You are on page 1of 26

DIASPORA DAN PEMBENTUKAN IDENTITAS

ETNIS ARAB DI KOTA MANADO

DIASPORA AND ETHNIC IDENTITY FORMATION


OF THE ARABS IN MANADO
Muhammad Nur Ichsan Azis
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Utara
Jln. Katamso, Bumi Beringin Lingkungan V, Kelurahan Wenang, Kecamatan Wanea,
Kota Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
icchankazis19@gmail.com

Diterima tanggal 24 Januari 2020 Disetujui tanggal 24 November 2020

ABSTRACT
This paper describes the Arab people in Manado, as ethnic groups, traders and influential
people in the late 19th century to the early 20th century. The Arabs were classified as
people who are active in trading activities, especially in the shift of commodities, until the
mid-20th century. They were one of the ethnic groups that play several important roles in
the structure of Indonesian society, including in Manado. These activities influenced the
process of population movement, diaspora, identity formation, and the axis of commercial
networks towards the beginning of the 20th century. Manado was a strategic area that
connected several major and small cities for Arab traders. This paper used historical methods
to examine Arab communities that still survive today. The diaspora of the Arabs to Manado
strengthen the Arabs in Indonesian archipelago. The network that was formed had an
impact on the religious identity attached to the Arabs in Manado towards the early 20th
century AD. One of factors driving the power of the Arabs was the economy which can take
advantage of the space among other business actors. As a result, they became a new force
in the early 20th century that they were able to attract local people’s attention to stay
connected.

Keywords: Arab, diaspora, migration, and colonial.

ABSTRAK
Tulisan ini mendeskripsikan orang-orang Arab di Manado, baik sebagai etnis, pelaku niaga,
hingga orang yang berpengaruh pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Etnis Arab
tergolong masyarakat yang aktif dalam kegiatan perdagangan, terutama pada perpindahan
komoditas hingga pertengahan abad ke-20. Mereka menjadi salah satu etnis yang memainkan
beberapa peran penting dalam struktur masyarakat Nusantara, termasuk di Manado. Aktivitas
tersebut memengaruhi proses perpindahan penduduk, diaspora, pembentukan identitas, dan
poros jejaring niaga menjelang awal abad ke-20. Manado menjadi kawasan strategis yang
menghubungkan beberapa bandar utama dan kecil untuk para pedagang Arab. Tulisan ini
menggunakan metode sejarah untuk meneliti komunitas Arab yang masih bertahan sampai

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
62 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

sekarang. Diaspora etnis Arab ke Manado mendorong kekuatan orang-orang Arab di


Nusantara. Jejaring yang terbentuk berdampak pada pembentukan identitas agama yang
melekat pada etnis Arab di Manado menjelang awal abad ke-20 M. Salah satu faktor
pendorong kekuatan etnis Arab adalah perekonomian yang mampu memanfaatkan ruang di
antara para pelaku niaga lainnya. Akibatnya, mereka menjadi kekuatan baru di awal abad
ke-20 yang mampu menarik perhatian penduduk setempat untuk tetap menjalin relasi.

Kata kunci: Arab, diaspora, migrasi, dan kolonial.

A. PENDAHULUAN asal kelompok-kelompok tersebut.


Diskursus mengenai etnis di Indonesia Rempah-rempah telah dikenal sejak
kembali mencuat setelah persoalan era sebelum Masehi di mana tercatat
politik identitas dan etnis yang rempah-rempah, terutama pala,
menyeruak pada tahun 2017. Kasus cengkih, dan tembakau pernah
tersebut memperparah kondisi politik dijadikan sebagai pengawet jenazah di
identitas yang terjadi di Indonesia Mesir dan Italia. Adapun bagi
di masa reformasi. Demokrasi kekaisaran Inggris, rempah menjadi
dan moderasi keberagamaan serta salah satu bumbu dapur untuk hidangan
keragaman mengalami masa krisis makanan, bahkan lebih jauh lagi
yang berakibat pada persinggungan di rempah-rempah dikatakan memiliki
tengah masyarakat. Isu SARA terus “aroma magis” untuk persembahan
digaungkan, kepercayaan terhadap para dewa-dewi di Yunani. Oleh
sesama warga negara tergerus, bahkan karena itu, setidaknya rempah-rempah
terjadi pengelompokan masyarakat bukanlah barang baru di kawasan Laut
berdasarkan etnis dan agama. Hal Tengah yang pada awal abad ke-15
semacam ini sebenarnya pernah terjadi menjadi buruan utama masyarakat
di masa lalu ketika pemerintah kolonial Eropa, terutama Portugis dan Spanyol.
membagi penduduk di Nusantara Perkenalan rempah-rempah tersebut
menjadi tiga kelas: Eropa, Timur Asing, dibawa oleh pedagang dari Timur
dan Pribumi pada abad ke-19. Tengah, tidak terkecuali Arab, yang
Dampaknya terjadi pengelompokan membawanya ke Laut Tengah dan
dan jarak antara penduduk pribumi berdampak pada pembukaan jalur
dengan penduduk lainnya sampai awal perdagangan maritim di masa
abad ke-20 M. kemudian.
Kehadiran dua kelompok pertama Tidak sekedar berdagang, tetapi
tersebut di Nusantara bermula dari juga bermukim, kedua kelompok
perniagaan rempah. Seperti dinyatakan tersebut hadir dalam peristiwa sejarah
dalam tesis Turner (2011:xv-xx) bahwa yang menyinggung persoalan agama
rempah-rempah memiliki nilai jual dan etnis. Persoalan yang selalu
lebih di kawasan Laut Tengah dan menarik untuk dijadikan tema kajian.
di beberapa kekaisaran kuno, daerah Di salah satu kawasan timur Nusantara,

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 63
Manado, memiliki sejarah panjang Sulawesi dan Kepulauan Maluku
mengenai hubungan antar-agama. (Henley 2005:87).
Persoalan ini selalu diidentikkan bahwa Aktivitas maritim pedagang
Manado adalah “koloni setia” bagi Arab pada masa cukup aktif sejak
pemerintah Hindia Belanda. Bukti abad ke-13 (Azra 2013:206).
literatur banyak yang menghubungkan Mereka menjalankannya sebagai pelaut
Manado sebagai basecamp Pemerintah peniaga yang mengumpulkan dan
kolonial Belanda setelah Ambon. Di sisi menyuplai komoditas ke kawasan
lain, kebijakan penyebaran agama, bandar utama. Praktik ini berdampak
dan perekonomian yang berlaku di pada pembentukan relasi, meskipun
Manado semakin menguatkan bahwa pada skala kecil hanya melibatkan
pemerintah kolonial merasa Manado persoalan keuntungan dan kerugian
sebagai tempat yang tepat baginya. d al am m en j al an k an p ern i agaan
M i s a l n ya G r a a f l a n d ( 1 9 9 1 ) (Poelinggomang 2012:1-3).
menyebutkan bahwa Manado sebagai Namun ada hal lain yang
salah satu wilayah yang cukup mendorong perkembangan Manado
strategis untuk pemerintah kolonial. sebagai salah satu kawasan strategis di
Kunjungannya ke Manado pada Nusantara. Praktik perekonomian
pertengahan abad ke-19 M menuliskan yang dibangun oleh para pedagang
bahwa masyarakat Manado (dan juga merupakan bagian yang terintegrasi
Minahasa), merupakan salah satu pilar dalam memosisikan Manado sebagai
terselenggaranya pemerintahan yang kawasan strategis. Pedagang Arab
baik. jarang disebut dalam sumber-sumber
Selain persoalan agama, Manado kontemporer, namun pada
keberadaan kedua kelompok tersebut beberapa laporan pemerintah kolonial
juga kerap dibicarakan dalam persoalan para pedagang Arab menjadi pedagang
ekonomi. Laporan Moelsbergen yang aktif menyuplai ke pemerintah
(1829:7) menunjukkan bahwa para Belanda di Manado. Bukti lain yang
pedagang Arab, bersama dengan menguatkan adalah warisan para
pedagang lainnya menjadi kelompok pedagang Arab yang membangun
perantara komoditas niaga di Kampung Arab di sebelah timur
Semenanjung Laut Sulawesi. Pedagang Benteng Nieuwe Amsterdam atau sisi
Arab membeli beras dan menyuplai selatan Sungai Tondano. Kawasan
rempah-rempah. Di Manado, para tersebut berada di antara Kampung
pedagang Arab membeli beras dari Islam dan Kampung Cina pada abad
orang-orang Minahasa dan mem- ke-19.
bawanya ke Ambon. Bahkan pada akhir Dalam laporan Berg (2010), dia
abad ke-19 dan awal abad ke-20, lupa melaporkan pengaruh orang-orang
mereka juga menyuplai kelapa dan Arab di Sulawesi. Dia hanya
kopra ke beberapa kawasan di daratan menuliskan secara kuantitas jumlah

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
64 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

penduduk Arab dan keturunannya tanpa bermukim hingga pertengahan 1850-


memberikan deskripsi mengenai an. Selain Berg, Riedel juga menuliskan
kondisi mereka. Surat dari J.G.F. bahwa peran ekonomi pedagang Arab
Riedel kepada kepala residen di mempercepat proses diaspora dan
Manado (ANRI 1875:No. 946) justru migrasi mereka ke kawasan Timur
menyebutkan mengenai jejak orang Nusantara, termasuk di Manado.
Arab di Manado. Riedel (1850) Sebagaimana Robert Cohen (2008:1-2)
mengelompokkan orang Arab sebagai mengungkapkan bahwa proses diaspora
burgers, sebagaimana yang disebutkan masyarakat dapat ditelusuri melalui
oleh Valentijn (1724) sudah menemu- empat konsep. Pertama, konsep klasik
kan bahwa di kawasan pesisir utara yang dilatarbelakangi oleh faktor
Pulau Sulawesi terdapat kelompok keagamaan; kedua, oleh faktor politik,
orang Arab, meskipun identifikasi dan pengalaman sejarah; ketiga,
tersebut masih terbatas. Bahkan, konstruk masyarakat yang memiliki
mereka mengunjungi Manado hanya keterikatan satu sama lain; keempat
tujuan untuk berniaga. Sistem angin penggabungan dari tiga faktor
laut dan darat dimanfaatkan untuk sebelumnya yang menjadi pola utama
melanjutkan perjalanannya ke Maluku. dalam proses diaspora pada abad
Walau demikian, mereka aktif dan k e-1 9 M . S i n gk atn ya, d ias p ora
mampu menjaga hubungan niaga serta dilakukan oleh kelompok atau
rutin mengunjungi Manado. individu yang tersebar dan berpencar
Perkembangan dan pengaruh dengan alasan tertentu dan mungkin
pedagang Arab di Manado terus sepenuhnya tidak melakukan asimiliasi
berlanjut hingga menjelang abad ke-19 ataupun akulturasi di tanah tujuan
M. Pada abad ke-19 M, masa niaga (Ember et al. 2005:xxvi).
memasuki dinamika baru. Terjadi Orang Arab yang mengunjungi
pergeseran yang cukup signifikan, Manado tidak dapat dilepaskan dari
termasuk di Manado, ketika beberapa proses ekonomi dan persoalan untung-
komoditas berhasil dimonopoli rugi perniagaan rempah-rempah. Di sisi
pemerintah kolonial. Poros niaga dari lain, keuntungan lainnya adalah proses
dan menuju Manado semakin ramai. Islamisasi yang mampu tersebar di
Peningkatan ini terlihat ketika Vickers beberapa kawasan strategis. Mereka
(2013:20) menyebut bahwa suplai tersebar ke berbagai wilayah di
komoditas terus bergerak ke kawasan Nusantara dengan tujuan Maluku
bandar-bandar utama. untuk memperoleh rempah-rempah.
Salah satunya laporan dari Van den Kemudian mereka membentuk jejaring
Berg yang menuliskan keadaan orang perniagaan melalui aktivitas ekonomi,
Arab di Nusantara. Pada kasus Manado, hingga mampu menyuplai komoditas
Berg menuliskan setidaknya terdapat 36 ke Timur Tengah. Kompetisi yang
orang Arab dan keturunan-nya yang berlangsung selama masa niaga

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 65
menempatkan pedagang Arab sebagai berdagang sekaligus berdakwah untuk
kelompok yang mudah memengaruhi mengenalkan, menyebarkan, dan
penduduk lokal melalui kedekatan mengajarkan Islam (Burhanudin
agama (Cabaton 2014:174-175). 2014:187-188). Di sisi lain, representasi
Akan tetapi pola pendekatan orang Arab di Nusantara berdiaspora
tersebut berbeda dengan praktik yang dengan pola nomaden di kawasan
berlangsung di Manado sebab para pesisir. Mereka memperkuat posisinya
pedagang Arab menjalin relasi dengan dengan cara menjalin relasi sosial,
masyarakat tidak menggunakan ekonomi, hingga politik dan terlibat
kedekatan agama dan kekuatan politis, langsung pada aktivitas perekonomian
melainkan dengan aktivitas niaga dan penduduk pribumi. Pada kasus orang
ekonomi maritim. Orang Arab pada Arab, mereka menetap di daerah luar,
awalnya menjalin hubungan niaga “overseas/away”, seperti yang terjadi
dengan menjadi pembeli komoditas di Nusantara pada abad ke-19 M,
beras yang diproduksi di Manado. termasuk di Manado, sebagai pelaku
Relasi tersebut berlanjut hingga para diaspora (Freitag 2009:20-21).
pedagang Arab menjadi penyuplai Efek panjang dari usaha tersebut
komoditas rempah-rempah dari Maluku terlihat pada berdirinya permukiman
ke Manado, serta peran ekonomi sementara bagi orang-orang Arab.
tersebut berlanjut sebagai pemilik Mereka membentuk nucleus identitas
modal dan lahan kelapa di wilayah pedagang Arab di kawasan pesisir.
Keresidenan Manado. Pembentukan Keterikatan tersebut sebagaimana yang
relasi niaga dan sosial terbentuk yang diungkapkan oleh Van Leur (2015:9)
diikuti dengan proses diaspora dan sebagian ekspansi kapitalisme. Praktik
migrasi para pedagang Arab di Manado ini berusaha menjalankan sistem
dengan memanfaatkan kekuatan perdagangan yang teratur. Tujuan dari
ekonomi dan niaga maritimnya. Para usaha ini yakni menampilkan reformasi
pedagang Arab mampu menjalin relasi struktur ekonomi dan masyarakat yang
dengan penduduk Manado tidak dengan terlibat di dalamnya.
memanfaatkan kedekatan agama, Tujuan dari tulisan ini berusaha
melainkan memanfaatkan jalur maritim menampilkan aktivitas diaspora orang-
yang terbentuk melalui distribusi dan orang Arab di Manado. Mereka, orang-
suplai komoditas di jalur rempah. orang Arab, berdiaspora, membentuk
Keberadaan orang Arab di jejaring, komunitas etnis, hingga
Nusantara identik dengan proses perkampungan untuk mendukung
diaspora. Dalam praktiknya, diaspora aktivitas niaganya pada abad ke-19 di
dihubungkan dengan kondisi sekitar bandar Manado. Mereka juga
masyarakat di wilayah asalnya. Faktor memanfaatkan jalur niaga maritim
ekonomi menjadi salah satu jalur melalui perpindahan komoditas, baik
diaspora Arab ke Nusantara. Mereka distribusi dan konsumsi untuk

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
66 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

kepentingan ekonomi dan sosialnya, mengenai orang-orang Arab di Manado,


hingga tetap menjalin relasi penduduk kecuali tesis karya Azis. Pada tesis
di sekitar pesisir Manado. tersebut, Azis (2019) mengajukan
Persoalan di Manado di masa niaga temuan tentang aktivitas ekonomi para
maritim menjadi kompleks ketika para pedagang Arab di kawasan pesisir
pedagang Arab berdiaspora. Dengan Manado sebagai bagian dari kelompok
demikian, permasalahan diaspora etnis niaga dalam jalur perdagangan
Arab menarik untuk dikaji. Bagaimana komoditas rempah-rempah. Adapun
kondisi Manado ketika etnis Arab artikel ini difokuskan pada pembahasan
membentuk komunitas di Keresiden diaspora, migrasi, dan pembentukan
Manado? Bagaimana proses diaspora identitas agama pada etnis Arab di
etnis Arab di Keresiden Manado? Manado.
Mengapa etnis Arab memilih Keresiden Di sisi lain, Berg tidak banyak
Manado? mencatatkan mengenai peran orang-
Kajian mengenai keberadaan orang Arab di Manado dan hanya
orang-orang Arab di Manado, menuliskan jumlah kuantitas orang
khususnya yang berkaitan dengan Arab, tanpa memberikan penjelasan
aktivitas mereka selama abad ke-19 yang berarti kecuali sebagai pedagang.
ternyata masih kurang. Sumber yang Padahal apabila merujuk pada kondisi
dapat dijadikan sebagai tinjauan masyarakat di Manado pada abad
pustaka untuk melihat keberadaan ke-19, kawasan tersebut cukup ramai
orang Arab di Manado dapat ditemukan dan kompleks untuk didiami sebagai
melalui tulisan Graafland (1991), daerah penghubung rempah-rempah
Lapian (2009), Moelsbergen (1928), dan komoditas lainnya. Di sisi lain,
Berg (2010), serta Azis (2019). Manado tidak hanya sebagai daerah
Berg (2010) menunjukkan bahwa penghubung niaga, tapi juga sebagai
orang Arab di Nusantara mampu kawasan terbuka untuk para pendatang
menunjukkan bahwa peran dan yang dibuktikan melalui munculnya
pengaruh orang-orang Arab di kelompok etnis yang berperan di
Nusantara cukup besar, terutama dalam Manado pada akhir abad ke-19 sampai
proses diaspora, relasi, hingga niaga awal abad ke-20. Oleh karena itu,
pada abad ke-19 M. Graafland, penulis kemudian berupaya untuk
Lapian, hingga Moelsbergen hanya mendeskripsikan kembali orang-orang
menunjukkan bahwa orang-orang Arab Arab melalui proses diaspora hingga
pada masa itu disebut aktif sebagai pembentukan identitas etnis pada akhir
pedagang semata dengan membuat abad ke-19.
permukiman sementara di pesisir Teluk Kajian dari Safran (1991:97)
Manado hingga Sungai Tondano. Tetapi mengenai diaspora menarik untuk
dari beberapa kajian di atas tidak menunjukkan aktivitas orang-orang
satupun yang mengkaji secara khusus Arab di Manado. Diaspora yang

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 67
dimaknai sebagai sebuah proses untuk dalam tulisan ini. Beberapa sumber
membangun, membentuk, dan mem- yang membahas orang-orang Arab
pertahankan keberadaan melalui dipilah dan dipilih untuk memperoleh
aktivitas berpindah dengan tujuan data rekonstruksi peristiwa yang
memperoleh tempat baru yang nyaman berkaitan dengannya, baik berupa
dan aman. Di sisi lain, diaspora juga laporan pemerintah Belanda, dan
sebuah usaha untuk mentransmisikan buku-buku. Interpretasi singkat dari
kebudayaan melalui asimilasi dan data yang diperoleh dengan diperkuat
akulturasi antar-masyarakat. Bahkan analisa-deskriptif untuk membangun
lebih jauh, diaspora memperkuat sebuah deskripsi sejarah sebelum
hubungan, relasi, dan jejaring antara adanya penulisan atau historiografi.
daerah asal dan tempat tujuan. Selain Dengan demikian, setidaknya kita dapat
Safran, Cohen, dalam Santoso (2014:4) melihat kembali proses awal dari
mengungkapkan bahwa diaspora keberadaan orang Arab di Nusantara,
berimplikasi timbal-balik bagi khususnya di Manado, sebagai sebuah
masyarakat. Proses ini merupakan kesinambungan sejarah dan juga
bagian panjang dalam aktivitas rekonstruksi aktivitas perdagangan
masyarakat yang berpindah, hingga maritim yang selama ini diketahui
menjadi satu “bagian” masyarakat. sebagai daerah penghasil rempah
Meskipun tidak dapat digeneralisasi, terbaik di dunia.
diaspora juga berdampak pada proses Penelitian ini menggunakan
migrasi penduduk, seperti yang metode penelitan sejarah yang terdiri
dilakukan oleh orang-orang Arab di atas empat tahapan: heuristik, kritik
Manado, melalui relasi dan jejaring sumber atau verifikasi, interpretasi, dan
niaga. Rempah-rempah dan komoditas historiografi (Abdurrahman 2007:63,
niaga menjadi penghubung dari adanya Kuntowijoyo 2005:90).
dispora yang terjadi dan faktor Tahapan pertama, heuristik,
keterbukaan masyarakat juga yang dilakukan dengan mengumpulkan
membuat orang-orang Arab tetap berbagai macam sumber literatur, baik
bertahan di Manado. buku, laporan perjalanan, bahkan
tulisan-tulisan lepas yang diperoleh dari
B. METODE beberapa perpustakaan, terutama dari
Metode sejarah digunakan dalam Pepustakaan Universitas Islam Negeri
merekonstruksi orang-orang Arab di (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Manado pada tahun 1899 M. Aktivitas Perpustakaan Universitas Gadjah
orang-orang Arab tergolong aktif dan Mada (UGM) Yogyakarta, Arsip
masif masuk ke Nusantara sampai Nasional Republik Indonesia (ANRI),
abad ke-19 M. Pengumpulan data Perpustakaan Balai Pelestarian Nilai
menggunakan sumber literatur yang Budaya (BPNB) Sulawesi Utara, dan
berikatan dengan tema yang disajikan Arsip Sulawesi di Makassar. Di sisi lain,

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
68 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

penulis juga memanfaatkan beberapa tahun 2019 yang berjudul “Diaspora


website jurnal www.researchgate.net, dan Perdagangan Maritim Komunitas
www.garuda.ristekbin.go.id, dan Arab di Bandar Manado 1888-1900 M”.
aplikasi mendeley, serta menggunakan Kedua wilayah dalam tulisan ini saling
satu sumber dari surat kabar kolonial berkaitan di mana Gorontalo dan
seperti Soerabaijasch-handeslblad. Manado menjadi kawasan penghubung
Tahapan kedua adalah kritik dan penyuplai komoditas, terutama
sumber atau verifikasi. Dalam tahapan beras, kelapa, dan kopra, yang
ini dilakukan seleksi data yang sesuai dijalankan oleh beberapa pedagang
dengan topik penelitian. Untuk sumber pengusaha Arab. Pengaruh pedagang
utama, penulis melakukan seleksi etnis Arab baik di Gorontalo dan
terhadap beberapa arsip yang Manado mempercepat terjadinya
diterbitkan oleh pemerintah kolonial proses diaspora di kawasan pesisir
yang berhubungan dengan diaspora dan Semenanjung Laut Sulawesi, dan
aktivitas niaga maritim para pedagang secara khusus mereka memilih Manado
Arab di Semenanjung Laut Sulawesi, karena lebih dekat dengan Maluku,
khususnya di Keresidenan Manado. sedangkan yang lainnya menganggap
Untuk data pendukung, penulis Manado sebagai wilayah yang mampu
menggunakan buku-buku yang memproduksi komoditas dengan harga
diterbitkan dan jurnal penelitian yang yang terjangkau. Proses inilah yang
membahas situasi dan keadaan pada menunjukkan bahwa terjadi relasi dan
masa itu. integrasi ekonomi maritim di kawasan
Tahapan ketiga, interpretasi, timur Nusantara, khususnya Pulau
dilakukan setelah seleksi. Upaya yang Sulawesi.
dilakukan ialah melihat kembali
korelasi dan hubungan antara sumber C. HASIL DAN BAHASAN
sejarah yang diperoleh dengan konteks Nusantara di masa lalu dikenal sebagai
peristiwa sejarah pada masa itu. daerah yang majemuk dan menjunjung
Tahap keempat adalah tinggi pluralisme. Pluralisasi terjadi
historiografi. Tahapan ini adalah dalam masa yang panjang dengan
tahapan penulisan karya sejarah masuknya berbagai macam pendatang,
sebagaimana yang tertuang dalam t e ru t a m a d ari l at a r b e l ak a n g
jurnal ilmiah ini. keagamaan, hingga menghasilkan
Kajian ini merupakan pengem- keragaman budaya. Di masa sekarang,
bangan ide dari kerja lapangan penulis keragaman tersebut kembali diper-
yang dilakukan pada tahun 2017 tanyakan melalui konflik identitas dan
dengan judul “Arab-Gorontalo: Sebuah konflik keagamaan. Catatan tersebut
Sketsa Awal Masyarakat Arab di kembali membuka pengalaman sejarah
Gorontalo Abad XIX-XX M” dan juga di masa lalu, terutama di kawasan
tesis penulis yang dikerjakan pada Manado. Etnis Minahasa lebih

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 69
banyak mendiami daratan wilayah oleh pemerintah kolonial yang dikenal
Manado. Hal ini tidak lepas dari proses dengan nama Keresidenan Manado.
panjang sejarah dalam menyatukan Dalam arus sejarah yang
sub-suku yang mendiami daratan berkembang, Manado mengalami
Manado (Moelsbergen 1928:53). dinamika yang cukup masif. Kawasan
Meski demikian, daratan Manado ini tidak hanya dikenal sebagai bandar
tidak menganut sistem pemerintahan dan pelabuhan transit, namun sebagai
kerajaan, melainkan sistem melting pot bagi para pedagang dari
pemerintahan yang terbuka. Prinsip berbagai etnis. Manado yang dikenal
pemerintahan yang dimaksudkan di sini sebagai bandar niaga maritim, menarik
mengacu pada penyatuan kelompok- para pedagang dari berbagi etnis dan
kelompok yang terpisah secara kultural, identitas agama mengisi ruang tersebut.
linguistik, menjadi ‘satu’ kesatuan Lebih khusus bagi para pedagang Arab
identitas. Dalam catatan sejarah, Heeres yang terlibat langsung dalam aktivitas
dan Stapel (1934:173) menulis bahwa distribusi, produksi, hingga konsumsi
terdapat 23 walak yang ditunjuk oleh komoditas. Artinya, mereka juga
masyarakat etnis sebagai ‘wakil’ di memenuhi kebutuhan permintaan dan
daratan Minahasa, dan juga Manado, penawaran dalam aktivitas niaga
yang melakukan perjanjian dengan maritim dalam jejaring rempah-rempah
VOC pada tahun 1679. Dalam catatan dari dan ke Maluku.
lain menuliskan bahwa sikap egaliter Pada periode abad ke-19, Manado
yang dipraktikkan di Manado adalah lebih dikenal sebagai bandar niaga
sebuah sistem pemerintahan tradisional milik pemerintah kolonial yang
yang terkandung dalam makna kata ditunjuk sebagai pelabuhan perantara
“Minahasa”. Minahasa adalah simbol pada tahun 1848. Penunjukan ini tidak
suara rakyat dari penyatuan wilayah lepas dari wilayah Manado yang
(Henley 1996:23, Supit 1988:141). strategis sebagai pelabuhan
Di masa kini, Manado menjadi ibu penghubung, bahkan sebagai pelabuhan
kota pemerintahan Sulawesi Utara penyalur komoditas, terutama beras,
yang mana di dalamnya merupakan kelapa, kopra, dan hasil laut. Usaha
sekumpulan etnis utama di Indonesia pemerintah kolonial atas bandar
seperti Minahasa, Bolaang, Manado berdampak positif terutama
Mongondow, Sangihe, dan Talaud. banyaknya pedagang yang datang
Manado menjadi titik sentral dalam mengunjungi Manado untuk sekedar
pergerakan sejarah di Minahasa, sebab berniaga atau mengumpulkan
kawasan tersebut merupakan pusat komoditas yang banyak dihasilkan di
aktivitas, ekonomi dan pemerintahan. Manado. Salah satu pedagang yang
Wilayah Manado, dahulunya merupa- terlibat aktif dalam kegiatan tersebut
kan pusat pemerintahan yang dibentuk adalah para pedagang Arab yang rutin
mengunjungi Manado dalam setiap

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
70 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

pelayarannya. Bahkan beberapa di dan kehidupan sosial mereka justru


antara pedagang Arab tersebut memilih memberikan implikasi baik bagi
untuk berdiaspora dan migrasi ke pertumbuhan dan perkembangan
Manado karena alasan keuntungan Manado pada akhir abad ke-19 hingga
ekonomi. awal abad ke-20. Untuk itu dalam
Namun usaha tersebut tidak dapat kajian ini pembahasan difokuskan pada
berjalan dengan baik meskipun diaspora, migrasi, dan pembentukan
memberikan keuntungan bagi para identitas etnis Arab yang terjadi di
pedagang Arab yang ada di Manado. Manado. Pembahasan ini menguraikan
Beberapa kebijakan pemerintah proses sejarah yang diawali dengan
kolonial dalam aspek ekonomi, politik, melihat kembali Manado pada periode
hingga sosial berdampak besar dalam abad ke-19 dalam jejaring niaga
kehidupan para pedagang etnis Arab maritim dan jalur rempah-rempah,
yang ada di Manado. Pada bidang proses diaspora dan migrasi para
ekonomi, kebijakan zeebrief dan pedagang Arab ke Manado, aktivitas
jaarpas memberikan kerugian secara niaga dan relasi yang terjadi, serta
ekonomi bagi para pedagang Arab menunjukkan awal pembentukan
apabila ingin berniaga di Manado. Pada identitas masyarakat Arab di Manado
bidang politik, mereka harus mengikuti pada awal abad ke-20.
kebijakan politik yang dikeluarkan oleh
pemerintah kolonial yang ada di 1. Manado dan Pedagang Arab
Manado. Sedangkan pada bidang sosial, Menjelang Akhir Abad ke-19
klasifikasi kelas menjadi hal yang Lapian (2009) mengungkapkan Laut
paling menonjol dalam kehidupan Sulawesi sebagai jalur penghubung
sosial para pedagang etnis Arab. Oleh antara Sulu-Maluku-Makassar dalam
karena itu, para pedagang etnis Arab jalur utama perniagaan pada abad
yang terlibat dalam aktivitas niaga ke-16 M sampai abad ke-19 M. Posisi
maritim dalam jejaring rempah-rempah ini sebagai poros yang mampu
di Manado memilih untuk tetap mengumpulkan berbagai macam
mengikuti kebijakan yang diterapkan komoditas di kawasan pesisir Manado.
oleh pemerintah kolonial agar dapat Praktik niaga di Manado juga
bertahan. Di samping itu pula, mereka melibatkan para pedagang Arab dalam
juga menjalin relasi dengan pemerintah jejaring Philip Channel yang terhubung
kolonial dalam urusan distribusi, dan dengan bandar Singapura, Sulu, dan
produksi komoditas. Maluku (Broschberg 2017: 385).
Usaha ini ternyata berdampak pada Catatan ini diperkuat melalui aktivitas
sisi yang lain bagi para pedagang etnis niaga yang terjadi di Manado. Laporan
Arab di Manado. Mereka tidak banyak dari keputusan Gubernur Jenderal van
terlibat dalam persoalan politik di der Capellen tertanggal 14 Juni 1824,
Manado, namun dalam urusan ekonomi No. 10 (Staatsblad 28a) menunjukkan

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 71
bahwa Laut Sulawesi, terutama diatur dalam distribusi perdagangan,
Manado, memiliki posisi penting bagi termasuk dalam dokumen pajak, dan
pemerintah kolonial. Salah satu bunyi dokumen distribusi komoditas yang
kebijakan tersebut menempatkan merujuk pada jaarpas dan zeebrief
Manado sebagai keresidenan yang (Sulistiyono 1997:212-213). Kalangan
dikenal dengan nama Residentie van pedagang Arab pada saat itu
Menado (Besluit No. 10; Staatblaad dibebankan pajak berlayar dan
28a/16 Juni 1824). Manado sebagai berniaga. Akibatnya pada abad ke-19
pusat pemerintahan, dan ekonomi yang mereka banyak bergantung pada
kemudian pada tahun 1856 M syahbandar dan luitenant Arab yang
kebijakan tersebut diperbarui dan menjabat di Keresidenan Manado pada
memosisikan Manado sebagai ibu masa itu.
kota keresidenan (Milone 1996:11). Terbukanya Manado sebagai
Akibatnya, pusat pemerintahan dan bandar niaga, kemudian berdampak
ekonomi berada di pesisir Manado, pada ramainya jalur dan jejaring niaga,
hingga Manado ditunjuk sebagai hingga terjadinya diaspora dan migrasi
kota niaga. Beberapa komoditas penduduk. Salah satu kelompok yang
utama seperti pala, cengkih, beras, merasakan dampak dari keterbukaan
kelapa, kopra, dan hasil laut juga Manado sebagai bandar niaga adalah
mengintegrasikan orang-orang Arab di para pedagang etnis Arab. Mereka
berbagai wilayah (Hamid 2015:190), terlibat secara rutin berkunjung ke
termasuk Manado. Manado untuk membeli komoditas
Sejak keputusan penunjukan rempah-rempah. Kedatangan mereka
Manado sebagai ibu kota keresidenan tidak lepas dari jalur niaga yang mereka
berlaku, wilayah Manado secara tidak lalui seperti Gorontalo dan Teluk
langsung berada di bawah hegemoni Tomini (Hasanuddin 2014). Bahkan
kolonial. Keputusan ini memiliki tujuan beberapa pedagang di antara mereka
di antaranya mengurangi peran para juga datang melalui Ternate dan
pelaku niaga di bandar Manado, Kema (Azis 2017: 49). Manado yang
termasuk peran para pedagang Arab. pada saat itu telah menjadi wilayah
Namun hal tersebut tidak berjalan taklukkan pemerintah kolonial dan
dengan baik, meski pemerintah ditunjuk sebagai pusat pemerintahan
kolonial menerapkan kebijakan jaarpas administratif di Semenanjung utara
dan zeebrief dalam aktivitas distribusi Laut Sulawesi (Ulaen 2018:38).
dan suplai komoditas, terutama beras Keuntungan bagi Manado, tidak hanya
pada tahun 1847 (Surat Keputusan sebagai pusat pemerintahan, namun
Gubernur Jenderal No. 32, 27 April juga sebagai pusat perekonomian di
1847). Salah satu bukti pemberlakuan kawasan Laut Sulawesi. Menariknya,
pajak tersebut tertuang dalam beberapa pedagang, termasuk Arab,
pengangkutan komoditas beras yang memanfaatkan posisi Manado untuk

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
72 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

memperoleh keuntungan melalui pendekatan keagamaan, namun dengan


aktivitas niaga maritim. menggunakan pendekatan ekonomi.
Catatan keberadaan orang Timur Tercatat pada akhir abad ke-19. Mereka
Asing dari tahun 1568-1930, khususnya mampu memanfaatkan ruang niaga
Arab dan Cina, secara keseluruhan untuk membangun sebuah kawasan
mencapai 25.000 jiwa (Henley permukiman sederhana di kawasan
2005:168-171). Mereka kebanyakan pesisir pantai Manado. Bahkan lambat
pedagang yang membawa kapal dengan laun mereka menjadi penduduk urban
tonase sekitar 10 ton. Beberapa di di Manado yang mampu berbaur
antara mereka juga menjadi perantara, dengan penduduk pribumi dan
dan pemilik modal (Henley 2005:87). pendatang lainnya melalui praktik
Mereka datang melalui jalur niaga niaga yang dijalankannya.
hingga tiba di pesisir Manado. Mereka Meski demikian, mereka
juga datang membawa komoditas, mengalami perubahan pola dan alur
seperti kain, yang ditukar dengan niaga. Ruang bagi mereka, dalam arti
beras atau kelapa. Mereka tidak hanya politis, untuk berniaga dipersempit,
mengunjungi dan mengumpulkan sedangkan komoditas yang mereka
komoditas di Manado, namun juga harus distribusikan ke Manado terbatas
membeli komoditas lainnya di kawasan dengan alasan untuk memenuhi
bandar niaga internasional (Vickers kebutuhan rempah-rempah di Manado,
2013:20). dan juga menutupi kerugian akibat
Ketika para pedagang Arab tiba di utang kolonial (Vlekke 2016:273). Pada
Manado, mereka membeli komoditas praktiknya, kebijakan ini berhasil
beras, dan juga menjalin hubungan diterapkan di Manado, sehingga para
niaga dengan penduduk pribumi. Pada pedagang Arab hanya diberikan
awalnya hubungan keduanya adalah kebebasan membawa kapal dengan
pembeli dan penjual, namun lambat tonase sekitar 200-600 ton dalam sekali
laun mereka menjalin relasi intensif perjalanannya. Artinya, kapal yang
hingga menjadi partner niaga. Melalui mereka gunakan untuk mengangkut
hal tersebut para pedagang Arab komoditas tidak bisa melebihi kapal
membangun sebuah kekuatan ekonomi uap milik pemerintah kolonial. Pun
di Manado yang tidak hanya terlibat dengan persoalan pembayaran pajak
dalam hubungan pertukaran dan jual pelayaran yang ditetapkan oleh
beli komoditas, namun juga perlahan- pemerintah kolonial yang mencapai
lahan melakukan diaspora dan migrasi. sekitar f 40 dalam setahun.
Keberadaan mereka di Manado Adapun kebijakan yang berlaku
berimplikasi pada dua hal yakni tersebut tidak berdampak signifikan
aktivitas ekonomi, dan aktivitas sosial. untuk para pedagang Arab. Beban pajak
Para pedagang Arab memperoleh ruang yang mereka bayarkan kepada
di Manado tidak dengan memanfaatkan pemerintah kolonial setiap tahunnya

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 73
yang berkisar 20-40% dari pendapatan di Manado tidak membuat pedagang
tidak memengaruhi aktivitas niaga Arab berhenti menjalin relasi
mereka di Manado. Mereka tetap dengan penduduk pribumi, dan juga
membeli dan menyuplai komoditas di pemerintah kolonial, meskipun harus
Manado, terutama beberapa komoditas membayar pajak yang cukup besar.
terutama beras dan kopi yang dibawa Salah satu bukti bahwa mereka
ke Sumatra, Jawa, hingga Singapura memiliki kontribusi bagi Manado
(Suwondo 1977/1978:77). Di sisi lain, adalah dengan relasi komunal yang
persoalan dan intrik agama menjadi terjalin, kemudian pembangunan
penghalang utama antara pedagang infrastruktur dalam memudahkan
Arab dan Belanda untuk menemui akomodasi dan perpindahan komoditas
kata sepakat. Akibatnya, mereka di daratan, hingga terbentuknya pasar
terpaksa memosisikan dirinya sebagai niaga yang menjadi pusat penjualan
perantara perniagaan di Manado (Azis komoditas di pesisir Manado
2019:102). Meskipun demikian, para (Graafland 1991:15).
pedagang Arab terlihat memiliki peran
berbeda ketika berada di Manado. 2. Diaspora, Migrasi, dan Jejaring
Mereka tidak banyak terlibat dalam Niaga Maritim: Kasus Arab di
proses penyebaran dan intrik agama, Manado Akhir Abad ke-19
sehingga mereka mampu menjaga Posisi Manado yang masuk dalam
posisinya sebagai pelaku niaga. bagian heartsea di kawasan Timur
Diangkatnya seorang controleur, menarik perhatian pedagang Arab.
dan walak1 yang bertugas mengatur Catatan terdahulu memperkuat kondisi
jalannya pemerintahan dan pengumpul- Manado yang mana kawasan ini
an pajak adalah bukti Manado mampu mampu memproduksi beras dengan
menjadi pusat ekonomi di kawasan nilai jual tinggi (Moelsbergen 1928:8;
Laut Sulawesi (ANRI 1971:45). Wigboldus 1987:67; Graafland 1989:2).
Sedangkan bagi orang-orang Arab, Selain itu, mereka juga menjual karet,
penunjukan luitenant Arab menegaskan hasil hutan, dan hasil laut kepada para
posisi mereka di Manado sebagai salah pedagang Eropa dan Cina melalui
satu etnis yang dibutuhkan bagi jaringan yang sudah dibangun pada
pemerintah kolonial pada akhir abad masa lalu (Kaptein 2017).
ke-19. Lancarnya aktivitas mereka Diaspora Arab di Manado diawali
dari poros niaga rempah-rempah yang
mana Manado termasuk dalam
1
Controleur atau asisten residen bertugas kawasan entrepot dan melting point
sebagai pejabat pemerintah Hindia Belanda
yang bertugas mengawasi aktivitas politik dan perniagaan. Mereka berdiaspora karena
ekonomi para penduduk dan pendatang. Dan ketertarikan dan keterikatan terhadap
walak bertugas sebagai pengatur jalannya komoditas beras, kopi, dan rempah-
pemerintahan di wilayah-wilayah kecil yang
ada di bawah pengawasan controleur. rempah. Mereka menjalin relasi dengan

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
74 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

penduduk dan penguasa lokal untuk 1874 dan 1877), dari pembukaan
jalur distribusi komoditas (Taulu perusahaan tersebut berdampak pada
1977:1-3). Selain sebagai pedagang, keuntungan pedagang Arab di Manado
mereka juga memiliki keahlian seperti tahun 1899 yang mencapai keuntungan
pertukangan. Mereka datang bersamaan f 17,5 setiap tonnya (Asba 2007:151).
dengan para pedagang dari Ternate Menariknya, seorang pedagang
dan Maluku dan juga orang Cina Arab mampu menjadi navigator yang
serta Bugis-Makassar (Taulu 1977:3). berlayar di kawasan Laut Sulawesi
Dampak hegemoni politik antara dengan membawa beberapa komoditas,
Belan d a-M akas s ar-Am bo n ju ga terutama budak (Inventaris Arsip
semakin mempercepat proses per- Gorontalo1810-1865). Bahkan sebuah
pindahan mereka ke kawasan pesisir, perusahaan milik Syaikh Sa’id
termasuk di Manado. Abdallah bin Adilla ini mendapatkan
Proses diaspora Arab di Manado izin belayar dan berniaga dari
mengalami peningkatan menjelang pemerintah kolonial untuk beroperasi
tahun 1900. Mereka menjadikan di antara Maluku, Manado, dan
Manado sebagai tujuan karena Singapura. Perusahaan tersebut
wilayah tersebut cukup aman dan menggunakan kapal uap untuk
menguntungkan baginya. Terbukti mengangkut komoditas cengkih dari
ketika seorang pedagang Arab yang Maluku yang menyinggahi Manado
singgah ke Manado untuk membeli dan melanjutkannya ke Singapura
komoditas di kawasan pesisir Manado, (Clarence-Smith, 1998: 40).
setelah dari Maluku. Mereka tertarik Pengangkatan seorang penasihat
dengan produksi komoditas kopi, dari kalangan Arab pada tahun 1891,
dan juga hasil bumi yang mampu Sayyid Utsman bin Yahya, memperkuat
dipasarkan di Singapura dan kawasan posisi etnis Arab di Nusantara
lainnya (Taulu 1977:8). (Steenbrink 2017:137-138). Mereka
Mereka datang menggunakan alat bergerak lebih leluasa untuk berdagang
transportasi tradisional. Kapal-kapal dan berniaga, meski di satu sisi
layar tradisional seperti palari, terjadi penekanan dalam persoalan dan
padewakang, kora-kora, sapit, lipa, intrik agama. Pengangkatan tersebut
dan vinta terlihat lalu lalang di bandar bertujuan untuk menghindari terjadinya
Manado sampai akhir abad ke-19 M. pemberontakan dan perlawanan dari
Haji Oemar seorang pedagang yang kalangan etnis Arab dengan alasan
terlibat dalam jejaring perdagangan kedekatan ideologi agama dengan
internasional menggunakan kapal penduduk pribumi.
padewakang. Terbukanya perusahaan Di sisi lain, pandangan stereotipe
dagang semakin membuka ruang terhadap orang-orang Arab justru
diaspora melalui perusahaan Firma berdampak pada kondisi cepatnya
Reiss & Co (ANRI, No. 31, Bundel 53, proses diaspora dan migrasi para

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 75
pedagang Arab di Nusantara, termasuk Kampung Arab berbeda dengan
di Manado. Van den Berg (2010:152) Kampung Islam, dalam konteks politik
mencatatkan bahwa selain proses niaga, yang dibangun oleh pemerintah
faktor pendidikan juga memengaruhi kolonial di Manado. Mereka dipisahkan
proses diaspora dan migrasi orang- untuk memudahkan kontrol pemerintah
orang Arab di berbagai kawasan di atas aktivitas yang dilakukan para
Nusantara. Beberapa di antara mereka pedagang dan pelaku niaga di kawasan
ikut berniaga dan juga menyiarkan pesisir Manado (Parengkuan 1983:29-
ajaran Islam pada penduduk pribumi. 30). Pada sekitar tahun 1890 menjadi
Namun kondisi ini berbeda dengan titik balik masyarakat di sekitar
yang terjadi di Manado. Mereka justru pelabuhan Manado, termasuk Arab.
banyak terlibat dalam poros niaga, dan Pembangunan kota kolonial di Manado
tidak terlibat langsung dalam aktivitas yang berciri khas dengan benteng
politik. sebagai pusatnya menempatkan orang-
Pengasingan seorang tokoh dari orang asing, baik Arab dan Cina, berada
Palembang, Sayyid Abdullah Assegaf, di sisi timur benteng. Sedangkan untuk
pada tahun 1881 menjadi catatan penduduk pribumi berada di sebelah
tersendiri dalam keberadaan orang selatan yang tidak melewati dengan
Arab di Manado. Tokoh tersebut batas benteng milik Belanda. Etnik
diasingkan karena perlawanan terhadap Arab lebih dekat dengan masyarakat
pemerintah kolonial, namun di Manado Muslim dari daerah lain di Nusantara.
dia dikenal sebagai seorang pengajar Kedekatan tata kota ini untuk
yang menyiarkan Islam, terutama di memudahkan pemerintah Belanda
distrik Tondano (Bizawie 2016:480). dalam mengontrol para pendatang. Bagi
Dampak dari pengasingan tersebut umat Islam, hal itu adalah sebuah
memperkuat posisi orang-orang Arab. keuntungan karena jalan setapak yang
Beberapa pedagang Arab memperoleh berdekatan, bangunan ibadah pun tidak
ruang niaga yang terbuka dengan jauh dari sekitar permukiman tersebut.
penduduk pribumi di Manado dan juga Seperti Kampung Arab yang berdekatan
Minahasa. Bahkan mereka lebih dengan Kampung Islam di Manado di
banyak dikenal berprofesi sebagai mana tata letaknya berdampingan dan
pedagang yang juga menyiarkan Islam juga dipusatkan pada satu tempat
(Babcock1989:284). Bukti lain dari ibadah, masjid, yang berada di sisi
keberadaan mereka di Manado ialah pantai waktu itu.
berdirinya Kampung Arab di pesisir
Manado. Konteks ruang yang 3. Etnis Arab Manado Akhir Abad
mengindikasikan bahwa kekuatan ke-19 M: Komoditas dan Lahan
ekonomi mampu menjadi salah satu Menjelang tahun 1899 M eksploitasi
faktor kesuksesan diaspora dan migrasi lahan semakin meningkat. Komoditas
dalam poros jejaring maritim. yang diproduksi di Manado juga

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
76 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

semakin banyak, terutama kelapa dan usaha ekonominya dengan menjadi


kopra. Di Manado terdapat dua jenis pemilik lahan. Pada kasus kawasan
lahan yang dimaksimalkan yakni pasini Keresidenan Manado, pedagang Arab
dan kalakeran. Pasini dan kalakeran bernama al-Hasni menjadi pemilik
berbeda fungsi dalam produksi lahan kelapa yang diperoleh dari
komoditas beras, kopi, dan kelapa pada memberikan pinjaman modal kepada
periode tahun 1890 M (Ulaen 2018:40). penduduk pribumi. Bahkan seorang
Tanah pasini merupakan lahan garapan pedagang Arab bernama Syarif Ali
yang diolah sendiri oleh pemilik lahan, menjadi pedagang keliling yang
sedangkan untuk tanah kalakeran lahan menjual beberapa kebutuhan sehari-
yang dioleh oleh komunal dan milik hari hingga membuka toko di sekitar
pemerintah dan biasanya diawasi oleh pesisir Manado. Ada juga yang menjadi
seorang kepala walak atau wijkmeester pendidik atau pemuka agama ketika
(Azis 2019:80). Pengolahan lahan pada ajaran Islam semakin kuat di Gorontalo
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 (Azis 2019:66).
berorientasi pada sawah dan ladang Para pedagang Arab juga menjadi
yang menghasilkan komoditas beras pemberi modal di Manado untuk
(Henley 2005:526). mengolah lahan, terutama pada lahan
Pengolahan tersebut berdampak perkebunan kelapa. Beberapa di antara
pada hasil produksi di Manado, yang pedagang Arab, seperti al-Hasni,
juga berdampak pada peningkatan Baadillah, dan al-Husni, dikenal
aktivitas ekonominya. Tidak hanya sebagai orang kaya yang berniaga di
beras, kopi juga kembali diperdagang- Manado. Ketiganya sering memberikan
kan meski mengalami penolakan oleh pinjaman kepada penduduk pribumi
penduduk pribumi karena sistem kerja untuk mengolah lahan perkebunan
dan suplai komoditas yang dimonopoli kelapa dengan jaminan lahan tersebut.
oleh Belanda. Meskipun demikian, Apabila utang tersebut tidak dapat
Schouten (1998:58) melaporkan bahwa dilunasi dan dibayarkan, maka lahan
terjadi penyelundupan kopi yang tersebut otomatis menjadi milik
dilakukan oleh penduduk pribumi pemberi modal atau hutang. Hal ini
untuk memenuhi kebutuhan pedagang diperkuat melalui status kepemilikan
Arab. Bagi pedagang Arab keuntungan lahan dan tanah yang berpindah tangan
yang diperoleh dari menjual komoditas ke beberapa pemilik modal, terutama
kopi mencapai f 25 setiap dari kalangan etnis Arab. Namun
pikulnya (Soerabaijasch-Handelsblad 8 karena Manado dan Minahasa menjadi
september 1893). daerah yang diatur langsung oleh
Bahkan beberapa diantaranya juga pemerintah kolonial. Akibatnya,
tidak hanya berusaha mengumpulkan beberapa kepemilikan lahan beralih
komoditas, namun juga meningkatkan

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 77
status, sehingga status tanah legal milik Di sisi lain, hubungan mereka
pribumi dan sekelompok burgers dengan penduduk pribumi berjalan
(borgo) 2 yang dieksploitasi untuk lancar, meskipun harga komoditas
kepentingan pemerintah kolonial mengalami peningkatan. Suplai
(Wiersma 1880:820-823). komoditas secara rutin dilakukan, dan
Aktivitas dan pola niaga di Manado di sisi lain mereka memerlukan
perlahan berubah. Bagi kalangan Arab penyesuaian harga di pasar lokal.
yang beraktivitas niaga di Manado, Akibatnya beberapa di antara mereka
mereka membeli komoditas kepada mengekspor komoditas dalam jumlah
penduduk pribumi dalam jumlah kecil ke Jawa atau ke Ternate melalui
kecil. Bahkan ada juga yang yang pelabuhan Manado (Suwondo 1977/
menyelundupkan kopi karena harga 1978:78).
mahal yang diberikan pemerintah Di saat pola niaga pedagang Arab
kolonial. Hal ini dilakukan untuk mengalami pembatasan yang juga
menutupi kerugian akibat menurunnya diikuti dengan kerugian, maka mereka
produksi komoditas kopi (Schouten lambat laun mencari alternatif untuk
1998:63). mempertahankan keberadaannya. Pola
Beberapa pedagang Arab yang dagang dengan cara berkeliling
sudah menetap di Manado mengalami dilakukan dengan membawa beberapa
pembatasan aktivitas niaga. Mereka kebutuhan sehari-hari, mereka juga
beralih menjadi pemilik lahan dengan perlahan mengalihkan perhatiannya
keuntungan yang diperoleh dari pada aspek pendidikan dan sosial.
distribusi dan suplai komoditas ke Pengangkatan seorang luitenant Arab
beberapa kawasan lain. Mekipun di Manado berperan penting dalam
demikian, mereka tetap terbebani oleh mempertahankan keberadaan orang
pajak besar yang harus disetorkan Arab di Manado. Luitenant Arab yang
kepada pemerintah kolonial di ditunjuk, berperan sebagai pengontrol
Manado. Pembatasan ini berlaku dalam dalam sistem politik, dan juga perantara
peraturan pembatasan kepemilikan niaga bagi pemerintah kolonial. Posisi
lahan, distribusi, dan suplai komoditas, tersebut juga menjadi kekuatan sosial
hingga pengangkutan harus melalui bagi orang-orang Arab di Manado.
persetujuan pemerintah kolonial, Selain sebagai pedagang, beberapa di
sehingga hal tersebut memberatkan antara mereka juga berprofesi sebagai
bagi pedagang Arab yang berniaga di guru dan imam masjid di kalangan
Manado (Crab 1862:53). masyarakat Arab dan muslim Manado.

2
Kelompok burger atau borgo merupakan
istilah yang digunakan oleh pemerintah
kolonial untuk menyebut penduduk campuran
dari berbagai etnis.

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
78 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

4. Orang Arab Manado: Kontinuitas, lembaga al-Khairat di Palu. Mereka


Mobilitas, dan Identitas Awal Abad banyak berguru kepada Sayyid Idrus bin
XX Salim Aljufri pada awal tahun 1900.
Dua tokoh Arab yang tercatat aktif pada Dampaknya semakin terlihat ketika
awal abad ke-20 di Manado adalah Amr lembaga Al-Khairat berdiri di Manado
al Taijb dan Sayid Akhmad bin Alawi pada tahun 1947 dengan salah satu
Alaydrus yang menetap di Kampung tujuan utamanya memperkuat relasi
Islam, pesisir Manado (Algemeen orang-orang Arab di Sulawesi, terutama
Verslag 1868). Mereka tercatat sebagai di Manado (Rasyid et al. 2018).
luitenant Arab yang dipilih oleh Struktur masyarakat yang
pemerintah kolonial. Tujuan utama bertumbuh dan berkembang di Manado
penunjukan tersebut adalah untuk semakin terbuka bersamaan dengan
mengakomodasi aktivitas orang-orang munculnya permukiman di kawasan
Arab dan masyarakat Muslim di pesisir Manado. Para pedagang Arab
Manado. merasakan dampak panjang dari proses
Berdirinya Stad Vlaardingen 3 , perpindahan komoditas. Mereka
perkampungan kolonial, di pesisir yang rutin menyuplai dan membeli
Manado memperkuat posisi pedagang komoditas mampu menarik perhatian
Arab. Orang-orang Arab dikelompok- para penduduk pribumi (Amir dan
kan menjadi satu bagian dengan Utomo 2016:108). Bagi mereka,
penduduk Muslim lainnya. Diangkat- Manado mengalami kemajuan sebagai
nya kepala, kopitein atau luitenant, sentra niaga pada abad ke-20. Bagi
yang kemudian berubah jabatan sebagai pedagang Arab, mereka tidak hanya
wijkmeesteer pada abad ke-20 M sekedar memenuhi konsumsi dan
menjadi bukti peran orang Arab di distribusi ekonomi di sekitar pesisir
Manado (Regerings Almanak 1915; Manado, namun juga memasok ke
Adam 1975:26). kawasan pedalaman di daratan Manado
Posisi orang Arab di Manado dan Minahasa. Munculnya toko-toko
mengalami perkembangan setelah milik pedagang Arab dan Cina yang
pendidikan Islam mulai diperkenalkan. berjejer di sekitar benteng Manado
Orang-orang Arab di Manado banyak menjadi pusat niaga di Manado,
belajar dan menuntut ilmu melalui Aktivitas ini meningkatkan
frekuensi kerja sama antara pedagang
3
Stad Vlaardingen adalah tempat tinggal yang Arab dan penduduk pribumi untuk
dikhususkan untuk orang-orang Belanda menyediakan komoditas. Perputaran
dan keturunannya. Sederhananya, Stad ekonomi yang lancar di Manado
Vlaardingen merupakan kota klolonial yang
dibangun pemerintah kolonial untuk mudah berdampak secara paralel. Para
mengontrol penduduk pribumi dan pendatang pedagang Arab bertahan di Manado
yang beraktivitas di sekitar benteng kolonial. melalui dinamika ekonomi yang relatif
Ciri khas dari Stad Vlaardingen adalah
benteng yang menjadi pusat pemerintahan.

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 79
aktif melalui suplai komoditas yang Beberapa orang Arab dikenal
lancar. sebagai pedagang dan pengusaha.
Di abad ke-20 aspek sosial- Sayyid Abd Al-Rahman bin Syaikh al-
ekonomi bagi pedagang Arab tetap Hasni merupakan saudagar yang
terjalin hubungan dengan penduduk berpengaruh di kawasan Laut Sulawesi.
pribumi di Manado dan Minahasa. Dia tercatat sebagai salah seorang
Hal ini dibuktikan oleh Graafland di yang memiliki saham pada perusahaan
mana orang-orang Arab dan Cina asal Jepang, Celebes Development
hidup berdampingan di Manado Company (Cedeco). Pada tahun
(Graafland 1989:12-13), dan diperkuat berikutnya, dia berhasil mendirikan
melalui permukiman yang tumbuh di Motor Kustvaart Maatshappij,
Manado hingga abad ke-20. Relasi Mokumij, yang memiliki saham sebesar
perekonomian membuat mereka 45% (Purba 2018:45). Di sisi lain,
semakin menguat dengan berdirinya seorang saudagar, bernama al-Habsyi
sebanyak 47 titik pasar pada tahun 1901 merupakan aktor kesuksesan orang
dengan Manado sebagai pusat niaga, Arab di kawasan Laut Sulawesi dan
serta pedagang Arab sebagai penyuplai Maluku yang rutin menyuplai dan
komoditas (Tumbel 1996:2). membeli komoditas dari Manado.
Koloni dan pembentukan identitas Puncaknya aktivitas ekonomi
komunal orang Arab seringkali mampu mendorong posisi orang Arab
berdasarkan pada aktivitas ekonomi- di Manado pada abad ke-20 mereka
nya. Beberapa saudagar Arab menjalin tidak hanya sebagai pelaku niaga
hubungan baik dengan para pedagang namun juga bertahan di Manado dengan
lokal, Eropa dan Cina, namun ada status quo sebagai pendidik dan
juga yang terlibat konflik politik pengajar agama Islam. Poros ekonomi
dengan pemerintah kolonial, sehingga yang mereka bentuk tidak lagi terlihat
beberapa orang Arab mendapatkan dengan jelas, sehingga mereka dikenal
perlakukan “khusus”. Seperti Sayyid sebagai pedagang yang juga memiliki
Muhammad bin Abu Bakar Aidid yang profesi lain seperti guru, penghulu,
dengan sukarela menerima pengaruh dan kadi (Endt 1936:11; Makkelo
politik Belanda dengan memahami 2010:99). Sebagaimana yang dilapor-
posisi pemerintah Gubernur Jenderal kan oleh Alting menyebutkan guru
Belanda yang berada di Buitenzorg, agama, termasuk orang-orang Arab,
Bogor. Sayid Syaikh bin Ahmad di Minahasa dan Manado harus
Bafaqih yang bekerja sama dengan mendapatkan persetujuan dari Belanda
Sultan Sumenep, Sultan Paku Ningrat, seperti Lawangirung, Banjer, dan
dalam memajukan kebudayaan dan Sonder (Alting 1902:146-149).
tradisi orang Arab di Sumenep (Berg
2010:108).

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
80 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

Kondisi tersebut memengaruhi Manado diubah menjadi gementee di


praktik kebudayaan masyarakat Arab. tahun 1919 (MvO, A. Ph. Van Aken,
Representasi orang Arab di Manado 1932, Koleksi Nan No. 306).
mengikuti konteks sosial masyarakat. Dunia pendidikan orang Arab di
Van Aken menyebutnya sebagai Manado berpengaruh pada perkem-
anomali orang Arab yang mampu bangan lembaga pendidikan Al-Khairat
bertahan dalam jumlah minoritas. di Palu. Mereka memilih Al-Khairat
Mereka menyatu dengan penduduk sebab model pendidikan yang ideal bagi
pribumi yang menunjukkan cinta, mereka. Tradisi keislaman dipertahan-
kasih, damai, dan ramah antar- kan dengan baik, dan juga menjadi
penduduk. Walau demikian, beberapa rujukan bagi orang-orang Arab di
orang masih dianggap sebagai Manado dalam dunia pendidikan Islam
kelompok Islam yang mampu di daratan Sulawesi (Jumat 2012:104).
memberikan ancaman dan rawan Persebaran orang Asia Timur,
terhadap pemberontakan (MvO, A. Ph. termasuk Cina dan Arab di Manado,
Van Aken, 1932, Koleksi Nan No. 306). melalui catatan Volkstelling 1930
Pada kehidupan pemerintahan hampir mencapai 40% dari jumlah
orang Arab, yang dikelompokkan penduduk keseluruhan dalam Residensi
sebagai Timur Asing mendapatkan satu Manado. Artinya, hampir seluruh
posisi penting pada Dewan Minahasa kawasan pesisir dalam jalur niaga
sebagaimana yang tertuang dalam di kawasan Laut Sulawesi didiami
Staatsblaad 1919 No. 64 jo, 1920 No. oleh para pedagang. Secara
343.4 Dari sini kalangan orang-orang keseluruhan, p e n d u d u k a n o r a n g
Arab dapat menyalurkan aspirasinya Arab dan keturunannya di kawasan ini
mengenai kondisi mereka, meskipun mampu meningkatkan kuantitas
pada praktiknya lebih banyak bersifat penduduk sekitar 3,5% antara tahun
kebijakan struktural semata. Mereka 1885-1930 M (Gunawan 2013).
ditempatkan pada sisi timur Benteng
Amsterdam yang dpimpin oleh seorang D. SIMPULAN
luitenant, Sayyid Habib bin Abdullah Proses sejarah orang-orang Arab masuk
al-Hasni dan mendapatkan ruang bebas ke Nusantara dapat dipilah menjadi tiga
dalam praktek kehidupannya. Tokoh ini unsur yakni, ekonomi, sosial, dan
kepala desa dari kalangan Arab di keagamaan. Keberadaan mereka
Manado sebelum status Keresidenan diawali dari proses diaspora ekonomi
untuk memperoleh komoditas rempah-
rempah. Di sisi lain, mereka menjalin
4
Hal ini berisi mengenai anggota Dewan
Minahasa yang bertugas di Keresidenan relasi untuk kepentingan pendapatan
Manado. Sebanyak 41 orang anggota dengan dalam transaksi komoditas niaga.
rincian diisi 36 dari kalangan pribumi dan 1 Ekspor, impor, dan suplai komoditas
dari Timur Asing, dan 4 orang Eropa. MvO,
van Aken Mei 1932 No. 306. yang rutin membuat mereka melakukan

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 81
perjalanan ke Nusantara, tujuan Orang Arab di Manado mem-
utamanya adalah Maluku. Proses bangun identitas keagamaan dengan
diaspora sederhana karena kondisi cara berbaur dengan penduduk pribumi.
ekonomi dan mencari wilayah subur Mereka bersosialisasi dengan para
untuk memenuhi kebutuhan mereka. penduduk melalui permukiman yang
Secara spesifik, mereka berdiaspora dibangun dan aktivitas niaga yang
untuk kepentingan ekonomi, namun berkembang di sekitar pesisir Manado.
dampaknya ber-langsung pada Dalam konteks diaspora dan migrasi
pembentukan koloni-koloni kecil di orang Arab, relasi harmonis yang terjadi
kawasan strategis. di Manado mengantarkan mereka
Di Manado, para pedagang etnis sebagai kelompok yang diterima di
Arab menjadi pembeli dan penyuplai tengah-tengah Manado. Identitas
komoditas niaga melalui jejaring dan keagamaan yang melekat pada orang
rute niaga maritim. Para pedagang dari Arab di Manado tidak menjadi
etnis Arab membuka ruang niaga penghalang bagi mereka untuk tetap
dengan menjalin relasi dengan bertahan. Tokoh-tokoh Arab berperan
penduduk pribumi. Selain aktif dalam secara sosial untuk memperkuat posisi
jejaring niaga maritim, etnis Arab mereka di Manado. Pada abad ke-20
mampu menjadi penguasa beberapa pengaruh identitas agama tidak banyak
lahan milik pribumi, terutama lahan berpengaruh di Manado, sehingga
perkebunan kelapa dan komoditas mereka mampu menjaga kondisi
kopra. keharmonisan antar-etnis di Manado.
Poros dan aktivitas niaga maritim
berdampak pada proses diaspora dan DAFTAR SUMBER
migrasi serta pembentukan identitas Abdurahman, Dudung. 2007.
agama di Manado pada awal abad Metodologi Penelitian Sejarah.
ke-20. Para pedagang Arab berdiaspora Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
dan migrasi ke Manado melalui
aktivitas ekonomi melalui yang telah Adam, L. 1975. Sistem Pemerintahan
terjalin antara para pedagang etnis di Minahasa. Jakarta: Bhatara.
Arab dan penduduk lokal. Pembukaan
Alting, J. H. Carpentier. 1902. Regeling
ruang meningkatkan intensitas
van het Privaatrecht voor de
hubungan orang Arab dengan kelompok
Inlandsche Bevolking in de
lainnya. Kenyataan sejarah membawa
Minahassa-districten der
keseimbangan dalam relasi sosial di
Residentie Menado, edisi 1.
Manado. Peran orang-orang Arab di
Batavia: Landsdrukkerij.
Manado tidak hanya seputar niaga,
namun pada abad ke-20 juga Anonim. 1893. “Judul Artikel.”
berkontribusi pada kondisi sosial dan Soerabaijasch Handelsblaad, 8
pendidikan bagi masyarakat Manado. September.

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
82 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

Amir, Amrullah dan Bambang Budi Budaya. Yogyakarta. BPNB D. I.


Utomo. 2016. Aspek-aspek Yogyakarta.
Perkembangan Peradaban Islam di
_________. 2019. Diaspora dan
Kawasan Indonesia Timur: Luwu
Perdagangan Maritim Komunitas
dan Maluku. Jakarta: Direktorat
Arab di Bandar Manado (1888-
Sejarah, Kemdikbud.
1900 M). Tesis, Fakultas Adab,
ANRI. Inventaris Arsip Residensi Universitas Islam Negeri (UIN)
Menado 1677-1914 No. 56, Sunan Kalijaga.
Algemeene Verslag 1868.
Azra, Azyumardi. 2013. Jaringan
ANRI, Inventaris Arsip Gorontalo Ulama Timur Tengah dan
1810-1865 No. 6, Algemeen Kepulauan Nusantara Abad XVII
Verslag 1828-1829. dan XVIII. Bandung: Mizan.

ANRI. 1971. Laporan Politik tahun Babcock, Tim. G. 1989. Kampung


1837. Jakarta: ANRI. Jawa Tondano: Religion and
ANRI. 1932. Memorie van Overgave Cultural Identity. Yogyakarta:
(MvO) A. Ph. Van Aken No. 306. Gadjah Mada University Press.

Arsip Nasional Republik Indonesia Bizawie, Zainul Milal. 2016.


(ANRI). Inventaris Arsip Residensi Masterpiece Islam Nusantara:
Menado 1677-1914 No. 53, Sanad Jejaring Ulama-Santri,
Algemeene Verslag 1874-1879. 1830-1945. Tangerang: Pustaka
Compass.
Asba, A. Rasyid. 2007. Kopra
Makassar Perebutan Pusat dan Burhanudin, J. 2014. “Diaspora
Daerah: Kajian Sejarah Ekonomi Hadrami di Nusantara.” Studia
Politik Regional di Indonesia. Islamika 6 (1): hlm. 181-201.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Borchberg, Peter. 2017. “Singapore and
Azis, Muhammad Nur Ichsan. 2017a. its Strait.” Indonesia and the Malay
Pelabuhan Kema dan Jaringan World. 45 (133): hlm. 373-399.
Muslim Nusantara Abad XX.
Yogyakarta: Amara Books. Cabaton, Antoine. 2015. Jawa,
Sumatera & Kepulauan Lain di
________. 2017b. “Arab-Gorontalo: Hindia Belanda. Yogyakarta:
Ruang Perjumpaan Masyarakat Ombak.
Arab di Nusantara Abad XX.”
Prosiding pada Seminar Merajut Cohen, Robert., 2008. Global
Kebhinekaan, Membangun Diaspora: An Introduction, Second
Indonesia: Perspektif Sejarah dan Edition. New York: Routledge.

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 83
Clarence-Smith, William Gervase. Henley, David E. F. 2005. Fertility,
1998. “The Economic Role of the Food, and Fever. Population,
Arab Community in Maluku, 1816- Economy and Environment in
1940.” Indonesia and the Malay North and Central Sulawesi, 1600-
World. 36 (74): hlm. 32-47. 1930. Leiden: KITLV Press.

Ember, Melvin, Carol R. Ember, dan ________. 1996. Nationalism and


Ian Skoggard (ed.). 2005. Regionalism in a Colonial Context:
Encyclopedia of Diasopora: Minahasa in the Dutch East Indies.
Immigrant Refugee Cultures Leiden: KITLV Press.
Around the World, vol. I. USA:
Springer Science and Busines Jumat, Gani. 1992. Nasionalisme
Media, Inc. Ulama: Pemikiran Politik
Kebangsaan Sayyid Idrus bin Salim
Freitag, U. 2009. “Chapter One. al-Jufry, 1896-1969. Jakarta:
Reflections on the Longevity of Kementerian Agama RI.
The Hadhrami Diaspora In The
Kaptein, Nico J. G. 2017. Islam,
Indian Ocean.” Hlm. 17-32. In The
Kolonialisme dan Zaman Modern
Hadhrami Diaspora in Southeast
di Hindia Belanda, Biografi Sayyid
Asia. BRILL. https://doi.org/
‘Uthman (1822-1914). Yogyakarta:
10.1163/ej.9789004172319.i-
Suara Muhammadiyah.
300.12
Lapian, A.B. 1974. Kata Pengantar
Graafland, N. 1991. Minahasa: Negeri, Teori Mahan dan Sejarah
Rakyat, dan Budayanya. Terj. Lucy Kepulauan Indonesia. Jakarta:
R. Montolalu. Jakarta: Pustaka Bharata.
Utama Grafiti.
_______. 2009. Orang Laut, Raja Laut,
Gunawan, Hendri. 2013. Yok Tjae & dan Bajak Laut: Studi Kawasan
Chung Hwa: Menelusuri Jejak Laut Sulawesi Abad XIX. Jakarta:
Komunitas Tionghoa di Manado. Komunitas Bambu.
Yogyakarta: Kanisius.
Makkelo, Ilham Daeng. 2010. Kota
Hamid, Abdurrahman. 2015. Sejarah Seribu Gereja: Dinamika
Maritim Indonesia. Yogyakarta: Keagamaan dan Penggunaan
Ombak. Ruang di Manado. Yogyakarta:
Ombak.
Hasanuddin. 2014. Pelayaran dan
Perdagangan Gorontalo Abad ke- Milone, P. Dublin. 1966. Urban Areas
18 dan 19. Yogyakarta: Kepel in Indonesia: adminsitrative and
Press. Census Concepts. Berkeley:
University of California.

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
84 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

Moelsbergen, E. C. Goedee. 1928. Makalah Pada Seminar oleh


Geschidenis van de Minahasa Fakultas Hukum Udayana
tot 1829. Landsarchivaris: bekerjasama dengan Indonesia
Landskrukkerij-Welterverden. Diaspora Network. Universitas
Udayana, Bali.
Parengkuan, F. E. W. et al. 1983.
Sejarah Sosial Sulawesi Utara. Schouten, M. J. C. 1998. Leadership
Jakarta: Depdikbud. and Social Mobility in Southeast
Asian Society, Minahasa 1677-
Poelinggoman, Edward L. 2012. Bahan
1983. Leiden: KITLV.
ajar Sejarah Maritim. Makassar:
LKKP UNHAS. Staatsblad van Nederlandsch Indie
1824, 14 Juni 1824. No. 10.
Purba, Jhon R. 2018. Pelayaran dan
Waarbij woordt bepaald, dat de
Perdagangan Kopra di Gorontalo
Sangeische, talantsche of andere
(1888-1942). Yogyakarta: Amara
voor her onder Ternate, gestaan
Books.
hebbende Eilanden, ten noorden
Rasyid, L. A., Supriadi, S., & Aisa, S. van Menado gelegen, voortan een
2018. “Pemikiran dan Peranan gedeelte van den Residentie
Sayyid Idrus Bin Salim Menado zullen uitmaken, S-
Aljufri terhadap Perkembangan Gravenhage: ter Drukkerij van A.
Pendidikan Islam di Manado.” D. Schinkel.
Journal of Islamic Education
Staatsblad van Nederlandsch Indie
Policy Vol. 3, No. 1: 35-43.
1824. No. 28a. 1939. Waarbij wordt
Riedel, J. G. F. 1869. “Het bepaald, dat de Sangeische,
Landschappen Holontaloe, talantsche of andere voor her onder
Limoetoe, Bone, Boalemo en Ternate, gestaan hebbende
Kattinggola of Andagila.” Eilanden, ten noorden van Menado
Tijdschrift van Bataavish gelegen, voorstan een gedeelte van
Genootschaap Voor Indische Taal- den Residentie Menado zullen
, Land, en Volkenkunde (TBG), vol. uitmaken., S-Gravenhage: ter
XIX: hlm. 45-153. Drukkerij van A. D. Schinkel.

Safran, William. 1991. Diaspora in Staatsblad van Nederlandsch Indie het


Modern Societies: Myth of jaar 1847, No. 32, 29 April 1847.
Homeland and Return Diaspora: A Bepaling omtrent de verstrekking
Journal of Transnational Studies 1 van meer amfioen aan de pachters,
(1):83-99. dan de hoeveelheid welke door het
tijdens de verpachting geboden is,
Santoso, M. Imam. Oktober 2014.
Batavia: ter s’lands-Dukkerij.
“Diaspora: Migrasi Internasional
dan Kewarganegaraan Ganda.”

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Diaspora, Jejaring, dan Pembentukan Identitas (Muhammad Nur Ichsan Azis) 85
Staatsblad van Nederlandsch Indie Adat Daerah terutama Minahasa.
1919 No. 64 Decentralisatie Manado: PD3K.
Instelling van een plaatslijken
Tumbel, Erni Heni. 1996. “Sejarah
raad voor de Minahassa.
Dewan Perwakilan Rakyat Kota
Afzondering van geldmiddelen
Manado Tahun 1919-1971.”
voor den plaatselijken raad van
Skripsi, Fakultas Ilmu Budaya:
de Minahassa uit de algemeene
Universitas Sam Ratulangi,
geldmiddelen van Nederlansch-
Manado.
Indie. La n d s k r u k k e r i j :
Welterverden, 1920. Turner, Jack. 2011. Sejarah Rempah:
Dari Eksotisme Sampai
Steenbrink, Karel. 2017. Kaum
Imprealisme. Terj. Julia Absari,
Kolonial Belanda dan Islam di
Jakarta: Komunitas Bambu.
Indonesia, terj. Suryan A. Jamrah,
Yogyakarta: Gading Publishing. Ulaen, Alex J. 2018. Pelayaran dan
Perniagaan Kopra di Wilayah
Stroomberg, J. 2018. Hindia Belanda,
Karesidenan Manado. Afdeeling
1930. Terj. Heri Apriyono,
Manado (1910-1940). Yogyakarta:
Yogyakarta: IRCiSOD.
Amara Books.
Supit, Bert. 1988. Minahasa dari
Valentijn, Francois. 1724. Oud en
Amanat Watu Pinawetengan
Nieuw Oost-Indien Vervattend en
Sampai Gelora Minawanua,
Naaukeurige en uitvorige
Jakarta: Sinar Harapan.
Verhandeling van Nederland
Suwondo, Bambang. 1977/1978. Mogenthyed in die Gewesten
Sejarah Daerah Sulawesi Utara. Benevens, Bechryvinge van
Manado: Pusat Penelitian Sejarah Ambonia, vol III. Dordecht &
dan Budaya Depdikbud. Amsterdam: Joannes van Braam &
Gerard Onde de Linden.
Sulistiyono, Singgih Tri. 1997. Di
Bawah Bayang-bayang Ekonomi Van den Berg, L. W. C. 2010. Orang
Agraris: Dinamika Sektor Arab di Nusantara. Terj. Rahayu
Pelyaran Pribumi di Jawa Hidayat. Jakarta: Komunitas
Memasuki Abad ke-XX. Jakarta: Bambu.
Depdikbud, Proyek Inventarisasi
Van der Crab, P. 1862. De Moluksche
dan Dokumentasi Sejarah
Eilanden: Reis van Z.E. den
Nasional.
Gouverneur-Generaal C.F. Pahud
Taulu, H. M. 1977. Sejarah Masuknya door den Molukschen archipel.,
Islam Agama Islam di Sulawesi Batavia: Lange en Co.
Utara dengan Perkembangan
Ikatan Kebudayaan dan Hukum

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107
Handep Jurnal Sejarah dan Budaya
86 Vol. 4, No. 1, Desember 2020, hlm. 61-86

Van der Endt, Adr. 1921. De Zending


in Bolaang Mongondow. Leiden:
Zendingsbureau te Oegstgeest.

Van Leur, J. C. 2015. Perdagangan dan


Masyarakat Indonesia: Esai-Esai
tentang Sejarah Sosial dan
Ekonomi Asia.Yogyakarta: Ombak.

Vickers, Adrian. 2013. A History of


Modern Indonesia. Second Edition,
USA: Cambridge University Press.

Vlekke, Bernard H.M. 2016.


Nusantara: Sejarah Indonesia.
Terj. Samsudin Berlian. Jakarta:
KPG.

Wiersma, J. N. 1880. “Een brief uit de


Minahassa” De Indische Gids (IG),
Tweede Jaargang II: hlm. 820-832.

Wigboldus, Jouke S. 1987. “A History


of the Minahasa c. 1613-1680.”
Archipel, Vol. 34: 63-101.

DOI: 10.33652/handep.v4.i1.107

You might also like