Professional Documents
Culture Documents
1523 4276 1 PB
1523 4276 1 PB
1 Juni 2020
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
doi: 10.22212/aspirasi.v11i1.1523
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index
Naskah diterima: 3 Januari 2020 | Naskah direvisi: 5 Juni 2020 | Naskah diterbitkan: 30 Juni 2020
Abstract: Consuming unsafe food can endanger the health and lives of consumers. But until
now, the circulation of unsafe food is still a problem for Indonesia. Even though the provisions
regarding food safety have been regulated in the Law on Food and the Law on Health. This
paper uses a literature study. The analysis uses theories and concepts in the literature as the
main object to answer questions related to the conditions of the implementation of food safety in
Indonesia and various factors that need to be considered in the implementation of food security
so that the rights of the community as consumers can be protected. The findings show that at this
time Indonesia adheres to multiple agency systems where the application of this system involves
a long bureaucratic path and prone to the occurrence of sector egos in the implementation of
food security. There are five technical factors recommended by the WHO in providing safe food,
namely: maintaining cleanliness, preventing pollution, storing food at safe temperatures, heating
food at the right temperature, and using water and raw materials that are safe for consumption.
Guaranteed implementation of protection for the community from unsafe food is a major factor
that must always be sought by all parties concerned.
Keywords: consumers; food; food safety; supervision
Abstrak: Mengonsumsi pangan yang tidak aman dapat membahayakan kesehatan dan jiwa
konsumen. Namun, hingga saat ini peredaran pangan yang tidak aman masih menjadi permasalahan
bagi Indonesia. Meskipun ketentuan mengenai keamanan pangan sudah diatur dalam Undang-
Undang (UU) tentang Pangan dan UU tentang Kesehatan. Tulisan ini menggunakan studi
pustaka. Analisis menggunakan teori dan konsep pada literatur sebagai objek utama untuk
menjawab pertanyaan terkait bagaimana kondisi penyelenggaraan keamanan pangan di Indonesia
dan berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan keamanan pangan agar
hak masyarakat sebagai konsumen dapat terlindungi. Hasil temuan menunjukkan bahwa saat
ini Indonesia menganut multiple agency system di mana penerapan sistem ini melibatkan jalur
birokrasi yang panjang dan rawan terjadinya ego sektoral dalam penyelenggaraan keamanan
pangan. Ada lima faktor teknis yang direkomendasikan oleh WHO dalam penyediaan pangan
yang aman, yaitu: menjaga kebersihan, mencegah terjadinya pencemaran, menyimpan makanan
pada suhu yang aman, memanaskan makanan pada suhu yang tepat, serta menggunakan air dan
bahan baku yang aman dikonsumsi. Jaminan terselenggaranya perlindungan bagi masyarakat dari
pangan yang tidak aman merupakan faktor utama yang harus selalu diupayakan oleh semua pihak
terkait.
Kata Kunci: keamanan pangan; konsumen; pangan; pengawasan
Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 57
Pendahuluan anak-anak, dapat mengganggu proses tumbuh
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia kembang anak termasuk pertumbuhan sel-sel
yang paling utama dan pemenuhannya juga otak yang dapat memengaruhi tingkat kecerdasan.
merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hak Pada akhirnya anak tersebut akan sulit bersaing
dasar manusia ini juga sudah dijamin dalam dengan anak-anak sebaya lainnya (Nugraheni,
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 27 Wiyatini, & Wiradona, 2018: 129).
ayat (2) yang intinya menyatakan setiap warga Secara legal formal, upaya pengamanan
negara mempunyai hak untuk mendapatkan pangan di Indonesia sudah mendapat perhatian
penghidupan yang layak sebagai manusia, sa- dari pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan
lah satunya adalah mengonsumsi pangan yang adanya pengaturan terkait keamanan makanan
aman dikonsumsi. Perlindungan masyarakat dari dan minuman (pangan) dalam bentuk undang-
peredaran pangan yang tidak aman merupakan undang, seperti pada UU Kesehatan dan Undang-
jaminan yang harus didapat masyarakat sebagai Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
konsumen. Hal ini sejalan dengan amanat (UU Pangan) beserta peraturan pelaksanaannya.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Keamanan pangan merupakan salah satu
Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan faktor penting dalam penyelenggaraan sistem
Konsumen) Pasal 4. Kondisi ini mengisyaratkan pangan. Pada ketentuan umum Peraturan
betapa pentingnya penanganan terkait masalah Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang
pangan agar pangan yang dikonsumsi masyarakat Keamanan Pangan, penyelenggaraan keamanan
aman. Keamanan pangan merupakan persyaratan pangan ditujukan agar negara dapat memberikan
mutlak untuk suatu produk pangan. perlindungan kepada rakyat untuk mengonsumsi
Pangan merupakan makanan dan minuman pangan yang aman bagi kesehatan dan keselamat-
yang mengandung sumber energi bagi tubuh an jiwa. Untuk menjamin pangan yang tersedia di
agar dapat beraktivitas. Jika tubuh kekurangan masyarakat aman dikonsumsi, maka diperlukan
energi, maka tubuh akan lemas dan mudah lelah. penyelenggaraan keamanan pangan di sepanjang
Selain itu, makanan dan minuman juga berfungsi rantai pangan, mulai dari tahap produksi sampai
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, ke tangan konsumen. Pada penyelenggaraan
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh yang keamanan pangan, semua kegiatan atau proses
telah rusak atau tua, pengaturan metabolisme produksi di dalam negeri maupun yang berasal
tubuh, pemeliharaan keseimbangan cairan tu- dari impor untuk menghasilkan pangan yang
buh, serta pertahanan tubuh terhadap penyakit. aman dikonsumsi harus melalui penerapan
Makanan dan minuman yang baik bagi tubuh persyaratan keamanan pangan.
adalah makanan dan minuman yang bersih/ Berbagai upaya penyelenggaraan keamanan
higienis, sehat dan bergizi seimbang (mengan- pangan sudah dilakukan, di antaranya melalui
dung karbohidrat, lemak protein, vitamin, mi- penyelenggaraan pengawasan makanan dan
neral, dan air), serta tidak mengandung bahan- minuman baik yang diproduksi di dalam negeri
bahan yang membahayakan kesehatan tubuh maupun produk impor. Namun demikian, masih
(Nugraheni, Wiyatini, & Wiradona, 2018: 129). saja kedapatan pangan yang beredar di masyarakat
Terkait upaya pengamanan makanan dan tidak memenuhi kriteria aman dikonsumsi.
minuman yang dikonsumsi manusia, Bagian Sebagai contoh, hasil razia Dinkes Kabupaten
Keenam Belas Pasal 109 Undang-Undang No- Nganjuk di SD Mancong Kecamatan Wilangan
mor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU ten- Kabupaten Nganjuk, telah menemukan makanan
tang Kesehatan) telah mengatur bahwa makanan jajanan di sekolah berupa sosis dan mie yang
dan minuman yang diproduksi dan diedarkan ke mengandung zat pewarna tekstil Rhodamin B.
masyarakat harus memenuhi standar atau kriteria Padahal penggunaan pewarna tekstil Rhodamin
aman dikonsumsi. Jika tubuh terus-menerus B pada makanan dapat mengakibatkan gangguan
mengonsumsi makanan yang tidak aman di- fungsi hati dan jika dikonsumsi dalam jangka
konsumsi, maka tubuh akan rentan terkena waktu lama akan memicu terjadinya kanker
masalah kesehatan. Jika kondisi ini terjadi pada hati (Kartikasari, 2012: 4). Kondisi ini tentunya
Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 59
pangan di Indonesia? Faktor apa saja yang perlu Keamanan Pangan
diperhatikan dalam penyelenggaraan keamanan Menurut WHO, keamanan pangan (food
pangan agar hak masyarakat sebagai konsumen safety) adalah suatu ilmu yang membahas tentang
dapat terlindungi? persiapan, penanganan, dan penyimpanan
Tulisan ini menggunakan studi pustaka yang makanan atau minuman agar tidak terkontaminasi
analisisnya didasarkan pada teori dan konsep oleh bahan fisik, biologi, dan kimia. Tujuan
yang diambil dari berbagai literatur kepustakaan, utama keamanan pangan adalah untuk mencegah
jurnal, media cetak, internet, dan dokumen yang makanan dan minuman agar tidak terkontaminasi
terkait keamanan pangan. Tulisan ini ditujukan oleh zat asing baik fisik, biologi, maupun kimia
untuk memberikan informasi terkait kondisi sehingga dapat mengurangi potensi terjadinya
penyelenggaraan keamanan pangan di Indonesia sakit akibat bahaya pangan. Kontaminasi fisik
dan berbagai faktor yang perlu diperhatikan da- adalah benda asing yang masuk ke dalam
lam penyelenggaraan keamanan pangan agar hak makanan atau minuman. Contohnya rambut,
masyarakat sebagai konsumen dapat terlindungi. logam, plastik, kotoran, debu, kuku, dan lainnya.
Manfaat dari tulisan ini diharapkan dapat Arti dari kontaminasi biologi adalah suatu zat
memberikan masukan dan bahan pertimbangan yang diproduksi oleh makhluk hidup (seperti
bagi pengambil kebijakan, khususnya anggota manusia, tikus, kecoa, dan lainnya) yang masuk
Dewan dalam melakukan revisi UU Pangan, ke dalam makanan atau minuman. Kontaminasi
UU Kesehatan, dan penyusunan draf Rancangan kimia meliputi herbisida, pestisida, serta obat-
Undang-Undang tentang Pengawasan Obat dan obatan hewan. Kontaminasi kimia ada juga yang
Makanan. bersumber dari lingkungan seperti udara atau
dari an,
Bak ulut,
tang but,
Cemnda
luka
ram , dsb.
Lad mbak,
berb
Cem roba
m
pete
teri
Fas brik
Cemmia
Lim nakan
Ta
be
mik
Pa
ki
aran
ang Lau
ilita
ahay
r
aran
bah
aran
, Sa
Pekerja
s
a
waht
Kaca, paku,
debumaran
benda berbahaya
.
ias
, dsb
mik aran
,
benda-benda
roba
dari mesin
indu bah
rum bah
B
stri
berbahaya lain-
tang ah
Cem
Kemasan, dsb.
ga
Ce
Lim
Lim
lain
Akumulasi
Pestisida, dsb. mikroba dalam Udara
ruang produksi
Ancaman
Penyimpanan Bahaya:
Produksi - Biologis
Bahan Baku dan Pengolahan Distribusi
Bahan Baku - Kimia
Pengangkutan
- Benda fisik
Pertumbuhan kapang, Pertumbuhan kapang, Pertumbuhan kapang,
bakteri bakteri bakteri
Pembentukan toksin Pembentukan toksin Pembentukan toksin
Kaca, paku, benda-
tida ndingin atau
memkurang n
asan
rsa
benda berbahaya
a
rna
mpu an
padaerusaka
yang impan
g ya kond
ang
lain-lain
pe nasan
alua
Gud n
adai
ang
dan gkuta
ses
Fungisida,
Kad
ruanhu dan
y
Gud
k se
Pro
a
K
Pen
pestisida,
Pem
An
dsb.
Su
Bahan baku/bahan
aditif berbahaya
Bagan 1. Asal-Usul Berbagai Bahaya yang Mungkin Terjadi dalam Proses Produksi Produk Makanan
Sumber: Surono, Sudityo, & Waspodo, 2018: 9
Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 61
seperti tercemar oleh bakteri dan dapat juga untuk memberikan perlindungan kepada ma-
menimbulkan kerusakan mekanisme seperti syarakat sebagai konsumen dan memastikan
tekanan, benturan, gesekan, dan lainnya. bahwa semua produk pangan sejak produksi,
3) Pengolahan bahan baku, merupakan suatu penanganan, penyimpanan, pengolahan dan
proses pengubahan dari bahan mentah men- distribusi dalam kondisi aman, serta layak dan
jadi matang atau siap santap. Pada fase ini sesuai untuk dikonsumsi manusia. Selain itu
harus benar-benar diperhatikan baik cara pengawasan pangan juga diperlukan untuk
maupun peralatan yang digunakan. mengetahui tingkat kepatuhan produsen dalam
4) Penyajian. Pada saat disajikan harus sudah memenuhi persyaratan keamanan dan mutu
teruji secara klinis sehingga layak untuk pangan, serta pemberian label dengan jujur
dikonsumsi. Wadah yang digunakannya pun dan tepat sesuai hukum yang berlaku (Hura,
harus terbebas dari kontaminasi zat asing. Njatrijani, & Mahmudah, 2016: 3).
Untuk menjaga agar sistem keamanan
Dampak Pangan Tidak Aman terhadap
pangan dapat dijalankan dengan baik, diperlukan
Kesehatan
pengawasan pangan. Pengawasan pangan perlu
dilakukan sebagai wujud dari salah satu upaya Pangan sangat dibutuhkan untuk keber-
perlindungan masyarakat sebagai konsumen. langsungan hidup manusia. Mengonsumsi pangan
Perlu diketahui bahwa salah satu hak konsumen yang sehat dan aman merupakan faktor penting
adalah rasa keamanan dan keselamatan dalam dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
mengonsumsi barang dan/atau jasa. Keamanan Untuk itu, kualitas dan keamanan pangan baik
pangan merupakan salah satu faktor penting yang secara fisik, biologi, maupun kimia perlu dijaga
harus diperhatikan dalam konsumsi sehari-hari. agar hak masyarakat sebagai konsumen dapat
Pangan selain tersedia dalam jumlah yang cukup, terlindungi dari penyakit karena makanan, pe-
harga yang terjangkau, juga harus memenuhi nyakit bawaan makanan dan/atau keracunan
persyaratan lain, yaitu sehat, aman, dan halal. makanan.
Pengawasan pangan perlu dilakukan oleh Terkait penyakit bawaan makanan, ada be-
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berapa klasifikasi untuk penyakit yang ditularkan
Kimia Toksin
Bakteri
Pestisida Toksin bakteri
Virus
Logam berat Mikotoksin
Protozoa
Polutan Toksin alga
Cacing
Obat-obatan hewan Toksin tanaman
Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 63
nyaknya industri kuliner yang berimbas pada September 2017 yang dikumpulkan dari 15
meningkatnya permintaan pasokan pangan di media massa online yang terdaftar di Dewan
masyarakat. Pasokan pangan dalam bentuk ke- Pers, terdapat 39 insiden keracunan yang telah
masan dan olahan juga semakin meningkat. menelan korban lebih dari 1 orang, jumlah kor-
Bahkan pangan untuk dikonsumsi di rumahan ban terdokumentasi sedikitnya 908 orang, dan
pun saat ini semakin banyak dalam bentuk korban meninggal dunia sebanyak 29 orang.
kemasan dan olahan. Berdasarkan penyebabnya, insiden keracunan
Pangan kemasan dan olahan jika tidak terbanyak disebabkan oleh makanan olahan jasa
ditangani melalui proses yang baik dapat merusak boga 49,76%, kemudian disusul dengan makanan
mutu dan menghilangkan atau mengurangi olahan rumah tangga 29,36%, dan makanan
kandungan gizi pangan tersebut. Untuk itu, olahan jajanan 10,38% (lihat Grafik berikut).
evaluasi dan kontrol yang ketat secara kontinu
Minuman Minuman
dengan mengedepankan keamanan pangan Keras/ Lain Makanan
sangat diperlukan. Alkohol 1,89% Olahan dalam
Tidak 2,59% Kemasan
Indonesia sampai saat ini masih dihadapkan Diketahui 4,36% Makanan
pada permasalahan klasik sebagai akibat dari 0,83%
Olahan
dampak mengonsumsi pangan yang tidak aman Makanan Jajanan
Segar
yaitu keracunan dan diare. Catatan mengenai 0,83%
10,38%
KLB karena keracunan makanan pernah
disandang oleh Indonesia dan sejak tahun 2004 Makanan
Olahan
jumlah orang-orang yang sakit karena makanan Rumah
juga meningkat (Haryadi, 2008: 18). Grafik di Tangga
29,36% Makanan
bawah ini (Grafik 1) merupakan salah satu contoh Olahan
insiden keracunan di masyarakat yang terjadi Jasaboga
49,76%
pada tahun 2016. Insiden keracunan pada tahun
2016 paling banyak disebabkan oleh makanan
(135 orang), jauh mendominasi dibanding
penyebab lainnya seperti karena minuman (10 Grafik 2. Insiden Keracunan Pangan pada Media
orang), binatang (6 orang), serta pestisida, dan Massa Online, Juli–September 2017
Sumber: BPOM, 2018: 1
pencemaran lingkungan (3 orang).
Penyebab Berdasarkan data BPOM periode 2009–2013,
Binatang 6 setiap tahun permasalahan keamanan pangan
Tumbuhan 1 menyebabkan kematian sebanyak 2.500 orang
Obat Tradisional 0
Kosmetika 0
dan 411.500 orang sakit (Santosa, 2015). Selain
Pestisida 3 itu, keamanan pangan dari makanan di pinggir
Kimia 2 jalan juga perlu mendapat perhatian, karena
Napza 1 berdasarkan data BPOM 2013 sekitar 99% anak
Obat 2
Pengemar Lingkungan 3 sekolah membeli pangan jajanan di sekolah baik
Makanan 135 di dalam kantin sekolah maupun di luar sekolah
Produk Suplemen 1 (Dwinanda, 2019: 1).
Minuman 10 Berdasarkan laporan BPOM (2018: 148),
Campuran 3 Jumlah Insiden penyebab KLB keracunan pangan pada tahun 2016
Grafik 1. Insiden Keracunan Nasional teridentifikasi terbanyak adalah mikrobiologi
Berdasarkan Penyebab, 2016 (30% diduga dan 3,33% terkontaminasi) sedang-
Sumber: BPOM, 2016: 1 kan asal pangan penyebab KLB terbanyak adalah
masakan rumah tangga 49,15%, pangan jajanan
Jika dilihat berdasarkan penyebabnya, 20,34%, jasa boga 15,25%, dan pangan olahan
menurut data Sentra Informasi Keracunan Na- 15,25%. Kondisi ini menunjukkan bahwa praktik
sional (SikerNas), sepanjang bulan Juli sampai sanitasi dan higienis serta pengolahan pangan
Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 65
Tabel 1.
Kelembagaan Pengawasan Produk Pangan di Indonesia
Jenis Pangan Regulator Pengawas
Pangan segar (asal hewan, asal Kementerian Pertanian, Pemerintah kabupaten/kota
tumbuhan dan asal perikanan) Kementerian Kelautan dan Perikanan
Pangan olahan industri besar BPOM BPOM
Pangan olahan industri RT Kementerian Kesehatan Pemerintah kabupaten/kota
Pangan siap saji Kementerian Kesehatan Pemerintah kabupaten/kota
Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber
Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 67
akan dicabut dan produk akan disita untuk sesuai dengan standar internasional sering
dimusnahkan sesuai dengan peraturan per- kali menjadi hambatan bagi produsen pangan
undang-undangan. Indonesia dalam menembus pasar internasional.
Pengaturan terkait keamanan pangan tersebut, Tidak jarang kerugian ekonomi sebagai akibat
disusun atas dasar pemenuhan hak-hak rakyat hambatan dan penolakan produk pangan dalam
sebagai konsumen dari penyalahgunaan atau perdagangan internasional harus ditanggung.
tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh Sebagai contoh, dalam dua tahun terakhir, ada
produsen, importir, distributor, dan setiap pihak 29 produk perikanan dari Indonesia (59%)
yang berada dalam jalur perdagangan produk yang mengalami penolakan ketika masuk ke
pangan. Selain itu, faktor keamanan, keselamat- pasar Amerika Serikat dikarenakan dinilai ti-
an, kesehatan, dan lingkungan juga menjadi dak memenuhi persyaratan. Berdasarkan data
hal yang sangat penting dalam memberikan Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) yang dihimpun
perlindungan kepada masyarakat sebagai kon- dari US FDA terdapat 27% produk perikanan yang
sumen. Walaupun di sisi lain, masyarakat juga diduga mengandung bakteri salmonella dan 14%
masih belum sepenuhnya memiliki etika moral diduga mengandung histamin yang berpotensi
yang baik. Hal ini terlihat dari masih ada- menyebabkan alergi bagi yang mengonsumsinya
nya oknum masyarakat yang memanfaatkan (Rosalina, 2017: 1).
sesuatu yang dapat membahayakan kesehatan Untuk itu, peningkatan standar produk
masyarakat demi sebuah keuntungan dalam pangan agar sesuai dengan standar kebutuhan
bisnis, contohnya dicampurnya bahan makanan pasar ekspor penting dilakukan. Kondisi ekspor
dengan formalin supaya tidak mudah basi atau produk pangan Indonesia terdiri dari produk
tahan lama sehingga lebih menguntungkan pangan segar dan pangan olahan. Ekspor produk
seperti yang sudah diuraikan di atas. Untuk itu, pangan segar terdiri dari produk hasil pertanian,
kebijakan publik tentang keamanan pangan ha- perkebunan dan peternakan/perikanan, di anta-
rus benar-benar diawasi, mengingat dampak ranya beras, beras ketan, jagung, kedelai segar,
yang ditimbulkan dapat menyangkut kepenting- kacang tanah segar, kedelai segar, kacang tanah
an pokok masyarakat luas. Pengawasan pangan segar, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, talas,
bukan kewenangan satu instansi saja melainkan ikan, udang dan lainya. Pada bulan Januari sam-
dilakukan secara lintas sektor secara konkrit dan pai Juni, Indonesia sudah mengekspor 15 ribu
berkesinambungan serta kontinu. ton ke sekitar 29 negara seperti Hong Kong,
Perlindungan masyarakat ini, menjadi Singapura, Australia, Amerika, Italia, China,
kewajiban bagi pemerintah. Pemerintah wajib Thailand, Filipina, Malaysia, India, Pakistan, dan
melakukan berbagai upaya agar semua pangan sebagainya (Kurnia, 2019: 1).
yang dikonsumsi masyarakat tidak mengan- Biasanya angka yang tercatat hanya sebagian
dung zat-zat yang membahayakan kesehatan. kecil saja dari kondisi yang sebenarnya terjadi di
Pemerintah juga harus menjamin semua produk masyarakat. Fenomena ini biasa disebut sebagai
pangan yang beredar di Indonesia dalam keada- fenomena gunung es, di mana terjadi under
an aman dan layak konsumsi. reporting sehingga data yang tercatat hanya
sebagian kecil dari kejadian yang sesungguhnya.
Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Berdasarkan catatan WHO, fenomena gunung
Penyelenggaraan Keamanan Pangan es ini juga terjadi di negara maju di mana sistem
pencatatan data dan pelaporan sudah mapan.
Globalisasi industri pangan, telah menggeser Di negara-negara industri maju, menurut WHO
pola distribusi produk pangan. Pola distribusi hanya sekitar 10% dari kejadian yang berhasil
bergeser menjadi globalisasi rantai pasokan dicatat oleh lembaga-lembaga resmi. Sementara
makanan dan minuman disertai industrinya. di negara-negara berkembang (seperti Indonesia),
Keamanan pangan telah menjadi persyaratan fenomena gunung es diperkirakan data yang
utama jika akan mengekspor produk pangan. tercatat kurang dari 1% kejadian pangan tidak
Ketatnya persyaratan keamanan pangan yang aman yang sesungguhnya. Menurut WHO dari
Peningkatan
kinerja
fisik
Peningkatan
kinerja inovasi
dan kreativitas
Secara operasional, keamanan pangan adalah dan sistemik di sepanjang hulu hingga hilir
suatu risiko yang dapat diterima dan ditolerir rantai pasokan pangan. Penulis berpendapat
atas keadaan sakit, penyakit atau cedera yang bahwa penyelenggaraan keamanan pangan perlu
diakibatkan dari konsumsi makanan. Hal ini dilakukan agar: (1) Menghindarkan masyarakat
dapat dicapai melalui kebijakan, peraturan, dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan,
standar, penelitian, rancang teknik dan teknologi, yang mendorong dari pengetahuan dan
pengawasan dan pemeriksaan, serta upaya lainnya kesadaran pemasok terhadap keamanan pangan;
yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko (2) Memantapkan kelembagaan pangan, yang
atau pengendalian bahaya dalam rantai pasokan antara lain dicerminkan oleh adanya peraturan-
pangan. Batasan keadaan yang dapat diterima peraturan tentang keamanan pangan; dan (3)
dan risiko yang dapat ditolerir dari mengonsumsi Meningkatkan jumlah industri makanan yang
suatu makanan ditentukan oleh proses yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-
disebut analisis risiko (Knechtges, 2018: 2). undangan keamanan pangan.
Pangan tidak aman memiliki potensi bahaya Penyelenggaraan keamanan pangan
sehingga penyelenggaraan keamanan pangan dilakukan secara komprehensif mulai dari pre-
harus dilakukan secara holistik, terkoordinasi, market sampai post-market dan melibatkan
Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 69
tiga pilar stakeholders sebagai penanggung 2) Jaga makanan dari peluang terjadinya
jawab yaitu pemerintah dan/atau pemerintah pencemaran. Pangan atau bahan pangan
daerah (government), konsumen (consumer), harus disimpan di tempat yang tertutup
dan pelaku usaha (industry/trade). Saat pre- dan terbungkus dengan baik agar tidak
market pengawasan dilakukan melalui penilaian berpeluang terkena debu. Pisahkan pangan
data penunjang, pengujian laboratorium, dan mentah dengan yang matang dan berdasarkan
sertifikasi produk sesuai dengan standar dan jenisnya, demikian juga untuk peralatannya.
persyaratan yang berlaku. Sementara itu, untuk 3) Simpan makanan pada suhu yang aman,
pengawasan post-market dilakukan melalui seperti di lemari es jika memang makanan
inspeksi dari produksi, distribusi, pelayanan, dan atau bahan makanan seharusnya disimpan
sampling serta pengujian laboratorium untuk dalam lemari es sehingga tidak mudah rusak
menjamin mutu produk (Yusuf, 2008: 359). atau busuk. Jangan simpan makan dalam
Untuk ke depannya, prinsip perlindungan jangka waktu terlalu lama. Makanan yang
masyarakat sebagai konsumen dari pangan yang sudah matang sebaiknya jangan disimpan
tidak aman menjadi faktor utama dan kewajib- dalam suhu ruangan melebihi waktu 4 jam
an bagi pemerintah untuk mewujudkannya. karena dikhawatirkan adanya bakteri yang
Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam UU berkembang biak.
Perlindungan Konsumen, yang intinya mengatur 4) Lakukan proses pemanasan makan dalam
agar pemerintah dan/atau pemerintah daerah suhu yang benar-benar panas sebelum di-
bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan konsumsi agar mikroorganisme tidak tumbuh
dan pengawasan penyelenggaraan perlindungan dan berkembang biak dengan cepat.
konsumen. Ketentuan ini juga untuk menjamin 5) Gunakan air dan bahan baku yang aman yaitu
diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha yang tidak berwarna dan tak berbau.
atau produsen serta dilaksanakannya setiap Selain kelima faktor tersebut, hal yang
kewajiban oleh konsumen dan pelaku usaha atau tidak kalah pentingnya adalah faktor dukungan
produsen. pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang
Untuk itu, upaya pengamanan pangan salah satunya melalui pembinaan dan peng-
harus ditangani secara terpadu oleh berbagai awasan untuk meminimalisir risiko yang mung-
stakeholders baik dari pihak pemerintah, pelaku kin terjadi di wilayahnya. Pembinaan dan
usaha atau produsen, dan konsumen. Ada pengawasan tersebut hakikatnya untuk men-
beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam jamin semua produk pangan yang beredar di
penyelenggaraan keamanan pangan, yaitu terkait masyarakat dalam keadaan aman dan layak
peran dari masing-masing stakeholders tersebut konsumsi. Setiap peraturan yang dikeluarkan
(pihak pemerintah, pelaku usaha atau produsen, akan menjadi jaminan yang dapat menekan pelaku
dan masyarakat sebagai konsumen). usaha atau produsen untuk selalu mengedarkan
Jika merujuk pada WHO, ada lima faktor pangan yang layak konsumsi. Pemerintah dalam
yang perlu diperhatikan untuk penyediaan pangan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan tersebut
yang aman, yaitu (Yolenda, 2018: 1): berkoordinasi dengan instansi terkait. Pembagian
1) Menjaga kebersihan. Mencuci tangan dengan tugas dan tanggung jawab serta koordinasi
menggunakan sabun dan air bersih sebelum antar-semua instansi terkait tersebut menjadi
memasak atau menyediakan pangan. Hindari kunci penting keberhasilan penyelenggaraan
sentuhan tangan karena melalui sentuhan perlindungan konsumen dari peredaran pangan
tangan, umumnya akan terjadi pencemaran yang tidak aman dikonsumsi.
makanan. Mikroorganisme yang melekat Di sisi lain, pemerintah mempunyai peran
pada tangan akan berpindah ke makanan dan yang penting yaitu sebagai penengah dalam
berkembang biak dalam makanan, terutama upaya pemenuhan kepentingan pelaku usaha
pada makanan jadi. Gunakan sarung tangan atau produsen dan kepentingan masyarakat se-
atau alat bantu seperti sendok dan lainnya bagai konsumen, agar masing-masing pihak
pada saat akan bersentuhan dengan makanan.
Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 71
Haryadi, P. (2008). Beban Ganda: Permasalahan ditemukan-di-bekasi-bpom-belum-bersikap, on
Keamanan Pangan di Indonesia. Jurnal Pangan, May 5, 2020.
51(XVII), 17–27.
Rosalina, D. (2017, September 14). Nasib Tiga
Haryadi, P. & Andarwulan, N. (2018). Peningkatan Komoditas Ini Terganjal Ekspor Ke AS. Kontan.
Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan untuk co.id. Retrieved from https://industri.kontan.
Pencegahan Stunting dan Peningkatan Mutu co.id/news/nasib-tiga-komoditas-ini-terganjal-
SDM Bangsa dalam Rangka Mencapai Tujuan ekspor-ke-as, on May 14, 2020
Pembangunan Berkelanjutan, Makalah Utama
Santosa, U.A. (Ed.). (2015, May 1). BPOM: 2.500
Kelompok Kerja 3 Widyakarya Nasional Pangan
orang meninggal keracunan pangan. Kontan.
dan Gizi XI 2018, Jakarta, July 3–4, 2018.
co.id. Retrieved from https://nasional.kontan.
Hura, D. L., Njatrijani, R., & Mahmudah, S. (2016). co.id/news/bpom-2500-orang-meninggal-
Perlindungan Bagi Konsumen Terhadap keracunan-pangan, on June 10, 2020.
Makanan Olahan Mengandung Bahan Berbahaya
Surono, S., Sudibyo, A., & Waspodo, P. (2018).
Di Jawa Tengah. Diponegoro Law Journal, 5(4),
Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri
1–18.
Pangan. Yogyakarta: Deepublish.
Kartikasari, N. (2012). Peran Dinas Kesehatan Dalam
Ulya, F. N. (2019, May 20). Ramadhan,
Pengawasan Terhadap Peredaran Makanan
BPOM Sita Produk Pangan Tak Layak
Yang Mengandung Pewarna Tekstil Rhodamin
Edar Senilai Rp. 3,4 Miliar. Kompas.com.
B Untuk Pemenuhan Perlindungan Hukum
Retrieved from https://money.kompas.com/
Bagi Konsumen. Skripsi. Malang: Universitas
read/2019/05/20/140035226/ramadhan-bpom-
Brawijaya.
sita-produk-pangan-tak-layak-edar-senilai-rp-
Knechtges, P. L. (2014). Keamanan Pangan, Teori 34-miliar, on May 5, 2020.
dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Undang-Undang tentang Kesehatan (2009).
EGC.
Undang-Undang tentang Pangan (2012).
Kurnia, T. (2019, Agust 12). Indonesia Ekspor 15 Ribu
Ton Pangan Segar di Semester I 2019. Liputan6. Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen
com. Retrieved from https://www.liputan6.com/ (1999).
bisnis/read/4036102/indonesia-ekspor-15-ribu- Yolenda, F. (2018, September 27). Lima Masalah
ton-pangan-segar-di-semester-i-2019, on May 5, Utama Keamanan Pangan. Republika.co.id.
2020. Retrieved from https://republika.co.id/berita/
Maxlean Consulting. (2019, March 24). Hal Penting pfoxdw370/ini-masalah-utama-keamanan-
Dalam Sistem Manajemen Pangan. Retrieved pangan, on May 5, 2020.
from https://www.isomanajemen.com/sistem- Yusuf, S. (2008). Kapita Selekta Hukum Perlindungan
manajemen-pengamanan/, on May 5, 2020. Konsumen di Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Nugraheni, H., Wiyatini, T., & Wiradona, I. (2018). Bakti.
Kesehatan Masyarakat dalam Determinan Sosial
Budaya. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Nurhayati, I. (2009). Efektivitas Pengawasan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Terhadap Peredaran
Produk Pangan Olahan Impor Terhadap
Peredaran Produk Pangan Olahan Impor Dalam
Mewujudkan Perlindungan Konsumen. Jurnal
Mimbar Hukum, 21(2), 203–408.
Peraturan Pemerintah tentang Keamanan Pangan
(2019).
Rezy, F. (2015, May 19). Beras Plastik Ditemukan di
Bekasi, BPOM Belum Bersikap. Okezone.com.
Retrieved from https://economy.okezone.com/
read/2015/05/19/320/1151915/beras-plastik-