You are on page 1of 8

Perlindungan Hukum Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Melakukan Pelanggaran Bersifat Mendesak

PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA YANG MENGALAMI


PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA AKIBAT MELAKUKAN
PELANGGARAN BERSIFAT MENDESAK
Muhammad Fauzi, Tri Sulistiyono
Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, Semarang
Jalan Kelud Utara III Semarang - 50237
muhammadfauzi698@students.unnes.ac.id

Abstract
Juridical termination of employment relations can occur for several reasons. One of the reasons for the
assignment of employment relations is regulated in Article 52 paragraph (2) of Government
Regulation Number 35 of 2021 concerning Work Agreements for Certain Time, Outsourcing,
Working Time and Rest Time, and the Commissioning of Employment Relations, namely urgent
violations committed by workers. The purpose of this study is to analyze and find out the legal
protection for termination of employment arrangements if workers commit violations with an urgent
nature. The type of research used is normative legal research with a statutory approach and a
conceptual approach. Government Regulation Number 35 of 2021 concerning Work Agreements for
Certain Time, Outsourcing, Working Time and Rest Time, and the Commissioning of Employment
Relations has basically not provided legal protection for workers. The regulation implies that
employers will terminate their employment arbitrarily and there will be overlapping legal regulations
with previous regulations. The legislators, especially implementing regulations, should pay attention
to previous regulations so that there is no overlapping of rules and provides more legal certainty to
subjects regulated in a regulation.

Keywords: Urgent violation, termination of employment, legal protection

Abstrak
Pemutusan hubungan kerja secara yuridis dapat terjadi karena beberapa sebab. Salah satu
alasan pemutusan hubungan kerja diatur dalam Pasal 52 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan
Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja yakni pelanggaran yang bersifat
mendesak yang dilakukan oleh pekerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan
mengetahui perlindungan hukum atas pengaturan pemutusan hubungan kerja apabila
pekerja melakukan pelanggaran dengan sifat mendesak. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan konseptual. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan
Hubungan Kerja pada dasarnya belum memberikan pelrindungan hukum bagi pekerja.
Peraturan tersebut memberikan implikasi bahwa pengusaha akan melakukan pemutusan
hubungan kerja semena-mena dan terjadinya tumpang tindih aturan hukum dengan
peraturan sebelumnya. seharusnya pembentuk peraturan perundang-undangan khususnya
peraturan pelaksana memperhatikan terlebih dahulu peraturan-peraturan sebelumnya agar
tidak terjadi tumpang tindih aturan dan lebih memberikan kepastian hukum kepada subjek
yang diatur dalam sebuah peraturan.

Kata kunci : Pelanggaran mendesak, pemutusan hubungan kerja, perlindungan hukum

Pendahuluan penyesuaian berbagai macam peraturan


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 perundang-undangan yang berkaitan dengan
tentang Cipta Kerja menjadi peraturan kemudahan, perlindungan dan pemberdayaan
perundang-udangan yang mendukung perce- koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah
patan penciptaan kerja di Indonesia. Dalam serta peningkatan ekosistem investasi serta
mendukung hal tersebut, diperlukan adanya percepatan proyek strategis nasional termasuk

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 325


Perlindungan Hukum Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Melakukan Pelanggaran Bersifat Mendesak

perlindungan dan kesejahteraan pekerja. Dalam Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan
hal ini terjadi perubahan undang-undang Kerja. Hal ini tentunya membuat pekerja
dalam berbagai macam sektor termasuk kebhilangan hak untuk melakukan diskusi dan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang mengutarakan pendapat dalam hal adanya
Ketenagakerjaan. pemutusan hububgan kerja apabila terdapat
Pengaturan mengenai hubungan kerja alasan apabila pelanggaran dengan sifat
mulai dari perjanjian kerja hingga pemutusan mendesak yang dilakukan pekerja.
hubungan kerja pada hakikatnya telah diatur Ketentuan serupa memgenai pemu-
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tusan hubungan kerja apabila terdapat pekerja
tentang Ketenagakerjaan. Dengan diundang- yang melakukan pelanggaran pada dasarnya
kannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 telah diatur dalam Pasal 158 Undang-Undang
tentang Cipta Kerja yang merubah beberapa Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-
ketentuan dalam dalam Undang-Undang kerjaan. Dalam ketentuan tersebut, pengusaha
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga- juga pada dasarnya dapat melakukan secara
kerjaan, pada dasarnya juga telah merubah sepihak melakukan pemutusan hubungan kerja
pengaturan hubungan kerja terkhusus pemu- apabila terdapat pekerja yang melakukan
tusan hubungan kerja yang telah ada terlebih kesalahan berat sebagaimana diatur dalam
dahulu. Pemutusan hubungan kerja secara Pasal 158 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah 2003 tentang Ketenagakerjaan. Namun, keten-
Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja tuan tersebut dinyatakan tidak berlaku melalui
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan 012/PUU-i/2003 pada tanggal 28 Oktober 2004.
Kerja. Adanya ketentuan serupa dalam Peraturan
Salah satu hal yang menjadi sebab Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang
adanya pemutusan hubungan kerja antara Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
pekerja dengan pengusaha adalah adanya Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemu-
suatu pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja tusan Hubungan Kerja tentunya menimbulkan
dengan sifat yang mendesak. Pemutusan celah kembali bagi para pengusaha untuk
hubungan kerja ini berdasarkan ketentuan melakukan pemutusan hubungan kerja secara
Pasal 52 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor sepihak.
35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Beberapa penelitian serupa dengan
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu penelitian ini telah dilakukan, seperti penelitian
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oeh Meinia dan Fakhrurrozi
dapat dilakukan oleh pengusaha apabila dengan judul Tinjauan Yuridis tentang Peraturan
pelanggaran dengan sifat mendesak tersebut Perlindungan Hukum Bagi Pelaut Akibat
telah diatur sebelumnya dalam perjanjian kerja, Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak. Fokus
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja penelitian tersebut adalah aspek peraturan
bersama. perundang-undangan di Indonesia dalam
Pemutusan hubungan kerja yang memberikan perlindungan hukum bagi Anak
dilakukan akibat adanya pelanggaran oleh Buah Kapal (ABK) akibat pemutusan hubungan
pekerja dengan sifat mendesak yang diatur kerja secara sepihak oleh pengusaha pada
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun Putusan Pengadilan Jakarta Pusat Nomor
2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, 215/Pdt.Sus-PHI/2018/PN Jkt.Pst. penelitian
Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, serupa selanjutnya dilakukan oleh Hanif
dan Pemutusan Hubungan Kerja, memberikan Assabib Rosyid dan Kelik Wardiono yang
penafsiran bahwa pengusaha dapat dengan berjudul Perlindungan Hukum Terhadap
sepihak melakukan pemutusan hubungan kerja Hubungan Kerja dan Pemutusan Hubungan Kerja
apabila pekerja yang bersangkutan memenuhi (Studi di PT. Makmur Sejahtera Wisesa) yang
kriteria melakukan pelanggaran dengan sifat memiliki fokus penelitian terhadap perlin-
mendesak sebagaimana diatur dalam penje- dungan hukum terhadap hubungan kerja dan
lasan Pasal 52 ayat (2) Peraturan Pemerintah pemutusan hubungan kerja di PT. Makmur
Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Sejahtera Wisesa. Namun, kedua penelitian
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan tersebut dilakukan sebelum diundangkannya

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 326


Perlindungan Hukum Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Melakukan Pelanggaran Bersifat Mendesak

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan
Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor Kerja memberikan definisi pemutusan
35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu hubungan kerja sebagai sebuah pengakhiran
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja. memberikan akibat selesainya hak dan
kewajiban antara pekerja dengan pengusaha.
Metode Penelitian Suatu hal tertentu tersebut dapat diakibatkan
Penelitian ini menggunakan jenis karena berakhirnya waktu tertentu yang telah
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum diperjanjikan sebelumnya antara pekerja
normatif pada dasarnya merupakan penelitian dengan pengusaha, perselisihan antara pekerja
yang memilki tujuan guna menemukan suatu dengan pengusaha, meninggalnya pekerja,
aturan, asas-asas maupun doktrin-doktrin ataupun karena hal-hal lainnya yang telah
hukum yang bertujuan menjawab perma- ditentukan dalam peraturan perundang-
salahan yang dihadapi dengan menghasilkan undangan (Asyhadie dan Kusuma, 2020).
argumentasi, teori ataupun konsep baru Pemutusan hubungan kerja dapat dikatakan
sebagai preskripsi dalam proses penyelesaian sebagai pengakhiran untuk mendapatkan mata
masalah hukum yang dihadapi (Marzuki, pencaharian, pengakhiran untuk memberikan
2005). Pendekatan yang digunakan dalam pembiayaan kepada keluarga serta masa
penelitian ini adalah pendekatan perundang- pengakhiran untuk pembiayaan pengobatan,
undangan dan pendekatan konseptual. rekreasi dan sebagainya yang terjadi pada
Pendekatan perundang-undangan dilakukan pekerja (Asyhadie, 2015).
dengan melakukan telaah dan analisis terhadap Pemutusan hubungan kerja berdasarkan
keseluruhan peraturan perundang-undangan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 35
yang berkaitan dengan isu hukum dalam Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
penelitian ini (Marzuki, 2005). Pendekatan Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
konseptual dalam penelitian ini dilakukan Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja
dengan meneluruai berbagai macam literatur dapat terjadi karena beberapa sebab sebagai
hukum seperti buku, jurnal, majalah dan berikut:
sebagainya sesuai dengan fokus isu hukum 1. Perusahaan melakukan peleburan,
dalam penelitian ini (Marzuki, 2005). Sumber penggabungan, pengambilalihan atau
bahan hukum dalam penelitian ini terdiri atas pemisahaan yang mengakibatkan
bahan hukum primer berupa peraturan perusaahaan atau pekerja tidak bersedia
perundang-undangan terkait dengan ketenaga- melanjutkan hubungan kerja ataupun
kerjaan khususnya pada pemutusan hubungan pengusaha tidak bersedia menerima pekerja;
kerja dan bahan hukum sekunder yang terdiri 2. Perusahaan melakukan efisiensi baik yang
atas buku hukum, skripsi, tesis, serta disertasi diikuti dengan penutuan perusaahaan
hukum dan jurnal-jurnak hukum yang maupun tidak diikuti dengan penutuan
berkaitan dengan isu hukum dalam penelitian perusahaan yang disebabkan karena
ini. Bahan hukum yang didapatkan kemudian perusahaan mengalami kerugian;
dianalisis dengan teknik pada umumnya yang 3. Perusahaan tutup yang dakibatkan karena
dilakukan pada penelitian hukum normatif. perusahaan yang bersangkutan mengalami
kerugian secara terus menerus selama dua
Hasil dan Pembahasan tahun;
Perbandingan pengaturan pemutusan 4. Perusahaan tutup akibat keadaan memaksa
hubungan kerja bersifat mendesak antara (force majeure);
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 5. Perusahaan sedang dalam penundaan
tentang Ketenagakerjaan dan Undang- kewajiban pembayaran utang (PKPU);
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang 6. Terdapat permohonan pemutusan
hubungan kerja dengan alasan pengusaha
Cipta Kerja
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu
Pasal 1 angka 15 Peraturan Pemerintah
yang diatur dalam peraturan perundang-
Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja
undnagan;
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 327


Perlindungan Hukum Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Melakukan Pelanggaran Bersifat Mendesak

7. Adanya putusan lembaga penyelesaian 7. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau
perselisihan hubungan indsutrial yang membiarkan dalam keadaan bahaya barang
memberikan pernyataan bahwa pengusaha milik perusahaan yang menimbulkan
melakukan perbuatan yang dilarang dalam kerugian bagi perusahaan;
peraturan perundang-undangan terhadap 8. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan
permohonan yang diajukan oleh pekerja dab teman sekerja atau pengusaha dalam
pengusaga tetap memutuskan untuk keadaan bahaya di tempat kerja;
melanjutkan dan melakukan pemutusan 9. Membongkar atau membocorkan rahasia
hubungan kerja. perusahaan yang seharusnya dirahasiakan
Hal lain yang menjadi sebab adanya kecuali untuk kepentingan negara;
pemutusan hubungan kerja antara pekerja 10. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan
dengan pengusaha adalah adanya suatu perusahaan yang diancam pidana penjara 5
pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja (lima) tahun atau lebih.
dengan sifat yang mendesak. Pemutusan Dalam hukum ketenagakerjaan,
hubungan kerja ini berdasarkan ketentuan berdasarkan subjeknya pada dasarnya
Pasal 52 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan
35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu oleh pengusaha, pengadilan, demi hukum atau
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu oleh pengusaha itu sendiri (Asyhadie, 2015).
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja dalam hal
dapat dilakukan oleh pengusaha apabila pelanggaran yang bersifat mendesak yang
pelanggaran dengan sifat mendesak tersebut dilakukan oleh pekerja pada dasarnya
telah diatur sebelumnya dalam perjanjian kerja, dilakukan oleh pengusaha.
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja Pasal 151 ayat (1) Undang-Undang
bersama. Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (2) menentukan bahwa ‘Pengusaha, pekerja/
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 buruh, serikat pekerja/uruh, dan pemerintah,
tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih dengan segala upaya harus mengusahakan
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja’.
Pemutusan Hubungan Kerja memberikan Pengaturan tersebut dapat ditafsirkan bahwa
setidaknya 10 (sepuluh) kriteria perbuatan tentunya pengusaha tidak boleh dengan
yang termasuk dengan pelanggaran yang semena-mena melakukan pemutusan hubu-
bersifat mendesak yang dilakukan oleh pekerja. ngan kerja pada pekerjanya dan harus
Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai mengusahakan agar pemutusan hubungan
berikut: kerja tersebut tidak terjadi. Pengaturan tersebut
1. Melakukan penipuan, pencurian atau kemudian dirubah melalui Pasal 81 Undang-
penggelapan barang dan/atau uang milik Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
perusahaan; Kerja yang menentukan bahwa ‘pengusaha,
2. Memberikan keterangan palsu atau pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh,
dipalsukan sehingga merugikan perusahaan; dan pemerintah harus mengupayakan agar tidk
3. Mabuk, meninum minuman keras yang terjadi pemutusan hubungan kerja’. Terdapat
memabukkan, memakai dan/atau perubahan kata dari pengaturan sebelumnya
mengedarkan narkotika, psikotropika dan yakni dari mengusahakan menjadi mengupayakan.
zat adiktif lainnya di lingkungan kerja; Hal tereebut mengimplikasikan bahwa
4. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian pemutusan hubungan kerja dalam aturan
di lingkungan kerja; sebelumnya bahwa harus dilakukan segala
5. Menyerang, menganiaya, mengancam atau upaya terlebih dahulu, apabila pemutusan
mengintimidasi teman sekerja atau hubugan kerja tidak dapat dihindari, maka
pengusaha di lingkungan kerja; pemutusan hubungan kerja wajib dirun-
6. Membujuk teman sekerja atau pengusaha dingkan oleh pengusaha dan serikat buruh atau
untuk melakukan perbuatan yang dengan pekerja bila pekerja yang bersangkutan
bertentangan dengan peraturan perundang- tidak tergabung menjadi anggota serikat buruh.
undangan; Jika perundingan tersebut tidak membuahkan
hasil, pengusaha hanya dapat melakukan
Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 328
Perlindungan Hukum Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Melakukan Pelanggaran Bersifat Mendesak

pemutusan hubungan kerja dengan menda- j. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan


patkan penetapan dari lembaga penyelesian perusahaan yang diancam pidana penjara 5
perselisihan hubungan industrial (Asyhadie, (lima) tahun atau lebih.
2015). Namun, dalam Undang-Undang Nomor Pengaturan tersebut namun dinyatakan
11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengatur tidak berlaku karena dianggap tidak sesuai
bahwa dalam hal pemutusan hubungan kerja dengan asas praduga tak bersalah melalui
tidak dapat dihindari, maka tidak perlu lagi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
diadakannya perundingan antara pengusaha 012/PUU-I/2003 pada tanggal 28 Oktober 2004
dengan serikat buruh atau pekerja yang (Sanjaya dan Atalim, 2020). Akibat dari
bersangkutan. Namun, hanya dilakukan dihapusnya ketentuan Pasal 158 ayat (1)
pemberitahuan saja kepada pekerja yang Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
bersangkutan dengan maksud dan alasan dari Ketenagakerjaan menyebabkan kekosongan
pemutusan hubugan kerja tersebut (Thea DA, hukum pada pemutusan hubungan kerja saat
2021). pekerja melakukan suatu pelanggaran yang
Pengaturan serupa dengan pemutusan bersifat mendesak kala itu (Manik, 2017). Guna
hubungan kerja apabila pekerja melakukan menutupi kekosongan hukum tersebut,
pelanggaran yang bersifat mendesak juga pada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
dasarnya pernah diatur dalam Pasal 158 ayat Ketenagakerjaan dan Transmigrasi menge-
(1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 luarkan Surat Edaran Nomor SE-13/MEN/SJ-
tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan HK/I/2005 yang dalam Poin 3 Surat Edaran
bahwa: tersebut menjelaskan bahwa jika pengusaha
Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja akan melakukan pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh dengan alasan dengan dasar/alasan pekerja/buruh mela-
pekerja/buruh telah melakukan kesalahan kukan suatu tindakan yang tergolong dalam
berat sebagai berikut: kesalahan berat, maka pemutusan hubungan
a. melakukan penipuan, pencurian, atau kerja tersebut hanya dapat dilakukan setelah
penggelapan barang dan/atau uang milik munculnya putusan hakim yang mempunyai
perusahaan; kekuatan hukum tetap pada Pengadilan Negeri
b. memberikan keterangan palsu atau yang yang berkompetensi mengadili (Manik, 2017).
dipalsukan sehingga merugikan perusahaan; Adanya Peraturan Pemerintah Nomor
c. mabuk, meminum minuman keras yang 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
memabukkan, memakai dan/atau Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja
zat adiktif lainnya di lingkungan kerja; khususnya dalam Pasal 52 ayat (2) tentunya
d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian menimbulkan tumpang tindihnya regulasi
di lingkungan kerja; terkait dengan pemutusan hubungan kerja
e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau dalam hal pekerja melakukan perbuatan
mengintimidasi teman sekerja atau pelanggaran dengan sifat mendesak dan
pengusaha di lingkungan kerja; memberikan celah kembali bagi para
f. membujuk teman sekerja atau pengusaha pengusaha untuk melakukan pemutusan
untuk melakukan perbuatan yang hubungan kerja secara sepihak terhadap
bertentangan dengan peraturan perundang- pekerja.
undangan; Asas lex superior derogate legi inferiori
g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau merupakan salah satu asas dalam peraturan
membiarkan dalam keadaan bahaya barang perundang-undangan. Asas tersebut
milik perusahaan yang menimbulkan memberikan arti bahwa peraturan yang lebih
kerugian bagi perusahaan; tinggi dapat mengesampingkan peraturan yang
h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan lebih rendah kedudukannya. Dalam hal ini,
teman sekerja atau pengusaha dalam peraturan yang lebih rendah juga tidak boleh
keadaan bahaya di tempat kerja; bertentangan dengan peraturan yang lebih
i. membongkar atau membocorkan rahasia tinggi (Harahap, 2018). Dalam hal ini tentunya
perusahaan yang seharusnya dirahasiakan suatu peraturan pelaksana undang-undan tidak
kecuali untuk kepentingan negara; atau
Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 329
Perlindungan Hukum Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Melakukan Pelanggaran Bersifat Mendesak

boleh bertentangan dengan undnag-undang di tertulis (Hadjon, et.al., 2002). Syarat penge-
atasnya. tahuan yang tidak tertulis ini maksudnya
Secara tidak langsung, pengaturan adalah ketika terdapat suatu keadaan khsuus
dalam Pasal 52 ayat (2) Peraturan Pemerintah yang mendesak maka badan tata usaha negara
Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja harus menyimpang dari peraturan kebijakan
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan guna kemaslahatan seluruh masyarakat.
Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan
Kerja bertolak belakang dengan Surat Edaran Perlindungan Hukum Pekerja Atas
Kementerian Ketenagakerjaan dan Trans- Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja
migrasi Nomor SE-13/MEN/SJ-HK/I/2005. Apabila Pekerja Melakukan Pelanggaran
Berdasarkan kedudukannya, peraturan peme- Dengan Sifat Mendesak
rintah menurut Undang-Undang Tahun 12 Ketentuan yang mengatur pemutusan
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan hubungan kerja akibat adanya pelanggaran
Perundang-Undangan sebagaimana diubah yang dilakukan oleh pekerja dengan sifat yang
melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 mendesak yang diatur dalam Pasal 52 ayat (2)
tentang Perbubahan atas merupakan Undang- Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021
Undang Tahun 12 Tahun 2011 tentang tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan
termasuk salah satu dari beberapa jenis hierarki Pemutusan Hubungan Kerja tentunya secara
peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak langsung menyimpangi dan menghapus
yang posisinya di bawah undang-undang ketentuan yang mengatur pemutusan
maupun peraturan pemerintah pengganti hubungan kerja yang hanya boleh dilakukan
udang-undang. Jadi, peraturan pemerintah setelah munculnya putusan hakim yang
merupakan peraturan pelaksana dari suatu mempunyai kekuatan hukum tetap pada
undang-undang atau peraturan pemerintah Pengadilan Negeri yang berkompetensi
pengganti undang-undang. mengadili dengan dasar/alasan pekerja/buruh
Surat edaran sendiri tergolong dalam melakukan suatu tindakan yang tergolong
peraturan kebijakan atau beleidsregel yang juga dalam kesalahan berat yang diatur oleh
harus tunduk pada asas pembentukan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
peraturan kebijakan yang baik (beginselen van Ketenagakerjaan dan Transmigrasi menge-
behoorlijke regeligeving). Hal tersebut dikare- luarkan Surat Edaran Nomor SE-13/MEN/SJ-
nakan peraturan yang akan mengikat publik HK/I/2005.
apabila dalam pembentukannya tidak meme- Pengaturan yang terdapat dalam Pasal
nuhi asas tersebut dan peraturan perundang- 52 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 35
undanagan yang ada maka akan menimbulkan Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
suatu permasalahan (Hanum, 2020). Peraturan Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
kebijakan atau beleidsregel dapat didefinisikan Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja
sebagai serangkaian tindakan yang diren- tentunya merenggut hak-hak pekerja karena
canakan oleh pemerintah maupun dengan pekerja dapat saja dilakukan pemutusan
melibatkan pakar, swasta maupun non hubungan kerja semena-mena atas dasar aturan
pemerintah guna mencapai tujuan yang dicita- tesebut. Selain itu, dengan adanya peraturan
citakan (Pringgodigdo dalam Nalle, 2013). tersebut tentunya menimbulkan tumpang
Beberapa tokoh seperti Philipus M. Hadjon, tindih aturan pada peraturan sebelumnya yang
Jimly Assiddqie dan Bagir Manan meng- diatur dalam Undang-Undang Nomor 13
golongkan peraturan kebijakan bukan sebagai Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Surat
peraturan perundang-undangan (Nalle, 2013). Edaran Kementerian Ketenagakerjaan dan
Hal ini memberikan implikasi bahwa peraturan Transmigrasi Nomor SE-13/MEN/SJ-
kebijakan tidak dapat mengikat secara HK/I/2005.
langsung namun memiliki revelansi hukum.
Selain itu, tentunya peraturan kebijakan tidak Kesimpulan
dapat diuji di Mahkamah Agung karena bukan Pasal 52 ayat (2) Peraturan Pemerintah
termasuk peraturan perundang-undangan dan Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja
megandung syarat pengetahuan yang tidak
Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 330
Perlindungan Hukum Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Melakukan Pelanggaran Bersifat Mendesak

Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Asyhadie, Zaeni, dan Rahmawati Kusuma.
Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan (2020). Hukum Ketenagakerjaan Dalam
Kerja mengatur terkait dengan pemutusan Teori Dan Praktik Di Indonesia. Jakarta:
hubungan kerja antara pekerja dengan Prenadamedia Group.
pengusaha akibat adanya suatu pelanggaran
yang dilakukan oleh pekerja dengan sifat yang Bachtiar. (2018). Metode Penelitian Hukum.
mendesak. Pengaturan tersebut secara tidak Tangerang Selatan: Unpam Press.
langsung dapat memberikan celah bagi para
pengusaha untuk melakukan pemutusan DA, Ady Thea. “Begini Alur Proses PHK Sesuai
hubungan kerja secara semena-mena kepada UU Cipta Kerja.” Hukumonline.com,
pekerja yang memenuhi kriteria dalam 2021.
peraturan tersebut. Padahal, terdapat peraturan https://www.hukumonline.com/berita
serupa yang telah dicabut melalui Putusan /baca/lt606aa597aeace/begini-alur-
Mahkamah Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2003 proses-phk-sesuai-uu-cipta0kerja.
pada tanggal 28 Oktober 2004 yang menghapus
ketentuan Pasal 158 ayat (1) Undang-Undang Hadjon, Philipus M., Et.al. (2002). Pengantar
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga- Hukum Adminitrasi Indonesia
kerjaan. Akibat dari adanya putusan tersebut, (Introduction to the Indonesian
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Administrative Law). Yogyakarta: Gadjah
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi menge- Mada University.
luarkan Surat Edaran Nomor SE-13/MEN/SJ-
HK/I/2005 yang dalam Poin 3 Surat Edaran Harahap, Diah Ratu Sari. “Asas Lex Superior
tersebut menjelaskan bahwa jika pengusaha Derogate Legi Inferiori Dalam
akan melakukan pemutusan hubungan kerja Pengaturan Penanganan Fakir Miskin.”
dengan dasar/alasan pekerja/buruh mela- Seminar Nasional P4M UNAS 3, no. 4
kukan suatu tindakan yang tergolong dalam (2018): 91-98.
kesalahan berat, maka pemutusan hubungan
kerja tersebut hanya dapat dilakukan setelah Hanum, Cholida. “Analisis Yuridis Kedudukan
munculnya putusan hakim yang mempunyai Surat Edaran Dalam Sistem Hukum
kekuatan hukum tetap pada Pengadilan Negeri Indonesia.” Humani (Hukum Dan
yang berkompetensi mengadili. Namun, Masyarakat Madani) 10, no. 2 (2020): 138–
dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 153.
35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Marzuki, Peter Mahmud. (2005). Penelitian
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja Hukum. Jakarta: Kencana.
tentunya mengakibatkan tumpang tindih
aturan terkait dengan pemutusan hubungan Manik, Rahmat GM. “Pemutusan Hubungan
kerja antara pekerja dengan pengusaha akibat Kerja Atas Kesalahan Berat Setelah
adanya suatu pelanggaran yang dilakukan oleh Pasal 158 Undang-Undang Nomor 13
pekerja dengan sifat yang mendesak. Oleh Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
karena itu, seharusnya pembentuk peraturan Dicabut OOleh Putusan Mahkamah
perundang-undangan khususnya peraturan Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2003.”
pelaksana memperhatikan terlebih dahulu Melayunesia Law 1, no. 1 (2017): 65–80.
peraturan-peraturan sebelumnya agar tidak
terjadi tumpang tindih aturan dan mem- Meinina dan Fakhrurrozi. “Tinjauan Yuridis
berikan kepastian hukum kepada masyarakat. Tentang Peraturan Perlindungan
Hukum Bagi Pelaut Akibat Pemutusan
Hubungan Kerja Sepihak.” Majalah
Daftar Pustaka Ilmiah Gema Maritim 23, no. 1 (2021): 86-
Asyhadie, Zaeni. (2015). Hukum Kerja: Hukum 95.
Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja.
Jakarta: Rajawali Pers.

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 331


Perlindungan Hukum Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Melakukan Pelanggaran Bersifat Mendesak

Nalle, Victor Imanuel W. “Kewenangan


YudikaTif Dalam Pengujian Peraturan
Kebijakan: Kajian Putusan Mahkamah
Agung Nomor 23 P/HUM/2009.” Jurnal
Yudisial 6, no. 1 (2013): 33–47.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021


tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja.

Rosyid, Hanif Assabib. (2017). Perlindungan


Hukum Terhadap Hubungan Kerja dan
Pemutusan Hubungan Kerja. (Skripsi,
tidak dipublikasikan). Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Sanjaya, Revaldi, and S. Atalim. “Pengaturan


Pemutusan Hubungan Kerja Krena
Kesalahan Berat Dalam Perjanjian Kerja
Bersama Antara Adi Purwanto (Buruh)
Dan PT. Mujur Timber Sibolga (Studi
Kasus Putusan Hakim Pengadilan
Hubungan Industrial Nomor
178/PDT.SUS-PHI/2017/PN.MDN.).”
Jurnal Hukum Adigama 3, no. 2 (2020):
1138–1163.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan.

Undang Tahun 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang


Perbubahan atas Undang-Undang
Tahun 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang


Cipta Kerja.

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 332

You might also like