You are on page 1of 14

Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280

Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

KESEIMBANGAN GENETIK EKSTERNAL


PADA AYAM HASIL SILANGAN
(Equiblirium of External Genetic in Crossed Chickhens)
Safriyanto Dako*1), Fahria Datau1), Suparmin Fathan1), Nibras K. Laya1),
Ulfiani Saleh2), Firman Adam2)
1 Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
2 SMKN 1 Mootilango, PEMPROV Gorontalo

*Corresponding Author: Email sdako@ung.ac.id


ABSTRAC

The purpose of this study was to determine the equilibrium of external genetic for the population of
crossbreed chicken. Observations were made at the Poultry Production Unit Laboratory at Gorontalo
State University. The focus was focused on the genetic equilibrium of the feathers covering the body,
variations in coat color, calf color, and comb shape of the crossing population. Algebraic analysis (a +
b = 1) was used to calculate phenotype frequencies, genes, and genes heterozygosity of feather color,
feather pattern, shank color and comb shape for the cross chicken population. Analysis of genetic
Equiblirium in the pattern of feather color, coat color, shank color, and comb shape in chicken
populations was used the chi-square test. The genetic equilibrium for feather pattern can be achieved
in the f2 generation. The f2 population found 3 feather color patterns: black, brown/light brown, and
Columbia. Phenotype distribution; 9: 4: 3. The frequency of Genesis 0.157; 0.296; 0.546 and there was
an increase in heterozygosity by 0.688 ± 0.121. The genetic equilibrium for comb shape is achieved in
f1 and f2 generations. The genetic equilibrium for feather pattern can be achieved in the f2 generation.
The genetic equilibrium in cross-breed populations that have recessive/dominant homozygotes can
be achieved in one generation while for cross-breeding chickens that have heterozygous properties,
genetic equilibrium can be achieved in short generations if these traits are expressed evenly in the
population.

Keyword: Genetic equilibrium, Heterozygosity, KL chicken, qualitative traits

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keseimbangan genetic eksternal warna bulu, pola warna
bulu, warna shank dan bentuk jengger pada poplasi ayam-yam hasil persilangann. Pengamatan
dilakukan di Lab. Unit Produksi Ternak Unggas Universitas Negeri Gorontalo, dan difocuskan untuk
bulu penutup tubuh, variasi warna bulu, shank, jengger. Untuk mengetahui frekuensi fenotipe,
frekuensi gen dan herterozigositas gen pada warna bulu, pola warna bulu, warna shank dan bentuk
jengger dari ayam hasil persilangann menggunakan persamaan aljabar: a+b=1. Analisis
Keseimbangan genetic pola warna bulu, warna bulu, warna shank dan bentuk jengger pada poplasi
ayam-ayam hasil persilangan generasi f1 dan f2 menggunakan uji chi-kuadrat. Keseimbangan genetic
pola warna bulu dapat dicapai pada generasi f2, walupun dalam populasi kecil. Populasi -ayam
generasi f2 memiliki distribusi fenotipe, frekuensi gen dan nilai heterozigot gen pola warna bulu
yakni: perbandingan fenotip dihasilkan: 9:4:3, sebaran frekuensi gen adalah 0.157; 0.296; 0.546 dan
terjadi peningkatan heterosigositas sebesar 0.688±0.121. Keseimbangan genetic bentuk jengger dalam
populasi ayam hasil silangan memenuhi keseimbangan hukum hardy weinberiq pada generasi F1
dan F2. Keseimbangan genetic pada sifat pola warna bulu pada ayam hasil silangan dapat dicapai
pada generasi ke-2. Keseimbangan genetic pada populasi ayam hasil silangan yang memiliki sifat
homozigot resesif/dominan dapat dicapai pada generasi pertama, sedangkan untuk populasi ayam
hasil silangan yang memiliki sifat heterozigot, keseimbangan genetic dapat dicapai dalam generasi
yang pendek, apabila sifat tersebut terekspresi dan menyebar merata dalam populasi

Kata Kunci: Ayam KL, Heterosigositas, Keseimbnagan genetic, sifatkualitatif

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 76


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

PENDAHULUAN rataan konversi ransum sebesar 2,99


Populasi ayam kampung sangat dan 3,36
beragam (Subekti dan Arlina, 2011), Populasi generasi pertama dari
terutama pada sifat kualitatif ayam hasil silangan ini secara visual
(Budipurwanto, 2016), meliputi warna memiliki perbedaan dengan induknya
bulu dominan hitam pada betina, tipe terutama pada polawarna bulu,
bulu liar pada jantan (Subekti dan warna bulu, bentuk jengger dan warna
Arlina, 2011) dan perbedaan ini shank. Terlihat juga ada perbedaan
dikontrol oleh gen yang bersifat antara sesama ayam-ayam hasil
polygenic (Park , dkk, 2013) silangan.
sedangkan pigmen mempengaruhi Perbedaan fenotipe dalam
perbedaan warna, sehingga ternak populasi ini sangat penting dikaji,
ayam dapat kelompokkan karena memberikan informasi penting
berdasarkan warna bulu, polawarna untuk perbaikan dan pengembangan
bulu dan warna shank (Warwick, 1995; program pemuliaan yang efektif,
Noor, 2008). Keberagaman yang walaupun sifat kualitatif tidak
terbentuk dalam satu populasi sebagai mempengaruhi sifat ekonomis dari
akibat penyesuaian populasi terhadap ternak, akan tetapi berperan dalam
lingkungan yang di tempatinya dan adaptasi dan kesesuaian ternak
menggambarkan keragaman fenotipe dengan habitatnya, terutama di
dan genotip dari populasi tersebut. wilayah tropis yang ekstrim.
Program seleksi dan Keseimbangan genetic
perkawinan antara individu yang merupakan keberadan suatu populasi
berbeda jenis, baik yang dilakukan yang seimbang dalam habitatnya,
secara sadar, atau tanpa disadari akan dimana dalam populasi terjadi
terbentuknya populasi yang baru. perkawinan secara alami dan acak,
Populasi ini memiliki tampilan yang tanpa ada mutasi, migrasi, gentik drit
berbeda dengan induknya, baik secara kedalam populasi (Warwick, 1995).
kualitatif dan kuantitatif. Pendugaan keseimbangan
Perkawinan antara ayam genetic pola warna bulu, warna bulu,
kampung dan ayam leghorn warna shank dan bentuk jengger dari
menghasilkan bobot telur, dan bobot ayam-ayam hasil persilangan dapat
tetas lebih baik dibanding dengan diukur menggunakan frekuensi
tetuanya ayam kampung (Dako, 2019), fenotip, frekuensi gen dan nilai
rataan bobot telur sebesar 43,68±1,09 heterosigositas gen yang terbentuk.
g/butir, (Herlina, dan Pagala. 2016), Warisan sifat pola warna bulu,
dan nilai heritabilitas sebesar 0,50 warna bulu, warna shank dan bentuk
(Masili, 2018), sedangkan Kholik, A. jengger dari populasi ayam hasil
(2016). Ayam hasil persilangan persilangan sangat penting untuk
pejantan Bangkok dengan betina ras dipelajari karena dapat mengukapkan
petelur memiliki pertambahan bobot kerja gen dan alel dalam sebuah lokus,
badan selama delapan minggu adalah atau antar lokus gen didalam untaian
947,91 gram dan 729,61 gram dan DNA. Apakah interaksi gen dominan,

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 77


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

resesif atau inhibitor, gen-gen aditif METODOLOGI PENELITIAN


mempengaruhi kombinasi dan Penelitian ini telah dilaksanakan di
distribusi pigmen yang diwariskan Unit Produksi Ternak Unggas Fakultas
digenerasi berikutnya?, Apakah Pertanian Universitas Negeri Gorontalo,
polawarna, warna bulu, warna shank sebanyak 130 ekor ayam Kampung-
dan bentuk jengger pada populasi Leghorn (KL) generasi f1, sedangkan
ayam-ayam hasil silangan dapat ayam KL generasi f2 sebanyak 177 ekor
mencapai keseimbangan dalam dari hasil persilangan antar f1. Ayam KL
generasi yang singkat. Tujuan merupakan keturunan dari pejantan ayam
penelitian ini untuk mengetahui kampung dan Leghorn betina. Variabel
yang diamati yaitu keseimbangan genetic
keseimbangan genetic warna dan
warna bulu, pola warna bulu, jengger dan
polawarna bulu, untuk populasi shank. Perkawinan
ayam-ayam hasil persilangan
Model Persilangan :

(Gambar 1. Model Persilangan)

Pengamatan dan pengelompokkan atau kombinasi warna bulu terdiri


ayam KL berdasarkan kriteria atas:
fenotipe, pengelompokkan sesuai a. Hitam, yang dikontrol Gen EE,
yang disarankan Rusdin, (2007) dan Ee. Ayam-ayam hasil silangan
Rusdin, (2007) dan (Dako, 2020) yang memiliki warna bulu
sebagai berikut: hitam polos atau warna dasar
1. Warna Bulu. hitam.
Pengelompokkan warna bulu b. Pola liar yang dikontrol alel e+.
terdiri atas warna bulu tidak Pola warna liar pada ayam
berwarna (putih) (II) dan warna apabila ditemukan warna bulu
bulu berwarna (ii). ayam terdapat lebih dari dua
2. Pola warna bulu. warna membentuk kombinasi
Pola warna adalah variasi warna tidak beraturan.
yang terbentuk bulu ayam. c. Pola kolumbian dikontrol alel
Pengelompokkan dilakukan ee. Pola warna kolumbian
berdasarkan variasi atau kombinasi apabila terdapat warna bulu
warna bulu ayang dihasilkan pada sebagai pembatas warna bulu
generasi berikutnya. Pola warna hitam yang terletak dibagian
ekor, leher dan sayap bagian

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 78


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

bawah (warna yang dibatasi n = total populasi yang diamati


umumnya coklat). a = gen autosomal resesif
d. Variasi warna bulu coklat:
Frekuensi gen dominan terkait
apabila pada seluruh bulu
kelamin
tubuh dari ayam berwarna
Frekuensi gen dominan terkait
coklat polos (brown). Gen
kelamin dihitung berdasarkan formula
pengontrol adalah alel eb (Dako,
Nishda dkk, (1989) dan Dako (2019)
2020)
3. Bentuk jengger pada ayam hasil
2𝑁♂ 𝑁♀
silangan. Bentuk jenger 𝑏= 𝑏♂ + 𝑏♀
2𝑁♂ 2𝑁 ♂ + N♀
dikelompokan berdasarkan
jengger pea (rrPP), tunggal (rrpp),
Frekuensi alel ganda.
walnut (RrPp) dan rose (RRpp). Frekuensi alel ganda dihitung
4. Warna kaki (shank) pada ayam berdasarkan variasi warna pada bulu
hasil silangan. Warna Shank ayam hasil silangan, yang merupakan
dikontrol oleh gen IdId dan idid ( alel ganda, dihitung berdasarkan
warna kuning/putih dan rumus yang disarankan Stanfield
hitam/abu- abu). (1982):
Analisis Data 𝒂=𝟏−𝒃−𝒄

Frekuensi fenotipe 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒗𝒊𝒅𝒖 𝒂𝒍𝒆𝒍 𝒆 𝒓𝒆𝒔𝒆𝒔𝒊𝒇 𝟏/𝟐


Analisis frekuensi fenotipe 𝒄={ }
𝑰𝒏𝒅𝒊𝒗𝒊𝒅𝒖 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍
menggunakan formula sesuai yang
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒗𝒊𝒅𝒖 𝒂𝒍𝒆𝒍 𝒆 𝒅𝒂𝒏 𝒆+ 𝟏/𝟐
disarankan oleh Noor (2008). 𝒃={ } −𝑐
𝑰𝒏𝒅𝒊𝒗𝒊𝒅𝒖 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍
𝒔𝒊𝒇𝒂𝒕𝑿 Keterangan :
𝑭𝒆𝒏𝒐𝒕𝒊𝒑 = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝒏 A = frekuensi sifat Hitam (gen E);
B = frekuensi sifat liar (alele+)/atau sifat
Keterangan: lainnya; dan
X = warna bulu ayam hasil persilangan yang c = frekuensi sifat columbian (alele)
diamati Untuk menghitung 4 variasi
N = total sampel ayam hasil persilangan yang
warna bulu pada ayam hasil silangan,
diamati.
maka perhitungan frekuensi gen
Frekuensi Gen Dominan
vasiari warna bulu dan merupakan
Pengukuran frekwensi gen
alel ganda dengan cara:
dominan pada sifat warna bulu,
(a+b+c+…+n)=1, dimana a, b, c, dan d
bentuk jengger dan warna shank ayam
adalah alel pola warna yang
hasil persilangan mengikuti petunjuk
dihasilkan dari persilangan (Dako,
Dako, (2019) sebagai berikut:
dkk, 2020)
𝟏/𝟐
𝒃 = 𝟏 − 𝒓/𝒏 𝑎 = 1−𝑏−𝑐−𝑑
𝒂=𝟏−𝒃 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑎𝑙𝑒𝑙 𝑒 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑠𝑖𝑓 1/2
Keterangan: 𝑑={ }
𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
b = frekuensi gen autosom dominan (warna
bulu/jengger/dan shank) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑎𝑙𝑒𝑙𝑒 𝑑𝑎𝑛 (𝑒 𝑏 ) 1/2
r = total individu berekspresi resesif 𝑐={ } −𝑑
𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 79


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

SE(H)= Rataan simpangan baku


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑎𝑙𝑒𝑙𝑒 𝑑𝑎𝑛 𝑒 + 1/2 heterozigositas
𝑏={ } −𝑑
𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 R= jumlah lokus yang diamati
hi = heterozigositas tiap lokus
Keterangan :
a = frekuensi sifat Hitam (gen E);
b = frekuensi sifat liar (alel e+)/atau sifat Keseimbangan Genetik
lainnya; dan Keseimbangan genetic pola
c = frekuensi sifat coklat (alel eb); dan warna bulu, warna bulu, warna shank
d = frekuensi sifat columbian (alel e) dan bentuk jengger yang nampak
pada ayam-ayam hasil silangan (ayam
Nilai Heterozigositas atau variabilitas KL) diuji dengan rumus chi-kuadrat.
gen.
Nilai heterosigot/variabilitas 𝑂−𝐸 ²
gen digunakan sebagai pengujian χ² = Σ
𝐸
ragam genetic atau variabilitas genetic
berdasarkan rumus (Nei dan Kumar Keterangan:
2000): O: frekuensi observasi untuk kategori sifat
𝑛 E: frekuensi ekspektasi untuk kategori Sifat
𝐻 =1− 𝑞𝑖 2
𝑖 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan : Keseimbangan Genetik warna bulu
H = variabilitas harapan per individu ayam hasil silangan (ayam KL)
qi = Frekuensi sifat/gen ke-i
Rataan frekuensi fenotip, gen,
Perhitungan rata-rata heterosigositas dan heterosigositas gen wana bulu
harapan per individu (H). dari ayam hasil silangan (ayam KL)
dalam 2 generasi (f1 dan f2) disajikan
Σh
ℎ= dalam tabel 1.
𝑟 Berdasarkan uji keseimbangan
Keterangan :
h = Rata-rata heterozigositas harapan per- genetic warna bulu, dari populasi
individu ayam hasil silangan (ayam-ayam KL)
r = Jumlah locus generasi f1 dan f2 belum memenuhi
keseimbangan hardy-weinberiq, hal
Simpangan baku (SE) heterozigositas ini disebabkan populasi ayam-ayam
𝟐
hasil silangan ini berasal dari
𝐒𝐄 𝐡 = { 𝟐 𝟐 − 𝟐 𝚺𝐪𝐢𝟐 − 𝚺𝐪𝐢𝟐 𝟐
+ 𝚺𝐪𝐢𝟐 − 𝚺𝐪𝐢𝟐 𝟐 }1/2
𝟐𝐧 𝟐𝐧−𝟏
persilangan antara 2 breed berbeda
Keterangan : yang membentuk populasi baru,
SE (h) = Simpangan baku heterozigositas Proporsi fenotip bulu berwarna sangat
n =Jumlah ayam yang diamati dominan sebesar 84.21%-94,85
qi = Frekuensi sifat/gen ke-i terhadap warna bulu tidak berwarna
pada generasi f1 dan f2, sehingga
Rata-rata Heterozigot frekuensi gen warna bulu berwarna
yang terbentuk tidak mengalami
Σhi 2 −rH 2 1/2
SE H = [ R ] perubahan dari generasi f1 dan
R −1
Keterangan : digenerasi f2 sebesar 0,52-0,57% ,

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 80


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

sedangkan heterosigositas gen untuk ini dipengaruhi oleh tekanan aliran


generasi f1 dan f2 masih rendah yakni gen dan alel yang dominan dari kedua
0.386±0.118 dan 0.49±0.120. Menurut induk yang berbeda. Hasil persilangan
Do et al. (2012) menyatakan interaksi antara ayam kampung dengan ayam
gen bisa terjadi dua atau lebih gen-gen Leghorn menghasilkan generasi f1
untuk mengekspresikan fenotip sifat yang memiliki 3 pola warna bulu
unggul tertentu yakni: Hitam, Coklat/coklat terang
Kehadiran bulu tidak dan Columbian
berwarna (putih) dalam frekuensi Generasi F2, keseimbangan
rendah disebabkan kedua tetua genetic pola warna bulu dapat dicapai
memiliki warna bulu tidak berwarna (X2 hitung < X2 tabel) walupun dalam
yang bersifat resesif. Secara fenotip populasi kecil. Keseimbangan genetic
ayam leghorn coklat, memiliki carrier pola warna bulu dapat dicapai
gen bulu tidak berwarna (putih) yang disebabkan oleh pertemuan antar sel
bersifat dominan tidak penuh, bahkan sperma dan sel telur terjadi secara
resesif (ii), yang berasal dari tetuanya acak dan alami saat proses
(Rhode Island whites), sedangkan pembuahan sel, walaupun proses
warna bulu tidak berwarna ditemukan perkawinan antar f1 dalam satu
pada ayam kampung dalam jumlah populasi diatur melalui proses
kecil atau bersifat resesif (Nishda, dkk. Inseminasi Buatan.
1990; Sartika, 2010). Populasi ayam KL generasi f2
Jika gen-gen resesif ini memiliki 3 pola warna bulu yang sama
berpasangan maka akan menampilkan dengan generasi f1 yakni: Hitam,
fenotipe warna bulu tidak berwarna Coklat/coklat terang dan Columbian,
(putih resesif).Warna bulu pada ayam namun distribusi fenotipe, frekuensi
disebabkan oleh gen (Partodiharjo gen dan nilai heterozigot gen pola
2000, Noor 2008; X.L. Guoat al, 2010), warna bulu berbeda antar generasi.
dan bersifat polygenic (Mi Na Park, Fenotip generasi f2 adalah: 3:4:9,
dkk, 2019). frekuensi gen adalah 0.157; 0.296; 0.546
Ekspresi dan kerja gen nampak dan heterosigositas yang terbentuk
secara fenotipe dan diwariskan pada ada peningkatan sebesar 0.688±0.121.
keturunannya (Warwick et al. 1995, Hal ini menggambarkan digenerasi f2,
Dako, dkk, 2019), terjadi pertambahan jumlah dan
Keseimbangan Pola Warna bulu sebaran keragaman pola warna bulu
Ayam hasil silangan (ayam KL) dalam populasi, yang di tandai
dengan perubahan frekuensi fenotip,
Rataan frekuensi fenotip, gen, gen dan nilai heterosigositas pola
dan heterosigositas gen pola wana warna bulu dari generasi f1 ke
bulu dari ayam hasil silangan (ayam generasi f2.
KL) dalam 2 generasi (f1 dan f2) Menurt Dako (2020) triple
disajikan dalam tabel 1 crossing pada ayam menghasilkan
Pola warna bulu yang terbentuk ayam silangan (ayam KLB) yang
dalam populasi generasi F1 belum memiliki keseimbangan polawarna
mencapai keseimbangan genetic, hal

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 81


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

bulu di generasi f2. Mulliadi dan atau keragaman gen untuk diterima
Arifin (2010) jika nilai X2 hitung < X2 tabel secara umum adalah 1%.
maka kondisi ini menggambarkan Variasi 3 pola warna bulu
keseimbangan genetic dalam populasi, sebagai akibat adanya alel gen yang
apabila frekuensi genotip dan gen mengatur distribusi pigmen warna
tetap dari generasi ke generasi. Jika betacaroten dan menghambat
dalam populasi terjadi perkawinan pembentukkan melamin dan
alamiah secara acak, tanpa mutasi dan eumelamin dalam melanocity. Hal ini
seleksi serta migrasi maka frekuensi menggambarkan interaksi alel ee dan
gen ditiap generasi menjadi tetap eb di lokus E sangat besar
(Lasley, 1978), ini disebut menghambat pembentukkan ekspresi
keseimbangan Hardy-Weinberg warna hitam, dengan cara
(Warwick et al., 1995). Dorak (2006) menghambat pembentukkan melamin
melaporkan bahwa nilai polimorfisme pada lokus E (Gb 1)

Gambar 1. Ilustrasi Kerja gen dan alel dalam lokus E dan i untuk variasi warna populasi ayam KL

Gen dan alel pola warna bulu pheomelanin merah, tetapi hanya di
ini bersifat poygenik (Park, dkk, 2013), bagian bulu tertentu (Gunnarsson, U,
sedangkan alel warna coklat/coklat dkk. 2011), sedangkan Gen ganda
muda (eb) merupakan mutasi dari Gen (multiple gene) berkontribusi pada
E dalam lokus E yang menghambat ekspresi fenotip mengikuti proses
kerja alel ee di lokus E sehingga biokimia yang panjang dalam sel-sel
mengahasilkan warna coklat individu (Klug et al., 2007).
(Crawford, D. S. 1990). Keseimbangan warna shank pada
Pigmen karoten memberi warna ayam hasil silangan (Ayam KL)
kuning dan jingga, sedangkan melanin
member warna hitam dan merah pada Rataan frekuensi fenotip, gen,
bulu unggas. dan heterosigositas gen wana shank
Menurut Ling, et al (2003) alel dari ayam hasil silangan (ayam KL)
dominan berperan mengatur dalam 2 generasi (f1 dan f2) disajikan
pigmentasi. Mutasi warna coklat pada dalam tabel 1.
ayam mengurangi ekspresi eumelanin Berdasarkan analisis chi-
hitam dan meningkatkan ekspresi quadrat pada warna shank dari

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 82


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

populasi ayam hasil silangan (ayam di generasi f1 adalah 3:1, sedangkan di


KL) pada generasi f1 dan f2 belum generasi f2 adalah 9:7, sehingga pada
memenuhi keseimbangan genetic. Hal generasi f1 membentuk frekuensi gen
ini disebabkan frekuensi fenotip warna shank kuning sebesar 0, 807
warna shank kuning dan hitam tidak dan frekuensi gen hitam sebesar:
terdistribusi merata dalam populasi 0.1930, sedangkan generasi f2 adalah
ayam silangan di generasi f1 dan f2. 0,697 : 0,303. Nilai heterosigositas gen
Perbandingan frekuensi fenotipe di generasi f1 dan f2 sebesar:
warna shank kuning dan shank hitam 0.417±0,121-0,422±0,12
.

Table 1. Proporsi Fenotip, Frekuensi Gen, Heteozigositas Gen dan kesimbangan Genetik pada sifat kulitatif
dari ayam Kampung-Leghorn (KL) generasi F1 dan F2
No Fenotipe Gen Keseimbangan Genetik Kampung- Leghorn (KL) Hardy-Weinberg
Test
Fenotipe (%) Frek. Gen (%) Heterosigositas X2count/X2 table
F1 F2 F1 F2 F1 F2 F1 F2
1 WarnaBulu 3:1 9:7
Tidak berwarna qI 15.79 5.15 0.430 0.474 0.386±0.118 0.498±0.120 26.68/ 60.21/
(i) (resesif) 3.84 26.29
Berwarna (I) qi 84.21 94.85 0.570 0.526
(Dominan)
100 100.0 1.000 1.000
2 Pola Warna Bulu 2:1:1 9:4:3
Hitam (E_)/ qEe 2.08* 9.17 0,232 0.157 0.420±0.117 0.688±0.121 52.11/ 22.55/
7.815 26.29
Coklat (eb)/ eeb 29.17 31.79 0,317 0.296
*
Columbian (ee) ee 68.75 59.03 0,451 0.546
*
100 100 1.00 1.000
3 Warna Shank 3:1 9:7
Kuning (Id) qId 70.18 77.18 0.807 0.697 0.417±0.121 0.422±0.122 9.28/ 70.16/
3.84 26.29
Hitam (id) qid 22.81 22.82 0.193 0.303
100 100 1.000 100
4 Comb Shape
Single (pp) qpp 100 100 1.000 1.000 0.00000 0.00000 0 0
100 100 1.000 1.000
seleksi serta migrasi maka frekuensi
Warna shank yang dihasilkan
gen ditiap generasi menjadi tetap
dari ayam hasil silangan (ayam KL)
(Lasley, 1978)
menggambarkan adanya aliran dari
Jika dalam populasi terjadi
kedua induk yang saling
perkawinan alamiah secara acak,
mempengaruhi hingga generasi f2,
tanpa mutasi dan seleksi serta migrasi
terutama ekspresi warna shank kuning
maka frekuensi gen ditiap generasi
yang dominan terhadap warna shank
menjadi tetap (Lasley, 1978)
hitam untuk. Tingginya frekuensi
Distribusi warna kuning pada
fenotip dan frekuensi gen warna
shank diatur oleh gen IdId, gen ini
shank kuning dalam populasi
membentuk protein β-caroten-
disebabkan juga adanya mutasi gen
monooksigenase-2 menjadi reseptor
sehingga menyebabkan tidak
Beta-Caroten menjadi asam retional
dicapainya keseimbangan genetic. Jika
dalam populasi terjadi perkawinan sehingga menjadi warna shank
kuning, sedangkan shank warna hitam
alamiah secara acak, tanpa mutasi dan

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 83


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

dipengaruhi oleh melamin, dan Rataan frekuensi fenotip, gen,


distribusi pigmen-pigmen diatur oleh dan heterosigositas gen bentuk jengger
gen saat terja dipembuahan sel. dari ayam hasil silangan (ayam KL)
Menurut Bhatti dkk (2003) Beta- dalam 2 generasi (f1 dan f2) disajikan
karoten berasal dari vitamin A dalam dalam tabel 1.
bentuk provitamin A, beta-carotene ini Berdasarkan hasil uji chi-
dapat dirubah menjadi retinol dan quadrat (tabel 1) Keseimbangan
retinal. Perubahan menjadi retinol dan genetic bentuk jengger dalam populasi
retinal dibantu oleh ekspresi ayam hasil silangan (ayam KL)
kelompok gen ALDH melalui digenerasi f1 dan f2 memenuhi
penbentukkan enzim Aldehida keseimbangan hukum hardy
Dehidrogenase (Jackson, dkk, 2011). weinberiq, Hal ini disebabkan bentuk
Warna shank disebabkan oleh mutasi jengger yang dihasilkan dari
pada elemen pengatur spesifik persilangan ayam kampung dan ayam
jaringan gen Beta-Caroten leghorn di generasi f1 dan f2
Monooksigenase-2 yang mengkode β- berbentuk tunggal atau homozigot
karoten 9′, 10′-monooksigenase. resesif (rrpp). Frekuensi genetic
Mutasi ini mencegah ekspresi bentuk jengger adalah 100% rrpp, dan
gen di kulit tetapi tidak di hati. nilai heterozigositas adalah 0.
Sementara Beta-Caroten Perkawinan antara ayam-ayam yang
Monooksigenase-1 dan Beta-Caroten memiliki sifat homozigot maka
Monooksigenase-2 memiliki fungsi keturunannya akan memiliki genetic
yang sama (monoksigenase yang yang sama dengan induknya dan akan
bertanggung jawab atas pembelahan tetap diturunkan dari generasi ke
sentris β-karoten dan pembelahan generasi.
eksentrik), terletak pada kromosom Jika dalam populasi terjadi
yang berbeda (masing-masing GGA11 perkawinan alamiah secara acak,
dan GGA24) (Duval, B. L.E, et al, 2017), tanpa mutasi dan seleksi serta migrasi
sedangkan pada shank putih, maka frekuensi gen ditiap generasi
Menurut Erickson dkk (2008) menjadi tetap (Lasley, 1978) ini disebut
Beta-Caroten Monooksigenase-2 akan keseimbangan Hardy-Weinberg
menjadi beta-karoten dioksigenase- 2 (Warwick et al., 1995). Menurut Scanes
(BCDO2). Regulasi mutasi spesifik C.G., G. Brant and D.M. Ensminger
pada jaringan kulit kuning yang (2003). Jengger tunggal merupakan
menghambat ekspresi BCDO2 (beta- jengger yang bersifat resesif dari
karoten dioksigenase 2) di kulit. Hal bentuk jengger yang lain. Darwati, S.,
ini menunjukkan bahwa karotenoid dkk. (2002) jengger tunggal dicontrol
diambil dari sirkulasi pada kedua gen idid.
genotype tetapi terdegradasi oleh Jika populasi memiliki
BCDO2 pada kulit dari hewan yang heterosigositas rendah maka potensi
membawa alel kulit putih evolusi dangat rendah dan sangat
Kesimbangan genetic Bentuk Jengger rentan terhadap perubahan perubahan
ayam silangan (Ayam KL) alam (Frankham et al., 2004). Nilai

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 84


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

heterosigositas yang rendah akan Kuantitatif Ayam Kampung Di


mengakibatkan keterancaman pada Kecamatan Lasalimu
suatu populasi (Nozawa et al., 1980) Kabupaten Buton. JurnalIlmu
karena tingginya angka inbreeding dan
(Khan dan Sing, 1990). Tingginya TeknologiPeternakanTropis, 3(1),
Nilai heterosigositas suatu populasi 31-39.
maka akan diikuti dengan tinggi
kejadian outbreeding sehingga Bhatti, R. A., Yu, S., Boulanger, A.,
meningkatkan proporsi genotip Fariss, R. N., Guo, Y., Bernstein,
heterosigot (Noor, 2000). S. L., ... & Redmond, T. M.
(2003). Expression of β-carotene
KESIMPULAN
15, 15′ monooxygenase in retina
Keseimbangan genetic pada and RPE-choroid. Investigative
sifat pola warna bulu dan bentuk ophthalmology & visual science,
jengger pada ayam hasil silangan 44(1), 44-49.
(Ayam KL) dapat dicapai pada
generasi ke-2, sedangkan sifat warna Budipurwanto E. 2001. Studi tentang
bulu dan warna shank belum dicapai. fenotip ayam buras
Keseimbangan genetic sifata kualitatif berdasarkan sifat kuantitatif
umtuk ayam hasil silangan (ayam KL) dan kualitatif (Tesis). Semarang:
yang memiliki sifat homozigot Universitas Diponegoro
resesif/dominan dapat dicapai pada
generasi pertama, sedangkan untuk Crawford, D. S. 1990. Poultry breeding
populasi ayam hasil silangan yang and genetics. Elsevier.
memiliki sifat heterozigot, Amsterdam.
keseimbangan genetic dapat dicapai
dalam generasi yang pendek, apabila Darwati., Pangestu dan Rahayu I.
frekuensi fenotipe, gen dan nilai 2002. Karakteristik Genetik.
heterozigot sifat tersebut terekspresi Eksternal Ayam Merawang.
dan menyebar merata dalam populasi. Seminar Nasional Teknologi
Ucapan Terimakasih Peternakan dan Veteriner.
Ciawi. 30 September- 1 Oktober
Penulis menyampaikan terima
2002
kasih kepada Kementerian Ristek-
Dikti sebagai Penyandang Dana dalam
Dako, S., Ilham, F., Laya, N. K.,
Peneltian ini. Penghargaan yang tinggi
Fathan, S., Masili, S., Azar, M.,
Kepada saudara Ka’Lulu (alm),
dan Labado, M. (2018).
Siskawaty Ismail, Marten, Alim, yang
Persilangan Antara Ayam
membantu proses pelaksanaan
Kampung Dan Ayam Ras
penelitian.
Leghorn Strain Isa Brown.
DAFTAR PUSTAKA Frontiers: Jurnal Sains Dan
Amlia, A., Pagala, M. A., & Aka, R. Teknologi, 1(2).
(2016). Studi Sifat Kualitatif Dan

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 85


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Dako S., Ilham F., Laya, N. K, Yusuf Gunnarsson, U., Kerje, S., Bed’hom, B.,
M. F. 2019; Manajemen Sahlqvist, A. S., Ekwall, O.,
pembibitan Ternak. Buku Ajar, Tixier‐Boichard, M., &
Publisher Arthasamudra ISBN: Andersson, L. (2011). The Dark
978-623=9082233-8 brown plumage color in
http://repository.ung.ac.id/kat chickens is caused by an 8.3‐kb
egori/show/dokumen_publik_ deletion upstream of SOX10.
ung/17921/manajemen- Pigment cell & melanoma research,
pembibitan-ternak.html 24(2), 268-274.

Dako S., Ilham F., Laya, N. K, Yusuf Hardjosubroto, W, 1995. Aplikasi


M. F. 2020. Inheritance of Pemuliaan Ternak di Lapangan,
External Genetic Characteristics Gransindo Jakarta.
In Chicken Through Triple
Crossing Model. International
Journal of Advanced Science Herlina, H., & Pagala, M. A. (2016).
and Technology Vol. 29, No. 9s, Bobot Tetas Dan Fertilitas Pada
(2020), pp. 549-558 Ayam Kampung Dan Hasil
Persilangannya. Jurnal Ilmu Dan
Dorak, M. T., Shao, W., Machulla, H. Teknologi Peternakan Tropis, 3(3),
K. G., Lobashevsky, E. S., Tang, 32-37.
J., Park, M. H., & Kaslow, R. A.
(2006). Conserved extended Hidayat Z, Nuraini dan Asmarhansya,
haplotypes of the major (2017) Studi Karateristik dan
histocompatibility complex: Ukuran Tubuh Ayam
further characterization. Genes Merawang F2 DI KP
& Immunity, 7(6), 450-467. PetalingKepualaun Bangka
Belitung. Balai Pengkajian
Eriksson, J., Larson, G., Gunnarsson, Teknologi Pertanian Kepulauan
U., Bed'Hom, B., Tixier- Bangka Belitung Prosiding
Boichard, M., Strömstedt, L., & Seminar Nasional Agroinovasi
Jensen, P. (2008). Identification Spesifik Lokasi Untuk
of the yellow skin gene reveals Ketahanan Pangan Pada Era
a hybrid origin of the domestic Masyarakat Ekonomi ASEAN
chicken. PLoS genetics, 4(2).
Khan, F and Sing A. 1990. Principles of
Frankham, R., Ballou, J. D., and Genetics and Animal
Briscoe, D. A. (2004). A primer of Breedin.Jaypee Brother Medical
conservation genetics. Cambridge Publishers. New Delhi.
University Press.domestic
chicken. PLoS genetics, 4(2). Kholik, A. (2016). Performa Ayam Hasil
Persilangan Pejantan Bangkok
Dengan Betina Ras Petelur Strain
Lohman. Students E-Journal, 5(2).

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 86


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Mathius IW, Sendow I,


Lasley, J. F. 1978. Genetics of Livestock Nurhayati,Murdiati TB, Thalib
Improvement. 3rded. Prentice- A, Beriajaya, A Suparyanto,
Hall 'of India Private Limited, Prasetyo , LH Darmono, E
New Delhi. Wina, Penyunting. Prosiding
seminar ilmu dan teknologi
Ling MK, Lagerstrom MC, Fredriksson peternakan. 5-6 September
R, Okimoto R, Mundy NI, 2006. Bogor (Indonesia): Pusat
Takeuchi S, Schioth HB. 2003. penelitian dan pengembangan
Association of feather colour peternakan, Bogor. hlm. 680-
with constitutively active 686.
melanocortin 1 receptors in
chicken. Eur J Biochem Mulliadi, D., & Arifin, J. (2010).
270:1441–1449 Pendugaan Keseimbangan
Populasi dan Heterozigositas
Le Bihan-Duval, E., Nadaf, J., Berri, C., Menggunakan Pola Protein
Pitel, F., Graulet, B., Godet, E., Albumin Darah pada Populasi
... & Cogburn, L. A. (2011). Domba Ekor Tipis (Javanese
Detection of a Cis eQTL Thin Tailed) di Daerah
controlling BMCO1 gene Indramayu (Prediction
expression leads to the Equilibrium of Population Used
identification of a QTG for Blood Albumin Pattern of Thin
chicken breast meat color. PLoS Tailed Sheep Pop. Jurnal Ilmu
One, 6(7). Ternak Universitas Padjadjaran,
10(2).
Mansjoer, S. 2005. Kajian sifat
produksi ayam kampung serta Nozawa, K. 1980. Phylogenetic studies
persilangannya dengan ayam on the native domestic animal
rhode island red. Disertasi. in East and Southeast Asia.
Program Pasca Sarjana Institut Tropical Agriculture Reseach
Pertanian Bogor. Center, Japan IV: 23-
43.https://www.jstage.jst.go.jp
Masili, S. Dako, S. Ilham, F. and /article/ggs1921/60/5/60_5_42
Gubali, S.I. 2018 heritabilitas 5/_pdf.
bobot telur, bobot tetas dan
bobot badan ayam hasil Nishida, T. Nozawa, K. Kondo.
persilangan umur 1 minggu Mansjoer SandMartojo H. 1980.
(Doc), Jambura Jounal of Morphological and genetical
Animal Science. Volume 1 No 1 studies in the Indonesian native
November 2018. EISSN: 2655- fowl. The Originand Phylogeny
228 of Indonesian NativeLivestock.
I:47-70.

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 87


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Nishida, T., Nozawa, K. Hayasi, Y. McGraw-Hill Book Company,


Hashiguchi T and Mansjoer,S. Inc. New York.
1982. Body measurement and
analis on exsternal genetic Subekti, K., dan Arlina, F. (2011).
characters of Indonesian native Karakteristik genetic eksternal
fowl. The Origin and Phylogeny ayam kampung diKecamatan
of Indonesian Native Livestock. Sungai Pagu Kabupaten Solok
III : 73-83 Selatan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan, 14(2), 74-86.
Noor, R. R. 2008. GenetikaTernak.
PenebarSwadaya, Jakarta. Sulandari, S., M. S. A.. Zein., S.
Paryanti, T. Sartika, M. Astuti,
Rusdin, M. 2007. Analisis fenotipe, T. Widjastuti, E. Sudjana, S.
genotipe dan suara ayam Darana, I. Setiawan dan D.
pelung di Kabupaten Cianjur. Garnida. 2007. Sumberdaya
Tesis. Program Pascasarjana genetik ayam lokal.
Institut Pertanian Bogor.Bogor. Keanekaragaman sumberdaya
hayati ayam lokal Indonesia :
Sartika, T. Wati DK, Rahayu HS, dan manfaat dan potensi. Pusat
Iskandar S. 2008. Perbandingan Penelitian Biologi Lembaga
genetic eksternal ayam wareng Ilmu Pengetahuan Indonesia,
dan ayam kampung yang Jakarta
dilihat dari laju introgresi dan
variabilitas genetiknya. JITV, Suprijatna, E. Atmomarsono, U dan R.
13(4):279-287. Kartasujana. 2005. Ilmu dasar
ternak unggas. Penerbit
Park, M. N., Choi, J. A., Lee, K. T., Lee, Penebar Swadaya. Jakarta.
H. J., Choi, B. H., Kim, H.,&
Lee, T. (2013). Genome-wide Susanti T., Iskandar, S dan Sopiyana,
association study of chicken S. 2006. Karakteristik kualitatif
plumage pigmentation. Asian- danUkuran - ukuran tubuh
Australasian journal of animal ayam wareng.
sciences, 26(11), 1523.
Warwick EJ. Astuti, JM dan
Smyth, JR. 1990. Genetic sofplumage, Hardjosubroto, W. 1995.
skin and eye pigmentation in PemuliaanTernak, Cet.5.
chickens.In Poultry Breeding Gadjah Mada University Press,
and Genetics, ed. R. D. Yogyakarta.
Crawford, pp. 109-67.
Amsterdam: Elsevier. Wati, D. K. 2007. Karakteristik genetik
eksternal pada ayam
Stanfield, W .D. 1982. Theory and WarengTanggerangdan ayam
problem sofgenetics 2nd Ed. Kampung. Skripsi. Program

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 88


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Studi Teknologi Produksi Institut Pertanian Bogor, Bogor.


Peternakan Fakultas Peternakan

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 89

You might also like