebuah faktor yang terkadang susah dilakukan oleh
pemain kita saat ini.
Keterampilan taktik akan mengikuti anak melalui pengalaman yang
didapatkan dari permainan sejak 4v4 hingga 7v7. Taktik yang didapatkan
anak adalah taktik individu dan taktik tim, yang akan lebih terfokus
kepada kemampuan visualisasi untuk pengumpulan informasi permainan
dan pengambilan keputusan dalam memosisikan diri. Pelatih memegang
peranan penting dalam mengatur periodisasi latihan, disarankan
maksimal tetap tiga kali dalam satu minggu termasuk ketika ada
kompetisi. Pembebanan yang berlebih terhadap kemampuan fisik sangat
tidak disarankan. Peningkatan kapasitas fisik dapat dimasukkan dalam
komponen game. Namun untuk pembenahan gerak seperti kelincahan,
kecepatan dan koordinasi dapat dilatih secara isolasi untuk mendaptkan
perbaikan gerakan secara detail.
Keterampilan mental dalam permainan ini, anak akan diajari untuk

mempersiapkan diri dalam menghadapi suatu kompetisi. Pelatih harus
mampu menciptakan desain latihan yang kompetitif akan tetapi tetap
menyenangkan di latihan. Hal ini perlu dilakukan agar anak tidak
terjebak dalam balutan kompetisi yang mengharuskan selalu menang.
Dalam persaingan anak akan diajari untuk menghormati lawan atau
Bab 5 Learning to Train 51

respek. Kemenangan adalah tujuan utama permainan ini, akan tetapi
pengembangan kemampuan teknik yang menunjang untuk kebutuhan
taktik akan menjadi fokus utamanya.
B. Bentuk Latihan Learning to Train

Latihan dalam periode Learning to Train adalah pengembangan dari
FUNdamental. Kemampuan konsentrasi anak yang lebih baik di periode ini
memungkinkan untuk memperkenalkan aturan dalam sebuah permainan.
Game atau latihan yang disusun oleh pelatih menitikberatkan kepada
peraturan yang merangsang mereka mendapatkan nilai-nilai karakter di
periode ini. Nilai karakter yang dapat kita kenalkan adalah kerja keras,
kejujuran, mematuhi peraturan atau kesepakatan yang dibuat bersama
dan saling menghargai. Dengan demikian, pelatih akan selalu dapat
menanamkan karakter di atas sejak dini ke anak.
Pada periode ini anak sudah memiliki keinginan untuk berkompetii
yang tinggi. Hal ini sebenarnya memudahkan pelatih dalam mengarahkan
anak. Sesuai dengan Filanesia, periode materi latihan anak adalah main
Belajar Main. Dengan demikian, peningkatan skill ditekankan fungsinya
agar berguna dalam permainan. Filanesia menjembatani fase yang juga
dengan Fase Kegembiraan bermain sepakbola ini dengan belajar Belajar
Main (bBM). Terdapat tiga komponen latihan yaitu pengantar skil,
komponen skill, dan game.

Bab 6
Bab 6
TRAINING TO TRAIN
Konsep utama dari Training to Train adalah penggunaan aktivitas fisik

untuk menunjang pengembangan keterampilan motorik. Pada fase ini
anak akan belajar untuk mulai menetapkan tujuannya dalam bermain
sepakbola. Persiapan dalam latihan akan menuju pada posisi bermain
yang lebih spesifik, dikarenakan pada usia ini perbedaan posisi bermain
juga akan menunjukkan perbedaan kebutuhan teknis, taktik, dan fisik
yang sedikit lebih spesifik, walaupun kebutuhan umumnya masih sama.
Training to Train, Mengoptimalkan kebugaran atlet sebagai persiapan
untuk pelatihan pada posisi yang spesifik pada permainan sepakbola.
adalah saat dimana terjadi pertumbuhan yang pesat dan bertepatan dengan
periode dimana kapasitas aerobik dan anaerobik mulai berkembang.
Dalam olahraga, hal ini dikenal dengan istilah “training the engine”
(melatih mesin). Prinsip panduannya adalah, atlet memiliki kesempatan
untuk mengembangkan berbagai keterampilan posisi sepak bola dalam
situasi menyerang, bertahan, dan transisi. Pengenalan kompetisi antar
SSB atau Akademi sangat baik untuk pengembangan dan pematangan
atlet secara individu, akan tetapi harus tetap diingat bahwa dalam fase
ini pengembangan keterampilan anak lebih penting daripada sebuah
kemenangan.
Anak akan mulai diperkenalkan dengan intensitas latihan dan
periodisasi taktikal. Fleksibilitas harus dikembangkan demikian pula
pengembangan kekuatan dengan menggunakan berat badannya sendiri
dan low resistance thera band, Swiss ball dan medicine ball harus terus
63
diperkenalkan. Sama halnya dengan tahap-tahap sebelumnya, atlet akan
mengikuti kompetisi dan frekuensinya akan bertambah, akan tetapi
tujuan utamanya adalah bagaimana atlet mampu mempersiapkan dirinya
untuk mempersiapkan diri mengikuti kompetisi secara konsisten. Tahap
ini merepresentasikan perkembangan yang baik terhadap proses latihan
dalam sepakbola. Keterampilan anak dalam mengembangkan teknik dasar
bermain sepakbola akan mencoba dimanfaatkan dalam situasi permainan
yang lebih kompetitif. Keterampilan sepak bola dan memanfaatkannya
dalam situasi permainan kompetitif.
Pola latihan dalam Training to Train adalah mengajak anak untuk

mulai merasakan kebutuhan latihan yang diintegrasikan dalam
permainan sepakbola. Kebutuhan teknik, taktik, fisik dan mental mulai
berkembang bersama dalam permainan. Pengembangan fisik mulai
dipertegas dalam permainan terutama kebutuhan aerobik. Kebutuhan
fisik mulai meningkat, akan tetapi belum diperlukan sesi latihan terisolasi
untuk peningkatan aerobik. Untuk peningkatan kapasitas aerobik dapat
ditingkatkan dengan latihan berbasis small sided games di dalam latihan
dengan modifikasi ruang dan intensitas latihan. Kemampuan taktikal juga
mulai diperkuat dalam proses latihan, pemain harus mulai terbiasa dalam
mengidentifikasi atau membaca karakter permainan dalam menyerang,
bertahan, dan transisi. Anak juga dituntut untuk memahami strategi
pelatih, meningkatkan variasi taktik dengan biasanya tugas di masing-
masing posisi berbeda satu dengan yang lainnya.
A. Periodisasi latihan Training to Train

Pada periode ini biasanya banyak anak yang sudah kehilangan
antusias dalam bermain sepakbola. Hal ini dikarenakan anak akan mulai
memilih untuk fokus di pendidikan formal atau fokus untuk bermain
sepakbola untuk masa depannya. Periode ini adalah masa transisi dari
permainan 7v7 menuju ke 11v11 yang memiliki area bermain lebih luas
dibanding sebelumnya. Denngan kebutuhan lapangan yang lebih luas,
maka kebutuhan tentang kapasitas fisik juga tentunya akan meningkat
64 Bab 6 Training to Train

secara signifikan. Waktu bermain juga akan berubah yang di periode
sebelumnya hanya 2x10-15 menit, pada periode ini anak akan bermain
sebanyak 2 x 20-35 menit. Perubahan ini harus dihadapi dan memiliki
perlakuan yang berbeda dari periode sebelumnya.
Keterampilan taktik akan diintegrasikan dengan kebutuhan fisik
dilapangan. Kebanyakan pelatih memilih untuk jalan pintas dalam
menjembatani kebutuhan fisik dengan latihan fisik yang terisolasi dan
memakan waktu lebih banyak dalam sebuah latihan. hal tersebut tidak
sepenuhnya salah, dikarenakan pelatih tersebut memiliki tujuan yang baik
yaitu ingin anak didiknya mampu bermain selama 2x25-30 menit dengan
kemampuan fisik yang cukup. Namun perlu diingat bahwa kemampuan
keterampilan anak pada periode ini perlu dikuatkan, hal ini dikarenakan
dalam masa peralihan dari 7v7 ke 11v11 anak juga harus beradaptasi dengan
implementasi teknik dan taktik di ruang yang lebih luas. Apabila pelatih
terlalu fokus dalam menjembatani kemampuan fisik, maka anak akan
kesulitan dalam menemukan solusi ketika membutuhkan kemampuan
teknik dalam sebuah eksekusi dalam permainan.
Periodisasi yang dilakukan dalam Learning to Train adalah periodisasi

taktik, dengan tujuan utamanya adalah mulai membiasakan anak dalam
menghadapi pertandingan di akhir pekan, walaupun tidak setiap akhir
pekan diadakan pertandingan. Idealnya pertandingan baik ujicoba atau
kompetisi dengan tim lain sebanya dua kali dalam satu minggu. Hal ini
Bab 6 Training to Train 65

dilakukan agar setelah pertandingan di akhir pekan anak memiliki 3-5
kali latihan untuk evaluasi pertandingan dan persiapan menghadapi
pertandingan berikutnya. Agar pada proses berikutnya lebih maksimal,
maka pembiasaan konsep ini harus diajarkan sejak Training to Train.
Intensitas latihan harus sudah masuk ke menengah ke tinggi, agar anak
selalu terbiasa dengan intensitas pertandingan. Sekali lagi pembiasaan
anak dalam menghadapi situasi pertandingan lebih dibutuhkan walaupun
kemenangan menjadi tujuan utama permainan ini.
B. Bentuk Latihan Training to Train

Latihan dalam periode Training to Train adalah pengembangan dari
Learning to Train. Pada periode anak akan mauk pada periode transisi
dari lapangan 7v7 menuju 11v11 dari belajar Belajar Main (bBM) ke
Passing, Position Games, Phase of Play, dan Main (P3M). Perubahan ukuran
lapangan latihan akan membuat anak-anak beradaptasi dengan intensitas
dan kebutuhan tenaga yang lebih berat. Latihan akan semakin berat,
namun dengan program yang tepat akan memudahkan anak-anak dalam
beradaptasi dengan perubahan yang muncul.

Bab 7
Bab 7
TRAINING TO COMPETE
Konsep utama dari Training to Compete adalah komitmen yang serius

untuk menghadapi kompetisi. Di Indonesia kompetisi elit antar akademi
disebut dengan Elite Pro Akademi (EPA). Sementara ini anggota kompetisi
EPA adalah klub yang bermain di liga 1. Kompetisi EPA terdapat tiga
kelompok umur, yaitu U16, U18, dan U20. Tujuan diselenggarakannya
EPA adalah mengakomodasi dari fase Training to Compete dalam konsep
LTAD. Kompetisi EPA sangat berguna bagi anak yang telah menentukan
prioritas sepakbola sebagai tujuan mereka. Akan tetapi apabila hanya
mengandalkan EPA maka akan banyak sekali anak yang tidak dapat
merasakan situasi kompetisi di fase ini. oleh karena itu turnamen
antar akademi atau sekolah mutlak diperlukan untuk mengakomodasi
kebutuhan kompetisi anak di periode ini.
Prinsip panduan dalam Training to Compete ini adalah penekanan pada
membangun keterampilan individu untuk menghadapi persaingan yang
solid. Semua atlet idealnya diberikan kompetisi tahunan yang menuntut
persiapan optimal baik fase persiapan dan program pemulihan kebugaran.
Program ini akan mendukung anak untuk belajar dari kemenangan dan
kekalahan, untuk menjalani kehidupan yang seimbang, dan untuk selalu
melatih dan bersaing dalam adil, jujur dan “bersih”. Anak juga akan belajar
untuk berlatih lebih keras dalam rangka persaingan yang semakin ketat
untuk masuk ke klub peserta EPA atau peserta turnamen nasional.
77
Secara manajerial klub, fase ini disebut juga fase membangun sebuah
tim. Kemampuan tim dalam menyatukan individu yang telah kuat secara
teknik untuk bekerja sama lebih dalam terhadap kebutuhan taktikal.
Kebutuhan taktikal sangat tinggi di fase ini, anak dituntut untuk mampu
memberikan respon terhadap taktik yang digunakan lawan yang tentunya
berbeda hampir di setiap pertandingan, baik pertandingan ujicoba
maupun kompetisi. Penggunaan keterampilan mental yang berkembang
untuk mengintegrasikan keterampilan dan memahami dan membaca
permainan. Kebutuhan spesifikasi latihan fisik juga sangat dibutuhkan
terutama untuk peningkatan performa anak, mengingat kebutuhan
permainan yang membutuhkan kemampuan fisik prima dalam intensitas
pertandingan yang tinggi.
A. Periodisasi latihan Training to Compete

Periode ini anak akan mengikuti program yang sangat kompetitif,
mulai mengkhususkan diri pada posisi mereka, dan bekerja menuju hasil
yang maksimal. Prinsip panduannya adalah, Penekanan pada pemantapan
keterampilan bermain di dalam tekanan dan persaingan yang solid.
Tujuan periode ini adalah mempersiapkan diri baik individu dan tim
untuk mencapai tujuan bersama-sama yaitu memperoleh kemenangan
dalam setiap pertandingan. Akan tetapi fokus pembina atau pelatih adalah
menemukan evaluasi pada spesialisasi posisi dan keahlian permainan,
penyempurnaan keterampilan taktik dan permainan serta pemahaman
pengembangan rencana jangka panjang untuk kesuksesan individu
pada level berikutnya. Pada kondisi fisik dan kebugaran fokus pada
pembangunan kekuatan dan tenaga untuk mendukung bermain 2x45
menit secara konsisten pada tempo tinggi. Kapasitas fisik yang baik akan
mendukung penyempurnaan semua keterampilan dasar dan konsolidasi
keterampilan lanjutan untuk meningkatkan kompleksitas permainan.
78 Bab 7 Training to Compete

Evaluasi yang didapatkan oleh pelatih secara individual dapat
ditingkatkan melalui latihan individual. Pada fase ini diperkenankan
untuk menambah sesi latihan ke anak yang disebut juga periodisasi
individu. Durasi latihan dan intensitas latihan harus di sesuaikan dengan
kebutuhan spesifik individual. Pada periode ini kebutuhan anak akan
berbeda-beda, maka dibutuhkan sesi latihan individu yang terisolasi agar
anak mampu meningkatkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan
tim. Perlu diingat bahwa pertimbangan kebugaran tetap yang utama,
sehingga pelatih diharapkan mampu menjaga beban latihan mingguan
agar anak tidak mengalami overtraining yang akan membuat anak
terhambat secara pertumbuhan dan rentan terhadap cedera akibat
pembebanan latihan yang berlebihan.
Periodisasi yang dilakukan tetap periodisasi taktik yang berdasarkan
pada kompetisi yang dilakukan. Di masa ini anak yag bermain di kompetisi
nasional atau EPA akan mendapati jadwal pertandingan yang padat, serta
harus berhadapan dengan jarak tempuh yang cukup jauh apabila harus
melakukan partai tandang. Kemampuan adaptasi ini harus dibentuk
dan dibiasakan terjadi pada anak. Pada fase ini kebutuhan gizi anak
juga harus menjadi perhatian khusus, karena kebutuhan energi yang
tinggi dibutuhkan nutrisi penunjang agar pembentukan masa otot dan
pemenuhan kebutuhan energi saat melakukan pertandingan yang intens
tercukupi.
Bab 7 Training to Compete 79

B. Bentuk Latihan Training to Compete
Latihan dalam periode Training to Compete adalah pengembangan dari
Training to train. Kemampuan kondisi anak yang lebih baik di periode ini
memungkinkan untuk memperkenalkan aturan pola untuk peningkatan
kekuatan dan daya tahan melalui permainan di lapangan. Game atau
latihan yang disusun oleh pelatih menitikberatkan kepada peraturan yang
merangsang mereka mendapatkan nilai-nilai kerja keras dan kejujuran.
Dengan demikian, pelatih akan selalu dapat menanamkan karakter di
atas sejak dini ke anak.
Latihan dlam periode Training to Compete adalah Passing, Possition
Games, Phase of Play, dan Main (P3M). Walaupun sudah dikenalkan pada
fase berikutnya, namun periode ini merupakan dasar untuk anak dalam
bermain 11v11. Anak akan belajar untuk mempraktikkan kemampuannya
agar mampu bersaing dalam sebuah kompetisi dengan format 11v11.
Fokus anak otomatis akan berubah menjadi bagaimana secara individu
mempersiapkan diri untuk mampu bertanding setiap pekan dengan
tekanan yang diberikan oleh lawan dalam sebuah pertandingan. Pelatih
memegang peranan penting untuk menyiapkan lingkaran perencanaan
latihan, persiapan latihan, pertandingan, dan evaluasi, baik secara
mandiri atau secara tim.

Bab 8
Bab 8
TRAINING TO WIN
Konsep utama dari training to win adalah mengambil atlet tingkatan

sebelumnya menuju ke tingkat profesional. Dari pemain pemula Junior
dan non-mulai profesional hingga profesional pemula. Dalam periode ini
atlet dituntut bekerja keras untuk mencapai level profesional dan selalu
menjadi yang terbaik di semua kompetisi yang diikuti. Prinsip panduannya
adalah setiap program dan setiap atlet berkomitmen untuk menjadi yang
terbaik. Semua atlet diberikan pelatihan tahunan yang optimal, kompetisi
dan program pemulihan pada tingkat tertinggi. Setiap atlet berjuang untuk
tingkat kinerja tertinggi di konteks kehidupan yang adil, bebas narkoba,
pelatihan dan persaingan atlet, pelatih, pejabat dan administrator adalah
peran model, mentor, dan duta olahraga. Pengalaman dalam game tingkat
tinggi berkembang dan menyempurnakan taktik keterampilan, antisipasi
dan berbagai permainan membaca situasi.
Panggung adalah tingkatan tertinggi, termasuk sepak bola profesional
dan tim internasional pemula. Dalam tahap ini para atlet bekerja untuk
berprestasi tinggi program kompetitif, bertujuan untuk tingkat tertinggi
kinerja dan kesuksesan. Prinsip panduannya adalah: Setiap program
dan setiap atlet berkomitmen untuk menjadi yang terbaik. Semua atlet
diberikan pelatihan tahunan yang optimal, kompetisi dan program
pemulihan pada tingkat tertinggi. Setiap atlet berjuang untuk tingkat
kinerja tertinggi di konteks kehidupan yang adil, bebas doping, pelatihan
dan persaingan atlet, pelatih, pejabat dan administrator adalah peran
model, mentor, dan duta olahraga.
91
Secara manajerial klub, fase ini disebut juga fase membangun sebuah
tim. Kemampuan tim dalam menyatukan individu yang telah kuat secara
teknik untuk bekerjasama lebih dalam terhadap kebutuhan taktikal.
Kebutuhan taktikal sangat tinggi di fase ini, anak dituntut untuk mampu
memberikan respon terhadap taktik yang digunakan lawan yang tentunya
berbeda hampir di setiap pertandingan, baik pertandingan ujicoba
maupun kompetisi. Penggunaan keterampilan mental yang berkembang
untuk mengintegrasikan keterampilan dan memahami dan membaca
permainan. Kebutuhan spesifikasi latihan fisik juga sangat dibutuhkan
terutama untuk peningkatan performa anak, mengingat kebutuhan
permainan yang membutuhkan kemampuan fisik prima dalam intensitas
pertandingan yang tinggi.
A. Periodisasi latihan Training to Win

Periode ini anak akan mengikuti program yang sangat kompetitif,
mulai mengkhususkan diri pada posisi mereka, dan bekerja menuju hasil
yang maksimal. Prinsip panduannya adalah penekanan pada pemantapan
keterampilan bermain di dalam tekanan dan persaingan yang solid.
Tujuan periode ini adalah mempersiapkan diri baik individu dan tim
untuk mencapai tujuan bersama-sama yaitu memperoleh kemenangan
dalam setiap pertandingan. Akan tetapi fokus pembina atau pelatih adalah
menemukan evaluasi pada spesialisasi posisi dan keahlian permainan,
penyempurnaan keterampilan taktik dan permainan serta pemahaman
pengembangan rencana jangka panjang untuk kesuksesan individu
pada level berikutnya. Pada kondisi fisik dan kebugaran fokus pada
pembangunan kekuatan dan tenaga untuk mendukung bermain 2x45
menit secara konsisten pada tempo tinggi. Kapasitas fisik yang baik akan
mendukung penyempurnaan semua keterampilan dasar dan konsolidasi
keterampilan lanjutan untuk meningkatkan kompleksitas permainan.
92 Bab 8 Training to Win

Evaluasi yang didapatkan oleh pelatih secara individual dapat
ditingkatkan melalui latiihan individual. Pada fase ini diperkenankan
untuk menambah sesi latihan ke anak yang disebut juga periodisasi
individu. Durasi latihan dan intensitas latihan harus disesuaikan dengan
kebutuhan spesifik individual. Pada periode ini kebutuhan anak akan
berbeda-beda, maka dibutuhkan sesi latihan individu yang terisolasi agar
anak mampu meningkatkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan
tim. Perlu diingat bahwa pertimbangan kebugaran tetap yang utama,
sehingga pelatih diharapkan mampu menjaga beban latihan mingguan
agar anak tidak mengalami overtraining yang akan membuat anak
terhambat secara pertumbuhan dan rentan terhadap cedera akibat
pembebanan latihan yang berlebihan.
Periodisasi yang dilakukan tetap periodisasi taktik yang berdasarkan
pada kompetisi yang dilakukan. Di masa ini anak yag bermain di kompetisi
nasional atau EPA akan mendapati jadwal pertandingan yang padat, serta
harus berhadapan dengan jarak tempuh yang cukup jauh apabila harus
melakukan partai tandang. Kemampuan adaptasi ini harus dibentuk
dan dibiasakan terjadi pada anak. Pada fase ini kebutuhan gizi anak
juga harus menjadi perhatian khusus, karena kebutuhan energi yang
tinggi dibutuhkan nutrisi penunjang agar pembentukan massa otot dan
pemenuhan kebutuhan energi saat melakukan pertandingan yang intens
tercukupi.
Bab 8 Training to Win 93

B. Bentuk Latihan Training to Win
Latihan dalam periode Training to Win adalah bagaimana atlet
profesional menyiapkan diri secara profesional untuk menghadapi liga
dengan musim yang panjang. Kuncinya adalah memelihara kebugaran
tubuh dalam menghadapi padatnya jadwal, perjalanan, dan kemungkinan
terjadinya cedera. Atlet dan klub harus bersinergi untuk mencapai tujuan
bersama. Di liga Indonesia banyak klub yang selalu terjebak dalam
keterbatasan, untuk itu pendekatan di masing-masing klub pastinya
berbeda, dibutuhkan modifikasi-modifikasi untuk mencapai kondisi ideal.
Latihan dalam periode Training to Win adalah Passing, Possition
Games, Phase of Play, dan Main (P3M). Walaupun sudah dikenalkan
pada fase berikutnya, namun periode ini merupakan dasar untuk
anak dalam bermain 11v11. Sama seperti Training to Compete, namun
hokus atlet otomatis akan berubah menjadi bagaimana secara individu
mempersiapkan diri untuk mampu bertanding setiap pekan dengan
tekanan yang diberikan oleh lawan dalam sebuah pertandingan secara
profesional. Pelatih memegang peranan penting untuk menyiapkan
lingkaran perencanaan latihan, persiapan latihan, pertandingan, dan
evaluasi, baik secara mandiri atau secara tim.

Bab 9
Bab 9
PEMANASAN
DAN PENCEGAHAN CEDERA
Bermain sepak bola membutuhkan berbagai keterampilan dan

kemampuan, termasuk daya tahan, kelincahan, kecepatan, dan teknis
dan pemahaman taktis dari permainan. Dalam sepakbola, memberikan
performa terbaik adalah tentang menggabungkan stamina, kecepatan,
gerakan dan kekuatan dengan keahlian teknis dan taktis. Keterampilan
ini dapat diasah pelatihan yang ditargetkan. Padahal sepak bola memiliki
banyak manfaat efek pada kesehatan, selalu ada risiko cedera, karenanya
kebutuhan akan program pelatihan yang komprehensif untuk termasuk
latihan yang ditujukan untuk pencegahan cedera.
Semua aspek ini akan diajarkan dan ditingkatkan selama sesi
pelatihan, tapi bermain sepak bola juga membutuhkan hal yang substansial
risiko cedera. Jadi, optimal sesi pelatihan juga harus disertakan latihan
untuk mengurangi risiko cedera. “11+” adalah pencegahan cedera program
yang dikembangkan oleh seorang kelompok ahli internasional berbasis
pada pengalaman praktis mereka dengan berbeda program pencegahan
cedera. Ada dua bagia dari “11+” yaitu “FIFA 11+ for Kids” untuk anak usia
7-13 tahun dan “FIFA 11+” untuk pemain berusia 14 tahun atau lebih. Ini
adalah paket pemanasan lengkap dan harus mengganti pemanasan biasa
sebelum pelatihan. Dalam sebuah studi ilmiah, terbukti hal itu tim sepak
bola muda menggunakan “11+” sebagai pemanasan standar memiliki
pengaruh yang signifikan risiko cedera lebih rendah daripada tim yang
menghangat seperti biasa.
105
Elemen kunci dari cedera yang efektif program pencegahan untuk
sepak bola pemain adalah kekuatan otot inti, otot saraf kontrol dan
keseimbangan, pelatihan eksentrik untuk paha belakang, plyometric,
dan ketangkasan. Pelatihan otot inti akan mewakili “inti” unit fungsional,
yang tidak hanya termasuk otot-otot batang (perut, ekstensor punggung)
tetapi juga dari daerah panggul-pinggul. Pelestarian stabilitas inti adalah
salah satu kunci untuk fungsi optimal dari ekstremitas bawah (terutama
lutut bersama). Pemain sepak bola harus memiliki kekuatan dan
neuromuskuler yang cukup mengontrol otot pinggul dan tubuh mereka
untuk memberikan stabilitas inti.
Ada bukti ilmiah yang berkembang inti itu stabilitas memiliki
peran penting untuk dimainkan dalam pencegahan cedera. Kontrol
neuromuskuler dan keseimbangan: Kontrol neuromuskuler tidak
mewakili satu entitas, melainkan sistem interaksi yang agak kompleks
mengintegrasikan berbagai aspek tindakan otot (statis, dinamis,
reaktif), aktivasi otot (eksentrik lebih dari konsentris), koordinasi (otot
multi-sendi), stabilisasi, postur tubuh, keseimbangan dan antisipasi
kemampuan. Ada bukti ilmiah yang berkembang untuk program pelatihan
neuromuskuler khusus olahraga dapat mencegah secara efektif cedera lutut
dan pergelangan kaki. Plyometrics dan agility, Plyometrics didefinisikan
sebagai latihan yang memungkinkan otot mencapai kekuatan maksimum
dalam waktu sesingkat mungkin. Kontraksi otot eksentrik cepat diikuti
oleh kontraksi konsentris dalam banyak keterampilan olahraga. Karena
itu, latihan fungsional tertentu yang menekankan perubahan cepat ini
dalam aksi otot harus terbiasa mempersiapkan atlet untuk olahraga yang
spesifik. Tujuan dari pelatihan plyometric untuk mengurangi jumlah
waktu yang dibutuhkan antara hasil kontraksi otot eksentrik dan inisiasi
konsentris mengatasi kontraksi. Plyometrics menyediakan kemampuan
untuk melatih gerakan tertentu pola dalam biomekanik yang benar cara,
sehingga memperkuat otot, tendon dan ligamen lainnya secara fungsional.
Plyometrics dan agility latihan adalah komponen penting dari program
yang terbukti efektif dalam pencegahan, khususnya cedera ACL, tetapi
juga lutut lainnya dan cedera pergelangan kaki.
Pelatih harus menyadari pentingnya program pencegahan cedera.
Tidak semua cedera sepak bola bisa dicegah, tapi terutama cedera lutut,
pergelangan kaki keseleo dan masalah penggunaan berlebihan bisa
dikurangi secara signifikan secara teratur kinerja latihan pencegahan.
Pemain adalah aset penting dari klub dan pelatih, jika pemain (kunci)
106 Bab 9 Pemanasan dan Pencegahan Cedera

terluka, pelatih memiliki lebih sedikit pilihan dalam skuad mereka, dan tim
biasanya memenangkan lebih sedikit poin. Karena itu, strategi pencegahan
cedera harus bagian dari setiap sesi pelatihan. Penting bagi pelatih untuk
memotivasi para pemain untuk mempelajari “11+” dan melakukan latihan
secara teratur dan benar. Penelitian telah menunjukkan itu kepatuhan
adalah faktor kunci keberhasilan. Tim yang mempraktikkan “11+” lebih
sering memiliki lebih sedikit pemain yang cedera daripada tim lain. Cara
termudah adalah untuk melakukan “11+” sebagai standar pemanasan di
awal setiap sesi pelatihan, dan bagian 1 dan 3 juga sebagai pemanasan
sebelum pertandingan.
A. FIFA 11+
Pendekatan latihan dimulai dengan menyoroti pentingnya
pencegahan cedera. Semua pemain harus mengerti dengan jelas pesan ini.
Hanya kemudian, mulai penjelasan dan instruksi dari latihan. Mulailah
dengan menyoroti pentingnya pencegahan cedera: semua pemain harus
memahami dengan jelas pesan ini. Hanya maka sebaiknya Anda mulai
menjelaskan latihan dan memberi instruksi. Kunci untuk pengajaran yang
efisien adalah dengan mulai dari level 1 dan fokus pada caranya lakukan
latihan dengan benar. Hati-hati perbaiki semua kesalahan! Tubuh yang
bagus penentuan posisi sangat penting. Hal ini memungkinkan kerja
neuromuskuler yang lebih baik dan sesi pelatihan yang lebih efisien.
Kapan para pemain mampu melakukan latihan dengan benar, durasi
dan jumlah pengulangan dapat dinaikkan menjadi intensitas yang
diusulkan. Langkah-langkah berikut sangat membantu mengajarkan satu
latihan: jelaskan secara singkat dan peragakan satu latihan, instruksikan
para pemain untuk berlatih latihan dan berikan umpan balik umum
atau koreksi, diskusikan beberapa masalah dengan semua pemain, lalu
peragakan latihan lagi (mungkin dengan satu pemain yang tampil baik),
instruksikan para pemain untuk tampil latihan lagi, dan berikan individu
masukan/koreksi. Metode ini sangat direkomendasikan untuk enam
bagian latihan 2. Latihan lari di bagian 1 dan 3 mungkin membutuhkan
lebih sedikit penjelasan dan akibatnya waktu belajar lebih sedikit.
Biasanya, ini akan membutuhkan minimal 2–3 sesi latihan sampai para
pemainnya mampu melakukan semua latihan.
“11+” (level 1) dengan benar.”11+” memiliki tiga bagian dengan
total 15 latihan, yang harus dilakukan dalam urutan yang ditentukan
Bab 9 Pemanasan dan Pencegahan Cedera 107

di awal setiap pelatihan sidang. Bagian 1: latihan lari dengan kecepatan
lambat digabungkan dengan peregangan aktif dan kontak mitra yang
dikendalikan; Bagian 2: enam set latihan fokus pada inti dan kaki kekuatan,
keseimbangan dan plyometrics/kelincahan, masing-masing dengan tiga
tingkat peningkatan kesulitan; dan Bagian 3: latihan lari di gabungan
kecepatan sedang/tinggi dengan penanaman/pemotongan gerakan. Poin
kunci dalam program ini adalah menggunakan yang benar teknik selama
semua latihan. perhatikan sepenuhnya untuk memperbaiki postur tubuh
dan pengendalian tubuh yang baik, termasuk perataan kaki lurus, posisi
lutut di atas kaki dan pendaratan lembut.
B. FIFA 11+ for Kids

Sebuah penelitian besar terhadap lebih dari 4.000 anak di empat
negara telah membuktikan bahwa “FIFA 11+ for Kids” dapat mencegah
cedera: pemain yang menggunakan program menderita 38% cedera lebih
sedikit daripada anak-anak dalam kelompok yang menggunakan program
pemanasan normal, dan di mana cedera serius diperhatikan, yaitu yang
melibatkan periode lebih dari 28 hari tanpa bermain, angka tersebut
bahkan melebihi 50%. Studi lain menunjukkan bahwa “FIFA 11+ for Kids”
bisa meningkatkan keterampilan motorik, dan khususnya kelincahan,
dinamis keseimbangan, kekuatan melompat dan keterampilan teknis.
Dengan itu latihan yang ditargetkan dan latihan yang menantang, itu
“FIFA 11+ for Kids” dapat membantu anak-anak menghindari cedera saat
meningkatkan kinerja mereka. Hal tersebut adalah fokus dan efisien
program yang harus Anda gunakan secara teratur dalam pelatihan.
Program ini terdiri atas tujuh latihan yang harus dilakukan dalam
urutan yang ditentukan di awal setiap sesi pelatihan. Setiap latihan
memiliki lima level yang menjadi semakin sulit (level 1 sampai 5). Mulailah
dengan level 1. Instruksi yang Anda berikan anak-anak harus sesingkat dan
sejelas mungkin. Pastikan anak-anak mengadopsi postur dan tubuh yang
benar kontrol, Kaki lurus: lutut sedikit ditekuk dan bagian atas kaki harus
menghadap ke depan. Ketegangan tubuh: perut dan otot punggung harus
tegang, dengan punggung lurus dan kepala menjulur tulang belakang.
Perbaiki semua kesalahan dengan cermat! Anda akan menemukan
instruksi bagaimana melakukannya jadi dalam latihan individu. Pada
awalnya, jumlah pengulangan dan jarak harus dikurangi, dan hanya

jika latihan telah telah dilakukan dengan benar jika durasi dan jumlah
pengulangan ditingkatkan hingga tingkat intensitas yang disarankan.
Bab 9 Pemanasan dan Pencegahan Cedera 109

FIFA 11+ for Kids

DAFTAR PUSTAKA
Berger, Han. 2011. National Football Curricullum: The Roadmap to

International Football. Sydney. Football Federation Australia.
Bisans, Geero. 2000. Success in Soccer: Advanced Training Vol. 2. Frankfurt.
SIS Publishing.
Bisans, Geero. 2000. Success in Soccer: Basic Training Vol. 1. Frankfurt. SIS
Publishing.
Coyle, Daniel. 2009. Talent Code. US. Highbridge Company.
Daniel, Jacob. 2004. Coaching Soccer System and Tactics. Spring City.
Reedswain Inc.
Darmawan, Rachmad. 2012. Jadi Juara dengan Sepakbola Possession. Jakarta.
KickOff!.
Davies, Jed. 2013. Coaching The Tiki Taka Style of Play. UK. Soccer Tutor.
Davies, Jed. 2016. The Philosophy of Football: In Shadows of Marcelo Bielsa.
London. RocketBird Publishing.
Gladwell, Malcolm. 2008. Outliers: The Story of Success. US. Little, Brown
and Company.
Kelly, Cross. 2013. The Coaching Process. Sydney. Football Federation
Australia.
Memmert, Daniel. 2015. Teaching Tactical Creativity in Sports. UK. Routledge.
Putera, Ganesha. 2010. Kutak-Katik Latihan Sepakbola Usia Muda. Jakarta.
Villa 2000.
111
Roland Rössler, Oliver Faude, Mario. 2017. Fifa 11+ For Kids Manual A Warm-
Up Programme For Preventing Injuries In Children’s Football. FIFA Medical
and Research Centre (F-MARC)
Sainz, Javier Mallo. 2014. Periodization Fitness Training, UK. Soccer Tutor.
Soligard T, Myklebust G, Steffen K, Holme I,
Silvers H, Bizzini M, Junge A, Dvorak J, Bahr R, Andersen TE 2008. A
comprehensive warmup programme to prevent injuries in female youth
football: a cluster randomised controlled
Soligard T, Nilstad A, Steffen K, Myklebust G, Holme I, Dvorak J, 2010.
Compliance with a comprehensive warm-up programme to prevent injuries
in youth football. Br J Sports Med
Tamboer, Jan. 2015. Football Theory. Amsterdam. World Football Academy.
Van Lingen, Bert. 2015. Coaching Youth Soccer. Amsterdam. World Football
Academy.
Verheijen, Raymond. 2014. Football Periodisation. Amsterdam. World
Football Academy
Verheijen, Raymond. The Complete Handbook Conditioning for Soccer. Spring
City. Reedswain Inc.
112 Daftar Pustaka

BIODATA PENULIS
Dr. Komarudin, M.A. lahir di Cirebon pada tanggal 28

September 1974. Penulis menyelesaikan Program
Sarjana (S1) tahun 2000 pada Jurusan Pendidikan
Olahraga di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Yogyakarta, pada tahun 2011 menyelesaikan
Program Master of Arts (S2) pada Program Studi
Psikologi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta dan pada tahun 2018 menyelesaikan Program Doktor (S3)
Pendidikan Olahraga di Universitas Negeri Semarang. Penulis juga saat
ini sudah memegang sertifikat pelatih sepakbola B AFC dan sertifikat
pelatih Strength and Conditioning level-2 dari ASCA (Australian Strength
and Conditioning Association). Sejak tahun 2003 penulis mengabdikan diri
sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta. Selain sebagai dosen penulis juga berkarya
di dunia kepelatihan sepakbola sebagai Tim Psikolog Produta FC (tahun
2006-2007), Asisten Pelatih Fisik PERSIBA Bantul (tahun 2008-2010),
Asisten Pelatih PSIM Yogyakarta (tahun 2011-2012), Pelatih Fisik Timnas
Senior (tahun 2012-2013), Pelatih Fisik Persiram Raja Ampat (tahun 2015),
Pelatih Fisik PSS Sleman (tahun 2018) dan sejak tahun 2019 sampai saat
ini bertugas sebagai Pelatih Fisik PPLM Indonesia Cabang Voli Pasir dan
Biodata Penulis 113

Panahan. Beberapa karya ilmiah yang pernah ditulis adalah Pengaruh
Small Sided Games dalam Penguasaan Keterampilan Sepakbola, Model
Statistik Regresi dengan Variabel Non-Latihan sebagai Prediktor Kapasitas
Aerobik (VO2Max), Hubungan Level Kecemasan dan Akurasi Passing
dalam Permainan Sepakbola, Interaksi Sosial Antar Pemain Sepakbola
(Suatu Pendekatan Ethno-Fenomenology) dan Football Player Agression
(Phenomenology about Violence Between Football Players). Adapun beberapa
buku yang sudah penulis hasilkan adalah Dasar Gerak Sepakbola,
Pengantar Psikologi Olahraga, Metode Latihan Fisik dan Mental Sepakbola
Usia Muda dan Model Pelatihan Sepakbola Usia Pelajar U15-U18 Berbasis
Long Term Athlete Development.
114 Biodata Penulis

Konsep Dan Aplikasi Long Term Athlete Development Dalam Sepakbola Rev 2

Uploaded by

Document Information

Original Title

Copyright

Available Formats

Share this document

Share or Embed Document

Sharing Options

Did you find this document useful?

Is this content inappropriate?

Copyright:

Available Formats

Konsep Dan Aplikasi Long Term Athlete Development Dalam Sepakbola Rev 2

Uploaded by

Copyright:

Available Formats

Konsep dan Aplikasi

LONG TERM ATHLETE

Dr. Komarudin, M.A.

Cetakan I, Januari 2021

Penulis : Dr. Komarudin, M.A.

Diterbitkan dan dicetak oleh:

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

 Yogyakarta, Januari 2021

B. Potret Pembinaan Sepakbola Indonesia Saat ini

2 Bab 1 Masa Depan Sepakbola yang Menjanjikan

Bab 1 Masa Depan Sepakbola yang Menjanjikan 3

C. Nilai Karakter dari Permainan Sepakbola

4 Bab 1 Masa Depan Sepakbola yang Menjanjikan

Bab 1 Masa Depan Sepakbola yang Menjanjikan 5

D. Potensi yang Mampu Diraih dari Industri Sepakbola

6 Bab 1 Masa Depan Sepakbola yang Menjanjikan

Bab 1 Masa Depan Sepakbola yang Menjanjikan 7

A. Konsep Pembinaan Sepakbola Ideal

Pada diagram di atas, tahapan terstruktur dan sistematis dalam proses

10 Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal

Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal 11

Dari pengertian puncak performa dan faktor penentu puncak

C. Tahapan Pembinaan Dengan Konsep LTAD

12 Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal

1. Sekolah Sepakbola (SSB)

Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal 13

14 Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal

Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal 15

16 Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal

Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal 17

Metodologi latihan sepakbola semakin berkembang setiap tahun.

18 Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal

Dalam proses latihan yang menggunakan metode game, terdapat

Bab 2 Pembinaan Sepakbola Ideal 19

Konsep utama dari active start adalah pengenalan aktivitas fisik.

A. Periodisasi latihan Active start

22 Bab 3 Active Start

Dalam satu sesi latihan disiapkan tiga sampai lima permainan.

B. Bentuk Latihan Active Start

Bab 3 Active Start 23

24 Bab 3 Active Start

Konsep utama dari FUNdamental adalah mulai mempelajari gerakan

A. Periodisasi latihan FUNdamental

Keterampilan mental dalam permainan ini, anak akan diajari untuk

B. Bentuk Latihan FUNdamental

Konsep utama dari Learning to Train adalah pengembangan

A. Periodisasi latihan Learning to Train

50 Bab 5 Learning to Train

Keterampilan mental dalam permainan ini, anak akan diajari untuk

Bab 5 Learning to Train 51

B. Bentuk Latihan Learning to Train

52 Bab 5 Learning to Train

Konsep utama dari Training to Train adalah penggunaan aktivitas fisik

Pola latihan dalam Training to Train adalah mengajak anak untuk

A. Periodisasi latihan Training to Train

64 Bab 6 Training to Train

Periodisasi yang dilakukan dalam Learning to Train adalah periodisasi

Bab 6 Training to Train 65

B. Bentuk Latihan Training to Train

66 Bab 6 Training to Train

Konsep utama dari Training to Compete adalah komitmen yang serius

A. Periodisasi latihan Training to Compete

Penulis : Dr. Komarudin, M.A.

Yogyakarta, Januari 2021