You are on page 1of 6

Gejala :

POLIP NASI :
Keluhan utama penderita polip nasi ialah hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai
berat, rinore mulai yang jernih sampai purulen, hiposmia atau anosmia. Mungkin disertai
bersin bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala di daerah frontal. Bila disertai
infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala sekunder yang
dapat timbul ialah bemafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan
penurunan kualitas hidup. Dapat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa
batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma.
REF : Soepardi, Efiati Arsyad, dkk. 2020. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher Edisi ke-7 Cetakan ke-8. Jakarta: FK UI.

Gejala Klinis :

- Hidung rasa tersumbat ringan hingga berat

- Rinorea jernih hingga purulen

- Hiposmia atau anosmia

- Bilandisertai infeksi sekinder : post nasal drip & rinorea purulen

- Mungkin disertai bersin-bersin, nyeri hidung, disertai sakit kepala daerah frontal

- Gejala sekunder : bernapas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur,
penurunan kualitas hidup

Polipi hidung dibagi menjadi dua varietas utama:


1. POLIPI ETHMOIDAL BILATERAL
GEJALA
1. Beberapa polipi dapat terjadi pada semua usia tetapi sebagian besar terlihat pada orang
dewasa.
2. Hidung tersumbat yang menyebabkan sumbatan hidung total mungkin gejala yang
muncul.
3. Hilangnya sebagian atau seluruh indra penciuman.
4. Sakit kepala karena sinusitis terkait.
5. Bersin dan keluarnya cairan hidung karena terkait alergi.
6. Massa menonjol dari lubang hidung.
2. POLIP ANTROCHOANAL (SYN. KILLIAN'S POLIP).
GEJALA
Obstruksi hidung unilateral adalah gejala yang muncul. Obstruksi dapat menjadi bilateral
ketika polip tumbuh menjadi nasofaring dan mulai menghalangi choana yang berlawanan.
Suara mungkin menjadi tebal dan tumpul karena hiponasalitas. Cairan hidung, sebagian besar
mukoid, mungkin terlihat pada satu atau kedua sisi.

Ref : Dhingra, PL, dkk. 2014. DISEASES OF EAR, NOSE AND THROAT & HEAD
AND NECK SURGERY. Elsevier : India

RINOSINUSITIS
Rhinosinusitis akut apabila inflamasi kurang dari 4 minggu.
Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada
muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai
gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang
terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat
lain (referred pain). Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/ anosmia, halitosis, post-nasal
drip yang menye babkan batuk dan sesak pada anak. Keluhan sinusitis kronik tidak khas
sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala dibawah ini yaitu
sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga
akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gang guan ke paru seperti bronkitis (sino-
bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan sulit
diobati
Klasifikasi berdasarkan Durasi Gejala
Dari berbagai subklasifikasi RS(rhinosinusitis), diferensiasi paling sederhana didasarkan pada
durasi gejala. RS akut durasi gejala 4 minggu atau kurang. Pedoman EP3OS4 dan BSACI8
memenuhi syarat ARS sebagai berlangsung kurang dari 12 minggu, dengan resolusi lengkap
gejala . CPG:AS termasuk kategori RS subakut, yang didefinisikan sebagai durasi gejala
antara 4 dan 12 minggu, sedangkan definisi JTFPP6 menetapkan 4 hingga 8 minggu. ARS
rekuren diklasifikasikan oleh pedoman CPG:AS sebagai 4 atau lebih episode ARS dalam 1
tahun, tanpa gejala persisten di antara episode.7 JTFPP mendefinisikan RS rekuren sebagai 3
atau lebih episode per tahun.
Termasuk dalam gejala mayor adalah :
 Sakit pada daerah muka (pipi,dahi ,hidung)
 Buntu hidung
 Ingus purulens/pos-nasal/berwarna
 Gangguan penciuman
 Sekret purulen di rongga hidung
 Demam (untuk RS akut saja)
Sedangkan gejala minor :
 Batuk
 Demam (untuk RS non akut)
 Tenggorok berlendir
 Nyeri kepala
 Nyeri geraham
 Halitosis
Persangkaan adanya RS didasarkan atas adanya 2 gejala mayor atau lebih atau 1 gejala mayor
disertai 2 gejala minor. Berdasarkan kualitas gejalanya RSA dapat dikelompokkan dalam
kategori ringan (non severe) dan berat (severe) :
RSA ringan (non-severe acute sinusitis):
 Rinore
Buntu hidung
 Batuk
 Sakit kepala/wajah ringan
 Demam tidak ada/ringan RSA berat (severe acute sinusitis):
 Rinore purulen (kental,berwarna)
 Buntu hidung
 Sakit kepala/wajah berat
 Udem periorbital
 Demam tinggi

Gejala umum rinosinusitis akut

- Hidung tersumbat

- Rasa nyeri pada sinus yang terinfeksi

- Kadang didapatkan nyeri alih

- Sekret kental yang berbau dan dirasakan mengalir ke daerah nasofaring (post nasal drips)

- Gejala sistemik: demam & lesu

Ref : Medical Mini Notes. EarNose Throat. 2016 (P-92)


Gejala Klinis
Diagnosis RSK ditegakkan bila didapatkan dua atau lebih gejala, yang salah satunya berupa
hidung tersumbat/kongesti atau beringus (lendir ke hidung anterior atau posterior), disertai
nyeri/rasa tertekan pada wajah atau berkurangnya kemampuan membau atau tidak dapat
mencium bau, yang berlangsung lebih atau sama dengan 12 minggu. Derajat keparahan RSK
dinilai menggunakan skor VAS (yang digunakan untuk menghitung skala nyeri) 0-10:
1) Ringan: VAS 0-3
2) Sedang: VAS >3-7
3) Berat: VAS >7-10
VAS lebih dari 5 mempengaruhi kualitas hidup pasien. Derajat keparahan VAS berhubungan
dengan SNOT-22 (alat ukur untuk menilai kualitas hidup pasien rhinosinusitis kronik).

SINUSITIS MAKSIL AKUT


1. Gejala konstitusional. Ini terdiri dari demam, malaise umum dan sakit tubuh. Mereka
adalah hasil dari toksemia.
2. Sakit kepala. Biasanya, ini terbatas pada dahi dan mungkin jadi bingung dengan sinusitis
frontal.
3. Sakit. Biasanya, terletak di atas rahang atas, tetapi mungkin dirujuk ke gusi atau gigi.
Untuk alasan ini pasien terutama dapat berkonsultasi dengan dokter gigi. Nyeri diperparah
oleh membungkuk, batuk atau mengunyah. Kadang-kadang, rasa sakit adalah mengacu pada
daerah supraorbital ipsilateral dan dengan demikian dapat mensimulasikan infeksi sinus
frontal.
4. Kelembutan. Tekanan atau ketukan pada dinding anterior antrum menimbulkan nyeri.
5. Kemerahan dan edema pada pipi. Sering terlihat pada anak-anak. Kelopak mata bagian
bawah bisa menjadi bengkak.
6. Hidung keluar. Rinoskopi anterior/endoskopi hidung menunjukkan pus atau mukopus di
meatus tengah. mukosa dari meatus tengah dan turbinate mungkin tampak merah dan
bengkak. Tes postur. Jika tidak ada nanah yang terlihat di meatus tengah, itu adalah
dilonggarkan dengan sebungkus kapas yang dibasahi dengan vasokonstriktor dan pasien
didudukkan dengan posisi sinus yang terkena diangkat. Pemeriksaan setelah 10-15 menit
dapat menunjukkan sekret pada meatus media.
7. Keluarnya cairan dari hidung. Nanah dapat terlihat di bagian atas yang lunak langit-langit
pada rinoskopi posterior atau endoskopi hidung.

SINUSITIS DEPAN AKUT


1. Sakit kepala bagian depan. Biasanya parah dan terlokalisir di atas
sinus yang terkena. Ini menunjukkan periodisitas karakteristik, yaitu muncul saat bangun
tidur, secara bertahap meningkat dan mencapai puncaknya sekitar tengah hari dan kemudian
mulai mereda. Ini juga disebut "sakit kepala kantor" karena kehadirannya hanya selama jam
kantor.
2. Kelembutan. Tekanan ke atas pada dasar sinus frontal, tepat di atas kantus medial,
menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Hal ini juga dapat ditimbulkan dengan mengetuk
dinding anterior sinus frontal di bagian medial regio supraorbital.
3. Edema kelopak mata atas dengan konjungtiva tercekik dan fotofobia.
4. Hidung keluar. Garis vertikal mukopus terlihat tinggi di bagian anterior meatus media. Ini
mungkin tidak ada jika ostium ditutup tanpa drainase. Mukosa hidung meradang di meatus
tengah.

SINUSITIS ETMOID AKUT


1. Sakit. Itu terlokalisasi di atas jembatan hidung, medial dan dalam ke mata. Hal ini
diperparah oleh gerakan-gerakan bola mata.
2. Edema kelopak mata. Kedua kelopak mata menjadi bengkak dan bengkak. Ada
peningkatan lakrimasi. Selulitis orbita adalah komplikasi awal dalam kasus tersebut.
3. Hidung keluar. Pada rinoskopi anterior, pus mungkin terlihat di meatus tengah atau
superior tergantung pada keterlibatan kelompok anterior atau posterior ethmoid sinus.
4. Pembengkakan konka tengah.

SINUSITIS SPHENOID AKUT


1. Sakit kepala. Biasanya terlokalisasi pada oksiput atau verteks. Nyeri juga dapat dirujuk ke
daerah mastoid.
2. Keluarnya cairan dari hidung. Ini hanya dapat dilihat pada rinoskopi posterior. Garis nanah
dapat terlihat di atap dan dinding posterior nasofaring atau di atas ujung posterior turbinat
tengah. Sinar X. Opacity atau tingkat cairan dapat dilihat di sphenoid sinus. Pandangan lateral
sinus sphenoid diambil dalam posisi terlentang atau posisi tengkurap dan membantu untuk
menunjukkan tingkat cairan. CT scan lebih berguna.

SINUSITIS SPHENOID AKUT


1. Sakit kepala. Biasanya terlokalisasi pada oksiput atau verteks. Nyeri juga dapat dirujuk ke
daerah mastoid.
2. Keluarnya cairan dari hidung. Ini hanya dapat dilihat pada rinoskopi posterior. Garis nanah
dapat terlihat di atap dan dinding posterior nasofaring atau di atas ujung posterior turbinat
tengah.
SINUSITIS KRONIS SECARA UMUM
Gambaran klinis sering tidak jelas dan mirip dengan sinusitis akut tetapi dengan tingkat
keparahan yang lebih rendah. Cairan hidung purulen adalah keluhan yang paling umum.
Kotoran berbau busuk menunjukkan infeksi anaerob. Nyeri lokal dan sakit kepala sering
tidak terlihat kecuali pada eksaserbasi akut. Beberapa pasien mengeluh hidung tersumbat dan
anosmia.
REF : Dhingra, PL, dkk. 2014. DISEASES OF EAR, NOSE AND THROAT & HEAD
AND NECK SURGERY. Elsevier : India

- Soepardi, Efiati Arsyad, dkk. 2020. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher Edisi ke-7 Cetakan ke-8. Jakarta: FK UI.
- Soepardi, Efiati Arsyad, dkk. 2007. BUKU AJAR ILMU KESEHATAN TELINGA,
HIDUNG, TENGGOROK, KEPALA & LEHER ED-6. FKUI : Jakarta.
- Meltzer, Eli O., Hamilos, Daniel L. 2011. Rhinosinusitis Diagnosis and Management
for the Clinician: A Synopsis of Recent Consensus Guidelines. National Library of
Medicine (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3084646/)
- Osguthorpe JD, Hadley JA. Rhinosinusitis: Current concepts inevaluation and
management. 2006.
- KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/1257/2022 TENTANG PEDOMAN NASIONAL
PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA RINOSINUSITIS KRONIK
- Dhingra, PL, dkk. 2014. DISEASES OF EAR, NOSE AND THROAT & HEAD
AND NECK SURGERY. Elsevier : India

You might also like