You are on page 1of 9

ANALISIS PERILAKU EFEK RETROFIT KOLOM BETON

BERKOMPOSISI STEEL FIBER (ENGINEERED


CEMENTITIOUS COMPOSITE / ECC) AKIBAT BEBAN
AKSIAL DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE
BERBASIS FINITE ELEMENT ANALYSIS

*1 3
Bagas Rahmandita Subchan , Gati Annisa Hayu 2 dan Entin Hidayah

1Mahasiswa, Program Studi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Universitas Jember


2 Dosen, Departemen Teknik Sipil, Universitas Jember
3 Dosen, Departemen Teknik Sipil, Universitas Jember
Korespondensi: subchanbagas@gmail.com

ABSTRAK

This study presents a simulation analysis of the non-linear behavior of retrofit concrete material due to
uniaxial loads modeled in the form of cylinders measuring 150 mm in diameter and 200 mm in depth using
the ABAQUS. Analysis of this auxiliary program includes cases of normal concrete retrofit, concrete with
retrofit concrete with a composition of 1% steel fiber, and concrete with retrofit concrete composed of 2%
steel fiber. From the results of the study conducted, it was shown that in modeling the properties of concrete
damaged plasticity in ABAQUS, the use of accurate compressive behavior equations for concrete cases with
normal concrete retrofit was core concrete and retrofit concrete using the Alfarah, et al equation. For the
case of concrete with steel fiber composition retrofit, core concrete uses the Alfarah equation, and retrofit
concrete uses Zhou Jiajia, et al. Whereas to model the tensile behavior accurately in the case of concrete
with normal concrete retrofit using the Alfarah, et al equation. And the case of concrete with retrofit steel
fiber compositions using the CEB-FIB equation and the Ali & Nehdi equation. The results of ABAQUS
analysis of force vs. displacement show a graphical pattern close to the similarity of retrofit concrete column
experimental results ECC1 error force ratio and displacement 14.86% and -10.60%, and ECC2 14.82% and
8.01). Based on the stress analysis shows that there is a gradual increase in core concrete where the peak of
stress is found in the core area of the concrete core and in the retrofit area is divided into two regions,
namely stressing on the center and pulling on a small part of upper and lower column retrofit.

Keywords: behavior of materials, retrofit, concrete column, finite element analysis

1. PENDAHULUAN dibutuhkannya suatu alternatif yang dapat


Pemahaman mengenai perilaku struktural memberikan kemudahan dalam pengerjaan
material pada umumnya diperoleh dari hasil yang menghasilkan perilaku struktural pada
pengujian eksperimental di laboratorium. Uji benda uji. Solusi alternatif tersebut yaitu
eksperimental ini termasuk bagian penting dengan menggunakan analisa pendekatan
dalam penelitian dikarenakan menghasilkan simulasi metode numerik yaitu dengan metode
respon struktur dalam keadaan sesungguhnya. elemen hingga atau FEM (Finite Element
Di sisi lain, uji eksperimental memiliki Method). Pendekatan dengan metode elemen
kekurangan yaitu dibutuhkannya data hingga ini telah tersedia pada program bantu
pengujian yang sangat banyak agar ABAQUS. Program bantu ABAQUS memiliki
mendapatkan hasil eksperimental yang akurat. kelebihan tidak hanya dapat menganalisa
Sehingga perlakuan ini membutuhkan biaya struktur open frame namun juga dapat
yang besar dan juga waktu yang panjang. mengetahui perilaku elemen-elemen dari
Berangkat pada permasalahan tersebut maka struktur tersebut. Pendekatan pada program
bantu ABAQUS ini sangatlah membantu para
REKAYASA SIPIL / Volume xx, No.x – 20xx ISSN 1978 - 5658 1
engineer dalam merancang, namun dibutuhkan variabel fcm yang mengacu pada panduan
suatu perbandingan keakuratan dari hasil CEB-FIP (MC-2010). Pada panduan CEB-FIP
eksperimental maupun hasil analisa program (MC-2010) dijelaskan bahwa apabila desain
bantu ABAQUS apakah perilaku yang yang digunakan sebagai analisa adalah kelas
dihasilkan mendekati atau tidaknya. beton / concrete grade maka fcm harus
Penelitian ini digunakan perbaikan kolom diasumsikan f’c +8 MPa, sedangkan untuk mutu
dengan metode concrete jacketing dengan beton yang sudah diketahui maka menggunakan
perbandingan antara hasil uji eksperimental nilai f’c tersebut. Jadi, persamaan model elastis
dengan hasil analisa program bantu ABAQUS. beton merujuk pada Alfarah, dkk dapat
Perkuatan kolom menggunakan metode ditunjukkan sebagai berikut.
concrete jacketing merupakan solusi alternatif 𝐸 = 𝐸 0.8 + 0.2 (5)
yang efektif dalam meningkatkan kinerja
kolom. Konsep metode ini adalah pembesaran 𝜎 =𝐸 𝜀 (6)
( )
dimensi dan penambahan tulangan pada elemen
( )
tersebut. Penelitian ini menggunakan data pada 𝜎 ( ) = 𝑓𝑐𝑚 (7)
hasil eksperimental pada penelitian yang ( )

dilakukan oleh Gholampour, A., dkk (2019)


. .
yang berjudul “Experimental investigation of 𝜎 ( ) =( − γ .𝜀 +
.
the performance of concrete columns .
strengthened with fiber reinforced concrete .
) (8)
jacket”. [] Dimana :
Ec = modulus elastisitas (persamaan Alfarah,
2. TINJAUAN PUSTAKA dkk.)
2.1. Perilaku Tekan Beton Normal Eci = modulus deformasi beton
(Compression Behavior) = (10000.(f’c)(1/3))
Beton merupakan material yang dapat εcm = regangan saat tegangan puncak = 0,0022
getas memiliki sifat tegangan dan regangan εc = regangan saat loading pembebanan
yang nonlinier. Nonlinier sendiri membuktikan fcm = tegangan puncak (kuat tekan beton)
bentuk dan penambahan retakan selama . .
struktur diberi beban. Berbagai persamaan γ =
, . ( ( )
tersedia untuk memperkirakan perilaku
nonlinier. Hubungan tegangan regangan beban G =( ) . 𝐺𝑓
tekan uniaksial dapat menggunakan persamaan b = 0,9
model elastis beton Carreira dan Chu dan Untuk perhitungan parameter kerusakan
persamaan model elastis beton Alfarah, dkk. (damage parameter) menggunakan persamaan
Persamaan model elastis ini digunakan untuk berikut :
menghitung kurva tegangan regangan multi
𝑑 =1− 2(1 + 𝑎 ) exp −𝑏 𝜀 −
linier untuk beton. Persamaan model elastis
beton merujuk pada Carreira dan Chu sebagai 𝑎 exp −2𝑏 𝜀 (9)
berikut.
𝐸 = 0.0736 𝑤 . (𝑓 𝑐) . (1) Dimana :
𝜎 =
. .( ⁄ )
(2) 𝑎 = 7.873
( ⁄ ) 1.97(𝑓 𝑐)
𝑏 = 𝑙
𝛽= + 1.55 𝐺
.
(3) leq = ukuran mesh pemodelan (mm)
𝑑 =1− (4)
2.2. Perilaku Tarik Beton Normal (Tensile
Dimana : Behavior)
σc = tegangan pada setiap regangan ε, MPa Hubungan tegangan dan regangan pada
εc = regangan pada tegangan σc perilaku tarik beton diasumsikan tegangan tarik
εc’ = regangan pada kuat tekan maksimum f’c naik secara linier bersamaan dengan regangan
Variabel persamaan Alfarah, dkk dalam tarik hingga mencapai kuat tarik ultimit atau ft.
mengartikan kuat tekan mengasumsikan dengan Kemudian tegangan semakin menurun secara

REKAYASA SIPIL / Volume xx, No.x – 20xx ISSN 1978 - 5658 2


linier. Hubungan tegangan regangan beban menggunakan persamaan sebagai berikut :
tarik uniaksial juga dapat menggunakan 𝑑 =1− 2(1 + 𝑎 ) exp −𝑏 𝜀 −
persamaan model elastis beton Carreira dan
Chu, modifikasi persamaan Wahalathantri dan 𝑎 exp −2𝑏 𝜀 (13)
persamaan model elastis beton Alfarah, dkk. Dimana :
Persamaan perilaku tarik beton merujuk pada 𝑎 =1
Carreira dan Chu dan modifikasi persamaan 0.453 . 𝑓 𝑐 /
𝑏 = 𝑙
Wahalathantri sebagai berikut. 𝐺
𝑓 = 𝑔 𝑥 𝑤 .𝑓 𝑐 (10) 𝐺 = 0.073 . 𝑓 .
𝑑 =1− (11) leq = ukuran mesh pemodelan (mm)
Dimana :
ft = tegangan tarik 2.3. Perilaku Tekan Beton Berkomposisi
εt = regangan tarik Steel Fiber (Compression Behavior)
E0 = modulus elastisitas beton Perilaku tekan beton berkomposisi steel
ft’ = tegangan tarik maksimum beton fiber secara konsep hampir sama dengan beton
εt = 1/10 x ε normal, namun penggunaan persamaan untuk
β = 1,8 mengilustrasikan beton berbeda. Hubungan
Wahalathantri dalam penelitiannya tegangan regangan beban tekan uniaksial pada
mengusulkan model modifikasi tegangan beton berkomposisi steel fiber dapat
regangan tarik beton untuk program bantu menggunakan persamaan model beton Zhou
Abaqus dapat diilustrasikan pada Gambar 2.3 Jiajia, dkk dan untuk modulus elastisitasnya
menggunakan persamaan yang lebih akurat
yaitu persamaan yang diusulkan Zhou Jiajia,
dkk.
.
𝐸 = 1.5 𝑓′𝑐 𝐺𝑃𝑎 (14)

𝐸𝜀 (0 < 𝜀 < 𝜀 , )
𝜎=
𝐸 𝜀 . (1 − 𝛼) (𝜀 , < 𝜀 < 𝜀 )
(15)
𝑑 =1− (16)
Dimana :
ε0,4 = regangan saat 40% kuat tekan ultimit
Gambar 2.3. Perilaku tarik beton merujuk 𝐸 𝜀
𝛼= 𝑎. −𝑏
pada persamaan modifikasi Wahalathantri 𝑓𝑐𝑟
Sedangkan, persamaan model perilaku a = 0,308
tarik beton merujuk pada Alfarah, dkk. sebagai b = 0,124
berikut.
( ) 2.4. Perilaku Tarik Beton Berkomposisi Steel
= 1+ 𝑐 𝑒 − (1 +
Fiber (Tensile Behavior)
𝑐 )𝑒 (12) Beton berkomposisi low steel fiber
Dimana : memiliki nilai kuat tarik yang berbeda dengan
ftm = kuat tarik maksimum = 0.3016 fck2/3 beton biasa. Untuk nilai kuat tarik maksimum
wc = critical crack opening/retak puncak digunakan persamaan CEB-FIB, sedangkan
= 5.14 Gf/ftm untuk grafik didapatkan melalui persamaan
c1 = 3 yang diusulkan oleh Ali & Nehdi.
c2 = 6.93 𝑓 = 1.4( ) /
(17)
Perhitungan perilaku tarik merujuk pada
persamaan Alfarah, dkk. perlu dicatat bahwa
nilai σt(0) = ftm dan σt(wc) = 0, sehingga 𝑑 =1− (18)
didapat kurva perilaku tarik pada beton secara ( )
berurutan. Untuk perhitungan parameter = 1+ 𝑐 𝑒 − (1 +
kerusakan atau damage parameter 𝑐 )𝑒 (19)

REKAYASA SIPIL / Volume xx, No.x – 20xx ISSN 1978 - 5658 3


. silinder dengan ukuran diameter 150 mm dan
𝐺𝑓 = (0.0469𝑑 − 0.5𝑑 + 26) tinggi 200 mm. Data yang digunakan mengacu
(20) pada jurnal berjudul “Experimental
Dimana : investigation of the performance of concrete
ft = tegangan tarik columns strengthened with fiber reinforced
fc = tegangan tekan concrete jacket” oleh Gholampour, A., dkk
wc = critical crack opening/retak puncak (2019).
= 5.14 Gf/ft
c1 = 3 3.2. Pemodelan dan Input Data ABAQUS
c2 = 6.93 Tahap ini dilakukan pemodelan dan
Gf = energy fraktur input properti material pada program bantu
da = ukuran agregat maksimum ABAQUS. Program ABAQUS akan
2.5. Baja Tulangan menganalisa perilaku material menggunakan
Perilaku baja tulangan saat diasumsi metode elemen hingga. Secara garis besar,
elastis-plastis terilustrasikan pada Gambar 2.4. prosedur perhitungan analisa sebuah material
Parameter yang digunakan adalah modulus atau struktur dengan menggunakan metode
elastisitas (Es), tegangan leleh (fy), dan rasio elemen hingga, yaitu :
Poisson (v). Ikatan beton dan baja tulang pada a. Membagi struktur menjadi elemen hingga
pemodelan diasumsikan mengikat sempurna. atau diskretisasi;
b. Menyusun properti material pada setiap
material;
c. Menggabungkan elemen hingga dan
formulasinya menjadi elemen utuh stuktur;
d. Memberikan beban sesuai rencana;
e. Menentukan kondisi batas struktur;
f. Menyesuaikan persamaan yang terbentuk
(output dari analisa berupa displacement pada
batas antar elemen);
g. Menghitung tegangan dan gaya dalam dari
Gambar 2.4 Grafik perilaku tegangan baja elemen-elemen (berdasarkan formulasi elemen
tulangan material).
Sifat baja tulangan menggunakan Berikut pemodelan material benda uji
sifat mengikuti keadaan sebenarnya sifat baja yang sesuai dengan studi kasus pada program
tulangan, sehingga baja tulangan tidak ABAQUS :
dianggap plastis sempurna tetapi mengalami
sifat pengerasan atau steel hardening. Nilai
yang dimaksud diperoleh melalui hasil
laboratorium tegangan versus regangan pada
baja tulangan (sumber : Pacific Steel). Kelas
baja tulangan diambil sesuai dengan mutunya
yaitu kelas 300E dengan mutu 320 MPa. Hasil
tegangan versus regangan baja tulangan
tersebut perlu dikonversi dari engineering
curve menjadi true curve yang didapat dari
persamaan berikut :
𝜎 =𝜎 (1 + 𝜀 ) (21) Gambar 3.1 Pemodelan Struktur Kolom Beton
𝜀 = ln(1 + 𝜀 ) (22) Bertulang pada ABAQUS
𝜀 =𝜀 − (23) Bahan rujukan penelitian menggunakan
kolom berbentuk silinder. Silinder terbagi
menjadi dua bagian yaitu kolom inti yang
3. METODOLOGI berdiameter 100 mm dan bagian retrofit di luar
3.1. Studi Kasus kolom inti setebal 25 mm (Gambar 3.2).
Elemen struktur yang menjadi bahan Bagian retrofit yaitu concrete jacketing yang
adalah menggunakan kolom beton berbentuk terdiri dari campuran beton dengan komposisi
REKAYASA SIPIL / Volume xx, No.x – 20xx ISSN 1978 - 5658 4
tambahan polyethylene fibers sebanyak volume Tabel 4.2 Validasi Model Beton Normal
rasio yang berbeda-beda dan juga tulangan Menggunakan Persamaan Alfarah, dkk
dengan spesifikasi yang sama. Tebal selimut ECC1 ECC2
tambahan setelah diberi perilaku concrete σ 65.843 63.8497
jacketing adalah 12.5 mm. S33 73.28 71.295
rasio 1.113 1.1166
Validasi
10.149 10.4424
(%)

4.2.Perbandingan Hasil Analisa Program


ABAQUS dengan Hasil Eksperimen
Sub-bab ini dibahas hasil dari analisa
program bantu ABAQUS dengan objek uji
material beton bertulang retrofit, serta
verifikasi hasil analisa dengan hasil eksperimen
Gambar 3.2 Detail Struktur Kolom Beton yang dilakukan di laboratorium. Perbandingan
Bertulang hasil eksperimen dengan menggunakan
berbagai macam perbedaan perilaku retrofit
3.3. Perbandingan Hasil Analisa ABAQUS pada beton dengan membandingkan
dengan Eksperimental displacement dan gaya yang didapat dari hasil
Setelah hasil analisa ABAQUS penilitian Gholampour, dkk.
didapatkan maka tahap selanjutnya adalah 4.2.1. Displacement dan Gaya Maksimum
melakukan analisa dengan membandingkan Gambar 4.1 menunjukkan perbandingan
perilaku material uji beton eksperimental grafik hasil analisa program ABAQUS dengan
dengan hasil analisa program bantu ABAQUS. hasil eksperimen. Dari perbandingan antara
Hasil uji eksperimental yang digunakan adalah hasil simulasi dan eksperimen maka dapat
hasil output eksperimental pada jurnal yang diperoleh validasi bahwa hasil simulasi sesuai
dipublikasikan berjudul “Experimental dan mendekati hasil eksperimen apabila ECC1
investigation of the performance of concrete dan ECC2 menggunakan persamaan Alfarah,
columns strengthened with fiber reinforced dkk. pada beton core concrete dan persamaan
concrete jacket” oleh Gholampour, A., dkk Zhou Jiajia, dkk untuk beton berkomposisi steel
(2019). Dalam melakukan perbandingan, hasil fiber (retrofit ECC1 dan ECC2). Perbandingan
uji eksperimental yang digunakan adalah gaya dalam bentuk nilai gaya maksimum dengan
maksimum dan displacement pada material. displacement pada gaya maksimum dapat
dilihat pada tabel 4.3.
4. PEMBAHASAN
4.1.Perbandingan Hasil ABAQUS dengan
Perhitungan Teoritis ECC1
Perhitungan teoritis yang dimaksud ialah 700 Experimental
tegangan pada pemodelan sebgai validasi. 600
Berikut adalah hasil perbandingan antara data 500
hasil analisa dengan hasil perhitungan teoritis 400 ABAQUS (Core
300 used Alfarah,
untuk masing-masing kasus :. dkk. Equation)
200
100 ABAQUS (Core
Tabel 4.1 Validasi Model Beton Normal 0 used Carreira &
Menggunakan Persamaan Carreira & Chu 0 2 4 6 Chu Equation)

ECC1 ECC2
(a) Force vs displacement beton ECC1
σ 60.7781 63.8497
S33 38.8905 39.5346
rasio 0.64 0.62
Validasi
56.28 61.5032
(%)

REKAYASA SIPIL / Volume xx, No.x – 20xx ISSN 1978 - 5658 5


kemungkinan dikarenakan benda uji yang
ECC2 dikenakan adalah benda uji yang dianalisa
700 Experimental memiliki dua sifat yang berbeda dalam satu
600 kesatuannya menyebabkan galad pada analisa
500 ABAQUS semakin tinggi. Sebagai pembanding
400 ABAQUS (Core
used Alfarah dkk. antara hasil analisa ABAQUS dan
300
200
Equation) eksperimental dapat dilihat pada tabel 4.3.
ABAQUS (Core
100 used Carreira &
0 Chu Equation) Tabel 4.3 Perbandingan force vs
0 2 4 6
displacement
(b) Force vs displacement beton ECC2
Gambar 4.1 Perbandingan hasil analisa ECC1 ECC2

ABAQUS force vs displacement dengan hasil Core : Carreira & Chu Core : Carreira & Chu
Retrofit : Zhou Jiajia, dkk. Retrofit : Zhou Jiajia, dkk.
eksperimental
force d force d
Sehingga, hasil analisa ABAQUS force vs
Exp 516867 0.798 501220 0.647
displacement yang menjadi pembanding
ABAQUS 352903.4688 0.4783 363241.6563 0.497641
dengan eksperimental adalah ECC1 dengan
rasio 0.68 0.60 0.72 0.77
beton inti menggunakan persamaan Alfarah,
Validasi (%) -46.5 -66.9 -37.99 -29.92
dkk. dan beton retrofitnya menggunakan
persamaan Zhou Jiajia, dkk., dan ECC2
dengan beton inti menggunakan persamaan ECC1 ECC2
Core : Alfarah, dkk Core : Alfarah, dkk
Alfarah, dkk. dan beton retrofitnya
Retrofit : Zhou Jiajia, dkk. Retrofit : Zhou Jiajia, dkk.
menggunakan persamaan Zhou Jiajia, dkk.
force d force d
Hasil analisa tersebut diambil dikarenakan sifat
Exp 516867 0.798 501220 0.647
yang lebih mendekati dan menggambarkan
ABAQUS 607063.69 0.72 588422.5625 0.703
kedekatan perilaku yang dihasilkan. Hasil
rasio 1.27 1.17 1.17 1.087
menunjukkan bahwa validasi saat
Validasi (%) 14.86 -10.60 14.82 8.01
menggunakan persamaan Alfarah, dkk. pada
beton core concete yaitu ECC1 17.53% dan
4.2.2. Damage Parameter
ECC2 14.82% (untuk gaya maksimumnya),
Kerusakan pada beton hasil analisa pada
ECC1 3.19% dan ECC2 8.01% (untuk
ABAQUS dapat dikomparasikan dengan
perpindahannya). Sedangkan, apabila benda uji
kerusakan beton hasil eksperimental.
menggunakan persamaan Carreira & Chu pada
Perbandingan kerusakan menggunakan
beton core concete menunjukkan hasil validasi
perbandingan antara hasil eksperimental
yang sangat jauh nilainya yaitu ECC1 35.2%
dengan hasil hasil analisa ABAQUS yang
dan ECC2 37.99% (untuk gaya maksimumnya),
mendekati yaitu dengan menggunakan
ECC1 29.21% dan ECC2 29.92% (untuk
persamaan Alfarah, dkk untuk beton biasa dan
perpindahannya). Maka dapat disimpulkan
Zhou Jiajia, dkk untuk beton berkomposisi steel
bahwa perhitungan kolom retrofit beton
fiber. Gambar 4.24 menunjukkan perbandingan
bertulang yang mendekati adalah dengan
kerusakan hasil analisa program ABAQUS
menggunakan persamaan Alfarah, dkk. untuk
dengan hasil eksperimen. Dari perbandingan
beton normal dan persamaan Zhou Jiajia, dkk
antara hasil simulasi dan eksperimen dapat
untuk beton berkomposisi steel fiber. Grafik
disetujui bahwa hasil analisa pada ABAQUS
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
mendekati keakuratan dalam memprediksi
ABAQUS dengan eksperimental dikarenakan
kerusakan saat beton mengalami pembebanan
terdapat galad pada analisa ABAQUS sendiri
kuat tekan.
dan juga input pada ABAQUS merupakan hasil
rata rata dari berbagai eksperimental sehingga
dicapai persamaan tersebut. Di sisi lain, ada

REKAYASA SIPIL / Volume xx, No.x – 20xx ISSN 1978 - 5658 6


Tekan
-56.70
0
0.237

Tekan
-111.7
Tekan
-24.16
0.1886
Tarik
+1.992
0

(a) ECC1
(a) ECC1
Tekan
-55.6194
0 0.1223
Tarik
+1.405

Tekan Tekan
-106.31 -24.6943

00818

(b) ECC2
Gambar 4.2 Spesimen benda uji beton (b) ECC2
setelah pengujian Gambar 4.3 Kontur tegangan benda uji
Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa beton Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa
mengalami kerusakan pada daerah antara core kontur pada beton ECC1, dan ECC2 tidak jauh
concrete dengan beton retrofit dan pada daerah berbeda. Pada bagian core concrete terjadi
luar beton retrofit. Gradasi warna pada gambar penambahan gradasi gaya tekan dari tengah
menunjukkan bahwa apabila terdapat biru hingga pinggir bagian core concrete.
muda sampai dengan merah maka pada daerah Penambahan gradasi nilai tersebut dapat dilihat
itulah beton mengalami kerusakan. Kerusakan bahwa pada ECC1 terjadi kenaikan dari -56.7
tersebut terjadi saat beton telah mencapai masa MPa hingga -111.784 MPa, dan ECC2 terjadi
ultimitnya. kenaikan dari -55.6194 MPa hingga -106.316
MPa. Sedangkan pada bagian luar retrofit
4.2.3. Kontur Tegangan terjadi sebagian luasan pada atas dan bawah
Analisa kontur tegangan setiap spesimen mengalami gaya tarik dan pada bagian tengah
pada hasil ABAQUS dapat dijelaskan secara mengalami gaya tekan. Pada bagian retrofit
rinci sebagai berikut. ECC1 sebesar +1.992 MPa, ECC2 sebesar
+1.405 MPa dan gaya tekan ECC1 -24.1672
sebesar MPa, ECC2 sebesar -24.6943 MPa.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
1. Skematisasi struktur model kolom retrofit
pada program ABAQUS dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Pada pemodelan kolom beton dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggunaan persamaan
perilaku tekan yang akurat untuk kasus
ECC1 dan ECC2 adalah core concrete
REKAYASA SIPIL / Volume xx, No.x – 20xx ISSN 1978 - 5658 7
menggunakan persamaan Alfarah, dkk. Numerical Study of Engineered Cementitious
dan beton retrofit menggunakan Composite with Strain Recovery under Impact
persamaan Zhou Jiajia, dkk. Loading. Applied Science, 2019.
b. Pada pemodelan kolom beton penggunaan [4] Badan Standarisasi Nasional. Persyaratan Beton
persamaan perilaku tarik yang akurat Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI
adalah untuk ECC1 dan ECC2 2847:2013). Jakarta, Badan Standarisasi
menggunakan persamaan CEB-FIB dan Nasional, 2013.
[5] Badan Standarisasi Nasional. Baja Tulangan
persamaan Ali & Nehdi.
(SNI 2052:2014). Jakarta, Badan Standarisasi
2. Hasil analisa ABAQUS tentang force vs
Nasional, 2014.
displacement menunjukkan mendekati
[6] Boen, T. “Cara Memperbaiki Bangunan
dengan kesamaan hasil uji eksperimental Sederhana yang Rusak akibat Gempa Bumi”.
kolom beton retrofit (rasio force dan Jakarta, 2009.
displacement ECC1 14.86% dan -10.60%, [7] Carreira D. J., dan K. Chu. Stress-Strain
dan ECC2 14.82% dan 8.01%). Relationship for Plain Concrete in
3. Hasil analisa perilaku material kolom Compression. ACI Journal 82 (11), 1985:
retrofit akibat beban uniaksial yang 797-804..
dikenakan dengan menggunakan program [8] Carreira D. J., dan K. Chu. Stress-Strain
ABAQUS setelah diaplikasikannya Relationship for Reinforced Concrete in
retrofit adalah sebagai berikut : Tension. ACI Journal 83 (3), 1986 : 21-28..
a. Hasil analisa kerusakan pada ABAQUS [9] CEB-FIB. CEB-FIB MODEL CODE 2010;
menunjukkan perilaku yang sesuai dan Thomas Telford: London, UK, 2010.
mendekati dengan keadaan pada spesimen [10] Gholampour, A., R. Hassanli, J. Mills, T.
kolom beton retrofit setelah pengujian. Vincent, dan M. Kunieda. “Experimental
b. Berdasarkan analisa tegangan investigation of the performance of concrete
menunjukkan bahwa terdapat gradasi columns strengthened with fiber reinforced
kenaikan pada beton inti dimana puncak concrete jacket”. Construction and Building
Materials 194 (2019): 51-61
dari tegangan terdapat pada daerah pinggir
[11] Hafezolghorani, M., Hejazi, F., Vaghei R., dan
beton inti dan pada daerah retrofit terbagi
Saleh, M. Simplified Damage Plasticity Model
dua daerah yaitu tekan pada bagian tengah for Concrete. Structural Engineering, 2017.
dan tarik pada sebagian kecil atas dan [12] Obaidat, Y., S. Heyden, dan O. Dahlblom. The
bawah kolom retrofit. Effect of CFRP and CFRP/Concrete Interface
Model when Modelling Retrofitted RC Beams
5.2. Saran with FEM. Composite Structure, 2010;92:
1. Pada pemodelan beton retrofit perlu 1391-1398.
diperhatikan perbandingan perbedaan [13] Obaidat, Y., S. Heyden, dan O. Dahlblom.
ukuran mesh agar mengetahui Nonlinear FE Modelling of Shear Behaviour in
perbandingan tingkat keakuratan ketika RC Beam Retrofitted with CFRP.
ukuran mesh diperkecil. Computational Modelling of Concrete
2. Data eksperimental sebagai pembanding Structures (EURO-C 2010). Austria, 2010.
dibutuhkan data yang diketahui oleh [14] Wahalathantri B. L., D. P. Thamhiratnam, T. H.
peneliti secara langsung agar mengetahui T. Chan, dan S. Fawzia. A Material Model for
tingkat keakuratan persamaan yang Flexural Crack Simulation in Reinforced
digunakan saat input concrete damage Concrete Elements Using Abaqus.
Infrastructure, Transport and Urban
plasticity.
Development, 2011.
[15] Zhou, J., Pan, J., Leung, C., dan Asce, F.
6. DAFTAR PUSTAKA Mechanical Behabior of Fiber Reinforced
[1] ABAQUS, ABAQUS manual book, SIMULIA
Engineered Cementitious Composites in
Dassault Systemes, 2008
Uniaxial Compression. Materials Civil
[2] Alfarah, B., Lopez-Almansa, F., dan Oller, S.
Engineering, 2014.
New methodology for calculating damage
variables evolution in Plastic Damage Model
for RC structures. Engineering Structures 132,
2017 : 70-86.
[3] Ali, M. & Nehdi, M. Experimental and

REKAYASA SIPIL / Volume xx, No.x – 20xx ISSN 1978 - 5658 8


Annual Journal of Hydraulic Engineering, JSCE, VOL.42, 1998, February

You might also like