You are on page 1of 11

Jurnal Peternakan Vol 13 No 1 Februari 2016 (1 - 12) ISSN 1829 ² 8729

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN BMPR-1B


(Bone Morphogenetic Protein Receptor IB)
PADA AYAM ARAB,AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS PETELUR
MENGGUNAKAN PCR-RFLP
HIDAYATI12), ENIZA SALEH2) DAN TAHRIR AULAWI2)
1) Laboratorium Pemuliaan dan Genetika
2) Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau
JL.HR.Soebrantas KM.15 Simpang Baru Panam Pekanbaru
Email : yati_suska@yahoo.com

ABSTRACT

BMPR-1B gene closely related to the rate of ovulation and follicular maturation. In poultry, BMPR-1B gene is located on
chromosome 14th consists of 13 exons. BMPR-1B was expressed in the granulosa cells of the ovary and teca interna poultry.
BMPR-1B was able to accelerate the maturation of the follicles so that the ova produced increasingly. BMPR-1B gene
diversity was associated with poultry production. DNA isolation was performed using GeneJET Genomic DNA Purification
Kit from blood samples derived from 28 native chickens, 20 layer chickens and 10 arab layer chickens. A total of 58 DNA
were used as a template in the process of BMPR-IB gene amplification using Polymerase Chain Reaction method. Primers
used in this study according to Zhang et al. (2008), Forward primer 5 'ATG GCT GGG AAG TCT GGA TG 3'dan Reverse
primer 5' TGC CTT CTG TGT TAA CCG C 3 'with a length of 581 bp. This primary amplify BMPR-1B gene segment from
exon 6 to exon 7 including the entire intron 6 with an annealing temperature of 580C. BMPR-IB gene diversity was detected
using restriction enzymes HindIII were incubated for 2 hours. The results of the study was showed that Hind III restriction
enzymes do not cut the BMPR-1B gene segments in the population of native chickens, arab layer chickens and layer chickens,
they were monomorphic.

Keywords : BMPR-1B gene, PCR-RFLP, native chicken, arab layer chicken,layer chicken

____________________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN Menurut Siregar dan Sarbani (1980),


produksi telur ayam kampung 30²80 butir
Beberapa jenis ayam petelur yang umum per tahun dengan berat 37,5 g sedangkan
dipelihara di Provinsi Riau adalah ayam ras ayam petelur berkisar 200²250 butir
petelur, ayam arab dan ayam kampung per tahun dengan berat rata-rata 55,6 g.
dengan tingkat produktivitas yang relatif Perbedaan umur dewasa kelamin dengan
masih rendah. Ayam ras petelur dan ayam pemeliharaan secara intensif antara ayam
arab merupakan ayam hasil pemuliaan kampung dan ayam ras petelur juga telah
yang memiliki produktivitas relatif seragam dilaporkan Wihandoyo dan Mulyadi (1986)
yang dicirikan dengan penampilan fisik yaitu 166,76 hari untuk ayam kampung dan
(warna bulu, bentuk jengger, warna jengger, 164,08 hari untuk ayam ras petelur.
dan lain lain) yang relatif seragam dalam Hidayati (2008a) melaporkan rata-rata nilai
suatu populasi. Berbeda dengan ayam Hen Day Average (HDA) ayam arab brakel
kampung, tingkat keragaman produksi kriel silver dengan pemeliharaan intensif
telur dan penampilan fisik di dalam dan adalah 40% jauh lebih rendah dari
antar populasi relatif masih tinggi sehingga kemampuan produksi ayam arab rata-rata
upaya peningkatan produksi telur masih 70-80%. Hal ini diduga disebabkan karena
dapat dilakukan melalui seleksi terhadap telah terjadi inbreeding pada populasi
sifat-sifat yang berhubungan dengan tersebut sehingga terjadi efek penurunan
produksi telur melalui eksplorasi terhadap produksi telur atau dikenal
keragaman gen-gen yang berhubungan dengan istilah inbreeding depression atau
dengan sifat tersebut. tekanan silang dalam (Hidayati, 2008b).

1
HIDAYATI, dkk Jurnal Peternakan

Salah satu upaya yang dapat dilakukan Gen BMPR-1B berkaitan erat dengan laju
untuk meningkatkan kembali produktivitas ovulasi dan pematangan folikel (Zhang
dari ayam-ayam petelur adalah dengan et al., 2008; Maskur dan Arman, 2010). Gen
menyeleksi tetua unggul, baik jantan atau BMPR-1B pada domba disebut juga gen
betina melalui seleksi yang ketat. Salah FecB yang bersifat dominan untuk
satunya menggunakan Marker Assisted mempercepat laju ovulasi dan meningkat-
Selection (MAS) yang berkaitan dengan kan jumlah litter size sehingga dikenal juga
produksi telur. Identifikasi keragaman sebagai marker untuk sifat prolifikasi
genetik dilakukan pada taraf Deoxyribo (Souza et al., 2001; Wilson et al. 2001). Pada
Nuclei Acid (DNA) melalui penggandaan unggas gen BMPR-1B terletak pada
sekuens DNA dengan proses Polymerase kromoson ke 4 dengan 13 ekson. BMPR-1B
Chain Reaction (PCR). DNA berperan dalam diekspresikan pada sel-sel granulosa dan
semua aktivitas sel. DNA menyimpan dan teca interna pada ovarium unggas sehingga
mengeskpresikan informasi genetik yang mempercepat pematangan folikel sehingga
dapat diwariskan ke generasi berikutnya. jumlah ovum yang diovulasikan akan
Identifikasi keragaman genetik pada tingkat semakin banyak. Zhang et al. (2008)
molekuler memberikan keuntungan dilihat menemukan satu titik mutasi (T35C) pada
dari sisi waktu dan biaya terutama untuk daerah ekson 6 merupakan silent mutation
sifat-sifat dengan nilai heritabilitas rendah, tidak merubah asam amino glysine dan
sifat-sifat yang muncul setelah ternak 4 titik mutasi pada daerah intron 6 yaitu
dewasa atau untuk sifat-sifat yang baru C166T, G224C, A287G dan G303A.
dapat diamati setelah ternak dipotong atau Dijelaskan lebih lanjut mutasi pada posisi
disembelih. A287G berhubungan erat dengan produksi
telur pada umur 47²56 minggu. Tujuan
Keragaman diantara individu dalam
penelitian ini adalah mengeksplorasi
spesies yang sama atau antar spesies
keragaman gen BMPR-1B pada populasi
berbeda merupakan potensi sumber daya
ayam arab, ayam kampung dan ayam
genetik yang dapat dimanfaatkan dalam
petelur.
menghasilkan ternak hibrida. Adanya
kemajuan teknologi molekuler dapat Penelitian ini diharapkan memberikan
mempersingkat dan mempercepat waktu informasi mengenai keragaman gen BMPR-
seleksi dengan penemuan MAS untuk sifat- 1B dijadikan sebagai informasi dasar bagi
sifat yang dijadikan sebagai kriteria dalam pemulia (breeder) dalam menemukan MAS
seleksi. Salah satu metode identifikasi pada populasi ayam kampung, ayam arab
keragaman genetik yang dapat digunakan dan ayam petelur sebagai langkah awal
adalah menggunakan metode Polymerase seleksi tetua dalam peningkatan
Chain Reaction-Restricted Fragment Length produktivitas ayam lokal petelur unggul.
Polymorphism (PCR-RFLP). PCR-RFLP pada Hipotesis penelitian ini adalah ditemukan-
prinsipnya adalah suatu metode penentuan nya keragaman gen BMPR-1B pada ruas
mutasi pada sekuens DNA atau gen target ekson 6-7, pada populasi ayam arab, ayam
menggunakan bantuan enzim restriksi kampung dan ayam petelur menggunakan
tertentu. Enzim restriksi merupakan enzim metode PCR-RFLP.
yang mampu memotong sekuen DNA pada
titik tertentu, atau dikenal dengan istilah MATERI DAN METODE
titik rekognisi, dimana keragaman yang
muncul ditampilkan melalui pita-pita yang Waktu dan Tempat
terbentuk hasil elektroforesis. Salah satu Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan
gen penentu produksi telur adalah gen Juli sampai dengan Desember 2015 di
BMPR-1B (Bone Morphogenetic Protein Laboratorium Pemuliaan dan Genetika
Receptor IB). Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN
Suska Riau. Laboratorium Patologi,

2
Vol 13 No 1 IDENTIFIKASI KERAGAMAN

Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas buffer (10mM Tris-HCl, pH 8.0, 1 mM


Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. EDTA).GeneJET Genomic DNA Purification
Pengambilan sampel darah ayam arab DNA Kit #K0721 terdiri atas Protainase
berasal dari UPT Unggas Desa Laboy Jaya, K solution, RNase A solution, Digestion
ayam kampung dari peternakan rakyat Solution, Lysis Solution, Wash Buffer I,
seputaran Kota Pekanbaru dan ayam Wash Buffer II, Elution Buffer (10 mM Tris-
petelur dari peternakan ayam ras petelur di Cl, pH 9,0; 0,5 mM EDTA), columns
Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat collection tube dan collection tube.
Bahan-bahan yang digunakan untuk uji
Materi
kualitatif DNA hasil isolasi adalah gel
Materi yang digunakan adalah sampel agarose 1% (0,5 g agarose + 50 ml dalam
darah dari populasi ayam arab (n= 20 ekor), 1 x TAE, ethidium bromide, loading dye,
ayam kampung (n=28 ekor) dan ayam ras marker (100 bp) dan Dilution Water. Alat-
petelur (n=10). Bahan dan alat yang alat yang digunakan adalah timbangan
digunakan untuk pengambilan sampel digital, gelas ukur, gelas piala 250 ml,
darah adalah spuit 3 ml, tabung vacutainer cetakan gel, magnetic stirrer dan hot plate,
dengan EDTA 3 ml, ethanol absolut (96%), tangki elektroforesis dan power suplay serta
kapas beralkohol dan cool box. Penyimpanan UV GelDOC.
sampel darah ayam kampung dan ayam ras
Bahan-bahan pereaksi PCR untuk
petelur dilakukan pada tabung vacutainer
amplifikasi DNA ruas gen BMPR-1B
dengan EDTA sedangkan ayam arab
menggunakan primer menurut Zhang et al.
dengan penambahan alcohol absolut
(2008) dirancang menggunakan sequence
dengan perbandingan 1:1.
gen bank nomor akses NM_205132
Bahan-bahan yang digunakan untuk merupakan sequence BMPR-1B mRNA
isolasi DNA terdiri atas DW (dilution water), yang mengamplifikasi ruas gen BMPR-1B
tabung eppendrof 1,5 ml, ethanol absolut dari ekson 6 hingga ekson 7 termasuk
(96%), 1 X PBS (137 mM NaCl, 2.7 mM KCl, seluruh intron 6. Susunan primer yang
10 mM Na2HPO4, 2 mM KH2PO4, pH 7.4), digunakan disajikan pada Tabel 1.
pipet tips, disposable gloves, masker dan TE

Tabel 1. Susunan primer dan panjang produk PCR yang dihasilkan


Susunan Primer Panjang Produk PCR Sumber
3ULPHU )RUZDUG · *&7 $7* *** $$* 7&7 **$ 7* · 581 bp Zhang
3ULPHU 5HYHUVH · 7*& &77 7$$ 7*7 &7* &&* & · et al. (2008)

Amplifikasi gen BMPR-1B menggunakan kan PCR (4) visualisasi hasil PCR
metode PCR menggunakan, DNA genom menggunakan elektroforesis gel agarose 2%
dan PCR kit Dream Tag Green PCR Master (5) identifikasi keragaman menggunakan
Mix dari thermo scientific. Alat-alat yang metode RFLP (6) visualisasi pola pita
digunakan tabung Eppendorf 0,2 mL, pipet, menggunakan elektroforesis gel agarose 2%
tip, sentrifuge, timbangan analitik, vortex (7) analisis data
dan mesin PCR thermal cycler.
1. Pengambilan Sampel Darah
Prosedur Penelitian Pengambilan sampel darah sebanyak
0,5-1 ml, melalui pembuluh vena sayap
Penelitian dilakukan melalui beberapa
menggunakan spuit dan tabung
tahapan yaitu (1) pengambilan sampel
vacutainer yang mengandung EDTA
darah di lapangan, (2) ekstraksi DNA total
untuk penyimpanan Untuk sampel
dan visualisasi DNA hasil isolasi (3)
darah ayam arab disimpan dalam tabung
amplifikasi ruas gen BMPR-1B mengguna-

3
HIDAYATI, dkk Jurnal Peternakan

Eppendorf 1,5 ml dan ditambahkan dimasukkan ke dalam tangki


ethanol absolut (96% ) perbandingan 1: 1. elektroforesis (chamber) yang sebelumnya
sisir dilepas dari cetakan. Pengisian
2. Isolasi DNA dan Visualisasi DNA Hasil sampel sebanyak 4 µL PCR product
Isolasi dalam 1 µL Loading Dye. Pengisian
Ekstraksi DNA genom dilakukan dilDNXNDQ SDGD VXPXU NH ««
mengikuti prosedur dari GeneJET dan pada sumur pertama dimasukkkan
Genomic DNA Purification DNA Kit DNA leader 100 bp. Selanjutnya
#K0721 (Gambar 1). Kualitas DNA hasil elektroforesis dilakukan pada tegangan
isolasi dievaluasi menggunakan 100 volt selama kurang lebih 30 menit
elektroforesis pada gel agarose 1% (Gambar 3.19) Visualisasi pita dilakukan
dalam larutan 1 X TAE. Elektroforesis menggunakan Geldoc selanjutnya
dijalankan pada tegangan 100 volt didokumentasikan.
selama 30 menit.
5. Identifikasi Keragaman Gen BMPR-1B
3. Amplifikasi Gen BMPR-1B Menggunakan Metode RFLP
Menggunakan Metode PCR Sebanyak 10 µL produk PCR diinkubasi
Sampel DNA dari masing-masing menggunakan 10 U enzim restriksi
individu digunakan sebagai cetakan HindIII selama 2 jam.
untuk mengamplifikasi lokus gen BMPR-
1B melalui reaksi PCR menggunakan 6. Visualisasi Hasil RFLP Menggunakan
sepasang primer menurut Zhang et al. Elektroforesis Gel Agarose 2%
(2008). Larutan mix yang dibuat terdiri Visualisasi keragaman diketahui dengan
atas 10 pg²1µg DNA template, 0,1²1,0 elektroforesis gel agarose 2%. Keragaman
µM primer (forward + reverse), 12,5 µl ditentukan dengan munculnya beberapa
Dream Tag Green PCR Master Mix dan pola pita pada sekuens hasil PCR
water nuclease- free hingga 25 µl.
Amplifikasi menggunakan mesin PCR HASIL DAN PEMBAHASAN
thermo cycler dengan kondisi mesin
sebagai berikut; Pradenaturasi 930C Penentuan Populasi dan Pengambilan
selama 3 menit, denaturasi 930C selama Sampel Darah
30 detik, annealing 580C selama 30 detik,
ekstensi 720C selama 30 detik dan Pengambilan sampel darah dilakukan
ekstensi akhir 720C selama 5 menit pada daerah pembuluh darah di bawah
dengan jumlah siklus 35 x. sayap sebanyak 0,5²1,0 ml menggunakan
spuit ukuran 3 ml. Selanjutnya darah
4. Visualisasi Hasil Amplifikasi Gen disimpan pada tabung vacuntainer yang
BMPR-1B Menggunakan Elektroforesis mengandung EDTA untuk ayam kampung
Gel Agarose 2% dan ayam petelur serta dalam ethanol
Keberhasilan amplifikasi PCR dilihat absolut 96% untuk ayam arab. Total sampel
pada gel agarose 2%; 0,70 g agarose yang telah dikumpulkan sebanyak
dilarutkan pada 35 ml 1 X TAE, 58 sampel, berasal dari ayam umur 6 bulan
dipanaskan di atas hot plate suhu 2000C sampai 2 tahun terdiri dari ayam kampung
dan distirer selama kurang lebih jantan 8 ekor dan betina 20 ekor, ayam arab
15 menit hingga membentuk larutan betina 20 ekor dan ayam ras petelur
bening. Selanjutnya ditambahkan 2,5 µL sebanyak 10 sampel. Sampel ayam arab
ethidium bromide didinginkan. Selanjut- yang digunakan berasal dari dua strain
nya gel yang dituangkan pada cetakan yaitu silver dan golden.
dan dipasang sisir untuk membentuk
sumur, ditunggu mengeras ± 20 menit.
Gel yang telah mengeras selanjutnya

4
Vol 13 No 1 IDENTIFIKASI KERAGAMAN

200 µL sampel darah + 20 µL Prot K + 400 µL Lysis Solution, Vortex

Inkubasi dalam Water Bath 560C selama 10 menit

Tambahkan 200 µL Ethanol Absolut (96%), Vortex

Pindahkan ke Column , sentrifuge 1 menit 6000 rpm.


Buang cairan dan ganti tabung koleksi

Tambahkan 500 µL Wash Buffer I, sentrifuge 3 menit 8000 rpm.


Buang larutan. Letakan kembali pada tabung koleksi

Tambahkan 500 µL Wash Buffer II, sentrifuge 3 menit 14000 rpm.


Buang larutan. Letakan kembali pada tabung, ulangi sekali lagi .

Buang tabung kolek, letakkan column pada tabung eppendrof 1.5 mL steril.
Tambahkan 200 µL Elution Buffer, Inkubasi selama 2 menit.
Sentrifuge 3 x 8000 rpm, ulangi sekali lagi

DNA (TOTAL GENOM)

Gambar 1. Prosedur ekstraksi DNA

Keberhasilan Isolasi DNA oleh adanya smear pada uji kualitatif


Isolasi DNA mengikuti prosedur GeneJet menggunakan elektroforesis gel agarose
Whole Blood Genomic DNA Purification dan nilai kemurnian DNA tidak berada
Seluruh sampel darah berhasil diisolasi. dalam rentang 1,8-2,2 melalui uji
Isolasi DNA dilakukan untuk memisahkan menggunakan spektrofotometri.
DNA dari bahan lain seperti protein, lemak, Tahap awal isolasi DNA adalah proses
dan karbohidrat. Proses isolasi DNA terdiri perusakan atau penghancuran membran
atas tiga tahapan penting yaitu dan dinding sel yang bertujuan untuk
penghancuran (lisis), ekstraksi atau mengeluarkan isi sel. Pada tahap ini
pemisahan DNA dari bahan padat seperti penghancuran membrane dan dinding sel
selulosa dan protein, serta pemurnian DNA. dilakukan cara enzimatik menggunakan
Keberhasilan isolasi DNA ditentukan oleh proteinase K (Prot K). Prot K berfungsi
ada tidaknya kontaminan seperti protein melisiskan membran pada sel darah,
dan RNA. Adanya kontaminan ditunjukan mendegradasi protein globular maupun

5
HIDAYATI, dkk Jurnal Peternakan

rantai polipeptida dalam komponen sel molekul DNA di larutan aquoeus. Muatan
(Brown, 2010). dipole positif dari air berinteraksi dengan
muatan negatif pada gugus fosfodiester
Pada tahapan ekstraksi DNA, seringkali
DNA. Interaksi ini meningkatkan kelarutan
digunakan chelating agent seperti ethylene
DNA dalam air. Isopropanol dapat
diamine tetraacetic acid (EDTA) yang
bercampur dengan air, namun kurang polar
berperan menginaktivasi enzim DNase
dibandingkan air. Molekul isopropanol
yang dapat mendenaturasi DNA yang
tidak dapat berinteraksi dengan gugus
diisolasi. EDTA menginaktivasi enzim
polar dari asam nukleat sehingga
nuklease dengan cara mengikat ion
isopropanol adalah pelarut yang lemah bagi
magnesium dan kalsium yang dibutuhkan
asam nukleat; kedua, penambahan
sebagai kofaktor enzim DNAse. DNA yang
isopropanol akan menghilangkan molekul
telah diekstraksi dari dalam sel selanjutnya
air dalam larutan DNA sehingga DNA akan
perlu dipisahkan dari kontaminan
terpresipitasi; ketiga, penggunaan
komponen penyusun sel lainnya seperti
isopropanol dingin akan menurunkan
polisakarida dan protein agar DNA yang
aktivitas molekul air sehingga memudah-
didapatkan memiliki kemurnian yang
kan presipitasi DNA.
tinggi. Fenol seringkali digunakan sebagai
pendenaturasi protein, ekstraksi mengguna-
Hasil Uji Kualitatif DNA
kan fenol menyebabkan protein kehilangan
kelarutannya dan mengalami presipitasi Keberhasilan isolasi DNA diuji secara
yang selanjutnya dapat dipisahkan dari kualitatif menggunakan elektroforesis gel
DNA melalui sentrifugasi. Setelah sentri- agarose 1% dalam larutan TAE 1X. Hasil uji
fugasi akan terbentuk 2 fase yang terpisah kualitatif DNA disajikan pada Gambar
yakni fase organik pada lapisan bawah dan 2 dan 3. Metode standar yang dapat
fase aquoeus (air) pada lapisan atas digunakan untuk identifikasi, pemisahan
sedangkan DNA dan RNA akan berada dan purifikasi fragmen DNA adalah
pada fase aquoeus setelah sentrifugasi menggunakan elektroforesis gel agarose
sedangkan protein yang terdenaturasi akan (Fachtiyah, dkk., 2011).Pewarnaan ethidium
berada pada interfase dan lipid akan berada bromide (EtBr) digunakan untuk alat
pada fase organik. Selain fenol, dapat pula identifikasi dan mengukur semi kualitatif
digunakan campuran fenol dan kloroform fragmen DNA yang terpisah dalam gel
atau campuran fenol, kloroform, dan agarose. EtBr akan terikat diantara dua
isoamil alkohol untuk mendenaturasi untai ganda DNA, sehingga pita DNA
protein. Ekstrak DNA yang didapat dalam gel agarose akan berpendar karena
seringkali juga terkontaminasi oleh RNA EtBr mengandung zat fluoresen. Ikatan
sehingga RNA dapat dipisahkan dari DNA DNA-EtBr akan terekspos pada sinar UV
ekstrak dengan cara pemberian RNAse. dengan panjang gelombang 300 nm
(Fachtiyak, dkk.,2011). Keberhasilan isolasi
Selanjutnya DNA yang telah diekstraksi,
DNA dapat diketahui melalui munculnya
dipresipitasi mengunakan etanol atau
pita DNA.
isopropanol. Kedua senyawa tersebut akan
mempresipitasi DNA pada fase aquoeus Migrasi DNA pada elektroforesis gel
sehingga DNA menggumpal membentuk agarose dipengaruhi oleh beberapa faktor
struktur fiber dan terbentuk pellet setelah yaitu ukuran dan konformasi molekul
dilakukan sentrifugasi. Presipitasi juga DNA, konsentrasi agarose, arus listrik dan
berfungsi untuk menghilangkan residu- suhu. Total genom utuh dielektroforesis
residu kloroform yang berasal dari tahapan dengan agarose 0,8% sedangkan hasil
ekstraksi. Prinsip-prinsip presipitasi antara amplifikasi DNA dielektroforesis dengan
lain pertama, menurunkan kelarutan asam konsentrasi yang lebih tinggi 1,5²2%
nukleat dalam air. Hal ini dikarenakan (Fachtiyah, dkk., 2011).
molekul air yang polar mengelilingi

6
Vol 13 No 1 IDENTIFIKASI KERAGAMAN

PITA
DNA

KODE
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15
SUMUR
Gambar 2. Hasil isolasi DNA ayam kampung, ayam petelur dan ayam arab

Keterangan:
01, 08 = DNA Sapi Kuantan (pembanding)
02, 03, 05, 06, 09, 10, 11, 12 = DNA Ayam Kampung
04, 07, 14 = DNA Ayam Petelur
13, 15 = DNA Ayam Arab

Pada penelitian ini konsentrasi gel kecepatan migrasi DNA pada gel agarose
agarose yang digunakan adalah 1% karena DNA merupakan molekul
menggunakan larutan TAE 1X. Selain faktor bermuatan negatif. Dalam penelitian ini
konsentrasi agarose migrasi DNA pada saat voltase yang digunakan adalah 100 Volt.
elektroforesis ditentukan pula oleh ukuran Selain voltase, suhu juga mempengaruhi
molekul DNA dimana DNA berbentuk kecepatan migrasi DNA pada saat
sirkuler akan lebih cepat bermigrasi elektroforesis, suhu tinggi mengakibatkan
dibandingkan linear dan fragmen DNA DNA akan terurai dan akan kembali
utuh akan lebih cepat bermigrasi menyatu pada suhu dingin. Pada penelitian
dibandingkan genom utuh. Voltase dari ini suhu yang digunakan pada saat
alat elektroforesis juga mempengaruhi elektroforesis adalah suhu kamar.

PITA
DNA

KODE
SUMUR
M 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14

Gambar 3. Hasil isolasi DNA ayam kampung


Keterangan:
01, 05, 09, 13 = DNA Domba (pembanding)
02, 03, 04, 06, 07, 08, 10, 11, 12, 14 = DNA Ayam Kampung
M = DNA Leader 100 bp

7
HIDAYATI, dkk Jurnal Peternakan

Hasil isolasi DNA menunjukkan DNA Amplifikasi Fragment Gen BMPR-1B pada
dapat diisolasi dengan baik yang Ayam Kampung, Ayam Arab dan Ayam
ditunjukkan dengan munculnya pita yang Ras Petelur
jelas dan terang dan berada di atas marker Hasil penelitian menunjukkan ruas gen
pada semua sumur. Pita tebal dan terang BMPR-1B pada ayam kampung, ayam arab
secara kualitatif mengindikasikan dana yam ras petelur berhasil diamplifikasi
konsentrasi hasil isolasi DNA yang menggunakan metode PCR dengan suhu
dihasilkan tinggi sedangkan pita yang tipis annealing 580C sesuai dengan rekomendasi
mengindikasikan konsentrasi DNA yang Zhang et al. (2008) dengan panjang produk
dihasilkan kecil. Kemurnian DNA secara 581 bp. Keberhasilan hasil amplifikasi
kualitatif dapat diketahui melalui ada ditunjukkan oleh munculnya satu pita yang
tidaknya smear yang terbentuk dan dalam jelas dan tegas pada gel agarose 2% dengan
penelitian ini menunjukkan hasil yang baik. panjang 581 bp (Gambar 4 dan 5). Hasil
Secara kuantitatif, keberhasilan isolasi BLAST primer dengan sequence gen BMPR-
DNA dapat diketahui salah satunya 1B, gen bank nomor akses NM_205132,
menggunakan alat spektrofotometri. Prinsip primer yang digunakan mengamplifikasi
dari kuantifikasi DNA menggunakan alat ruas gen BMPR-1B dari ekson 6 hingga
spektrofotometer adalah iradiasi sinar ekson 7 termasuk seluruh intron 6.
ultraviolet dapat diserap oleh nukleotida Keberhasilan amplifikasi PCR ditentukan
dan protein dalam larutan karena adanya oleh variasi komponen rekasi PCR seperti
basa purin dan pirimidin. Penyerapan konsentrasi primer, tempat DNa, dNTP,
iradiasi sinar UV oleh DNA secara garam-garam dalm buffer, unit DNA
maksimal dicapai pada panjang gelombang polymerase, temperatur siklus PCR dan
260 nm sedangkan penyerapan maksimal MXPODK VLNOXV \DQJ GLJXQDNDQ $V\·DUL GDQ
protein pada panjang gelombang 280 nm. Noer, 2005). Suhu annealing adalah suhu
Pada panjang gelombang 260 nm kepadatan dimana primer akan menempel pada DNA
optic (optical density (OD) sama dengan template. Suhu annealing dapat dihitung
satu, maka konsentrasi molekul DNA heliks berdasarkan nilai melting temperature (Tm)
ganda setara dengan 50 µg/mL atau dari masing-masing primer. Pencarian
40 µg/mL DNA single heliks atau setara kondisi optimal dari shu annealing sangat
dengan 20 µg/mLoligonukleotida untai penting, karena berkaitan dengan spesifitas
tunggal. Nilai OD juga dapat digunakan produk PCR yang dikenal dengan istilah
untuk mengetahui tingkat kemurnian DNA optimasi. Suhu annealing yang biasa
hasil isolasi melalui nilai rasio antara nilai digunakan adalah 50C di bawah suhu
OD260 dan OD280. Hasil isolasi DNA berhasil melting, karena jika suhu annealing terlalu
jika nilai rasio OD berkisar antara 1,8²2,05. tinggi maka penempelan primer pada DNA
Namun dalam penelitian ini uji kuantitatif template akan lepas sehingga produk PCR
tidak dilakukan hanya uji kualitatif. tidak terbentuk, sebaliknya jika suhu
annealing terlalu rendah maka akan terjadi
penempelan primer pada DNA template
tidak spesifik sehingga bisa terjadi produk
PCR yang tidak spesifik.

8
Vol 13 No 1 IDENTIFIKASI KERAGAMAN

PCR Product,
500 bp 581 bp

200 bp

Gambar 4. Hasil amplifikasi gen BMPR-1B dengan panjang produk 581 bp

PCR Product,
581 bp
500 bp

100 bp

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen BMPR-1B dengan panjang produk 581 bp pada sumur
10, 11, 12, dan 13

Identifikasi Keragaman Gen BMPR-1B influenza Rd yang memiliki situs


pada Ayam Kampung, Ayam Arab dan pemotongan pada A-T.
Ayam Ras Petelur
Apabila enzim restriksi ditambahkan ke
Identifikasi keragaman gen BMPR-1B DNA, DNA tersebut dipotong pada banyak
menggunakan metode Restricted Fragment posisi sebanyak adanya situs pemotongan
Length Polymorphisms (RFLP) yaitu suatu untuk enzim itu; DNA tersebut dipotong
metode identifikasi keragaman DNA menjadi fragmen/potongan DNA. Karena
menggunakan enzim restriksi (enzim situs pemotongan tidak terletak pada jarak
pemotong). Enzim restriksi mengikat yang teratur sepanjang molekul DNA,
sekuen basa spesifik yang disebut sekuens fragmen tersebut berbeda panjangnya dan
rekognisi, dan setiap enzim memotong oleh karena itu berbeda beratnya. Jika
DNA pada situs pemotongan. Sekuen campuran fragmen tersebut ditempatkan
rekognisi bersifat palindrom, mengandung pada salah satu bagian ujung gel dan
sekuen yang persis sama bila dibaca dari dilakukan elektroforesis, fragmen tersebut
kedua arah. Enzim restriksi yang digunakan bermigrasi sepanjang gel tersebut pada
dalam penelitian ini adalah HindIII. Enzim tingkat yang proporsional terbalik dengan
HindIII berasal dari bakteri Haemophilus

9
HIDAYATI, dkk Jurnal Peternakan

logaritma beratnya. Dalam jangka waktu atas. Posisi dari setiap pita tersebut
yang diberikan setelah aliran listrik pertama menunjukkan ukuran setiap fragmen.
kali dinyalakan, terdapat banyak pita
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
fragmen DNA yang berbeda di dalam gel
ditemukan keragaman gen BMPR-1B pada
sebanyak terdapatnya fragmen berbeda
sampel yang dianalisis dalam penelitian ini
ukuran di dalam campuran asli tersebut di
(Gambar 6).

500 bp 581 bp

100 bp
Gambar 6. Hasil elektroforesis gen BMPR-1B pada ayam kampung, ayam arab dan ayam
ras petelur menggunakan enzim HindIII.

Hal ini disebabkan relatif sedikitnya namun tidak berpengaruh terhadap 11 sifat
sampel yang dianalisis dalam penelitian ini yang diamati yaitu berat tetas, bobot badan
dan jumlah sampel yang digunakan dalam 8 dan 12 minggu, bobot dewasa kelamin,
penelitian hanya berasal dari kelompok umur bertelur pertama, jumlah telur yang
ternak yang sama. Jumlah sampel yang dihasilkan, berat telur pertama yang
besar memungkinkan ditemukannya dihasilkan, rata-rata berat telur pada umur
keragaman pada populasi yang diuji. 28, 30 dan 32 minggu, intensitas produksi
dan egg mass (Niknafs et al., 2014).
Beberapa hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan ditemukan keragaman gen
KESIMPULAN
BMPR-1B pada unggas yaitu pada populasi
ayam Jining Bari dan Zang yaitu pada posisi
DNA berhasil diisolasi dari darah ayam
basa 35 T>C, 166 C>T, 224 G>C, 287 A>G
kampung, ayam petelur dan ayam baik
dan 303 G>A. Satu SNP pada posisi basa
yang disimpan pada tabung dengan EDTA
287 A>G berhubungan dengan produksi
atau dengan penambahan ethanol absolut
telur pada umur 47²56 minggu (Zhang et al.,
(ethanol 96%) yang ditunjukkan dengan
2008); ditemukan 4 SNPs Gen BMPR-1B
munculnya pita yang jelas dan tegas pada
pada puyuh yaitu pada posisi basa 165
gel agarose 1%. Primer gen BMPR-IB
A>G, 211 C>T, 290 A>T dan 430 A>G (El
berhasil menempel pada DNA template
Tarabany et al. 2014.); SNP pada posisi basa
pada suhu annealing 580C dengan panjang
A287G gen BMPR-1B, terdeteksi pada ayam
produk PCR 581 bp. Namun hasil
fayoumi (ayam lokal di arab) dan ayam
pemotongan enzim restriksi Hind III pada
Rhode Island Red (RIR) berhubungan erat
produk PCR menunjukkan tidak
dengan berat badan umur 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan
ditemukannya keragaman gen BMPR-1B
8 minggu (Awad dan El Tarabany., 2015)
pada populasi ayam kampung, ayam arab
dan ditemukan keragaman gen BMPR-1B
dan ayam petelur yang digunakan dalam
A287G pada ayam lokal mandazaran,
penelitian ini berarti monomorfik. Hal ini

10
Vol 13 No 1 IDENTIFIKASI KERAGAMAN

diduga karena jumlah sampel yang relatif


kecil dan sampel hanya berasal dari Maskur dan C. Arman. 2009. Identifikasi Mutasi
beberapa peternak sehingga keragaman gen BMPR-1B dan BMP 15 pada Domba Ekor
tidak ditemukan. Gemuk. JITV 15(1): 16-21.
Niknafs, S., A.N.Javaremi dan M.Sadeghi. 2014.
Single nucleotide polymorphisms in BMPR-
SARAN
1B and STAT5B genes and their association
with grpwth and reproductive traits in
Menambah jumlah sampel menjadi chicken. Songklanakarin J. Sci Technol. 36(2):
minimal 100 ekor (100 DNA sampel) untuk 137-142.
masing-masing populasi ayam dan
diusahakan berasal dari beberapa peternak Siregar, A.P. dan M. Sabrani. 1980. Ayam sayur
atau peternak tidak terkonsentrasi di Indonesia. Perbaikan dan Peningkatan
Kualitas Performans dan Populasinya.
UCAPAN TERIMA KASIH Poultry Indonesia, No. 10 thn ke-2.

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Souza, C.J., B.K. Cambell, A.S. McNeilly dan D.
Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan T. Baird. 2001. The Booroola (FecB)
yang telah mendanai penelitian melalui phenotype is associated with mutation in the
DIPA BLU dengan nomor SK Rektor UIN bone morphogenetic receptor type iB
Suska Riau Nomor : 1262/R/2015 (BMPR1B) gene. J.Endocrinol. 169: R1-R6.

DAFTAR PUSTAKA Wihandoyo dan H. Mulyadi. 1986. Ayam buras


pada kondisi pedesaan (tradisional) dan
Asy·ari, M dan A. S Noer. 2005. Optimasi pemeliharaan yang memadai.
konsentrasi MgCl2 dan suhu annealing pada Pengembangan ayam buras di Jawa tengah
proses amplifikasi multifragments mtDNA Temu Tugas Sub sektor peternakan di Sub
dengan PCR. JKSA. 3(1):24-28. Balai Penelitian Ternak, Klepu.

Awad, A dan M.S. El-Tarabany. 2015. Wilson, T., X.Y.Wu, J.L. Juengel, I.K. Ross, J.M.
Association of Single Nucleotide Lumsden, E. A. Lord, K.G. Dodds,G.A.
Polymorphisms in Bone Morphogenetic :DOOLQJ - & 0F(ZDQ $ 5 2·&RQQHO . 3
Protein receptor1B (BMPR-1B). McNatty dan G.W. Montgomery. 2001. ighly
profile Booroola sheep have a mutation in the
Brown, T. A. 2010. Genomes 3. Garland Sci. intracellular kinase domain of bone
New York & London. morphogenetic protein IB receptor (ALK-6)
that is expresses in both oocytes and
Fachtiyah, ELA Rumingtyas, S Widyarti, S granulosa cells. Biol. Reprod. 64: 1225-1235.
Rahayu. 2011. Biologi Molekular. Jakarta:
Erlangga. Zhang, N.B. H. tang, L.Kang, Y.H. Ma., D.G.
Cao, Y.Lu, M. Hou dan Y.L. Jiang. 2008.
Hidayati. 2008a. Nilai heritabilitas sifat-sifat Associations of single nucloetide
produksi persilangan ayam kampung x ayam polymorphisms in BMPR-IB gene with egg
arab (Brakel Kriel silver) di UPTD ayam arab production in a synthetic broiler line. AAJAS.
Dinas Peternakan Kabupaten Kampar. 21(5): 628-632.
Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian
dan Peternakan UIN Suska Riau. Pekanbaru.

Hidayati. 2008b. Ilmu Pemuliaan Ternak. Suska


Press. Pekanbaru.

11

You might also like