Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Borax is sodium salt that is widely used in various non-food industries. Ironically, borax has been used as
preservative in food, such as found in meatball,wet noodles, tempura, cilok and sausages. The borax contain in
this food needs to be identified because this compound is harmful for the human health. The identification of
borax usually has been carried out using conventional methods (flame, turmeric and toothpick) that require
chemicals and long analysis times. This research is aims to apply the Fourier Transform Infrared (FT-IR)
Spectroscopy and chemometrics methods to analyze borax contentin meatball. The results shows qualitative
analysis conducted by using PCA pretreatment method was able to clustering the meatballs based on
concentrations very well at the wavelength 1420 nm and 1900 nm, while for spectrum difference also able to
distinguish between both types of meatballs. The borax content in meatball was 0 0,1318 gram/ gram borax
added into 100 g raw material. The Accuracy % is around 0 4,393%. It can be concluded for the analysis of
borax in meatballs using UV-VIS spectrophotometric method can not be applied so that the method can not be
combined with FTIR method.
Abstrak
Boraks merupakan jenis garam natrium yang sering digunakan dalam berbagai industri nonpangan. Ironisnya,
boraks telah disalahgunakan sebagai bahan pengawet makanan seperti bakso, mie basah, tempura, cilok dan
sosis. Keberadaan boraks dalam makanan perlu diindentifikasi karena boraks merupakan senyawa yang
berbahaya bagi kesehatan. Identifikasi senyawa boraks selama ini dilakukan menggunakan metode konvensional
(nyala api, kertas kunyit dan tusuk gigi) yang memerlukan bahan kimia dan waktu analisis yang relatif
lama.bPenelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode Fourier Transform Infrared (FT-IR) Spectroscopy dan
chemometrics dalam menganalisis kandungan boraks yang terdapat pada bakso. Hasil penelitian menunjukkan
analisis secara kualitatif yang dilakukan dengan metode Principal Component Analysis (PCA) mampu
mengelompokkan bakso dengan baik berdasarkan konsentrasi masing-masing pada panjang gelombang 1420
nm dan 1900 nm, sedangkan untuk perbedaan spectrum dengan metode subtraction juga mampu membedakan
antara kedua jenis bakso. Analisis secara kuantitatif yang dengan menggunakan metode spektrofotometri UV -
VIS diperoleh kandungan boraks yang terdapat dalam bakso sebesar 0,006 0,1318 gr dari setiap gr boraks
yang ditambahkan ke dalam bahan 100 gr adonan. %Akurasi boraks diperoleh sebesar 0 4,393%. Dapat
disimpulkan untuk analisis boraks dalam bakso menggunakan metode spektrofotometri UV - VIS tidak dapat
diterapkan sehingga metode tersebut tidak dapat dikombinasikan dengan metode FTIR.
Kata kunci: Bakso, boraks, Fourier, chemometrics, Multiple Scatter Correction (MSC)
1. Pendahuluan
Penggunaan bahan kimia sebagai pengawet dan
Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pewarma makanan dilakukan oleh produsen agar
pada jajanan sekolah semakin marak di Indonesia. produk olahannya menjadi tahan lama dan lebih
Salah satu contoh dari ribuan kasus di Indonesia menarik untuk menghasilkan keuntungan yang
adalah kasus yang ditemukan oleh Dinas Kesehatan sebesar-besarnya. Namun dampak kesehatan yang
dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan
di Karawang, Jawa Barat, yang menemukan bahwa berbahaya tersebut sangatlah buruk untuk kesehatan
dari 10 sampel makanan, diperoleh dari empat bagi siapapun yang mengkonsumsinya. Keracunan
sekolah, yang berbeda, terdapat empat jajanan yang makanan yang bersifat akut, serta dampak yang
terindikasi mengandung formalin dan boraks. ditimbulkan oleh bahan kimia yang bersifat
Pangan yang terindikasi mengandung formalin dan karsinogen merupakan beberapa masalah bagi
boraks yaitu lontong, tahu, sosis dan mie basah [1]. kesehatan yang akan dihadapi oleh konsumen.
Berita lainnya menyebutkan bahwa jajanan lain yang Berdasarkan peraturan yang keke;luatkan oleh
sangat rentan akan B3 adalah bakso, cone es krim Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
dan gula-gula [2]. 722/Menkes/Per/IX/ 1988 tentang bahan tambahan
11
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)
Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021
makanan yang dilarang digunakan untuk kebutuhan laboratorium Agrobisnis, Teknik Pertanian, Fakultas
pangan meliputi boraks/asam borat, asam salisilat Pertanian, Universitas Syiah Kuala. selama 1
dan garamnya, dulsin, kalium klorat, semester.
dietilpirokarbonat, kloramfenikol, minyak nabati
yang dibrominasi, nitrofuranazon, serta formalin. 2.2 Alat dan Bahan
Jenis makanan yang sering menggunakan formalin
dan boraks sebagai bahan pengawet salah satunya Peralatan yang digunakan yaitu Spektroskopi
adalah bakso. Hal ini dikarenakan akses yang mudah Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) IPTEK T-
dan banyaknya peminat membuat para pedagang 1516, spektrofotometer Uv-vis, Unscrambler
formalin dan boraks dengan tujuan untuk mencegah software® X version 10.1, oven, tube furnance, ketas
bakso agar tidak menjadi rusak dan cepat basi [3]. saring, timbangan elektrik dan alat gelas lainnya.
Bahan yang digunakan adalah boraks, bahan-bahan
Bakso memiliki masa penyimpanan yang singkat, pembuat bakso, kurkumin, alkohol 96%, aquadest,
usaha untuk memperpanjang masa penyimpanan HCl 37% dan asam oksalat.
bakso adalah dengan penambahan bahan pengawet
alami, memperbaiki kemasan dan penggunaan suhu 2.3 Metode Penelitian
penyimpanan yang lebih rendah dari suhu kamar.
Tetapi cara ini dinilai kurang ekonomis oleh a) Pembuatan sampel bakso
produsen sehingga lebih memilih cara yang lebih
murah yaitu dengan menggunakan formalin atau Pembuatan sampel bakso yang digunakan adalah
boraks. Hal ini juga membuat bakso dianggap bakso buatan yang sengaja dicampurkan dengan
sebagai makanan yang kurang aman oleh BPOM. boraks dengan jumlah yang telah ditentukan (0; 1;
Bahkan BPOM mengingatkan bahwa mengkonsumsi 1,5; 2; 2,5, 3 gram/berat adonan bakso). Setiap
makanan berkadar boraks tinggi dalam kurun waktu jumlah boraks yang ditambahkan dibuat sebanyak 10
5 – 10 tahun dapat meningkatkan resiko kanker hati. sampel sehingga jumlah total sampel bakso = 6 x 10
Oleh karena itu, bakso di pasar tradisional dan pasar = 60 buah sampel. Bahan yang digunakan adalah
swalayan diwajibkan terbebas formalin dan boraks daging ayam dan bahan pendukungnya berupa
[4]. tepung tapioka, telur, bawang merah, merica bubuk,
bawang putih, lada dan air dingin. Seluruh bahan
Identifikasi senyawa boraks selama ini dicampurkan dengan komposisi yang ditentukan dan
menggunakan metode konvensional yang setelah itu direbus dengan menggunakan air
memerlukan bahan kimia, waktu analisis yang cukup mendidih lebih kurang selama 5 menit.
lama dan tidak cocok digunakan ditempat (on site).
Sedangkan metode praktis seperti metode nyala api, b) Pengambilan Spektrum Sampel Bakso
kertas kunyit dan tusuk gigi hanya terfokus pada Menggunakan FTIR-ATR.
analisis kualitatif saja. Oleh sebab itu perlu
dikembangkan metode yang tepat, cepat dan efisien Sampel bakso dengan konsentrasi boraks (0; 1; 1,5;
dan untuk menganalisis boraks baik secara kualitatif 2; 2,5, 3 gram/ berat adonan bakso). Setiap jumlah
maupun kuantitatif. Fourier Tranform Infrared boraks yang ditambahkan dibuat sebanyak 10
(FTIR) Spectroscopy dan Chemometrics merupakan sampel sehingga jumlah total sampel bakso = 6 x 10
metode analisis non-destructive yang dapat = 60 buah sampel. Kemudian dilakukan kalibrasi
diaplikasikan dalam analisis produk pangan, background/reference pada alat NIRS Portable tiap
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah jam. Proses bekerjanya alat menggunakan
tentang FTIR-ATR dalam penentuan padat non integrating sphere. Digunakan software termo
lemak (SNF) dalam susu mentah menggunakan PLC integration® untuk pengendalian kerja alat untuk
dan metode chemometric SVM [5], mengaplikasikan pembuatan workflow dan menjalankan workflow,
FTIR untuk penentuan asam lemak bebas dalam untuk running alat dilakukan oleh termo operation®.
minyak ikan ditujukan untuk produksi biodiesel [6] Selang gelombang yang dipilih adalah antara 1000-
menerapkan FTIR-ATR spektroskopi untuk 2500 nm dengan interval 0.4 nm. Workflow dibuat
kuantifikasi gula dalam madu [7] mengaplikasikan untuk mengatur alat agar bekerja untuk mengakuisisi
spektroskopi FTIR dalam kombinasi dengan spektrum Diffuse Reflectance, memindai sampel
kemometrika untuk analisis daging tikus dalam sebanyak 60 kali perproses lalu dirata-ratakan
formulasi bakso [8]. hasilnya, kemudian disimpan hasil pemindaian
dalam 3 bentuk file yakni *.SPA. *.JDX dan *.CSV.
2. Metode Penelitian Akuisisi spektrum sampel bakso dengan
pengambilan spektrumnya yaitu memasukkan
2.1 Waktu dan Tempat sampel bakso ke dalam petridish (diameter 7 cm,
tebal 1,9 cm) yang tersedia. Lalu spektrum di
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik transformasi dengan metode Pengolah data spektrum
Lingkungan, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas menggunakan unscrambler software® X version
Teknik, Universitas Syiah Kuala, Analisis sampel 10.1. Data diolah menggunakan Principal
menggunakan spektrofotometri UV Vis dan di Component Analysis (PCA) [9].
12
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)
Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021
Raw spektrum
Spektrum bakso yang didapat dari pengukuran
spektra dengan alat Near Infrared Reflectance Gambar 2. Spektrum rata-rata pada bakso tanpa
Spectroscopy (NIRS) dapat dilihat pada Gambar boraks dan bakso berboraks
berikut :
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat adanya
persamaan antara sampel bakso yang mengandung
boraks dan bakso tanpa boraks. Dari data spektrum
13
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)
Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021
rata-rata yang diperoleh kedua jenis sampel tersebut analysis (PCA) merupakan suatu teknik kemometrik
memiliki gugus fungsi yang sama serta tipe senyawa yang dapat digunakan untuk mengekstrak informasi
yang sama. Untuk melihat perbedaan antara dari data dengan cara pereduksian data untuk
spektrum bakso yang mengandung boraks dengan menemukan kombinasi variabel atau faktor yang
tanpa boraks maka dilakukan proses substraction dapat menjelaskan kecenderungan mayor dalam
seperti terlihat pada Gambar 3. suatu set data [10]. Tujuan PCA adalah untuk
mereduksi variabel yang ada menjadi lebih sedikit
tanpaharus kehilangan informasi yang termuat dalam
dataasli/awal. Data spektrum bakso yang telah
diperoleh kemudian diolah menggunakan teknik
kemometriks berdasarkan metode principal
component analysis sebagai berikut.
3.3 Analisis menggunakan Principal Component Identifikasi yang dilakukan secara kuantitatif yaitu
Analysis(PCA) dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
Pada pengujian panjang gelombang terdapat 5
Spektra yang diperoleh dari pengukuran FTIR harus larutan standar yang di uji dengan konsentrasi yang
dilakukan MSC (Multiple Scatter Correction) yang berbeda, yaitu 0,10, 20, 30, 40 dan 50 ppm sehingga
bertujuan untuk mengkoreksikan spektrum, seperti didapat gelombang cahaya maksimun adalah 514
terlihat pada Gambar 4. nm. Setelah itu dilakukan pengukuran absorbansi
pada sampel untuk membuat kurva kalibrasi.
%Akurasi = (1)
15
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)
Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021
Daftar Pustaka
16