You are on page 1of 2

Permainan Catur Punya Kaitan Strategi

Perang
  Sabtu, 16 Mei 2015 16:23 WIB
 

  5,734x

DARI India kuno sampai zaman komputer, militer telah menggunakan catur baik sebagai
metafora dan bahkan sebagai pelatihan untuk perang.

Tapi seperti yang ditulis Dominic Lawson, jenderal yang menyamakan dirinya dengan
grandmaster membesar-besarkan penguasaan mereka atas pertempuran manusia.

Tidak ada yang lebih berbahaya atau memekakkan telinga daripada peperangan. Dan ada
beberapa teknik yang sama aman dan tenang  dengan catur.

Menurut H. J. R. Murray, penulis buku History of Chess (1913), catur berasal dari India dan mulai
ada pada abad ke-6.

Di sana catur dikenal dengan nama chaturanga, yang artinya empat unsur yang terpisah.
Awalnya, buah catur memang hanya empat jenis. Menurut mistisisme India kuno, catur dianggap
mewakili alam semesta ini, sehingga sering dihubungkan dengan empat unsur kehidupan, yaitu
api, udara, tanah dan air karena dalam permainannya, catur menyimbolkan cara-cara hidup
manusia.

Dalam permainannya, catur mengandalkan analisa dan ketajaman otak pemain, disertai
keterampilan strategi dalam menentukan langkah, rencana, risiko, dan menentukan kapan harus
berkorban agar menang.

Namun, pendapat Murray itu dibantah Muhammad Ismail Sloan, yang banyak mempelajari
sejarah catur. Menurut Sloan, jika catur ditemukan di India, seharusnya permainan itu disebut-
sebut dalam literatur-literatur Sanskrit.

Kenyataannya, tak ada satu pun literatur Sanskrit di India yang menyebutkan soal permainan
catur sebelum abad ke-6. Sebaliknya, para pujangga Tiongkok sudah menyebutkan permainan
ini salam syair-syair mereka, 800 tahun sebelumnya.
Jadi, menurut Ismail Sloan, di Tiongkok-lah catur pertama kali dimainkan. Tapi pada waktu itu
bentuk arena caturnya tidak kotak-kotak, melainkan bulat-bulat. Buah caturnya juga hanya terdiri
atas empat jenis, yaitu raja, benteng, ksatria (kuda), dan uskup (gajah).

Baru pada abad ke-6, catur dibawa orang Islam dari India dan Persia ke seluruh penjuru dunia.

Konon, di zaman kekhalifahan Ali bin Abu Tholib, catur merupakan permainan yang populer.
Barangkali ini ada hubungannya dengan kelihayannya mengatur strategi perang.

Sementara di era komputer ini, dalam perang modern ide kemenangan total sekarang hampir
tidak relevan. Anda menang  dan kemudian Anda kalah dalam waktu singkat Lihatlah Irak."

Bahkan, arsitek militer invasi Irak tahun 2003, mantan Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld
secara tidak sengaja menyinggung perbedaan antara catur dan aksi militer nyata, ketika dia
berbicara tentang "sesuatu yang rahasia" dalam konflik bersenjata.

Catur adalah apa yang disebut sebagai permainan "informasi sempurna"  - setiap pemain dapat
melihat di papan segala sesuatu yang perlu diketahui tentang disposisi lawannya.

Ini, barangkali yang melatarbelakangi alasan perwira militer Jerman di abad ke-19 menggunakan
papan permainan aneh yang dikenal sebagai Kriegspiel - atau "wargame" - sebagai alat
pelatihan.

Cara ini kemudian diadaptasi menjadi sebuah varian catur di mana tiga papan digunakan,
dengan pemain tidak melihat papan lawan dan papan ketiga dikendalikan oleh seorang wasit
yang melaksanakan gerakan-gerakan disebut oleh masing-masing pejuang.

Namun di era modern, dalam bidang program komputer  bahwa catur - dari jenis konvensional -
telah menarik perhatian dalam perencanan militer.

Pada tahun akhir Perang Dingin 1989, diketahui bahwa Prof Donald Michie, yang waktu itu
bertugas pada  badan berwenang terkenal Inggris mengenai intelijen artifisial catur mendapat
pendanaan dari US Army Research Institute. (bbs/rtr/es)

Sumber: https://analisadaily.com/berita/arsip/2015/5/16/133799/permainan-catur-punya-kaitan-
strategi-perang/

You might also like