You are on page 1of 10

Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

PENERAPAN METODE RULE BASED REASONING DALAM SISTEM PAKAR


DETEKSI DINI GANGGUAN KESEHATAN MENTAL PADA MAHASISWA

Dita Wahyuni1), Doni Winarso2)


1
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Muhammadiyah Riau
email: 180402062@umri.ac.id
2
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Muhammadiyah Riau
email: doniwinarso@umri.ac.id

Abstract
College students are a special group who are going through a critical transition period from
adolescence to adulthood and are trying to adjust, maintain good grades, plan for the future, and be
away from home, so they are at risk of developing Mental Emotional Disorders (GME) such as
depression, anxiety, and other psychiatric comorbidities. Based on this, college students who feel
indications of mental problems should immediately talk to a psychologist. But in general, the
difficulties faced by college students when conducting consultations, for example, the lack of mental
health facilities in their environment or on their campus, shy to do the consultation, and the
consultation fees. Based on these problems, an early detection process using an expert system is
needed to assist college students in recognizing their mental health disorders. The Rule-Based
Reasoning method focuses on expert rules that are entered into the system. Based on expert system
testing using the Rule-Based Reasoning method on 10 experimental cases, almost all system results
are in accordance with the detection made by the expert. Based on this, it is hoped that this system
will help detect mental health disorders experienced by college students.
Keywords: Expert System, Rule-Based Reasoning, College Students, Mental Health Disorder

Abstrak
Mahasiswa merupakan kelompok khusus yang sedang melewati masa transisi kritis dari masa remaja
ke masa dewasa dan berusaha untuk menyesuaikan diri, mempertahankan nilai yang baik,
merencanakan masa depan, dan berada jauh dari rumah, sehingga berisiko mengalami Gangguan
Mental Emosional (GME) seperti depresi, kecemasan, dan komorbiditas kejiwaan lainnya.
Berdasarkan hal ini, mahasiswa yang merasakan indikasi masalah mental harus segera menemui
psikolog. Namun pada umumnya kesulitan yang dihadapi mahasiswa saat melakukan konsultasi,
misalnya kurangnya fasilitas kesehatan jiwa di lingkungan sekitar atau di kampus, malu untuk
berkonsultasi, keterbatasan waktu, dan biaya konsultasi. Berdasarkan kendala tersebut, diperlukan
suatu proses deteksi dini menggunakan sistem pakar untuk membantu mahasiswa dalam mengenali
gangguan kesehatan mental yang dialaminya. Metode Rule-Based Reasoning berfokus pada aturan-
aturan pakar yang dimasukkan ke dalam sistem. Berdasarkan hasil pengujian sistem pakar
menggunakan metode Rule Based Reasoning terhadap 10 kasus percobaan menyatakan hampir
seluruh hasil deteksi sistem sesuai dengan hasil deteksi yang dilakukan oleh pakar. Berdasarkan hal
tersebut, diharapkan sistem pakar ini akan membantu mendeteksi dini gangguan kesehatan mental
yang dialami oleh mahasiswa.

Keywords: Sistem Pakar, Rule-based Reasoning, Mahasiswa, Gangguan Kesehatan Mental

ketidakmampuan menyesuaikan diri, cara


PENDAHULUAN berhubungan dengan orang lain, dan
Istilah "Kesehatan Mental" mengacu pada kemampuan mengambil keputusan. Kesehatan
semua aspek perkembangan seseorang, baik mental setiap orang berbeda dan berkembang
fisik maupun psikologis. Kesehatan mental secara dinamis. Karena pada hakikatnya
juga mencakup kemampuan menghadapi stres, manusia dihadapkan pada kondisi dimana ia

1
Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

harus menyelesaikannya dengan beragam membantu mahasiswa dalam mengenali


alternatif pemecahannya. Tidak sedikit orang gangguan kesehatan mental yang dialaminya.
yang terkadang mengalami masalah kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat membantu
mental dalam hidupnya [1]. mahasiswa dalam mendeteksi dini gangguan
Gangguan kesehatan mental terjadi ketika kesehatan mental berdasarkan gejala yang
seseorang mengalami gangguan yang dialami, serta dapat mengetahui tingkatan
signifikan terhadap aktivitas normalnya [2]. gangguan, solusi penanganan yang tepat.
Gangguan kesehatan mental merupakan
masalah serius yang harus segera ditangani
karena dapat menimbulkan masalah fisik jika METODE PENELITIAN
seseorang tidak menyadarinya [3]. Menurut Metodologi penelitian menjelaskan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh tahapan yang dilakukan dalam proses
[4], prevalensi gangguan jiwa yang ditandai pelaksanaan penelitian ini agar berjalan sesuai
dengan gejala depresi pada orang berusia 15 dengan tujuan penelitian. Tahapan penelitian
tahun ke atas adalah 6,1%. Sedangkan akan digambarkan dalam gambar berikut ini:
prevalensi rumah tangga dengan ART (Asisten
Rumah Tangga) Gangguan Jiwa
Skizofrenia/Psikosis adalah 6,7 % atau sekitar
282 ribu orang. Sementara itu, sekitar 10%
pengidap gangguan mental emosional berusia
antara 15 hingga 24 tahun, termasuk remaja.
Mahasiswa merupakan kelompok khusus
individu yang bertahan dalam periode transisi
kritis yang berada dalam masa peralihan dari
masa remaja sampai dewasa serta mencoba
untuk menyesuaikan diri, mempertahankan
nilai yang baik, merencanakan masa depan,
dan jauh dari rumah sehingga sering mengalami
kecemasan serta stres [5]. Mahasiswa
cenderung berisiko mengalami Gangguan
Mental Emosional (GME) seperti depresi,
ansietas dan komorbiditas kejiwaan lainnya [6].
Selain itu, rentang usia dewasa awal
merupakan masa yang penuh dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
ketegangan emosional dan ditampakkan
dalam kekhawatiran, ketergantungan 1. Analisa Sistem
1.1 Analisa Basis Pengetahuan
emosional dan mekanisme koping yang
belum terbentuk sehingga mudah mengalami Pada penelitian ini, pendekatan dalam
stres dan kecemasan [7] . basis pengetahuan menggunakan metode
Rule based reasoning yang berarti basis
Belum ada angka pasti tentang mahasiswa
yang mengalami gangguan kesehatan mental di pengetahuan berisi aturan khusus dalam
memecahkan suatu kasus atau
Indonesia. Jika masalah mental mahasiswa
tidak segera diatasi, mereka dapat berkembang permasalahan.
Berdasarkan pengetahuan yang didapat
menjadi masalah psikologis yang lebih serius
dari pakar serta studi pustaka, dalam kasus
seperti depresi. Berdasarkan hal ini, mahasiswa
yang mengalami gejala gangguan mental perlu gangguan kesehatan mental pada
mahasiswa yang terdiri dari gangguan
untuk segera bekonsultasi dengan psikolog.
Kendala yang dihadapi mahasiswa saat kecemasan, stres, dan depresi, pakar
memberikan beberapa gejala dan
melakukan konsultasi, seperti tidak tersedianya
pernyataan yang didasarkan pada gejala
layanan kesehatan mental di daerah nya atau di
lingkungan kampus, malu untuk berkonsultasi, umum yang ada pada alat ukur DASS21
yang kemudian disesuaikan dengan
masalah waktu dan biaya konsultasi. Dari
kendala tersebut, diperlukan suatu proses kondisi umum yang dialami oleh
mahasiswa. Jenis gangguan kesehatan
deteksi dini menggunakan sistem pakar untuk
mental yang umumnya dialami oleh

2
Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

mahasiswa ada 3 yaitu stres, depresi, dan minat dan tidak


gangguan kecemasan dengan nama antusias (G013)
pengkodean P001 sampai dengan P003. OR Merasa
Untuk menentukan jenis gangguan tidak layak
kesehatan mental diperlukan beberapa (G016) OR
kondisi/gejala berdasarkan alat skrining Hidup tidak
DASS21. Dari setiap jenis gangguan berharga dan
kesehatan mental didapatkan 21 gejala berarti (G017)
dengan nama pengkodean G01 sampai OR Tidak ada
dengan G021. perasaan positif
(G021) THEN
a. Basis Pengetahuan Aturan Deteksi Depresi (P2)
Basis pengetahuan aturan deteksi 3 Gangguan IF Mulut kering
berisi aturan dalam penelurusan hasil Kecemasan (G002) OR
deteksi gangguan kesehatan mental pada (P3) Sulit bernafas
sistem. Adapun konsep inferensi (G004) OR
dilakukan dengan penggunaan production Gemetar
rule (if...then) mekanismenya melalui (G007) OR
forward chaining. Aturan deteksi dapat Khawatir saat
dilihat pada tabel berikut ini : panik (G009)
OR Hampir
Tabel 1 Rule Deteksi Dini Gangguan panik (G015)
Kesehatan Mental OR Takut tanpa
No NAMA RULE IF - alasan (G019)
GANGGUAN THEN OR Perubahan
KESEHATAN detak jantung
MENTAL (G020) THEN
1 Stres (P1) IF Sulit Gangguan
beristirahat Kecemasan
(G001) OR (P3)
Bersikap
berlebihan
(G006) OR
Menghabiskan b. Basis Pengetahuan Aturan
energi saat Tingkatan Gangguan Kesehatan
cemas (G008) Mental
OR Gelisah Basis pengetahuan ini berisi aturan
(G011) OR untuk menentukan tingkatan dari tiap
Sulit bersantai gangguan kesehatan mental yang diderita.
(G12) OR Tidak Tiap gangguan memiliki aturan tersendiri
sabar terhadap dalam menentukan tingkatan gangguan
gangguan atau mental. Berikut tabel aturan tingkatan
hambatan gangguan kesehatan mental :
(G014) OR
Mudah Tabel 2 Rule Tingkatan Stres
tersinggung No Tingkatan Rule
(G018) THEN 1 Normal IF jumlah bobot <= 9
Stres (P1) THEN Normal
2 Depresi (P2) IF Tidak ada 2 Ringan IF jumlah bobot <= 13
inisiatif (G003) THEN Stres Ringan
OR Pesimis 3 Sedang IF jumlah bobot <= 20
(G005) OR THEN Stres Sedang
Sedih dan putus 4 Berat IF jumlah bobot <= 27
asa (G010) OR THEN Stres Berat
Kehilangan

3
Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

5 Sangat IF jumlah Bobot >=28


Berat THEN Stres Sangat
Berat

Tabel 3 Rule Tingkatan Depresi


No Tingkatan Rule
1 Normal IF jumlah bobot <= 7
THEN Normal
2 Ringan IF jumlah bobot <= 9
THEN Depresi Ringan
3 Sedang IF jumlah bobot <= 14
THEN Depresi Sedang
4 Berat IF jumlah bobot <= 19
THEN Depresi Berat
5 Sangat IF jumlah Bobot >=20
Berat THEN Depresi Sangat Gambar 1 Flowchart Penerapan Metode
Berat Rule based reasoning dan Penelusuran
Forward Chaining Dalam Sistem Pakar

Tabel 4 Rule Tingkatan Gangguan Penjelasan dari masing-masing langkah


Kecemasan tersebut yaitu sebagai berikut:
No Tingkatan Rule 1. Pakar menginputkan aturan kedalam
1 Normal IF jumlah bobot <= 14 basis pengetahuan menggunakan
THEN Normal model penelusuran maju forward
2 Ringan IF jumlah bobot <= 18 chaining yang berarti, seluruh data
THEN Gangguan gejala yang ada akan dijadikan fakta-
Kecemasan Ringan fakta, kemudian berdasarkan rule atau
3 Sedang IF jumlah bobot <= 25 aturan yang ada akan terjadi proses
THEN Gangguan pengambilan kesimpulan.
Kecemasan Sedang 2. Sistem memberi pertanyaan dengan
4 Berat IF jumlah bobot <= 33 masing-masing bobot tiap jawaban dari
THEN Gangguan gejala yang ada. Jawaban “Tidak
Kecemasan Berat Pernah” memiliki bobot nilai 0,
5 Sangat IF jumlah Bobot >=34 jawaban “Kadang-Kadang” memiliki
Berat THEN Gangguan bobot nilai 1, jawaban “Cukup Sering”
Kecemasan Sangat memiliki bobot nilai 2, dan jawaban
Berat “Sering Sekali” memiliki bobot nilai 3.
3. Sistem mengklasifikasikan gejala yang
dipilih oleh pengguna sesuai dengan
1.2 Analisa Metode dan Mesin Inferensi aturan yang ada di basis pengetahuan.
Pada penelitian ini metode yang Pada tahap ini, sistem akan menelusuri
digunakan adalah Rule Based Reasoning gejala yang diinputkan dan
dan forward chaining sebagai mesin mengelompokkan gejala tersebut
inferensi untuk menentukan hasil deteksi sesuai dengan aturan gejala dari tiap
dini gangguan kesehatan mental pada gangguan mental.
mahasiswa beserta tingkatan nya. 4. Setelah gejala sudah dikelompokkan
Penerapan metode Rule Based sesuai dengan aturan dari tiap
Reasoning dengan penelusuran Forward gangguan mental, kemudian gejala dari
Chaining dalam deteksi dini gangguan tiap gangguan tersebut dihitung bobot
kesehatan mental ini memiliki beberapa nilai nya.
tahapan, mulai dari awal user mengisi 5. Setelah didapatkan skor bobot nilai dari
pernyataan gejala hingga hasil deteksi dari tiap gangguan mental, maka ditelusuri
sistem. Tahapan tersebut akan ditampilkan tingkatan dari gangguan yang dialami
pada Flowchart berikut: berdasarkan jumlah bobot nilai yang

4
Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

telah dihitung. Penelusuran tingkatan 8 Saya merasa sulit untuk 2


gangguan didapatkan dari aturan yang bersantai dari seluruh
ada didalam basis pengetahuan aturan tekanan dan tugas yang
tingkatan gangguan. ada
6. Selanjutnya sistem akan memberikan 9 Saya merasa tidak 1
keputusan mengenai gangguan antusias dan kehilangan
kesehatan mental beserta tingkat minat dalam belajar dan
gangguan nya, serta solusi penanganan hal lain yang dulu saya
berdasarkan tingkatan gangguan nikmati.
mental yang dialami. 10 Saya sulit untuk sabar 2
dan tenang dalam
1.2.1 Contoh Perhitungan Kasus menghadapi gangguan
Pada bagian ini dibuat contoh selama saya belajar atau
kasus dimana terdapat seorang mahasiswa mengerjakan tugas
mengalami gejala-gejala sebagai berikut : 11 Saya merasa bahwa 3
saya hampir panik saat
Tabel 5 Contoh Kasus berbicara didepan
No Gejala Bobot kelas, mengerjakan
Parameter tugas atau situasi
1 Saya merasa sulit untuk 1 perkuliahan lainnya
tidur dan beristirahat 12 Saya merasa bahwa 2
2 Saya merasa mulut saya 1 saya mudah
sering kering saat tersinggung saat
merasa cemas atau bersama teman atau
gugup dalam kegiatan orang lain
perkuliahan. 13 Saya merasa takut yang 1
3 Saya cenderung 1 berlebihan saat bertemu
bereaksi berlebihan dosen, tugas tidak
dalam menyikapi suatu selesai, ujian, dan takut
situasi dalam kegiatan akan hal lainnya tanpa
perkuliahan alasan yang jelas
4 Saya merasa telah 1
menghabiskan banyak Dengan mengacu pada aturan yang ada
energi disaat merasa pada basis pengetahuan menggunakan
cemas terhadap situasi metode rule based reasoning dan teknik
perkuliahan penelusuran forward chaining, maka
5 Saya merasa khawatir 1 sistem akan melakukan pengklasifikasian
dengan situasi dimana gejala dan perhitungan bobot nilai
saya mungkin menjadi parameter sesuai dengan gejala yang
panik dan diinputkan tadi, dimana perhitungannya
mempermalukan diri sebagai berikut :
sendiri saat dikampus
dan ditempat umum 1. Stres
6 Saya merasa sedih dan 1 Dari hasil pencocokan gejala yang
putus asa terhadap diinput user dengan aturan deteksi stres
tugas-tugas kuliah atau pada basis pengetahuan, ditemukan ada 3
permasalahan dalam gejala yang sama, seperti yang
perkuliahan ditunjukkan pada table berikut ini :
7 Saya mudah merasa 2
gelisah terhadap segala
sesuatu yang
menyangkut
perkuliahan

5
Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

Tabel 6 Contoh Kasus Stres 2. Depresi


No Gejala Bobot Dari hasil pencocokan gejala yang di
Parameter input user dengan aturan deteksi depresi
1 Saya merasa sulit 1 pada basis pengetahuan, ditemukan ada 3
untuk tidur dan gejala yang sama, seperti yang
beristirahat ditunjukkan pada table berikut ini :
2 Saya cenderung 1
bereaksi berlebihan Tabel 7 Contoh Kasus Depresi
dalam menyikapi No Gejala Bobot
suatu situasi dalam Parameter
kegiatan 1 Saya merasa sedih 1
perkuliahan dan putus asa
3 Saya merasa telah 1 terhadap tugas-
menghabiskan tugas kuliah atau
banyak energi permasalahan
disaat merasa dalam perkuliahan
cemas terhadap 2 Saya merasa tidak 1
situasi perkuliahan antusias dan
4 Saya mudah merasa 2 kehilangan minat
gelisah terhadap dalam belajar dan
segala sesuatu yang hal lain yang dulu
menyangkut saya nikmati.
perkuliahan
5 Saya merasa sulit 2 Untuk menentukan tingkatan dari
untuk bersantai dari depresi, maka dilakukan perhitungan
seluruh tekanan dan bobot parameter dengan menjumlahkan
tugas yang ada nilai bobot pada gejala depresi yang dipilih
6 Saya sulit untuk 2 dan dikali dengan 2.
sabar dan tenang
dalam menghadapi Jumlah Bobot : (1 + 1)*2
gangguan selama : 4
saya belajar atau
mengerjakan tugas Dengan mengacu pada basis
7 Saya merasa bahwa 2 pengetahuan aturan tingkatan depresi,
saya mudah untuk jumlah bobot parameter 4
tersinggung saat merupakan rentang nilai untuk tingkat
bersama teman atau depresi Normal.
orang lain
3. Gangguan Kecemasan
Untuk menentukan tingkatan dari stres, Dari hasil pencocokan gejala yang di
maka dilakukan perhitungan bobot input user dengan aturan deteksi
parameter dengan menjumlahkan nilai gangguan kecemasan pada basis
bobot pada gejala stres yang dipilih dan pengetahuan, ditemukan ada 3 gejala yang
dikali dengan 2. sama, seperti yang ditunjukkan pada table
berikut ini :
Jumlah Bobot : (1 + 1 + 1 + 2 + 2 + 2
+ 2)*2 Tabel 8 Contoh Kasus Gangguan
: 22 Kecemasan
No Gejala Bobot
Dengan mengacu pada basis Parameter
pengetahuan aturan tingkatan stres, untuk 1 Saya merasa mulut 3
jumlah bobot parameter 22 merupakan saya sering kering.
rentang nilai untuk tingkat stres Sedang. 2 Saya merasa 1
khawatir dengan

6
Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

situasi dimana saya 1.3 Pengujian Sistem


mungkin menjadi Setelah mengimplementasikan sistem yang
panik dan dibangun, tahapan selanjutnya adalah melakukan
mempermalukan pengujian sistem untuk menilai kinerja sistem dan
diri sendiri saat melihat apakah sistem yang dikembangkan
dikampus dan sejalan dengan tujuan ingin dicapai.
ditempat umum
3 Saya merasa bahwa 3 1.3.1 Black Box
saya hampir panik Pada bagian ini pengujian yang dilakukan
saat berbicara dengan menggunakan metode blackbox untuk
didepan kelas, memperlihatkan apakah fungsi menu pada
mengerjakan tugas sistem pakar bekerja dengan baik dengan cara
atau situasi mengisi form gejala yang ditampilkan.
perkuliahan lainnya Berdasarkan hasil pengujian black box, dapat
4 Saya merasa takut 1 disimpulkan sistem pakar berhasil berjalan
yang berlebihan dengan yang diharapkan.
saat bertemu dosen,
tugas tidak selesai, 1.3.2 User Acceptance Test
ujian, dan takut Pengujian UAT dilakukan dengan
akan hal lainnya memberikan kuesioner kepada pakar dan 10
tanpa alasan yang orang mahasiswa aktif program studi Sistem
jelas Informasi Universitas Muhammadiyah Riau
yang telah mencoba sistem pakar ini. Pada
Untuk menentukan tingkatan dari kuesioner UAT yang akan disebarkan dengan
gangguan kecemasan, maka dilakukan menggunakan skala likert terdapat nilai bobot
perhitungan bobot parameter dengan (1-5) yang akan digunakan sebagai indikator
menjumlahkan nilai bobot pada gejala untuk penilaian kesesuaian dari pertanyaan
gangguan kecemasan yang dipilih dan yang ada.
dikali dengan 2.
Jumlah Bobot : (3 + 1 + 3 + 1)*2 Tabel 10. Hasil Responden Pakar dan
: 16 Mahasiswa
No Responden Rata-Rata Hasil
Dengan mengacu pada basis Pengujian
pengetahuan aturan tingkatan gangguan 1 Pakar 98
kecemasan, untuk jumlah bobot parameter 2 Mahasiswa 83,4
16 merupakan rentang nilai untuk tingkat
gangguan kecemasan Berat. Dari data hasil tabel pengujian UAT
dengan responden Pakar dan Mahasiswa diatas
Dari hasil penelusuran gejala dan dapat disimpulkan rata-rata hasil pengujian
perhitungan bobot nilai parameter gejala, UAT sistem pakar adalah sebagai berikut:
dapat diambil keputusan bahwa hasil Rata-rata = 98+83,4
x 100%
deteksi berupa : 2
= 90,7%

Tabel 9. Contoh Hasil Deteksi Kasus


1.3.3 Perbandingan Hasil Deteksi Pakar dan
Jenis Gangguan Tingkatan Deteksi Sistem Pakar
Kesehatan Pengujian ini berguna untuk mengetahui
Mental performa sistem dalam memberikan
Stres Sedang kesimpulan dari deteksi dini gangguan
Depresi Normal kesehatan mental. Data yang di uji berjumlah
Gangguan Berat 10 sampel data mahasiswa, hasil deteksi sistem
Kecemasan yang di peroleh dari perhitungan sistem akan di

7
Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

cocokkan dengan hasil deteksi pakar. Detail 10 Mahasiswa Gangguan Gangguan Sesuai
hasil deteksi dapat di lihat pada lampiran. 10 Kecemasan Kecemasan
Hasil perbandingan deteksi pakar dan deteksi Sedang Sedang
sistem pakar ditunjukan tabel berikut ini:

Tabel 11. Hasil Perbandingan Deteksi


Pakar dan Deteksi Sistem Pakar SIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
No Mahasiswa Deteksi Deteksi Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Sistem Pakar Perbandi
ngan
dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik ialah
1 Mahasiswa Gangguan Gangguan Sesuai sebaga berikut :
1 Kecemasan Kecemasan a) Sistem Pakar Deteksi Dini Gangguan
Sedang Sedang Kesehatan Mental Pada Mahasiswa
2 Mahasiswa - Gangguan - Gangguan Sesuai menggunakan metode Rule Based
2 Kecemasan Kecemasa Reasoning telah berhasil dibangun dan
Berat n Berat mampu bertindak sebagai solusi alternatif
- Stress - Stress untuk mendeteksi gangguan kesehatan
Sedang Sedang mental pada mahasiswa dengan praktis
3 Mahasiswa - Depresi - Depresi Sesuai dan efektif, serta mampu memberikan
3 Ringan Ringan informasi kepada pengguna mengenai
- Gangguan - Gangguan solusi penanganan pada tiap gangguan
Kecemasan Kecemasan kesehatan mental yang diderita.
Ringan Ringan b) Pengujian sistem pakar dilakukan dengan
pengujian blackbox, User Acceptance
4 Mahasiswa Gangguan Gangguan Sesuai
Test, dan perbandingan hasil deteksi pakar
4 Kecemasan Kecemasan
Sedang Sedang dan deteksi sistem pakar. Hasil pengujian
5 Mahasiswa - Depresi - Depresi Sesuai blackbox menunjukkan presentase validasi
5 Sedang Sedang sebesar 100% yang berarti fungsionalitas
- Ganggunan - Ganggunan sistem telah berjalan dengan baik dan
Kecemasan Kecemasan dapat memenuhi kebutuhan sistem.
Sangat Sangat Kemudian hasil pengujian UAT dengan
Berat Berat responden pakar dan 10 orang mahasiswa
- Stres - Stres menunjukkan rata-rata nilai 90,7% dengan
Sedang Sedang kategori Sangat Bagus. Hasil pengujian
6 Mahasiswa - Depresi - Depresi Sesuai perbandingan hasil deteksi pakar dan
6 ringan ringan deteksi sistem pakar menggunakan 10 data
- Kecemasan - Kecemasan
dari deteksi mahasiswa, menunjukkan
sedan sedan
kesamaan pada hampir seluruh data.
- Stres ringan - Stres ringan
Kesalahan yang terjadi saat deteksi dapat
7 Mahasiswa - Depresi - Depresi Sesuai disebabkan oleh beberapa kemungkinan
7 sedang sedang seperti adanya gejala lain yang tidak
- Kecemasan - Kecemasan terdaftar di dalam sistem, atau pakar
ringan ringan mendeteksi gangguan berdasarkan faktor
- Stres ringan - Stres ringan lain diluar gejala yang diinputkan.
2. Saran
8 Mahasiswa - Depresi - Depresi Sesuai Dengan adanya keterbatasan pemikiran
8 ringan ringan dan waktu yang dialami penulis, maka penulis
- Kecemasan - Kecemasan menyampaikan beberapa saran untuk
ringan ringan pengembangan penelitian di masa yang akan
9 Mahasiswa - Depresi - Depresi Sesuai datang, yaitu sebagai berikut :
9 sedang sedang a) Dapat menambahkan faktor pendukung
- Kecemasan - Kecemasan yang lain dalam melakukan proses deteksi
sangat berat sangat berat serta menambah pakar untuk mendapatkan
- Stres ringan - Stres ringan pengetahuan yang lebih luas.

8
Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

b) Metode sistem pakar yang digunakan tidak [7] S. Mulyani, R. Anggraeni, L. Ph, and M. F.
hanya dengan menggunakan metode rule Mubin, “RESPON ANSIETAS
based reasoning, namun dapat MAHASISWA DALAM
dikembangkan dengan menggunakan PEMBELAJARAN DARING SELAMA
metode-metode sistem pakar yang lainnya PANDEMI COVID-19,” 2021. [Online].
seperti metode certainty factor, case based Available:
reasoning, naive bayes, metode dempster http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/
shafer, metode fuzzy logic, dan lain-lain. Keperawatan
c) Sistem pakar deteksi dini gangguan [8] E. Turban, J. E. Aronson, and T.-P. Liang,
kesehatan mental mahasiswa ini dibangun Decision Support Systems and Intelligent
berbasis website, diharapkan untuk Systems Seventh Edition. New Delhi:
selanjutnya dapat dikembangkan di Asoke K. Ghosh, 2007.
platform – platform lain seperti android. [9] G. Ayu, D. Sugiharni, D. Gede, and H.
Divayana, “Pemanfaatan Metode Forward
TERIMA KASIH Chaining Dalam Pengembangan Sistem
Ucapan terima kasih ditujukan kepada ibu Pakar Pendiagnosa Kerusakan Televisi
Zahrah Muhammad, M.Psi., Psikolog, selaku Berwarna,” Jurnal Nasional Pendidikan
pakar yang telah bersedia memberikan Teknik Informatika (JANAPATI), vol. 6,
pengetahuannya kepada penulis dalam no. 1, 2017.
pembuatan sistem pakar ini. [10] M. A. Irfandi, A. Romadhony, and S.
Saadah, “IMPLEMENTASI SISTEM
DAFTAR PUSTAKA PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GIGI
DAN MULUT MENGGUNAKAN
[1] D. V. Fakhriyani, “Kesehatan Mental,”
METODE HYBRID CASE-BASED DAN
2019. [Online]. Available:
RULE-BASED REASONING,” 2015. doi:
https://www.researchgate.net/publication/3
10.21108/indosc.2015.19.
48819060
[11] E. Ramadhani, H. R. Pratama, and E.
[2] E. Akeman et al., “A pragmatic clinical trial
G. Wahyuni, “Web-based expert system to
examining the impact of a resilience
determine digital forensics tool using rule-
program on college student mental health,”
based reasoning approach,” in Journal of
Depression and Anxiety, vol. 37, no. 3, pp.
Physics: Conference Series, Jun. 2021, vol.
202–213, Mar. 2020, doi:
1918, no. 4. doi: 10.1088/1742-
10.1002/da.22969.
6596/1918/4/042003.
[3] M. H. Fazel Zarandi, S. Soltanzadeh, A.
[12] A. E. Damayanti, “SISTEM PAKAR
Mohammadi, and O. Castillo, “Designing a
UNTUK DETEKSI DINI TINGKAT
general type-2 fuzzy expert system for
DEPRESI MAHASISWA
diagnosis of depression,” Applied Soft
MENGGUNAKAN METODE
Computing Journal, vol. 80, pp. 329–341,
MODIFIED K-NEAREST NEIGHBOR,”
Jul. 2019, doi: 10.1016/j.asoc.2019.03.027.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA, Malang,
[4] Kementrian Kesehatan Republik
2021.
Indonesia, Profil-Kesehatan-indonesia-
[13] R. Raenida and Z. Zukhri, “Sistem
2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
Pakar Diagnosis Dini Penyakit Katarak
2019.
Menggunakan Metode Rule Based
[5] U. Hasanah, N. Luthfiatil Fitri, Supardi,
Reasoning,” Seminar Nasional Informatika
and L. PH, “DEPRESI PADA
Medis, 2019.
MAHASISWA SELAMA MASA
[14] A. A. Al-Hajji, F. M. AlSuhaibani, and
PANDEMI COVID-19,” 2020.
N. S. AlHarbi, “An Online Expert System
[6] I. Heinen, M. Bullinger, and R. D.
for Psychiatric Diagnosis,” International
Kocalevent, “Perceived stress in first year
Journal of Artificial Intelligence &
medical students - associations with
Applications, vol. 10, no. 02, pp. 59–76,
personal resources and emotional distress,”
Mar. 2019, doi: 10.5121/ijaia.2019.10206.
BMC Medical Education, vol. 17, no. 1, pp.
[15] C. C. Hsu and C. C. Lin, “Framework
1–14, Jan. 2017, doi: 10.1186/s12909-016-
and Conceptual Design of Rule Base for
0841-8.
Building SWI-Prolog-Based Expert
Systems to Diagnose and Treat Anxiety,”

9
Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Software Engineering and Information Systems (SEIS)

in Proceedings - 2020 International [18] D. D. Kurnia, S. Andryana, and A.


Conference on Pervasive Artificial Gunaryati, “Sistem Pakar Untuk
Intelligence, ICPAI 2020, Dec. 2020, pp. Mendiagnosa Gangguan Kesehatan Mental
54–57. doi: Menggunakan Algoritma Genetika,” Jurnal
10.1109/ICPAI51961.2020.00018. Teknik Informatika dan Sistem Informasi,
[16] N. Nurholis, F. Fauziah, and N. D. vol. 8, no. 3, pp. 2407–4322, 2021,
Natashia, “Perpaduan Metode Certainty [Online]. Available: http://jurnal.mdp.ac.id
Factor dan Forward Chaining untuk [19] Windarsyah, H. Khatimi, and R.
Menentukan Tingkat Stres Mahasiswa Maulana, “SISTEM PAKAR DIAGNOSA
Tingkat Akhir Berbasis Android,” Jurnal JENIS GANGGUAN JIWA
JTIK (Jurnal Teknologi Informasi dan SKIZOFRENIA MENGGUNAKAN
Komunikasi), vol. 5, no. 3, p. 267, Jul. KOMBINASI METODE FORWARD
2021, doi: 10.35870/jtik.v5i3.218. CHAINING DAN CERTAINTY
[17] S. Surorejo and A. Habibie, “Sistem FACTOR,” vol. 2, pp. 21–28, 2017.
Pakar Menentukan Gaya Belajar Anak [20] A. Mirzapour, “A Psychology Expert
dengan Metode Rule Based Reasoning dan System to Determine the Level of Stress in
Fordward Chaining pada SD Negeri 02 Subjects,” European Journal of Medical
Mereng Kabupaten Pemalang,” 2021. and Health Sciences, vol. 1, no. 2, Jun.
[Online]. Available: 2019, doi: 10.24018/ejmed.2019.1.2.26.
www.journal.peradaban.ac.id

10

You might also like