You are on page 1of 6

Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)

Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021

Fourier Transform Infrared Spectroscopy dan Chemometrics: Analisis


Boraks pada Bakso
Sri Mulyani*, Ulfah, Hesti Meilina, Edi Munawar
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,, Universitas Syiah Kuala
*Email:1304103010012@che.unsyiah.ac.id

Abstract

Borax is sodium salt that is widely used in various non-food industries. Ironically, borax has been used as
preservative in food, such as found in meatball,wet noodles, tempura, cilok and sausages. The borax contain in
this food needs to be identified because this compound is harmful for the human health. The identification of
borax usually has been carried out using conventional methods (flame, turmeric and toothpick) that require
chemicals and long analysis times. This research is aims to apply the Fourier Transform Infrared (FT-IR)
Spectroscopy and chemometrics methods to analyze borax contentin meatball. The results shows qualitative
analysis conducted by using PCA pretreatment method was able to clustering the meatballs based on
concentrations very well at the wavelength 1420 nm and 1900 nm, while for spectrum difference also able to
distinguish between both types of meatballs. The borax content in meatball was 0 0,1318 gram/ gram borax
added into 100 g raw material. The Accuracy % is around 0 4,393%. It can be concluded for the analysis of
borax in meatballs using UV-VIS spectrophotometric method can not be applied so that the method can not be
combined with FTIR method.

Keywords: Meatball. borax, chemometrics, multiple scatter correction (MSC)

Abstrak

Boraks merupakan jenis garam natrium yang sering digunakan dalam berbagai industri nonpangan. Ironisnya,
boraks telah disalahgunakan sebagai bahan pengawet makanan seperti bakso, mie basah, tempura, cilok dan
sosis. Keberadaan boraks dalam makanan perlu diindentifikasi karena boraks merupakan senyawa yang
berbahaya bagi kesehatan. Identifikasi senyawa boraks selama ini dilakukan menggunakan metode konvensional
(nyala api, kertas kunyit dan tusuk gigi) yang memerlukan bahan kimia dan waktu analisis yang relatif
lama.bPenelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode Fourier Transform Infrared (FT-IR) Spectroscopy dan
chemometrics dalam menganalisis kandungan boraks yang terdapat pada bakso. Hasil penelitian menunjukkan
analisis secara kualitatif yang dilakukan dengan metode Principal Component Analysis (PCA) mampu
mengelompokkan bakso dengan baik berdasarkan konsentrasi masing-masing pada panjang gelombang 1420
nm dan 1900 nm, sedangkan untuk perbedaan spectrum dengan metode subtraction juga mampu membedakan
antara kedua jenis bakso. Analisis secara kuantitatif yang dengan menggunakan metode spektrofotometri UV -
VIS diperoleh kandungan boraks yang terdapat dalam bakso sebesar 0,006 0,1318 gr dari setiap gr boraks
yang ditambahkan ke dalam bahan 100 gr adonan. %Akurasi boraks diperoleh sebesar 0 4,393%. Dapat
disimpulkan untuk analisis boraks dalam bakso menggunakan metode spektrofotometri UV - VIS tidak dapat
diterapkan sehingga metode tersebut tidak dapat dikombinasikan dengan metode FTIR.

Kata kunci: Bakso, boraks, Fourier, chemometrics, Multiple Scatter Correction (MSC)

1. Pendahuluan
Penggunaan bahan kimia sebagai pengawet dan
Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pewarma makanan dilakukan oleh produsen agar
pada jajanan sekolah semakin marak di Indonesia. produk olahannya menjadi tahan lama dan lebih
Salah satu contoh dari ribuan kasus di Indonesia menarik untuk menghasilkan keuntungan yang
adalah kasus yang ditemukan oleh Dinas Kesehatan sebesar-besarnya. Namun dampak kesehatan yang
dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan
di Karawang, Jawa Barat, yang menemukan bahwa berbahaya tersebut sangatlah buruk untuk kesehatan
dari 10 sampel makanan, diperoleh dari empat bagi siapapun yang mengkonsumsinya. Keracunan
sekolah, yang berbeda, terdapat empat jajanan yang makanan yang bersifat akut, serta dampak yang
terindikasi mengandung formalin dan boraks. ditimbulkan oleh bahan kimia yang bersifat
Pangan yang terindikasi mengandung formalin dan karsinogen merupakan beberapa masalah bagi
boraks yaitu lontong, tahu, sosis dan mie basah [1]. kesehatan yang akan dihadapi oleh konsumen.
Berita lainnya menyebutkan bahwa jajanan lain yang Berdasarkan peraturan yang keke;luatkan oleh
sangat rentan akan B3 adalah bakso, cone es krim Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
dan gula-gula [2]. 722/Menkes/Per/IX/ 1988 tentang bahan tambahan
11
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)
Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021

makanan yang dilarang digunakan untuk kebutuhan laboratorium Agrobisnis, Teknik Pertanian, Fakultas
pangan meliputi boraks/asam borat, asam salisilat Pertanian, Universitas Syiah Kuala. selama 1
dan garamnya, dulsin, kalium klorat, semester.
dietilpirokarbonat, kloramfenikol, minyak nabati
yang dibrominasi, nitrofuranazon, serta formalin. 2.2 Alat dan Bahan
Jenis makanan yang sering menggunakan formalin
dan boraks sebagai bahan pengawet salah satunya Peralatan yang digunakan yaitu Spektroskopi
adalah bakso. Hal ini dikarenakan akses yang mudah Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) IPTEK T-
dan banyaknya peminat membuat para pedagang 1516, spektrofotometer Uv-vis, Unscrambler
formalin dan boraks dengan tujuan untuk mencegah software® X version 10.1, oven, tube furnance, ketas
bakso agar tidak menjadi rusak dan cepat basi [3]. saring, timbangan elektrik dan alat gelas lainnya.
Bahan yang digunakan adalah boraks, bahan-bahan
Bakso memiliki masa penyimpanan yang singkat, pembuat bakso, kurkumin, alkohol 96%, aquadest,
usaha untuk memperpanjang masa penyimpanan HCl 37% dan asam oksalat.
bakso adalah dengan penambahan bahan pengawet
alami, memperbaiki kemasan dan penggunaan suhu 2.3 Metode Penelitian
penyimpanan yang lebih rendah dari suhu kamar.
Tetapi cara ini dinilai kurang ekonomis oleh a) Pembuatan sampel bakso
produsen sehingga lebih memilih cara yang lebih
murah yaitu dengan menggunakan formalin atau Pembuatan sampel bakso yang digunakan adalah
boraks. Hal ini juga membuat bakso dianggap bakso buatan yang sengaja dicampurkan dengan
sebagai makanan yang kurang aman oleh BPOM. boraks dengan jumlah yang telah ditentukan (0; 1;
Bahkan BPOM mengingatkan bahwa mengkonsumsi 1,5; 2; 2,5, 3 gram/berat adonan bakso). Setiap
makanan berkadar boraks tinggi dalam kurun waktu jumlah boraks yang ditambahkan dibuat sebanyak 10
5 – 10 tahun dapat meningkatkan resiko kanker hati. sampel sehingga jumlah total sampel bakso = 6 x 10
Oleh karena itu, bakso di pasar tradisional dan pasar = 60 buah sampel. Bahan yang digunakan adalah
swalayan diwajibkan terbebas formalin dan boraks daging ayam dan bahan pendukungnya berupa
[4]. tepung tapioka, telur, bawang merah, merica bubuk,
bawang putih, lada dan air dingin. Seluruh bahan
Identifikasi senyawa boraks selama ini dicampurkan dengan komposisi yang ditentukan dan
menggunakan metode konvensional yang setelah itu direbus dengan menggunakan air
memerlukan bahan kimia, waktu analisis yang cukup mendidih lebih kurang selama 5 menit.
lama dan tidak cocok digunakan ditempat (on site).
Sedangkan metode praktis seperti metode nyala api, b) Pengambilan Spektrum Sampel Bakso
kertas kunyit dan tusuk gigi hanya terfokus pada Menggunakan FTIR-ATR.
analisis kualitatif saja. Oleh sebab itu perlu
dikembangkan metode yang tepat, cepat dan efisien Sampel bakso dengan konsentrasi boraks (0; 1; 1,5;
dan untuk menganalisis boraks baik secara kualitatif 2; 2,5, 3 gram/ berat adonan bakso). Setiap jumlah
maupun kuantitatif. Fourier Tranform Infrared boraks yang ditambahkan dibuat sebanyak 10
(FTIR) Spectroscopy dan Chemometrics merupakan sampel sehingga jumlah total sampel bakso = 6 x 10
metode analisis non-destructive yang dapat = 60 buah sampel. Kemudian dilakukan kalibrasi
diaplikasikan dalam analisis produk pangan, background/reference pada alat NIRS Portable tiap
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah jam. Proses bekerjanya alat menggunakan
tentang FTIR-ATR dalam penentuan padat non integrating sphere. Digunakan software termo
lemak (SNF) dalam susu mentah menggunakan PLC integration® untuk pengendalian kerja alat untuk
dan metode chemometric SVM [5], mengaplikasikan pembuatan workflow dan menjalankan workflow,
FTIR untuk penentuan asam lemak bebas dalam untuk running alat dilakukan oleh termo operation®.
minyak ikan ditujukan untuk produksi biodiesel [6] Selang gelombang yang dipilih adalah antara 1000-
menerapkan FTIR-ATR spektroskopi untuk 2500 nm dengan interval 0.4 nm. Workflow dibuat
kuantifikasi gula dalam madu [7] mengaplikasikan untuk mengatur alat agar bekerja untuk mengakuisisi
spektroskopi FTIR dalam kombinasi dengan spektrum Diffuse Reflectance, memindai sampel
kemometrika untuk analisis daging tikus dalam sebanyak 60 kali perproses lalu dirata-ratakan
formulasi bakso [8]. hasilnya, kemudian disimpan hasil pemindaian
dalam 3 bentuk file yakni *.SPA. *.JDX dan *.CSV.
2. Metode Penelitian Akuisisi spektrum sampel bakso dengan
pengambilan spektrumnya yaitu memasukkan
2.1 Waktu dan Tempat sampel bakso ke dalam petridish (diameter 7 cm,
tebal 1,9 cm) yang tersedia. Lalu spektrum di
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik transformasi dengan metode Pengolah data spektrum
Lingkungan, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas menggunakan unscrambler software® X version
Teknik, Universitas Syiah Kuala, Analisis sampel 10.1. Data diolah menggunakan Principal
menggunakan spektrofotometri UV Vis dan di Component Analysis (PCA) [9].
12
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)
Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021

c) Analisis Boraks pada Sampel Bakso secara


Konvensional

Preparasi sampel bakso daging ayam menggunakan


destruksi kering, sampel yang sudah dibuat
dikeringkan hinga benar-benar kering pada suhu 60
0
C di oven. Setelah itu diabukan pada suhu 6000C
difurnace selama 3 jam, selanjutnya dibuat larutan
untuk pengujian spektrofotometri Uv-Vis. Membuat
Gambar 1. Spektrum NIRS pada bakso
pereaksi kurkumin yaitu dengan cara melarutkan 40
mg kurkumin dan 5,0 g asam oksalat dalam alcohol
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa
95% kemudian ditambahkan 4,2 mL HCL 37% dan
daerah serapan untuk semua konsentrasi terdapat
encerkan hingga 100 ml dengan etanol 96%.
pada bilangan gelombang yang berbeda-beda. Dari
60 spektra yang diperoleh dari hasil pengukuran
Membuat larutan baku induk larutan boraks yaitu
menggunakan FTIR NIRS hanya 27 spektra yang
dengan cara menimbang boraks 50 mg dan encerkan
dapat digunakan, hal ini disebabkan oleh gangguan
dengan aqua demineralisata sampai tanda batas,
ketika melakukan pengambilan data spektrum
kemudian pipet 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm
sampel dan sampel yang digunakan merupakan
dan 50 ppm dan tambahkan 4 mL pereaksi kurkumin
sampel utuh sehingga terdapat celah antara sampel
setiap masing-masing konsentrasi lalu digoyangkan
dan tempat sampel yang mengakibatkan sebagian
beaker gelas sampai bercampur, setelah itu larutan
cahaya yang datang tersebar melalui celah tersebut.
letakkan di penangas air atur pada suhu 55 oC selama
Puncak-puncak itu muncul akibat vibrasi yang
80 menit sampai terbentuk residu berwarna merah
terjadi ketika ikatan kimia itu berinteraksi dengan
kecoklatan, setelah dingin tambahkan alcohol
sinar Near Infrared Reflectance Spectroscopy
sampai tanda batas dalam labu ukur 50 mL lalu ukur
(NIRS) [9]. Selanjutnya informasi yang di dapat dari
serapan maksimun pada panjang gelombang antara
spektrum tersebut di sesuaikan dengan rumus kimia
500-800 nm dengan menggunakan blanko 4 mL
berdasarkan referensi (Cen dan Hen, 2007). Adapun
kurkumin yang telah diuapkan dalam labu ukur 50
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.
mL.
Tabel 1. Pembacaan gugus fungsi yang terkandung
Penentuan kadar boraks dalam sampel yaitu timbang dalam spektrum bakso
2 gr sampel yang telah diabukan pada suhu 600 oC
selama 3 jam, tambahkan 15 mL aqua demineralisata Panjang
panas sambil diaduk kemudian larutan tersebut Gugus fungsi Tipe Senyawa
gelombang (nm)
disaring dalam labu ukur 250 mL sampai tanda batas 2300 CH, CH3 Lemak, ammonia
lalu larutan sampel dikocok, pipet larutan tersebut 1900 H2O, CONH2 Air, Lemak, boraks
sebanyak 20 ppm setiap konsentrasi tambahkan 4 1700 CH3, CH Lemak, Amonia
mL pereaksi kurkumin sambil gigoyang-goyangkan 1450 CONH2 Lemak, Boraks
agar kedua larutan bercampur kemudian letakkan di 1200 CH3 Amonia
penangas air pada suhu 55oC selama 80 menit
sampai terbentuk residu berwarna merah kecoklatan, 3.2 Spektrum bakso yang mengandung boraks
setelah dingin tambahkan alcohol secukupnya dengan spectrum tanpa boraks.
sampai tanda batas dalam labu ukur 50 mL setelah
homogeny diukur serapan maksimum pada panjang Untuk melihat perbandingan antara spectrum yang
gelombang 541 nm, hasil penyiapan sampel di mengandung boraks dengan tanpa boraks dapat
analisis dengan menggunakan spektrofotometer uv- dilihat pada Gambar 2.
vis untuk mengetahui kandungan boraks dalam
bakso.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Identifikasi Bakso Secara Kualitatif

Raw spektrum
Spektrum bakso yang didapat dari pengukuran
spektra dengan alat Near Infrared Reflectance Gambar 2. Spektrum rata-rata pada bakso tanpa
Spectroscopy (NIRS) dapat dilihat pada Gambar boraks dan bakso berboraks
berikut :
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat adanya
persamaan antara sampel bakso yang mengandung
boraks dan bakso tanpa boraks. Dari data spektrum
13
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)
Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021

rata-rata yang diperoleh kedua jenis sampel tersebut analysis (PCA) merupakan suatu teknik kemometrik
memiliki gugus fungsi yang sama serta tipe senyawa yang dapat digunakan untuk mengekstrak informasi
yang sama. Untuk melihat perbedaan antara dari data dengan cara pereduksian data untuk
spektrum bakso yang mengandung boraks dengan menemukan kombinasi variabel atau faktor yang
tanpa boraks maka dilakukan proses substraction dapat menjelaskan kecenderungan mayor dalam
seperti terlihat pada Gambar 3. suatu set data [10]. Tujuan PCA adalah untuk
mereduksi variabel yang ada menjadi lebih sedikit
tanpaharus kehilangan informasi yang termuat dalam
dataasli/awal. Data spektrum bakso yang telah
diperoleh kemudian diolah menggunakan teknik
kemometriks berdasarkan metode principal
component analysis sebagai berikut.

Gambar 3. Spektrum hasil subtraction bakso tanpa


boraks dan bakso berboraks.

Pembacaan gugus fungsi yang dihasilkan dari


spektrum rata-rata tersebut dapat dilihat pada Tabel
Gambar 5. (a) pengelompokan hasil analisis PCA
2. berdasarkan jenis sampel, (b) pengelompokan hasil
analisis PCA berdasarkan konsentrasi boraks
Tabel 2. Pembacaan gugus fungsi yang terkandung
dalam spektrum rata-rata.
Gambar 5. menunjukkan sebaran data masih berada
dalam kelompok masing-masing, titik yang saling
Panjang
berdekatan dapat dijelaskan sebagai klasifikasi
Gelombang (nm)
1 3 gr
Gugus fungsi Tipe senyawa kondisi sampel yang sama. Semakin dekat sampel
0 gr
boraks boraks satu dengan yang lain maka akan semakin besar
2320 - CH, CH3 Lemak, ammonia kemiripan diantara sampel-sampel tersebut. Metode
2280 2280 CH, CH3 Lemak, ammonia PCAyang dikombinasikan dengan MSCdapat
2100 - NH2 Air mengelompokkan bakso berdasarkan kelompok
Air, boraks, dengan baik.Dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
1900 1900 H2O, CONH2
lemak menggunakan metode PCA yang dikombinasi
1750 - CH Lemak dengan MSC dapat membuktikan bahwa NIRS
1700 1700 CH, CH3 Lemak, ammonia mampu mengelompokkan keseluruhan sampel bakso
H2O, ROH, Air, Boraks, berdasarkan konsentrasi boraks.
1420 1420
CONH2 protein
1200 1200 CH3 Lemak, ammonia 3.4 Identifikasi Bakso Secara Kuantitatif

3.3 Analisis menggunakan Principal Component Identifikasi yang dilakukan secara kuantitatif yaitu
Analysis(PCA) dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
Pada pengujian panjang gelombang terdapat 5
Spektra yang diperoleh dari pengukuran FTIR harus larutan standar yang di uji dengan konsentrasi yang
dilakukan MSC (Multiple Scatter Correction) yang berbeda, yaitu 0,10, 20, 30, 40 dan 50 ppm sehingga
bertujuan untuk mengkoreksikan spektrum, seperti didapat gelombang cahaya maksimun adalah 514
terlihat pada Gambar 4. nm. Setelah itu dilakukan pengukuran absorbansi
pada sampel untuk membuat kurva kalibrasi.

Berdasarkan grafik kurva kalibrasi diperoleh


persamaannya adalah y = 0,0001x dengan R2 1,0000.
Persamaan garis tersebut digunakan untuk
menghitung konsentrasi boraks dalam sampel.
Kemudian data absorbansi yang telah diperoleh
dibandingkan dengan larutan deret standar, jika ada
salah satu larutan standar mempunyai nilai
Gambar 4. Spektrum pada sampel bakso yang telah di absorbansi yang sama dengan sampel maka
MSC kan kemungkinan konsentrasi sampel tersebut
mempunyai kadar boraks yang sama dengan salah
Gambar 4. menunjukkan hasil spektrum yang telah satu larutan standar. Melalui persamaan garis yang
di MSC kan terlebih dahulu sebelum dianalisis telah didapat, maka dapat dihitung kadar boraks
dengan metode PCA. Analisis principal component yang terdapat dalam sampel, sebagai berikut :
14
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)
Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021

Analisis kuantitatif yang akan digunakan harus


akurat, untuk mengetahui apakah metode tersebut
akurat atau tidak, maka perlu dilakukan uji akurasi
metode analisis. Parameter akurasi yang digunakan
yaitu %akurasi yang dihitung dengan rumus:

%Akurasi = (1)

Hasil yang didapat adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Persentase hasil uji boraks pada bakso


Gambar 6. Hasil kadar boraks pada sampel bakso
Konsentrasi Kadar boraks yang
%akurasi
Gambar 6. menunjukkan bahwa semua sampel sesungguhnya (gr) didapat (gr)
mempunyai kadar yang berbeda-beda, hal ini 0,0 0,00 0
1,0 0,02 2,92
disebabkan karena kandungan boraks dalam tiap
1,5 0,04 3,03
sampel berbeda. Hasil perhitungan absorbansi
2,0 0,08 4,27
sampel dengan menggunakan persamaan garis linier 2,5 0,09 3,86
didapat kadar pada konsentrasi 0 gr/tanpa boraks 3,0 0,13 4,39
adalah 0,006769 gr, pada konsentrasi 1 gr sebesar
0,0292 gr, konsentrasi 1,5 gr sebesar 0,0455 gr, Hasilnya menunjukkan nilai %akurasi untuk bakso
konsentrasi 2 gr sebesar 0,0854 gr, pada konsentrasi tanpa penambahan boraks sebesar 0% yang
2,5 gr didapat kadar sebesar 0,0966 gr dan menandakan bahwa sampel tersebut benar tidak
konsentrasi 3 gr didapat kadar sebesar 0,1318 gr. mengandung boraks. Sampel bakso dengan
Pada keadaan normal, konsentrasi boraks didalam penambahan boraks didapat %akurasi antara
tubuh dapat terjadi pada 7 µg/mL, pada keracunan 2,92 4,39%. Sedangkan syarat akurasi yang baik
terdapat pada konsentrasi 20-150 µg/mL, sedangkan
adalah 96 100%, hal ini disebabkan dalam proses
untuk kasus kematian terjadi pada konsentrasi 200 -
penyiapan sampel sehingga nilai perolehan kembali
15000 µg/mL, [11]. Dari gambar tersebut dapat
yang diperoleh semakin rendah.
dilihat kadar terendah terdapat pada konsentrasi 1
gram sedangkan kadar tertinggi terdapat pada
faktor yang mempengaruhi tekstur bakso, antara lain
konsentrasi 2,5 gram.
komposisi bakso, proses pembuatan dan lamanya
pemanasan. Dalam bahan pangan, zat gizi makro
Larutan boraks tidak berwarna, hal ini dapat menjadi
maupun mikro tidak berdiri sendiri melainkan saling
kendala karena larutan yang akan digunakan dengan
berkaitan satu sama lain. Pada daging selain
spektrofotometri UV-VIS harus memiliki gugus
terkandung protein, karbohidrat, lemak dan juga
kromofor yang ditandai dengan warna, sehingga
terdapat beberapa mikro nutrient lainnya. Contohnya
larutan yang digunakan direaksikan dengan
Penurunan kadar lemak setelah perebusan
kurkumin sebagai pembentuk komplek warna.
disebabkan karena sifat lemak yang tidak tahan
Kurkumin merupakan zat warna alami, selain
panas selama proses pemasakan sehingga lemak
digunakan untuk pewarna makanan dan kosmetik,
mencair bahkan menguap. Begitupun terhadap
juga dapat digunakan sebagai penunjuk adanya
boraks yang ditambahkan ke dalam bakso sehingga
boraks pada makanan. Sampel dinyatakan positif
sampel harus diamati setelah perlakuan tidak kurang
boraks apabila dengan penambahan pereaksi
dari 2 jam agar sampel yang diuji memiliki
kurkumin yang telah diasamkan dengan asam
absorbansi yang akurat dan akurasi yang baik
klorida encer akan terbentuk warna merah
kecoklatan [12] Reaksi yang terjadi adalah :
4. Kesimpulan
Cl (2)
Berdasarkan hasil analisa kadar boraks dapat diambil
Boraks + Kurkumin → Rosocyanine
beberapa kesimpulan:
Sampel dengan konsentrasi 1-3 gram setelah
1. Berdasarkan metode fourier transform infrared
bereaksi dengan kurkumin terjadi perubahan warna,
spectroscopy (FTIR), panjang gelombang 1420
dari yang awal berwarna kuning keruh menjadi
nm dan 1900 nm relavan untuk mengidentifikasi
merah kecoklatan, hal ini disebabkan boraks bersifat
keberadaan senyawa boraks.
basa, maka keberadaan boraks dapat dideteksi
2. Teknik near infared reflectance spectroscopy
dengan menggunakan indikator basa (larutan
menggunakan metode principal component
kurkumin dalam alkohol) yang akan menunjukkan
analysis(PCA) mampu mengelompokkan sampel
warna merah kecoklatan.
bakso berdasarkan konsentrasi masing-masing.

15
Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan (JIRL)
Vol. 2, No. 2, Hlm. 11-16, 2021

3. Untuk metode subtraction dapat menunjukkan


perbedaan dan persamaan spektrum antara kedua
jenis sampel.
4. Berdasarkan analisismetode spektrofotometri
UV-Vis diperoleh kadar boraks berkisar antara
0n0,1318 gr, sedangkan batas tolerir dalam tubuh
yang menyebabkan keracunan adalah 10-20 g.
5. Berdasarkan hasil akurasi yang telah dilakukan
diperoleh %akurasi antara 2,92-4,39%.
6. Perbandingan kinerja antara metode FTIR
dengan metode NIRS tidak dapat
dikombinasikan.

Daftar Pustaka

[1] Permadi, A. 2013. Retrieved from


http://daerah.sindonews.com/read/773832/21/p
enggunaan - bahan berbahaya-pada-jajanan-
masih-marak-1377079052
[2] Belarminus, R. 2015. Retrieved from
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/a
was-bahaya-jajanan-anak-sekolah. National
Geographic Indonesia
[3] Wirakartakusumah. Tinjauan aspek mutu
dalam kegiatan industri pangan. 1997;
Available from: http://tumoutou.net.htm.
[4] Yuwono, T.H.M.S.S. 2014. Analisis preferensi,
perilaku mahasiswa dan keamanan pangan
terhadap produk bakso di sekitar universitas
brawijaya. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
2014. 2(4): 89–100.
[5] Bassbasi, M.P., S.Tauler, R., Oussama, A.
2014. FTIR-ATR determination of solid non fat
(SNF) in raw milk using PLS and SVM
chemometric methods. Food Chemistry. 146:
250–254.
[6] Aryee, A.N.A., Frederik, R.S., Benjamin K.
2009. FTIR determination of free fatty acids in
fish oils intended for biodiesel production.
Process Biochemistry. 44(4): 401–405.
[7] Anjos, O.C., Maria, G.R., Pablo, C.A., Paulo.
2015. Application of FTIR-ATR spectroscopy
to the quantification of sugar in honey. Food
Chemistry. 169: 218–223.
[8] Rahmania, H.S., Rohman, A. 2015. The
employment of FTIR spectroscopy in
combination with chemometrics for analysis of
rat meat in meatball formulation. Meat Science.
100: 301–305.
[9] Zulfahrizal. 2014. Pengembangan metode
pengukuran nondestruktif untuk menentukan
mutu dan fermentasi biji kakao utuh
menggunakan nir spectroscopy. Institut
Pertanian Bogor, Bogor
[10] Mohamed. 2013. Application of chemometrics
in authentication of herbal medicines: a review.
Phytochemical Analysis. 24(1): 1–24.
[11] Flanagan, R.J., Braithwaite, R.A.B. 1995. Basic
analytical toxicology.
[12] POM, D. 1979. Farmakope Indonesia.
Departemen Kesehatan RI.

16

You might also like