You are on page 1of 16

MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN:

ANALISIS EKONOMI POLITIK TENTANG ALIH


FUNGSI LAHAN PERTANIAN DI KOTA
TASIKMALAYA

Mohammad Ali Andrias, Taufik Nurohman

Universitas Siliwangi, Jalan Siliwangi No. 24 Tasikmalaya,


mohamadali@unsil.ac.id, taufiknurohman@unsil.ac.id

Abstrak
Penelitian ini mengkaji persoalan tentang alih fungsi lahan pertanian ke lahan pemukiman
(propertis) di Kota Tasikmalaya. Pemerintah Daerah belum mampu merumuskan solusi
tepat yang menguntungkan bagi semua pihak dan semua kepentingan, terutama terkait
dengan tujuan jangka panjang. Terdapat benturan kepentingan antara ekonomi/peningkatan
PAD dan persoalan pangan dan lingkungan. Penelitian menggunakan metode kualitatif
dan analisis model interaktif Milles-Huberman. Perbandingan antara teori dengan hasil
wawancara dan informan dilakukan untuk melakukan penyimpulan dengan teknik snow-
ball sampling dan purposive sampling.
Kata kunci : Ekonomi Politik, Alih Fungsi Lahan Pertanian, Model Kebijakan

Abstract
This study examines the problem of the conversion of agricultural land to residential
land (Properties) in Tasikmalaya City. Local governments have not been able to
formulate appropriate solutions that benefit all parties and all interests, especially
related to long-term goals. There is a conflict of interest between the economy /
increase in PAD and food and environmental issues. The study used qualitative meth-
ods and an interactive model analysis of Milles-Huberman. Comparison between
the theory with the results of interviews and informants conducted to make infer-
ences by snowball sampling and purposive sampling technique.
Keywords : Political Economy, Conversion of Agricultural Land Function, Policy
Model

PENDAHULUAN
Pasca otonomi daerah, pemerintah kepada kelompok kecil tertentu.
daerah menyusun rencana strategi agar Terdapat berbagai persoalan dalam
mendapatkan investasi dan usaha untuk pembangunan, khususnya pembangunan di
pembangunan di bidang yang lainnya. daerah. Salah satu yang terpenting adalah
Seharusnya, rencana pembangunan itu persoalan kemiskinan dan minimnya
dapat memberikan keuntungan bagi semua pasokan pangan (khususnya berasa sebagai
pihak. Namun, proses perencanaan itu pada komoditi pangan umum masyarakat Indo-
praktiknya sering kali belum begitu baik dan nesia. Persediaan pangan yang dihasilkan
bahkan tidak berpihak kepada mayoritas dari lahan pangan semakin menurun
masyarakat, sebaliknya justur cenderung padahal kebutuhan terhadap pangan

24
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39

semakin meningkat sejalan dengan Berdasarkan tinjauan tersebut, penting


peningkatan jumlah penduduk. Dalam hal untuk memahami dan meneliti persoalan
inilah, persoalan tersebut menjadi fokus yang terjadi di tingkat pemerintah daerah.
dalam penelitian ini yakni terkait dengan Karena seperti yang disebutkan di atas,
tergerusnya pasokan pangan (lahan sawah) kebijakan nasional akan sangat bergantung
oleh pembangunan fisik atau akibat alih kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah
fungsi lahin iyang merupakan dampak dari daerah. Yakni bagaimana model kebijakan
pembangunan itu sendiri. Masalah dan program strategi kebijakan pemerintah
kemiskinan dan persedian pangan menjadi daerah dalam menyikapi pengalihan fungsi
persoalan terpenting di tengah semakin lahan pertanian menjadi lahan propertis dan
berkurangnya lahan sawah terutuama apakah kepentingan ekonomi-politik
akibat dari tuntutan pembangunan pemerintah daerah cenderung
pemukiman. memprioritaskan ke arah kebijakan
Indonesia pernah mencapai pembangunan sektor non pertanian,
swasembada beras pada tahun 1984 namun terutama kepentingan pembangunan
setelah tahun tersebut melakukan impor propertis. Tulisan ini memilih kota
beras untuk memenuhi pasar nasional dan Tasikmalaya sebagai lokasi yang diteliti.
pemenuhan cadangan logistik. Di satu sisi, Persoalan yang dihadapi terkait
Indonesia memang menjadi produsen beras persoalan ketersediaan pangan
terbesar ketiga di dunia, namun di sisi yang sesungguhnya tidak hanya terkait
lainnya Indonesia menjadi salah satu ketersediaan lahan tanaman pangan. Soal
pengimpor beras terbesar di dunia. Keadaan penting yang misalnya dikeluhkan oleh
ini disebabkan oleh terus meningkatnya petani adalah tentang semakin sedikitnya
kebutuhan nasional terhadap besar tidak minat untuk bertani. Hal ini terjadi karena
sebanding dengan peningkatan lahan yang peluang keuntungan yang didapat dari
jusrtu mengalami penurunan. bertani kecil dibandingkan resiko usaha yang
Usaha ke arah penanggulangan harus ditanggung. Meskipun hal itu penting,
persoalan itu terus dilakukan oleh namun penelitian ini telah menunjukan
pemerintah. Pada tahun 2005 misalnya, usaha yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia pernah mencapai swasembada daerah untuk menyangga kebutuhan
pangan (beras) dengan surplus sekitar pangan di daerahnya.
16.224 ton. Namun meskipun demikian, Dalam penelitian ini menunjukan usaha
pada tahun tersebut Indonesia masih pemerintah daerah Kota Tasikmalaya,
melakukan impor beras sebanyak 19.682 ton misalnya adalah usaha yang dilakukan oleh
untuk pemenuhan cadangan logistik. Usaha anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
lainnya yang dilakukan oleh pemerintah Anggota Komisi II DPRD Kota Tasikmalaya
adalah melaksanakan program untuk Tjahja Wandawa menegaskankan bahwa
memperbaiki situasi pangan nasional. Misalnya pihaknya sedang mengkaji terkait aturan
dengan UU no 41 tahun 2009 tentang tata ruang sekitar 4000 hektar yang harus
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan menjadi lahan abadi untuk bisa menyangga
Berkelanjutan untuk menjamin pasokan pangan pangan di kota Tasik. Harus ada lahan
nasional. Namun UU itu masih mengalami tarik abadi pertanian sebagaimana yang sudah di
menarik kepentingan di tingkal lokal. Otonomi sahkannya dalam UU No 41 Tahun 2009
daerah telah memberikan ruang bagi pemerintah Tentang Perlindungan Lahan Pertanian
daerah untuk merumuskan secara lebih Berkelanjutan untuk menjawab persoalan
terperinci terkait penggunaan lahan atau tanah. lahan yang kian menyempit.
Belum efektifnya usaha ini telah menyebabkan Di kota Tasikmalaya, data
pasokan pangan di Indonesia yang tetap menyebutkan bahwa kebutuhan beras
mengandalkan komiditi impor. untuk penduduk yang berjumlah 657.217

25
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...

orang adalah sekitar 5.586,34 ton untuk melakukan analisis menggunakan tiga
setiap bulannya. Sementara itu, produksi variabel tersebut, timbul beberapa
beras tiap bulan di tasikmalaya terhitung pertanyaan berikut:
dalam angka 2.988 ton atau ada sekitar 1) Variabel Nilai : variabel ini
2.598,34 ton yang harus dipenuhi dari luar mempertimbangkan mengenai, apakah
kota Tasikmalaya. Dan pemenuhan akan proses itu akan dilakukan atas dasar
kebutuhan tersebut semakin hari justru lebih nilai yang mengutamakan persaingan
tergantung kepada pasokan di luar kota (menekankan peranan mekanisme
Tasikmalaya karena semakin banyaknya alih pasar yang efisien, memberikan
fungsi lahan yang hal itu sudah sesuai ganjaran pada yang produktif, dan
dengan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah menganggap ketimpangan sebagai
Kota Tasikmalaya. Seperti yang disebutkan keadaan yang tak terelakkan), serta nilai
oleh Bidang Tanaman Pangan dan yang menekankan sikap
Holtikultura Dinas Pertanian Kota “kekeluargaan”, dan kerjasama
Tasikmalaya, setidaknya sudah ada 19 (menekankan pemerataan
hektar lahan pertanian yang berkurang dari kesejahteraan dan pemberiaan
total sebelumnya 6.017 ha yang mayoritas wewenang ke tingkat lebih bawah).
beralih fungsi untuk pemukiman.
2) Variabel Kepentingan : Dalam varibel ini
Persoalan ini memang membutuhkan lebih menekankan siapa yang
political will dari pemeritantah kota diuntungkan dan siapa yang dirugikan.
Tasikmalaya untuk memastikan RTRW yang Karena dalam hal persaingan akan
berpihak kepada lahan pertanian. lebih menguntungkan pihak yang kuat
Keberpihakan ini akan ditinjau dengan dan merugikan pihak yang lemah.
perspektif ekonomi politik terkait dengan
3) Variabel Kekuasaan : kekuasaan lebih
kebijakan politik yang diambil oleh
menekankan siapa yang berkuasa? apa
pemerintah dengan menggunakan sumber
sumber kekuasaannya ? nilai dan
data primer baik dari narasumber maupun
kepentingan apa yang didukung oleh
informan melalui wawancara terhadap dan
penerapan kekuasaan itu ? (Mas’oed,
kuisioner serta data sekunder yang lainnya.
1994).
Diantara yang akan diwawancarai adalah
mantan pemilik lahan sawah di wilayah Perspektif ekonomi politik ini untuk
Kota Tasikmalaya yang lahan pertaniannya menampilkan jawaban atas adanya
sudah dikonversi menjadi wilayah persoalan moral unneutrality of economic sci-
pemukiman (perumahan), Ketua Gapoktan, ence (tidak netralnya ilmu ekonomi). Bahwa
HKTI atau Kelompok LSM pemerhati di balik ilmu dan penelitian ilmiah
permasalahan pertanahan dan pertanian, memegang peran yang menentukan.
anggota DPRD Kota Tasikmalaya, Dinas Gunnar Myrdal menyebutkan bahwa satu-
BPMPT dan Dinas Pertanian Kota satunya cara untuk menghapuskan adanya
Tasikmalaya, serta manajemen perusahaan systemic bias adalah dengan secara jujur
propertis Kota Tasikmalaya membuka lebar-lebar dan
mempertunjukkan nilai yang dipegang serta
HASIL DAN PEMBAHASAN tujuan yang dikejar, agar kelihatan
kejujurannya. Disana diadakan pilihan
Kebijakan Politik Dan Perspektif moral dalam ilmu, dan disana letak
Ekonomi Politik tanggungjawabnya. Pilihan akan moral
dalam ilmu tersebut menurut Juwono
Perspektif ekonomi politik salah satunya
Soedarsono, akan lebih baik dan sekaligus
menggunakan tiga variabel yakni variable
pengertian terhadap masalah
kepentingan (interest), variabel nilai (value),
pembangunan apabila kita mempergunakan
dan variabel kekuasaan (power) dalam
ekonomi politik (King, 1989).
menganalisis permasalahan. Untuk

26
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39

Eksplanasi ekonomi politik masyarakat dengan kebijakan-kebijakan


membayangkan bahwa struktur sosial yang yang diputuskan. Dalam konteks ini,
tumbuh dan berkembang di daerah-daerah kebijakan pemerintah berbasis masyarakat
industri telah menempatkan pemilik modal berarti setiap peraturan perundangan
(pengusaha) atau pelaku bisnis pada posisi sebagai kebijakan pemerintah adalah
sentral dan dominan mempengaruhi proses relevan dengan konteks kebutuhan dan
pengembilan keputusan yang menyangkut aspirasi masyarakat. Baik mengenai
hajat hidup orang banyak. Bahwa dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan
ekonomi politik sangat terkait pula dengan kebijakan dan penilaian (evaluasi) kebijakan.
kebijakan publik ataupun keputusan politik, Paradigma ini dalam analisis ekonomi politik
karena pasar merupakan sumber kekuasaan dikenal sebagai teori moral ekonomi James
yang mampu mempengaruhi keputusan Scott dan teori pilihan publik (public choice)
politik atau yang dapat disebut dengan oleh James Buchanan.
kebijakan public (Usman, 2002). Pengaturan Tanah Di Pemerintahan
Hubungan negara (pemerintah) sebagai Daerah
pelaku kebijakan dengan perilaku pasar
Mekanisme pertanahan dan politik
dalam proses mekanisme pasar terdapat tiga
pertanian di Indonesia akan sangat
poin yakni : pertama, perilaku pasar
berpengaruh terhadap pengambilan
dipengaruhi sebagian orang yang memiliki
kebijakan di tingkat pemerintahan daerah.
“benda-benda” ekonomi dan semakin
Pembahasan tentang hal tersebut harus
banyak “benda-benda” ekonomi yang
dimulai dari memahami definisi tanah atau
memiliki maka akan semakin besar dalam
lahan dari arti penting fungsinya.
mempengaruhi perilaku pasar. Kedua, usaha
keras dari pemerintah dalam Tanah atau lahan merupakan sumber
mengendalikan pasar ternyata tidak dapat daya yang penting dalam kehidupan
diandalkan sepenuhnya untuk memberikan manusia. Tanah merupakan sekumpulan
arahan perilaku pasar, namun dalam proses tubuh alamiah, mempunyai kedalaman
ini pemerintah yang dapat dipengaruhi oleh lebar yang ciri-cirinya mungkin secara
perilaku pasar. Ketiga, rakyat banyak pada langsung berkaitan dengan vegetasi dan
umumnya tidak mampu berbuat apa-apa pertanian ditambah ciri-ciri fisik lain seperti
dalam menghadapi perilaku pasar. Rakyat penyediaan air dan tumbuhan penutup.
hanya menjadi penonton dan lebih tepatnya Sementara itu, Utomo menyatakan bahwa
korban dari perilaku pasar. Sehingga peran lahan sebagai modal alami yang melandasi
pemerintah sangat dibutuhkan dan mampu kegiatan kehidupan dan penghidupan,
memberikan sesuai dengan kebutuhan memiliki dua fungsi dasar, yakni:
rakyat bukan berpihak pada perilaku pasar 1. Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan
Dalam perkembangannya, pemerintah yang dapat dimanfaatkan untuk
terseret dalam “lingkaran setan” mengenai berbagai penggunaan, seperti
kepemilikan, subsidi, keputusan-keputusan pemukiman, baik sebagai kawasan
dengan dasar-dasar yang lemah, investasi- perkotaan maupun pedesaan,
investasi yang merugi, dan pembengkakan perkebunan hutan produksi dan lain-
subsidi. Peran negara dapat termarginalkan lain.
oleh para pelaku pasar karena kekuatan 2. Fungsi lindung; kawasan yang
pasar ataupun para pemilik modal dapat ditetapkan dengan fungsi utamanya
lebih kuat daripada negara sendiri (Baswier, untuk melindungi kelestarian
1999) (Redwood, 1990). lingkungan hidup yang ada, yang
Seharusnya sistem pemerintahan yang mencakup sumberdaya alam,
demokratis harus ditopang oleh tata sumberdaya buatan, dan nilai sejarah
kelembagaan yang memungkinkan serta budaya bangsa yang bisa
terjadinya korespondensi antara kehendak menunjang pemanfaatan budidaya.

27
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...

Sementara itu, Sihaloho membedakan didominasi oleh pihak kapitalis dengan


penggunaan tanah ke dalam tiga kategori, mengantongi izin mendirikan bangunan
yaitu: yang dikeluarkan oleh pemerintah. Di Indo-
1. Masyarakat yang memiliki tanah luas nesia, terdapat tiga macam ketimpangan
dan menggarapkan tanahnya kepada (Cristo-Doulou sebagaimana dikutip Wiradi,
orang lain; pemilik tanah menerapkan 2000), yakni:
sistem sewa atau bagi hasil. 1. Ketimpangan dalam hal struktur
2. Pemilik tanah sempit yang melakukan “pemilikan” dan “penguasaan” tanah :
pekerjaan usaha tani dengan tenaga Kepentingan/keberpihakan
kerja keluarga, sehingga tidak Pemerintah. Peran pemerintah
memanfaatkan tenaga kerja buruh tani. mendominasi dalam menentukan
kebijakan peruntukan penggunaan
3. Pemilik tanah yang melakukan usaha
lahan dan mendukung pihak bermodal
tani sendiri tetapi banyak
dan penguasaan lahan, sedangkan
memanfaatkan tenaga kerja buruh tani,
peran masyarakat rendah.
baik petani bertanah sempit maupun
bertanah luas. 2. Ketimpangan dalam hal peruntukan tanah
: Terdapatnya indikasi kesenjangan,
Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut
yakni tanah yang seharusnya
sebagai konversi lahan adalah perubahan
diperuntukan bagi pertanian rakyat
fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan
digusur, sedangkan sektor non pertanian
dari fungsinya semula (seperti yang
semakin bertambah luas.
direncanakan) menjadi fungsi lain yang
menjadi dampak negatif (masalah) 3. Ketimpangan atau Incompability dalam hal
terhadap lingkungan dan potensi lahan itu persepsi dan konsepsi mengenai agrarian :
sendiri. Terjadi perbedaan persepsi dan
konsepsi mengenai bermacam hak atas
Pada kasus konversi lahan, tanah sawah
tanah, yakni pemeritah dan pihak
lebih besar terkonversi dibandingkan dengan
swasta yang menggunakan hukum
tanah kering karena dipengaruhi oleh tiga
positif dengan penduduk yang
faktor, yaitu:
berpegang pada hokum normatif/
1. Pembangunan kegiatan non pertanian hukum adat.
seperti kompleks perumahan,
Kustiwan (1997) dalam Supriyadi (2004)
pertokoan, perkantoran, dan kawasan
menyatakan bahwa setidaknya ada tiga
industri lebih mudah dilakukan pada
faktor penting yang menyebabkan
tanah sawah yang lebih datar
terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu: 1)
dibandingkan dengan tanah kering.
faktor eksternal, yang disebabkan oleh
2. Akibat pembangunan masa lalu yang adanya dinamika pertumbuhan perkotaan
terfokus pada upaya peningkatan (fisik maupun spasial), demografi maupun
produksi padi maka infrastruktur ekonomi. 2)faktor internal, melihat sisi yang
ekonomi lebih tersedia di daerah disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi
persawahan daripada di daerah tanah rumah tangga pertanian pengguna lahan.
kering. 3)faktor kebijakan, yakni terkait regulas yang
3. Daerah persawahan di berbagai daerah dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun
umumnya dekat dengan pemukiman daerah yang berkaitan dengan perubahan
warga dibandingkan daerah tanah fungsi lahan pertanian.
kering yang sebagian besar terdapat di Konversi lahan tersebut terutama terjadi
wilayah perbukitan dan pegunungan. karena menjadi pemukiman akibat
Sebagian besar konversi lahan yang peningkatan jumlah penduduk serta faktor
terjadi, menunjukkan adanya ketimpangan kondisi ekonomi karena pemilik lahan
dalam penguasaan lahan yang lebih pertanian menilai bahwa usaha pertanian

28
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39

sudah kurang menguntungkan. Pada saat prasyarat sebelum BPN Tingkat II benar-
yang sama, kepentingan untuk investor benar memberikan persetujuan penetapan
terhadap tanah dan kepentingan penguasa lahan pembangunan untuk kepentingan
tanah yang sulit dipertemukan untuk umum yang dimaksudkan. Yaitu proyek
kepentingan pemenuhan pangan. Dalam yang sudah masuk dalam rencana
banyak kasus, investor atau bahkan pembangunan yang telah diberitahukan
pemerintah seringkali melakukan kepada masyarakat yang bersangkutan, dan
penggusuran lahan untuk kepentingannya. telah mendapatkan persetujuan dari DPRD
Hal itu bukan saja merugikan terhadap setempat.3
kepentingan pemenuhan kebutuhan Disini peran DPR/DPRD, sebagai wakil
pangan, hal itu juga menyebabkan rakyat rakyat sangat menentukan. Oleh karena itu
terputuskan dengan jalinan kehidupan sosial dalam proses alih fungsi lahan (Konversi),
budaya, sosial ekonomi, yang ditanam oleh tidak akan terjadi konversi yang
nenek moyangnya bertahun-tahun atau menyimpang, bila wakil rakyat tidak
bahkan beradab-abad yang lampau.1 memberikan persetujuannya tentang
Sampai saat ini ketentuan hukum perubahan tata ruang yang merusak
pertanahan di Indonesia masih umum dan lingkungan. Bila yang terjadi adalah
belum cukup operasional, sehingga sebaliknya, maka banyak daerah yang
menjadikannya mudah disalahtafsirkan. berigasi teknis, dan lahan pertanian yang
Pertanyaan terpenting yang harus diajukan subur menjadi kawasan industri,
ialah bagaimana hukum tanah memfasilitasi pemukiman dan kawasan industri kawasan
kepentingan rakyat umum. Usaha ke arah wisata terpadu yang berakibat merugikan
tersebut sebenarnya sudah dilakukan. masyarakat, khususnya untuk
Misalnya melalui Peraturan Menteri Dalam mengamankan pasokan pangan nasional
Negeri (Permendagri) No.15 Tahun 1975, Jo, dan daerah. Namun secara ekonomis,
No 2 Tahun 1976, Jo. No 5 Tahun 1985. mungkin pengalihan fungsi lahan dan
Akan tetapi, beberapa penelitian yang konversi itu sangat menguntungkan, karena
membandingkan aturan normatif dan fakta, akan menyumbangkan ribuan pendapatan
justru ada kekhawatiran bahwa selama ini kas daerah, daripada sebelumnya menjadi
dalam pelaksanaannya di lapangan hampir lahan pertanian. Dengan adanya
tidak ditemui perbedaan yang prinsipil persetujuan DPR/DPRD tersebut, secara
dalam membebaskan tanah-tanah rakyat.2 teknis yuridis BPN tingkat II tidak akan
Padahal bila konsekuen dan konsisten menolak memberikan izin lokasi untuk
melaksanakan Pasal 5 Ayat 1 Keppres No. dialihkan fungsi lahannya.
55 tahun 1993, seharusnya tidak ada lagi Analisis Ekonomi Politik Konversi Lahan
swasta yang menggusur tanah dengan Pertanian Kota Tasikmalaya
‘meminjam tangan’ pemerintah, atau
membawa alasan demi kepentingan umum. Dari penjelasan dari hasil penelitian
Demikian juga dalam pengadaan tanah, yang sudah dilakukan bahwa luas lahan
sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal pertanian di Kota Tasikmalaya ini memang
4 Keppres No.55 tahun 1993, Jo. Keputusan mengalami penurunan, karena
Menteri Negara Agraria/Kepala BPN. No.1 permasalahan ini banyak faktor yang
tahun 1994, jo. Inpres No.9 tahun 1973, mempengaruhi terjadinya konversi lahan
Pasal 3, bahwa pengadaan tanah itu harus pertanian di Kota Tasikmalaya. Terutama
terlebih dahulu diadakan penelitian yang akibat peraturan dan kebijakan pemerintah
intensif, mengenai kesesuaian peruntukan Kota Tasikmalaya yang tertuju oleh aturan
tanah yang dimohon dengan Rencana Tata Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Ruang Wilayah, Rencana Wilayah Bagian Tasikmalaya Tahun 2011-2031, dan adanya
Kota atau perencanaan ruang wilayah atau sinkronisasi melalui Rencana Detil Tata
kota yang telah ada. Hal itu menjadi Ruang (RDTR) dengan dinas-dinas terkait

29
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...

di Pemerintah Kota Tasikmalaya. Sedangkan untuk luas lahan 1002 Ha ini digunakan
lahan pertanian pangan berupa sawah di untuk program LP2B, belum ada kejelasan
Kota Tasikmalaya terdapat di seluruh dan kekuatan hukum yang kuat melalui
kecamatan, meliputi area seluas 5.993 peratauran daerah.
hektar. Berdasarkan arahan RTRW, Pemkot Tasikmalaya juga
Paragraf 7 Pasal 49 ayat 2, Perda Nomor 4 menganggarkan Rp 1 Miliar per tahun untuk
tahun 2012 Kawasan Pertanian Pangan program pembebasan lahan atau bukit, atau
Kota Tasikmalaya meliputi area seluas 492 menjaga sumber mata air, agar menjaga
hektar, tersebar di 4 (empat) wilayah resapan air dan kelestarian lingkungan.
kecamatan, yaitu Purbaratu, Cibeureum, Kebijakan ini sudah dilaksanakan dan akan
Mangkubumi dan Kawalu. terus dilakukan dalam beberapa tahun
Pergeseran lahan pertanian karena mendatang. Pemkot Tasikmalaya telah
kebijakan RTRW ini memang tidak dibantah membuat roadmap RTRW yang didasarkan
oleh narasumber yang diwawancarai . pada RDTR. Kebijakan ini merupakan
Mereka menjelaskan, bahwa pengertian amanah dari UU 41 Tahun 2014 untuk
konversi lahan pertanian bukan berarti memenuhi pasokan dan kebutuhan pangan
adanya pergeseran atau mengambil alih secara nasional. Kebijakan ini untuk
lahan pertanian, namun lebih kepada mencegah lahan pertanian di Kota
peruntukannya untuk apa, karena sudah Tasikmalaya tergerus oleh tuntutan pasar
ada pemetaannya yang mengacu pada demi kepentingan inverstor propertis.
RTRW Kota Tasikmalaya. Yang jelas Apalagi jumlah penduduk semakin lama
sekarang lahan yang sudah dipetakan semakin meningkat, kebutuhan akan
tersebut sudah existing untuk perumahan di perumahan pun semakin meningkat.
Kota Tasikmalaya. Jika lahan pertanian Persoalan ini, selain terkait dengan
tersebut memang diperuntukan untuk roadmap RTRW yang sudah ditentukan
perumahan atau bidang lainnya (non sebelumnya, terkait dengan masalah politi-
pertanian), maka pemerintah mengizinkan cal wiil di tingkat legislatif dan eksekutif.
untuk pembangunan tersebut. Namun jika Karena kebutuhan pembangunan tidak
tidak diperuntukan untuk non pertanian, hanya di Kota Tasikmalaya ini semakin
maka pemerintah tidak mengizinkan untuk meningkat. Sehingga ada yang dikorbankan
mengalihfungsikan lahan tersebut. demi pembangunan tersebut, salah satunya
Pemerintah Kota Tasikmalaya bukan adalah kehilangan lahan pertanian subur
mengabaikan aturan UU No 41 tentang yang dilewati irigasi teknis. Kebutuhan
LP2B, atau sewenang-wenang terhadap alih perumahan di Kota Tasikmalaya memang
fungsi lahan pertanian. Bappeda dan dinas- tidak bisa dicegah dalam beberapa tahun
dinas terkait sudah membicarakan dan terakhir, namun jumlah kebutuhan
memprogramkan untuk menyelamatkan perumahan 4 ini terbentur juga dengan
lahan pertanian subur yang ada di Kota kebutuhan pangan penduduk Kota
Tasikmalaya. Salah satunya akan Tasikmalaya. Pemerintah Kota Tasikmalaya
membentuk lahan pertanian pangan perlu rencana strategis dalam beberapa
berkelanjutan di Kota Tasikmalaya yang tahun ke depan, agar kebutuhan pangan
rencanya seluas 1002 Ha. Sejauh ini dan kebutuhan perumahan juga seimbang.
pemerintah dan pihak akademis sedang Dengan diterapkannya sistem
melaksanakan sebuah survey (riset), lahan- desentralisasi ini, pemerintah daerah
lahan pertanian di wilayah mana yang akan diharapkan agar tidak terlalu mudah
digunakan untuk lahan pertanian pangan memberikan peluang untuk terjadinya alih
tersebut. Setelah berhasil memetakan lahan fungsi lahan pertanian pangan. Pemerintah
pertanian untuk LP2B, maka pemerintah (daerah) berkewajiban mempertahankan
akan mem-Perda kan agar lahan tersebut lahan pertanian pangan agar tetap
tidak boleh dialihfungsikan. Akan tetapi

30
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39

fungsinya berkelanjutan. Namun demikian pemukiman padat dan areal pertanian


upaya Perlindungan Lahan Pertanian produktif. Hal tersebut akan berdampak
melalui Undang-Undang No. 41 tahun 2009 buruk terhadap pemukiman masyarakat
sampai saat ini belum sepenuhnya efektif disekitar perumahan. Selain untuk
dan sinergi dengan tata ruang. Tata ruang menghindari banjir dan ketahanan pangan,
selayaknya menetapkan lahan-lahan mana lahan terbuka dan pertanian juga sangat
yang harus dipertahankan, dan menetapkan berfungsi dalam penyerapan air, khususnya
lahan yang dapat beralih fungsi. di musim hujan. Jika hal tersebut tetap
Sementara itu dari pihak legislatif, dibiarkan, dikhawatirkan genangan air saat
Anggota Komisi III DPRD Kota Tasikmlaya musim hujan tidak bisa dikendalikan. Jika
H.Rahmat Saleh menegaskan kepada kondisi ini dibiarkan terus menerus, lambat
Pemkot Tasikmalaya untuk membatasi laun akan mengancam ketersediaan air dan
jumlah pembangunan perumahan di Kota pangan.
Tasikmalaya saat ini, agar lahan pertanian Namun demikian berubahnya alih
yang subur tidak tergerus oleh fungsi lahan pertanian ini menjadi non
pembangunan pemukinan. Keadaan saat ini pertanian di Kota Tasikmalaya, memang
pembangunan pemukiman terlalu didukung dan adanya keterpaksaan untuk
menjamur dan telah menggerus lahan melepas lahan pertanian. Apalagi ada
persawahan. Jika tidak bisa dikendalikan, iming-iming dari pembeli lahan terutama
lahan sawah akan semakin menyempit, dan dari kalangan investor perumahan, sehingga
berdampak kepada produksi dan kebutuhan mereka merelakan lahan pertaniannya
pangan masyarakat Kota Tasikmalaya. untuk dialihfungsikan ke bidang propertis.
Namun beliau pun tidak bisa mengelak Kondisi petani di Indonesia tidak semuanya
jika dilihat dari visi misi Kota Tasikmalaya pemilik lahan, namun banyak petani gurem
yang ingin menjadi Kota Perindustrian di (buruh tani). Petani berusaha mencari
Priangan Timur, maka laju pembangunan perpaduan dalam pemanfaatan
baik perumahan maupun pembangunan sumberdaya yang mereka miliki agar
lainnya akan menjadi sulit terbendung. mendatangkan keuntungan finansial dari
Namun kembali lagi semua itu harus tertuju usahatani yang dijalankannya. Petani dalam
kepada RTRW Kota Tasikmalaya, apakah menjalankan usahataninya tentu berharap
pembangunannya sesuai dengan peta akan mendapatkan penerimaan yang lebih
RTRW. Sebab menurutnya masih ada besar dari biaya produksi yang telah
perizinan pembangunan perumahan yang dikeluarkan.
tidak tepat dalam menentukan lokasi Tetapi kenyataannya tidak selamanya
pembangunannya. Karena ada sesuai dengan harapan, bahkan tidak sedikit
pembangunan di area persawahan subur petani yang mengalami kerugian. Kerugian
dan irigasinya baik. Sehingga sayang jika yang dialami petani pada umumnya
dialihfungsikan menjadi non pertanian. “kerugian yang tidak kentara”. Biasanya
Seharusnya hal tersebut harus diperhatikan petani kurang jeli memperhitungkan biaya-
oleh Pemkot Tasikmalaya untuk lebih biaya yang mereka keluarkan. Dalam
memperhatikan dan mengatur penempatan kondisi penerimaan usahatani tidak dapat
pembangunan perumahan, yang saat ini memenuhi kebutuhan dasar keluarga, petani
memang terkesan serampangan dan tidak masih memerlukan sumber pendapatan lain
teratur. selain dari usahatani. Petani terdorong
Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk mencari pekerjaan lain sebagai sumber
seharunya tidak terlalu mudah memberi izin pendapatan tambahannya, dan tidak
pada investor (penanam modal – red) yang tertutup kemungkinannya petani beralih
akan investasi dibidang perumahan profesi. Sementara lahan usahatani yang
terutama yang menggunakan lahan dikelolanya kurang mendapatkan perhatian
yang sungguh-sungguh. Bahkan tidak

31
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...

sedikit akhirnya yang dijual beralih status khususnya bertujuan untuk melindungi
kepemilikan, yang pada gilirannnya pengalihfungsian lahan pertanian untuk
berujung pada terjadinya alih fungsi lahan keperluan yang lainnya. Sementara UU No
usaha tani ke penggunaan lain. 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian
Rendahnya penerimaan (revenue) hasil Pangan Berkelanjutan sudah disahkan DPR
pertanian dibandingkan dengan biaya dan Presiden secara subtantif bertujuan
produksi (cost of production) sementara hasil melindungi, mengendalikan
di sektor non pertanian (industri), sewa pengalihfungsian lahan pertanian pangan
tanah, dan tingginya harga tanah jika di jual untuk menjaga pasokan pangan agar tidak
tanah membuat banyak petani-petani yang tergerus oleh pembangunan infrastruktur
mengalihfungsikan lahannya ke bidang non dan non pertanian. Tetap saja secara
pertanian. Tidak sedikit petani yang menjual implementasi di lapangan menjadi sebuah
lahan pertaniannya kepada pemilik modal perdebatan dan tantangan yang sangat
untuk kegiatan non pertanian. Selain itu besar guna mewujudkan keinginan untuk
karena terdesak kebutuhan keluarga seperti lahan pertanian pangan abadi dan
untuk biaya pendidikan, kesehatan sering berkelanjutan tersebut.
kali membuat petani tidak mempunysi Berbagai permasalahan secara funda-
pilihan lain untuk menjual sebagian atau mental telah menghadang untuk
seluruh lahan usahataninya. Penduduk mengimplementasikan program revitalisasi
yang bermata-pencaharian pada bidang pertanian tersebut. Pertama adalah,
usaha yang terkait dengan sektor pertanian. perangkat hukum formal yang ada di Indo-
Di Kota Tasikmalaya mencapai lebih dari 40 nesia secara subtantif masih sangat lemah
persen. Sementara kontribusi sektor dan banyak celah yang mudah
pertanian terhadap PDRB hanya mencapai diselewengkan, kondisi ini memberikan
±15 persen. Hal ini menunjukan bahwa peluang yang cukup besar bagi pihak
secara agregat curahan sumberdaya dan tertentu untuk memperebutkan lahan
tenaga kerja di sektor pertanian pertanian untuk kebutuhan lainnya. Kedua
mendapatkan kompensasi yang relative adalah, peraturan rencana tata ruang dan
lebih rendah dibandingkan dengan wilayah (RTRW) dengan peraturan untuk
kompensasi yang diterima untuk curahan mengendalikan dan melindungi lahan
sumberdaya dan tenaga kerja pada sektor pertanian pangan berkelanjutan di Indone-
lain. (Djoni Dkk, 2016). sia kurang terpadu, ditambah lagi dengan
Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono benturan peraturan daerah saat ini yang
perlu diberikan apresiasi pada program awal sangat bersemangat membangun
kebijakannya dengan menyusun Paket perekonomian daerah dalam era otonomi
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan daerah dalam meningkatkan PAD. Tidak
Kehutanan (RPPK) pada pertengahan 2005 adanya sinkronisasi dan kesinambungan
lalu. Program ini dianggap sebagai kebijakan pembagian RTRW antara pemerintah pusat
sulit, berani, dan berpandangan maju untuk dan daerah, memberikan peluang bagi
merubah kondisi politik dan perekonomian banyak kepentingan untuk bermain di
Indonesia yang sempat terpuruk akibat krisis dalam mengatur rencana tata ruang dan
ekonomi sebelumnya. wilayah suatu daerah. Ketiga, lemahnya
sistem pengawasan pemerintah, terkait
Program unggulan pemerintah yang
pengalihfungsian lahan khususnya yang
sempat diwacanakan dan menjadi bahan
terjadi dalam skala kecil. Pemerintah
perdebatan adalah pengadaan lahan
khususnya dari departemen pertanian, juga
pertanian abadi dan lahan pangan
tidak mampu memberikan langkah
pertanian berkelanjutan. Lahan pertanian
persuasif dan preventif terhadap terjadinya
pangan abadi adalah suatu kebijakan yang
pengalihfungsian lahan pertanian ke non
mengatur mengenai tata guna lahan,
pertanian.

32
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39

Berbagai permasalahan dan kendala di satu keluarga sebagai berikut :· L u a s


atas, merupakan salah satu kajian dalam maksimum sawah 10 ha, lahan kering
penelitian ini, meski studi kasus dalam 20 ha, luas maksimum ini tergantung
penelitian ini dalam lingkup yang mikro di pada kepadatan penduduk, tersedianya
Kota Tasikmalaya yakni analisis ekonomi lahan yang dapat dibagi di wilayah
politik konversi lahan pertanian menjadi tersebut dan faktor lainnya.Luas mini-
pembangunan perumahan, namun hasil mum ditetapkan 2 ha, baik sawah
penelitian ini diharapkan mampu menjawab maupun lahan kering, dengan tujuan
persoalan yang terjadi ketika menghadapi menghindari pemecahan (fregmentasi)
tantangan mewujudkan lahan pertanian pemilikan lahan pertanian. Untuk itu,
pangan berkelanjutan dan abadi di Indone- diadakan pembatasan pemindahan
sia. Tanah atau lahan merupakan salah satu lahan pertanian yang menimbulkan
sumber daya yang penting dalam kehidupan pemilikan di bawah 2 ha, terkecuali
manusia karena setiap aktivitas manusia dalam hal warisan.
selalu terkait dengan tanah. 3. UU No 12 tahun 1992 tentang Sistem
Sementara ketentuan peraturan Budidaya Tanaman, mengatur bahwa
perundangan pemerintah yang sudah perubahan rencana tata ruang yang
dijabarkan mengenai perlindungan dan mengakibatkan peruntukan budidaya
pelarangan terhadap lahan sawah beririgasi tanaman guna keperluan lain (non
teknis sudah dijabarkan dan dapat ditelusuri pertanian) dilakukan dengan
dalam berbagai perundang-undangan, memperhatikan rencana produksi
mulai dari undang-undang, keputusan budidaya tanaman secara nasional,
presiden, peraturan/keputusan/surat seperti swasembada pangan
edaran menteri sampai perda. Peraturan 4. UU No 24 tahun 1992 tentang Penataan
tersebut dibuat sebelum pemerintah SBY Ruang mengatur penyusunan Rencana
mencanangkan program revitalisasi Tata Ruang Wilayah yang akan
pertanian pada pertengahan 2005 lalu, membagi habis wilayah administratif
yakni pada masa Orde Baru, langkah menurut fungsi (peruntukan) kawasan,
kebijakan dan peraturan ini sudah dibuat termasuk di dalamnya kawasan lahan
pemerintah untuk mengendalikan, pertanian basah dan lahan pertanian
melindungi dan mempertahankan pasokan kering dengan ketentuan pengaturan
pangan, khususnya beras di Indonesia agar tertentu.
tidak tergerus oleh pembangunan. Akan
5. Keputusan Presiden No 53 Tahun 1989
dilihat pada tabel di bawah ini, beberapa
juncto Kepres No 41 Tahun 1996 juncto
perundangan yang sudah dibuat
Kepres No 98 tahun 1998 tentang
pemerintah untuk melindungi lahan
Kawasan Industri, melarang perubahan
pertanian agar tidak beralih fungsi menjadi
penggunaan lahan pertanian subur
non pertanian.
untuk pembangunan Kawasan Industri.
Perundangan Pencegahan Alih Guna
6. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/
Lahan Pertanian Guna Perlindungan Lahan
Kepala BPN No 410-1851 tanggal 15 Juni
Pertanian Berkelanjutan:
1994 tentang Pencegahan Penggunaan
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tanah Sawah Beririgasi Teknis untuk
tentang Peraturan Dasar-dasar Pokok Penggunaan Tanah Non Pertanian
Agraria, yang dikenal sebagai Undang- melalui Penyusunan Rencana Tata
Undang Pokok Agraria (UUPA) Ruang yang ditunjukan kepada
2. UU No 56 Prp tahun 1960 tentang gubernus dan bupati/walikota, memuat
Penetapan Luas Lahan Pertanian, ketentuan bahwa dalam penyusunan
mengatur batas maksimum dan mini- RTRW agar tidak memperuntukkan
mum pemilikan lahan pertanian dalam lahan sawah beririgasi teknis untuk

33
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...

kegiatan non pertanian. Namun bila dimaksud.


kegiatan itu tetap akan dilaksanakan, 9. Surat Menteri Negara Perencanaan
supaya dikonsultasikan terlebih dahulu Pembangunan Nasional/Ketua
kepada Badaan Koordinasi Tata Ruang Bappenas selaku Ketua BKTRN no
Nasional (BKTRN). 5335/MK/9/1994 tanggal 29 Septem-
7. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/ ber 1994 perihal Penyusunan RTRW
Kepala BPN No 410-2261 tanggal 22 Juli Dati II yang ditunjukkan kepada
1994 tentang Pencegahan Tanah Sawah Mendagri menegaskan bahwa BKTRN
Irigasi Teknis untuk Penggunaan Tanah secara prinsip tidak mengijinkan
Non Pertanian, memberikan petunjuk perubahan penggunaan lahan sawah
kepada Kepala Kantor Pertanahan beririgasi teknis untuk penggunaan
Kabupaten/Kota untuk tidak lahan bukan pertanian perlu direvisi.
melakukan tindakan yang mengarah Untuk itu, Mendagri diminta
kepada pengurangan lahan sawah memberikan petunjuk kepada Pemda
beririgasi teknis dengan tidak Kabupaten/Kota untuk
memberikan Izin Lokasi untuk menyempurnakan/ merevisi RTRW
pembangunan non pertanian pada ar- masing-masing. Terkait dengan hal ini,
eal sawah beririgasi teknis, tidak akan diadakan peninjuan RTRW
memberikan persetujuan izin Provinsi dan Kabupaten/Kota oleh Tim
pengeringan lahan sawah beririgasi Teknis BKTRN yang diketuai oleh Dirjen
teknis, serta secara aktif membantu Pembangunan Daerah.
pemda dalam menyusun RTRW 10. Surat Menteri Negara Perencanaan
Kabupaten/Kota, dan tidak Pembangunan Nasional/Ketua
memperuntukkan lahan sawah Bappenas selaku Ketua BKTRN no
beririgasi teknis bagi penggunaan lahan 5417/MK/10/1994 tanggal 4 Oktober
non pertanian dalam RTRW tersebut. 1994 perihal Efisiensi Pemanfaatan
8. Surat Menteri Negara Perencanaan Lahan Bagi Pembangunan Perumahan
Pembangunan Nasional.Ketua yang ditunjukkan kepada Menteri
Bappenas selaku Ketua BKTRN No Negara Perumahan Rakyat, untuk
5334/MK/9/1994 tanggal 29 Septem- mengarahkan lokasi pengembangan
ber 1994 tentang Pencegahan Non perumahan pada lahan-lahan yang
Pertanian yang ditunjukkan kepada telah diberikan Izin Lokasi yang telah
Beririgasi Teknis untuk Penggunaan ada serta mengindari lahan sawah
Non Pertanian yang ditunjukkan kepada beririgasi teknis.
Menteri Negara Agraria/Kepala BPN 11. Surat Edaran Mendagri no 472/4263/
juncto Surat Edaran Menteri Negara SJ tanggal 27 Desember 1994 perihal
Agraria/KBPN no 410-3346 tanggal 31 Peninjauan Kembali RTRW Provinsi
Oktober 1994 perihal yang sama Dati I dan Kabupaten/Kota/Walikota
menyampaikan petunjuk agar dalam se Indonesia menyampaikan petunjuk
rangka pemberian izin pemanfaatan agar keberadaan lahan pertanian
ruang atau Izin Lokasi harus mengacu berigasi teknis dipertahankan, dengan
ke RTRW yang telah ada dan tidak cara tidak mengijinkan perubahan
memberikan Izin Lokasi pada lahan penggunaan lahan pertanian irigasi
sawah beririgasi teknis. terhadap Izin teknis yang ada serta memanfaatkannya
Lokasi yang terlanjur diterbitkan, semaksimal mungkin untuk
diberlakukan pembatasan-pembatasan peningkatan produksi pertanian. Bagi
sampai Izin Lokasinya habis dan tidak RTRW Dati II yang di dalamnya
dapat diperpanjang lagi, dengan tercantum rencana alih fungsi
memperhatikan kemajuan pembebasan penggunaan lahan sawah berigasi
tanah dan pembangunan kegiatan

34
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39

teknis ke penggunaan lahan non Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah


pertanian, maka RTRW tersebut agar dan Data dari Iwan Isa, Strategi
disempurnakan atau ditinjau kembali Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian.
dengan mengikuti kaidah-kaidah tata Badan Pertanahan Nasional
ruang yang benar.
Pemberitaan di beberapa media massa,
12. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/ salah satunya dalam Harian Umum
Kepala BPN no 460-1594 tanggal 5 Juni Republika Edisi 10 Januari 2011, merilis
1996 perihal Pencegahan Konversi bahwa pemerintah pusat semakin
Tanah Sawah Beririgasi Teknis menjadi memperketat konversi lahan pertanian,
Tanah Kering yang ditunjukkan kepada artinya pemerintah pusat akan lebih tegas
Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh kepada pemda terkait rencana mengonversi
Indonesia, yang meminta para Gubernur lahan pertanian. Pemda harus menyiapkan
dan Bupati/Walikota untuk lahan pengganti seluas tiga kali lipat jika
memberikan petunjuk kepada ingin mengonversi lahan pertanian untuk
masyarakat agar tidak menutup pembangunan. Menteri Pertanian Suswono
saluran-saluran irigasi, tidak mengatakan pemda nantinya tak akan
mengeringkan sawah beririgasi teknis mudah membuat persetujuan untuk
dan menjadikannya untuk penggunaan konversi lahan pertanian. Presiden SBY
pertanian lahan kering, serta tidak sempat memanggil gubernur dari seluruh
merubah sawah beririgasi teknis Indonesia terkait alih fungsi lahan pertanian
miliknya untuk keperluan bangunan. pangan. Peraturan pemerintah (PP)
Bagi yang telah mengubah lahan sawah penetapan dan alih fungsi lahan pertanian
beririgasi teknis menjadi lahan tegalan/ pangan berkelanjutan dianggap sangat
lahan kering tanpa izin dengan tujuan krusial untuk segera dijalankan oleh bupati,
untuk menghindari larangan wali kota, dan gubernur. Namun, muncul
penggunaan lahan sawah beririgasi kekhawatiran penetapannya menyebabkan
teknis bagi penggunaan non-pertanian, saling tumpang tindih dengan penetapan
agar mengembalikannya menjadi lahan RTRW di setiap daerah. Hampir sama jika
sawah beririgasi teknis seperti semula. berbicara kasus Kota Tasikmalaya. Pihak
13. Beberapa SK Gubernur yang berkaitan pemerintah terus berdalih bahwa aturan itu
dengan pengendalian penggunaan berdasarkan RTRW yang sudah ditetapkan.
tanah sawah untuk kegiatan non- Namun demikian, jika kita selalu
pertanian seperti provinsi Jawa Tengah membenturkan kepentingan dan masalah
yang pada intinya memuat kriteria konflik antara pihak pemerintah, swasta,
konversi lahan pertanian sawah serta maupun masyarakat, permasalahan alih
pemanfaatannya. fungsi lahan pertanian ini tidak kunjung
14. Kepres No.33/1990Pelarangan selesai. Bahkan aturan hukum dan
Pemberian Izin Perubahan Fungsi perundangan sudah ditetapkan, saat ini
Lahan Basah dan Pengairan Beririgasi yang dibutuhkan adalah political will
Bagi Pembangunan Kawasan Industri pemerintah di daerah yang berkomitmen
15. SE MENDAGRI 474/4263/SJ/1994 dan konsisten menjalan amanah UU dan
Mempertahankan SIT untuk peraturan yang sudah berlaku dalam
mendukung Swasembada Pangan. mengendalikan konversi lahan pertanian.
Salah satunya kebijakan Pemkot
16. UU RI No 41 Tahun 2009 Tentang
Tasikmalaya yang berupaya mengendalikan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
alih fungsi lahan pertanian, dengan
Berkelanjutan
menetapkan proyek LP2B. diharapkan
17. PP RI No 1 Tahun 2011 tentang jumlah lahan pertanian ini tidak hanya
Penetapan dan alih fungsi lahan terpaku pada seluas 1002 Ha, diharapkan
pertanian pangan berkelanjutan

35
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...

banyak lahan yang bisa dijadikan lahan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
pertanian demi kepentingan dan kebutuhan Berkelanjutan. Menurut PP Nomor 1 tahun
pokok masyarakat dalam masa mendatang. 2011, LP2B harus memiliki jaminan
ketersediaan air minimal untuk memenuhi
PENUTUP kebutuhan pertumbuhan tanaman
berdasarkan jenis komoditas pangan yang
Dari data yang sudah diperoleh bahwa ditanam. Berkaitan dengan hal tersebut,
jumlah lahan pertanian yang berdasarkan terdapat tiga kemungkinan sistem pengairan
data dari BPS Kota Tasikmalaya tahun 2015, LP2B, yaitu sistem pengairan irigasi, rawa/
bahwa pada tahun tersebut luas panen padi lebak/pasang surut dan tadah hujan.
sawah di Kota Tasikmalaya hanya mencapai Sebelumnya proyek LP2B hanya seluas
12.689 Hektar (Ha), mengalami penurunan 492 hektar, tersebar di 4 (empat) wilayah
bila dibandingkan tahun sebelumnya (2014) kecamatan, yaitu Purbaratu, Cibeureum,
yang mencapai 13.536 Ha. Hal ini bisa Mangkubumi dan Kawalu. Kemudian
terjadi karena luas tanamnya juga diidentifikasi ulang ada seluas 2000 Ha lebih,
mengalami penurunan yakni 10.535 Ha namun karena ini berbenturan dengan
pada tahun 2015 dan tahun 2014 sebanyak RTRW Kota Tasikmalaya maka tim
14.318 Ha. Namun dari data dan akademisi melakukan riset ulang, sehingga
wawancara yang sudah di dapatkan muncul luas lahan pertanian untuk LP2B
memang adanya penurunan luas lahan sebesar 1002 Ha. Jumlah ini tersebar di
pertanian akibat konversi lahan pertanian. empat kecamatan tadi. Data ini setelah
Konversi lahan pertanian ini memang melakukan kajian detail melalui RDTR. Data
terjadi akibat adanya benturan dengan ini mengacu pada RPJM, kemudian RPJP,
RTRW Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031, RTRW lalu RDTR. Namun ini tetap harus
dan adanya sinkronisasi melalui Rencana dipertahankan di wilayah politis, untuk
Detil Tata Ruang (RDTR) dengan dinas- diperjuangkan agar lahan pertanian bisa
dinas terkait di Pemerintah Kota dijadikan proyek LP2B. Karena kebijakan ini
Tasikmalaya. Sedangkan lahan pertanian merupakan amanah dari UU 41 Tahun 2014
pangan berupa sawah di Kota Tasikmalaya dan PP No 1 Tahun 2011 Tentang
terdapat di seluruh kecamatan, meliputi area Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian
seluas 5.993 hektar. Berdasarkan arahan Pangan Berkelanjutan. Proyek ini demi
RTRW, Paragraf 7 Pasal 49 ayat 2, Perda memenuhi pasokan dan kebutuhan pangan
Nomor 4 tahun 2012 Kawasan Pertanian secara nasional juga. Jangan sampai lahan
Pangan Kota Tasikmalaya meliputi area pertanian di Kota Tasikmalaya khususnya
seluas 492 hektar, tersebar di 4 (empat) tergerus oleh tuntutan pasar demi
wilayah kecamatan, yaitu Purbaratu, kepentingan inverstor propertis. Apalagi
Cibeureum, Mangkubumi dan Kawalu. jumlah penduduk semakin lama semakin
Jika dilihat sebelumnya di Profil lahan meningkat, tidak dipungkiri kebutuhan
pertanian di Kota Tasikmalaya dalam lima akan perumahan pun semakin meningkat.
tahun terakhir ada penurunan luas lahan Kita harus lebih memperhatikan dan segera
sawah, meskipun tidak begitu siginifkan. melakukan antisipasi kebijakan agar lahan
Namun harus ada perhatian khusus bagi pertanian di Kota Tasikmalaya semakin
lahan sawah pertanian di Kota Tasikmalaya lama semakin tergerus.
ini, sehingga tidak tergerus oleh konversi Dalam UUPA Tahun 60 tanah berfungsi
lahan pertanian. Sementara itu, Identifikasi sosial, pemerintah dan legislatif harus
teknis lahan pertanian pangan ini berbasis paham mengenai perundangan tersebut.
pada “syarat” dan “kriteria” lahan Tidak hanya berpihak kepada kepentingan
pertanian tanaman pangan berkelanjutan kapitalis (pemodal) demi kepentingan non
(LP2B) seperti yang termuat dalam PP pertanian. Namun tanah ini melibatkan
Nomor 1 tahun 2011 tentang Penetapan dan banyak pihak terutama buruh tani dan

36
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39

pangan. Jika merubah dan mengganti fungsi khususnya yang terjadi dalam skala kecil.
lahan pertanian tersebut, jelas bisa Pemerintah khususnya dari dinas pertanian,
dipidanakan atau dihukum. Menurut data juga tidak mampu memberikan langkah
yang sudah dihimpun memang tanah persuasif dan preventif terhadap terjadinya
pertanian di Kota Tasikmalaya sudah seluas pengalihfungsian lahan pertanian ke non-
222 Ha lahan dari 2008 sampai 2015 pertanian.
penyusutannya. Diprediksi pertahun seluas Penelitian ini memberikan saran bahwa
30 Ha lahan. Jika lahan pertanian untuk kebijakan pemerintah ini masih belum
perumahan oleh pihak developer memang dikeluarkan dan masih dalam tahap riset
bisa dikendalikan atau dilihat data-datanya. dan identifikasi permasalahan. Namun
Yang paling sulit adalah mengambil alih diharapkan PP Pemkot Tasikmalaya tentang
fungsi lahan pertanian oleh kepemilikan program LP2B bisa diterapkan mulai tahun
pribadi. Misalnya dari pertanian menjadi 2018. Hanya saja sebelum PP ini menjadi
rumah pribadi atau non pertanian lainnya. program nyata Pemkot Tasikmalaya.
Dengan kebijakan baru ini melalui program sebaiknya pihak dinas pertanian
LP2B diharapkan lahan pertanian bisa memberikan sosialisasi dan komunikasi ke
dilaksanakan secepatnya. beberapa instansi dan masyarakat untuk
Secara fundamental hambatan untuk menyukseskan program ini. Kemudian
mengimplementasikan menekan laju alih kebijakan ini didukung oleh semua stake-
fungsi lahan pertanian. Pertama adalah, holder agar program LP2B berjalan
perangkat hukum formal yang ada secara maksimal. Namun yang jelas dalam RTRW
subtantif masih banyak celah, kondisi ini Pemkot Tasikmalaya harus disinkronkan
memberikan peluang yang cukup besar bagi lagi kemana arah pembangunana Kota
pihak tertentu untuk memperebutkan lahan Tasikmalaya dan jelas harus ada komitmen
pertanian untuk kebutuhan lainnya. Kedua dan konsisten agar seimbang antara
adalah, peraturan rencana tata ruang dan pembangunan dan ketahanan pangan di
wilayah (RTRW) dengan peraturan untuk daerah, khususnya Kota Tasikmalaya.
mengendalikan dan melindungi lahan
pertanian pangan berkelanjutan di Indone- (Footnotes)
sia masih kurang terpadu dan berbenturan
1
Husein, op.cit. halaman 16-17
dengan peraturan daerah, yang
2
Husein, loc.cit.
bersemangat membangun perekonomian
3
Husein,op.cit. halaman 20
4
Data dari Dinas Citptakarya, Tata Ruang dan
daerah dalam era otonomi daerah dalam
Kebersihan Kota Tasikmalaya menyebutkan bahwa
meningkatkan PAD. Tidak adanya pada tahun 2017 jumlah pembangunan kompleks
sinkronisasi dan kesinambungan pembagian perumahan sudah mencapai 250. Jumlah Backlog di
RTRW dan proyek LP2B itu sendiri. Ketiga, Kota Tasikmalaya mencapai 6000 unit, dan hal itu
masih lemahnya sistem pengawasan menandakan tingginya kebutuhan lahan untuk
pemerintah, terkait pengalihfungsian lahan menjadi pemukiman.

Daftar Pustaka
Arifin, Bustanul dan Didik J Rachbini. 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Baswir, Revisond. 1999. Dilema Kapitalisme Perkoncoan. Institute of Development and Economic
Analysis (IDEA) bekerjasama dengan Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Hadiz, Vedi R. 1997. “ Ekonomi Politik Kepentingan Nasional’. Prisma Edisi 5, Mei-Juni 1997.
Husein. Ali Sofwan. 1995. Ekonomi Politik Penguasaan Tanah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Islamy, Irfan. 1984. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta.

37
MOH. ALI A., TAUFIK N.: MODEL KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN: ANALISIS EKONOMI POLITIK...

Jones, O. Charles. 1994. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy), Nashir Budiman (ed), CV
Rajawali Press. Jakarta.
King, Dwight. “Penelitian Empiris dan Pendekatan-Pendekatan Ekonomi Politik (Kawan atau
Lawan) Prisma edisi ke 3 Th 1989.
Kuntjoro-Jakti, Dorodjatun. 1991. Pendekatan Politik-Ekonomi (Political-Economy) ; Jembatan
Diantara Ilmu Ekonomi dan Ilmu Poltik. Jurnal Politik 8. Kerjasama Asosiasi Ilmu Politik
Indonesia (AIPI) dan Lembaga Ilmu Politik Indonesia (LIPI) dengan PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik. Penerbit Ghava
Media. Yogyakarta.
Lindlom, E. Charles. 1986. Proses Penetapan Kebijakan, Alih Bahasa Syamsudin Ardian. Erlangga.
Jakarta.
Miles Mathew B, dan Huberman A, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Alih bahasa Tjetep Rohendi
Rohidi. UI-Press. Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rachbini. J. Didik.1996. Perspektif Ekonomi Politik Baru. CIDES. Jakarta.
_______________.2000. Diagnosa Ekonomi dan Kebijakan Publik. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Redwood, John. 1990.Kapitalisme Rakyat. PT Pustaka Utama Grafiti. Jakarta
Silalahi, Oberlin. 1989. Beberapa Aspek Kebijaksanaan Negara. Liberty. Yogyakarta
Sofwan Husein, Ali. 1995. Ekonomi Politik Penguasaan Tanah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Soetomo, Greg. 1997. Kekalahan Manusia Petani :Dimensi Manusia dalam Pembangunan Pertanian.
Kanisius. Yogyakarta
Usman, Sunyoto. 2002. Jalan Terjal Perubahan Sosial. CiRed. Yogyakarta
Putra, Fadillah. 2001. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik: Perubahan dan Inovasi
Kebijakan Publik dan Ruang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Wahab, A. Solichin. 1990. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara. Rineka Cipta. Jakarta
Wahab, A Solichin. 1997. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanan
Negara. Bumi Aksara. Jakarta
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Pressido. Yogyakarta.

Sumber Lain :
Bambang Irawan dan Supena Friyatno. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa Terhadap Produksi
Beras dan Kebijakan Pengendaliannya.Pusat dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Republik Indonesia : Bogor
Fadhilah, Ida. 2008. Ekonomi Politik Rencana Tata Ruang dan Wilayah (Analisa Relasi Pemerintah
Daerah dan Pemilik Modal dalam Pembangunan Perumahan Refflesia di Desa Pandak,
Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Kompas. Edisi Jumat, 11 Maret 2011. Ancaman Hak Atas Tanah
Made Antara, “Pengendalian Konversi Lahan Pertanian”, dalam Bali Post Online (Bali), 3 Desember
2002.

38
METASASTRA JIPP, Vol. 3 No. 1, November 2017: 24—39

“Indonesia Masuk Empat Negara Importir Beras Terbesar” dalam Medan Bisnis (Medan), 26 Februari
2011.
Usep Irawan, http//adisuara.blogspot.com/2007/07/lahan pertanian dan hak asasi petani

Peraturan Perundangan :
Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
Undang-Undang No.41 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
PP No 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

39

You might also like