You are on page 1of 6

Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal), Vol.7, No.

1, Maret 2021, ISSN: 2442-6873

HUBUNGAN POST ANESTHESIA SHIVERING DENGAN


INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESAREA
DI RECOVERY ROOM RSUD BANGIL
Joko Wiyono 1) Vivian Yessica 2) Isnaeni DTN3)
1,2,3)
Poltekkes Kemenkes Malang
E - mail : joko_wiyono@poltekkes-malang.ac.id

THE RELATIONSHIP OF POST ANESTHESIA SHIVERING WITH


PAIN INTENSITY IN POST OP SECTIO CAESAREA PATIENTS
IN RECOVERY ROOM BANGIL HOSPITAL
Abstract: Anesthetic effects after sectio cesarean surgery cause complications in the
thermoregulation system, like post anesthesia shivering. Shivering can also cause surgical
wound pain because there is a stretch in the surgical wound. The purpose of this study was to
determine the relationship between post anesthesia shivering with pain intensity in post op
sectio caesarea patients in recovery room Bangil District Hospital. This study uses a
correlation study design with a cross-sectional approach. The number of samples was take 33
respondents with quota sampling techniques used observation sheet of post anesthesia
shivering and pain intensity. Spearman test results obtained p-value 0,000 <α (0.05) which
means there is a relationship between post anesthesia shivering with pain intensity in post op
sectio caesarea patients and the relationship between the two variables is very strong. The
results of this study is most respondents felt degree 2 and 3 of post anesthesia shivering and felt
moderate pain (scale 4-6), there was a significant relationship when the degree of post
anesthesia shivering increase, the pain intensity also increase. So it’s recommended to further
researchers examine other variables such as duration of operation, room temperature, and type
of anesthesia used.
Keywords: post anesthesia shivering, pain, sectio cesarean

Abstrak: Efek anestesi pasca pembedahan sectio caesarea menyebabkan komplikasi pada sistem
termoregulasi yaitu post anesthesia shivering atau mengigil. Menggigil juga dapat
menyebabkan rasa nyeri pada luka operasi karena terjadi regangan pada luka operasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara post anesthesia shivering dengan
intensitas nyeri pada pasien post op sectio caesarea di recovery room RSUD Bangil. Penelitian
ini menggunakan desain correlation study dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel
diambil sebanyak 33 responden dengan tehnik quota sampling menggunakan lembar observasi
post anesthesia shivering dan intensitas nyeri. Hasil uji Spearman diperoleh p-value 0,000 < α
(0,05) yang berarti terdapat hubungan antara post anesthesia shivering dengan intensitas nyeri
pada pasien post op sectio caesarea dan hubungan kedua variabel sangat kuat. Hasil penelitian
sebagian besar responden mengalami post anesthesia shivering derajat 2 dan 3 dan merasakan
nyeri sedang (skala 4 – 6), serta ada hubungan signifikan dimana semakin tinggi derajat post
anesthesia shivering maka semakin tinggi intensitas nyeri. Sehingga direkomendasikan peneliti
selanjutnya untuk meneliti variabel lain seperti lama operasi, suhu ruangan, dan jenis obat
anestesi yang digunakan.
Kata kunci: post anesthesia shivering, nyeri, sectio caesarea.

17
Hubungan Post Anesthesia Shivering…. (Wiyono et al.)

PENDAHULUAN Michael, 2013). Menurut Roy J.D, et al


Sectio Caesarea menurut Liu dalam Faridah & Ponco (2014), menggigil
(2008), merupakan prosedur bedah untuk juga dapat menyebabkab rasa nyeri pada
perlahiran janin dengan insisi melalui luka operasi karena terjadi regangan pada
abdomen dan uterus. Pada setiap tindakan luka operasi. Tarikan atau regangan pada
pembedahan diperlukan adanya tindakan luka operasi dapat menyebabkan
anestesi untuk menghilangkan rasa nyeri munculnya atau bertambahnya nyeri yang
pada saat pembedahan. Penggunaan teknik dirasakan pasien. Oleh karena itu
regional anestesi masih menjadi pilihan berdasarkan penjelasan diatas peneliti
untuk bedah sesar, operasi daerah abdomen, tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
dan ekstermitas bagian bawah karena teknik tentang hubungan Post Anesthesia
ini membuat pasien tetap dalam keadaan Shivering dengan intensitas nyeri pada
sadar sehingga masa pulih lebih cepat dan pasien post op sectio caesarea di recovery
dapat dimobilisasi lebih cepat (Marwoto & room RSUD Bangil.
Primatika, 2013).
Menurut Benumof (1992) respon METODE PENELITIAN
termoregulasi yang terganggu akibat Penelitian ini menggunakan metode
anestesi akan muncul kembali ketika efek correlation study untuk mengetahui
anestesi mulai menghilang, sehingga untuk hubungan kedua variabel dengan
mengembalikan suhu tubuh pada kondisi pendekatan cross-sectional yang
semula hipotalamus mengaktifkan respon menekankan waktu pengukuran atau
menggigil atau shivering. Shivering observasi data variabel independen dan
merupakan masalah yang sering dijumpai dependen hanya satu kali pada satu saat dan
sehubungan dengan tindakan anestesi, baik tidak ada tindak lanjut.
anestesi regional maupun anestesi umum. Populasi dalam penelitian ini adalah
Setelah pemberian anestesi spinal, shivering pasien post operasi Sectio Caesarea di
biasanya terjadi pada periode intra operasi RSUD Bangil yang mengalami post
sampai dengan masa pasca operasi. anesthesia shivering. Penelitian ini
Shivering menyebabkan efek menggunakan non probability sampling
fisiologi yang sangat merugikan seperti dengan tehnik quota sampling.
vasokontriksi perifer, kompensasi Peneliti mengambil sampel
kebutuhan oksigen yang meningkat sampai sebagian pasien post op sectio caesarea di
5 kali meningkatkan produksi karbon RSUD Bangil sebanyak 33 sampel sesuai
dioksida, menurunkan oksigen saturasi kriteria inklusi. Setiap sampel dilakukan
arteri, metabolisme obat menurun, pengukuran derajat post anesthesia
mengganggu terbentuknya faktor shivering dan intensitas nyeri secara
pembekuan, menurunnya respon imun, bersamaan 1 jam setelah obat anestesi
gangguan penyembuhan luka, diinjeksikan di recovery room. Data yang
meningkatnya pemecahan protein dan didapat kemudian diuji normalitasnya
iskemik otot jantung. menggunakan Shapiro Wilk dan dianalisa
Shivering menyebabkan menggunakan Uji Spearman Rank.
ketidaknyamanan bagi pasien, hal ini
meningkatkan laju metabolisme menjadi HASIL PENELITIAN
lebih dari 400%, dan meningkatkan Data diperoleh dari observasi pada
intensitas nyeri pada daerah luka akibat 33 pasien post op sectio caesarea di ruang
tarikan luka operasi (Morgan, Maged, &

18
Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal), Vol.7, No. 1, Maret 2021, ISSN: 2442-6873

pemulihan 1 jam paska pemberian injeksi 1 Nyeri Ringan


14 42,4%
obat anestesi (Skala Nyeri 1 – 3)
Tabel 1. Disrtribusi Derajat Shivering Pada 2 Nyeri Sedang
19 57,6%
Pasien Post Op Sectio Caesarea di RSUD (Skala Nyeri 4 – 6)
Bangil Total 33 100,0%

No Derajat Shivering F %
Sebagaian besar (57,6%) dari 33 pasien
1 Derajat 1 7 21,2% post op sectio caesarea merasakan nyeri
2 Derajat 2 10 30,3% sedang (skala 4 – 6), sedangkan sisanya
3 Derajat 3 10 30,3% nyeri ringan (skala 1 – 3)
4 Derajat 4 6 18,2% Dari tabel 3 diketahui hasil uji
Total 33 100% normalitas Shapiro Wilk didapatkan
signifikan α < 0,05 yang berarti data
Dari 33 responden post op sectio berdistribusi tidak normal, kemudian
caesarea sebagian besar (60,6%) mengalami dilakukan uji Spearman didapatkan hasil
post anesthesia shivering derajat 2 dan 3 koefisien korelasi 0,850 berarti terdapat
dan sisanya post anesthesia shivering hubungan antara kedua variabel atau sangat
derajat 1 dan 4. kuat dan searah (positif). Hasil signifikan
Tabel 2. Distribusi Intensitas Nyeri Pada dari uji Spearman didapatkan nilai p-value
Pasien Post Op Sectio Caessarea di RSUD = 0,00 < α (0,05), artinya H1 diterima atau
Bangil
terdapat hubungan yang signifikan antara
No Intensitas Nyeri F % kedua variabel.

Tabel 3. Hasil Uji Shapiro Wilk dan Uji Spearman Rank Post Anesthesia Shivering dan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Op Sectio Caesarea di RSUD Bangil pada 28 Februari – 28 Maret 2020
Uji Korelasi Spearman Rank
Uji Normalitas
No Variabel Spearman Rho
Shapiro Wilk (α) p-value
(Koefisien korelasi)
1 Post Anesthesia
0,002
Shivering 0,850 0,00
2 Intensitas Nyeri 0,001

PEMBAHASAN sistem termoregulasi. Paska tindakan anestesi


Menggigil merupakan salah satu dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set
komplikasi atau efek samping baik dari teknik point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini,
anestesi umum maupun regional yang cukup orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa
sering dijumpai. Berdasarkan tabel 1 diketahui kedinginan meskipun suhu tubuh meningkat.
bahwa dari 33 responden post op sectio Fase menggigil berakhir ketika set point baru,
caesarea di RSUD Bangil ternyata sebagian suhu yang lebih tinggi tercapai (Potter & Perry,
besar (60,6%) mengalami derajat 2 dan 3. Hal 2006).
ini didukung oleh penelitian Tantarto, et al. Pasien yang belum pernah melakukan
(2016) yang menunjukkan 26,43% dari pasien tindakan pembedahan mengalami post
post op sectio caesarea mengalami shivering. anesthesia shivering dengan derajat yang
Jenis anestesi merupakan faktor yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan tubuh pasien
berpengaruh langsung pada kejadian post belum pernah beradaptasi dengan ruangan
anesthesia shivering karena mempengaruhi operasi dan semua prosedur pembedahan.

19
Hubungan Post Anesthesia Shivering…. (Wiyono et al.)

Tindakan sectio caesarea sendiri dapat p-value = 0,00 < α (0,05) yang artinya terdapat
menyebabkan menggigil pasca pembedahan hubungan yang signifikan antara post
akibat paparan suhu ruang operasi yang dingin anesthesia shivering dengan intensitas nyeri.
(18oC – 22oC) ke dalam cavum abdomen Hasil uji Spearman didapatkan koefisien
pasien selama tindakan pembedahan sehingga korelasi 0,850 berarti hubungan antara kedua
pasien mengalami hipotermia. Suhu tubuh variabel sangat kuat dan searah (positif).
hipotermia meningkatkan derajat shivering Dengan demikian makin tingg[i derajat post
karena tubuh bekerja keras untuk anesthesia shivering pada pasien post op sectio
mengembalikan suhu tubuh semula melalui caesarea makin tinggi pula intensitas nyerinya.
energi panas yang dihasilkan dari menggigil. Menurut Irawan (2018) menggigil
Menurut Poter & Perry (2006) nyeri pasca anestesia merupakan mekanisme
merupakan perasaan tidak menyenangkan atau kompensasi tubuh yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan yang dirasakan seseorang efek samping antara lain pasien merasa tidak
dan setiap individu memiliki reaksi yang nyaman bahkan nyeri hingga dapat
berbeda-beda terhadap stimulus nyeri. meningkatkan kebutuhan oksigen karena
Melihat tabel 2 diketahui bahwa adanya peningkatan aktifitas otot. Pasien
sebagian besar responden (57,6%) mengalami melaporkan bahwa menggigil sangat tidak
nyeri sedang (skala 4 – 6). Peneltian yang nyaman, dan beberapa bahkan mendapati
dilakukan Muliani, et al. (2020) menunjukkan sensasi dingin yang menyertai lebih buruk
pasien post op sectio caesarea mengalami daripada nyeri bedah, selain itu menggigil
nyeri sedang dan sebagian besar merasakan dapat meregangkan sayatan bedah dan, sebagai
nyeri pada skala 6. Responden dengan akibatnya, itu dapat meningkatkan rasa sakit
intensitas nyeri sedang paling banyak dialami pasca operasi dan meningkatkan kemungkinan
oleh rentang usia 20 – 24 tahun, pasien dengan komplikasi pasca operasi seperti infeksi, nyeri,
usia 20 – 24 tahun rata-rata sudah mengalami dan perdarahan (Lopez, 2018).
nyeri sebelum masuk ruang operasi Hasil penelitian yang didapatkan di
dikarenakan adanya penghambat persalinan RSUD Bangil sejalan dengan teori yang sudah
normal dan belum ada pengalaman melahirkan ada, dimana post anesthesia shivering
atau ibu primi. berhubungan dengan intensitas nyeri yang
Pasien yang sudah pernah melakukan dirasakan responden. Belum ada penelitian
tindakan pembedahan mengalami intensitas yang membahas tentang hubungan menggigil
nyeri dengan skala 2 atau ringan karena pasien dengan intensitas nyeri pasien, akan tetapi
memiliki pengalaman nyeri yang menaikan beberapa penelitian menunjukkan hasil jika
ambang nyeri pasien. Intensitas nyeri yang menggigil dan nyeri dapat diatasi dengan cara
dirasakan responden tidak dipengaruhi oleh farmakologi yang sama. Responden
obat anestesi karena durasi kerja obat yang mengalami post anesthesia shivering sebagai
sudah habis. Durasi kerja obat anestesi spinal respon tubuh dalam mengembalikan suhu
memiliki banyak efek samping terutama pada tubuh semula setelah tindakan anestesi dan
ekstremitas sehingga meskipun durasi kerja pembedahan. Saat terjadinya menggigil, tubuh
obat sudah habis, pasien masih tidak pasien mengalami tremor atau getaran pada
diperbolehkan bergerak dan harus secara otot-otot tubuh. Getaran pada otot-otot tubuh
bertahap. menyebabkan adanya tarikan pada luka operasi
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa hasil yang sudah dijahit, hal inilah yang
signifikan dari uji Spearman didapatkan nilai menyebabkan nyeri yang dirasakan pasien

20
Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal), Vol.7, No. 1, Maret 2021, ISSN: 2442-6873

meningkat, terutama pada responden dengan Pengaruh Pemberian Cairan Infus


shivering derajat 3 dan 4. Dengan NaCl Hangat Terhadap
Kejadian Menggigil Pada Pasien
PENUTUP Operasi Secsio Caesarea Di Kamar
Pasien post op sectio caesarea di Operasi Rumah Sakit Aisyiyah
RSUD Bangil sebagian besar mengalami post Bojonegoro. SURYA, 04(XX).
anesthesia shivering derajat 2 dan derajat 3 Hidayat, A. A. (2014). Metode Penelitian
dan merasakan nyeri sedang (skala 4 – 6). Keperawatan dan Teknis Analisa Data.
Hasil analisis uji Spearman didapatkan hasil Jakarta: Salemba Medika.
ada hubungan yang signifikan antara post Irawan, D. (2018). Kejadian Menggigil Pasien
anesthesia shivering dengan intensitas nyeri Pasca Seksio Sesarea dengan Anestesi
dan hubungan kedua variabel sangat kuat dan Spinal yang Ditambahkan Klonidin 30
bernilai positif sehingga jika derajat shivering mcg Intratekal di RSUD Arifin Achmad
yang dialami pasien meningkat maka intensitas Pekanbaru, Indonesia. Jurnal Kesehatan
nyeri yang dirasakan semakin berat. Melayu, 1(2), 88–92.
Sebaiknya peneliti selanjutnya dapat Karch, A. M. (2010). Buku Ajar Farmakologi
mengendalikan faktor-faktor lain yang Keperawatan (2nd ed.; F. Ariani, E.
mempengaruhi post anesthesia shivering Wahyuningsih, E. Tiar, & N. Subekti,
seperti suhu ruang operasi, suhu ruang eds.). Jakarta: EGC.
pemulihan, dan waktu lama tunggu pasien Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J.
sebelum operasi. Peneliti selanjutnya dapat (2014). Farmakologi Dasar & Klinik
meneliti dengan variabel lain seperti lama Vol. 1 (12th ed.). Jakarta: EGC.
operasi, suhu ruangan, dan jenis obat anestesi Keat, S., Bate, S. T., Bown, A., & Lanham, S.
yang digunakan sehingga dapat memperkuat (2012). Anaesthesia On The Move.
hubungannya dengan intensitas nyeri London: Hodder Arnold.
khususnya pada pasien di RSUD Bangil. Leveno, K. J., Spong, C. Y., Dashe, J. S.,
Casey, B. M., Hoffman, B. L.,
Cunningham, F. G., & Bloom, S. L.
DAFTAR PUSTAKA (2018). Williams Obstetrics (25th ed.).
Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses McGraw-Hill Education.
Keperawatan Nyeri. Depok: Ar-Ruzz Liu, D. T. . (2008). Manual Persalinan (3rd
Media. ed.). Jakarta: EGC.
Arifin, J., & Sanjaya, Y. A. (2012). Lopez, M. B. (2018). Postanaesthetic
Perbandingan Efektivitas Ondansetron Shivering – From Pathophysiology to
dan Tramadol Intravena dalam Prevention. Romanian Journal of
Mencegah Menggigil Pasca Anestesi Anaesthesia and Intensive Care, 25(1),
Umum. Medica Hospitalia, 1(1). 73–81.
Baradero, M. (2009). Prinsip dan Praktik Marwoto, & Primatika. (2013). Anestesi
Keperwatan Perioperatif. Jakarta: EGC. Lokal/Regional. Anestesiologi 2 Bagian
Benumof, J. L., & Saidman, L. J. (1992). Anestesiologi Dan Terapi Intensif FK
Anesthesia and Perioperative UNDIP/ RSUP Dr. Kariadi. PERDATIN
Complication (1st ed.; S. Gay, ed.). St. Semarang Jawa Tengah.
Louis, Missouri: Mosby Year Book. Morgan, E., Maged, S., & Michael, J. (2013).
Faridah, V. N., & Ponco, S. H. (2014). Clinical Anestesiologi. Tangerang

21
Hubungan Post Anesthesia Shivering…. (Wiyono et al.)

Selatan: Bina Rupa Aksara. Prasetyo, U. S., Sugeng, & Ratnawati, A.


Muliani, R., Rumhaeni, A., & Nurlaelasari, D. (2016). Hubungan Oksigenasi Dengan
(2020). Pengaruh Foot Massage Kejadian Shivering Pasien Spinal
Terhadap Tingkat Nyeri Klien Post Anestesi Di RSUD Prof.Dr. Margono
Operasi Sectio Caesarea. JNC, 3(2), 73– Soekardjo Purwokerto. 1–4.
80. RM, L. (2012). Fentanyl Intratekal Mencegah
Muttaqin, A., & Sari, K. (2009). Asuhan Menggigil Pasca Anestesi Spinal pada
Keperawatan Perioperatif: Konsep, Seksio Sesaria. Jurnal Kedokteran
Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Brawijaya, 27(1), 51–55.
Medika. Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset
Nasseri, K., Ghaderi, E., & Khezripour, E. Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
(2017). Comparison of the Effects of Sjamsuhidajat, & Jong, D. (2011). Buku Ajar
Intrathecal Meperidine and Morphine Ilmu Bedah (3rd ed.). Jakarta: EGC.
on Incidence and Intensity of Shivering Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., &
After Caesarean Sections Under Spinal Cheever, K. H. (2010). Buku Ajar
Anesthesia : A Randomized Controlled Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:
Trial. 19(7). EGC.
https://doi.org/10.5812/ircmj.55567.Res Tantarto, T., Fuadi, I., & Setiawan. (2015).
earch Angka Kejadian dan Karakteristik
Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Menggigil Pascaoperasi di Ruang
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pemulihan COT RSHS Periode Bulan
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Agustus – Oktober 2015. 34(3), 161–
Keperawatan (Pendekatan Praktik) (3rd 166.
ed.). Jakarta Selatan: Salemba Medika. Yousef, G. T., Elsayed, K. M., & Care, I.
Palupi, D. A. R. (2017). Pengaruh Pemberian (2013). Effect of forced air
Cairan Infus Yang Di Hangatkan prewarming,tramadol or their
Terhadap Kejadian PAS (Post combination on prevention of
Anesthesia Shivering) Pada Pasien hypothermia and shivering during
Dengan General Anesthesia Di RSUD cesarean section under spinal
Dr. Mohamad Saleh Probolinggo. anesthesia. 19, 304–311.
Skripsi DIV Keperawatan Malang
Poltekkes Kemenkes Malang.
Pazuki, S., Kamali, A., Shahrokhi, N., &
Jamilian, M. (2016). Comparison of the
Effects of Intrathecal Midazolam and
Tramadol with the Conventional Method
of Postoperative Pain and Shivering
Control after Elective Cesarean Section.
Biomedical & Pharmacology Journal,
9(3), 995–1003.
Potter, & Perry. (2006). Buku Ajar
Keperawatan Fundamental : Konsep,
Proses, dan Praktik Vol. 1 (4th ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

22

You might also like