You are on page 1of 28

CASE REPORT

BRONKITIS AKUT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mengikuti


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Paru RSUD Sukoharjo

Pembimbing:
dr. Ratna Lusiawati, Sp.P, M.Kes.
dr. Nia Marina Premesti, Sp.P, M.Kes

Oleh:
Ryan Budi Gunawan J510 165 043

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
CASE REPORT
BRONKITIS AKUT

Yang Diajukan Oleh:

Ryan Budi Gunawan J510 165 043

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing Ilmu Kesehatan Paru Bagian
Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Pembimbing
Nama : dr. Ratna Lusiawati, Sp.P, M.Kes (.................................)
Nama : dr. Nia Marina Premesti, Sp.P, M.Kes (.................................)

Penguji
Nama : dr. Nia Marina Premesti, Sp.P, M.Kes (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi


Nama : dr. Dona Dewi Nirlawati (.................................)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkitis adalah sebuah kondisi dimana saluran bronkus mengalami
inflamasi, saluran ini membawa udara ke paru-paru.1 Klasifikasi bronkitis
terdiri dari bronchitis akut dan bronchitis kronis. Bronkitis akut ditandai
dengan adanya batuk dengan atau tanpa produksi sputum yang berlangsung
kurang dari 3 minggu.2 Sedangkan bronchitis kronis ditandai dengan adanya
batuk selama 3 bulan atau lebih pertahun. Bronchitis kronis biasanya
berkembang karena cedera berulang pada saluran udara yang disebabkan oleh
iritasi zat-zat yang dihirup.3
Bronkitis sangat umum terjadi pada seluruh belahan dunia manapun
dan merupakan 5 alasan teratas penyebab seseorang mencari pengobatan
medis di Negara-negara yang memang mengumpulkan data mengenai
penyakit ini. Tidak ada perbedaan ras terhadap kejadian bronchitis ini
meskipun lebih sering terjadi pada populasi dengan status sosioekonomi
rendah dan orang-orang yang tinggal didaerah urban dan industri. 4
Hal mengenai insidensi penyakit terkait jenis kelamin, bronchitis lebih
sering dialami oleh pria dibandingkan wanita. Di Amerika Serikat, hingga dua
pertiga pria dan seperempat wanita mengalami bronchitis. Meskipun dapat
ditemukan hamper pada semua usia, bronchitis akut lebih sering didiagnosis
pada anak-anak, sedangkan bronchitis kronis lebih sering terjadi pada orang
tua (lebih dari 40 tahun). Sementara itu, data epidemiologi di Indonesia masih
sangat minim.5

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan dari makalah ini adalah untuk lebih
mengetahui dan memahami mengenai kasus bronchitis akut. Makalah ini juga
digunakan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kedokteran Paru RSUD Sukoharjo.
C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada penulis
dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis agar dapat lebih
mengetahui dan memahami mengenai kasus bronchitis akut.
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama Pasien : Nn. A. P.
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kepis RT01/06 Serut Nguter Sukoharjo
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : Jumat, 12 Agustus 2016
Tanggal Keluar : Selasa, 16 Agustus 2016

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo pada hari Jumat, 12 Agustus 2016
dengan keluhan batuk kering sejak 2 minggu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo dengan keluhan batuk kering ± 2
minggu. Keluhan disertai demam ± sejak 2 hari yang lalu, Pasien juga
mengeluhkan sesak napas pada malam hari dan muntah. Tidak terdapat
keluhan nyeri dada maupun nafsu makan menurun.

3. Riwayat penyakit dahulu


Keluhan batuk pasien pernah diobati dengan membeli obat di apotek
(obat batuk woods), namun tidak mengalami perbaikan, kemudian pasien
memeriksakan diri ke bidan, pasien diberi obat (ketika ditanya nama/jenis
obat, pasien lupa nama obat yang diberikan), keluhan pasien tidak juga
membaik, akhirnya pasien memeriksakan diri ke RSUD Sukoharjo.
Terdapat riwayat rawat inap sebelumnya, di puskesmas dengan
keluhan demam tifoid saat pasien duduk dibangku SMP.
 Riwayat penyakit serupa : Diakui
 Riwayat Hipertensi : Disangkal
 Riwayat Diabetes melitus : Disangkal
 Riwayat TBC : Disangkal
 Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
 Riwayat asma : Disangkal
 Riwayat batuk lama : Disangkal
 Riwayat alergi : Disangkal

4. Riwayat Pribadi
 Riwayat merokok : Disangkal
 Konsumsi alkohol : Disangkal

5. Riwayat Keluarga
Tidak terdapat keluhan serupa pada ayah, ibu, dan adik pasien (orang-
orang yang tinggal bersama pasien). Terdapat riwayat TB paru pada
saudara jauh/pakdhe pasien, pakdhe pasien tidak tinggal serumah dengan
pasien.
 Riwayat penyakit serupa : Disangkal
 Riwayat Hipertensi : Disangkal
 Riwayat Diabetes mellitus : Disangkal
 Riwayat TBC : Disangkal
 Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
 Riwayat asma : Disangkal
 Riwayat batuk lama : Disangkal
 Riwayat alergi : Disangkal
 Riwayat menderita kanker : Disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Vital signs
Tekanan darah : 110/80
Nadi : 82x/menit
Respirasi rate : 24x/menit
Suhu : 38°C
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Nafas cuping
hidung (-), pursed lips breathing (-)
Leher : Retraksi suprasternal (+), deviasi trachea (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Paru-paru
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada benjolan, tidak ditemukan
ada gerakan dada tertinggal, tidak ditemukan adanya
retraksi intercostae.
Palpasi : Gerakan dada tertingal
Depan Belakang
- - - -

Fremitus raba
Depan Belakang
+ + + +

Perkusi: Paru
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor

Auskultasi:
Wheezing Ronkhi
- - - -
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, bising jantung tidak
ditemukan.
Abdomen : Peristaltik usus normal, perkusi : timpani, Tidak
ada nyeri tekan pada seluruh regio abdomen
Ekstremitas : Akral hangat pada ke empat extremitas, tidak
ditemukan adanya Clubbing finger, tidak
ditemukan adanya pitting oedema
Urogenital : BAK : dalam batas normal
BAB : dalam batas normal

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jumat, 12 Agustus 2016
1. Laboratorium Darah Lengkap dengan Diff Count
No Nama Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 Lekosit H 13,6 x 103/ul 3.8 - 10.6
2 Eritrosit 4,42 x 106/ul 4.40 - 5.90
3 Hemoglobin 12,8 g/dl 13.2 – 17.3
4 Hematokrit 38.5 % 40 – 50
5 Index Eritrosit
MCV 87.1 fL 80 – 100
MCH 29.0 pg 26 – 35
MCHC 33.2 g/dL RNF
3
6 Trombosit 333 x 10 /ul 150 – 450
7 RDW-CV 13.5 % 11.5 – 14.5
8 PDW 9.0 fL
9 MPV 9.2 fL
10 P-LCR 17.2 %
11 PCT 0.31 %
12 Golongan Darah AB
No Nama Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
13 DIFF COUNT
NRBC H 0.00 % 0–1
Neutrofil H 81.8 % 53 – 75
Limfosit L 11.3 % 25 – 40
Monosit 6.60 % 2–8
Eosinofil L 0.00 % 2.00 – 4.00
Basofil 0.30 % 0–1
IG 0.40 %

2. Sero Imunologi (Wudal)


No Nama Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 S. Typhi O Positif, titer 1:160 Negatif
2 S. Para Typhi AO Positif, titer 1:80 Negatif
3 S. Para Typhi BO Positif, titer 1:320 Negatif
4 S. Typhi H Positif, titer 1:80 Negatif
5 S. Para Typhi AH Positif, titer 1:80 Negatif
6 S. Para Typhi BH Positif, titer 1:320 Negatif

Sabtu, 13 Agustus 2016


3. Kimia Klinik
No Nama Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 GDS H 179 mg/dL 70 – 120
4 SGOT 12.79 U/L 0 – 30
5 SGPT 7.5 U/L 0 – 50
4. Foto Rontgen Thorax
Jumat, 13 Agustus 2016

Tampak corakan bronkial meningkat


Cor : Tidak membesar
Pulmo : Corakan bronchovascular meningkat, air bronchogram (+), kedua
apex tenang, diafragma dan sinus baik, sistema tulang intact.
Kesan : Gambaran Bronchitis
Besar cor normal

E. ASSESMENT / DIAGNOSIS KERJA


Brochitis Akut dengan Tifoid

F. DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia

G. TERAPI
1. O2 2liter/menit
2. Infus RL 16 tetes/menit + B12 1 gram/hari
3. Inj. Ceftriaxon 1 gram /12 jam
4. Inj, Dexametason 1 gr/ 8 jam
5. Inj. Omeprazole 1 gr/24 jam
6. Paracetamol 4x1 tab
7. Ondansentron tab 3x1
8. OBH 3x1C
9. Cek Laboratorium : Darah lengkap dengan diff count dan foto Thorax
10. Lapor Dokter Spesialis Paru

H. FOLLOW UP
1. Sabtu, 13 Agustus 2016
a. Subjektif :
Demam mulai turun, sesak nafas berkurang, batuk kering (+), mual (-),
muntah (-), nyeri perut (+), pusing (-)
b. Objektif :
1) Vital Sign :
Tekanan Darah : 90/60 mmHg, Respirasi : 24 kali/ menit, Nadi : 80
kali/ menit, Suhu : 36,50C
2) Kepala/Leher :
Sklera Ikterik -/-, Konjungtiva Anemis -/-, Pembesaran Kelenjar
Getah Bening -/-
3) Thorax :
Bunyi Jantung I-II : Regular, Paru : Ronkhi -/-,Wheezing -/-, Suara
Dasar Vesikuler : +/+
4) Abdomen :
Supel, peristaltic(+)
5) Ekstremitas :
Hangat dan tidak terlihat adanya oedema
c. Assesment : Bronkitis Akut dengan Tifoid
d. Planning :
1) O2 2liter/menit
2) Infus RL 16 tetes/menit + B12 1 gram/hari
3) Inj. Ceftriaxon 1 gram /12 jam
4) Inj, Dexametason 1 gr/ 8 jam
5) Inj. Omeprazole 1 gr/24 jam
6) Paracetamol 4x1 tab
7) Ondansentron tab 3x1
8) OBH 3x1C
9) Konsul dokter penyakit dalam
2. Minggu, 14 Agustus 2016
a. Subjektif :
Sesak nafas berkurang, demam (-), batuk (+), mual (-), muntah (-),
nyeri perut berkurang, pusing (-)
b. Objektif :
1) Vital Sign :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg, Respirasi : 24 kali/ menit, Nadi :
80 kali/ menit, Suhu : 36,70C
2) Kepala/Leher :
Sklera Ikterik -/-, Konjungtiva Anemis -/-, Pembesaran Kelenjar
Getah Bening -/-
3) Thorax :
Bunyi Jantung I-II : Regular, Paru : Ronkhi -/-,Wheezing -/-, Suara
Dasar Vesikuler : +/+
4) Abdomen :
Supel, peristaltic(+)
5) Ekstremitas :
Hangat dan tidak terlihat adanya oedema
c. Assesment : Bronkitis Akut dengan Tifoid
d. Planing :
1) O2 2liter/menit
2) Infus RL 16 tetes/menit + B12 1 gram/hari
3) Inj. Ceftriaxon 1 gram /12 jam
4) Inj, Dexametason 1 gr/ 8 jam
5) Inj. Omeprazole 1 gr/24 jam
6) Paracetamol 4x1 tab
7) Ondansentron tab 3x1
8) OBH 3x1C
9) Chloramphenicol 3x500mg
10) Curcuma 3x1
3. Senin, 15 Agustus 2016
a. Subjektif :
Sesak nafas (-), demam (-), batuk kering (+), nyeri perut berkurang,
mual (-), muntah (-), tidak bisa BAB, BAK normal.
b. Objektif :
1) Vital Sign :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg, Respirasi : 24 kali/ menit, Nadi :
70 kali/ menit, Suhu : 36,50C, Sa O2 : 99%
2) Kepala/Leher :
Sklera Ikterik -/-, Konjungtiva Anemis -/-, Pembesaran Kelenjar
Getah Bening -/-
3) Thorax :
Bunyi Jantung I-II : Regular, Paru : Ronkhi -/-,Wheezing -/-, Suara
Dasar Vesikuler : +/+
4) Abdomen :
Supel, peristaltic(+)
5) Ekstremitas :
Hangat dan tidak terlihat adanya oedema
c. Assesment : Bronkitis Akut dengan Tifoid
d. Planing :
1) O2 2liter/menit
2) Infus RL 16 tetes/menit + B12 1 gram/hari
3) Inj. Ceftriaxon 1 gram /12 jam
4) Inj, Dexametason 1 gr/ 8 jam
5) Inj. Omeprazole 1 gr/24 jam
6) Paracetamol 4x1 tab
7) Ondansentron tab 3x1
8) OBH 3x1C
9) Chloramphenicol 3x500mg
10) Curcuma 3x1
4. Selasa, 16 Agustus 2016
e. Subjektif :
Sesak nafas (-), demam (-), batuk kering (-), nyeri perut (-), mual (-),
muntah (-), BAB normal, BAK normal, keadaan umum membaik.
f. Objektif :
1) Vital Sign :
Tekanan Darah : 110/60 mmHg, Respirasi : 24 kali/ menit, Nadi :
80 kali/ menit, Suhu : 36,50C, Sa O2 : 99%
2) Kepala/Leher :
Sklera Ikterik -/-, Konjungtiva Anemis -/-, Pembesaran Kelenjar
Getah Bening -/-
3) Thorax :
Bunyi Jantung I-II : Regular, Paru : Ronkhi -/-,Wheezing -/-, Suara
Dasar Vesikuler : +/+
4) Abdomen :
Supel, peristaltic(+)
5) Ekstremitas :
Hangat dan tidak terlihat adanya oedema
g. Assesment : Bronkitis Akut dengan Tifoid
h. Planing :
1) Paracetamol 3x1
2) OBH 3x1C
3) Sucralfat 3x1C
4) Promavit 1x1
5) Chloramphenicol 3x500mg
6) Curcuma 3x1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bronchitis akut adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang
secara umum menyertai infeksi saluran pernapasan atas. Sebagai akibat
dari infeksi virus (paling umum) atau bakteri, jalan nafas menjadi
terinflamasi dan teriritasi, dan produksi mukus meningkat. Bronkitis akut
ditandai dengan adanya batuk dengan atau tanpa adanya sputum yang
berlangsung kurang dari 3 minggu.6
Bronkitis akut pada umumnya ringan, berlangsung singkat
(beberapa hari hingga minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun
adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, terasa berat,
dan batuk berkepanjangan.2

B. Etiologi
Bronkitis akut dapat disebabkan oleh 7:
 Infeksi virus : influenza virus, parainfluenza virus, respiratory
syncytialvirus (RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan
lain-lain.
 Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis,
Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri
atipik (Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia,
Legionella).
 Jamur
 Noninfeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain.
Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus
yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar < 10%. 7
Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan
penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-
ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.Alergi,
cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan
terjadinya bronkitis akut. 6,7

C. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir
dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang
mensekresi lendir dan sel-sel globet meningkat jumlahnya, fungsi sillia
menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan dan akibatnya
bronchioles menjadi menyempit dan tersumbat.6
Alveoli yang berdekatan dengan bronchioles dapat menjadi rusak
dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag
alveolar, yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing
termasuk bakteri.6
Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi
pernapasan.Penyempitan bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat
perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya,
mungkin terjadi perubahan paru irreversible, kemungkinan mengakibatkan
emphysema dan bronkiektasis.6,7

D. Manifestasi klinis
Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat
berlangsung 2-3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak
dapat berwarna jernih, putih, kuning kehijauan, atau hijau. Selain batuk,
bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini 6,7,8:
 Demam,
 Sesak napas,
 Bunyi napas mengi atau – ngik
 Rasa tidak nyaman di dada atau nyeri dada
Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala – gejala
infeksi saluran respiratori seperti rhinitis dan faringitis.Batuk biasanya
muncul 3 – 4 hari setelah rhinitis.Batuk pada mulanya keras dan kering,
kemudian seringkali berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan
produktif.Karena anak – anak biasanya tidak membuang lendir tapi
menelannya, maka dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan
memuncak. Pada anak yang lebih besar, keluhan utama dapat berupa
produksi sputum dengan batuk serta nyeri dada pada keadaaan yang lebih
berat.9
Karena bronchitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak
berat dan dapat membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih
belum diketahui secara jelasa karena kurangnya ketersediaanjaringan
untuk pemeriksaan. Yang diketahui adalah adanya peningkatan aktivitas
kelenjar mucus dan terjadinya deskuamasi sel – sel epitel bersilia.Adanya
infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding serta lumen saluran respiratori
menyebabkan sekresi tampak purulen.Akan tetapi karena migrasi leukosit
ini merupakan reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka
sputum yang purulen tidak harus menunjukkan adanya superinfeksi
bakteri.9
Pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium
awal.Seiring perkembangan dan progresivitas batuk, dapat terdengar
berbagai macam ronki, suara napas yang berat dan kasar, wheezing
ataupun suara kombinasi.Hasil pemeriksaan radiologist biasanya normal
atau didapatkan corakan bronchial. Pada umumnya gejala akan
menghilang dalam 10 -14 hari. Bila tanda – tanda klinis menetap hingga 2
– 3 minggu, perlu dicurigai adanya infeksi kronis.Selain itu dapat pula
terjadi infeksi sekunder.9

E. Diagnosis
Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada anamnesa
pasien mempunyai gejala batuk yang timbul tiba – tiba dengan atau tanpa
sputum dan tanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common
cold, asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik dan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK). Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal
biasanya tidak khas10.
Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi
pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta
progresivitas batuk, pada auskultasi dada dapat terdengar ronki, wheezing,
ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak
dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah10.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thorax
Foto thorax biasanya menunjukkan gambaran normal atau tampak
corakan bronkial meningkat10.

2. Uji faal paru


Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji fungsi
paru10.
3. Laboratorium
Pada bronkhitis didapatkan jumlah leukosit meningkat10.

G. Diagnosis banding
Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada
common cold. Common cold sendiri merupakan istilah konvensional dari
infeksi saluran pernapasan atas yang ringan, gejalanya terdiri dari adanya
sekret dari hidung, bersin, sakit tenggorok dan batuk serta bias juga
dijumpai demam, nyeri otot dan lemas. Seringkali common cold dan
bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan sulit dibedakan. Batuk pada
common cold merupakan akibat dari infeksi saluran pernapasan atas yang
disertai postnasal drip dan pasien biasanya sering berdeham.Batuk pada
bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah yang
dapat didahului oleh infeksi pada saluran pernapasan atas dan oleh sebab
itu mempersulit penegakkan diagnosis penyakit ini7,8,10.
Bronkitis akut juga sulit dibedakan dengan eksaserbasi akut
bronkitis kronik dan asma akut dengan gejala batuk.Dalam suatu
penelitian mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa
sebagai suatu bronkitis akut pada 1/3 pasien yang datang dengan gejala
batuk.Oleh karena kedua penyakit ini memiliki gejala yang serupa, maka
satu – satunya alat diagnostik adalah dengan mengevaluasi bronkitis akut
tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiri atau merupakan awal
dari penyakit kronik seperti asma.
Diagnosis differensial lainnya adalah8:
1. Epiglotitis, yaitu suatu infeksi pada epiglotis, yang bisa menyebabkan
penyumbatan saluran pernafasan.
2. Bronkiolitis, yaitu suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara
yang merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya
disebabkan oleh infeksi virus.
3. Influenza, yaitu penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan
sering menjadi wabah yang diperoleh dari menghirup virus influenza.
4. Sinusitis, yaitu radang sinus paranasal yaitu rongga-rongga yang
terletak disampig kanan - kiri dan diatas hidung.
5. PPOK, yaitu penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel parsial.
6. Faringitis, yaitu suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang
disebabkan oleh virus atau bakteri.
7. Asma, yaitu suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran
pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan
(inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak
nafas.
8. Bronkiektasis, yaitu suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal
dari saluran pernafasan yang besar.

H. Penatalaksanaan
1. Antibiotik6,7,8
a. Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah
dengan perlekatan pada protein pengikat penisilin yang spesifik
(PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri, penghambat
sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari
peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding
sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati.
Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah
amoksisilin
b. Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral
memberikan pengaruh yang dramatis dalam terapi infeksi.Dari
prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang menjadi asam
pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin.Generasi awal
mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran
kencing.Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari
pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin,
lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih
luas untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi
nosokomial.Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin
tersedia sebagai preparatparenteral yang memungkinkan
penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan
agen lain.
2. Antitusif 9,10
DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari.Codein
10 mg, diminum 3 kali sehari.Doveri 100 mg, diminum 3 kali
sehari.Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk
di otak.Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi
ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat
bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke
bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas,
penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan
feed back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka
antitusif dihentikan.
Penggunaan codein atau dekstrometorphan untuk mengurangi
frekuensi batuk dan perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai
saat ini belum diteliti secara sistematis.Dikarenakan pada penelitian
sebelumnya, penggunaan kedua obat tersebut terbukti efektif untuk
mengurangi gejala batuk untuk pasien dengan bronkitis kronik, maka
penggunaan pada bronkitis akut diperkirakan memiliki nilai
kegunaan.Suatu penelitian mengenai penggunaan kedua obat tersebut
untuk mengurangi gejala batuk pada common cold dan penyakit
saluran napas akibat virus, menunjukkan hasil yang beragam dan
tidak direkomendasikan untuk sering digunakan dalam praktek
keseharian.
3. Mukolitik 7,9,10
Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih.Kondisi ini
menyebabkan peningkatan penebalan mukus.Perubahan dan
banyaknya mukus sukar dikeluarkan secara alamiah, sehingga
diperlukan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus.
Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan
cairan/eksudat infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah
glikoprotein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga
menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak dikeluarkan pada
saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.
4. Ekspektoran7,9,10
Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam
bronkus sehingga mudah dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran
adalah guaifenesin. Guaifenesin bekerja dengan cara mengurangi
viskositas dan adhesivitas sputum sehingga meningkatkan efektivitas
mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari saluran pernapasan.
5. Bronkodilator7,9,10
Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada
saluran pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu :
Simpatomimetika, metilsantin, dan antikolinergik
a. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)
Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang
mempunyai aksi serupa dengan aktifitas simpatis.Sistem saraf
simaptis memgang peranan penting dalam menentukan ukuran
diameter bronkus.Ujung saraf simpatis yang menghasilkan
norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik.
Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan
beta.Reseptor beta terdiri beta 1 dan beta 2.Beta 1 adrenergik
terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar
dan otot halus bronkus.Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2
sehingga terjadi bronkodilatasi.
b. Metilxantin
Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak
digunakan, disamping kafein dan dyphylline. Kafein dan
dyphylline kurang paten dibandingkan dengan teofilin.
Obat golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase.
Dengan penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak
terjadi sehingga kadat cAMP seluler meningkat.Peningkatan ini
menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain
aminofilin dan teofilin.

I. Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam, namun akan menjadi bonam
bila pasien cepat berkonsultasi ke dokter, melakukan tindakan konservatif
disarankan dan meminum obat yang diberikan dokter. Prognosis jangka
panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan
gejala klinik waktu berobat.8
BAB IV
PEMBAHASAN

Telah dilaporkan kasus dengan keluhan batuk kering selama kurang lebih
2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum
cukup, compos mentis, vital sign : Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi:
82x/menit, Respirasi rate: 20x/menit, Suhu: 38.5°C. Tidak ditemukan edema
palpebral kanan maupun kiri pasien, tidak ditemukan adanya konjungtiva anemis,
tidak ditemukan adanya sklera ikterik, napas cuping hidung (+), pursed lips
breathing (-).
Pada pemeriksaan leher pasien tidak terdapat retraksi suprasternal, tidak
terdapat deviasi trachea, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan thyroid.
Thorax: Cor : suara jantung I dan II regular, tidak terdapat adanya bising jantung;
Pada pemeriksaan paru, Inspeksi : Dada simetris, tidak ada benjolan, tidak
ditemukan adanya gerakan dada yang tertinggal, tidak ditemukan adanya retraksi
intercostae, Palpasi: tidak terdapat adanya gerakan dada yang tertinggal pada
kedua lapang paru, fremitus normal pada kedua lapang paru, Perkusi: terdengar
suara sonor pada lapangparu, pada batas paru – hepar terdengar pekak dan batas
paru-jantung terdengar redup, Auskultasi: Suara dasar vesicular (+/+), Ronkhi (-/-
), Wheezing (-/-). Abdomen: Peristaltik usus normal, perkusi : timpani, Tidak ada
nyeri tekan pada seluruh regio abdomen, Ekstremitas : Akral hangat pada ke
empat extremitas, tidak ditemukan adanya Clubbing finger, tidak ditemukan
adanya pitting oedema.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekosit meningkat yaitu 13.6x
3
10 /ul, pada foto thorax memberikan kesan gambaran Bronchitis, Cor: Tidak
membesar, Pulmo: dengan gambaran peningkatan corakan bronkovaskuler dengan
air bronkogram (+), diafragma dan sinus baik.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah diberikan oksigenasi agar oksigen
dalam tubuh terpenuhi dan tidak terjadi sianosis, Ringer laktat + B12 1 amp/
24jam untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan agar keseimbangan elektrolit
tetap terjaga, Injeksi Dexametason 1 amp/8 jam bronkodilator sistemik untuk
anti inflamasi, Injeksi Ceftriaxon 1gr /12jam merupakan antibiotik yang memiliki
spektrum luas yang efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, Inj
Omeprazole 1flas / 12jam untuk menekan sekresi lambung, Paracetamol 4x1 tab
merupakan obat anti piretik untuk menurunkan temperature suhu menjadi normal,
Ondansentron 3x1 merupakan obat antagonis reseptor 5HT3 (serotonin) yang
mempunyai efek anti-emetik untuk menghilangkan mual. OBH 3xCI merupakan
obat batuk hitam yang digunakan untuk mengatasi keluhan batuk.
BAB V
KESIMPULAN

Bronkitis merupakan penyakit yang sering terjadi dan merupakan lima


alasan teratas seseorang mencari pengobatan. Bronchitis akut adalah infeksi
saluran pernapasan bawah yang secara umum menyertai infeksi saluran
pernapasan atas. Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus
yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar < 10%. Bronkitis
akut ditandai dengan adanya batuk dengan atau tanpa produksi sputum yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Gambaran radiologi biasanya tampak corakan
bronkial meningkat dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
lekosit. Penatalaksanaan pasien bronchitis akut, diberikan, mukolitik dan
ekspektoran untuk keluhan batuk, bronkodilator untuk mengurangi keluhan sesak
napas, dan juga diberikan antibiotik. Prognosis penyakit ini baik, jika ditangani
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. NHLBI. National Heart Lung and Blood Institute. 2009.


http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bronchi.
2. Albert. Diagnosis and treatment of acute bronchitis. 2010. Am Fam Physician,
Vol.11. pp.1345-1350
3. Kumar et al. 2010. The Lung Robbins Basic Patology. Philadelphia : Saunders
Elsevier.
4. Wenzel RP, Fowler AA. 2009. Clinical Practice. Acute bronchitis. N Engl J
Med. 355(20):2125-30
5. Macfarlane J, et al. 2010. Prospective study of the incidence, etiology, and
outcome of adult lower respiratory tract illness in the community. Thorax. 56
(2) : 109-14
6. Aru W, Bambang , Idrus A, Marcellus,Sti S,ed. 2007. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen IPD
RSCM
7. Soedarsono.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Surabaya : departemen
Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR- RSUD Dr. Soetomo.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer
9. Said Mardjanis. Respirologi Anak. Edisi I, Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2008
10. Djojodobroto D. 2007. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC.

You might also like