You are on page 1of 12

Jurnal AGROSWAGATI 5 (1), April 2017

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS KACANG TANAH


(Arachis hypogaea L.) AKIBAT PERLAKUAN JARAK TANAM

Oleh :
E. Tadjudin1 dan Ahmad Faa Iziyn2

ABSTRACT

This study aims to: (1) the effect of the combination of plant spacing and varieties on
the growth and result of peanuts, (2) determine the varieties and spacing gives the best effect
among the three varieties on growth and peanut result, (3) determine how the correlation
among the components of growth and result of peanuts. The experiment was conducted in
UPTD Seed Crops Development Center (BPBD) in Plumbon Cirebon regency, West Java
province, from March to June 2016.
The studies conducted by using a randomized block design (RAK) combination model.
The treatment consists of two factors, namely peanut varieties and spacing repeated 3 times.
Then treatment combination model as follows: A (varieties jerapah and a spacing of 40 cm x
20 cm), B (varieties jerapah and a spacing of 40 cm x 25 cm), C (varieties jerapah and a
spacing of 40 cm x 30 cm), D (varieties maja 1 and a spacing of 40 cm x 20 cm), E (varieties
maja 1 and a spacing of 40 cm x 25 cm), F (varieties maja 1 and a spacing of 40 cm x 30 cm),
G (varieties maja 2 and spacing of 40 cm x 20 cm), H (varieties maja 2 and a spacing of 40 cm
x 25 cm) and I (varieties maja 2 and a spacing of 40 cm x 30 cm).
The results showed that: (1) there is a combined effect of plant spacing and varieties of
the plant height ages of 21 and 35 days after planting, leaf number aged 21 and 35 days after
planting, leaf area index age of 35 HST, root volume age 35 HST, dry biomass of plants per
clumps age 35 HST, pod fresh weight per hill and per plot, weight of dry pods per hill and per
plot. While the number of pods per hill and a weight of 100 dry seeds no real effect, (2)
treatment D (varieties maja 1 and a spacing of 40 x 20 cm) with the result 1,1 ton/ha, E
(varieties maja 1 and a spacing of 40 x 25 cm) with the result 1,2 ton/ha, F (varieties maja 1
and a spacing of 40 x 30 cm) with the result 1,1 ton/ha and G (varieties maja 2 and a spacing
of 40 x 20 cm) with the result 1,0 ton/ha showed the best effect on weight of dry pods per plot,
(3) there was no correlation between plant height ages of 21 and 35 HST , number of leaves
ages of 21 and 35 days after planting, leaf area index age of 35 HST, HST 35 root volume, dry
biomass of plants per clump age 35 HST by weight of dry pods per plot.
.

Key word :Peanuts, Plant Spacing, Varietes

1
Prof. Dr. H. E. Tadjusin, Ir.,MS : Dosen Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas Swadaya Gunung
Jati, Cirebon-Indonesia
2
Ahmad Faa Iziyn, SP.,MP : BMKG Majalengka Jawa Barat – Indonesia

509
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

A. PENDAHULUAN masing-masing. Lukitas (2006)


Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) di menambahkan bahwa untuk meningkatkan
Indonesia merupakan komoditas pertanian produktivitas dan menekan jumlah polong
terpenting setelah kedelai yang memiliki cipo yang dihasilkan maka perlu diketahui
peran strategis pangan nasional sebagai perbedaan karakter vegetatif, fisiologi,
sumber protein dan minyak nabati.Marzuki daya hasil dan keunggulan dari setiap
(2009) menyatakan bahwa kacang tanah varietas dalam proses pertumbuhan,
mengandung lemak 40-50%, protein 27%, pembentukan, dan pengisian polong
karbohidrat 18%, dan vitamin. Kacang Ketersediaan air, hara dan cahaya
tanah dimanfaatkan sebagai bahan pangan sebagai sumberdaya yang menunjang
konsumsi langsung atau campuran pertumbuhan dan produksi tanaman
makanan seperti roti, bumbu dapur, bahan siftanya terbatas.Reaksi terhadap
baku industri, dan pakan ternak, sehingga keterbatasan sumberdaya dan pengaruh
kebutuhan kacang tanah terus meningkat faktor yang dimodifikasikan pada pesaing
setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan menimbulkan persaingan antar individu
jumlah penduduk (Balitkabi 2008). tanaman. Persaingan antar individu
Sebagian besar petani di Indonesia tanaman tersebut akan menghambat laju
menanam kacang tanah di tegalan dan lahan tanaman. Persaingan antar individu
tadah hujan sebanyak (70%) dan sisanya tanaman dalam memperoleh hara erat
(30%) ditanam di lahan sawah yang kaitanya dengan tidak tersedianya unsur
beririgasi setelah penanaman hara dalam jumlah yang cukup atau
padi.Komoditas kacang tanah memiliki populasi tanaman yang tidak tepat
nilai strategis untuk meningkatkan (Moenandir, 1988). Menurut Soepardi
kesejahteraan petani. Kebutuhan kacang (1992), untuk menanggulangi persaingan
tanah di Indonesia terus meningkat baik antar tanaman dapat dilakukan penerapan
untuk bahan pangan ataupun bahan baku jarak tanam yang tepat.
industri (Heriyanto dan Subagio, 1998 Kerapatan tanaman mempengaruhi
dalam Adisarwanto 2001). Agroindustri penampilan dan produksi tanaman,
yang berbasis kacang tanah tumbuh terutama karena koefisien penggunaan
semakin pesat dan membutuhkan tidak cahaya.Pada umumnya produksi tiap per
kurang 500 ton polong segar per hari atau satuan luas tinggi tercapai dengan populasi
30.000-60.000 ton polong segar per tahun tinggi, karena tercapainya penggunaan
dan 5000 hingga 15 000 ton(biji) kacang cahaya secara maksimum diawal
tanah per tahun. Kebutuhan kacang tanah di pertumbuhan. Pada akhirnya, penampilan
Indonesia mencapai 50 000-150 000 ton biji masing-masing tanaman secara individu
dan 150 000 – 450 000 ton polong segar per menurun karena persaingan untuk cahaya
tahun (Dwi Kelinci, 2005 dalam dan faktor pertumbuhan lain. Tanaman
Kasno,2007) . memberikan respon dengan mengurangi
Produksi kacang tanah tahun 2014 ukuran baik pada seluruh tanaman maupun
sebesar 638,90 ribu ton biji kering, pada bagian-bagian tertentu (Harjadi,
menurun sebesar 62,78 ribu ton (8,95 %) 1979).
dibandingkan tahun 2013. Penurunan Kebutuhan pangan masyarakat dari
produksi tersebut terjadi di Jawa dan di luar tahun ke tahun akan terus meningkat seiring
Pulau Jawa masing-masing sebesar 46,48 dengan laju pertumbuhan penduduk. Sektor
ribu ton dan 16,31 ton. Penurunan pertanian dituntut agar dapat meningkatkan
produktivitas sebesra 0,73 kuintal/hektar produksi pangan dan dapat menyediakan
(5,40 %) ( BPS, 2014). pangan secara berkesinambungan termasuk
Karakteristik tiap varietas, baik unggul kacang tanah. Fluktuasi ketersediaan
maupun lokal, tentu saja memiliki ciri khas pangan sangat dipengaruhi variasi iklim

510
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

dan cuaca. Beberrapa tahun terakhir di diantaranya cangkul, kored, tugal,


kondisi cuaca di Indonesia mengalami penggaris, meteran, tali rafia, timbangan,
anomali cuaca seperti adanya fenomena La papan nama, bambu atau ajir, hand sprayer,
Nina yang bisa menyebabkan curah alat tulis serta alat penunjang lainnya.
meningkat serta unsur-unsur cuaca lainnya Percobaandilakukandenganmengguna
ikut berubah seperti suhu udara, kanmetode Rancangan Acak Kelompok
kelembaban udara dan lainnya yang secara (RAK) model kombinasi. Perlakuan terdiri
langsung bisa mempengaruhi tanaman, dari dua faktor, yaitu varietas kacang tanah
maka diperlukan penelitian varietas yang dan jarak tanam. Ukuran petak 4 m x 3 m,
cocok dan jarak tanam yang terbaik jarak antar petak 30 cm, jarak antar ulangan
terhadap pertumbuhan serta hasil kacang 50 cm. Maka perlakuan model kombinasi
tanah. sebagai berikut:
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu A : Varietas jerapah dan jarak tanam 40 cm
dilakukan penelitian untuk meningkatkan x 20 cm
hasil kacang tanah dengan perlakuan jarak B : Varietas jerapah dan jarak tanam 40 cm
tanam dan jenis varietas yang tepat. x 25 cm
Tujuan dari penelitian ini adalah: C : Varietas jerapah dan jarak tanam 40 cm
(1)kacang tanah; (2) untuk mengetahui x 30 cm
varietas dan jarak tanam yang memberikan D : Varietas maja 1 dan jarak tanam 40 cm
pengaruh terbaik diantara ketiga varietas x 20 cm
terhadap pertumbuhan dan hasil kacang E : Varietas maja 1 dan jarak tanam 40 cm
tanah; (3) untuk mengetahui bagaimana x 25 cm
korelasi antara komponen pertumbuhan dan F : Varietas maja 1 dan jarak tanam 40 cm
hasil kacang tanah. x 30 cm
G : Varietas maja 2 dan jarak tanam 40 cm
B. METODE PENELITIAN x 20 cm
Percobaan telah dilaksanakan di kebun H : Varietas maja 2 dan jarak tanam 40 cm
penelitian Balai Benih Palawija, Desa x 25 cm
Plumbon, Kecamatan Plumbon, Kabupaten I : Varietas maja 2 dan jarak tanam 40 cm
Cirebon dengan ketinggian 17 meter di atas x 30 cm
permukaan laut (dpl). Adapun analisis Dari kedua faktor tersebut diperoleh
tanah dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 9 kombinasi perlakuan dan diulang tiga
data curah hujan 10 tahun terakhir dapat kali, sehingga secara keseluruhan terdapat
dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan dari 27 petak.
data curah hujan tempat percobaan nilai Q Tabel 1. Daftar Kombinasi Perlakuan
sebesar 68,75%, jadi daerah tersebut Varietas Jarak Tanam (J)
termasuk tipe D (sedang) menurut Schmidt (V) J1 J2 J3
dan Ferguson (1951). Penelitian V1 V1J1 V1J2 V1J3
dilaksanakan pada bulan Maret sampai V2 V2J1 V2J2 V2J3
dengan Juni 2016. V3 V3J1 V3J2 V3J3
Bahan-bahan yang digunakan dalam Keterangan : V = Varietas J = Jarak Tanam
percobaan ini adalah benih kacang tanah
varietas Jerapah, Maja 1 dan Maja 2. C. HASIL DAN PEMBAHASAN
(deskripsi pada Lampiran 4). Pemupukan Pengamatan Penunjang
Menurut hasil analisis tanah yang
menggunakan pupuk Urea, SP-36 dan
diperoleh dari Instalasi Lab. Kimia Agro,
KCL.serta Decis 2,5 EC (Emultion
Disperta Pangan, Bandung, Provisi Jawa
Consentrat), Dithane M-45 untuk
Barat. menunjukkan bahwa pH tanah
pengendalian hama dan penyakit. Alat-alat
adalah 5,90 (netral), kandungan bahan
yang digunakan dalam penelitian
organik yang dinyatakan dengan C-organik

511
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

0,93 % (rendah), kandungan N-total 0,10 % WP.Penyemprotan dilakukan pada waktu


(sedang), kandungan nisbah C/N 9,0 tanaman berumur 45 dan 60 HST.
(rendah). Kandungan P2O5 20 ppm P
(sangat tinggi), Kapasitas Tukar Kation Pengamatan Utama
23,96 cmol.kg-1 (rendah). Jenis tanah 1. Tinggi Tanaman
regosol dengan tekstur pasir 31 %, debu 33 Tabel 2. Pengaruh Kombinasi Varietas
%, dan liat 36 % (Lampiran 1).Menurut Kacang Tanah dan Jarak Tanam
penetapan kriteria hara dan status TerhadapTinggi Tanaman Umur 21 dan 35
kesuburan tanah Sarwono Hardjowigeno HST
(2003), dari analisis tanah tersebut dapat Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
disimpulkan bahwa tanah pada penelitian 21 HST 35 HST
ini kurang subur. A 19,93b 41,00b
Pengamatan penunjang terhadap curah B 20,47b 39,13b
hujan dapat diketahui bahwa tipe curah C 19,00b 35,40b
hujan menurut Schmidt - Fergusson (1951) D 18,07 a 32,17 a
bernilai 68,75% dan termasuk hujan tipe D E 19,20b 36,87b
(60,3 % ≤ Q < 100,0 %) yang bersifat F 19,27 b 33,30b
sedang (Lampiran 2). Curah hujan optimum G 17,93a 33,27 a
yang dibutuhkan selama 3 – 3,5 bulan oleh H 17,93 a 29,47 a
tanaman kacang tanah adalah 300- 500 mm I 16,40 a 28,67 a
dan curah hujan harian selama penelitian Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf
adalah 963 mm lebih tinggi dari curah sama pada kolom sama, menunjukkan
hujan yang dibutuhkan tanaman kacang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji
tanah (Lampiran 8). Suhu udara rata-rata Gugus Scott-Knott pada taraf nyata
5%.
selama penelitian adalah 28°C .
Tinggi tanaman pada umur 21dan 35
Kelembaban udara rata-rata selama
HST menunjukkan perbedaan yang nyata
penelitian adalah 83 %. Lama penyinaran
pada setiap perlakuannya. Tinggi tanaman
matahari rata-rata selama penelitian adalah
terbaik terdapat pada perlakuan A dengan
61 % atau 157 jam/bulannya (Lampiran 9,
tinggi 19,93 cm dan 41,00 cm, perlakuan B
10 dan 11).
dengan tinggi 20,47 cm dan 39,13 cm ,
Hasil pengamatan yang dilakukan
perlakuan C dengan tinggi 19,00 cm dan
secara visual menunjukan bahwa gulma
35,40 cm, perlakuan E dengan tinggi 19,20
yang tumbuh pada lahan percobaan
cm dan 36,87 cm, perlakuan F dengan
diantaranya yang paling banyak adalah teki
tinggi 19,27 cm dan 33,20 cm. Harjadi
(Cyperus rotundus). Untuk mengendalikan
(1979) menyatakan bahwa makin rapat
gulma yang tumbuh tersebut dilakukan
jarak tanam dalam baris laju pertumbuhan
penyiangan pada umur 15 HST dan 45 HST
tinggi tanaman akan semakin tinggi. Tinggi
yaitu dengan cara manual cabut langsung
tanaman keterkaitan dengan kemampuan
dengan tangan.
tanaman untuk mendapatkan sinar matahari
Hama yang menyerang tanaman
yang lebih banyak untuk proses
percobaan adalah belalang (Valanga sp.)
fotosintesis. Disamping itu semakin rendah
dan kepik (Anoplocnemis
intensitas cahaya yang diterima pada
phasiana).Pengendaliannya dilakukan
bagian batang menyebabkan kegiatan
penyemprotan dengan insektisida Decis.
auksin yang tertinggi di bagian semi apikal
Sedangkan penyakit yang ditemukan
lebih aktif, karena kadar auksin tertinggi
adalah penyakit layu bakteri
terdapat dalam jaringan yang sedang
(Solanacearum) dan sapu setan (Witches
tumbuh misalnya meristem. Varietas
Broom), pengendalian dengan
berbiji dua (Jerapah) fotosintat lebih besar
menggunakanfungisida Dhitane M-45 80
disalurkan tajuksehingga menghasilkan

512
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

pertumbuhan vegetatif yang tinggi, vegetatif tanaman kacang tanah. Kondisi


sedangkan padavarietas berbiji tiga atau cuaca yg lebih lembab dengan curah hujan
empat (Maja 1 dan 2) fotosintat diutamakan yang lebih tinggi menimbulkan hama
disalurkan pada polong dan seperti belalang dan kepik yang
bagianvegetatifnya kurang mendapat cukup mengganggu pertumbuhan jumlah daun
asupan. terutama pada varietas lokal Maja 2.

2. Jumlah Daun 3. Indeks Luas Daun


Jumlah daun pada umur 21dan 35 HST Indeks luas daun pada umur 35 HST
menunjukkan perbedaan yang nyata pada menunjukkan perbedaan yang nyata pada
setiap perlakuannya. Jumlah daun terbaik setiap perlakuannya. Indeks luas daun
terdapat pada perlakuan A dengan 24,47 terbaik terdapat pada perlakuan A dengan
helai dan 56,33 helai, perlakuan B dengan 0,82 cm, perlakuan B dengan 0,79 cm,
dengan 24,33 helai dan 54,33 helai, perlakuan C dengan 0,84 cm dan perlakuan
perlakuan C dengan 22,73 helai dan 47,13 F dengan 0,78 cm
helai, perlakuan E dengan 22,00 helai dan Tabel 4. Pengaruh Kombinasi Varietas
50,27 helai, perlakuan F dengan 21,27 helai Kacang Tanah dan Jarak Tanam Terhadap
dan 47,93 helai. Indeks Luas Daun Umur 35 HST.
Tabel 3. Pengaruh Kombinasi Varietas Indeks Luas daun(cm)
Perlakuan
Kacang Tanah dan Jarak Tanam Terhadap 35 HST
Jumlah Daun Umur 21 dan 35 HST. A 0,82b
Jumlah Daun (helai) B 0,79b
Perlakuan C 0,84b
21 HST 35 HST
A 24,47b 56,33b D 0,69 a
B 24,33b 54,53 b E 0,71 a
C 22,73b 47,13b F 0,78b
D 18,27 a 44,00 a G 0,65 a
E 22,00b 50,27b H 0,68 a
F 21,27 b 47,93b I 0,68 a
Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf
G 19,87a 42,47 a sama pada kolom sama, menunjukkan
H 18,47 a 34,87 a tidak berbeda nyata berdasarkan Uji
I 17,73 a 35,20 a Gugus Scott-Knott pada taraf nyata
Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf 5%.
sama pada kolom sama, menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji . Indeks luas daun yang tinggi
Gugus Scott-Knott pada taraf nyata
menandakan semakin rapat daun yang
5%.
menaungi dansemakin sedikit radiasi yang
Tinggi tanaman yang tinggi sampai ke daun terbawah. Rata-rata lama
menunjukkan tanaman penyinaran matahari yang dibawah
banyakmenghasilkan daun-daun muda normalnya yaitu sebesar 61 % bisa
selama pertumbuhannya dimana daun-daun mempengaruhi pertumbuhan terutama
muda lebih aktif berfotosintesis pada sinar indeks luas daun. Jumlah daun yang banyak
matahari yang cukup saat pertumbuhan menghasilkan indeks luas daunyang tinggi,
daun ini. Sifat cahaya matahari yang fotosintat yang didistribusikan pada tubuh
merusak auksin, sehingga terjadi tanaman menjadi lebihbanyak dan
pemanjangan bagian tubuh tanaman berpengaruh terhadap karakter vegetatif
diantaranya meningkatnya jumlah daun, maupun komponen hasil.Tanaman yang
selain itu varietas Jerapah mempunyai mengalokasikan fotosintatnya
karakter lebih baik dalam pertumbuhan untukpertumbuhan daun pada

513
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

awalpertumbuhan biasanya akan tumbuh proses alokasi fotosintas ke bagian akar


dengan lebih cepat seperti pada varietas tidak berjalan dengan baik.
unggul yaitu Jerapah dibandingkan dengan
varietas lokal Maja 1 dan Maja
2.Perkembanganpertumbuhan vegetatif 5. Biomassa Kering Tanaman per
diikuti oleh pertambahan nilai indeks luas Rumpun
daun (Brown, 1984). Biomassa kering tanaman per rumpun
pada umur 35 HST menunjukkan
4. Volume Akar perbedaan yang nyata pada setiap
Volume akar pada umur 35 HST perlakuannya. Biomassa kering tanaman
menunjukkan perbedaan yang yata pada per rumpun terbaik pada perlakuan
setiap perlakuannya. Volume akar terbaik Adengan 10,23 gram, perlakuan B 9,13
terdapat pada perlakuan A dengan 8,33 gram dan perlakuan C dengan 9,40 gram
mililiter, perlakuan B dengan 7,67 mililiter,
perlakuan C dengan 7,83 mililiter, Tabel 5. Pengaruh Kombinasi Varietas
perlakuan D dengan 7,83 mililiter, Kacang Tanah dan Jarak Tanam Terhadap
perlakuan E dengan 8,50 militer dan Biomassa Kering Tanaman Per Rumpun
perlakuan F dengan 7,50 mililiter. Umur 35 HST.
Biomassa Kering
Tabel 5. Pengaruh Kombinasi Varietas Perlakuan Tanaman (g)
Kacang Tanah dan Jarak Tanam Terhadap 35 HST
Volume Akar Umur 35 HST. A 10,23b
Volume Akar(ml) B 9,13b
Perlakuan
35 HST C 9,40b
A 8,33b D 8,50a
B 7,67b E 8,60a
C 7,83b F 8,83a
D 7,83b G 8,13 a
E 8,50b H 7,77 a
F 7,50b I 7,83 a
G 6,00 a Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf
H 5,83 a sama pada kolom sama, menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji
I 5,67 a Gugus Scott-Knott pada taraf nyata
Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf 5%.
sama pada kolom sama, menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji
Gugus Scott-Knott pada taraf nyata . Kacang tanah yang berbiji
5%. dua(varietas Jerapah) memiliki bobot
kering tanaman per rumpun yang relatif
.Dengan jarak tanam berapa pun, lebih beratdibandingkan dengan kacang
perkembangan organ vegetatif yang cepat tanah yang berbiji tiga( varietas lokal Maja
dan mempunyai nilai tinggi seperti jumlah 1 dan 2).Keadaan ini mendukung
daun, indeks luas daun akan mempengaruhi pernyataan bahwa pada varietasberbiji tiga
penyerepan fotosintesis yang lebih besar, fotosintatnyalebih banyak disalurkan pada
kemudian fotosintat disalurkan secara bagian polong, karena ukuran maksimal
merata ke bagian organ vegetatif lainnya polongyang harus dicapai diduga lebih
seperti pada bagian akar, hal ini terjadi pada panjang dibandingkan dengan varietas
varietas Jerapah dan lokal Maja 1 dengan yangberbiji dua. Nilai jumlah daun dan
menghasilkan volume akar yang terbaik. indeks luas daun sehngga meningkatkan
Sedangkan pada varietas lokal Maja 2

514
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

proses fotosintesis yang akan menjadi besar,kondisi polong tidak hampa dan isi
bahan kering meningkat. biji yang penuh. Berdasarkan penelitian
Purnamawati et al. (2010) menyatakan Utomo, et al. (2005) ukuran polong dan biji
bahwa tanaman kacang tanah dapat kacangtanah yang lebih besardapat
memberikan hasil lebih baik jika tanaman berkontribusi pada hasil yang lebih tinggi.
mampu mengumpulkan lebih banyak bahan Karakteragronomis yang mendukung daya
kering pada awal tumbuhnya (26 - 42 HST). hasiltinggi antara lain memiliki polong dan
Goldworthy and fisher (1996) bijiberukuran besar. Seiring dengan
menambahkan bahwa bobot kering peningkatan berat polong , berat biji juga
tanaman akan berubah-ubah tergantung akan meningkat.
ukuran tanaman dan banyaknya karbohidrat
yang tersimpan. 7. Jumlah Polong per Rumpun (buah)
Jumlah polong per rumpun
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
6. Bobot 100 Biji Kering
Bobot 100 butir biji kering pada setiap perlakuannya. Pada jarak tanam
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata yang rapat menimbulkan kompetisi
pada setiap perlakuannya tanaman akan cahaya matahari, CO2 dan
Tabel 6. Pengaruh Kombinasi Varietas unsur hara maupun asimilat di dalam
Kacang Tanah dan Jarak Tanam Terhadap tanaman itu sendiri. Faktor cahaya matahari
Bobot 100 Biji Kering. sangat mempengaruhi pada hasil tanaman
kacang tanah, semakin rapat jarak tanam
Bobot 100 Biji Kering
Perlakuan mengakibatkan penurunan jumlah polong,
(g)
hal ini disebabakan penurunan cahaya yang
A 38,83a
diterima oleh tanaman akibat daun saling
B 38,80a
ternaungi menyebabkan hasil fotosintesis
C 38,77a
rendah. Kondisi lingkungan yang lebih
D 38,83a
lembab karena hujan menimbulkan gulma
E 39,30a
yang cepat tumbuh dan banyak seperti teki
F 39,00a
sehingga memicu persaingan dalam
G 38,40 a
kebutuhan unsur hara, udara dan lainnya
H 38,17 a
yang bisa menghambat pertumbuhan dan
I 37,90 a
mengurangi hasil polong kacang tanah
Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf
sama pada kolom sama, menunjukkan Proses alokasi fotosintat pada setiap
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji varietas berjalan cukup baik dan jarak
Gugus Scott-Knott pada taraf nyata tanam tersebut dapat memberikan ruang
5%. tumbuh yang optimum sehingga polong
yang terbentuk semakin banyak.
.Bobot 100 biji kering kacang tanah Tabel 7. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi
lebih ditentukan oleh sifatgenetik dari Varietas Kacang Tanahdan Jarak Tanam
tanaman yaitu ukuran biji. Selain sifat Terhadap Jumlah Polong per Rumpun
genetik setiap varietas, kondisi cuaca Jumlah Polong per
seperti suhu udara yang optimum, Perlakuan Rumpun
kelembaban udara yang dibawah (buah)
normalnya, serta curah hujan yang tinggi A 22,33a
mempengaruhi kondisi ukuran biji pada B 22,67a
varietas unggul Jerapah, sehingga ukuran C 22,50a
biji hampir sama atau tidak berbeda pada D 21,67a
setiap varietas baik varietas unggul Jerpah E 23,00a
maupun lokal maja 1 dan Maja 2. F 21,83a
Masyarakat lebih menyukai biji yang

515
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

G 21,00 a Tabel 9. Pengaruh Kombinasi Varietas


H 20,67 a Kacang Tanah dan Jarak Tanam Terhadap
I 20,33 a Bobot Polong Kering per Rumpun dan
Keterangan :Angka rata-rata dengan disertai huruf Petak.
sama pada kolom sama, menunjukkan Bobot Polong Kering
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji
Gugus Scott-Knott pada taraf nyata
per
Perlakuan per rumpun
5%. petak
(g)
(kg)
8. Bobot Polong Segar per Rumpun (g) A 12.00a 1,40 a
dan per Petak (kg) B 11,00a 1,38 a
Bobot polong segarper rumpun dan C 10,67a 1,13 a
per petak menunjukkan perbedaan yang D 14,00b 1,67b
nyata pada setiap perlakuannya.Bobot E 16,00b 1,87b
polong segar per rumpun dan per petak F 14,67 b 1,70b
terbaik terdapat pada perlakuan D dengan G 13,67b 1,60b
28,25 gram dan 2,67 kg, perlakuan E H 13,00a 1,47a
dengan 28,83 gram dan 2,77 kg, perlakuan I 12,67a 1,37 a
F dengan 28,48 gram dan 2,70 kg, Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf
sama pada kolom sama, menunjukkan
perlakuan G dengan 27,67 gram dan 2,60 tidak berbeda nyata berdasarkan Uji
kg. Bobot polong basah berkorelasi dengan Gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%.
jumlah polong total, varietas Jerapah tidak
cocok ditanam pada saat curah hujan yang Bobot polong kering per rumpun
lebih tinggi dari normalnya serta varietas dan per petak menunjukkan perbedaan
yang memiliki polong berisi biji tiga atau yang nyata pada setiap perlakuannya.
empat serta menyebabkan kadar air di Bobot polong kering per rumpun dan per
dalam polong bertambah sehingga bobot petak terbaik terdapat pada perlakuan D
polong segar per rumpun dan per petak. dengan 14,00 gram per rumpun dan 1,67 kg
Tabel 8. Pengaruh Kombinasi Varietas per petak, perlakuan E dengan 16,00 gram
Kacang Tanah dan Jarak Tanam Terhadap per rumpun dan 1,87 kg per petak ,
Bobot Polong Segar per Rumpun dan perlakuan F dengan 14,67 gram per rumpun
Petak. dan 1,70 kg per petak, perlakuan G dengan
13,67 gram per rumpun dan 1,60 kg per
Bobot Polong Segar
petak. Hasil bobot polong kering per petak
Perlakuan per rumpun per petak jika dikonversikan menjadi ton per hektar
(g) (kg) yaitu perlakuan D dengan bobot 1,1 ton per
A 26,42a 2,40 a hektar, perlakuan E dengan bobot 1,2 ton
B 25,92a 2,32 a per hektar, perlakuan F dengan bobot 1,1
C 25,33a 2,13 a ton per hektar dan perlakuan G dengan
D 28,25 b 2,67b bobot 1,0 ton per hektar (Lampiran 15).
E 28,83b 2,77b Bobot polongkering berkorelasi dengan
F bobot polong basah. Setiap varietas kacang
28,48 b 2,70b
tanah mempunyai kemampuan beradaptasi
G 27,67b 2,60b baik pada beberapa kondisi lingkungan
H 27,17a 2,47a tumbuh yang berbeda dan kondisi iklim
I 26,92a 2,37 a yang berbeda seperti curah hujan yang lebih
banyak pada saat penelitian. Rendahnya
9. Bobot Polong kering per Rumpun (g) bobot polong kering polong pada jarak
dan per Petak (kg) tanam yang rapat disebabakan kompetisi
antar individu tanaman akan asimilat yang

516
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

dihasilkan tanaman itu, sehingga bahan diperoleh masing - masing thitung0,817 dan
tersebt menjadi terbatas untuk 0,348 lebih kecil dari t0,025(34) 2,032, artinya
ditranslokasikan ke bagian polong. Proses terdapat korelasi yang tidak nyata antara
alokasi fotosintat atau bahan asimilat yang tinggi tanaman umur 21 dan
tidak terbagi banyak ke bagian 35 HST dengan bobot polong kering
pertumbuhan vegetatif sehingga pada perpetak. Pada umur 21 sampai 35 HST
pertumbuhan generatif lebih baik, seperti tanaman kacang tanah akan membentuk
pada varietas lokal Maja 1 dan Maja 2 yang bunga dan ginofor, sehingga unsur hara dan
rata-rata mempunyai tiga hingga empat biji fotosintat yang terserap oleh tanaman lebih
dalam satu polong, hal ini bisa banyak digunakan dalam pembentukan
meningkatkan jumlah polong kering per oragan vegetatif seperti daun, bunga,
rumpun dan per petak yang lebih tinggi ginofor dan lainnya. Hal ini yang
dibandingkan varietas Jerapah. Kondisi menyebabkan terdapatnya korelasi yang
cuaca yang lebih lembab, curah hujan lebih tidak nyata antara tinggi tanaman umur 21
tinggi serta penyinaran matahari yg dan 35 HST dengan bobot polong kering
dibawah normalnya menimbulakan hama perpetak.
(kepik,belalang) dan gulma (teki) yang Hasil perhitungan analisis korelasi
lebih banyak juga, sehingga bisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan
mengurangi rata-rata hasil polong kering. yang tidak nyata antara jumlah daun umur
21 dan 35 HST,.Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 11 serta Lampiran 30 dan
10. Analisis Korelasi Antara Komponen 31.
Pertumbuhan dan Hasil Berdasarkan data Tabel 11
menunjukkan hasil uji signifikansi antara
Hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah daun umur 21 dan 35 HST
menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau dengan bobot polong kering perpetak
hubungan yang tidak nyata antara tinggi diperoleh masing - masing thitung0,139 dan
tanamanumur 21 dan 35 HST, jumlah daun 1,109 lebih kecil dari t0,025(34) 2,032, artinya
umur 21 dan 35 HST, indeks luas daun, terdapat korelasi yang tidak nyata antara
volume akar serrta biomassa kering jumlah daun umur 21 dan 35 HST dengan
tanaman per rumpun dengan bobot polong bobot polong kering perpetak. Semakin
kering per petak. banyak jumlah daun yang ada pada
Tabel 10. Hubungan Tinggi Tanaman tanaman akan membuat semakin banyak
Umur 21 dan 35 HST dengan pula proses fotosintesis yang terjadi. Pada
Bobot Polong Kering per Petak umur 21 dan 35 HST fotosintat lebih
diperlukan untuk perkembangan organ
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Uraian
Uraian 21 HST 21 HST 35 HST 35 HST
Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi (r) (r) 0,161 0,028 0,069 0,217
Kategori
Kategorir r Sangat Rendah
Rendah Sangat RendahRendah
Koefisien Determinasi (r2) 0,026 0,005
Koefisien Determinasi
Nilai
2 thitung 0,817 0,348
(r )
Nilai t0,025(34) 2,060 0,001 2,060 0,047
Nilai thitung
Kesimpulan Tidak Nyata 0,139 Tidak Nyata 1,109
Nilai t0,025(34) 2,060 2,060
Kesimpulan Tidak Nyata Tidak Nyata
Berdasarkan data Tabel 10 vegetatif.
menunjukkan hasil uji signifikansi Hasil perhitungan analisis korelasi
antaratinggi tanaman umur 21 dan 35 HST menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau
dengan bobot polong kering perpetak hubungan yang tidak nyata antara indeks

517
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

luas daun umur 35 HST dengan hasil bobot menghasilkan asimilat tinggi. Adanya
polong kering per petak.Untuk lebih peningkatansudut dan luas daun terlalu
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. tinggi tidak menguntungkan karena daun
Indeks Luas yang sudutnya lebar akansaling menaungi
Uraian Daun sehingga daun-daun bagian bawah tidak
35 HST aktif berfotosintesis.
Hasil perhitungan analisis korelasi
Koefisien Korelasi (r) 0,276 menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau
Kategori r Rendah hubungan yang tidak nyata antara volume
akar dengan hasil bobot polong kering per
Koefisien Determinasi
petak.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
(r2) 0,076 pada Tabel 13.
Nilai thitung 1,437 Volume Akar
Uraian
Nilai t0,025(34) 2,060 35 HST
Koefisien Korelasi (r) 0,124
Kesimpulan Tidak Nyata Kategori r Sangat Rendah
Koefisien Determinasi (r2) 0,015
Berdasarkan data Tabel 12 Nilai thitung 0,627
menunjukkan hasil uji signifikansi antara Nilai t0,025(34) 2,060
indeks luas daun umur 35 HST dengan hasil Kesimpulan Tidak Nyata
bobot polong kering per petak diperoleh
thitung1,437 lebih kecil dari t0,025(34) 2,060, Berdasarkan data menunjukkan hasil uji
artinya terdapat korelasi yang tidak nyata signifikansi antara volume akar dengan
antara indeks luas daun umur 35 HST hasil bobot polong kering per petak
dengan hasil bobot polong kering per petak. diperoleh thitung0,627 lebih kecil dari
Marschner (1986) dalam Afandie t0,025(34) 2,032, artinya terdapat korelasi
Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono yang tidak nyata antara volume akar dengan
(2002) mengemukakan bahwa penyerapan hasil bobot polong kering per petak. Akar
unsur hara dilakukan melalui daun yaitu merupakan organ vegetatif utama yang
pada stomata. Indeks luas daun yang tinggi memasok air, unsur hara serta bahan-bahan
menyebabkan serapan fotosintsis lebih lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
banyak sehingga pertumbuhan organ dan perkembangan tanaman. Jika akar tidak
vegetatif dan generatif meningkat berkembang dengan baik maka
tergantung jenis varietas kacang tanah kemampuan akar dalam menyerap air dan
dalam pembagian asupan fotosintat ke unsur hara akan menurun, sehingga
organ vegetatif maupun generatif. Lakitan menyebabkan tanaman tidak akan
(2008) menyatakan bahwa indeks luas daun mendapat air dan unsur hara secara optimal.
mempengaruhi tanaman (Gardner, dkk, 1991).Semakin besar nilai
dalamberfotosintesis untukmendapatkan volume akar belum tetntu hasil kacang
asimilat, namun luas daun yang terlalu tanah yang tinggi, karena banyak pengaruh
tinggitidak menguntungkan karena dapat lain dalam pembentukan polong kacang
menaungi daun dibawahnya, tanaman tanah.
yangternaungi laju fotosintesisnya lebih Hasil perhitungan analisis korelasi
rendah dibandingkan tanaman tidak menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau
ternaungi.Darmijati (1992) menambahkan hubungan yang tidak nyata antara biomassa
bahwa pengurangan radiasi surya karena kering tanaman per rumpun dengan hasil
naungan dapat menurunkan hasil dan bobot polong kering per petak.Untuk lebih
komponen hasil sebesar 13%.Luas daun jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.
perlu diperhatikan untuk dapat

518
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

Biomass Kering ton/ha dan G (varietas Maja 2 dan jarak


Uraian Tanaman per Rumpun tanam 40 x 20 cm) dengan hasil 1,0
35 HST
ton/ha menunjukkan pengaruh yang
Koefisien Korelasi (r) 0,141 terbaik terhadap bobot polong kering
Kategori r Sangat Rendah per petak.
Koefisien Determinasi 3. Tidak ada hubungan antara tinggi
(r2) 0,020 tanaman umur 21 dan 35 HST, jumlah
Nilai thitung daun umur 21 dan 35 HST, indeks luas
0,713
daun umur 35 HST, volume akar 35
Nilai t0,025(34) 2,060 HST, biomassa kering tanaman per
Kesimpulan Tidak Nyata rumpun umur 35 HST dengan bobot
Berdasarkan data menunjukkan hasil polong kering per petak.
uji signifikansi antara biomassa kering
tanaman per rumpun dengan hasil bobot Saran
polong kering per petak diperoleh 1. Dari keempat perlakuan yang terbaik,
thitung0,713 lebih kecil dari t0,025(34) 2,060, disarankan menggunakan perlakuan F
artinya terdapat korelasi yang tidak nyata (varietas Maja 1 dan jarak tanam 40 x
antara biomassa kering tanaman per 30 cm) pada saat musim hujan atau
rumpun dengan hasil bobot polong kering curah hujan tinggi, karena varietas
per petak. Pada umur 35 HST tanaman tersebut lebih disukai petani serta
kacang tanah optimal dalam perkembangan mudah di dapat dan kebutuhan benih
vegetatif sehingga unsur hara dan fotosintat lebih sedikit dibandingkan perlakuan
yang terserap oleh tanaman lebih banyak yang lain.
digunakan dalam pembentukan bunga.Hal 2. Apabila tidak tersedia benih varietas
ini yang meyebabkan tidak terjadinya Maja 1, maka disarankan menggunakan
korelasi yang nyata antara biomassa kering varietas Maja 2 dengan jarak tanam
tanaman per rumpun dengan hasil bobot yang lebih rapat 40 x 20 cm karena fisik
polong kering per petak pertumbuhan yang kecil bisa lebih
optimum memberikan hasil polong
D. KESIMPULAN DAN SARAN kacang tanah.
Kesimpulan 3. Untuk mendapatkan rekomendasi
1. Terdapat pengaruh kombinasi antara antara varietas dan jarak tanam yang
jarak tanam dan varietas terhadap tinggi lebih tepat disarankan perlu melakukan
tanaman umur 21 dan 35 HST, jumlah penelitian lebih lanjut terutama untuk
daun umur 21 dan 35 HST, indeks luas beberapa daerah yang berbeda, iklim
daun umur 35 HST, volume akar umur berbeda dan jenis tanah yang berbeda.
35 HST, biomassa kering tanaman per
rumpun umur 35 HST, bobot polong DAFTAR PUSTAKA
segar per rumpun dan per petak, bobot Adisarwanto, T dan R. Wudianto,
polong kering per rumpun dan per 1998.Meningkatkan hasil panen
petak. Sedangkan jumlah polong per kacang tanah di lahan sawah, kering,
rumpun dan bobot 100 biji kering tidak pasang surut.Penebar swadaya.
berpengaruh nyata. Jakarta.
2. Perlakuan D (varietas Maja 1 dan jarak Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi
tanam 40 x 20 cm) dengan hasil 1,1 Tanaman Pangan 2014. http://
ton/ha, E (varietas Maja 1 dan jarak www.bps.go.id/ (20/01/2016).
tanam 40 x 25 cm) dengan hasil 1,2 Brown, R.H. 1984. Growth of The Green
ton/ha, F (varietas Maja 1 dan jarak Plant. In Tesar, M.B
tanam 40 x 30 cm) dengan hasil 1,1 (Ed.).Physiological Basic of Crop

519
Peanuts, Plant Spacing, Varietes

Growth and Development.American Nicholls N. 1984. The Southern Oscillation


Society of Agronomy Inc. and Crop and Indonesian Sea Surface
Science Society of America Inc. Temperature. Mon.Wea. Rev.
USA. 341p. 112:424 432. Doi :
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. 10.117/2010JAS3348.1
Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Purnamawati H, Poerwanto R, Lubis I,
Budidaya. Terjemahan: Herawati Yudiwanti, Rais SA, Manshuri AG.
Susilo. UI Press, Jakarta. 2010. Akumulasi dan distribusi bahan
Indrasti NS. 2003. Pedoman Pengolahan kering pada beberapa varietas kacang
Kacang Tanah. Dirjen Bina tanah. J Agron Indonesia.38(2):100-
Pengolahan dan Pemasaran Hasil 106.
Pertanian. Jakarta. Soepardi, G. 1992. Dasar-dasar Ilmu
Kemas Ali Hanafiah. 2001. Tanah.IPB Press. Bogor.
RancanganTeoridanAplikasi.PT. Subiharta, B. Hartoyo, dan H. Anwar. 2008.
Raja GrafindoPersada. Jakarta. Teknologi sistem usahatani dan
Kvien C. 1995. Physiological an ternak berbasis tanaman pangan di
environmental disorder of lahan kering. Laporan Tahunan Balai
peanut.Melouk HA, Shokes FM, Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
editor.Peanut Health Management. Tengah.
Minnesota (US): APS Pr. Suminarti NE. 2000. Pengaruh jarak tanam
Lakitan B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi dan defoliasi daun terhadap hasil tanaman
Tumbuhan. Jakarta (ID): PT. Raja Trenberth KE. 1997. The Definition of El
Grafindo Persada Niño. Bull Amer Meteor. Soc.
Lukitas, W. 2006. Uji Daya Hasil Beberapa 78:2771–2777.doi:10.1175
Kultivar Kacang Tanah Vincent Gaspersz. 1995. Metode
(ArachishypogaeaL.).Skripsi. Perancangan Percobaan. CV. Armico.
Program Studi Agronomi. Fakultas Bandung.
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Webster, P.J., A.M. Moore, J.P. Loschnigg,
Bogor and R.R. L, 1999: Coupled
Maesen van den Sar, L. J. G. dan S. oceanatmosphere dynamics in the
Somaatmadja. 1992. Plant Resources Indian Ocean during 1997-98. Nature,
of South East Asia No. 1 : Pulses. 401,356-360.
Prosea.Bogor Indonesia.105 p. Yaqin, N. 1997.Produktivitas Lima
McPhaden, MJ. 2002. El Niño and La Niña: Genotipe Kacang Tanah (Arachis
Causes and global consequences. hypogeae L.) pada Beberapa Jarak
TheEarth system: physical and Tanam.Skripsi. Jurusan Budidaya
chemical dimensions of global Pertanian. Fakultas Pertanian-IPB.
environmentalchange. Encyclopedia
of Global Environmental
Change.1:353-370.ISBN 0-471-
97796-9.
Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman
Budidaya dengan Gulma. CV.
Rajawali. Jakarta. 101 hal.
Muhammad H, Januwati M, Iskandar M.
1993. Pengaruh jarak tanam terhadap
produksi daun tempuyung (Sonchus
arvensis L.).Warta Tumbuhan Obat
Indonesia. Vol. 2 (3) : 13-14.

520

You might also like