You are on page 1of 5

PELANGGARAN HAM(Hak Asasi Manusia)

1.PEMBUNUHAN MARSINAH (1993)


Marsinah adalah seorang buruh pabrik dan aktivis pada zaman Orde Baru yang tewas karena
penyiksaan. Pada tanggal 3-4 Mei 1998, Marsinah beserta rekan-rekannya melakukan demonstrasi
karena pabrik tempatnya bekerja tidak menaikkan upah sesuai edaran gubernur Jawa Timur.Pada
siang tanggal 5 Mei, 13 teman Marsinah ditangkap Kodim Sidoarjo atas tuduhan penghasutan
kepada para buruh agar tidak masuk kerja. Rekan-rekannya mendapat paksaan untuk
mengundurkan diri. Marsinah pun datang ke Kodim untuk menanyakan di mana keberadaan
rekan-rekannya.

Malamnya, Marsinah menghilang dan tidak ada yang tahu keberadaannya.

Marsinah baru ditemukan pada tanggal 8 Mei 1993 dalam keadaan meninggal dan berdasarkan
hasil autopsi ia mengalami penyiksaan berat.

HAK YANG DILANGGAR :


Hak asasi yang dilanggar dalam kasus pembunuhan marsinah, yaitu
Pelanggaran hak untuk hidup,larangan penyiksaan ,kebebasan mengutarakan
Pendapat dan hak untuk mendapatkan upah/gaji yang layak.

PENYEBAB :
Karena Marsinah kala itu aktif dalam perencanaan aksi unjuk rasa dan mogok kerja 2 Mei 1993 di
Tanggulangin, Sidoarjo. Aksi tersebut dilandasi surat edaran Gubernur Jawa Timur tentang
imbauan kepada pengusaha agar meningkatkan kesejahteraan buruh dengan menaikkan gaji
hingga 20 persen gaji pokok.

Aksi dimulai pada 3 Mei. Sampai 5 Mei, 15 orang perwakilan karyawan termasuk Marsinah ikut
dalam perundingan dengan perusahaan. Namun pada 5 Mei, 13 orang tanpa Marsinah digiring ke
Kodim Sidoarjo karena dianggap sebagai penghasut dan dipaksa untuk mengundurkan diri.

Marsinah sempat mendatangi Kodim untuk mencari tahu keberadaan teman-temannya, namun
malam itu dia menghilang. Jenazahnya baru ditemukan pada 8 Mei di hutan Dusun Jegong, Desa
Wlangan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dalam keadaan mengenaskan. Hasil otopsi forensik
mengungkap alat kelaminnya ditimah panas.

PENYELESAIAN :
Pelaku di bawa ke pihak yang berwajib dan Bos PT CPS, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara,
staf yang terlibat ikut divonis 12 tahun. Namun, dalam tingkat kasasi di MA, mereka ditetapkan
bebas dari segala dakwaan. Dalam pengusutan kasus ini, tim khusus Polda Jatim dan Detasemen
Intel Kodam Brawijaya, disebut menuduh dan memaksa bos CPS dan bawahannya mengaku
sebagai tersangka. Bahkan, pengacara Yudi Susanto mengatakan ada bentuk rekayasa untuk
mengkambinghitamkan pelaku sebagai pembunuh Marsinah.

2.KERUSUHAN TANJUNG PRIOK


Peristiwa berdarah ini terjadi pada 12 September 1984. Latar belakang kerusuhan Tanjung Priok
adalah sikap pemerintah Orde Baru yang represif.

Mengutip Skripsi Konflik Ulama-Umaro Tahun 1984 (Studi Kasus Peristiwa Tanjung Priok-
Jakarta) oleh Naijulloh (2017), bentuk represi yang dilakukan terhadap umat Islam misalnya
dilarang melakukan ceramah tanpa izin, dilarang memakai kerudung bagi anak SMA, serta
penekanan terhadap organisasi dan partai politik Islam.Di Mushola As-Sa'adah yang terletak di
Tanjung Priok, diadakan ceramah-ceramah yang mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah Orde
Baru. Terjadilah konflik antara jamaah dan pasukan keamanan yang berujung pada
penahanan.Saat para demonstran bergerak menuju Kantor Polsek Dan Koramil setempat, mereka
sudah dikepung oleh aparat bersenjata. Dalam aksi ini, 24 orang dilaporkan tewas.

HAK YANG DILANGGAR :


Hak asasi yang dilanggar dalam kasus tregedi Tanjung Priok yaitu pelanggaran hak untuk
hidup,hak untuk merdeka,dan hak untuk berpendapat.

PENYEBAB KERUSUHAN TANJUNG PRIOK :


Penyebab dari peristiwa ini yaitu sikap yang dibuat perampasan brosur yang mengkritik
pemerintah di noda satu mesjid di daerah Tanjung Priok dan penyerangan oleh massa kepada
aparat.Pemicu aksi pembakaran itu sendiri terjadi ketika masyarakat mendengar aksi provokasi
yang dilakukan oleh oknum Babinsa di musala/ masjid As – Saadah dan mereka menolak
penahanan tersebut. Penyebab Peristiwa Tanjung Priok sebagai salah satu peristiwa pada masa
orde baru bermula dari tanggal 8 September 1984. Ketika itu seorang Bintara Pembina Desa
(Babinsa) Sersan Satu Hermanu dan seorang tekannya dari Koramil tiba di Masjid / Musala As-
Saadah, gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara.Menurut kesaksian Adul Qodir Jaelani di
pengadilan, mereka bertujuan untuk membersihkan spanduk dan brosur di dalam masjid tersebut
yang isinya dianggap berupa dakwah menentang pemerintah. Para jamaah menolak sehingga
petugas melakukannya sendiri. Tetapi kemudian isu menyebar luas bahwa para Babinsa masuk
area masjid tanpa melepas alas kaki. Tindakan itu adalah sikap yang merupakan pelanggaran
serius terhadap etika umum di masjid, yaitu melanggar batas suci masjid. Bahkan ada selentingan
bahwa mereka membersihkan pamflet yang ditempel dengan air comberan karena tidak tersedia
peralatan.Terjadi pertengkaran antara beberapa jamaah di masjid atau musala tersebut dengan para
Babinsa setelahnya yang sempat terhenti ketika kedua petugas dibawa masuk ke kantor pengurus
Masjid Baitul Makmur yang tidak jauh dari situ. Namun kabar sudah tersebar dan masyarakat
sudah terlanjur berdatangan ke masjid. Masyarakat menuntut kedua petugas meminta maaf atas
tindakan tersebut. Syarifuddin Rambe dan Sofwan Sulaeman sebagai pengurus masjid Baitul
Makmur mencoba menengahi dengan bermusyawarah, namun massa yang sudah emosi membakar
motor milik Hermanu. Aparat kemudian menangkap Rambe, Sulaeman, pengurus lain bernama
Ahmad Sahi, dan Muhamad Nur sebagai akibatnya. Ketahui juga mengenai faktor penyebab
runtuhnya orde baru.

PENYELESAIAN :
Kerusuhan Tanjung Priok di tahun 1984 terjadi akibat aksi sebagian penduduk yang memprotes
tindakan pihak militer yang menangkap sejumlah tokoh masyarakat yang dianggap melakukan
aksi anarkis terhadap anggota militer yang tidak menghormati masjid. Demonstrasi yang berlanjut
rusuh tersebut terjadi karena pihak militer menggunakan senjata untuk menertibkan para
demonstran yang juga kian tidak terkontrol setelah membakar sejumlah bangunan dan melukai
serta membunuh sejumlah warga etnis lain.Penyelesaian kerusuhan tersebut adalah dengan
menangkap dan menghukum pihak yang dianggap sebagai oknum militer pemicu kerusuhan yang
menyebar pamflet anti pemerintah kepada warga selain menggunakan senjata dalam
menghentikan demonstran. Namun, penyelesaian tersebut bukanlah solusi ideal karena masih
menyisahkan sejumlah misteri. Kerusuhan tersebut mengakibatkan jatuhnya kurang lebih 700
korban dimana mayat-mayat demonstran umumnya diangkut dan dimakamkan tanpa nisan dan
sekitar 400 warga Tanjung Priok hilang atau terbunuh.

3.PENEMBAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS TRISAKTI

Saat gelombang demonstrasi yang menuntut Soeharto mundur pecah di segala penjuru Tanah Air,
terjadi penembakan pada tanggal 12 Mei 1998 terhadap mahasiswa yang sedang menyalurkan
aspirasinya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta dan
menyebabkan puluhan orang lainnya luka-luka.
HAK YANG DILANGGAR :
Pelanggaran tersebut berupa pembunuhan, penganiayaan, penghilangan paksa, perampasan
kemerdekaan, dan kebebasan fisik.

Penyebab Tragedi Trisakti :Aksi damai yang dilakukan para mahasiswa untuk menentang
pemerintahan Soeharto kemudian berubah menjadi peristiwa berdarah dan brutal yang menelan
banyak korban luka dan korban jiwa dari pihak mahasiswa. Kejadian itu diikuti dengan peristiwa
kerusuhan Mei 1998 berbau rasial sehari setelahnya, tanggal 13 – 15 Mei 1998. Hingga sekarang,
peristiwa ini dikenang sebagai simbol perlawanan para mahasiswa terhadap pemerintahan Orde
Baru dan sebagai tanda dimulainya orde reformasi.1. Kekacauan Ekonomi IndonesiaKondisi
ekonomi Indonesia yang mengalami ketidak stabilan pada tahun 1998 dipengaruhi krisis keuangan
Asia sejak 1997 – 1999 dan menjadi penyebab tragedi Trisakti karena banyak rakyat yang
sengsara sehingga mahasiswa pun bergerak. Saat itu banyak mahasiswa melakukan demonstrasi
besar – besaran ke Gedung Nusantara termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Mahasiswa dari
Trisakti pada awalnya dianggap sebagai kampus elit dan tidak akan ikut berdemo untuk
memprotes berbagai penyimpangan pada masa orde baru.Pada Sidang Umum MPR tertanggal 10
Maret 1998 Soeharto kembali dilantik menjadi Presiden untuk ketujuh kalinya. Sejak itu aksi
mahasiswa semakin terbuka dan berani hingga keluar kampus. Posisi kampus yang strategis
karena dekat dengan kompleks gedung MPR/DPR, membuat Universitas Trisakti digunakan
sebagai titik berkumpulnya mahasiswa dari berbagai kampus berbeda.2. Aksi Damai
MahasiswaMahasiswa kemudian melanjutkan aksi demo keluar kampus yang menjadi salah satu
penyebab tragedi Trisakti. Aksi 12 Mei 1998 dimulai pada pukul 11.00 WIB dengan agenda orasi
dari Jenderal Besar AH. Nasution tetapi beliau batal datang ke lokasi. Acara kemudian diisi oleh
orasi dari para guru besar, dosen dan mahasiswa lain. Para peserta aksi mulai keluar kampus
sekitar pukul 13.00 WIB hingga ke jalan S. Parman. Tujuan mereka adalah untuk melakukan long
march menuju gedung MPR/DPR di Senayan. Para mahasiswi berada di barisan depan dan
membagikan bunga mawar kepada para petugas polisi yang menghadang peserta aksi.Negosiasi
dilakukan antara pimpinan mahasiswa, alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo,
Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) A. Amril menyetujui bahwa aksi damai hanya
dilakukan hingga depan Kantor Walikota Jakarta Barat atau sekitar 300 meter dari pintu utama
kampus Trisakti. Mahasiswa kemudian melanjutkan aksi dengan mimbar bebas untuk menuntut
reformasi dan Sidang Istimewa MPR. Hingga pukul 17.00 aksi berjalan damai tanpa adanya
ketegangan yang berarti dan sebagian peserta sudah ada yang mulai masuk ke dalam kampus
Trisakti.

3. Penembakan Oleh AparatKetika para mahasiswa sudah siap membubarkan diri, letusan senjata
api justru terdengar dari arah aparat keamanan yang berjaga. Penembakan itu menjadi awal dari
penyebab tragedi Trisakti yang memakan korban mahasiswa. Seketika itu juga suasana berubah
menjadi panik dan para mahasiswa lari menyelamatkan diri ke arah kampus. Dalam berbagai
dokumentasi, terlihat tembakan berasal dari atas jembatan layang Grogol dan juga dari atas
jembatan penyebrangan. Aparat keamanan justru mulai bersikap agresif. Mereka mulai memukuli
dan mengejar para mahasiswa yang sudah mundur ke arah kampus, sehingga mahasiswa mulai
melawan dengan melempari aparat dengan batu dan benda apapun di sekitar mereka.Pada saat
inilah keempat mahasiswa tewas. Korban tragedi Trisakti 1998 yang tewas adalah Elang Mulia
Lesmana (1978 – 1998) dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Heri Hertanto (1977 –
1998) dari Fakultas Teknologi Industri, Hafidin Royan (1996 – 1998) dari Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan jurusan Teknik Sipil, dan Hendriawan Sie (1975 – 1998) dari Fakultas
Ekonomi. Hasil autopsi mengungkap keempatnya memiliki luka tembak yang sangat mematikan.
Ada yang mengalami luka tembak di dahi yang tembus sampai ke belakang kepala, leher,
punggung dan dada. Keempatnya diketahui telah berada di dalam kampus dan mencari
perlindungan ketika penembakan terjadi.
PENYELESAIAN:
Penyelesaiannya ialah membentuk Undang-Undang Hak Asasi Manusia nomor 39/1999. Pasal 91
undang-undang itu menyebutkan Komisi Nasional HAM harus menghentikan penyidikan kasus ini
jika sudah ada upaya hukum lainnya. Sementra, para pelaku penembakan itu sendiri sudah
dihukum melalui pengadilan militer pada 2001.

You might also like