You are on page 1of 16

SEJARAH DAN FIKSI DALAM CERITA RAKYAT SURAKARTA

HISTORY AND FICTION IN SURAKARTA FOLKTALES

Nugraheni Eko Wardani1


1
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta, Indonesia
Pos-el: nugraheniekowardani_99@staff.uns.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) mendeksripsikan bentuk cerita rakyat Surakarta melalui “Legenda
Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu”; (2) mendeskripsikan aspek sejarah dan
peran Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X dan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II dalam kedua
cerita rakyat; (3) mendeskripsikan fiksi yang terdapat dalam kedua cerita rakyat; (4)
mendeksripsikan hubungan antara cerita rakyat dengan babad. Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif eksploratif. Data dalam penelitian ini (1) informan cerita rakyat; (2) catatan
hasil wawancara informan. Teknik pengumpulan data melalui (1) wawancara informan;
(2) analisis catatan hasil wawancara informan. Analisis data menggunakan analisis
model interaktif. Hasil penelitian (1) bentuk cerita rakyat Surakarta adalah legenda asal-
usul nama Kampung Jagalan dan Kampung Sewu Surakarta; (2) cerita rakyat “Legenda
Kampung Jagalan” berhubungan dengan tokoh sejarah Kanjeng Susuhunan
Pakubuwono X dan “Legenda Kampung Sewu” berhubungan dengan tokoh Kanjeng
Susuhunan Pakubuwono II. Raja berperan sebagai patron bagi rakyatnya; (3) fiksi
dalam cerita rakyat berkaitan dengan penceritaan tokoh dari kalangan rakyat jelata, latar
tempat yang menunjukkan kehidupan rakyat jelata, dan dialog-dialog yang terjadi
antartokoh; (4) cerita rakyat dan babad bertujuan untuk melegitimasi nama raja.

Kata Kunci : sejarah, fiksi, cerita rakyat, Surakarta

Abstract
This study aims to (1) describe the form of Surakarta folktale through “Kampung
Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend”; (2) describe historical aspects and
roles of Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X and Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II in
both folktales; (3) describe the fiction contained in both folktale;(4) describe the
relationship between folktales and babad. This research is qualitative exploratif
research. The data in this study (1) informants folktales; (2) notes the results of the
informant’s threat. The technique of collecting data through (1) interview informants;
(2) notes the results of the informants interview. Data analysis using interactive model
analysis. Research results (1) Surakarta folktales are the legend of the origin of the
name Kampung Jagalan and Kampung Sewu Surakarta; (2) folktale “Kampung Jagalan
Legend” relates to the historical figure of Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X and
“Kampung Sewu Legend” related the character of Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II.
The king acts as a patron for his people; (3) fiction in folktales is related to the telling
of figures from the common people, backgrounds that show the lives of ordinary people,
and dialogues that occur between groups; (4) folktales and babad aim to legitimize the
name of the King.

Keywords: history, fiction, folktales, Surakarta

1
PENDAHULUAN komunal dan dari mulut ke mulut.
Tradisi lisan sudah berkembang di Namun, adanya varian cerita ini tidak
wilayah nusantara selama berabad-abad bisa disebut sebagai plagiasi karena
lamanya. Indonesia merupakan cerita rakyat bersifat komunal dan tidak
salahsatu negara di Asia yang memiliki ada pemiliknya (anonim). Ada beberapa
tradisi lisan terlebih dahulu baru jenis cerita rakyat (Bascom dalam
kemudian disusul munculnya tradisi Danandjaja, 2007, hlm. 50) antara lain
tulis. Menurut Hutomo (2000, hlm. 11) (1) mithe, yaitu cerita prosa rakyat yang
UNESCO menyatakan bahwa tradisi dianggap benar-benar terjadi serta
lisan adalah those tradition which have dianggap suci oleh empunya cerita; (2)
been transmitted in time and space by legenda, yaitu cerita prosa rakyat yang
the word and act atau tradisi-tradisi dianggap benar-benar terjadi, tetapi
yang diwariskan dalam ruang dan waktu tidak dianggap suci; (3) dongeng, yaitu
dengan ujaran dan tindakan. cerita prosa rakyat yang tidak dianggap
Salahsatu jenis tradisi lisan adalah benar-benar terjadi oleh empunya cerita,
cerita rakyat. Menurut Brunvand (dalam dan dongeng tidak terikat oleh waktu
Danandjaja, 2007, hlm. 21), cerita maupun tempat.
rakyat merupakan bentuk tradisi lisan Menurut Danandjaya (2007, hlm.
yang murni lisan artinya tidak ada 56) ada beberapa jenis cerita rakyat,
sumber asli berbentuk tertulis. Oleh antara lain (1) cerita asal-usul, yaitu
karena itu, maka cerita rakyat cerita yang menampilkan asal-usul
disampaikan secara lisan dan turun nama binatang, asal-usul nama
temurun diwariskan dari generasi ke tumbuhan, dan asal-usul nama suatu
generasi. Baru ketika orang mengenal tempat; (2) cerita binatang, yaitu cerita
tradisi tulis, beberapa cerita rakyat yang menampilkan tokoh binatang
dibukukan sebagai dokumen untuk dengan peran dan diberi sifat seperti
menyimpan sastra dan budaya Indonesia halnya manusia; (3) cerita pelipur lara,
yang adiluhung. yaitu cerita yang bersifat menghibur,
Dalam sejarah tradisi lisan penuh fantasi, dan memiliki tokoh putri
Indonesia, disebutkan bahwa di cantik dan pangeran tampan, serta istana
Indonesia pernah berkembang istilah yang indah; (4) cerita jenaka, yaitu
pawang. Pawang adalah tukang cerita cerita yang isinya lucu dan memiliki
yang tugasnya menyampaikan cerita tokoh yang sering dilukiskan
secara lisan kepada masyarakat untuk berperilaku konyol.
didengarkan kisahnya sekaligus dicerna Berdasarkan jenis-jenis cerita
nasihat-nasihat moral yang ada di rakyat yang disampaikan Bascom dan
dalamnya (Wardani, 2018, hlm. 7). Danandjaja di atas, maka cerita rakyat
Tidak sembarang orang bisa menjadi mithe, legenda, dan dongeng dapat
pawang. Hanya orang-orang khusus dan berupa cerita rakyat asal-usul, cerita
terpilih saja yang bisa menjadi pawang binatang, cerita pelipur lara, dan cerita
dan bertugas menyampaikan cerita jenaka.
secara lisan kepada masyarakat. Cerita rakyat seringkali mengandung
Di Indonesia, seluruh wilayahnya unsur sejarah dan mengambil latar serta
memiliki dan berkembang adanya cerita tokoh sejarah di dalamnya. Karena
rakyat. Cerita rakyat sebagai cerita lisan banyak mengandung unsur sejarah,
sering mengalami adanya varian cerita sering cerita rakyat dipandang sebagai
artinya bisa saja cerita rakyat di daerah sejarah, padahal cerita rakyat sebetulnya
satu dengan daerah lain memiliki merupakan percampuran fiksi dan
kesamaan cerita karena sejarah, sehingga disebut fiksi sejarah
perkembangannya yang bersifat (historical fiction). Fiksi sejarah
2
menurut Johnson (2005, hlm. 13) adalah mengenai nama kampung yang ada di
fiction set in the past atau karya sastra Surakarta. Surakarta merupakan
yang didasarkan pada sejarah masa lalu. salahsatu pusat budaya Jawa di mana di
Hal tersebut dapat dicermati melalui kota ini berdiri Kerajaan Kasunanan.
cerita rakyat berbentuk legenda dan Pada zaman dahulu, Kerajaan
dongeng. Lindblad (2018, hlm. 147) Kasunanan di Surakarta dan Kerajaan
menyatakan bahwa historical fiction Kasultanan di Yogyakarta menjadi satu
uses an actual historical past as the dan disebut sebagai Kerajaan Mataram.
setting of the story, but it remains Namun, sejak perjanjian Giyanti,
subject to the same conventions of Kerajaan Mataram pecah menjadi dua,
drama applying to works of literature in yaitu Kerajaan Kasunanan yang berada
general, including an internal logic, di Surakarta dan Kerajaan Kasultanan
suspense and revelations atau fiksi yang berada di Yogyakarta. Masing-
sejarah menggunakan masa lalu sejarah masing kerajaan memiliki raja yang
aktual sebagai latar cerita, tetapi tetap merupakan pewaris darah keturunan
tunduk pada konvensi sastra yang pada Kerajaan Mataram. Surakarta sebagai
umumnya termasuk logika internal, dari salah satu wilayah pusat kebudayaan
ketegangan dan konvensi. Jawa juga berkembang berbagai cerita
Menurut Lindbald (2018, hlm. 148) rakyat yang terkait dengan kebesaran
melalui fiksi sejarah pembaca atau kerajaan Mataram, khususnya kebesaran
pendengar mendapatkan wawasan yang raja-raja Kasunanan.
menarik karena melalui fiksi sejarah Penelitian mengenai cerita rakyat
pembaca bisa mendapatkan sumber pernah dilakukan peneliti lain
informasi tentang realitas masa lalu sebelumnya. Mustikawati (2018) pernah
dengan perinciannya yang benar. melakukan penelitian mengenai adaptasi
Namun, karena ada tuntutan fiksi di lingkungan masyarakat pendatang
dalamnya, maka fiksi sejarah juga dalam cerita rakyat Bontang. Hasil
mengambil kebebasan dengan realitas penelitian menunjukkan bahwa
sejarah yang telah ada. Fiksi sejarah masyarakat pendatang di Bontang
mengalami ketegangan antara keaslian melakukan adaptasi lingkungan dengan
sejarah dan fiksi. menggunakan teknologi yang sesuai
Oleh karena itu, maka cerita rakyat dengan pola daerah baru. Pola adaptasi
merupakan salahsatu bentuk karya sosial dan religi merupakan
sastra yang mengandung unsur fiksi dan perkembangan budaya akibat adaptasi
unsur sejarah. Unsur sejarah dapat lingkungan, yaitu munculnya
dicermati melalui latar dan penokohan. perniagaan dan ritual religi memberi
Misalnya dalam cerita rakyat Surakarta sesaji ke laut.
dengan judul “Legenda Kampung Penelitian lain juga pernah
Jagalan” dan “Legenda Kampung dilakukan oleh Riana (2018) yang
Sewu”. Kedua Legenda ini melibatkan meneliti 4 cerita rakyat berbentuk
adanya tokoh cerita, yaitu raja dari legenda. Hasil penelitian menunjukkan
Keraton Kasunanan dan peristiwa- bahwa tabu bagi masyarakat di wilayah
peristiwa sejarah yang memang terjadi bekas Kerajaan Mulawarman masih
pada zaman dahulu. Namun, dari sisi berlangsung sampai saat ini, terutama
fiksi tentu ada unsur-unsur yang di terkait dengan keempat cerita rakyat
dalamnya menunjukkan adanya yang diteliti. Namun, pada cerita rakyat
imajinasi penciptanya. di luar keempat cerita rakyat yang
“Legenda Kampung Jagalan” dan diteliti, tabu sudah tidak ada lagi akibat
“Legenda Kampung Sewu” merupakan perkembangan zaman dan pengaruh
2 jenis legenda yang mengisahkan globalisasi.
3
Penelitian lain juga dilakukan dan menjelaskan fiksi yang terdapat
Suprayitno, dkk. (2018) mengenai dalam cerita rakyat “Legenda Kampung
representasi falsafah Jawa dalam cerita Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu
rakyat terjadinya Terowongan Air Surakarta”; (4) mendeskripsikan dan
Mangge. Hasil penelitian menunjukkan menjelaskan hubungan antara cerita
adanya 3 representasi falsafah hidup rakyat dengan babad.
Jawa, yaitu ketuhanan, sosial
bermasyarakat dan kemanusiaan, serta METODE
alam sekitar. Penelitian sejenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
mengenai cerita rakyat dilakukan oleh yang mengaplikasikan penelitian
Azhar (2017). Azhar meneliti mengenai eksploratif. Penelitian ini berfokus
prinsip hidup masyarakat Madura dalam untuk menjawab pertanyaan penelitian
32 cerita rakyat berbentuk legenda yang sesuai dengan metode penelitian
ada di Madura. Hasilnya diketemukan (Creswell, 2013, hlm. 22). Data dalam
adanya 10 prinsip hidup yang belum penelitian ini (1) informan cerita rakyat
banyak diketahui masyarakat Madura, “Legenda Kampung Jagalan” dan
antara lain penghargaan terhadap air, “Legenda Kampung Sewu” Surakarta
pohon, harga diri, kepemilikan bekal dan informan pihak Keraton Kasunanan
hidup, penghormatan kepada Surakarta; (2) dokumen berupa catatan
perempuan, sikap yang hati-hati, hasil wawancara informan legenda dan
kepercayaan kepada penyucian batin, informan Keraton Surakarta untuk
menuntut ilmu agama, keta’dziman dianalisis. Teknik pengumpulan data
kepada kyai, dan kepatuhan kepada dilakukan melalui (1) wawancara
atasan. informan, wawancara dilakukan kepada
Penelitian-penelitian yang ada informan cerita rakyat “Legenda
sebelumnya belum membahas mengenai Kampung Jagalan” dan “Legenda
cerita rakyat Surakarta, terutama Kampung Sewu” Surakarta dengan
“Legenda Kampung Jagalan” dan teknik snowball sampling. Teknik
“Legenda Kampung Sewu”. Penelitian snowball sampling dilakukan melalui
yang pernah dilakukan sebelumnya juga wawancara mendalam dengan beberapa
belum membahas mengenai aspek informan secara bergantian sampai
sejarah dan fiksi yang terdapat dalam ditemukan data yang paling lengkap
cerita rakyat. Berdasar beberapa (Creswell, 2013, hlm. 25). Snowball
hasil penelitian mengenai cerita rakyat sampling merupakan teknik wawancara
tersebut, maka peneliti akan jika penelitian bersifat studi lisan; (3)
menganalisis mengenai cerita rakyat Analisis dokumen dilakukan melalui
Surakarta, yaitu “Legenda Kampung analisis terhadap catatan hasil
Jagalan” dan “Legenda Kampung wawancara informan. Validitas data
Sewu” melalui aspek sejarah dan fiksi menggunakan triangulasi sumber data
dalam kedua cerita rakyat. Analisis dan triangulasi metode. Analisis data
ini akan ditekankan pada (1) menggunakan analisis model interaktif
mendeksripsikan dan menjelaskan Miles dan Hubermann (2014, hlm. 20)
bentuk cerita rakyat Surakarta melalui yang terdiri dari (1) pengumpulan data;
“Legenda Kampung Jagalan” dan (2) reduksi data; (3) penyajian data; (4)
“Legenda Kampung Sewu”; (2) penarikan kesimpulan.
mendeskripsikan dan menjelaskan
aspek sejarah dan peran Kanjeng
Susuhunan Pakubuwono II dan Kanjeng HASIL DAN PEMBAHASAN
Susuhunan Pakubuwono X dalam cerita Bentuk Cerita Rakyat “Legenda
rakyat tersebut; (3) mendeskripsikan Kampung Jagalan”
4
Cerita rakyat “Legenda Kampung masyarakatnya sebagian besar
Jagalan” ini termasuk dalam bentuk berprofesi sebagai pedagang. Namun,
legenda karena merupakan bentuk cerita mereka sering berjualan di pinggir jalan
prosa rakyat yang dianggap benar-benar secara liar, sehingga masyarakat sangat
terjadi, tetapi tidak dianggap suci. membutuhkan pasar untuk kegiatan jual
Tokoh dalam cerita rakyat ini beli.
merupakan tokoh-tokoh yang dianggap Kanjeng Paku Buwono X menerima
memiliki pengaruh pada masanya dan aspirasi dari kedua abdinya tersebut.
latar tempat cerita tersebut betul-betul Beliaupun berjanji akan memenuhi
masih ada sampai saat ini. Jika dilihat keinginan masyarakat untuk memiliki
dari teori Danandjaja, maka cerita abbattoir (tempat penyembelihan
rakyat Kampung Jagalan ini termasuk ternak) dan pasar. Abbattoir digunakan
dalam jenis legenda asal-usul, yaitu untuk tempat penyembelihan ternak
legenda asal-usul nama Kampung yang memiliki kualitas kebersihan dan
Jagalan. kesehatan, sedangkan pasar yang teratur
Legenda ini mengisahkan tokoh dengan rapi dapat digunakan sebagai
utama Raden Ngabehi Mahesa Prawiro, tempat penjualan daging dan barang
Tumenggung Harjonagoro, dan Kanjeng kebutuhan lain yang kelak dapat
Susuhunan Pakubuwono X (Wardani, meningkatkan perekonomian
2018, hlm. 18). Raden Ngabehi Mahesa masyarakat setempat.
Prawiro adalah seorang panewu Aspirasi Raden Ngabehi Maheso
(camat), Tumenggung Harjonagoro Prawiro dan Tumenggung Harjonagoro
adalah seorang tumenggung (bupati), tersebut tidak lama kemudian dipenuhi
sedangkan Kanjeng Susuhunan oleh Kanjeng Susuhunan Pakubuwono
Pakubuwono X merupakan raja X. Raja mendirikan abbattoir dan pasar.
Kerajaan Surakarta (Kasunanan). Ketiga Perekonomian masyarakat meningkat
tokoh ini selalu berpikir dan berupaya dengan pesat. Banyak peternak datang
bagaimana cara mensejahterakan ke abbattoir untuk menyembelih hewan
rakyatnya. Kanjeng Susuhunan ternaknya dan kemudian dijual ke pasar.
Pakubuwono X selalu mengajak kedua Laju perekonomian yang baik tersebut
bawahannya tersebut berdiskusi dan tentu meningkatkan taraf hidup
mencari tahu apa saja yang dibutuhkan masyarakat. Kampung yang menjadi
masyarakatnya. tempat penyembelihan itu kemudian
Pada saat ada acara di Keraton disebut Kampung Jagalan (dari kata
Surakarta (Kasunanan), Raden Ngabehi jagal yang dalam bahasa Jawa artinya
Mahesa Prawiro dan Tumenggung orang yang pekerjaannya menyembelih
Harjonagoro juga diundang oleh raja. hewan ternak).
Mereka hendak menyampaikan aspirasi
dari masyarakat, terutama berkaitan Bentuk Cerita Rakyat “Legenda
dengan kesejahteraan masyarakat. Kampung Sewu”
Raden Ngabehi Maheso Prawiro Cerita rakyat “Legenda Kampung
menyampaikan kepada raja bahwa Sewu” merupakan bentuk cerita rakyat
masyarakat membutuhkan tempat legenda asal-usul, yaitu asal-usul nama
penyembelihan hewan yang lebih sehat sebuah kampung di Surakarta yang
dan lebih baik. Selama ini masyarakat bernama Kampung Sewu. “Legenda
melakukan penyembelihan di Kampung Sewu” berlatar masa kerajaan
sembarang tempat dengan kualitas Kasunanan Surakarta di bawah
daging yang diragukan kebersihan dan kepemimpinan Kanjeng Susuhunan
kesehatannya. Sementara, Tumenggung Pakubuwono II. Tokoh utama dalam
Harjonagoro menyampaikan bahwa cerita ini adalah Kanjeng Susuhunan
5
Pakubuwono II, Pangeran lebih menguntungkan kepentingan
Mangkubumi, Pangeran Kuning, Raden kompeni di negara jajahan.
Mas Said (Wardani, 2018, hlm. 34). Namun, ternyata tidak mudah
Pada masa pemerintahan Susuhunan menghadapi Pakubuwono II yang
Pakubuwono II, pelabuhan Beton yang diperkuat pasukan kompeni. Kompeni
terletak di Nusukan Surakarta selalu memperkuat diri dengan
merupakan salahsatu pelabuhan besar. memperbanyak pasukan, mendirikan
Kapal-kapal dari Surabaya dan Gresik benteng, dan memperbanyak
sering berlabuh di dermaga untuk persenjataan modern yang dimilikinya.
melakukan perdagangan dan transaksi Semakin lama Pakubuwono II semakin
jual beli di sana. Rempah-rempah, tidak berdaya menghadapi kompeni.
peralatan rumah tangga, tembikar, kain Perdagangan melalui dermaga perlahan-
sutera, garam, dan lain-lain lahan dikuasai oleh kompeni melalui
diperjualbelikan di pelabuhan tersebut. keputusan Pakubuwono II menarik
Selain menurunkan muatan, pelabuhan pajak yang tinggi. Pelan-pelan
tersebut juga digunakan untuk perekonomian masyarakat mengalami
menaikkan muatan guna dijual di kemunduran. Api pemberontakanpun
pesisir. Beras, kelapa, gula merah, tidak hanya dilakukan saudara-
bawang, dan lain-lain merupakan saudaranya, tetapi juga pedagang-
produk daerah pedalaman yang pedagang etnis Tionghoa yang merasa
kemudian dinaikkan ke kapal untuk dirugikan oleh kebijakan pajak tinggi
dibawa dan dijual ke daerah pesisir. dari Pakubuwono II.
Pelabuhan besar ini mampu Pada bagian lain diceritakan
mendatangkan kekuatan ekonomi bagi mengenai Pangeran Mangkubumi,
kerajaan Surakarta yang saat itu berada saudara Susuhunan Pakubuwono II,
di dalam pemerintahan Pakubuwono II. yang merupakan salah seorang
Perekonomian rakyat mengalami pemberontak pemerintahannya.
kemajuan pesat. Seiring dengan Mangkubumi melarikan diri dari
kemajuan pesat masyarakat, kejaran pasukan Pakubuwono II yang
Pakubuwono II banyak mengalami pula diperkuat oleh kompeni. Sampailah
permasalahan dalam pemerintahannya. Mangkubumi di sebuah desa dan
Pertentangan yang dilakukan dengan bertemu dengan Raden Mas
saudara-saudaranya sering terjadi. Sindunagara, salah seorang abdinya.
Pemberontakan dilakukan pula oleh Pangeran Mangkubumi meminta tolong
Pangeran Kuning yang berusaha kepada Sindunagara untuk dicarikan
merebut kekuasaannya. tempat bermeditasi dan mendekatkan
Pada saat terjadi pemberontakan ini, diri kepada Tuhan. Pangeran
Pakubuwono II selalu meminta bantuan Mangkubumi ingin bersemedi
pada kompeni. Semakin lama memohon petunjuk kepada Tuhan
Susuhunan Pakubuwono II semakin mengenai tindakan yang harus
tergantung pada kompeni. Dalam dilakukannya saat menghadapi kejaran
menjalankan roda pemerintahan ia Pakubuwono II dan kompeni.
berhubungan terlalu erat dengan Pagi hari setelah bertirakat,
kompeni. Sering keputusan raja harus Pangeran Mangkubumi mendapatkan
meminta pertimbangan kompeni. petunjuk Tuhan untuk berjuang
Kompeni dianggap terlalu jauh melawan Pakubuwono II dan kompeni
mencampuri urusan kerajaan. Kondisi melalui kerjasama dengan Raden Mas
ini makin mengundang ketidakpuasan di Said yang juga seorang pemberontak. Ia
lingkungan istana dan masyarakat akan bergabung dengan Raden Mas
karena kebijakan yang diambil sering Said yang saat ini sudah berada di bumi
6
Sukowati. Di Sukowati mereka akan mengindikasikan bahwa Pakubuwono X
memperkuat pasukan. Sebelum bukan hanya menjadi raja (kepala
Pangeran Mangkubumi berangkat pemerintahan keraton), tetapi juga
menuju bumi Sukowati, Pangeran menjadi panglima tertinggi angkatan
Mangkubumi terlebih dahulu perang (Senopati Ing Ngalogo), dan
memberikan nama untuk tempatnya pemimpin agama (Ngabdurrahman
bersemedi. Tempat itu diberi nama Sayidin Panotogomo Khalifatullah)
Kampung Sewu karena di lokasi (Nurhajjani, 2000, hlm. 110). Kebesaran
Mangkubumi bersemedi banyak Pakubuwono X juga disampaikan cicit
terdapat pohon kelapa yang buahnya Pakubuwono X berikut melalui
mencapai ribuan. Sewu dalam bahasa wawancara.
Jawa artinya ribuan. Pakubuwono X merupakan putra
dari Pakubuwono IX dengan
Aspek Sejarah dan Peran Kanjeng BRA Kustiyah (GKR
Susuhunan Pakubuwono X dalam Pakubuwono IX). Pakubuwono
Cerita Rakyat “Legenda Kampung X merupakan raja terkaya
Jagalan” keraton Surakarta. Ia
Keraton Mataram merupakan kerajaan menjalankan pemerintahan
yang berada di pulau Jawa dengan keraton saat peralihan dari
wilayah yang membentang antara Jawa bentuk pemerintahan tradisional
Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. ke bentuk pemerintahan modern.
Keraton ini didirikan oleh Panembahan Pemerintahan tradisional adalah
Senopati, namun kerajaan ini menjadi pemerintahan dalam keraton di
sebuah kerajaan besar pada zaman mana kebijakan hanya berasal
Panembahan Agung yang kemudian dari raja kepada patih.
memiliki nama dan gelar Sultan Agung Pemerintahan modern adalah
Hanyakrakusuma Sayidin Panatagama ketika raja membuat
Khalifatullah. Kerajaan Mataram pecah kementerian-kementerian,
menjadi 2 melalui perjanjian Giyanti, sehingga kebijakan dibuat raja
sehingga wilayah Mataram berada di dengan mendengarkan aspirasi
kota Surakarta dan Yogyakarta. para menteri/bawahan
Kerajaan di Surakarta disebut sebagai (Setiawan, 2018).
Kasunanan dengan rajanya yang Pemikiran Pakubuwono X melebihi
bergelar Susuhunan Pakubuwono pemikiran raja-raja sebelumnya di mana
(Pakubuwono artinya yang memaku kebijakan yang dilakukannya
dunia). Kerajaan di Surakarta disebut mempertimbangkan aspirasi dari para
sebagai Kasultanan dengan rajanya menteri yang menjadi bawahannya. Hal
yang bergelar Sri Sultan yang bersifat sejarah tersebut ada juga
Hamengkubuwono (Hamengkubuwono dalam kisah “Legenda Kampung
artinya yang memangku dunia). Jagalan” seperti kutipan berikut.
Keraton Surakarta mengalami masa Siang itu di Keraton Surakarta
kejayaan ketika berada dalam Hadiningrat diadakan pertemuan
pemerintahan Susuhunan Pakubuwono yang dihadiri oleh semua adipati
X. Pakubuwono X memiliki gelar dan panewu di seluruh kotapraja
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Surakarta. Raja dan para
Kanjeng Susuhunan Pakubuwono bawahan melaksanakan rapat
Senopati Ing Ngalogo Ngabdurrahman untuk memecahkan berbagai
Sayidin Panotogomo Khalifatullah masalah kerajaan, termasuk
Ingkang Kaping X (Joebagio, 2017, keinginan membangun abattoir
hlm. 119). Nama tersebut
7
dan pasar (Wardani, 2018, hlm. yang luas pula di kalangan kaum
20). intelektual dan masyarakat. Melalui
Pakubuwono X sangat menekankan pergaulan yang luas tersebut,
pemberdayaan masyarakat, khususnya Pakubuwono X banyak belajar
dalam bidang ekonomi dan pendidikan. melakukan tindakan yang bijaksana dan
Melalui aspek pendidikan dan ekonomi, melakukan perubahan-perubahan dalam
Pakubuwono X ingin menciptakan masyarakat untuk meningkatkan
nagari panjang punjung, pasir wukir perekonomian masyarakat.
loh jinawi subur makmur, gemah ripah Dalam cerita rakyat “Legenda
karta raharja. Artinya, melalui Kampung Jagalan”, ditunjukkan bahwa
pembangunan pendidikan dan ekonomi raja, melalui bawahan-bawahannya,
diharapkan tercipta kemakmuran, selalu mendengarkan aspirasi rakyatnya
ketentraman, kedamaian, keamanan dan secara terbuka dan berusaha
kesejahteraan masyarakat, sehingga melaksanakan keinginan rakyatnya,
kerajaan di bawah Susuhunan terutama dalam pembangunan abattoir
Pakubuwono X menjadi terkenal dan dan pasar untuk perekonomian warga.
termasyur (Soeratman, 2000, hlm. 6). Hal ini juga sesuai dengan hasil
Pada masa pemerintahan wawancara peneliti dengan Setiawan
Pakubuwono X, rakyat Surakarta benar- (2018) berikut.
benar memiliki seorang raja yang arif Pakubuwono X selalu berusaha
bijaksana. Raja memiliki sikap terbuka arif dan bijaksana menghadapi
untuk menerima berbagai pemikiran warganya. Untuk menghindari
yang dipandang positif dan membawa monopoli dagang orang asing di
kebaikan bagi rakyatnya. Hal tersebut Surakarta, beliau membatasi
tampak dalam kutipan “Legenda tempat tinggal bagi orang asing
Kampung Jagalan” berikut. di Surakarta. Pedagang
Sejak abbatoir diresmikan, Tionghoa hanya dapat bertempat
maka geliat perokonomian tinggal dan berdagang di
Kampung Jagalan meningkat. wilayah Pasar Gede, pedagang
Para jagal mulai banyak Arab hanya bisa tinggal dan
bermunculan di sekitar abbatoir. berdagang di wilayah Pasar
Orang yang menggiring sapi Kliwon, orang Belanda hanya
dalam jumlah besar datang dari bisa tinggal di Loji Wetan, dan
berbagai daerah di sekitar para saudagar kain hanya bisa
Surakarta, seperti Madiun, tinggal dan berdagang di
Ngawi, Magetan, Sragen, wilayah Laweyan. Hal ini
Karanganyar, Sukoharjo, dilakukan Pakubuwono X untuk
Wonogiri, Boyolali, Klaten, dan pemerataan ekonomi
sebagainya. Puluhan sapi keluar masyarakat.
masuk abbatoir setiap hari Pendapat Setiawan yang merupakan
sehingga transaksi dan cicit Pakubuwono X sesuai dengan
perputaran uang semakin cepat pendapat Joebagio (2017) yang
(Wardani, 2017, hlm. 27-28). mengatakan bahwa Susuhunan
Joebagio (2017, hlm. 123) menyatakan Pakubuwono X adalah seorang raja
bahwa sifat arif dan bijaksana Kanjeng yang terbuka dan bijaksana. Ia
Susuhunan Pakubuwono X ini melaksanakan pembangunan untuk
disebabkan karena pergaulan mensejahterakan rakyat, yang meliputi
Pakubuwono X tidak hanya terbatas di bidang ekonomi, pendidikan, politik,
lingkungan istana dan pejabat Belanda. dan sosial. Pendapat Setiawan dan
Pakubuwono X memiliki pergaulan Joebagio diperkuat pendapat Nurhajjani
8
(2000) yang menyatakan bahwa selama di mana-mana dan terutama dicetuskan
pemerintahan Susuhunan Pakubuwono oleh saudara-saudara Pakubuwono II
X, Susuhunan banyak membangun sendiri. Berdasar pendapat Ricklefs
pasar dan jembatan sebagai sarana (2002, hlm. 60-69) pada masa
perekonomian dan perhubungan. pemerintahan Pakubuwono II ada
beberapa saudara dan pengikut-
Aspek Sejarah dan Peran Kanjeng pengikutnya yang berusaha
Susuhunan Pakubuwono II dalam memberontak. Nama-nama mereka,
Cerita Rakyat “Legenda Kampung antara lain Pangeran Arya
Sewu” Mangkunegara, Mas Garendi (Sunan
Susuhunan Pakubuwono II merupakan Kuning), Raden Mas Said, Pangeran
salah seorang raja yang memerintah Singasari, dan Pangeran Mangkubumi.
dengan kondisi kemakmuran ekonomi Beberapa di antara para pemberontak
rakyat sekaligus kejatuhannya serta ini, atas bantuan Belanda, berhasil
pemberontakan yang terjadi di mana- dienyahkan Pakubuwono II dari keraton
mana. Faktor utama terjadinya dan dibuang atau melarikan diri keluar
pemberontakan adalah ketidakpuasan keraton.
pada pemerintahan Pakubuwono II dan Dalam “Legenda Kampung Sewu”
munculnya intervensi kompeni Belanda disebutkan adanya 2 pemberontak, yaitu
pada kebijakan-kebijakan yang dibuat Raden Mas Said dan Pangeran
oleh Pakubuwono II. Ricklefs (2002, Mangkubumi. Dikisahkan Pangeran
hlm. 26) menyatakan bahwa Mangkubumi melarikan diri dari
Pakubuwono II dalam rangka keraton dan sampai di suatu tempat
perjuangan memperebutkan suksesi, untuk bersemedi guna mendapat
selalu meminta bantuan Belanda tanpa petunjuk dari Tuhan. Setelah keesokan
menyadari sifat kehadiran Belanda yang harinya mendapatkan petunjuk Tuhan,
pada dasarnya merugikan. Sementara Pangeran Mangkubumi memberi nama
itu posisi kompeni Belanda semakin tempat semedi tersebut sebagai
membesar dan dikonsolidasi melalui Kampung Sewu karena di sekitar
serangkaian kontrak dan konsesi tempat semedi terdapat banyak pohon
sebagai pembayarannya. Pendapat kelapa dengan ribuan buahnya.
tersebut juga terdapat dalam isi Pangeran Mangkubumi pun bertekad
“Legenda Kampung Sewu” berikut. bulat untuk terus melanjutkan
Pelabuhan Beton dan Kampung perjuangannya dengan bergabung
Semanggi, Nusukan, dan bersama pemberontak yang lain, yaitu
Kalangan menjadi bagian Raden Mas Said yang saat itu sedang
kekuasaan Kanjeng Susuhunan memperkuat pasukannya di Sukowati.
Pakubuwono II. Pada waktu itu Hal itu tampak dalam kutipan berikut.
Kanjeng Susuhunan Ketika siang mulai menjelang,
Pakubuwono II menjalin Pangeran Mangkubumi dan
hubungan yang erat dengan rombongan berniat melanjutkan
Belanda. Lama kelamaan perjalanan. Berdasar petunjuk
Kanjeng Susuhunan yang didapat Pangeran
Pakubuwono II lebih percaya Mangkubumi semalam, ia dan
kepada Belanda, sehingga setiap rombongan akan berjalan
kebijakannya selalu meminta menuju utara, tepatnya menuju
persetujuan Belanda (Wardani, Sukowati. Pangeran
2018, hlm. 37). Mangkubumi akan bergabung
Pada masa kekuasaan Susuhunan dengan Raden Mas Said atau
Pakubuwono II, pemberontakan terjadi Pangeran Samber Nyawa yang
9
sudah terlebih dahulu sampai di diberikan kepada Pangeran
bumi Sukowati (Wardani, 2018, Mangkubumi sangat luas. Jika wilayah
hlm. 45). yang diberikan sebagai hadiah terlalu
Dalam sejarah, hubungan antara luas, maka niscaya kekuasaan Pangeran
Pakubuwono II, Pangeran Mangkubumi kelak juga akan semakin
Mangkubumi, dan Raden Mas Said besar. Kekuasaan yang besar tersebut
merupakan hubungan saudara yang tentu sangat berbahaya untuk Keraton
terpecah belah akibat campur tangan Surakarta.
kompeni. Berbagai kebijakan Akibat janji yang tidak ditepati,
Pakubuwono II yang sangat tergantung Pangeran Mangkubumi pun melakukan
kepada kompeni menyebabkan pemberontakan kepada raja. Ia
ketidakpuasan pada diri Raden Mas bergabung dengan Raden Mas Said
Said. Ia tumbuh menjadi seorang yang semula merupakan pemberontak
pemberontak dengan pengikut dan yang ditumpasnya. Pangeran
kekuatan yang sangat besar. Kondisi ini Mangkubumi menikahkan putrinya,
tentu sangat mengkhawatirkan Ratu Bendara dengan Raden Mas Said
Pakubuwono II. Menurut Ricklefs sebagai pengikat kerjasama (Ricklefs,
(2002, hlm. 63) Pakubuwono II berjanji 2002, hlm. 69). Kolaborasi antara
bahwa siapapun yang berhasil mengusir Mangkubumi dan Raden Mas Said ini
para pemberontak yang berada di bawah sangat kuat dan mampu menguasai
kepemimpinan Raden Mas Said dari beberapa wilayah serta memerangi
Sukowati akan diberikan kekuasaan atas kompeni Belanda.
3.000 cacah (rumah tangga) di wilayah
Sukowati. Fiksi dalam “Legenda Kampung
Janji tersebut tentu sangat menarik Jagalan” dan “Legenda Kampung
bagi banyak ksatria. Hal tersebut terjadi Sewu” Surakarta
karena wilayah yang akan dikuasai Altenbernd dan Lewis (dalam
sangat luas. Wilayah kekuasaan yang Nurgiyantoro, 2000, hlm. 25)
luas memungkinkan kekuasaan politik menyatakan bahwa fiksi bersifat
yang besar pula. Salah seorang ksatria imajiner, masuk akal, dan mengandung
yang tertarik pada tantangan itu adalah kebenaran yang mendramatisasikan
Pangeran Mangkubumi. Hadiah wilayah hubungan antarmanusia. Fiksi sejarah
Sukowati yang luas tersebut meskipun berlatar sejarah yang ada
memungkinkan Mangkubumi memiliki dalam kenyataan, tetapi fiksi ini tetap
kekuasaannya sendiri. Iapun bekerja mengikuti kaidah-kaidah seperti yang
keras memperkuat pasukan agar dapat dinyatakan Altenbernd dan Lewis
mengalahkan dan mengusir Raden Mas sebagai imajinatif, masuk akal, dan
Said dari Sukowati. mengandung kebenaran yang
Maka dengan kekuatan yang besar, mendramatisasikan hubungan
Pangeran Mangkubumi berhasil antarmanusia. Hal senada diungkapkan
menguasai Sukowati dan memukul Linbald di atas mengenai pemenuhan
mundur pasukan Raden Mas Said. Oleh konvensi sastra termasuk logika internal,
karena itulah, ia kemudian menuntut dari ketegangan dan konvensi. Meskipun
hadiah wilayah Sukowati seperti yang mengandung aspek sejarah, fiksi sejarah
dijanjikan Pakubuwono II (Ricklefs, berbentuk cerita rakyat jenis legenda ini
2002, hlm. 64). Namun, atas pengaruh tidak 100% merupakan sejarah. Ada
kompeni, Pakubuwono II melanggar unsur fiksi di dalamnya.
janjinya. Hadiah yang sedianya “Legenda Kampung Jagalan” dan
diberikan ditarik kembali karena “Legenda Kampung Sewu” merupakan
menurut Belanda, wilayah yang bentuk karya sastra fiksi sejarah karena
10
di dalam legenda ini terdapat unsur Dialog-dialog yang dilakukan untuk
sejarah dan unsur fiksi sekaligus. Ada memperkuat alur menunjukkan pula
ketegangan antara sejarah dan fiksi. adanya unsur fiksi dalam cerita rakyat.
Tokoh-tokoh dan latar tempat dalam Hal ini dapat dicermati melalui kutipan
legenda tersebut terkait dengan tokoh berikut.
dan latar tempat dalam kehidupan nyata. “Kang, sebentar lagi di kampung
“Legenda Kampung Jagalan” terkait kita akan didirikan pasar,” Kata
dengan tokoh Kanjeng Susuhunan Wiryo Drajat. “Oya? Wah senang
Pakubuwono X dan kebesaran Keraton ya, Sinuhun sangat baik pada kita.
Surakarta pada tahun 1893-1939. Akhirnya kita tidak perlu berjualan
“Legenda Kampung Sewu” terkait di pinggir jalan lagi,” Kata Mbah
dengan tokoh Kanjeng Susuhunan Harto dengan wajah berseri-seri
Pakubuwono II dan Keraton Kartasura (Wardani, 2018, hlm. 23).
yang kemudian berpindah ke Surakarta. Seperti halnya “Legenda Kampung
Susuhunan Pakubuwono II memerintah Jagalan”, “Legenda Kampung Sewu”
Keraton Surakarta pada tahun 1726- menghadirkan pula tokoh tambahan
1749. yang juga berasal dari rakyat jelata.
Meskipun mengandung unsur Tokoh-tokoh tersebut, antara lain Darjo,
sejarah, namun sebagai karya historical Harto, Minto, dan beberapa nama lain
fiction, kedua legenda ini mengandung yang bekerja sebagai kuli angkut
unsur-unsur fiksi di dalamnya. Unsur dermaga. Hadirnya tokoh-tokoh tersebut
fiksi di dalam “Legenda Kampung untuk memperkuat alur cerita,
Jagalan” terletak pada hadirnya tokoh- penokohan, dan latar yang ada dalam
tokoh bawahan terutama yang berasal “Legenda Kampung Sewu”. Dialog
dari kalangan rakyat jelata. Cerita yang menunjukkan unsur fiksi sebagai
rakyat merupakan cerita yang berikut.
berkembang di kalangan rakyat, “Kang, mbok ya berhenti merokok.
sehingga cerita tersebut mengandung Sudah batuk-batuk begitu. Kalau
unsur fiksi dengan hadirnya nama-nama kakang sakit, kasihan mbakyu nanti.
tokoh yang bersifat imajiner. “Legenda Siapa yang akan mencari uang
Kampung Jagalan” menghadirkan tokoh untuk mbakyu dan anak-anak,” kata
bawahan seperti Mbah Harto, Wiryo seorang kuli angkut yang umurnya
Drajat, Klemuk Sartoraharjo, dan lebih muda (Wardani, 2018, hlm.
sebagainya. Mereka merupakan rakyat 36).
keraton Surakarta. tokoh tambahan yang Unsur fiksi yang lain dari “Legenda
juga berasal dari rakyat Kampung Jagalan” adalah penceritaan
Beberapa latar yang melukiskan mengenai era revolusi. Dalam legenda
kehidupan masyarakat jelata juga disampaikan bahwa era revolusi terjadi
merupakan fiksi. Hal itu tampak dalam pada saat pemerintahan Pakubuwono X.
kutipan berikut. Padahal revolusi kemerdekaan
Pagi hari telah tiba. Orang-orang Indonesia terjadi pada tahun 1945 dan
mulai beraktivitas mencari rezeki pemerintahan Pakubuwono X berakhir
untuk kelangsungan hidupnya. pada tahun 1939. Pada saat revolusi ini,
Begitu pula dengan para pengusaha timbul peperangan antara Tentara
sapi. Mereka sibuk menghitung Pelajar (TP) melawan kompeni
ternaknya yang baru didatangkan Belanda. Kompeni Belanda ingin
dari Sragen, Karanganyar, menguasai abattoir sebagai markas
Sukoharjo, Wonogiri, dan daerah- pasukannya. Bangunan abattoir yang
daerah lain (Wardani, 2018, hlm. luas menyebabkan Belanda berhasrat
19). merebutnya agar tidak perlu
11
membangun gedung lagi. Mereka cukup menghibur, karya sastra (khususnya
menambah tower sirine untuk cerita rakyat) juga harus memiliki
memantau dari jauh pergerakan Tentara fungsi memberi manfaat bagi pembaca.
Pelajar (Wardani, 2018, hlm. 31). Nilai menghibur terletak pada jalinan
Masa kegelapan akibat perang ini alur, penokohan, dan latar yang terjalin
menyebabkan perekonomian warga dengan erat membentuk kesatuan cerita
yang sudah mulai pulih kembali yang holistik. Fungsi manfaat melalui
menjadi berantakan sampai akhirnya nilai-nilai moral, nilai kearifan lokal,
ketika Indonesia merdeka, abattoir bisa dan nilai budi pekerti yang terdapat
diambil alih kembali dan dikembalikan dalam cerita.
fungsinya sebagai tempat Unsur fiksi yang berfungsi
penyembelihan hewan ternak. menghibur pembaca menyebabkan
Jika dicermati melalui tahun cerita rakyat tetap dapat dinikmati oleh
terjadinya revolusi kemerdekaan dan masyarakat dari zaman dahulu sampai
tahun ketika Susuhunan Pakubuwono X pada zaman sekarang. Ceerita rakyat
memerintah, maka peristiwa perang juga memiliki kebermanfaatan bagi
revolusi melawan Belanda ini terjadi pembaca atau pendengarnya melalui
pada masa pemerintahan Susuhunan nilai-nilai yang ada dalam cerita rakyat
Pakubuwono XII. Hal ini dapat tersebut. Karena cerita rakyat dipandang
dicermati melalui kutipan berikut. memiliki nilai positif yang bermanfaat
Perubahan tragis terjadi setelah bagi pembaca, khususnya generasi
Pakubuwono X wafat karena muda, maka cerita rakyat juga masuk
penggantinya (Pakubuwono XI dan dalam kurikulum 2013 sejak SD sampai
Pakubuwono XII) tidak mampu SMA.
melanjutkan struktur peluang Fungsi kebermanfaatan ketika
politik maupun ekonomi. siswa membaca cerita rakyat adalah
Pakubuwono XI yang berkuasa diketemukannya nilai (1) toleransi; (2)
tahun 1939-1944 tunduk kepada kerja keras; (3) mandiri; (4) cinta tanah
penjajah. Sementara Pakubuwono air; (5) menghargai prestasi; (6) peduli
XII yang memerintah tahun 1944- sosial; (7) tanggung jawab.
2005 terperosok pada kesalahan
diplomasi sepanjang revolusi Hubungan antara Cerita Rakyat
kemerdekaan (Joebagio, 2017, hlm. dengan Babad
311-312). Selain cerita rakyat, bentuk fiksi sejarah
Unsur fiksi dalam “Legenda ada dalam hikayat dan babad. Hikayat
Kampung Jagalan” dan “Legenda menyangkut fiksi sejarah yang berlatar
Kampung Sewu” terdapat pada tokoh- Melayu, sedangkan babad menyangkut
tokoh rakyat jelata, latar tempat yang fiksi sejarah yang berasal dari Jawa,
menyangkut tokoh-tokoh tambahan khususnya berkaitan dengan Kerajaan
rakyat jelata, dan dialog yang terjadi Mataram.
antartokoh. Hal ini terjadi karena Silsilah mengenai kerajaan
sebagai sebuah karya fiksi sejarah, Mataram terdapat pada Babad Tanah
unsur kemenarikan cerita harus Jawa. Di dalam babad tersebut
ditonjolkan melalui struktur cerita dikisahkan mengenai mulai berdirinya
seperti alur, penokohan, dan latar. Hal kerajaan Mataram, kebesarannya, serta
ini sesuai pendapat Horace (Teew, riwayat raja-raja yang berkuasa. Babad
2016, hlm.10) yang menyatakan bahwa Sultan Agung menceritakan mengenai
karya sastra mengandung 2 unsur, yaitu kebesaran salahsatu raja keturunan
dulce et utile (menghibur dan Mataram dan bagaimana Sultan Agung
bermanfaat). Selain berfungsi
12
menjadi raja besar di wilayah kekuasaan lajeng manjing ing jajanipun.
Mataram. Nunten onten lare saukiran keris,
Cerita rakyat merupakan fiksi cahyanipun kadhos srengenge,
sejarah yang berbentuk lisan, sedangkan dipun candhak dateng Pangeran
babad merupakan fiksi sejarah yang Dipati, mboten kenging. Lare
berbentuk tertulis. Bentuk lisan cerita saukiran wau inggih lajeng
rakyat terjadi karena cerita ini manjing ing jajanipun. Pangeran
berkembang di kalangan rakyat yang Dipati kaget, nunten
kemunculannya merupakan cerita dari wungu...nggraita yen kedhawahan
mulut ke mulut. Hal ini disebabkan cahya nurbuat. Pangeran Dipati
karena rakyat pada zaman dahulu belum lajeng agadah cipta, sumedya
mengenal tradisi tulis. Namun, seiring jumeneng nata, nggenipun bade
perkembangan zaman, tradisi lisan kesah kaji mboten siyos, sarta
cerita rakyat itu perlahan-lahan dapat ciptanipun, ing tanah Jawi prasasat
terdokumentasikan dalam bentuk sampun kegegem ing astanipun
tertulis. (Meinsma, 1941, hlm. 174).
Babad merupakan fiksi sejarah “Pangeran Dipati bermimpi, masjid
yang berbentuk tulis. Babad ditulis oleh tempat ia tidur terlihat berlubang di
pujangga khusus yang diangkat oleh bagian atas. Kemudian, ada bulan
raja untuk menceritakan mengenai berjumlah tujuh buah dari langit
kehidupan istana. Pada awalnya, babad masuk ke dalam dadanya.
dianggap sebagai sejarah karena Selanjutnya, ada seorang bocah
mengemukakan tokoh-tokoh dan latar sebesar hulu keris, bersinar seperti
sesuai dengan tokoh dan latar dalam matahari, ditangkap oleh Pangeran
kehidupan nyata. Misalnya dalam Dipati, tetapi tidak kena. Bocah
Babad Tanah Jawa diceritakan sebesar hulu keris itu juga masuk
mengenai asal-mula berdirinya dinasti ke dalam dadanya. Pangeran Dipati
Mataram sejak Panembahan Senopati terkejut, kemudian
sampai Amangkurat II sebelum bangun...berpikir bahwa (ia)
Mataram terpecah menjadi Keraton kejatuhan cahaya nurbuat.
Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Pangeran Dipati lalu memiliki
Tokoh-tokoh dan latar dalam babad ini keinginan untuk menjadi raja dan
melukiskan hal nyata pada pergantian membatalkan niat untuk naik haji
generasi penguasa Mataram. Namun, dan angan-angannya Tanah Jawa
ada unsur-unsur fiksi dalam babad seolah-olah sudah berada dalam
tersebut yang menyangkut suksesi genggaman tangannya. Pangeran
seorang raja dikaitkan dengan hal-hal Adipati Anom mengumpulkan para
yang bersifat mite. Unsur fiksi terkait pengikut setianya dan
munculnya berbagai hal gaib mengiringi memproklamasikan dirinya sebagai
pergantian raja Mataram. Peristiwa gaib raja menggantikan ayahnya. Para
itu dipercaya, sehingga calon raja yang mengikutnya tak ada yang
mengalaminya memang menjadi calon menyangsikan keinginan tuannnya
raja yang sah menduduki tahta karena mereka melihat wajah
Mataram. Hal tersebut tampak dalam tuannya “sebelumnya pucat lesu,
kutipan berikut. sekarang bersinar dan berwibawa”
Pangeran Dipati wau supena, (Meinsma, 1941, hlm.174).
masjid ingkang dipun enggeni sare Dalam kutipan Babad Tanah Jawa
punika ketingal growong ing tersebut terlihat bahwa seorang
nginggil. Anunten wonten rembulan Pangeran ketika akan menjadi raja dan
katahipun pitu saking ing langit mengalami suksesi pasti mendapatkan
13
wahyu kapujanggan atau cahaya karena pusat kisah adalah seputar
nurbuat yang hanya pangeran itu yang kehidupan di Keraton Mataram. Cerita
mengalaminya. Maka pangeran yang rakyat merupakan karya sastra lisan
mengalami mendapatkan wahyu yang kemudian disusun dalam bentuk
kedhaton ini berhak menjadi raja karena tertulis, tetapi sumber asli cerita tetap
dipandang sebagai orang yang ditunjuk merupakan sastra lisan. Cerita rakyat
menggantikan raja sebelumnya. bersifat masyarakat sentris karena
Kecakapan calon raja untuk menerima mengisahkan kehidupan rakyat jelata
cahaya nurbuat ini merupakan tanda dalam hubungannya dengan penguasa
bahwa calon raja juga memiliki (raja). Meskipun tokoh utama cerita
kesaktian. tetaplah raja, tetapi latar dan inti cerita
Hal-hal yang bersifat mistis dan mengisahkan mengenai kehidupan
bagaimana raja menguasai hal-hal yang rakyat jelata.
bersifat mistis tersebut menyebabkan Hubungan antara raja dan rakyat
raja dianggap sebagai calon pemimpin jelata dalam cerita rakyat ditunjukkan
yang luar biasa. Dalam Babad Sultan sebagai hubungan antara raja sebagai
Agung ditunjukkan pula bahwa untuk patron dan rakyat jelata sebagai client.
mengontrol wilayah Keraton Mataram, Hubungan ini bersifat vertikal dan
Sultan Agung naik permadani terbang. sesuai dengan konsep raja Mataram
Hal tersebut tentu tidak ada dalam yang terdapat dalam Babad Tanah
kenyataan bahwa seseorang bisa naik Jawa. Dalam Babad Tanah Jawa,
permadani terbang. Bahkan Sultan dinasti raja Mataram memiliki konsep
Agung dikatakan naik haji ke Mekkah kekuasaan, antara lain wenang wisesa
dengan sekali terbang menggunakan ing sanagari (berwenang tertinggi di
permadani tersebut. Unsur-unsur seluruh negeri), gung binathara bau
tersebut merupakan unsur fiksi dalam dhendha nyakrawati (sebesar kekuasaan
babad. Apalagi dalam babad, misalnya dewa, pemelihara hukum, dan penguasa
Babad Tanah Jawa, disebutkan bahwa dunia), dan berbudi bawa leksana
Sultan Agung dapat menguasai seluruh ambeg adil paramarta (meluap budi
pulau Jawa. Ketika cerita tersebut luhur mulia dan sikap adilnya terhadap
dicocokkan dengan data sejarah, semua yang hidup) (Moedjanto, 2000,
ternyata Sultan Agung belum bisa hlm. 15).
menguasai seluruh Pulau Jawa. Wilayah Ketiga isi konsep kekuasaan dinasti
Jawa Barat dan Batavia tidak berada raja Mataram tersebut menunjukkan
dalam kekuasaan Mataram karena bahwa dinasti raja Mataram memiliki
kedua wilayah tersebut terlanjur kekuasaan yang absolut. Ia memiliki
dikuasai penjajah Portugis. kekuasaan di seluruh wilayah Mataram,
Ketidaksesuaian antara data sejarah bahkan kekuasaannya disamakan
dengan isi cerita inilah yang merupakan dengan kekuasaan dewa, serta iapun
unsur fiksi dalam babad. Hal ini memiliki wewenang menetapkan
dipergunakan oleh pujangga di masa hukum dan hukuman bagi seluruh
penulisan babad tersebut sebagai upaya rakyatnya. Namun, di balik
legitimasi nama raja. Legitimasi ini kekuasaannya yang bersifat absolut, raja
ditujukan untuk menunjukkan bahwa harus tetap memiliki kewajiban moral
raja Mataram bukanlah orang yang baik, yaitu melalui perilakunya
sembarangan. Mereka merupakan yang luhur mulia dan adil terhadap
penguasa yang memiliki kesaktian luar rakyatnya.
biasa. Oleh karena itu, seperti halnya
Babad merupakan karya sastra dalam babad, dalam cerita rakyat
tertulis yang bersifat istana sentris “Legenda Kampung Jagalan” dan
14
“Legenda Kampung Sewu” ditunjukkan Cerita rakyat “Legenda Kampung
raja merupakan seseorang yang Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu
memiliki kesaktian luar biasa, merupakan cerita rakyat berbentuk
kekuasaan yang besar, pemimpin yang legenda asal-usul, terutama legenda
baik dan memperhatikan kepentingan asal-usul nama Kampung Jagalan dan
rakyatnya. Meskipun Susuhunan Kampung Sewu Surakarta.
Pakubuwono II menghadapi banyak Cerita rakyat “Legenda Kampung
intrik peperangan dengan saudara- Jagalan” berhubungan dengan tokoh
saudaranya, tetapi ia tetap memikirkan sejarah Kanjeng Susuhunan
kepentingan rakyatnya. Pakubuwono X raja Keraton Surakarta
Unsur fiksi pada cerita rakyat dan dan “Legenda Kampung Sewu”
babad terletak juga pada unsur berhubungan dengan tokoh Kanjeng
penokohan. Cerita rakyat berkembang Susuhunan Pakubuwono II raja Keraton
di kalangan rakyat sehingga unsur fiksi Surakarta pertama saat lokasi istana
di dalamnya melibatkan kehadiran berpindah dari Kartasura menuju
rakyat sebagai tokoh cerita meskipun Surakarta. Raja berperan sebagai patron
rakyat yang ditampilkan merupakan bagi rakyatnya.
tokoh tambahan yang kedudukannya Fiksi dalam kedua cerita rakyat
tidak sentral dalam cerita. Berbeda berkaitan dengan penceritaan tokoh dari
dengan babad di mana tidak kalangan rakyat jelata, latar tempat yang
menghadirkan tokoh dari kalangan menunjukkan kehidupan rakyat jelata,
rakyat jelata. Tokoh tambahan biasanya dan dialog-dialog yang terjadi
berasal dari abdi raja atau pengawal antartokoh.
raja. Hal itu terjadi karena babad Cerita rakyat dan babad bertujuan
bersifat istana sentris di mana cerita untuk melegitimasi nama raja Keraton
berpusat pada kehidupan istana. Surakarta sebagai penguasa yang
Setri halnya babad, dalam cerita memiliki kekuasaan besar, pemimpin
rakyat, raja merupakan tokoh sentral. yang baik dan memperhatikan
Cerita rakyat yang berkembang di rakyatnya, serta memiliki kesaktian luar
Surakarta akan menghadirkan tokoh biasa. Sifat babad adalah istana sentris
utama raja dari Keraton Surakarta. karena sebagai pusat cerita adalah
Sementara itu, cerita rakyat yang mengenai kisah dinasti Mataram sejak
berkembang di Yogyakarta akan Panembahan Senopati sampai
menghadirkan tokoh utama raja dari Amangkurat II. Sifat cerita rakyat
Keraton Yogyakarta. masyarakat sentris karena peristiwa
Tujuan cerita rakyat dan babad cerita terjadi di kalangan rakyat jelata
adalah untuk melegitimasi nama raja. yang berada dalam kekuasaan Keraton
Raja yang berkuasa dan diceritakan Surakarta sebagai pecahan dari Keraton
dalam cerita rakyat dan babad Mataram.
merupakan raja yang memiliki
kekuasaan yang besar, bijaksana,
melindungi, dan memperhatikan Ucapan Terima Kasih
rakyatnya seperti halnya yang Ucapan terima kasih disampaikan
ditunjukkan melalui tokoh Susuhunan kepada B.R.M. Restu B. Setiawan dari
Pakubuwono X. Rakyatpun sangat setia Keraton Kasunanan Surakarta atas
dan berbakti kepada raja karena sikap kesediaan sebagai informan dalam
raja yang arif bijaksana. kegiatan wawancara informan.

SIMPULAN

15
Riana, D.R. (2018). “Pemaknaan Motif
DAFTAR PUSTAKA Tabu dalam Cerita Rakyat di
Wilayah Bekas Kerajaan
Azhar, I.N. (2018). “Prinsip Hidup Mulawarman, Kerajaan Hindu
Masyarakat Madura Seperti Tertua di Indonesia”. Jurnal Aksara,
Terkisah dalam Cerita 29, 197.
Rakyatnya”.Jurnal Atavisme, 20, 5.
Creswell, J. W. (2013). Qualitative
Inquiry
and Research Design. New York: Ricklefs, M.C. (2002). Yogyakarta di
Sage. Bawah Sultan Mangkubumi 1949-
Danandjaja, J. (2007). Folklore 1792. Yogyakarta: Matabangsa.
Indonesia. Soeratman, Darsiti. (2000). Kehidupan
Jakarta: Graffiti Press. Dunia Keraton Surakarta 1830-
Hutomo, S.S. (2000). Mutiara yang 1939.Yogyakarta: Yayasan untuk
Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Indonesia.
Lisan. Surabaya: HISKI Jawa Suprayitno, E. (2018). “Representasi
Timur. Falsafah Jawa dalam Cerita Rakyat
Joebagio, H. (2017). Islam dan Terjadinya Terowongan Air
Kebangsaan di Keraton Surakarta. Mangge”. Jurnal Madah, 9, 231.
Surakarta: Diomedia. Teew, A. (2016). Sastra dan Ilmu
Johnson, S. (2002). Historical Fiction: Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.
A Wardani, N.E. (2018). Cerita Rakyat
Guide The Genre. Illinois: Illinois Surakarta dan Yogyakarta.
University. Surakarta: Diomedia.
Lindbald, J.T. (2018).“History and
Fiction:
An Uneasy Marriage?”. Jurnal
Humaniora, 30, 147.
Meinsma, J.H. (1941). Poenika Serat
Babad Tanah Djawi Wiwit Saking
Adam Doemoegi ing Tahun 1647.
Gravenhage: Martinus Nijhoff.
Miles, M. & Hubermann, M. (2014).
Qualitative Data Analysis. London:
Sage.
Moedjanto, G. (2000). Konsep
Kekuasaan Jawa: Penerapannya
oleh Raja-raja Mataram.
Yogyakarta: Kanisius.
Mustikawati, A. (2018). “Adaptasi
Lingkungan Masyarakat Pendatang
dalam Cerita Rakyat Bontang”.
Jurnal Aksara, 30, 59.
Nurgiyantoro, B. (2000). Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurhajjani, D.R. (2000). Sejarah
Kerajaan Tradisional Surakarta.
Jakarta: Depdikbud.
16

You might also like