You are on page 1of 9

Jurnal PENA Vol.33 No.

1 Edisi Maret 2019

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI


ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
DENGAN METODE NEURO SENSO MOTOR REFLEX DEVELOPMENT
DAN PLAY THERAPYDI YPAC SURAKARTA

Hertina Yulianasari*) dan Nur Susanti


Program Studi D III Fisioterapi Fakultas Ilmu KesehatanUniversitasPekalongan
Email : hertina.yuliana95@gmail.com, susantiimoto@yahoo.co.id

ABSTRACT
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) is a behavioral disorder characterized by
concentration disorders and impaired concentration, and delayed speech in patients. Factors influencing
the occurrence of ADHD are factors prenatal and postnatal prenatal complications, and environmental
factors. Problematic on ADHD condition of postural hypotonus, spasm in M. Extensor Trunk, M.
Trapesiuz Upper and M. Gastrocnemius, presence of postural hypotonus, sensory impairment with
sensory blast, behavioral disorder, presence of reflux, Presence of functional activity disorder.
Physiotherapy modalities that used under ADHD conditions are by administering NeuroSenso
Motor Reflex Development &Syncronization modalities and play therapy. In this research use descriptive
analytic method, and research design used is case study design. After 6 treatments (1)There is a change
of postural tone from sitting 2 seconds to 15 seconds, standing 5 seconds to 10 seconds. (2) there was a
decrease of spasm in M. Extensor Trunk, M. Trapesiuz Upper and M. Gastrocnemius on T4-T6. (3)
There is a change in sensory examination of visual, auditory, tactile, touch, vestibular, and propioceptive
on T4-T6. (4) There is a change in the examination of moro reflex, graps, stnr toward extension and
extensor thrust on T4-T6. (5) There is a change in the examination of ADHD Test on T6.
From the results obtained can be concluded that using the intervention of physiotherapy with
NeuroSenso Motor Reflex Development &Syncronizationmodality and play therapy can help reduce the
problems that arise in Attention Deficit Hyperactyvity Disorder (ADHD).
Keywords: ADHD, NeuroSenso Motor Reflex Development &Syncronization, Play Therapy.

PENDAHULUAN konsentrasi, impulsivitas yaitu bicara


Menurut Taylor (1988) Anak semaunya tanpa memikirkan akibat,
yang mengalami gangguan pemusatan dan melakukan gerakan yang tidak
perhatian dan hiperaktivitas mempunyai tujuan yang jelas dan
mengakibatkan masalah fisik, perilaku, disertai dengan hyperaktif, kekurangan
kognitif, sosial, dan gangguan belajar ini bisa secara signifikan menganggu
karena konsentrasi belajar yang rendah. upaya akademik anak tersebut
Bila masalah tersebut dibiarkan akan (Barlow dan Duran,2007).
menghambat anak untuk memenuhi Sebagian besar penelitian
tugas-tugas perkembangan, prestasi menunjukan bahwa akhir-akhir ini
belajar buruk, mengganggu orang lain, ADHD paling banyak terjadi sekitar 3-
dan juga sekitarnya (Mulyono, 2007). 10% terjadi di Amerika Serikat, 3-7%
Attention Deficit Hypersctivity di Jerman, 5-10% di Kanada dan
Desorder (ADHD) adalah gangguan Slandia Baru. Di Indonesia angka
perilaku yang ditandai gangguan kejadianya masih belum di temukan
pemusatan perhatian dan gangguan angka yang pasti, meskipun kelainan ini

44
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

tampak cukup banyak terjadi dan sering perkembangan gerak, mengaktifkan


di jumpai pada anak-anak usia (brain-body) integration mechanisme
prasekolah dan usia sekolah, namun yang mempengaruhi perkembangan
untuk populasi anak sekolah dasar gerak, mengoptimalkan motor
adalah 16,3% dari total populasi yaitu dansensor motor integration,
25,85 juta anak (Saputro, 2009). menghilangkan stres pada saat belajar,
Fisioterapi merupakan bentuk mendukung ketrampilan motorik dan
pelayanan kesehatan yang ditujukan kognitifyang alami dan khusus,
kepada individu dan atau kelompok mengungkap kemampuan untuk
untuk mengembangkan, memelihara, membuat perubahan-perubahan postif
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur dalam struktur, postur dan gerak tubuh,
kehidupan dengan menggunakan dan sistem-sistem koordinasi yang
penanganan secara manual, beragam (Hudaya, 2010).
peningkatan gerak, peralatan (fisik, Hubungan Neuro Senso Motor
elektroterapeutis dan mekanis), Reflex Development & Syncronizatio
pelatihan fungsi, dan komunikasi. dengan gangguan sensoris adalah untuk
Adapun peran fisioterapi dalam kasus mengurangi gangguan perilaku seperti
ADHD memiliki tujuan untuk anak terlalu aktif tidak bisa diam, emosi
mengoptimalkan kemampuan aktivitas tinggi, gangguan konsentrasi, gangguan
secara mandiri oral motor (gangguan menelan
(PERMENKES RI No.80, 2013). mengunyah atau gangguan bicara),
Problematik pada kondisi ADHD gangguan tidur malam dan gangguan
antara lain Adanya hipotonus postural, belajar. Metode yang terdapat pada
Adanya spasme otot, Adannya NeuroSenso Motor Reflex Development
gangguan sensoris, Adanya gangguan & Syncronizatio dapat mengurangi
reflek, adanya gangguan perilaku, dan gangguan sensoris anak ADHD dengan
adanya gangguan aktivittas fungsional. teknik usapan dari kepala keseluruh
Terapi yang dapat meningkatkan tubuh dapat merelaksasikan otot-otot
fungsional aktivitas anak dan yang tegang, usapan berbentuk angka 8
mengurangi gangguan serta hambatan di pinggang ke paha juga dari dada
pada kondisi ADHD, dapat diberikan kelengan, inisalah satu bentuk stimulasi
modalitas fisioterapi berupa Neuro untuk melatih koordinasi gerak tubuh
Senso Motor Reflek Development And (Lalusu, 2014).
Syncronization Dan Play Therapy. Hubungan play therapy dengan
Neuro Senso Motor Reflex anak ADHD yaitu kurangnya
Developmental & Synchronization konsentrasi karena tidak bisa
(NSMRD&S) adalah salah satu metode memfokuskan pemusatan perhatian
yang bertujuan untuk meringankan dan sehingga anak selalu mengalami
menghilangkan stres dan kompensasi kegagalan dalam proses belajar maupun
disfungsional dan non produktif bersosialisasi. Peneliti play therapy
didalam struktur tubuh, mengaktifkan dengan judul “Designing for attention
motor program yang alami dan genetik deficit hyperactivity disorder in play
dan seluruh metabolisme therapy: the case of Magic Land”

45
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

menyatakan bahwa play therapy dapat Permasalahan yang timbul


membantu anak yang mempunyai sebelum menjalani program terapi
kesulitan dalam mengingat, adalah hipotonus postural, adanya
memusatkan perhatian dan spasme, adanya gangguan sensoris,
berkonsentrasi pada ADHD. Dengan adanya gangguan reflek, adanya
pemberian play therapy secara rutin gangguan perilaku, dan adanya
maka dapat membantu meningkatkan gangguan aktivitas fungsional.
rentang perhatian anak ADHD (Ray, Orang tua pasien membawa
2008). pasien terapi ke YPAC Surakarta untuk
Tujuan dari penelitian ini adalah menjalani terapi. Sebelumnya
untuk meningkatkan tonus postural, dilakukan pemeriksaan keseimbangan
mengurangi spasme, memperbaiki untuk mengetahui tonus postural,
sensoris, meningkatkan level reflek pemeriksaan palpasi pada bahu
pada anak, mengurangi gangguan punggung dan betis untuk mengetahui
perilaku, dan meningkatkan aktivitas adanya spasme, pemeriksaan sensoris
fungsional. dengan blanko sensoris, pemeriksan
METODOLOGI PENELITIAN reflek dengan blanko reflek,
Dalam penelitian ini penulis pemeriksaan perilaku dengan blanko
menggunakan metode deskriptif ADHD Test, dan pemeriksaan aktivitas
analitik untuk mengetahui assesmen fungsional dengan Gross Motor
dan perubahan yang dapat diketahui. Function Measure. Modalitas Neuro
Rancangan penelitian yang digunakan Senso Motor Reflek Development And
adalah rancangan studi kasus Syncronization Dan Play Therapy.
(Notoadmojo, 2010) Demikian pemberian metode tersebut
Desain Penelitian ini dilakukan diharapkan adanya perbaikan tonus
dengan cara melakukan interview dan postural, adanya penurunan spasme,
observasional pada pasien dan adanya perbaikan sensoris, adanya
keluarganya dengan kondisi Attention peningkatan level reflek, adanya
Deficit Hyperactivity Disorder. perubahan perilaku dan adanya
Desain penelitian digambarkan peningkatan kemammpuan aktivitas
sebagai berikut : fungsional.
Instrumen penelitian dalam
X Y penelitian ini sebagai berikut :
Pemeriksaan Tonus Postural
Penilaian tonus postural dengan timer.
Z
Dilihat dari perubahan lamanya posisi
duduk dan berdiri.
Keterangan: Pemeriksaan Spasme Otot
X :Keadaan pasien sebelum Penilaian spasme dengan palpasi adalah
diberikan program fisioterapi sebagai berikut :
Y : keadaan pasien setelah diberikan 0 = tidak ada spasme
program fisioterapi 1 = ada spasme
Z : Program fisioterapi

46
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

Pemeriksaan Sensoris Metode ini digunakan untuk


Penilaian sensoris menggunakan mengumpulkan data dengan jalan tanya
blanko pemeriksaan sensoris. jawab antara terapis dengan pasien
Pemeriksaan sensoris yang terdiri dari yaitu dengan melakukan anamnesis
visual, auditori, taktil, touch, taste, langsung dengan pasien (Auto
smell, vestibular dan propioceptif Anamnesis). Anamnesis ini juga dapat
dengan kriteria penilaian sebagai dilakukan dengan keluarganya, teman
berikut : dan orang lain yang mengetahui
0 = tidak berfungsi keadaan pasien dan bisa menjadi
1 = adanya gangguan sumber data (Hetero Anamnesis).
2 = normal Dalam interview yang digunakan
Pemeriksaan Reflek pada penelitian ini, penulis melakukan
Penilaian reflek dengan blanko reflek interview denan keluarga pasien yaitu
yang penilaian adalah sebagai berikut : ibu pasien. Observasi dilakukan untuk
+ = masih terdapat reflek mengetahui perkembagan pasien
- = reflek sudah hilang selama dilakukan terapi.
± = reflek kadang muncul kadang tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Perilaku
Tonus Postural
Penilaian gangguan perilaku dengan
Tonus postural dapat diperbaiki dengan
ADHD Test (Attention Deficit
pemberian Neuro Senso Motor Reflek
Hyperactivity Disorder Test) adalah
Development And Syncronization.
sebagai berikut:
Setelah diberikan program terapi
+ = terganggu
sebanyak 6 kali dihasilkan sebagai
- = tidak terganggu
berikut :
Pemeriksaan Aktivitas Fungsional
Penilaian gangguan aktifitas fungsional Grafik 1. Evaluasi Tonus Postural
dengan GMFM terdiri dari 88 item
yang terbagi dalam dimensi (dimensi A, 20
B, C, D, dan E) dengan kriteria
penilaian sebagai beriku : 0 duduk duduk
0 = tidak bisa sama sekali berdiri
1 = dapat melakukan diawalnya saja
2 = dapat melakukan sebagian
3 = dapat melakukan semuanya
Teknik Pengumpulan Data Pengukuran tonus postural
Pemeriksaan fisik dilakukan menggunakan seberapa lama
Bertujuan untuk mengetahui fisik anak untuk bertahan posisi duduk diatas
pasien. Pemeriksaan ini terdiri: vital kursi dan berdiri tenang tanpa
sign, inspeksi, palpasi, pemeriksaan mengayunkan tangan ke segala arah
sensoris, pemeriksaan reflek, dan memukul orang atau melempar
pemeriksaan gerak, kemampuan benda yang ada disekitarnya
fungsional, dan lingkungan aktifitas. (Afiks, 2010).

47
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

Dari grafik di atas di dapati Trapesiuz Upper dan M.


kesimpulan dari hasil T1 dan T6 pada Gastrocnemius berkurang.
pemeriksaan tonus postural terdapat Dari grafik diatas di dapati hasil
perubahan pada saat duduk dari 2 detik T1 sampai dengan T6 pada
menjadi 15 detik, berdiri 5 detik pemeriksaan spasme terdapat
menjadi 10 detik. penurunan spasme M. Extensor Trunk
Kesimpulan Evaluasi Tonus pada T4 (1) T6 menjadi (0), M.
Postural Menunjukan Hasil dengan Trapesiuz Upperpada T4 (1) T6
Metode Neuro Senso Motor Reflek menjadi (0), dan M. Gastrocnemispada
Development & Syncronization yang di T4 (1) T6 menjadi (0).
berikan kepada anak akan Kesimpulan pada T1 dan T6
mengstimulasi kerja otot yang adalah adanya penurunan spasme pada
terangsang pada anak dengan kondisi M. Extensor Trunk, M. Trapesiuz
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Upper dan M. Gastrocnemius dengan
Disorder ). pemberian NeuroSenso Motor Reflek
Jadi dengan pemberian metode Development & Synchronization
Neuro Senso Motor Reflek berpengaruh terhadap penurunan
Development & Syncronization dapat spasme.
meningkatkan tonus postural karena Jadi dengan pemberian metode
anak telah memiliki anti gravity yang Neuro Senso Motor Reflek
baik. Development & Syncronization spasme
Spasme Otot dapat menurun dilihat dari anti gravity
Spasme dapat dikurangi dengan yang telah dimiliki anak semakin baik
pemberian Neuro Senso Motor Reflek dan berarti otot juga menjadi kuat.
Development And Syncronization.
Sensoris
Setelah diberikan program terapi Sensoris dapat dikurangi dengan
sebanyak 6 kali dihasilkan sebagai pemberian Neuro Senso Motor Reflek
berikut : Development And Syncronization.
Grafik 2. Evaluasi Spasme Otot
Setelah diberikan program terapi
1 M. Extensor sebanyak 6 kali dihasilkan sebagai
Trunk berikut :
0.5 M. Trapesiuz Grafik 3. Evaluasi Sensoris
Upper 3 Visual
0
T1 T6 M. 2 Auditory
08/05/17 20/05/17 Gastrocnemius 1 Taste
Merurut Sujadno (2002), bahwa 0
Touch
pemberian Neuro Senso Motor Reflex T1 T3 T5
Development & Syncronization dapat 08/5/1713/5/1717/5/17 Taktil
meningkatkan proses metabolisme dan
mempengaruhi jaringan otot sehingga Dari grafik di atas di dapati
spasme pada M. Extensor Trunk, M. kesimpulan dari hasil T1 sampai
dengan T6 pada pemeriksaan sensoris

48
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

terdapat peningkatan perkembangan & synchronization dapat memperbaiki


sensoris yaitu pada sensoris visual pada sensoris seperti visual, auditori karena
terapi ke 4-6 yang semula mendapat dengan danya kontrol kepala yang baik
nilai 1 = memahami menjadi 2 = dan penurunan spasme pada M.
mengasosiasikan, auditory pada terapi Trapesiuz Upper pandangan anak akan
ke 4-6 yang semula mendapat nilai 1 = lurus kedepan serta vestibular juga akan
memahami menjadi 2 = membaik karena adanya penurunan
mengasosiakan, taktil pada terapi ke 4- spasme pada M. Gastrocnemius, maka
6 yang semula mendapat nilai 1 = taktil, touch, dan propioceptif juga akan
memahami menjadi 2 = mengikuti.
mengasosiasikan, touch pada terapi ke
4-6 yang semula mendapat nilai 1 = Reflek
memahami menjadi 2 = Reflek dapat diperbaiki dengan
mengasosiasikan, vestibular pada terapi pemberian Neuro Senso Motor Reflek
4-6 yang semula mendapat nilai1 = Development And Syncronization.
memahami menjadi 2 = Setelah diberikan program terapi
mengasosiasikan, propioceptif pada sebanyak 6 kali dihasilkan sebagai
terapi ke 4-5 yang semula mendapat berikut :
nilai 1 = memahami menjadi 2 = Grafik 4. Evaluasi reflek
9 Reflek
mengasosiasikan. yang
8
Peningkatan perkembangan 7 sudah
sensoris diatas sesuai dengan 6 hilang
pernyataan Al hazmi (2013) bahwa 5 Reflek
4 yang
pemberian sensori integration atau masih
3
Neuro Senso Motor Reflek 2 muncul
Development & syncronization dapat 1 Reflek
meningkatkan perkembangan sensoris 0 fisiologis +
anak yang merupakan suatu komponen
keseimbangan dalam peningkatan Reflek
kemampuan fungsional anak. fisiologis ±
Kesimpulan evaluasi sensoris
menunjukan hasil dengan metode neuro
Peningkatan perkembangan
senso motor reflek development
sensoris diatas sesuai dengan
&syncronization yang di berikan
pernyataan Hudaya (2010) bahwa
kepada anak akan menstimulasi kerja
pemberian Neuro Senso Motor Reflek
saraf sehingga saraf akan terangsang
Development & Syncronization dapat
dan di salurkan ke otak sehingga otak
mengaktifkan “brain-body”
juga bekerja dan akan miningkatkan
integration mechanisme, yang
perkembangan sensoris pada anak
mempengaruhi perkembangan gerak,
dengan kondisi ADHD (Attention
mendukung ketrampilan motorik dan
Deficit Hyperactivity Disorder ).
kognitif serta struktur, postur dan gerak
Jadi dengan pemberian metode
tubuh, dan sistem-sistem koordinasi
neuro senso motor reflek development
yang beragam

49
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

(Hudaya, 2010). Grafik 5. Evaluasi Gangguan Perilaku


Dari grafik diatas di dapati hasil 9
T1 sampai dengan T6 pada pemeriksaa 8
nreflek terdapat peningkatan pada 7
6
reflekmorro pada T4 (±) T6 menjadi 5
(+), reflekgraps pada T4 (±) T6 menjadi 4
(+), reflek STNR ke arah extensipada 3
2
T4 (±) T6 menjadi (+), dan reflek 1 ASPEK (+)
extensor trush pada T4 (±) T6 menjadi 0
ASPEK (-)
(+).
Kesimpulan evaluasi peningkatan
reflek menunjukan hasil pada anak
dengan kondisi ADHD atau
berperilaku yang tidak bisa diam
(hyperaktif) di berikan terapi secara
rutin dengan metode Neuro Senso
Motor Reflek Development & 8
Syncronization dapat memperbaiki 7
6
reflek yang seharusnya tidak muncul 5
menjadi muncul dan yang seharusnya 4
muncul menjadi tidak muncul karna 3
pemberian Neuro Senso Motor Reflek 2
1 Aspek (+)
Development & Syncronization 0
mempunyai efek yang menenangkan Aspek (-)
atau merileksasikan.
Jadi dengan pemberian metode
Neuro Senso Motor Reflek
Development & Syncronization dapat
meningkatkan level reflek pada anak
ditandi dengan sensoris yang membaik
maka anak tidak akan mudah terkejut Dari grafikdiatas di dapati hasil
dan reflek moro tidak muncul lagi evaluasi perilaku An. N.R.A dengan
Gangguan Perilaku kondisi Attention Deficit Hyperactivity
Gangguan perilaku dapat dikurang Disorder di YPAC Surakarta
dengan Neuro Senso Motor Reflek didapatkan bahwa pada saat T1
Development And Syncronization dan innatention terdapat 8 aspek yang
Play Therapy. Setelah diberikan positif (+) dan terdapat 0 aspek negatif
program terapi sebanyak 6 kali (-), hyperactivity terdapat 5 aspek
dihasilkan sebagai berikut : positif (+) dan 1 aspek negatif (-), pada
impul sivitas terdapat 2 aspek positif
(+) dan 1 aspek negatif (-), sedangkan
pada T6, innatantion terdapat 7 aspek
positif (+) dan 1 aspek negatif (-),

50
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

hyperactive terdapat 4 aspek positif (+) pada 5 Dimensi yaitu Dimensi A


dan 2 aspek negatif (-), pada impulsive (Berbaring dan Berguling) 100 %,
terdapat 1 aspek positif (+) dan 2 aspek Dimensi B (Duduk) 100 %, Dimensi C
negatif (-). (Merangkak dan Berlutut)100 %,
Terdapat penurunan pada Dimensi D (Berdiri) 100 %, dan
ganggua perilaku pada kriteria Dimensi E (Berjalan, Berlari,
innatention pada T1 : 8, T6 : 7 Melompat) 79,1%
hyperactivity T1 : 5 T6 : 4, dan Kesimpulan dari hasil
impulsivitas pada T1 : 2 T6 : 1. pemeriksaan T1 dan T6 tidak ada
Sesuai dengan pernyataan peningkatan pada T1 dan T6 pada
menurut (Barkley, 1995). Bahwa Neuro Dimensi A (Berbaring dan Berguling)
Senso Motor Reflek Development 100 %, Dimensi B (Duduk) 100 %,
&Syncronization dapat mengurangi Dimensi C (Merangkak dan
gangguan perilaku pada bidang Berlutut)100 %, Dimensi D (Berdiri)
gangguan kualitatif interaksi sosial. 100 %, dan Dimensi E (Berjalan,
Jadi dengan pemberian metode Berlari, Melompat) 79,1% penilaian
Neuro Senso Motor Reflek GMFM tidak mengalami peningkatan
Development &Syncronization dan kemampuan fungsional.
Play Therapy dapat mengurangi Belum terdapat peningkatan
gangguan perilaku anak karena sensoris kemampuan aktivitas fungsional sesuai
membaik jadi perilaku juga akan dengan pernyataan Haley et al (1992)
berkurang dan anak ketika berjalan bahwa pengukuran penyesuaian diri
tidak lagi memukul orang yang ada anak terlihat setelah diberikan
disekitarnya. intervensi fisioterapi secara rutin dari 6
Aktivitas Fungsional bulan sampai 7,5 bulan yang dapat
Gangguan aktivitas fungsional dapat dilihat dari 2 aspek,.
dikurangi dengan Play Therapy. Kesimpulan evaluasi aktivitas
Setelah di berikan terapi 6 kali dapat fungsional menunjukan hasil dengan
diperoleh hasil sebagai berikut: metode Play Therapy kurang tepat
Grafik 6. Evaluasi Aktivitas Fungsional digunakan untuk meningkatkan
aktivitas fungsonal pada anak dengan
120% kondisi ADHD (Attention Deficit
100% Dime Hyperactivity Disorder untuk anak yag
nsi A berada pada dimensi E (berjalan, berlari
80%
Dime dan melompat).
60% nsi B Jadi dengan metode Play Therapy
40% Dime belum dapat meningkatkan
nsi C
20% perkembangan aktivitas fungsional
0% anak di atas telah dijelaskan bahwa
T1 T6 peningkatan akan terjadi apabila
08/5/17 20/5/17 dilakukan terapi secara rutin dari 6
Dari grafik di atas di dapati hasil bulan.
T1 sampai dengan T6 penilaian GMFM

51
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

SIMPULAN Fisioterapi.Disampaikan Pada


Berdasarkan hasil penelitian Seminar diHotel Jaya Solo pada
didapatkan simpulan : hari Jumat, 6 Agustus.
1. Adanya perbaikan tonus postural Lalusu R, Kaunang TMD, Kandou LFJ.
saat duduk dari 2 detik menjadi 15 2014. Hubungan gangguan
detik, berdiri 5 detik menjadi 10 pemusatan perhatian dan
detik. hiperaktivitas dengan prestasi
2. Adanya penurunan spasme pada M. belajar pada anak SD kelas 1 di
Trapesiuz Upper, M. Extensor kecamatan Wenang kota
Trunk dan M. Gastrocnemius dari Manado. Jurnal e-Clinic. Maret;
T4-T6. 2 (1)
3. Adanya peningkatan
Mulyono. 2007. Attention Deficit
perkembangan sensoris berupa Hyperactivity Disorder.
visual, auditori, taktil, touch, Yogyakarta. ANDI Offset.
vestibular dan propioceptif pada
T4-T6. Permenkes RI
4. Adanya peningkatan No.80/MENKES/SK/III/2013
perkembangan reflek berupa Tentang Penyelenggaraan
morro, graps, STNR ke arah Pekerjaan dan Praktik Fisioterapi
Extensi dan Extensor Trush pada Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
T4-T6. Penelitian Kesehatan. Jakarta :
5. Adanya perubahan pada Rineka Cipta
pemeriksaan ADHD Test dalam
T6. Ray, C. D. 2008. Impact of play therapy
6. Belum terdapat peningkatan on parent-child relationship stress
aktivitas fungsional. a mental healt training setting.
British Journal of Guidance
DAFTAR PUSTAKA &Conselling, 4.Accessed on
Afiks. 2010. Neuro Senso Motor Reflek Oktober 10, 2012 from
Development &Syncronization, http://ncyu3w.ncyu.edu.tw/files/l
hipotonus. ist gcweb/ es/volume 36.pdf.
Al Hazmi I. 2013. Neuro Senso Motor
Reflek Development & Saputro,D. 2009, ADHD (Attention
syncronization: Jurnal Fisioterapi Deficit / Hyperactivity Disorder);
Pediatri. Cetakan 1. Jakarta: CV Sagung
Seto.2009.
Barlow dan Duran. 2007. Attention
Deficit Hyperactivity Disorder,
First Edition
Hudaya. 2010, Farmakoterapi Pada
Cidera Cerebral
Disorder.Kaitanya
DenganIntervensi

52

You might also like