You are on page 1of 2

Nama : Bekti Amprillah

NIM : 21210181000008
Sem./ Jurusan : 1/ Magister Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

KURIKULUM DAN POLITIK PENDIDIKAN

Kurikulum sebagai bagian penting dalam pendidikan memiliki kebijakan yang tak lepas dari
kebijakan politik yang dipilih. Politik yang sedang memiliki kewenangan juga memiliki andil dalam
pengembangan kemajuan pendidikan. Kebijakan kurikulum yang dianut memiliki efek langsung pada
sistem pendidikan yang dianut. Dimensi kebijakan politik kurikulum juga berkaitan erat dengan aspek
filosofis, yuridis, sosial budaya masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang secara dinamis di masyarakat sesuai dengan tuntutan zaman.
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap negara terutaman di Indonesia, kebijakan
pendidikan yang ada di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah pusat dimana pemerintah pusat terbentuk
atas dasar campur tangan politik. Kebijakan di bidang pendidikan akan berdampak pada kebijakan
kurikulum di sekolah. Oleh karena itu perubahan kurikulum berawal dari kebijakan pemerintah, maka
banyak sekali orang mengatakan bahwa ganti menteri maka ganti pula kebijakan kurikulum.
Politik kurikulum memberikan nuansa dan perspektif baru dalam dimensi pengembangan
kurikulum karena dibahas dalam pola pikir kebijakan publik dan politik kurikulum yang
melatarbelakanginya dalam perspektif teori, kajian praksis, dan kajian implementasi di lapangan.
Kajiannya tak hanya bermuatan sejarah pengembangan kurikulum dari zaman ke zaman, tetapi juga
dilengkapi dengan informasi tentang alasan mengapa suatu kebijakan kurikulum baru diberlakukan dalam
suatu negara. Kajian politik kurikulum yang disajikan dalam buku ini tak hanya dibahas dalam perspektif
nasional tentang perkembangan kurikulum di tanah air, tetapi juga dikaji secara komprehensif dari
berbagai pengalaman negara lain dalam melaksanakan kurikulum di negara masing-masing. Kajian
kurikulum antarbangsa ini, menjadi salah satu daya penarik yang sangat bermanfaat untuk dijadikan
pelajaran atau malahan best practice yang bisa dipertimbangkan dalam perencanaan, implementasi, dan
evaluasi kurikulum nasional di tanah air.1
Menurut Rakhmat Hidayat (2011:97), kurikulum adalah jantung pendidikan. Kurikulum mampu
mengonstruksi wajah pendidikan suatu bangsa, bila berkualitas kurikulum yang dihasilkan maka
berkualitas pula pendidikan bangsa tersebut atau sebaliknya. Meskipun demikian, kurikulum bukanlah

1
https://rosda.co.id/beranda/830-politik-kurikulum.html
hanya sekedar menyangkut materi, pendekatan, metode, instrumen dan proses pembelajaran yang terjadi
di level mikro, tetapi kurikulum juga menyangkut hubungan-hubungan sosial berbagai agen yang terlibat
dan berkepentingan di belakangnya. Kurikulum sangat terkait dengan kepentingan politik penguasa, relasi
negara dan sekolah, maupun relasi antara sekolah dan masyarakat. Bahkan relasi pasar atau modal pun
juga mempunyai kepentingan untuk mendapatkan keuntungan dalam proses pendidikan melalui
kurikulum yang dikonstruksikan. Perdebatan kurikulum bukan hanya menyangkut soal pendidikan secara
teknis, tapi dia juga menyangkut wacana politik kebangsaan.
Di Hongkong misalnya, perdebatan tentang pemberlakukan Kurikulum Patriotisme oleh
Pemerintah RRC mendapat resistensi (perlawanan) dari berbagai pihak mulai dari para pelajar,
mahasiswa, guru, dan masyarakat secara luas. Pemerintah Beijing memandang kurikulum tersebut
penting dalam menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) identitas nasional, di tengah
meningkatnya sentimen anti Beijing di kota kawasan selatan yang menganut semi otonom dan sistem
demokrasi. Menurut pemrotes, kurikulum patriotisme yang akan diterapkan oleh pemerintah pusat
terkesan sebagai brainwashing (cuci otak). Lebih lanjut mereka melihat kurikulum mata pelajaran itu
mendewakan salah satu partai dan menyembunyikan peristiwa seperti Tiananmen berdarah dengan
adanya tindakan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa pada 1989, kelaparan massal, serta pembunuhan
ekstrayudisial pada era Revolusi Kebudayaan era Mao Tsetung (Antara News, Selasa, 4 September
2012).2
Menurut Moh Mudzakkir (Blog Unesa, Politik Pendidikan dan Kurikulum) mengatakan bahwa
perubahan kurikulum dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan tentu sangat diperlukan dan bahkan
menjadi keharusan. Partisipasi publik dari berbagai elemen, Perguruan Tinggi, LSM (Pendidikan),
Ormas, Yayasan penyelenggara Pendidikan, Partai Politik, dan ahli pendidikan perlu dilibatkan. Uji
publik terhadap draft kurikulum baru harus benar-benar dilakukan secara subtansial, bukan hanya sekedar
prosedural dan seremonial. Jangan sampai uji publik dilakukan dalam rangka menggugurkan kewajiban
karena mengejar target tutup anggaran. Bukan hanya itu, Pemerintah juga harus mempersiapkan
pemahaman dan kemampuan guru untuk mengaplikasikan kurikulum baru dengan berbagai workshop dan
pelatihan secara sistematis dan terencana.Usaha yang dilakukan pemerintah dalam merumuskan kebijakan
kurikulum yang baru patut diapresiasi.
Kurikulum yang baik akan menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Bila banyak generasi
muda Indonesia bisa mengenyam pendidikan yang unggul, maka bukan mustahil mereka bisa mengubah
konstelasi dunia, seperti Cina, Korsel, dan Singapura saat ini. Akhirnya kata bijak mantan Presiden Afrika
Selatan Nelson Mandela patut kita camkan bersama bahwa, “education is the most powerful weapon
which you can use to change the world”, itu benar dan banyak bangsa telah membuktikannya.

2
http://mohmudzakkirssos.blog.unesa.ac.id/politik-pendidikan-dan-kurikulum

You might also like