You are on page 1of 16

Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial | Volume 11, No.

1 Juni 2020
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
doi: 10.22212/aspirasi.v11i1.1523
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index

Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya


Perlindungan Hak Masyarakat sebagai Konsumen

Food Safety Handling as One of the Community Protection Efforts as a Consumer

Tri Rini Puji Lestari


tri.lestari@dpr.go.id
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta

Naskah diterima: 3 Januari 2020 | Naskah direvisi: 5 Juni 2020 | Naskah diterbitkan: 30 Juni 2020

Abstract: Consuming unsafe food can endanger the health and lives of consumers. But until
now, the circulation of unsafe food is still a problem for Indonesia. Even though the provisions
regarding food safety have been regulated in the Law on Food and the Law on Health. This
paper uses a literature study. The analysis uses theories and concepts in the literature as the
main object to answer questions related to the conditions of the implementation of food safety in
Indonesia and various factors that need to be considered in the implementation of food security
so that the rights of the community as consumers can be protected. The findings show that at this
time Indonesia adheres to multiple agency systems where the application of this system involves
a long bureaucratic path and prone to the occurrence of sector egos in the implementation of
food security. There are five technical factors recommended by the WHO in providing safe food,
namely: maintaining cleanliness, preventing pollution, storing food at safe temperatures, heating
food at the right temperature, and using water and raw materials that are safe for consumption.
Guaranteed implementation of protection for the community from unsafe food is a major factor
that must always be sought by all parties concerned.
Keywords: consumers; food; food safety; supervision

Abstrak: Mengonsumsi pangan yang tidak aman dapat membahayakan kesehatan dan jiwa
konsumen. Namun, hingga saat ini peredaran pangan yang tidak aman masih menjadi permasalahan
bagi Indonesia. Meskipun ketentuan mengenai keamanan pangan sudah diatur dalam Undang-
Undang (UU) tentang Pangan dan UU tentang Kesehatan. Tulisan ini menggunakan studi
pustaka. Analisis menggunakan teori dan konsep pada literatur sebagai objek utama untuk
menjawab pertanyaan terkait bagaimana kondisi penyelenggaraan keamanan pangan di Indonesia
dan berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan keamanan pangan agar
hak masyarakat sebagai konsumen dapat terlindungi. Hasil temuan menunjukkan bahwa saat
ini Indonesia menganut multiple agency system di mana penerapan sistem ini melibatkan jalur
birokrasi yang panjang dan rawan terjadinya ego sektoral dalam penyelenggaraan keamanan
pangan. Ada lima faktor teknis yang direkomendasikan oleh WHO dalam penyediaan pangan
yang aman, yaitu: menjaga kebersihan, mencegah terjadinya pencemaran, menyimpan makanan
pada suhu yang aman, memanaskan makanan pada suhu yang tepat, serta menggunakan air dan
bahan baku yang aman dikonsumsi. Jaminan terselenggaranya perlindungan bagi masyarakat dari
pangan yang tidak aman merupakan faktor utama yang harus selalu diupayakan oleh semua pihak
terkait.
Kata Kunci: keamanan pangan; konsumen; pangan; pengawasan

Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 57
Pendahuluan anak-anak, dapat mengganggu proses tumbuh
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia kembang anak termasuk pertumbuhan sel-sel
yang paling utama dan pemenuhannya juga otak yang dapat memengaruhi tingkat kecerdasan.
merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hak Pada akhirnya anak tersebut akan sulit bersaing
dasar manusia ini juga sudah dijamin dalam dengan anak-anak sebaya lainnya (Nugraheni,
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 27 Wiyatini, & Wiradona, 2018: 129).
ayat (2) yang intinya menyatakan setiap warga Secara legal formal, upaya pengamanan
negara mempunyai hak untuk mendapatkan pangan di Indonesia sudah mendapat perhatian
penghidupan yang layak sebagai manusia, sa- dari pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan
lah satunya adalah mengonsumsi pangan yang adanya pengaturan terkait keamanan makanan
aman dikonsumsi. Perlindungan masyarakat dari dan minuman (pangan) dalam bentuk undang-
peredaran pangan yang tidak aman merupakan undang, seperti pada UU Kesehatan dan Undang-
jaminan yang harus didapat masyarakat sebagai Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
konsumen. Hal ini sejalan dengan amanat (UU Pangan) beserta peraturan pelaksanaannya.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Keamanan pangan merupakan salah satu
Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan faktor penting dalam penyelenggaraan sistem
Konsumen) Pasal 4. Kondisi ini mengisyaratkan pangan. Pada ketentuan umum Peraturan
betapa pentingnya penanganan terkait masalah Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang
pangan agar pangan yang dikonsumsi masyarakat Keamanan Pangan, penyelenggaraan keamanan
aman. Keamanan pangan merupakan persyaratan pangan ditujukan agar negara dapat memberikan
mutlak untuk suatu produk pangan. perlindungan kepada rakyat untuk mengonsumsi
Pangan merupakan makanan dan minuman pangan yang aman bagi kesehatan dan keselamat-
yang mengandung sumber energi bagi tubuh an jiwa. Untuk menjamin pangan yang tersedia di
agar dapat beraktivitas. Jika tubuh kekurangan masyarakat aman dikonsumsi, maka diperlukan
energi, maka tubuh akan lemas dan mudah lelah. penyelenggaraan keamanan pangan di sepanjang
Selain itu, makanan dan minuman juga berfungsi rantai pangan, mulai dari tahap produksi sampai
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, ke tangan konsumen. Pada penyelenggaraan
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh yang keamanan pangan, semua kegiatan atau proses
telah rusak atau tua, pengaturan metabolisme produksi di dalam negeri maupun yang berasal
tubuh, pemeliharaan keseimbangan cairan tu- dari impor untuk menghasilkan pangan yang
buh, serta pertahanan tubuh terhadap penyakit. aman dikonsumsi harus melalui penerapan
Makanan dan minuman yang baik bagi tubuh persyaratan keamanan pangan.
adalah makanan dan minuman yang bersih/ Berbagai upaya penyelenggaraan keamanan
higienis, sehat dan bergizi seimbang (mengan- pangan sudah dilakukan, di antaranya melalui
dung karbohidrat, lemak protein, vitamin, mi- penyelenggaraan pengawasan makanan dan
neral, dan air), serta tidak mengandung bahan- minuman baik yang diproduksi di dalam negeri
bahan yang membahayakan kesehatan tubuh maupun produk impor. Namun demikian, masih
(Nugraheni, Wiyatini, & Wiradona, 2018: 129). saja kedapatan pangan yang beredar di masyarakat
Terkait upaya pengamanan makanan dan tidak memenuhi kriteria aman dikonsumsi.
minuman yang dikonsumsi manusia, Bagian Sebagai contoh, hasil razia Dinkes Kabupaten
Keenam Belas Pasal 109 Undang-Undang No- Nganjuk di SD Mancong Kecamatan Wilangan
mor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU ten- Kabupaten Nganjuk, telah menemukan makanan
tang Kesehatan) telah mengatur bahwa makanan jajanan di sekolah berupa sosis dan mie yang
dan minuman yang diproduksi dan diedarkan ke mengandung zat pewarna tekstil Rhodamin B.
masyarakat harus memenuhi standar atau kriteria Padahal penggunaan pewarna tekstil Rhodamin
aman dikonsumsi. Jika tubuh terus-menerus B pada makanan dapat mengakibatkan gangguan
mengonsumsi makanan yang tidak aman di- fungsi hati dan jika dikonsumsi dalam jangka
konsumsi, maka tubuh akan rentan terkena waktu lama akan memicu terjadinya kanker
masalah kesehatan. Jika kondisi ini terjadi pada hati (Kartikasari, 2012: 4). Kondisi ini tentunya

58 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


sangat mengkhawatirkan bagi orang tua murid, pangan dan selama periode tersebut, terdapat
mengingat anak-anak SD tersebut masih dalam 411.500 orang sakit dan 2.500 orang meninggal
masa pertumbuhan dan merupakan generasi dunia (Surono, Sudityo, & Waspodo, 2016: 19).
penerus bangsa. Di sisi lain, kondisi yang membahayakan
Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan kesehatan dan jiwa konsumen setelah meng-
Makanan (BPOM), sampai dengan tanggal 10 onsumsi pangan yang tidak aman sebagaimana
Mei 2019, telah ditemukan dari 796 sarana gudang diuraikan di atas, menunjukkan masih lemahnya
distributor, 170.119 kemasan produk pangan kedudukan masyarakat sebagai konsumen. Hal
rusak, kadaluarsa, dan ilegal. Pada tahun 2018, ini dikarenakan faktor kurangnya informasi
dari 1.726 sarana ritel pangan yang diperiksa, dan pengetahuan tentang pangan yang aman
didapat 591 sarana ritel yang tidak memenuhi dikonsumsi dan dampak yang dapat terjadi
ketentuan yaitu 110.555 kemasan dengan nilai jika mengonsumsi pangan yang tidak aman.
keekonomian Rp2,2 miliar. Data BPOM tersebut Untuk itu, masyarakat perlu mendapat jaminan
menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus perlindungan setiap kali membeli produk
makanan tidak layak konsumsi, yaitu sebanyak pangan. Jaminan perlindungan pada masyarakat
10% dibanding tahun 2018 (Ulya, 2019). Keja- sebagai konsumen tersebut merupakan bagian
dian ini hanya sebagian kecil yang tercatat dari yang tidak terpisahkan dalam setiap kegiatan
kasus yang sebenarnya ada di masyarakat. bisnis. Setiap kegiatan bisnis yang baik harus ada
Makanan tidak layak konsumsi telah menye- upaya perlindungan hukum kepada konsumen
babkan berbagai kasus keracunan. Kejadian dan produsen secara seimbang. Jika upaya
keracunan makanan ini, selain menyebabkan sa- perlindungan hukum tersebut tidak seimbang,
kit dan kematian, dapat juga mengakibatkan ke- akan merugikan salah satu pihak (biasanya pihak
rugian ekonomis yang sangat besar dan bahkan konsumen). Ketidakseimbangan perlindungan
dapat berakibat pada kebangkrutan perusahaan. hukum tersebut rawan terjadi pada jenis produk
Berdasarkan catatan BPOM, di Indonesia terdapat yang terbatas. Produsen dapat menyalahgunakan
sekitar 20 juta kasus keracunan pangan per tahun posisinya yang monopolistik dan pada akhirnya
(Dwinanda, 2019: 1). konsumenlah yang banyak dirugikan. Untuk itu,
Permasalahan keamanan pangan dialami perlu adanya peningkatan upaya perlindungan
oleh semua negara di dunia. Menurut WHO pada konsumen sehingga hak-hak konsumen
diperkirakan 70% dari sekitar 1,5 miliar penyakit dapat ditegakkan (Hura, Njatrijani, & Mahmudah,
yang ditularkan melalui makanan (foodborne 2016: 3).
disease). Keracunan pangan menjadi penyebab Berdasarkan uraian tersebut, keamanan
penyakit diare dan setiap tahunnya menyebabkan pangan penting bagi kelangsungan hidup suatu
sekitar tiga juta kematian anak berusia di bawah bangsa dan merupakan bagian dari hak asasi
5 tahun. Contoh kasus di Amerika Serikat manusia. Namun, kita masih dihadapkan dengan
diperkirakan terdapat 48 juta kasus keracunan permasalahan seputar peredaran pangan yang
makanan setiap tahunnya. Berdasarkan data tidak aman dikonsumsi di masyarakat walaupun
tahun 1998, kejadian keracunan makanan di secara legal formal sudah ada pengaturannya.
Amerika Serikat mengakibatkan 128.000 orang Kondisi ini sebagai indikasi perlunya per-
dirawat di rumah sakit dan sekitar 3.000 orang hatian lebih dari semua pihak terkait dalam
meninggal dunia. Pada tahun 2000 di Jepang juga penyelenggaraan keamanan pangan sehingga
pernah terjadi kasus besar yaitu keracunan produk masyarakat sebagai konsumen dapat terlindungi
susu yang diproduksi oleh perusahaan Snow dari pangan yang tidak aman, mengingat efek
Brand Milk Products Co., Ltd, yang tercemar yang ditimbulkan dapat berpengaruh pada ku-
staphylococcus aureus dan mengakibatkan le- alitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia di
bih dari 14.000 orang mengalami keracunan. masa datang (Haryadi & Andarwulan, 2018: 18).
Sementara di Indonesia, berdasarkan data BPOM Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
pada periode tahun 2009–2013 diperkirakan pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana
ada 10.700 kasus kejadian luar biasa keracunan gambaran kondisi penyelenggaraan keamanan

Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 59
pangan di Indonesia? Faktor apa saja yang perlu Keamanan Pangan
diperhatikan dalam penyelenggaraan keamanan Menurut WHO, keamanan pangan (food
pangan agar hak masyarakat sebagai konsumen safety) adalah suatu ilmu yang membahas tentang
dapat terlindungi? persiapan, penanganan, dan penyimpanan
Tulisan ini menggunakan studi pustaka yang makanan atau minuman agar tidak terkontaminasi
analisisnya didasarkan pada teori dan konsep oleh bahan fisik, biologi, dan kimia. Tujuan
yang diambil dari berbagai literatur kepustakaan, utama keamanan pangan adalah untuk mencegah
jurnal, media cetak, internet, dan dokumen yang makanan dan minuman agar tidak terkontaminasi
terkait keamanan pangan. Tulisan ini ditujukan oleh zat asing baik fisik, biologi, maupun kimia
untuk memberikan informasi terkait kondisi sehingga dapat mengurangi potensi terjadinya
penyelenggaraan keamanan pangan di Indonesia sakit akibat bahaya pangan. Kontaminasi fisik
dan berbagai faktor yang perlu diperhatikan da- adalah benda asing yang masuk ke dalam
lam penyelenggaraan keamanan pangan agar hak makanan atau minuman. Contohnya rambut,
masyarakat sebagai konsumen dapat terlindungi. logam, plastik, kotoran, debu, kuku, dan lainnya.
Manfaat dari tulisan ini diharapkan dapat Arti dari kontaminasi biologi adalah suatu zat
memberikan masukan dan bahan pertimbangan yang diproduksi oleh makhluk hidup (seperti
bagi pengambil kebijakan, khususnya anggota manusia, tikus, kecoa, dan lainnya) yang masuk
Dewan dalam melakukan revisi UU Pangan, ke dalam makanan atau minuman. Kontaminasi
UU Kesehatan, dan penyusunan draf Rancangan kimia meliputi herbisida, pestisida, serta obat-
Undang-Undang tentang Pengawasan Obat dan obatan hewan. Kontaminasi kimia ada juga yang
Makanan. bersumber dari lingkungan seperti udara atau
dari an,
Bak ulut,
tang but,

Cemnda
luka
ram , dsb.
Lad mbak,

berb
Cem roba
m
pete

teri

Fas brik

Cemmia
Lim nakan

Ta

be
mik
Pa

ki
aran
ang Lau

ilita

ahay
r

aran
bah

aran
, Sa

Pekerja
s

a
waht

Air Sungai Kaca, benda- Air


dsb. an,
perhenda

Kaca, paku,
debumaran

benda berbahaya
.
ias

, dsb
mik aran
,

benda-benda
roba

dari mesin
indu bah

rum bah

B
stri

berbahaya lain-
tang ah

Cem

Kemasan, dsb.
ga

Ce
Lim

Lim

lain
Akumulasi
Pestisida, dsb. mikroba dalam Udara
ruang produksi
Ancaman
Penyimpanan Bahaya:
Produksi - Biologis
Bahan Baku dan Pengolahan Distribusi
Bahan Baku - Kimia
Pengangkutan
- Benda fisik
Pertumbuhan kapang, Pertumbuhan kapang, Pertumbuhan kapang,
bakteri bakteri bakteri
Pembentukan toksin Pembentukan toksin Pembentukan toksin
Kaca, paku, benda-
tida ndingin atau
memkurang n

asan

memng kura isi


adai ng
kem n

rsa

benda berbahaya
a

rna
mpu an

padaerusaka
yang impan

g ya kond

ang

lain-lain
pe nasan

alua

Gud n
adai
ang

dan gkuta
ses

Fungisida,
Kad

ruanhu dan
y
Gud

k se

Pro
a

K
Pen

pestisida,
Pem

An

dsb.
Su

Bahan baku/bahan
aditif berbahaya

Bagan 1. Asal-Usul Berbagai Bahaya yang Mungkin Terjadi dalam Proses Produksi Produk Makanan
Sumber: Surono, Sudityo, & Waspodo, 2018: 9

60 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


tanah serta polusi air. Ada juga migrasi dari semua negara mensyaratkan sistem ini khususnya
kemasan makanan, penggunaan zat adiktif atau bagi industri pangan yang berorientasi ekspor
racun alami, serta kontaminasi silang yang terjadi (Surono, Sudityo, & Waspodo, 2018: 8).
selama makanan diproses (Knechtges, 2014: 35– Sistem HACCP atau analisis bahaya dan
36). pengendalian titik kritis merupakan suatu
Asal usul ancaman bahaya kontaminasi fisik, pendekatan ilmiah, rasional, dan sistematik
biologi, dan kimia dapat ditelusuri sejak bahan untuk mengidentifikasi, menilai, dan meng-
baku diproduksi (terkait dengan bidang pertanian, endalikan bahaya. HACCP ditujukan untuk
perkebunan, peternakan atau perikanan), pas- mencegah bahaya-bahaya yang sudah diketahui
capanen (terkait dengan pengangkutan dan pe- bahaya fisik, biologi, dan kimia serta mengurangi
nyimpanan atau penggudangan), pengolahan, dis- risiko terjadinya bahaya dengan melakukan
tribusi sampai produk pangan siap dikonsumsi pengendalian pada setiap titik kritis dalam
(lihat Bagan 1). proses produksi (dari tahap produksi bahan
Sistem keamanan pangan merupakan sistem baku, pengadaan dan penanganan bahan baku,
yang sangat besar dan luas. Penerapannya berka- pengolahan, distribusi hingga konsumsi produk
itan erat dengan berbagai disiplin keilmuan, seper- jadi) (Surono, Sudityo, & Waspodo, 2018: 23).
ti di antaranya teknologi pangan, mikrobiologi, Penyusunan rencana HACCP umumnya
kimia, toksikologi, manajemen produksi, higiene dilakukan dalam 12 langkah, yaitu tahap persi-
sanitasi, gizi, dan lain sebagainya. apan: menyusun tim HACCP, mendeskripsikan
Secara makro, sistem keamanan pangan produk, mengidentifikasi tujuan penggunaan
mencakup aspek yang sangat luas dan rumit, produk, menyusun alur proses, dan mengkon-
seperti misalnya sistem pengawasan dan firmasi alur proses di lapangan. Tahap kegiatan
pengendalian (surveilans), analisis risiko, dan inti: menyusun daftar yang memuat semua potensi
regulasi yang tidak saja di tingkat pemerintah bahaya yang berhubungan pada masing-masing
lokal, tetapi juga di tingkat antarnegara dan tahapan, melakukan analisis potensi bahaya
lembaga internasional seperti WHO dan FAO. yang telah diidentifikasi, menentukan titik-
Secara mikro, sistem keamanan pangan berada titik pengendalian kritis (critical control points
pada lingkup aplikasi di industri pengolahan - CCP), menentukan batas-batas kritis untuk
pangan. Sistem keamanan pangan pada tingkat masing-masing CCP, menentukan upaya-upaya
ini cakupannya juga luas dan rumit, karena ke- perbaikan, menyusun prosedur verifikasi, dan
ragaman sifat bahan baku dan jenis produk menyusun sistem dokumentasi dan pencatatan
olahan yang sangat beragam dari yang sangat (Surono, Sudityo, & Waspodo, 2018: 24).
rumit dan berisiko tinggi, seperti misalnya pro- Selain sistem keamanan pangan sebagaimana
duk olahan hasil ternak (susu, telur, daging, dan sudah diuraikan di atas, untuk menjaga keamanan
lain sebagainya) oleh industri berskala besar, pangan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sampai pada produk yang berisiko relatif rendah, yaitu (Maxlean Consulting, 2019: 1):
seperti misalnya produk olahan sirup, makanan 1) Pemeliharaan bahan dasar atau bahan baku
ringan, dan sebagainya yang diolah dalam skala makanan dan minuman. Pemilihan bahan ba-
industri kecil menengah (IKM) (Surono, Sudityo, ku merupakan upaya pertama yang dilakukan
& Waspodo, 2018: 23). untuk mencegah makanan dan minuman dari
Jaminan keamanan pangan merupakan suatu kontaminasi. Bahan baku harus terlindungi
keharusan pada industri pangan. Untuk itu, pe- dari zat-zat asing yang dapat masuk ke dalam
nerapan manajemen pangan sangat diperlukan. makanan.
Model sistem keamanan pangan yang paling 2) Penyimpanan bahan baku makanan. Hal
lengkap dikenal adalah sistem Hazard Analysis ini juga harus diperhatikan karena sangat
and Critical Control Point (HACCP) yang berpengaruh pada kualitas bahan baku. Jika
pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat penyimpanan bahan baku makanan ini tidak
pada tahun 1960-an dan sampai saat ini hampir diperhatikan, dapat menimbulkan kerusakan

Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 61
seperti tercemar oleh bakteri dan dapat juga untuk memberikan perlindungan kepada ma-
menimbulkan kerusakan mekanisme seperti syarakat sebagai konsumen dan memastikan
tekanan, benturan, gesekan, dan lainnya. bahwa semua produk pangan sejak produksi,
3) Pengolahan bahan baku, merupakan suatu penanganan, penyimpanan, pengolahan dan
proses pengubahan dari bahan mentah men- distribusi dalam kondisi aman, serta layak dan
jadi matang atau siap santap. Pada fase ini sesuai untuk dikonsumsi manusia. Selain itu
harus benar-benar diperhatikan baik cara pengawasan pangan juga diperlukan untuk
maupun peralatan yang digunakan. mengetahui tingkat kepatuhan produsen dalam
4) Penyajian. Pada saat disajikan harus sudah memenuhi persyaratan keamanan dan mutu
teruji secara klinis sehingga layak untuk pangan, serta pemberian label dengan jujur
dikonsumsi. Wadah yang digunakannya pun dan tepat sesuai hukum yang berlaku (Hura,
harus terbebas dari kontaminasi zat asing. Njatrijani, & Mahmudah, 2016: 3).
Untuk menjaga agar sistem keamanan
Dampak Pangan Tidak Aman terhadap
pangan dapat dijalankan dengan baik, diperlukan
Kesehatan
pengawasan pangan. Pengawasan pangan perlu
dilakukan sebagai wujud dari salah satu upaya Pangan sangat dibutuhkan untuk keber-
perlindungan masyarakat sebagai konsumen. langsungan hidup manusia. Mengonsumsi pangan
Perlu diketahui bahwa salah satu hak konsumen yang sehat dan aman merupakan faktor penting
adalah rasa keamanan dan keselamatan dalam dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
mengonsumsi barang dan/atau jasa. Keamanan Untuk itu, kualitas dan keamanan pangan baik
pangan merupakan salah satu faktor penting yang secara fisik, biologi, maupun kimia perlu dijaga
harus diperhatikan dalam konsumsi sehari-hari. agar hak masyarakat sebagai konsumen dapat
Pangan selain tersedia dalam jumlah yang cukup, terlindungi dari penyakit karena makanan, pe-
harga yang terjangkau, juga harus memenuhi nyakit bawaan makanan dan/atau keracunan
persyaratan lain, yaitu sehat, aman, dan halal. makanan.
Pengawasan pangan perlu dilakukan oleh Terkait penyakit bawaan makanan, ada be-
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berapa klasifikasi untuk penyakit yang ditularkan

Penyakit Bawaan Makan

Intoksikasi/ Toksikoinfeksi Infeksi Luka


keracunan

Mukosa usus (invasif


Bakteri pembentuk dan noninvasif) Objek fisik
Alergen Radionuklida spora sistematik dan
jaringan lainnya
(invasif)

Kimia Toksin

Bakteri
Pestisida Toksin bakteri

Virus
Logam berat Mikotoksin

Protozoa
Polutan Toksin alga

Cacing
Obat-obatan hewan Toksin tanaman

Bahan tambahan/ Prions (protein


Toksin hewan infeksius)
pemalsuan makanan

Bagan 2. Klasifikasi Penyakit yang Ditularkan melalui Makanan


Sumber: Knechtges, 2014: 31

62 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


melalui makanan secara akut (menimbulkan ge- dikarenakan aktivitas manusia yang berhubungan
jala klinis secara cepat/sesaat setelah mengon- dengan limbah dari pusat pembangkit tenaga
sumsi) dan subkronis (menimbulkan gejala klinis nuklir atau pengujian senjata nuklir. Keracunan
dalam hitungan jam, hari, atau minggu), seperti radionuklida dapat juga ditemukan pada
terlihat di Bagan 2. manusia yang aktivitasnya berhubungan dengan
Bagan 2 menunjukkan bahwa secara ga- limbah industri (biasanya pada pertambangan),
ris besar penyakit bawaan makanan da-pat pengobatan (radioterapi), dan lembaga riset di
menimbulkan keracunan/intoksikasi, toksiko- bidang radionuklida (Knechtges, 2014: 30).
infeksi, infeksi, dan luka. Secara umum isti-lah Masalah kesehatan lain yang ditularkan
keracunan makanan digunakan untuk menye- melalui pangan yang tidak aman adalah infeksi
butkan semua penyakit yang ditularkan melalui oleh mikroorganisme patogen dan parasit. Jenis
makanan, padahal keracunan makanan hanya penyakit infeksi ini paling umum terjadi dan
mewakili satu kemungkinan kategori dari penya- menyerang saluran pencernaan. Patogen dan
kit yang ditularkan melalui makanan. Keracunan parasit secara luas diklasifikasikan sebagai
atau intoksikasi terjadi sebagai akibat dari men- bakteri, virus, protozoa, dan cacing. Namun,
cerna bahan kimia, toksik, alergen, atau radio perkembangan zaman memengaruhi jenis dan
nuklir. Racun mewakili jenis khusus dari zat sifat patogen. Perubahan pertumbuhan tanaman
racun karena diproduksi secara biokimia oleh dan pemeliharaan ternak telah membentuk ceruk
organisme hidup. Sejumlah variasi racun terda- ekologi baru bagi tanaman dan bahan kimia
pat secara alami, dan racun jenis ini masuk ke baru untuk pertanian. Sayur-sayuran banyak
dalam rantai makanan melalui perantara baik yang terkontaminasi oleh patogen enterik. Studi
hewani atau nabati. Ada juga racun alami yang menemukan banyak jenis patogen dapat bertahan
diproduksi oleh mikroorganisme beracun yang hidup di lahan melalui proses yang disebut
mengontaminasi makanan sedangkan bahan ki- internalisasi (Beuchat, 2006: 39; Buck, Walcott,
mia yang diproduksi secara sintetis dan nonbio- & Beuchat, 2003: 2). Patogen penyebab infeksi
logis dapat menghasilkan racun dari berbagai yang ditularkan dari hewan ke manusia, selama
sumber. Zat kimia dalam jumlah tertentu dapat beberapa dekade lalu juga mengalami perubahan
merugikan kesehatan ketika dikonsumsi. Bebe- yaitu menjadi lebih ganas dan timbul jenis patogen
rapa racun dan zat kimia merupakan enterotoksin baru. Kondisi ini terjadi sebagai akibat perubahan
dan berdampak keracunan pada sistem pen- teknologi industrialisasi produksi hewan yang
cernaan, dapat juga bersifat neurotoksik yang mencampurkan pakan ternak dengan antibiotik
berdampak keracunan pada organ dan sistem dengan tujuan pertumbuhan (Knechtges, 2014:
saraf. Menurut Bryan (1982: 2–77), pangan 30).
yang terkontaminasi dapat menyebarkan atau Luka saat mengonsumsi makanan biasanya
menyebabkan lebih dari 200 jenis penyakit. terjadi akibat dari bagian tajam atau keras pa-
Keracunan pangan dapat juga menimbulkan da makanan, seperti duri, tulang biji-bijian,
reaksi alergi, namun tidak semua reaksi alergi dan lainnya. Luka juga dapat terjadi karena
dikarenakan keracunan. Ada juga reaksi alergi mengonsumsi pangan yang sudah terkontaminasi
yang disebabkan karena intoleransi makanan benda tajam seperti pecahan dan serpihan kaca.
yang merupakan reaksi sensitif berlebihan Kontaminasi biasanya terjadi saat pemrosesan
terhadap makanan atau bahan campuran tertentu yang tidak higienis. Semua benda tersebut
tanpa keterlibatan sistem imun. Kebanyakan dapat membahayakan ketika tercerna, bahkan
intoleransi makanan adalah disebabkan faktor dapat menyebabkan luka yang sangat serius
keturunan atau ditemukan adanya defisiensi (Knechtges, 2014: 32).
metabolisme. Contoh yang umum ditemukan Di sisi lain, pilihan konsumen mendorong
adalah intoleransi terhadap laktosa. Kondisi ini banyak perubahan di dalam pasokan pangan.
terjadi jika seseorang kekurangan enzim laktase Gaya hidup yang mengedepankan kepraktisan
(enzim yang diperlukan untuk mencerna laktosa dengan lebih menyukai makan panganan
susu). Keracunan jenis radionuklida biasanya dari luar rumah diiringi dengan semakin ba-

Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 63
nyaknya industri kuliner yang berimbas pada September 2017 yang dikumpulkan dari 15
meningkatnya permintaan pasokan pangan di media massa online yang terdaftar di Dewan
masyarakat. Pasokan pangan dalam bentuk ke- Pers, terdapat 39 insiden keracunan yang telah
masan dan olahan juga semakin meningkat. menelan korban lebih dari 1 orang, jumlah kor-
Bahkan pangan untuk dikonsumsi di rumahan ban terdokumentasi sedikitnya 908 orang, dan
pun saat ini semakin banyak dalam bentuk korban meninggal dunia sebanyak 29 orang.
kemasan dan olahan. Berdasarkan penyebabnya, insiden keracunan
Pangan kemasan dan olahan jika tidak terbanyak disebabkan oleh makanan olahan jasa
ditangani melalui proses yang baik dapat merusak boga 49,76%, kemudian disusul dengan makanan
mutu dan menghilangkan atau mengurangi olahan rumah tangga 29,36%, dan makanan
kandungan gizi pangan tersebut. Untuk itu, olahan jajanan 10,38% (lihat Grafik berikut).
evaluasi dan kontrol yang ketat secara kontinu
Minuman Minuman
dengan mengedepankan keamanan pangan Keras/ Lain Makanan
sangat diperlukan. Alkohol 1,89% Olahan dalam
Tidak 2,59% Kemasan
Indonesia sampai saat ini masih dihadapkan Diketahui 4,36% Makanan
pada permasalahan klasik sebagai akibat dari 0,83%
Olahan
dampak mengonsumsi pangan yang tidak aman Makanan Jajanan
Segar
yaitu keracunan dan diare. Catatan mengenai 0,83%
10,38%
KLB karena keracunan makanan pernah
disandang oleh Indonesia dan sejak tahun 2004 Makanan
Olahan
jumlah orang-orang yang sakit karena makanan Rumah
juga meningkat (Haryadi, 2008: 18). Grafik di Tangga
29,36% Makanan
bawah ini (Grafik 1) merupakan salah satu contoh Olahan
insiden keracunan di masyarakat yang terjadi Jasaboga
49,76%
pada tahun 2016. Insiden keracunan pada tahun
2016 paling banyak disebabkan oleh makanan
(135 orang), jauh mendominasi dibanding
penyebab lainnya seperti karena minuman (10 Grafik 2. Insiden Keracunan Pangan pada Media
orang), binatang (6 orang), serta pestisida, dan Massa Online, Juli–September 2017
Sumber: BPOM, 2018: 1
pencemaran lingkungan (3 orang).
Penyebab Berdasarkan data BPOM periode 2009–2013,
Binatang 6 setiap tahun permasalahan keamanan pangan
Tumbuhan 1 menyebabkan kematian sebanyak 2.500 orang
Obat Tradisional 0
Kosmetika 0
dan 411.500 orang sakit (Santosa, 2015). Selain
Pestisida 3 itu, keamanan pangan dari makanan di pinggir
Kimia 2 jalan juga perlu mendapat perhatian, karena
Napza 1 berdasarkan data BPOM 2013 sekitar 99% anak
Obat 2
Pengemar Lingkungan 3 sekolah membeli pangan jajanan di sekolah baik
Makanan 135 di dalam kantin sekolah maupun di luar sekolah
Produk Suplemen 1 (Dwinanda, 2019: 1).
Minuman 10 Berdasarkan laporan BPOM (2018: 148),
Campuran 3 Jumlah Insiden penyebab KLB keracunan pangan pada tahun 2016
Grafik 1. Insiden Keracunan Nasional teridentifikasi terbanyak adalah mikrobiologi
Berdasarkan Penyebab, 2016 (30% diduga dan 3,33% terkontaminasi) sedang-
Sumber: BPOM, 2016: 1 kan asal pangan penyebab KLB terbanyak adalah
masakan rumah tangga 49,15%, pangan jajanan
Jika dilihat berdasarkan penyebabnya, 20,34%, jasa boga 15,25%, dan pangan olahan
menurut data Sentra Informasi Keracunan Na- 15,25%. Kondisi ini menunjukkan bahwa praktik
sional (SikerNas), sepanjang bulan Juli sampai sanitasi dan higienis serta pengolahan pangan

64 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


yang benar, belum dilakukan dengan baik pada tentang Keamanan Pangan Pasal 42. Hal ini
tingkat rumah tangga. Hal ini sejalan dengan tentunya sebagai cerminan bahwa pengawasan
hasil pemeriksaan sarana produksi industri terhadap impor pangan masih lemah sehingga
rumah tangga pangan (IRTP) bahwa terdapat 276 perlu mendapat perhatian lebih dan pengawasan
(11,50%) sarana telah menerapkan cara produksi tersendiri.
pangan yang baik (CPPOB) dan 2.104 (88,40%) Selain itu, tidak sedikit produk pangan yang
belum menerapkan CPPOB. Sedangkan untuk masuk ke Indonesia tanpa disertai informasi yang
sarana industri pangan terdapat 1.183 (63,50%) jelas pada kemasan produknya. Informasi yang
yang sudah menerapkan CPPOB dan 680 tidak jelas pada kemasan produk impor tersebut
(36,50%) belum menerapkan CPPOB secara dapat dikarenakan menggunakan bahasa asing
konsisten. dan tidak disertai dengan bahasa Indonesia yang
Produk makanan yang beredar di dalam komunikatif. Akibatnya para konsumen tidak
negeri seperti bakso, tahu, krupuk, sosis, kem- paham isi dan komposisi produk tersebut. Ada
plang, sirup, es manis, manisan, pempek, juga informasi yang tercantum pada kemasan di-
ikan asin, dan lainnya sering kali disinyalir manipulasi yaitu menyembunyikan bahan kimia
mengandung formalin. Hasil pemeriksaan ma- yang berbahaya dan terkandung dalam produk
kanan dan bahan makanan yang mengandung pangan, seperti di antaranya formalin, borak, dan
bahan tambahan pengawet (BTP) seperti borak, Rhodamin B (Ernawaty & Mardiah, 2013: 3).
formalin, dan pewarna tekstil, umumnya didapat Terkait dengan kandungan formalin dalam
pada makanan yang dijajakan di pasar tradisional produk pangan, kondisi ini sangat meresahkan
dan sekolah (Nurhayati, 2009: 205). Dapat di- masyarakat karena tidak ada level aman formalin
katakan bahwa saat ini Indonesia dalam kondisi jika tertelan manusia. Artinya formalin tidak
darurat formalin dan borak. Berdasarkan hasil untuk dikonsumsi walau hanya sedikit. Kondisi
penelitian BPOM terhadap 700 sampel produk ini merupakan masalah besar karena menyangkut
makanan yang diambil di Pulau Jawa, Sulawesi masa depan SDM sebagai generasi bangsa. Dam-
Selatan, dan Lampung pada awal 2016, didapat pak buruk bagi kesehatan jika terpapar formalin
56% mengandung formalin. Bahkan ditemukan secara kronik dan berulang antara lain sakit
70% mi basah mengandung formalin. Selain itu, kepala, radang hidung kronis (rhinitis), mual,
hasil uji sampel di DKI Jakarta yang diambil dari gangguan pernapasan (seperti batuk kronis atau
pasar tradisional dan swalayan di wilayah Pasar sesak napas kronis). Pada sistem saraf, dapat
Muara Karang, Muara Angke, dan Rawamangun, menyebabkan gangguan berupa susah tidur,
diperoleh hasil 56 dari 98 sampel makanan yang sensitif, mudah lupa, dan sulit konsentrasi.
positif mengandung formalin (BPOM, 2016: Pada perempuan dapat menyebabkan gangguan
125). menstruasi dan infertilitas. Jika terpapar formalin
Produk impor seperti buah-buahan segar, dalam jangka panjang, dapat menyebabkan
makanan ringan, permen, minuman manis, dan kanker mulut dan tenggorokan (Surono, Sudityo,
lainnya yang seharusnya telah memenuhi standar & Waspodo, 2016: 19).
keamanan pangan dan memiliki izin edar di
Indonesia, faktanya tidak sedikit mengandung Penyelenggaraan Keamanan Pangan di
formalin yang membahayakan kesehatan (Kurnia, Indonesia
2009: 1). Kondisi ini sangat memprihatinkan ka- Menurut analisis penulis, Indonesia menganut
rena seharusnya produk impor untuk bisa masuk sistem berbagai lembaga (multiple agency
ke Indonesia harus memenuhi persyaratan dan system) dalam pengorganisasian pengawasan
standar keamanan pangan, namun sebaliknya keamanan pangan. Gambaran pengorganisasian
produk impor dapat menjadi tidak berkualitas pelaksanaan pengawasan keamanan pangan
dan membahayakan keselamatan jika tetap secara multiple agency system tersebut dan
masuk dan beredar di Indonesia tanpa memenuhi kompilasi dari ketentuan dalam UU Pangan dan
persyaratan dan standar (legalitas) sebagaimana UU Kesehatan beserta peraturan pelaksanaannya
tercantum dalam PP Nomor 86 Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 65
Tabel 1.
Kelembagaan Pengawasan Produk Pangan di Indonesia
Jenis Pangan Regulator Pengawas
Pangan segar (asal hewan, asal  Kementerian Pertanian,  Pemerintah kabupaten/kota
tumbuhan dan asal perikanan) Kementerian Kelautan dan Perikanan
Pangan olahan industri besar  BPOM BPOM
Pangan olahan industri RT Kementerian Kesehatan Pemerintah kabupaten/kota
Pangan siap saji Kementerian Kesehatan Pemerintah kabupaten/kota
Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

Terkait pelaksanaan pengawasan pangan, Berkaca dari pengalaman tersebut, perlu


maka produk pangan terbagi dalam empat kiranya dipertimbangkan model single authority
macam yaitu pangan segar yang berada di seperti yang ada di Amerika Serikat dengan
bawah pengawasan Kementerian Pertanian dan nama US Food and Drug Administration (US
Kementerian Kelautan dan Perikanan, pangan FDA) atau di negara China dengan nama China
olahan industri besar di bawah pengawasan FDA sebagai referensi atau rujukan model sistem
BPOM, sedangkan pangan olahan industri rumah pengawasan makanan yang juga memperhatikan
tangga dan pangan siap saji, di bawah pengawas- kondisi sosial, budaya dan geografi Indonesia.
an Kementerian Kesehatan. Keberadaan kedua lembaga di kedua negara
Namun demikian, penulis berpendapat ka- tersebut dikhususkan untuk mengatur segala
rena kurangnya komunikasi dan informasi, sesuatu mulai dari perizinan, produksi, sampai
maka masyarakat umumnya lebih mengenal pengawasan terkait peredaran dan konsumsi obat
lembaga yang bertugas melakukan pengawasan dan makanan di masyarakat.
pangan adalah BPOM sehingga jika terjadi Terkait penyelenggaraan keamanan pangan
kasus beredarnya pangan yang tidak aman atau oleh BPOM. Pelaksanaan pengawasan peredaran
ilegal yang berpotensi menimbulkan efek nega- makanan dan minuman pada tingkat nasional
tif bagi kesehatan masyarakat, yang pertama dan provinsi dilakukan oleh BPOM. BPOM
kali ditanyakan atau dimintakan klarifikasi oleh merupakan lembaga nondepartemen yang ber-
masyarakat adalah pihak BPOM. tanggung jawab kepada Presiden. Untuk tingkat
Sebagai contoh kasus yang pernah terjadi di kabupaten/kota, lembaga yang melakukan peng-
Indonesia yaitu kasus beras yang dioplos dengan awasan adalah Balai Besar Pengawas Obat dan
beras palsu dari plastik (Rezy, 2015: 1) dan buah Makanan (BBPOM) atau Balai Pengawas Obat
impor yang mengandung bakteri berbahaya bagi dan Makanan (Balai POM) yang merupakan salah
kesehatan (Afif, 2015: 1). Ketika berita ini mulai satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari BPOM.
meluas, maka lembaga yang pertama dimintakan Menurut BPOM dalam Ernawaty & Mar-
konfirmasinya oleh media massa adalah BPOM. diah (2013: 2) ada tujuh prinsip dasar sistem
Padahal kewenangan BPOM hanya melakukan pengawasan makanan dan minuman, yaitu:
pengawasan pada produk pangan olahan industri 1) Tindakan pengamanan cepat, akurat dan pro-
besar saja. fesional.
Ketika dikaitkan dengan upaya pencegahan 2) Tindakan dilakukan atas tingkat risiko dan
dan penanganan kasus peredaran pangan yang berbasis bukti-bukti ilmiah.
tidak aman, dengan kondisi multiple agency 3) Lingkup pengawasan menyeluruh, menca-
system ini terkesan tidak efisien karena melibat- kup seluruh proses.
kan jalur birokrasi yang tidak pendek di setiap 4) Berskala nasional/lintas provinsi, dengan
lembaga terkait tersebut. Apalagi jika kolabora- jaringan kerja internasional.
si dan koordinasi antarlembaga pengawas pangan 5) Otorisasi yang menunjang penegakan sup-
tersebut tidak ada atau masih rendah karena remasi hukum.
masih adanya ego sektor.

66 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


6) Memiliki jaringan laboratorium nasional g) Jaminan produk halal bagi yang di-
yang kohesif dan kuat yang berkolaborasi persyaratkan.
dengan jaringan global.
Ketentuan mengenai pemberian bahan
7) Memiliki jaringan sistem informasi keaman-
tambahan pada pangan sebagaimana yang
an dan mutu produksi.
biasa ditemukan di masyarakat dari pangan
Keamanan pangan merupakan keadaan yang tidak aman dikonsumsi (mengandung
yang sangat penting dalam kehidupan, baik ba- formalin, borak, atau pewarna tekstil),
gi produsen pangan maupun konsumen. Pro- terdapat pada Pasal 75 yang berbunyi:
dusen harus tanggap dan sadar bahwa kesa- “(1) Setiap orang yang melakukan produksi
daran masyarakat sebagai konsumen saat ini pangan untuk diedarkan dilarang meng-
semakin tinggi sehingga menuntut perhatian gunakan:
yang lebih besar. Untuk dapat memudahkan a. Bahan tambahan pangan yang melampaui
penyelenggaraan keamanan pangan, pemerintah batas maksimal yang ditetapkan; dan/
perlu menyediakan aturan yang jelas dan tegas atau
guna melindungi produsen pangan sekaligus b. Bahan yang dilarang digunakan sebagai
masyarakat sebagai konsumen pangan. Sampai bahan tambahan pangan.
(2) Ketentuan mengenai ambang batas mak-
saat ini ada beberapa pengaturan terkait keaman-
simal dan bahan yang dilarang sebagaimana
an pangan di Indonesia, yaitu: dimaksud dalam ayat (1) diatur berdasarkan
1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 peraturan pemerintah.”
tentang Pangan Pengaturan Pasal 75 pada intinya
Pada ketentuan umum, keamanan pangan menekankan bahwa meskipun bahan
didefinisikan sebagai suatu kondisi dan upa- tambahan pangan diperbolehkan, namun
ya yang diperlukan untuk mencegah pangan penggunaannya dilarang melewati ba-
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, tas. Ketentuan ini sejalan dengan UU
dan benda lain yang dapat mengganggu, Perlindungan Konsumen Pasal 8 huruf i
merugikan, dan membahayakan kesehatan yang intinya berbunyi pelaku usaha harus
manusia serta tidak bertentangan dengan mencantumkan komposisi dan ukuran bahan-
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat bahan yang digunakan.
sehingga aman untuk dikonsumsi. Ketentu- Terkait penggunaan bahan tambahan
an ini menyatakan kondisi suatu pangan yang pangan secara teknis diatur lebih lanjut
aman dan layak konsumsi. Hal ini sangat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
berpengaruh pada keselamatan masyarakat 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
sebagai konsumen sekaligus sebagai per- Pangan.
wujudan dari pemenuhan hak konsumen
dari segi kesehatan, agama, keyakinan, dan 2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
budayanya. tentang Kesehatan
Pengaturan mengenai keamanan pang- Pengaturan pada UU Kesehatan Pasal 109
an khusus diatur pada Bab VII. Pasal 69 sampai Pasal 112, lebih menekankan pada
menyebutkan bahwa penyelenggaraan pengamanan makanan dan minuman dari
keamanan pangan dilakukan melalui: bahan yang membahayakan kesehatan pada
a) Sanitasi pangan; produk makanan dan minuman. Produksi
b) Pengaturan terhadap bahan tambahan makanan dan minuman yang akan dipasarkan
pangan; oleh pelaku usaha harus memenuhi standar
c) Pengaturan terhadap pangan produk re- dan/atau persyaratan kesehatan sehingga
kayasa genetik; tidak membahayakan konsumen atau tidak
d) Pengaturan terhadap iradiasi pangan; memiliki risiko yang dapat menimbulkan
e) Penerapan standar kemasan pangan; masalah kesehatan. UU juga mengatur
f) Pemberian jaminan keamanan pangan jika kedapatan melanggar, maka izin edar
dan mutu pangan; dan

Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 67
akan dicabut dan produk akan disita untuk sesuai dengan standar internasional sering
dimusnahkan sesuai dengan peraturan per- kali menjadi hambatan bagi produsen pangan
undang-undangan. Indonesia dalam menembus pasar internasional.
Pengaturan terkait keamanan pangan tersebut, Tidak jarang kerugian ekonomi sebagai akibat
disusun atas dasar pemenuhan hak-hak rakyat hambatan dan penolakan produk pangan dalam
sebagai konsumen dari penyalahgunaan atau perdagangan internasional harus ditanggung.
tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh Sebagai contoh, dalam dua tahun terakhir, ada
produsen, importir, distributor, dan setiap pihak 29 produk perikanan dari Indonesia (59%)
yang berada dalam jalur perdagangan produk yang mengalami penolakan ketika masuk ke
pangan. Selain itu, faktor keamanan, keselamat- pasar Amerika Serikat dikarenakan dinilai ti-
an, kesehatan, dan lingkungan juga menjadi dak memenuhi persyaratan. Berdasarkan data
hal yang sangat penting dalam memberikan Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) yang dihimpun
perlindungan kepada masyarakat sebagai kon- dari US FDA terdapat 27% produk perikanan yang
sumen. Walaupun di sisi lain, masyarakat juga diduga mengandung bakteri salmonella dan 14%
masih belum sepenuhnya memiliki etika moral diduga mengandung histamin yang berpotensi
yang baik. Hal ini terlihat dari masih ada- menyebabkan alergi bagi yang mengonsumsinya
nya oknum masyarakat yang memanfaatkan (Rosalina, 2017: 1).
sesuatu yang dapat membahayakan kesehatan Untuk itu, peningkatan standar produk
masyarakat demi sebuah keuntungan dalam pangan agar sesuai dengan standar kebutuhan
bisnis, contohnya dicampurnya bahan makanan pasar ekspor penting dilakukan. Kondisi ekspor
dengan formalin supaya tidak mudah basi atau produk pangan Indonesia terdiri dari produk
tahan lama sehingga lebih menguntungkan pangan segar dan pangan olahan. Ekspor produk
seperti yang sudah diuraikan di atas. Untuk itu, pangan segar terdiri dari produk hasil pertanian,
kebijakan publik tentang keamanan pangan ha- perkebunan dan peternakan/perikanan, di anta-
rus benar-benar diawasi, mengingat dampak ranya beras, beras ketan, jagung, kedelai segar,
yang ditimbulkan dapat menyangkut kepenting- kacang tanah segar, kedelai segar, kacang tanah
an pokok masyarakat luas. Pengawasan pangan segar, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, talas,
bukan kewenangan satu instansi saja melainkan ikan, udang dan lainya. Pada bulan Januari sam-
dilakukan secara lintas sektor secara konkrit dan pai Juni, Indonesia sudah mengekspor 15 ribu
berkesinambungan serta kontinu. ton ke sekitar 29 negara seperti Hong Kong,
Perlindungan masyarakat ini, menjadi Singapura, Australia, Amerika, Italia, China,
kewajiban bagi pemerintah. Pemerintah wajib Thailand, Filipina, Malaysia, India, Pakistan, dan
melakukan berbagai upaya agar semua pangan sebagainya (Kurnia, 2019: 1).
yang dikonsumsi masyarakat tidak mengan- Biasanya angka yang tercatat hanya sebagian
dung zat-zat yang membahayakan kesehatan. kecil saja dari kondisi yang sebenarnya terjadi di
Pemerintah juga harus menjamin semua produk masyarakat. Fenomena ini biasa disebut sebagai
pangan yang beredar di Indonesia dalam keada- fenomena gunung es, di mana terjadi under
an aman dan layak konsumsi. reporting sehingga data yang tercatat hanya
sebagian kecil dari kejadian yang sesungguhnya.
Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Berdasarkan catatan WHO, fenomena gunung
Penyelenggaraan Keamanan Pangan es ini juga terjadi di negara maju di mana sistem
pencatatan data dan pelaporan sudah mapan.
Globalisasi industri pangan, telah menggeser Di negara-negara industri maju, menurut WHO
pola distribusi produk pangan. Pola distribusi hanya sekitar 10% dari kejadian yang berhasil
bergeser menjadi globalisasi rantai pasokan dicatat oleh lembaga-lembaga resmi. Sementara
makanan dan minuman disertai industrinya. di negara-negara berkembang (seperti Indonesia),
Keamanan pangan telah menjadi persyaratan fenomena gunung es diperkirakan data yang
utama jika akan mengekspor produk pangan. tercatat kurang dari 1% kejadian pangan tidak
Ketatnya persyaratan keamanan pangan yang aman yang sesungguhnya. Menurut WHO dari

68 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


setiap 1 orang atau kasus yang berkaitan dengan Setiap produk pangan yang beredar di
penyakit karena mengonsumsi pangan tidak pasaran, seharusnya sudah melewati proses
aman di negara berkembang, maka paling tidak kelayakan dan sudah dipastikan aman, layak
terdapat 99 orang atau kasus yang tidak tercatat dikonsumsi serta dapat diperdagangkan. Namun,
(Haryadi, 2008: 19). pada kenyataannya, tidak sedikit pangan yang
Keberadaan keamanan pangan sangat pen- diedarkan tidak aman dan tidak layak konsumsi
ting karena selain dapat menimbulkan masalah sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan.
kesehatan dan kematian, dapat juga berdampak Selain berkaitan erat dengan kesehatan, secara
pada ekonomi negara. Hal ini dikarenakan, umum keamanan pangan juga berkaitan dengan
makanan dan minuman yang dikonsumsi akan kualitas SDM dan daya saing bangsa. Upaya
menentukan keadaan tubuh ke depan dari peningkatan jaminan keamanan pangan juga erat
orang yang mengonsumsinya. Contohnya, ji- kaitannya dengan peningkatan daya saing bangsa
ka kita mengonsumsi makanan yang sudah ter- (lihat Bagan 3).
kontaminasi bakteri, maka tubuh akan terserang
penyakit akibat bakteri tersebut.

Peningkatan
kinerja
fisik

Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan


penjaminan status kinerja daya saing
keamanan dan kesehatan akademik/ bangsa (Nation's
mutu pangan individu intelektual competitiveness)

Peningkatan
kinerja inovasi
dan kreativitas

Bagan 3. Peningkatan Penjaminan Keamanan Pangan akan Bermuara


pada Peningkatan Daya Saing Bangsa
Sumber: Haryadi, 2018: 27

Secara operasional, keamanan pangan adalah dan sistemik di sepanjang hulu hingga hilir
suatu risiko yang dapat diterima dan ditolerir rantai pasokan pangan. Penulis berpendapat
atas keadaan sakit, penyakit atau cedera yang bahwa penyelenggaraan keamanan pangan perlu
diakibatkan dari konsumsi makanan. Hal ini dilakukan agar: (1) Menghindarkan masyarakat
dapat dicapai melalui kebijakan, peraturan, dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan,
standar, penelitian, rancang teknik dan teknologi, yang mendorong dari pengetahuan dan
pengawasan dan pemeriksaan, serta upaya lainnya kesadaran pemasok terhadap keamanan pangan;
yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko (2) Memantapkan kelembagaan pangan, yang
atau pengendalian bahaya dalam rantai pasokan antara lain dicerminkan oleh adanya peraturan-
pangan. Batasan keadaan yang dapat diterima peraturan tentang keamanan pangan; dan (3)
dan risiko yang dapat ditolerir dari mengonsumsi Meningkatkan jumlah industri makanan yang
suatu makanan ditentukan oleh proses yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-
disebut analisis risiko (Knechtges, 2018: 2). undangan keamanan pangan.
Pangan tidak aman memiliki potensi bahaya Penyelenggaraan keamanan pangan
sehingga penyelenggaraan keamanan pangan dilakukan secara komprehensif mulai dari pre-
harus dilakukan secara holistik, terkoordinasi, market sampai post-market dan melibatkan

Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 69
tiga pilar stakeholders sebagai penanggung 2) Jaga makanan dari peluang terjadinya
jawab yaitu pemerintah dan/atau pemerintah pencemaran. Pangan atau bahan pangan
daerah (government), konsumen (consumer), harus disimpan di tempat yang tertutup
dan pelaku usaha (industry/trade). Saat pre- dan terbungkus dengan baik agar tidak
market pengawasan dilakukan melalui penilaian berpeluang terkena debu. Pisahkan pangan
data penunjang, pengujian laboratorium, dan mentah dengan yang matang dan berdasarkan
sertifikasi produk sesuai dengan standar dan jenisnya, demikian juga untuk peralatannya.
persyaratan yang berlaku. Sementara itu, untuk 3) Simpan makanan pada suhu yang aman,
pengawasan post-market dilakukan melalui seperti di lemari es jika memang makanan
inspeksi dari produksi, distribusi, pelayanan, dan atau bahan makanan seharusnya disimpan
sampling serta pengujian laboratorium untuk dalam lemari es sehingga tidak mudah rusak
menjamin mutu produk (Yusuf, 2008: 359). atau busuk. Jangan simpan makan dalam
Untuk ke depannya, prinsip perlindungan jangka waktu terlalu lama. Makanan yang
masyarakat sebagai konsumen dari pangan yang sudah matang sebaiknya jangan disimpan
tidak aman menjadi faktor utama dan kewajib- dalam suhu ruangan melebihi waktu 4 jam
an bagi pemerintah untuk mewujudkannya. karena dikhawatirkan adanya bakteri yang
Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam UU berkembang biak.
Perlindungan Konsumen, yang intinya mengatur 4) Lakukan proses pemanasan makan dalam
agar pemerintah dan/atau pemerintah daerah suhu yang benar-benar panas sebelum di-
bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan konsumsi agar mikroorganisme tidak tumbuh
dan pengawasan penyelenggaraan perlindungan dan berkembang biak dengan cepat.
konsumen. Ketentuan ini juga untuk menjamin 5) Gunakan air dan bahan baku yang aman yaitu
diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha yang tidak berwarna dan tak berbau.
atau produsen serta dilaksanakannya setiap Selain kelima faktor tersebut, hal yang
kewajiban oleh konsumen dan pelaku usaha atau tidak kalah pentingnya adalah faktor dukungan
produsen. pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang
Untuk itu, upaya pengamanan pangan salah satunya melalui pembinaan dan peng-
harus ditangani secara terpadu oleh berbagai awasan untuk meminimalisir risiko yang mung-
stakeholders baik dari pihak pemerintah, pelaku kin terjadi di wilayahnya. Pembinaan dan
usaha atau produsen, dan konsumen. Ada pengawasan tersebut hakikatnya untuk men-
beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam jamin semua produk pangan yang beredar di
penyelenggaraan keamanan pangan, yaitu terkait masyarakat dalam keadaan aman dan layak
peran dari masing-masing stakeholders tersebut konsumsi. Setiap peraturan yang dikeluarkan
(pihak pemerintah, pelaku usaha atau produsen, akan menjadi jaminan yang dapat menekan pelaku
dan masyarakat sebagai konsumen). usaha atau produsen untuk selalu mengedarkan
Jika merujuk pada WHO, ada lima faktor pangan yang layak konsumsi. Pemerintah dalam
yang perlu diperhatikan untuk penyediaan pangan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan tersebut
yang aman, yaitu (Yolenda, 2018: 1): berkoordinasi dengan instansi terkait. Pembagian
1) Menjaga kebersihan. Mencuci tangan dengan tugas dan tanggung jawab serta koordinasi
menggunakan sabun dan air bersih sebelum antar-semua instansi terkait tersebut menjadi
memasak atau menyediakan pangan. Hindari kunci penting keberhasilan penyelenggaraan
sentuhan tangan karena melalui sentuhan perlindungan konsumen dari peredaran pangan
tangan, umumnya akan terjadi pencemaran yang tidak aman dikonsumsi.
makanan. Mikroorganisme yang melekat Di sisi lain, pemerintah mempunyai peran
pada tangan akan berpindah ke makanan dan yang penting yaitu sebagai penengah dalam
berkembang biak dalam makanan, terutama upaya pemenuhan kepentingan pelaku usaha
pada makanan jadi. Gunakan sarung tangan atau produsen dan kepentingan masyarakat se-
atau alat bantu seperti sendok dan lainnya bagai konsumen, agar masing-masing pihak
pada saat akan bersentuhan dengan makanan.

70 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


dapat saling menghargai satu sama lain. Peran Daftar Pustaka
pemerintah sebagai penengah dalam hal ini
ditujukan untuk mencari pemecahan masalah
jika terjadi sengketa antara pelaku usaha dengan Afif. (2015, January 27). BBPOM Aceh Mengambil
konsumen yang disebabkan adanya pelanggaran Sampel Apel yang Diambil Terkandung Bakteri
terhadap berbagai peraturan yang telah ditetapkan. Listeria. Merdeka.com. Retrieved from https://
www.merdeka.com/peristiwa/bbpom-aceh-
Penyelesaian masalah tersebut dilakukan secara
ambil-sampel-apel-diduga-terkandung-bakteri-
seimbang sehingga tercipta iklim usaha yang listeria.html, on May 5, 2020.
sehat dan perlindungan hak masyarakat sebagai
konsumen dari pangan yang tidak aman dapat Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2016,
December, 29). Sentra Informasi Keracunan
tercapai.
(Siker) Nasional. Retrieved from http://ik.pom.
go.id/v2016/, on May 5, 2020.
Penutup
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2018). Laporan
Ketentuan mengenai keamanan pangan Tahunan 2017. Jakarta: BPOM.
sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2012 tentang Pangan dan Undang-Undang Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2018, January
30). Berita Keracunan Bulan Juli–September
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Na-
2017, Informasi Kejadian Keracunan yang
mun dalam pelaksanaannya, ketentuan tersebut Diberitakan Oleh 138 Media Massa Online Pada
tidak cukup memadai untuk menghambat dan Bulan Juli–September 2017. Retrieved from
menghentikan penyalahgunaan bahan kimia http://ik.pom.go.id/v2016/berita-keracunan/
tertentu pada produk pangan (seperti formalin, berita-keracunan-bulab-juli-september-2017, on
borak, pewarna tekstil, dan lain sebagainya). Hal May 5, 2020.
ini menimbulkan banyaknya kasus peredaran Beuchat, L. R. (2006). Vector and Condition
pangan yang tidak aman di masyarakat. for Preharvest Contamination of Fruit and
Secara umum, kondisi penyelenggaraan Vegetables with Pathogens Capable of Causing
keamanan pangan di Indonesia menganut mul- Enteric Diseases. British Food Journal, 108(1),
tiple agency system yang didasarkan pada peng- 38–53.
kategorian pangan. Pangan segar berada di Bryan, F. L. (1982). Diseases Transmitted by Food
bawah pengawasan Kementerian Pertanian dan (Classification and Summary). Atlanta, GA:
Kementerian Kelautan dan Perikanan, pangan Public Health Service, Centers for Diseases
olahan industri besar di bawah pengawasan Control and Prevention, U.S. Department of
BPOM, sedangkan pangan olahan industri Health and Human Services.
rumah tangga dan pangan siap saji di bawah Buck, J. W., Walcott, R. R., & Beuchat, L. R. (2003).
pengawasan Kementerian Kesehatan. Kondisi Recent trends in microbiological safety ... Plant
seperti ini tidak efisien karena melibatkan jalur Health Progress, doi:10.1094/PHP- 2003-0121-
birokrasi yang tidak pendek di setiap lembaga 01-RV.
terkait, membingungkan masyarakat, serta ra- Dwinanda, R. (2019, November 11). Ada 20
wan terjadinya ego sektor. Faktor utama dalam Juta Kasus Keracunan Pangan per Tahun di
penyelenggaraan keamanan pangan adalah Indonesia. Republika.co.id. Retrieved from
menjamin terselenggaranya perlindungan ma- https://republika.co.id/berita/q0qmtn414/ada-
syarakat dari pangan yang tidak aman. Untuk 20-juta-kasus-keracunan-pangan-per-tahun-di-
itu, penanganan secara terpadu mulai dari tahap indonesia, on May 5, 2020.
produksi sampai dikonsumsi oleh berbagai Ernawaty, E., & Mardiah, M. (2013). Pelaksanaan
stakeholders baik dari pihak pemerintah, pelaku Pengawasan terhadap Produk Makanan Impor
usaha atau produsen, dan masyarakat sebagai oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
konsumen harus dilakukan. (BBPOM) di Kota Pekanbaru. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau, 1(1), Feb. 2014.

Tri Rini Puji Lestari Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan... 71
Haryadi, P. (2008). Beban Ganda: Permasalahan ditemukan-di-bekasi-bpom-belum-bersikap, on
Keamanan Pangan di Indonesia. Jurnal Pangan, May 5, 2020.
51(XVII), 17–27.
Rosalina, D. (2017, September 14). Nasib Tiga
Haryadi, P. & Andarwulan, N. (2018). Peningkatan Komoditas Ini Terganjal Ekspor Ke AS. Kontan.
Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan untuk co.id. Retrieved from https://industri.kontan.
Pencegahan Stunting dan Peningkatan Mutu co.id/news/nasib-tiga-komoditas-ini-terganjal-
SDM Bangsa dalam Rangka Mencapai Tujuan ekspor-ke-as, on May 14, 2020
Pembangunan Berkelanjutan, Makalah Utama
Santosa, U.A. (Ed.). (2015, May 1). BPOM: 2.500
Kelompok Kerja 3 Widyakarya Nasional Pangan
orang meninggal keracunan pangan. Kontan.
dan Gizi XI 2018, Jakarta, July 3–4, 2018.
co.id. Retrieved from https://nasional.kontan.
Hura, D. L., Njatrijani, R., & Mahmudah, S. (2016). co.id/news/bpom-2500-orang-meninggal-
Perlindungan Bagi Konsumen Terhadap keracunan-pangan, on June 10, 2020.
Makanan Olahan Mengandung Bahan Berbahaya
Surono, S., Sudibyo, A., & Waspodo, P. (2018).
Di Jawa Tengah. Diponegoro Law Journal, 5(4),
Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri
1–18.
Pangan. Yogyakarta: Deepublish.
Kartikasari, N. (2012). Peran Dinas Kesehatan Dalam
Ulya, F. N. (2019, May 20). Ramadhan,
Pengawasan Terhadap Peredaran Makanan
BPOM Sita Produk Pangan Tak Layak
Yang Mengandung Pewarna Tekstil Rhodamin
Edar Senilai Rp. 3,4 Miliar. Kompas.com.
B Untuk Pemenuhan Perlindungan Hukum
Retrieved from https://money.kompas.com/
Bagi Konsumen. Skripsi. Malang: Universitas
read/2019/05/20/140035226/ramadhan-bpom-
Brawijaya.
sita-produk-pangan-tak-layak-edar-senilai-rp-
Knechtges, P. L. (2014). Keamanan Pangan, Teori 34-miliar, on May 5, 2020.
dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Undang-Undang tentang Kesehatan (2009).
EGC.
Undang-Undang tentang Pangan (2012).
Kurnia, T. (2019, Agust 12). Indonesia Ekspor 15 Ribu
Ton Pangan Segar di Semester I 2019. Liputan6. Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen
com. Retrieved from https://www.liputan6.com/ (1999).
bisnis/read/4036102/indonesia-ekspor-15-ribu- Yolenda, F. (2018, September 27). Lima Masalah
ton-pangan-segar-di-semester-i-2019, on May 5, Utama Keamanan Pangan. Republika.co.id.
2020. Retrieved from https://republika.co.id/berita/
Maxlean Consulting. (2019, March 24). Hal Penting pfoxdw370/ini-masalah-utama-keamanan-
Dalam Sistem Manajemen Pangan. Retrieved pangan, on May 5, 2020.
from https://www.isomanajemen.com/sistem- Yusuf, S. (2008). Kapita Selekta Hukum Perlindungan
manajemen-pengamanan/, on May 5, 2020. Konsumen di Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Nugraheni, H., Wiyatini, T., & Wiradona, I. (2018). Bakti.
Kesehatan Masyarakat dalam Determinan Sosial
Budaya. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Nurhayati, I. (2009). Efektivitas Pengawasan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Terhadap Peredaran
Produk Pangan Olahan Impor Terhadap
Peredaran Produk Pangan Olahan Impor Dalam
Mewujudkan Perlindungan Konsumen. Jurnal
Mimbar Hukum, 21(2), 203–408.
Peraturan Pemerintah tentang Keamanan Pangan
(2019).
Rezy, F. (2015, May 19). Beras Plastik Ditemukan di
Bekasi, BPOM Belum Bersikap. Okezone.com.
Retrieved from https://economy.okezone.com/
read/2015/05/19/320/1151915/beras-plastik-

72 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020

You might also like