You are on page 1of 12

Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

NILAI KEPERAWANAN PADA REMAJA PUTRI


DENGAN ORANG TUA BERCERAI
M. Alfeisyahri Fahlevi1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. This research’s purpose is to see how the value about virginity (virginity value) on
teens who are the victim of broken of in Balikpapan city. The researcher uses the qualitativ research
with approach of fenomology method. The researcher uses the snowball sampling technique, the
method that use data collecting eith observation and deep interview with 5 subjects. The result of this
research is to show that the virginity value in opinion of NF subject is something that if have been
given to the couple it will bind the relationship to be more lasting and can be prove the feeling to the
couple. FR subject has an opinion that virginity value is something that have to be kept by herself so
there going be no trouble with her parents and to give away her virginity to someone she loves will
make a happiness and more intimate with the couple. SR subject have an opinion that virginity value
is something that have to be kept until she finds the right person who she loves and want to marry her.
The virginity also has a lot of pleasure when given to the couple who really, she loved. AB subject
opinion that virginity value is a prove of love tho the couple and a thing that given to the couple for
release the loneliness. The fifth subject, MA has an opinion that virginity value is something really
pure and must be kept in the name of parent but can be given to the right person who can give her all
her need.
Keywords: virginity value, broken home.

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana nilai tentang keperawanan (nilai
keperawanan) pada remaja yang menjadi korban pecah di kota Balikpapan. Peneliti menggunakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan metode fenomologi. Peneliti menggunakan teknik snowball
sampling, metode yang menggunakan pengumpulan data dengan observasi dan wawancara mendalam
dengan 5 subjek. Hasil dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa nilai keperawanan dalam
pendapat subjek NF adalah sesuatu yang jika telah diberikan kepada pasangan akan mengikat
hubungan menjadi lebih tahan lama dan dapat membuktikan perasaan kepada pasangan. Subjek FR
berpendapat bahwa nilai keperawanan adalah sesuatu yang harus dijaga sendiri sehingga tidak akan
ada masalah dengan orang tuanya dan memberikan keperawanannya kepada seseorang yang dia cintai
akan membuat kebahagiaan dan lebih intim dengan pasangan. Subjek SR berpendapat bahwa nilai
keperawanan adalah sesuatu yang harus dijaga sampai dia menemukan orang yang tepat yang dia
cintai dan ingin menikahinya. Keperawanan juga memiliki banyak kesenangan ketika diberikan
kepada pasangan yang benar-benar dia cintai. Subjek AB berpendapat bahwa nilai keperawanan
adalah bukti cinta pada pasangan dan hal yang diberikan kepada pasangan untuk melepaskan
kesepian. Subjek kelima, MA berpendapat bahwa nilai keperawanan adalah sesuatu yang sangat
murni dan harus dijaga atas nama orang tua tetapi dapat diberikan kepada orang yang tepat yang dapat
memberikan semua kebutuhannya.
Kata kunci: nilai keperawanan, orang tua bercerai.

1
Email: teras.consulting@gmail.com
399
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

PENDAHULUAN (2011) menunjukan perilaku seksual remaja


SMA 7 Depok, dari 136 remaja di SMA 7
Konsep nilai keperawanan pada
peneliti menemukan bahwa 90 persen
wanita Indonesia merupakan suatu hal yang
remeja pernah bepelukan, 64 persen pernah
dianggap sakral, sehingga ada wanita-
wanita yang mengagung sebuah nilai berciuman, dan 14,7 persen sudah
melakukan hubungan seksual dengan
tersebut. Namun nilai-nilai yang sakral
lawan jenisnya. Lembaga Studi Cinta dan
tersebut perlahan mulai pudar bagi wanita-
Kemanusiaan serta Pusat Penelitian Bisnis
wanita di Indonesia saat ini. Keperawanan
bukan semata-mata tentang selaput dara, dan Humaniora (LSCK-PUSBIH) di tahun
2008 lebih mengagetkan lagi. LSCK-
lebih berharga dari itu. Keperawanan
menunjukan harkat dan martabat seorang PUSBIH melakukan penelitian terhadap
1.660 mahasiswi di Yogyakarta. Menurut
wanita, menjaga dan mempertahankan
survey PKBI remaja di Balikpapan
sebuah keperawanan itulah yang menjadi
sebagian besar sudah melakukan pergaulan
hakekat kesuciannya. Mereka yang telah
bebas. Sebanyak 8,2 persem pernah
melakukannya, walaupun tidak merobek
berpelukan, 22,83 persen pernah
selaput dara dapat dikatakan telah
kehilangan purity. Hal yang sama juga berciuman, sebanyak 7,47 persen bercumbu
dikatakan oleh Durjani (dalam Rose,2008), dan 11,92 persen berhubungan seks.
virgin adalah sebuah keadaan dimana Perilaku seks mulai muncul karena
seseorang belum pernah melakukan perkembangan biologis remaja dan juga
hubungan intim dengan lawan jenis atau kondisi psikologis remaja yang merasa
sejenis atau malah dengan dirinya sendiri. tertarik secara fisik dan seksual kepada
Nilai-nilai keperawanan yang di anggap lawan jenis. Perilaku seksual yang terjadi
sebagai amoral, asusila, abnormal dirubah pada remaja bisa seperti bergandengan
tangan, berpelukan, bercumbu (mencium
menjadi nilai-nilai baru, yang
pipi, kening dan bibir), meraba bagian-
mengekspresikan kebebasan bagi remaja.
bagian sensitive, menggosok-gosokan alat
remaja yang mempertahankan keperawana
kelamin hingga melakukan hubungan
akan di sebut sebagai remaja tradisional.
seksual (Sarwono, 2006).
Sedangkan remaja yang berani untuk
Menurut Kartono (2010:21) bentuk-
melakukan hubungan seks dan melepas
bentuk kenakalan remaja yang biasanya
keperawaan di anggap sebagai remaja yang
sering terjadi di kalangan siswa itu sendiri
mengikuti perkembangan zaman.
seperti: suka berkelahi (tawuran), memeras,
Perubahan nilai tersebut terlihat
mencuri, bolos sekolah, kebut-kebutan di
dengan besarnya angka seks bebas yang
jalan raya, ugal-ugalan brandalan, urakan
terjadi di Indonesia. Penelitian seksual
mengacaukan lingkungan, minum-
remaja menunjukan perilaku seksual
minuman kera, merokok, berjudi, dan
remaja di Indonesia cukup
komersialisasi seks. Adriansyah, M, A., &
memprihatinkan. Survey menemukan
remaja di Indonesia (SKRRI) tahun 2002- Hidayat, K (2013) ditemukan bahwa jika
harga diri dan penalaran moral yang tinggi
2003 menemukan sebanyakan 34,7 persen
akan meimbulkan perilaku seksual yang
remaja perempuan dan 30,98 persen remaja
tinggi pada remaja yang
laki-laki berusia 14-19 tahun pernah
berhubungan seksual (BPMPKB, 2010). berpacaran.Timbulnya kenakalan remaja
tidak dapat disalahkanhanya personal
Penelitian seksual remaja oleh Oktarina
400
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

remaja saja, melainkan keluarga, Masalah keluarga seperti broken


masyarakat dan bahkan Negara juga home bukan menjadi masalah yang baru
mempunyai andil dalam membentuk tetapi merupakan masalah utama yang
terjadinya kenakalan remaja. Wawancara menjadi akar-akar kehidupan sang anak.
terhdap subjek Nf pada tanggal 20 Agustus Keluarga meruapakan dunia keakraban dan
2015 di rumahnya, subjek mengatakan diikat oleh ikatan batin sehingga menjadi
bahwa hubungan seksual sudah biasa hal yang sangat penting bagi
dilakukan oleh remaja saat ini. Subjek kehidupannya. Istilah broken home biasa di
kedua FR di wawancara pada tanggal 21 gunakan untuk menggambarkan kondisi
Agustus 2015 di sebuah café di Balikpapan keluarga yang berantakan akibat orang tua
juga mengatakan hal yang senada bahwa yang tidak lagi peduli dengan situasi dan
buat subjek tidak masalah untuk melakukan keadaan keluarga di rumah. Orang tua tidak
hubungan seksual pranikah dengan lagi perhatiaan terhadap anak-anaknya,
pasangan selama hubungan di landasi suka baik masalah dirumah, sekolah, sampai
sama suka dan tidak ada paksaan dari salah pada perkembangan pergaulan anak di
satu pihak. masyarakat (Archieve, 2007). Remaja perlu
Wawancara dengan subjek ketiga pengarahan, kontrol, serta perhatian dari
(SR) di lakukan pada keesokan harinya orang tuanya. Orang tua meruapakan salah
tanggal 22 Agustus 2015, subjek faktor yang sangat penting dalam
mengatakan seks pranikah bukanlah hal pembentukan karakter serta emosi remaja.
yang pantas dilakukan dan subjek menjaga Kondisi keluarga yang tidak harmonis
dirinya untuk tidak melakukan seks tersebut bisa menimbulkan dampak yang
pranikah agar terlihat berharga dimata sangat besar bagi anak-anak. Anak-anak
orang lain. Wawancara dengan subjek AB biasa menjadi lebih pemurung, sedih
yang di lakukan pada 23 Agustus berkepanjangan dan tidak percaya diri serta
mengatakan hubungan seksual sudah biasa malu berada di sekitar orang lain.
dilakukan bersama pasangan sebagai bukti Berdasarkan hasil wawancara subjek ada
bahwa kasih sayang yang ditunjukan yang merasa tidak peduli dengan kondisi
subjek kepada pasangannya, kasih sayang diri, tetapi ada pula yang merasa malu
yang kurang di dapat dari keluarga di dapat dengan diri sendiri di hadapan di
dari pasangan subjek, sehingga melakukan lingkungan dan ada juga yang merasa
hubungan seksual di jadikan sebagai bukti bahwa dirinya harus lebih berkembangan
bahwa subjek menyayangi dan ingin terus agar bisa menghadapi masalah dan tidak
bersama pasangannya. Wawancara dengan menghadapi kejadian yang sama ketika
subjek MA pada 24 agustus mengatakan telah menjadi orang tua bagi anak-anaknya.
bahwa pada awalnya sangat takut Remaja yang kurang baik dalam
melakukan hubungan seksual karena takut menyesuiakan diri menghadapi perceraian
ayah subjek tau, namun sosok pacar yang orang tua akan menjadi individu yang
memberikan kasih sayang yang lebih rentang akan depresi agresif, mencoba obat
membuat subjek mau melakukan hubungan terlarang, seks bebas, dan sebagainya
seksual dan pada akhirnya terbiasa (gumora & Arsenio, dalam Santrock,
melakukan hubungan sekual dengan 2007). Menurut Erikson kondisi
pasangannnya. kurangnya kasih sayang dari orang tua
tersebut menimbulkan remaja mencari
401
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

figure, terutama bagi remaja putri sosok sebetulnya merupakan satu simbol yang
tersebut sangat di perlukan untuk menggambarkan harga diri dan hak yang di
memberikan contoh dan pemenuhan afeksi pertahankan seorang wanita sampe dengan
bagi dirinya. ikhlas memberikan pada orang yang di
Kasih sayang yang tidak diberikan sayangi dan di percaya lewat suatu tatanan
oleh orang tua itu dicari oleh remaja di sosial. Abu-Ghifari dalam bukunya
lingkungan diluar keluarga. Saat remaja berjuduk kesucian wanita (2003)
broken home mendapatkan seseorang yang menyatakan bahwa salah satu tanda
menerima diri mereka dengan baik dan kekuasaan Allah SWT adalah terciptanya
memberikan kasih sayang serta perhatian keperawanan atau selaput dara pada setiap
yang dia inginkan dari orang lain hal ini perempuan. Betapa tidak, nilai
menjadi satu-satunya hal yang sangat keperawanan teramat agung bahkan
dipedulikan oleh remaja. Remaja putri semenjak dulu diakui sebagai simbol
lebih rentan mengalami permasalahan perbedaan perempuan shalihah dan kurang
secara emosional karena remaja putri shalihah. Keperawanan juga bisa dijadikan
memiliki kencendrungan untuk tolak ukur untuk perempuan itu sendiri
melanjutkan perasaan sedihnya ketika menilai dirinya. Keperawanan juga dapat
mengalami suatu masalah lain yang sulit. berarti kejujuran, kesucian serta keutuhan
Hal ini dipertegas dengan wawancara moral seorang perempuan.
peniliti dengan kelima subjek penelitian
yang bersama mengatakan bahwa dahulu Remaja
subjek merasa peduli dengan keadaan Papalia dan Olds (2001) menyatakan
dirinya, namun keadaan keluarga yang bahwa masa remaja adalah masa transisi
tidak begitu ada dirumah dan kurang perkembangan antara masa kanak-kanak
perduli dengan keadaan subjek membuat dan masa dewasa yang pada umumnya
subjek akhirnya menjadi kurang peduli dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
dengan keadaan dirinya, ketidak pedulian berakhir pada usia akhir belasan tahun atau
orang tua dan keadaan keluarga yang awal dua puluhan tahun. Istilah
kurang harmonis menjadi luka tersendiri adolescence pada saat ini, mempunyai arti
bagi remaja putri yang sehingga mereka lebih luas, mencakup kematangan mental,
tidak ingin melakukan kesalahan yang emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini
sama dengan keluarganya dan ketika ada diungkapkan oleh Piaget (dalam Hurlock,
pasangan yang sangat memperdulikan 2010) mengatakan bahwa masa remaja
dirinya dan subjek sangat menyayangi adalah usia dimana individu berintegrasi
pasangannya dan ingin selalu bersama dengan masyarakat dewasa, usia dimana
pasangannya membuat subjek merasa anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
melakukan hubungan seksual dengan orang-orang yang lebih tua melainkan
pasangan pun tidak masalah selama masih berada dalam tingkatan yang sama,
bisa bersama pasangannya. sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Menurut Rumini dan Sundari (2004) masa
TINJAUAN PUSTAKA remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami
Nilai Keperawanan
Menurut irwan (2007) virginitas perkembangan semua aspek/fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Masa remaja
merupakan suatu konsep abstrak yang
402
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

berlangsung antara umur 12 tahun sampai 1. Akademic problem, seseorang yang


dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun mengalami broken home akan menjadi
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Dalam orang yang malas belajar, dan tidak
masa ini anak mengalami masa bersemangat serta tidak berprestasi.
pertumbuhan dan mas perkembangan 2. Behavioural problem, mereka mulai
fisiknya maupun perkembangan psikisnya. memberontak, kasar, masa bodoh,
Hal senada diungkapkan oleh Santrock memiliki kebiasaan merusak, seperti
(2003) bahwa remaja (adolescent) diartikan mulai merokok, minum-minuman
sebagai masa perkembangan transisi antara keras, judi, dan lari ketempat pelacuran.
masa anak dan masa dewasa yang 3. Sexual problem, krisis kasih sayang
mencakup perubahan biologis, kognitif, yang membuat remaja untuk mencoba
dan sosial-emosional. ditutupi dengan mencukupi kebutuhan
hawa nafsunya dengan cara yang
Broken home mudah yang bisa mereka dapatkan.
Menurut Chaplin (2005), broken 4. Spiritual problem, mereka kehilangan
home adalah menggambarkan keluarga father’s figure yang mendampingi dan
yang retak, tanpa kehadiran salah satu dari menjadi sosok yang harus dikagumi
kedua orangtua yang disebabkan karena oleh remaja membuat remaja merasa
meninggal, perceraian atau meninggalkan tidak memiliki sosok panutan sehingga
keluarga. Ulwan (2011) mengatakan bahwa Tuhan, pendeta atau orang-orang rohani
yang dimaksud dengan keluarga broken hanya bagian dari sebuah hal yang
home adalah keluarga yang mengalami muncul sebagai sandiwara dunia.
disharmonis antara Ayah dan Ibu. Broken Keadaan keluarga broken home juga
home adalah kurangnya perhatian dari akan berdampak akan timbulnya broken
keluarga atau kurangnya kasih sayang dari heart (patah hati), broken relation
orang tua sehingga membuat mental (rusaknya hubungan dengan orang lain),
seorang anak menjadi frustasi, brutal dan broken value (patahnya nilai-nilai
susah diatur (dalam Sujoko, 2011). Broken kehidupan).
home merupakan kondisi dimana keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak tidak METODE PENELITIAN
lagi bersatu. Ayah dan ibu secara ideal
Metode penelitian yang digunakan
tidak terpisah tetapi tetap bahu-membahu
adalah metode penelitian kualitatif.
menjalankan peran dan tanggung jawabnya
Pendekatan yang digunakan dalam
untuk menjadi seorang pelindung dan
penelitian ini adalah fenomenologi.
pendidik buat anaknya (Retnowati 2005).
Moleong (2007) menjelaskan
Menurut Cole 2004 kondisi keluarga
fenomenologi merupakan pandangan
broken home yang mengalami perceraian
berpikir yang menekankan pada fokus
dapat menyebabkan anak kehilangan minat
kepada pengalaman subjektif manusia.
belajar, menarik diri dari lingkungannya, Sampel dalam penelitian ini adalah 5
merasa marah dan tidak yakin pada dirinya
remaja putri broken home yang tinggal di
sendiri menyangkut cinta, pernikahan, dan
Balikpapan. Teknik pengambilan sampel
keluarga. Menurut Sarlito 2010
dengan menggunakan snowball sampling.
menyatakan bahwa broken home dapat Metode pengumpulan data pada penelitian
mengakibatkan antara lain:
ini menggunakan tehnik wawancara dan
403
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

observasi. Tehnik analisa data yang hubungan seksual sehingga ingin terus
digunakan pada penelitian ini adalah tehnik melakukan hubungan seksual. Emosi
analisa data model interaktif Miles dan remaja yang belum stabil dan menganggap
Huberman (2010). semua perrbuatannya yang paling benar
menjadi salah satu faktor internal yang
HASIL PENELITIAN DAN melatar belakangi hal terjadinya seks
PEMBAHASAN pranikah pada remaja. Dampak buruk
psikologis seks pranikah menurut Wilson
Pada penelitian ini peneliti
mengangkat judul tentang virginity value (2003) adalah menimbulkan perasaan malu
dimasyarakat. Perasaan dihantui dosa saat
pada remaja yang mengalami broken home.
Subjek yang menjadi sampel penelitian ini menggugurkan kandungan, keterlanjuran
dan timbul rasa kurang hormat pada laki-
adalah remaja putri yang berumur 20-25
laki yang mudah mengajak berhubungan
tahun yang mengalami broken home.
seksual. Perasaan bersalah ini akan menyita
Kelima subjek penelitian ini adalah remaja
konsentrasi dan emosi serta memberikan
putri yang telah mencapai kematangan,
dampak hilangnya harga diri.
baik secara biologis, sosial, maupun
psikologis. Para subjek juga telah mampu Namun tidak menutup kemungkinan
juga timbulnya rasa ketagihan yang
mengatur dan mengendalikan emosinya,
serta mampu mengekspresikan emosinya berulang. Penyesalan seorang gadis yang
secara sehat, sampai tingkat kemampuan kehilangan keperawanannya sebelum
emosi yang lebih tinggi, yaitu berani menikah. Sekalipun sudah bertobat dan
menjalin hubungan dengan lawan jenis menemukan lelaki yang baik hati, sisa-sisa
(Erikson dalam Papalia, Olds & Feldman, masa lalu kelam itu terus menghantui dan
2008). Status kelima subjek dalam menjadi duri dalam pernikahannya
(Supatmiati, 2007). Menurut Sugiharta
penelitian ini belum bekerja, namun ada
(2004) setelah melakukan hubungan
satu subjek yang sudah bekerja yaitu
seksual perempuan biasa mengalami
subjek MA. Dinyatakan oleh Chapman
kecemasan yang besar. Kecemasan tersebut
(Herien, 2009), bahwa keluarga adalah unit
berupa ketakutan akan ditinggalkan
universal yang memiliki peraturan, seperti
pasangannya. Ketakutan ini membuat
peraturan untuk anak-anak agar dapat
perempuan menjadi ketergantungan kepada
belajar untuk mandiri. Tanpa aturan atau
pasangannya. Kelima subjek dalam
fungsi yang dijalankan oleh keluarga, maka
penelitian ini sebenarnya mengerti bahwa
keluarga tersebut tidak memliliki arti yang
nilai keperawanan memiliki nilai moral
dapat menghasilkan suatu kebahagiaan.
yang sangat dipegang teguh oleh
Bahkan dengan tidak adanya peraturan
kebudayaan di sekitar kita. Melakukan
anak akan tumbuh tanpa arah dan tidak bisa
hubungan seksual sebelum menikah tidak
menjalankan kemandiriannya. Menurut
diperbolehkan secara norma sosial maupun
Dianawati (2003) alasan remaja melakukan
hubungan seks dikarenakan tekanan yang norma agama, dalam hal ini semua agama
memiliki keyakinannya masing-masing
datang dari teman pergaulan, perasaan
memandang pentingnya seorang wanita
terhadap pria yang disukai, kurangnya
menjaga keperawanannya. Dalam
perhatian dan didikan dari keluarga, rasa
penasaran, terpancing birahi serta pandangan agama Islam, telah dijelaskan
dalam ayat Al-Qur’an: “Perempuan yang
pelampiasan remaja yang sudah melakukan
404
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dekadensi moral remaja perlu adanya
dari keduanya seratus kali dera dan sinergitas antara pihak-pihak terkait yaitu
janganlah belas kasihan kepada keduanya orang tua dan keluarga di rumah, guru di
mencegah kamu untuk (menjalankan) lingkungan sekolah serta masyarakat
agama Allah, jika kamu beriman kepada sekitar pada wilayah sosial. Dengan adanya
Allah dan hari akhirat dan hendaklah perhatian lebih pada remaja, hal ini akan
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan membuat kondisi psikis remaja menjadi
oleh sekumpulan dari orang-orang yang stabil dan terjaga, sebaliknya jika perhatian
beriman” (Q.S. An-Nur: 2). Sedangkan kurang maka kondisi psikis remaja akan
dalam pandangan agama Kristen: terganggu.
“Hubungan seks itu hanya diizinkan bagi Nilai-nilai keperawanan yang di
mereka yang sudah menikah serta diberkati pegang oleh kelima subjek peneltian ini di
Allah” (Kej 2:24, Kid. 2:7). Melalui pengaruhi oleh pendangan subjek dari
pernikahan suami isteri jadi satu daging sendiri dan juga di pengaruhi oleh nasehat
menurut kehendak Allah. Kesenangan orang tua dan juga informasi yang di dapat
jasmani dan emosional dalam pernikahan subjek dari teman-temannya. Nilai – nilai
yang setia telah ditetapkan Allah dan Allah yang tidak didukung dengan keadaan
menghormatinya. keluarga yang memberikan pengawasan
Nilai-nilai yang kurang ditanamkan tentang kebebasan yang subjek miliki serta
oleh keluarga tentang menjaga informasi yang subjek dapat dari
keperawanan membuat remaja llingkungannya membuat remaja kurang
menciptakan nilai-nilai yang sesuai dengan bisa menerapkan nilai tersebut pada dirinya
kemauannya sendiri tentang nilai sendiri. Kurangnya penerapan nilai kelima
keperawanan dan terkadang berlawanan subjek tentang pentingnya menjaga
dengan norma sosial. Keluarga yang keperawanan membuat kelima subjek NF,
menjadi lingkungan awal dalam FR, SR, AB, dan MA memutuskan untuk
pembentukan nilai memiliki peran penting melepaskan keperawanannya kepada
dalam pembentukan nilai keperawanan pasangnya sebelum menikah. Subjek NF,
bagi seorang remaja wanita.Menurut Cole SR, FR, yang melepaskan keperawanannya
(2004), keadaan keluarga broken home juga karena khilaf mengikuti kemauan
akan berdampak akan timbulnya broken pasangannya untuk melakukan hubungan
heart (patah hati), broken relation seksual. Sementara subjek AB, MA dan FR
(rusaknya hubungan dengan orang lain), pun melepaskan keperawananya karena
broken value (patahnya nilai-nilai merasa sangat menyayangi pasangannya.
kehidupan). Nilai- nilai yang seharusnya di Subjek merasa bahwa pasanganya
pegang oleh seorang anak yang di ajarkan memberikan yang tidak diberikan oleh
oleh figure seorang ibu dan ayah tidak di orang tua mereka yaitu kasih sayang dan
dapat oleh anak-anak yang mengalami kepedulian. Subjek AB yang sejak SMP
broken home, kehilangan figure tersebut tidak tinggal bersama orang tua merasa
mengakitkan mereka mengambil nilai-nilai kecewa dengan keadaan keluarganya. Dan
secara random sesuai dengan apa yang dia merasa bahwa pasangannya adalah orang
inginkan serta lingkungan tawarkan pada yang bisa mengerti dan memahami kondisi
mereka. Adriansyah, M. A., & Rahmi, M. subjek, pasangan subjek AB memberikan
(2012) untuk mengakhiri masalah kasih sayang dan perhatian yang kurang
405
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

subjek dapatkan dari orang tuanya apalagi Walaupun tetap ada sedikit penyesalan
setelah kedua orang tuanya berpisah karena yang dirasakan seperti subjek AB yang
ayahnya menikah lagi. Faktor yang merasa berdosa karena telah melepaskan
mempengarui kelima subjek untuk keperawanannya dan tidak bisa menjaga
melepaskan keperawananya adalah titipan Tuhan dan subjek MA yang merasa
perasaan tidak berdaya, mengikuti telah mengecewakan orang tuanya yang
kemauan pasanganya untuk melakukan telah membesarkannya karena tidak bisa
hubungan seksual, sebagai bukti menjaga keperawanannya.
perasaannya kepada pasangannya dan juga Subjek FR baru merasakan
rasa penasaran yang dimiliki karena sering penyesalannya ketika subjek FR putus
mendapatkan informasi tentang perilaku dengan pacarnya. Subjek merasa telah
seksual membuat kelima subjek melakukan memberikan keperawanannya sangat rugi
hubungan seksual pranikah. karena putus dan ditinggalkan
Penyesalan seorang gadis yang pasangannya. Sedangkan subjek SR lebih
kehilangan virginitasnya sebelum menikah menyesalkan perbuatan keluarganya yang
Sekalipun sudah bertobat dan menemukan menyuruh subjek SR menggugurkan
lelaki yang baik hati, sisa-sisa masa lalu kandungannya karena orang tua subjek
kelam itu terus menghantui dan menjadi tidak ingin subjek menikah dengan
duri dalam pernikahannya (Supatmiati, pasanganya tersebut. Selain penyesalan,
2007). Dampak psikologis yang dialami dampak lain dari melakukan hubungan
kelima subjek NF, FR, SR, AB dan MA seksual adalah perasaan keterikatan dan
bahwa Subjek NF merasa sangat menyesal ketakutan akan ditinggalkan oleh pasangan.
karena telah kehilangan keperawanannya, Menurut Sugiharta (2004) setelah
dan saat kehilangan keperawanan subjek melakukan hubungan seksual perempuan
NF sempat marah dan membenci biasa mengalami kecemasan yang besar.
pasangannya. Penyesalan subjek NF Kecemasan tersebut berupa ketakutan akan
dilampiaskan kepada pasangannya hingga ditinggalkan pasangannya. Ketakutan ini
beberapa waktu subjek tidak mau bertemu membuat perempuan menjadi
dengan pasangannya sampai pada akhirnya ketergantungan kepada
subjek kembali bertemu menjalin kembali Kelima subjek dalam penelitian ini
hubungannnya bersama pasangannya. pun mengalami perasaan-perasaan tersebut.
Berbeda dengan subjek NF, keempat Subjek NF merasa bahwa subjek harus
subjek lain tidak terlalu selalu bersama pasangannya karena subjek
mempermasalahkan hilangnya merasa telah memberikan keperawanannya.
keperawanan mereka karena perasaan Karena hal ini subjek NF jadi lebih aktif
mereka terhadap pasangannya. Seperti dalam menjalani hubungan dengan
subjek FR, SR, AB dan MA merasa bahwa pasangannya agar pasanganya selalu
pasangan yang diberikan keperawanannya bersama-sama dia. Begitu juga dengan
adalah sosok yang memang meraka subjek FR, AB, dan MA ketiga subjek
sayangi. Sikap dari pasanganya mereka tersebut merasa lebih terikat dengan
yang memenuhi kebutuhan- kebutuhan pasangannya dan selalu ingin bersama
yang subjek butuhkan membuat subjek pasangannya setelah melakukan hubungan
merasa tidak mengapa memberikan seksual. Subjek AB yang berharap akan
keperawanan kepada pasangannya. menikah dengan pasangannya karena
406
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

subjek telah memberikan keperawanannya 3. Subjek kedua yaitu FR beranggapan


sehingga subjek hanya ingin pasangannya bahwa virginity value adalah suatu hal
yang menjadi suaminya. Berbeda dengan yang harus dijaga olehnya agar tidak
subjek AB, subjek FR dan Subjek MA mendapatkan masalah dari orang
yang tidak mendaptkan restu dari orang tuanya, dan melepaskan keperawanan
tuanya tetap mencoba untuk menjalin bersama orang yang disayang akan
hubungan mereka karena merasa pasangan membuat bahagia dan makin
mereka adalah orang yang tepat untuk menyayangi pasangannya.
mereka walaupun subjek FR tidak 4. Subjek ketiga yaitu SR, subjek
mendapatkan restu dan subjek MA berbeda menganggap virginity value adalah
agama dengan pasangannya. Sedangkan suatu hal yang harus dijaga sampai
subjek SR yang di tinggalkan pasangannya menemukan orang yang tepat yang
menjadi takut menjalin hubungan karena disayang dan mau menikahi dirinya.
takut akan di tinggalkan lagi oleh Keperawanan juga menyimpan banyak
pasangannya. Beberapa subjek dalam kenikmatan ketika diberikan kepada
penelitian ini seperti subjek SR dan Subjek pasangan yang sangat disayang.
MA, berhubungan seksual membuat 5. Pada subjek keempat yaitu AB, subjek
mereka merasa lebih mencintai beranggapan bahwa virginity value
pasangannya dan setelah kehilangan adalah adalah nilai keperawanan
keperawanannya subjek SR dan Subjek sebagai suatu bukti cinta kepada
MA menjadi ketagihan untuk melakukan pasangannya dan sebagai hal yang
hubungan seksual bersama pasangannya. diberikan kepada pasangannya untuk
melepaskan rindu.
KESIMPULAN DAN SARAN 6. Pada subjek kelima yaitu MA, subjek
beranggapan bahwa virginity value
Kesimpulan
adalah suatu hal yang suci yang harus
1. Kondisi keluarga kelima subjek NF,
dijaga demi orang tua, namun boleh
FR, SR, AB, dan MA dalam penelitian
diberikan kepada orang yang tepat yang
ini kedua orang tua telah bercerai, tidak
bisa memberikan semua kebutuhannya.
tinggal serumah, kurangnya kelekatan
7. Kelima subjek dalam penelitian ini
diantara orang tua dan subjek karena
mengerti tentang pentingnya untuk
orang tua sibuk bekerja dan subjek
menjaga keperawanan, namun
tinggal bersama salah satu orang
pemahaman kelima subjek tidak
tuanya. Subjek NF, FR, SR tinggal
mampu menerapkan nilai-nilai yang
bersama ibunya Subjek MA tinggal
mereka pahami dalam kehidupannya
bersama ayahnya dan subjek AB
sehingga kelima subjek dalam
tinggal sendiri.
penelitian memutuskan untuk
2. Virginity value pada subjek NF adalah
suatu hal yang apabila telah diberikan melepaskan keperawanannya dan
melakukan seks pranikah.
kepada pasangannya akan mengikat
8. Faktor utama yang mempengaruhi
suatu hubungan dengan pasangannya
kelima subjek melepaskan
dan yang akan membuat hubungan
keperawannya adalah perasaan sayang
menjadi lebih awet dan bisa dijadikan
bukti sayang kepada pacarnya. terhadap pasangannya, menuruti
kemauan pasangan untuk melakukan
407
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

hubungan seks tanpa adanya anak broken home yang memiliki


perlawanan, keinginan untuk menikah virginity value yang kurang baik agar
dengan pasangan dan rasa penasaran memberikan nilai-nilai yang baik
tentang perilaku seksual tentang keperawanan dan memberikan
9. Faktor pendukung subjek mengikuti motivasi agar mampu memegang teguh
kemauan pasangannya adalah kelima nilai-nilai yang baik.
pasangan subjek menjadi figur lekat 5. Kepada wanita dewasa awal yang
pengganti yang memberikan mengalami broken home agar lebih
kebutuhan-kebutuhan subjek secara menghargai diri sendiri. Menanamkan
afeksi maupun secara materil. nilai yang baik kepada diri sendiri dan
10. Kelima subjek setelah melepaskan berusaha untuk menerapkan nilai-nilai
keperawanannya merasakan perasaan tersebut.
bersalah, perasaan sedih dan marah
terhadap pasangannya, kecewa terhadap DAFTAR PUSTAKA
diri sendiri, merasa berdosa kepada Adriansyah, M. A., & Hidayat, K. (2013).
tuhan, dan merasa tidak berharga lagi Pengaruh harga diri dan penalaran
dimata orang lain karena telah tidak moral terhadap perilaku seksual
perawan. remaja berpacaran. Psikostudia:
Jurnal Psikologi, 2(1), 1-9.
Saran Adriansyah, M. A., & Rahmi, M. (2012).
1. Bagi remaja putri agar bisa menjalani Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
tahap perkembangannya sesuai dengan Moralitas Remaja Awal.
tugas dewasa awal yaitu mencari dan Psikostudia: Jurnal Psikologi, 1(1),
memilih pasangan hidup, belajar 1-16.
menyesuaikan diri dan hidup secara Abdullah, Irwan. 2007. Kontruksi dan
harmonis dengan pasangan, memulai Reproduksi Kebudayaan.
membentuk keluarga dan memulai Yogyakarta: Pustaka Belajar
peran baru sebagai orang tua agar AL-Bukhori, Jefri. 2005. Sekuntum Mawar
hubungan yang dibangun pada tahap untuk Remaja. Jakarta: Pustaka Al-
selanju9tnya juga dapat terpenuhi Mawardi.
secara baik dengan pasangan. Anwar dan Kasmih Astuti. 2004. Pola
2. Bagi orang tua agar terus memberikan Asuh, Tipe Kepribadian dan
motivasi dan dukungan kepada anak Disiplin Remaja. Jurnal Insight
serta memberikan nasehat dan juga tahun II/nomor 2/Agustus 2004
pengawasan atas kebebasan dan Baswardono, Dono. 2005. Ternyata Aku
kepercayaan yang diberikan kepada Masih Perawan, Yogyakarta:
anak. Gallang Press
3. Bagi masyarakat atau individu lain agar Boyke, N.D.2004. remaja dan seks pranika.
lebih memberikan dukungan dan Jakarta: Rajawali Pres
perhatian kepada tetangga, keluarga, Bowlby, John. 2005. Child care and The
atau teman yang mengalami broken Growth of Love. USA. Penguin
home. Books.
4. Kepada konselor atau psikolog yang
membantu mengatasi permasalahan
408
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Dian N. Boyke. 2004. Problema Seks dan actualitation. Boston: Allyn and
Cinta Remaja, Jakarta: Bumi Bacon
Aksara Kartini Kartono 2010. Kenakalan Remaja.
Chaplin, J P. 2005. Kamus Lengkap Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Psikologi. Jakarta: Rajawali Pres Khairuddin, 2000. Pembangunan
Carson, S.H & Langer, E.J. 2006. Masyarakat, Tinjauan Aspek:
Mindfullness and self acceptance. Sosiologi, Ekonomi dan
Journal of Rational Emotive & Perencanaan. Yogyakarta. Liberty.
Cognitive Behavior Therapy, 24(1), Lahey, B. B. 2007. Psychology: An
29-43. Introduction, Ninth Edition. New
Creswell, John. W. 2013. Research Design: York: The McGraw-Hill
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Companies.
dan Mixed Edisi Ketiga. Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Cole, K 2004. Mendampingi anak Remaja Rosdakary
menghadapi perceraian orang tua. Papalia, Diane & Old, S. W., Feldman, R.
Jakarta: PT Prestasi Pustakarya D. 2008. Psikologi Perkembangan.
Ervika, Eka, 2000. Kualitas Kelekatan dan Jakarta: Kencana Prenada Media
Kemampuan Berempati pada Anak. Grup
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Puspitawati, Herien. 2012. Gender dan
Psikologi Universitas Gadjah Mada keluarga: Konsep dan Realita di
Hurlock, B. Elizabeth. 2011. Psikologi Indonesia. Bogor: PT IPB Press
Perkembangan. Jakarta: Erlangga Quensel, Stephen. Paul McArdle. Aoife
Faturochman. 1992. Sikap dan Perilaku Brinkley, Auke, W. M. Bloom, R.
Seksual Remaja di Bali. Jurnal Jonhson, B. Kolte R.Pos. (2002).
Psikologi. No.1,12-1 Broken home or drug using peers:”
Fisher, T. 2004. Parental divorce, conflict, significant relation? Journal of
and resources: the effects on Drug Issues 0022—0426/02/02.
children’s behavior problems, 467-490. England: University of
socioeconomic attachment, and Bremen.
transitions in the demographic Retnowati, S. 2005. Remaja dan
career. Rotterdam. Permasalahannya. Yogyakarta:
Gerungan. 2009. Psikologi Sosial. UGM Fakultas Psikologi
Bandung: PT Refika Aditama Rumini, Sri & Sundari. 2004.
Ghifari, Abu. 2009. kesucian wanita. Perkembangan Anak dan Remaja.
Yogyakarta: Bukune Jakarta: PT Rineka Cipta
Horton, Paul B., dan Hunt, Chester L. Sarwono, S.W 2010. Psikologi Remaja.
2004. Sosiologi: Edisi Keenam. Jakarta: PT raja Grafindo Persada
Jakarta: Erlangga Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Jakarta: Erlangga
Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Sujoko. 2010. Hubungan Antara Keluarga
Erlangga Broken Home, Pola Asuh Orang tua
Johnson, David. W. 1993. Reaching out dan Interaksi Teman Sebaya dengan
interpersonal effectiveness and self Kenakalan Remaja. Skripsi. Jakarta:
409
Psikoborneo, Vol 3, No 4, 2015: 399-410 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Fakultas Psikologi Universitas UIN Ulwan, Abdullah Nasih. 2002. Pendidikan


Syarif Hidayatullah Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka
Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian Amani
Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Wijaya, A. 2004. Ekploitasi 55 masalah
PT Rineka Cipta seksual. Jakarta: PT gramedia
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian pustaka utama
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Willis, S Sofyan. 2010. Remaja &
Bandung: Alfabeta Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Sulistyo, Basuki. 2006. Metode Penelitian. Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-
Jakarta: Wedatama Widya Sastra Quran. 2010. Surah An Nur (24),
dan Fakultas Ilmu Pengetahuan ayat 2. Bandung: Sinar Baru
Budaya Universitas Indonesia. Algensindo Offset
Supatmiati, Asri. 2007. Cewek Ngomongin Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan.
Virginitas. Jakarta: Gema Insani Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pres

410

You might also like