You are on page 1of 14

ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI PADA

UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP PAJAK PENGHASILAN ORANG


PRIBADI DAN MOBILITAS SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi,
Politeknik Keuangan Negara STAN

Rd. Tatan Jaka Tresnajaya,


Politeknik Keuangan Negara STAN
Alamat Korespondensi: yustika02.yt@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT


Job Creation Act contains new provisions related to
Diterima Pertama individual tax subjects that are quite different from the
[30 07 2021] Income Tax Law. Those provisions include criteria for
individual tax subjects, tax exemptions for some foreign
Dinyatakan Diterima incomes, and the application of special tax schemes.
[15 09 2021] Those provisions can affect the income tax base, shifting
the tax system into a territorial system, create injustice
issues from different tax treatments, and transform the
KATA KUNCI:
mobility of human resources due to tax facilities in
Undang-Undang Cipta Kerja, Subjek Pajak Orang
special tax schemes. This study analyzes those potential
Pribadi, Pajak Penghasilan, Mobilitas Sumber Daya
impacts using the library method. Stated that the Job
Manusia
Creation Law does not change the sentence of Article 4
Paragraph (1) of the Income Tax Law so that Indonesia
KEYWORDS:
still tends a worldwide system. The special tax schemes
Job Creation Act, Individual Tax Subject, Income Tax,
do not have a significant effect on the mobility of human
Mobility of Human Resources
resources because the mobility response not only
depends on tax policies but also on other factors. Then,
KLASIFIKASI JEL: the new tax exemptions and the special tax schemes are
H210 not applied for free but accompanied by conditions to
invest in Indonesia and transfer knowledge. Thus, the
potential reduction in the tax base and tax injustice
issues must be addressed wisely and oriented to the
prospect of future benefits.

ABSTRAK
Reformasi pajak dalam Undang-Undang Cipta Kerja
memuat ketentuan baru terkait subjek pajak orang
pribadi yang cukup berbeda dengan Undang-Undang
Pajak Penghasilan, seperti kriteria subjek pajak orang
pribadi, pengecualian pajak beberapa penghasilan luar
negeri, serta penerapan skema pajak khusus bagi warga
negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam
negeri. Ketentuan baru tersebut dapat berdampak pada
basis pajak penghasilan, pergeseran sistem pajak
menuju sistem teritorial, penyimpangan prinsip keadilan
akibat perbedaan perlakuan pajak, serta mobilitas
sumber daya manusia akibat keringanan pajak yang
ditawarkan dalam skema pajak khusus. Penelitian ini
menganalisis potensi dampak tersebut menggunakan

Page | 98
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
metode kepustakaan dengan teknik dokumentasi. beban pajak sejatinya tidak lepas dari unsur
Faktanya, Undang-Undang Cipta Kerja tidak mengubah keadilan (Suparnyo, 2012).
narasi Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Pajak Adanya perbedaan beban pajak tersebut
Penghasilan sehingga sistem pajak Indonesia masih
juga disinyalir dapat berpengaruh pada mobilitas
memiliki kecenderungan terhadap sistem worldwide.
tenaga kerja. Hal tersebut didasarkan pada
Keringanan pajak dalam skema pajak khusus juga tidak
berpengaruh signifikan terhadap mobilitas sumber daya penelitian Claus et al. (2011) yang menyebutkan
manusia, terutama tenaga kerja asing, karena respon bahwa terdapat hubungan positif antara
mobilitas tidak hanya bergantung pada kebijakan pajak. pengenaan pajak terhadap tingkat migrasi tenaga
Kemudian, pengecualian pajak beberapa penghasilan kerja suatu negara.
luar negeri dan penerapan skema pajak khusus juga Salah satu bukti bahwa pajak dapat
tidak dilakukan secara cuma-cuma, melainkan diiringi memengaruhi mobilitas tenaga kerja terjadi di
syarat untuk menempatkan investasi di Indonesia dan Denmark. Pada tahun 1992, Denmark
melakukan alih pengetahuan. Dengan demikian, potensi
memberlakukan skema pajak khusus bagi pekerja
penurunan basis pajak dan penyimpangan prinsip
asing berpenghasilan tinggi. Melalui skema pajak
keadilan harus disikapi dengan bijaksana dan
berorientasi pada prospek manfaat di masa mendatang. khusus tersebut, pekerja asing berpenghasilan
tinggi di Denmark akan dikenai pajak dengan tarif
khusus yang hampir dua kali lebih rendah dari tarif
1. PENDAHULUAN
pajak umum. Hasil penelitian yang dilakukan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Kleven et al. (2014) menyatakan bahwa
tentang Cipta Kerja yang disahkan pada 2
keringanan pajak yang ditawarkan Denmark
November 2020 memuat beberapa ketentuan
kepada pekerja asing melalui skema pajak khusus
baru terkait pajak penghasilan. Dalam ketentuan
tersebut menimbulkan peningkatan signifikan
baru tersebut, ketentuan yang melingkupi subjek
terhadap jumlah tenaga kerja asing yang
pajak orang pribadi memiliki perbedaan yang
beremigrasi ke Denmark. Temuan penelitian
cukup signifikan dari ketentuan sebelumnya yang
tersebut menunjukkan bahwa keringanan pajak
diatur dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-
keputusan migrasi tenaga kerja asing.
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Kebijakan Denmark untuk
Penghasilan. Perbedaan tersebut dapat terlihat
memberlakukan skema khusus terhadap pekerja
dalam ketentuan mengenai kriteria subjek pajak
asing hampir sama dengan langkah yang diambil
orang pribadi, pengecualian pajak beberapa
Indonesia melalui Undang-Undang Cipta Kerja. Jika
penghasilan luar negeri, serta penerapan skema
skema pajak khusus di Denmark memberikan tarif
pajak khusus bagi warga negara asing yang telah
pajak yang lebih rendah kepada pekerja asing,
menjadi subjek pajak dalam negeri. Terkait
skema pajak khusus di Indonesia memberikan
ketentuan mengenai kriteria subjek pajak orang
pengecualian pajak atas penghasilan luar negeri
pribadi, Mantan Direktur Jenderal Pajak, Robert
yang diterima oleh pekerja asing. Meskipun
Pakpahan, mengatakan perubahan ketentuan
terdapat perbedaan mekanisme, sejatinya kedua
subjek pajak tersebut dilakukan untuk memberi
skema pajak khusus tersebut menawarkan
kepastian pemajakan bagi wajib pajak orang
pengenaan pajak yang lebih ringan kepada pekerja
pribadi dalam negeri maupun luar negeri
asing dibandingkan dengan pengenaan pajak
(Setiawan, 2019).
kepada warga negara yang bersangkutan.
Ketentuan Undang-Undang Cipta Kerja
Berdasarkan hal tersebut, adanya
lain yang berbeda dengan Undang-Undang Pajak
keringanan beban pajak yang ditawarkan
Penghasilan adalah penerapan pengecualian pajak
Indonesia melalui skema khusus bagi SPDN WNA
terhadap beberapa penghasilan luar negeri serta
dalam Undang-Undang Cipta Kerja dapat
skema pajak khusus yang mengatur bahwa warga
berpotensi memengaruhi mobilitas sumber daya
negara asing (WNA) yang telah menjadi subjek
manusia, terutama tenaga kerja asing dengan
pajak dalam negeri (SPDN) akan dikenai pajak
meningkatkan ketertarikan tenaga kerja asing
penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima
terhadap Indonesia. Kemudian, perbedaan-
atau diperoleh dari Indonesia. Hal tersebut terlihat
perbedaan lain antara Undang-Undang Cipta Kerja
menggeser sistem pajak worldwide yang selama ini
dan Undang-Undang Pajak Penghasilan juga
dianut Indonesia. Selain itu, adanya penerapan
berpotensi memunculkan dampak-dampak lain.
skema pajak khusus tersebut juga akan
Dengan demikian, penulis akan menganalisis
menyebabkan perbedaan beban pajak bagi subjek
pengaruh perubahan ketentuan subjek pajak
pajak dalam negeri (SPDN), yaitu antara warga
orang pribadi dalam Undang-Undang Cipta Kerja
negara asing (WNA) dan warga negara Indonesia
terhadap pajak penghasilan orang pribadi serta
(WNI). Padahal, pemungutan dan pembagian
potensi dampak yang timbul dari perubahan

Page | 99
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
ketentuan tersebut terhadap mobilitas sumber 2.2 Keadilan Pajak
daya manusia. Dikutip dalam Kadir (2016), salah satu
prinsip keadilan pajak dibahas oleh Adam Smith
2. KERANGKA TEORI dalam bukunya yang berjudul An Inquiry into the
2.1 Asas Pengenaan Pajak Nature and Causes of the Wealth of Nations.
Pada umumnya, asas pengenaan pajak Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa dalam
dibedakan menjadi asas domisili (residence memungut pajak, pemungut pajak harus membuat
principle) dan asas sumber (source / territoriality dan mengikuti peraturan yang didasarkan pada
principle). Asas domisili dikenal juga dengan rasa keadilan dengan memenuhi prinsip certainty,
sebutan worldwide principle. Menurut asas ini, equality, convenience, dan economic (efisiensi).
orang pribadi yang merupakan penduduk atau Equality atau kesamaan dalam sistem perpajakan
berdomisili di suatu negara akan dikenakan pajak juga lazim disebut dengan non-discrimination. Hal
atas penghasilan yang ia terima atau peroleh. tersebut memiliki arti bahwa seseorang, baik
Dalam hal ini, asal penghasilan tidak orang asing maupun warga negara Indonesia, yang
dipermasalahkan sehingga pajak akan dikenakan berada dalam keadaan yang sama akan
baik atas penghasilan yang diperoleh dari dalam diperlakukan sama dan dikenakan pajak yang sama
negeri maupun luar negeri (Direktorat Jenderal besarnya. Dengan demikian, beban pajak yang
Pajak, n.d.). ditanggung oleh masing-masing subjek pajak
Selanjutnya, asas sumber dalam seimbang dengan kemampuan atau
pengenaan pajak dikenal juga dengan sebutan penghasilannya.
territoriality principle. Berdasarkan asas ini, pajak Selanjutnya, menurut Kadir (2016),
dikenakan atas penghasilan yang diterima atau keadilan pajak terutama keadilan dalam
diperoleh orang pribadi apabila penghasilan pembagian beban pajak dibagi ke dalam beberapa
tersebut bersumber dari negara tersebut. Dengan pendekatan, yaitu prinsip kemanfaatan (benefit
demikian, dalam asas ini, status subjek pajak orang principle) dan prinsip kemampuan membayar
pribadi tidak dipersoalkan karena yang menjadi (ability-to-pay principle). Menurut benefit
dasar pemajakan adalah objek pajak yang timbul principle, pengenaan pajak seharusnya seimbang
atau berasal dari negara tersebut (Direktorat dengan manfaat (benefit) yang diperoleh wajib
Jenderal Pajak, n.d.). pajak dari jasa-jasa publik yang diberikan oleh
Meskipun demikian, dalam praktiknya, pemerintah (Kadir, 2016). Sementara itu, ability-
jarang ditemukan negara yang menganut satu to-pay principle memiliki arti bahwa dalam
sistem pajak secara utuh dan menyeluruh mencukupi kebutuhan perekonomian melalui
(Darussalam et al., 2018). Mullins (2006) pajak, setiap wajib pajak dibebani pajak sesuai
menyatakan bahwa negara yang menganut sistem dengan kemampuannya (Wicaksono, 2014).
worldwide juga dapat memiliki beberapa elemen Mengacu pada ability-to-pay principle
dari sistem teritorial, demikian sebaliknya. tersebut, Wicaksono (2014) membagi keadilan
Adanya perpaduan dari dua sistem pajak menjadi dua kelompok besar, yaitu keadilan
tersebut menyebabkan munculnya sistem pajak horizontal dan keadilan vertikal. Dalam keadilan
hybrid, yaitu sistem pajak yang memiliki elemen horizontal, orang-orang yang mempunyai
worldwide principle sekaligus territoriality kemampuan yang sama harus membayar pajak
principle. Sistem sistem pajak hybrid yang memiliki dalam jumlah yang sama pula. Sementara itu,
kecenderungan terhadap worldwide principle dalam keadilan vertikal diatur bahwa orang-orang
disebut sistem pajak hybrid worldwide. Contohnya yang mempunyai kemampuan yang berbeda harus
adalah pengenaan pajak atas semua penghasilan membayar pajak dengan jumlah yang berbeda
yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam pula.
negeri (WPDN) dengan beberapa pengecualian, 2.3 Definisi dan Faktor Mobilitas
seperti pengecualian terhadap dividen yang Menurut Badan Pusat Statistik (2019),
bersumber dari luar negeri. Sementara itu, sistem mobilitas penduduk adalah pergerakan
pajak hybrid yang memiliki kecenderungan (movement) penduduk dari daerah satu menuju
terhadap territorial principle atau disebut sistem daerah lain dalam periode waktu tertentu.
pajak hybrid territorial. Contohnya adalah Mobilitas penduduk terdiri dari dua macam, yaitu
penerapan sistem pajak teritorial dengan basis mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal.
remittance, serta penerapan sistem pajak teritorial Mobilitas horizontal kemudian dibagi lagi menjadi
terbatas untuk untuk penghasilan aktif yang dua, yaitu mobilitas permanen dan mobilitas
diterima oleh wajib pajak (Darussalam et al., nonpermanen. Mobilitas permanen atau migrasi
2018). adalah kondisi ketika seseorang melakukan
mobilitas dengan niat untuk menetap di daerah

Page | 100
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
tujuan. Sementara itu, mobilitas nonpermanen 4. HASIL PENELITIAN
adalah mobilitas yang dilakukan oleh seseorang Perbedaan ketentuan antara Undang-
tanpa niat untuk menetap di daerah tujuan. Undang Cipta Kerja dan Undang-Undang Pajak
Proses migrasi (mobilitas permanen) Penghasilan, beserta dampak atau pengaruh yang
sendiri memiliki beragam konsep dan teori, salah menyertainya akan dibahas ke dalam beberapa
satunya adalah teori migrasi menurut Everett S. bagian sebagai berikut.
Lee. Lee (1966) mengungkapkan bahwa setiap 4.1 Perbedaan Kriteria Subjek Pajak Orang
daerah memiliki beberapa faktor negatif, faktor Pribadi
positif, dan faktor netral. Faktor-faktor tersebut Pada dasarnya, orang pribadi dapat
kemudian membentuk interaksi dengan faktor- digolongkan menjadi subjek pajak dalam negeri
faktor di daerah lain sehingga menimbulkan trade (SPDN) atau subjek pajak luar negeri (SPLN)
off atau benturan kepentingan bagi tiap penduduk berdasarkan kriteria yang dimilikinya. Penentuan
dan memicu timbulnya niat melakukan migrasi. subjek pajak bagi orang pribadi tersebut penting
Menurut Lee (1966), ketika tempat asal karena berkaitan dengan pemenuhan kewajiban
memiliki lebih banyak faktor negatif daripada pelaporan pajak. Namun, kriteria subjek pajak bagi
faktor positif, seseorang akan terdorong untuk orang pribadi yang diatur dalam Undang-Undang
meninggalkan daerah tersebut. Sementara itu, Cipta Kerja mengalami sedikit perbedaan dari
ketika tempat tujuan memiliki lebih banyak faktor aturan lama yang terdapat dalam Undang-Undang
positif daripada faktor negatif, hal tersebut akan Pajak Penghasilan. Adapun perbandingan
menjadi daya tarik yang dapat mengundang ketentuan mengenai kriteria subjek pajak orang
seseorang untuk pindah ke daerah tersebut. pribadi dalam negeri dapat dilihat dalam Tabel 1
Meskipun demikian, keputusan seseorang dalam berikut.
melakukan migrasi tidak hanya ditentukan oleh Tabel 1 Kriteria Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam
faktor-faktor eksternal, tetapi juga dipengaruhi Negeri
oleh faktor-faktor personal atau pribadi. Seringkali, Perubahan Pasal 2 Ayat (3) huruf a
faktor personal ini menjadi faktor yang sangat Undang-Undang Pajak
Undang-Undang Cipta Kerja
menentukan pengambilan keputusan migrasi Penghasilan
karena pada dasarnya penilaian positif dan negatif Termasuk subjek pajak Termasuk subjek pajak dalam
suatu daerah tergantung pada persepsi individu itu dalam negeri adalah negeri adalah orang pribadi,
sendiri. orang pribadi yang baik yang merupakan warga
bertempat tinggal di negara Indonesia (WNI)
Indonesia, orang maupun warga negara asing
3. METODE PENELITIAN pribadi yang berada di (WNA) yang:
Metode yang digunakan untuk Indonesia lebih dari 1. Bertempat tinggal di
memperoleh dan menganalisis data dalam 183 hari dalam jangka Indonesia;
penelitian ini adalah metode penelitian waktu 12 bulan, atau 2. Berada di Indonesia
kepustakaan. Data dalam penelitian ini akan orang pribadi yang lebih dari 183 hari
dikumpulkan dengan menggunakan metode dalam suatu tahun dalam jangka waktu 12
dokumentasi sehingga data yang digunakan pajak berada di bulan; atau
merupakan data sekunder. Indonesia dan 3. Dalam suatu tahun
mempunyai niat untuk pajak berada di
Selanjutnya, data akan dianalisis
bertempat tinggal di Indonesia dan
menggunakan teknik analisis data model Miles and
Indonesia. mempunyai niat untuk
Huberman. Sugiyono (2013) mengemukakan bertempat tinggal di
bahwa dalam model Miles and Huberman, analisis Indonesia
kualitatif dilakukan melalui beberapa aktivitas, Diolah dari: Undang-Undang Republik Indonesia
yaitu reduksi data, data display, dan gambaran Nomor 36 Tahun 2008 dan Undang-Undang
kesimpulan. Reduksi data mencakup kegiatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
untuk merangkum, memilih dan memfokuskan Berdasarkan Tabel 1 tersebut, Undang-
hal-hal yang penting, serta pentransformasian Undang Pajak Penghasilan tidak memberikan
data sehingga didapatkan temuan yang menjadi penjelasan lebih lanjut mengenai definisi orang
fokus penelitian. Data yang telah direduksi pribadi. Meskipun demikian, dalam praktiknya,
tersebut kemudian disajikan dan disusun ke dalam orang pribadi diartikan sebagai manusia secara
pola hubungan sehingga meningkatkan perseorangan dan bukan badan usaha ataupun
pemahaman dan memudahkan penentuan langkah badan hukum (Setiyawan, 2019). Hal tersebut
selanjutnya (data display). Pada akhirnya, data- berbeda dengan ketentuan dalam Undang-Undang
data yang diteliti tersebut akan digunakan untuk Cipta Kerja karena Undang-Undang Cipta Kerja
menarik kesimpulan (conclusion drawing). memuat definisi orang pribadi secara lebih jelas.

Page | 101
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
Dalam Undang-Undang Cipta Kerja, dinyatakan melakukan kegiatan melalui bentuk
bahwa yang dimaksud dengan orang pribadi usaha tetap (BUT) di Indonesia atau
mencakup warga negara Indonesia (WNI) maupun yang dapat menerima atau
warga negara asing (WNA). memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak dari menjalankan
Namun, terlepas dari kejelasan definisi
usaha atau melakukan kegiatan
terkait orang pribadi, Undang-Undang Cipta Kerja melalui bentuk usaha tetap (BUT) di
dan Undang-Undang Pajak Penghasilan masih Indonesia.
menitikberatkan penggunaan asas domisili dalam Diolah dari: Undang-Undang Republik Indonesia
menentukan status subjek pajak dalam negeri. Nomor 36 Tahun 2008 dan Undang-Undang
Penggunaan asas domisili ini ditunjukkan dengan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
dipertahankannya unsur keberadaan (existence) Berdasarkan perbandingan pada Tabel 2,
sebagai syarat utama dalam kriteria subjek pajak terlihat pula bahwa Undang-Undang Pajak
dalam negeri (SPDN) tersebut. Penghasilan tidak memberikan penjelasan lebih
Selanjutnya, perbedaan kriteria subjek lanjut mengenai definisi orang pribadi. Sementara,
pajak orang pribadi dalam Undang-Undang Pajak Undang-Undang Cipta Kerja memberikan
Penghasilan dan Undang-Undang Cipta Kerja juga penjabaran dengan menggunakan istilah-istilah
dapat ditemukan pada ketentuan mengenai kewarganegaraan (seperti WNI dan WNA) dan
kriteria subjek pajak orang pribadi luar negeri menyantumkan syarat berjenjang terkait tie-
dalam Tabel 2 berikut. breaker rule bagi WNI untuk mengidentifikasi
Tabel 2 Kriteria Subjek Pajak Orang Pribadi Luar status subjek pajaknya.
Negeri Sebelum Undang-Undang Cipta Kerja
Perubahan Pasal 2 Ayat (4) disahkan, definisi mengenai orang pribadi juga
Termasuk subjek pajak luar negeri
tidak disebutkan dengan tegas pada Undang-
adalah orang pribadi yang tidak
Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan
bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
waktu 12 bulan, yang: atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Undang- a. menjalankan usaha atau Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Undang kegiatan melalui bentuk usaha Perpajakan Menjadi Undang-Undang (Undang-
Pajak tetap (BUT) di Indonesia; atau Undang KUP). Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang KUP
Penghasilan b. dapat menerima atau hanya menyebutkan bahwa untuk menjadi wajib
memperoleh penghasilan dari
pajak, seseorang harus memenuhi persyaratan
Indonesia tidak dari
subjektif dan objektif. Syarat objektif adalah
menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui kondisi ketika orang pribadi telah menerima atau
bentuk usaha tetap (BUT) di memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk
Indonesia melakukan pemotongan/pemungutan sesuai
Termasuk subjek pajak luar negeri dengan ketentuan Undang-Undang Pajak
adalah: Penghasilan. Sementara itu, kewajiban subjektif
a. orang pribadi yang tidak bagi orang pribadi dimulai saat orang pribadi
bertempat tinggal di Indonesia; tersebut dilahirkan, berada, atau berniat untuk
b. warga negara asing (WNA) yang bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir saat
berada di Indonesia tidak lebih
meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia
dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan; untuk selama-lamanya. Konsep “meninggalkan
c. warga negara Indonesia yang Indonesia untuk selama-lamanya” tersebut harus
berada di luar Indonesia lebih dikaitkan dengan hal-hal yang nyata pada saat
Undang-
dari 183 hari dalam jangka orang pribadi tersebut meninggalkan Indonesia.
Undang
waktu 12 bulan serta memenuhi Meskipun telah diberikan penjelasan
Cipta Kerja
persyaratan: mengenai kondisi berakhirnya kewajiban subjektif
1. tempat tinggal; bagi orang pribadi, penjelasan tersebut masih
2. pusat kegiatan utama; meninggalkan ambiguitas. Perlu dilakukan kajian
3. tempat menjalankan
lebih lanjut untuk mengetahui definisi
kebiasaan;
4. status subjek pajak; “meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya”
dan/atau ini diartikan melepas status kewarganegaraan atau
5. persyaratan tertentu mengikuti prinsip keberadaan. Berkaitan dengan
lainnya hal tersebut, seringkali ditemukan kerancuan
yang menjalankan usaha atau mengenai perlakuan pajak penghasilan bagi WNI

Page | 102
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
yang memenuhi syarat sebagai subjek pajak luar hanya atas penghasilan yang diterima/diperoleh di
negeri. Masyarakat merasa belum yakin dapat Indonesia atau memanfaatkan P3B antara
menjadi subjek pajak luar negeri (SPLN) karena Pemerintah Indonesia dengan yurisdiksi negara
merasa terikat dengan status kewarganegaraan mitra tempat ia memperoleh penghasilan luar
sebagai WNI. Dalam praktiknya, kebanyakan WNI negeri. Jika WNA tersebut memilih untuk
tersebut masih melaporkan Surat Pemberitahuan menggunakan skema khusus maka otoritas pajak
(SPT) ke Indonesia (Setiyawan, 2019). Indonesia hanya akan mengenakan pajak terhadap
Dengan demikian, adanya revisi penghasilan yang berasal dari Indonesia.
ketentuan dalam Undang-Undang Cipta Kerja ini Sementara itu, jika WNA tersebut memilih untuk
dapat membantu memperjelas pemahaman memanfaatkan P3B maka otoritas pajak Indonesia
masyarakat. Penjabaran kriteria subjek pajak akan mengenakan pajak terhadap seluruh
orang pribadi dengan menggunakan istilah-istilah penghasilan baik yang berasal dari Indonesia
kewarganegaraan (seperti WNI dan WNA), serta maupun luar negeri. Dengan demikian, pajak yang
penyantuman tie-breaker rule menegaskan bahwa telah dibayarkan di luar negeri atas penghasilan
aspek perpajakan Indonesia pada dasarnya tidak luar negeri tersebut (dengan tarif sesuai P3B),
melihat dari sisi WNI atau WNA, tetapi melihat dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak
kriteria-kriteria orang tersebut dapat dimasukkan penghasilan di Indonesia sesuai dengan ketentuan
dalam kategori subjek pajak dalam negeri (SPDN) peraturan perpajakan.
atau subjek pajak luar negeri (SPLN). Lebih lanjut, jika dilihat dari ketentuan
4.2 Keterkaitan Perubahan Ketentuan Subjek skema khusus yang diperuntukkan bagi SPDN WNA
Pajak Orang Pribadi terhadap Asas dengan keahlian tertentu serta kewajiban untuk
Pengenaan Pajak melakukan alih pengetahuan, hal ini
Selain memperjelas kriteria subjek pajak mengindikasikan bahwa pemberlakuan skema
orang pribadi, Undang-Undang Cipta Kerja juga khusus ini tidak semata-mata untuk meringankan
menetapkan beberapa ketentuan baru terhadap pajak WNA yang baru menjadi SPDN, tetapi juga
subjek pajak orang pribadi, antara lain pemberian diharapkan dapat menjadi stimulus terjadinya
skema pajak khusus dan penghapusan pajak transfer keahlian dan keterampilan yang dapat
penghasilan atas beberapa jenis penghasilan. menjadi investasi bagi peningkatan kualitas modal
Penjelasan masing-masing ketentuan tersebut manusia di masa mendatang.
adalah sebagai berikut. 4.2.2 Penghapusan Pajak Penghasilan atas
4.2.1 Skema Khusus Pengenaan Pajak terhadap Beberapa Penghasilan yang Diterima WPDN
WNA yang Telah Menjadi SPDN Undang-Undang Cipta Kerja
Sebelumnya, pada Undang-Undang Pajak menambahkan beberapa penghasilan yang
Penghasilan, diatur bahwa atas penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan, yaitu
diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang dividen yang berasal dari dalam negeri atau luar
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia negeri yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri
akan dikenai pajak penghasilan sesuai dengan (WPDN) baik oleh orang pribadi maupun badan,
ketentuan peraturan perundang-undangan pajak serta penghasilan lain yang berasal dari luar
penghasilan. Kini, pada Undang-Undang Cipta negeri. Penghasilan lain yang berasal dari luar
Kerja, terdapat skema khusus yang mengatur negeri tersebut meliputi penghasilan luar negeri
bahwa WNA yang telah menjadi SPDN dikenai yang diterima/diperoleh WPDN melalui Bentuk
pajak penghasilan hanya atas penghasilan yang Usaha Tetap (BUT) luar negeri dan/atau
diterima atau diperoleh dari Indonesia, termasuk penghasilan luar negeri yang diterima/diperoleh
pula penghasilan yang diterima atau diperoleh WPDN tidak melalui BUT luar negeri dengan syarat
sehubungan dengan pekerjaan/jasa/kegiatan di berasal dari usaha aktif di luar negeri dan bukan
Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apapun penghasilan dari perusahaan yang dimiliki di luar
yang dibayarkan di luar Indonesia. negeri. Perbandingan ketentuan dalam Undang-
Namun, skema khusus ini tidak berlaku Undang Cipta Kerja dan Undang-Undang Pajak
bagi WNA yang memanfaatkan Perjanjian Penghasilan dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut.
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Tabel 3 Ketentuan Pajak atas Dividen dan
Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara Penghasilan Luar Negeri
mitra atau yurisdiksi mitra P3B tempat WNA Dividen dalam negeri:
Undang-
tersebut memperoleh penghasilan dari luar a. jika diterima oleh WPDN orang
Undang
Indonesia. Dengan demikian, jika WNA yang telah pribadi akan dikenai PPh Final 10%
Pajak
menjadi SPDN tersebut memiliki penghasilan yang b. jika diterima oleh WPDN badan:
Peng-
• dividen yang diterima
bersumber dari Indonesia dan dari luar negeri, ia hasilan
PT/BUMN/BUMD dengan
dapat memilih untuk dikenai pajak penghasilan

Page | 103
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
kepemilikan paling rendah 25% 4.2.3 Implikasi Perubahan Ketentuan Subjek
dikecualikan dari objek PPh Pajak Orang Pribadi terhadap Asas
• dividen yang diterima koperasi Pengenaan Pajak
bukan objek PPh Penerapan ketentuan baru, seperti skema
• selain dua ketentuan di atas, pajak khusus dan pengecualian pajak terhadap
akan dikenai PPh dengan tarif
penghasilan luar negeri ini mengindikasikan bahwa
normal
asas pengenaan pajak Indonesia mulai mengadopsi
Dividen dan penghasilan lain dari luar beberapa unsur dari asas sumber (territoriality
negeri: Dikenakan tarif PPh Pasal 17 dan principle), yaitu mengenakan pajak hanya atas
dikreditkan dengan PPh yang dikenakan penghasilan yang bersumber dari Indonesia,
di luar negeri meskipun hanya pada lini tertentu.
Dividen dalam negeri: Meskipun demikian, perlu diingat kembali
a. jika diterima WPDN orang pribadi, bahwa tidak ada satu negara pun yang
tidak akan dikenakan PPh sepanjang menerapkan sistem pajak secara murni, baik
diinvestasikan di wilayah NKRI
worldwide system maupun territorial system
dalam waktu tertentu
b. dividen yang diterima WPDN badan
(Fleming et al., 2008). Hal senada juga
dengan kepemilikan saham diungkapkan Mullins (2006) bahwa negara yang
Undang- berapapun tidak dikenai PPh menganut worldwide system pun dimungkinkan
Undang untuk memiliki beberapa elemen dari territorial
Cipta Dividen dan penghasilan lain dari luar system atau sebaliknya sehingga memunculkan
Kerja negeri: Dikecualikan dari objek PPh sistem pajak hybrid.
dengan syarat harus diinvestasikan atau Berkaitan dengan hal tersebut, jika diteliti
digunakan untuk mendukung kegiatan lebih lanjut, skema khusus yang mengenakan pajak
usaha lainnya di wilayah NKRI dalam
penghasilan hanya atas penghasilan bersumber
jangka waktu tertentu. Bagi dividen luar
negeri dan penghasilan lain luar negeri
dari Indonesia merupakan opsi yang
melalui BUT, batasan minimal investasi diperuntukkan bagi SPDN WNA dengan kriteria
adalah 30% dari laba setelah pajak. tertentu. Skema tersebut menjadi tidak berlaku
Diolah dari: Undang-Undang Republik Indonesia apabila SPDN WNA memilih untuk memanfaatkan
Nomor 36 Tahun 2008 dan Undang-Undang ketentuan P3B antara Indonesia dan negara mitra
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 atas penghasilan luar negeri yang diperolehnya.
Pengecualian dividen dari objek PPh Pengecualian pajak terhadap beberapa
membuat sistem pemajakan dividen di Indonesia, penghasilan luar negeri pun diberlakukan secara
yang tadinya classical system, berubah menjadi bersyarat sepanjang penghasilan tersebut
one tier system. Pada classical system, diinvestasikan di Indonesia. Hal-hal tersebut dapat
sebagaimana diterapkan dalam Undang-Undang mengindikasikan bahwa sebenarnya pengenaan
Pajak Penghasilan, penghasilan yang diperoleh pajak di Indonesia masih memiliki kecenderungan
perusahaan akan dikenakan pajak sebanyak dua pada worldwide system.
kali, yaitu pada tingkat perusahaan dan pada Kecenderungan tersebut juga diperkuat
tingkat pemegang saham saat dibagikan sebagai dengan Undang-Undang Cipta Kerja yang tidak
dividen. Sementara itu, pada one tier system, pajak mengubah narasi Pasal 4 ayat 1 yang menyatakan
atas penghasilan perusahaan hanya akan bahwa objek pajak adalah penghasilan yang
dikenakan satu kali di tingkat perusahaan dan diterima atau diperoleh wajib pajak baik berasal
tidak akan dikenai pajak lagi saat diterima sebagai dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, dengan
dividen oleh pemegang saham (Marantika, 2021). nama dan dalam bentuk apapun. Lebih lanjut,
Lebih lanjut, pengecualian pengenaan Darussalam et al. (2018) menyatakan bahwa
pajak terhadap dividen ini diiringi syarat untuk pengecualian pengenaan pajak atas dividen luar
menginvestasikan dividen tersebut ke wilayah negeri dan/atau laba dari BUT yang berada di luar
NKRI. Dengan demikian, perubahan sistem negeri termasuk salah satu bentuk sistem pajak
pemajakan dividen ini diharapkan tidak hanya hybrid worldwide. Dengan demikian, berdasarkan
dapat menghindari pemajakan berganda ekonomis hal-hal tersebut, asas pengenaan pajak di
atas laba perusahaan, tetapi juga dapat memberi Indonesia dapat dikategorikan ke dalam sistem
ruang pendanaan untuk menambah investasi. pajak hybrid worldwide.
4.3 Dampak Perubahan Ketentuan Subjek Pajak
Orang Pribadi terhadap Pajak Penghasilan
Adanya ketentuan-ketentuan baru yang
melingkupi subjek pajak orang pribadi, seperti
pengecualian dividen (baik dividen dalam negeri

Page | 104
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
maupun luar negeri) serta penghasilan luar negeri Tabel 4 Perbandingan Tarif Pajak Efektif
(baik melalui BUT maupun tidak melalui BUT) dari UU PPh UU Cipta Kerja
objek pajak penghasilan dapat mengurangi basis SPDN WNI SPDN WNA SPDN WNI SPDN WNA
pajak penghasilan (Saptono & Ayudia, 2021). Penghasilan
Adanya penurunan basis pajak penghasilan ini 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000
DN
tidak hanya terjadi pada subjek pajak dalam negeri Penghasilan
100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000
(SPDN), tetapi juga pada subjek pajak luar negeri LN*

(SPLN). PTKP 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000


Penurunan basis pajak penghasilan pada PKP 646.000.000 646.000.000 646.000.000 546.000.000
SPDN antara lain disebabkan oleh berkurangnya Tarif PPh OP:
penerimaan PPh Final atas dividen yang diterima
5% 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000
wajib pajak orang pribadi akibat penghapusan PPh
atas dividen dari dalam negeri, berkurangnya 15% 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000
potensi penerimaan PPh atas penghasilan luar 25% 62.500.000 62.500.000 62.500.000 62.500.000
negeri milik wajib pajak orang pribadi akibat
30% 43.800.000 43.800.000 43.800.000 13.800.000
pengecualian penghasilan tertentu (termasuk
dividen) luar negeri dari objek pajak, serta 138.800.000 138.800.000 138.800.000 108.800.000

berkurangnya potensi penerimaan PPh atas Tarif pajak


21,49% 21,49% 21,49% 19,93%
penghasilan luar negeri milik SPDN WNA akibat efektif

adanya skema khusus bagi SPDN WNA. Tarif pajak


30% 30% 30% 30%
Sementara itu, penurunan basis pajak marjinal
penghasilan pada SPLN disebabkan Undang- *dalam kondisi penghasilan luar negeri tidak
Undang Cipta Kerja mengatur adanya peluang diinvestasikan ke Indonesia
penurunan tarif pemotongan PPh Pasal 26 sebesar Sumber: diolah penulis
20% dari jumlah bruto atas penghasilan berupa Berdasarkan perbandingan pada Tabel 4
bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan tersebut, dapat dilihat bahwa SPDN WNA yang
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang memanfaatkan skema khusus pada Undang-
yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri. Undang Cipta Kerja akan memiliki tarif pajak
Ketentuan tersebut kemudian ditindaklanjuti efektif lebih rendah daripada SPDN WNI. Hal ini
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia dikarenakan, menurut skema, penghasilan luar
Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perlakuan negeri yang diterima SPDN WNA tersebut
Perpajakan untuk Mendukung Kemudahan dikecualikan dari pengenaan pajak di Indonesia.
Berusaha, yang menyatakan bahwa tarif Sejalan dengan ilustrasi dalam Tabel 4,
pemotongan PPh Pasal 26 atas penghasilan bunga Saptono dan Ayudia (2021) mengungkapkan
obligasi (termasuk syariah) yang bahwa fasilitas pajak bagi orang asing yang
diterima/diperoleh WPLN selain BUT menjadi menjadi subjek pajak dalam negeri dapat
sebesar 10% atau sesuai P3B. menimbulkan diskriminasi terbalik. Diskriminasi
4.4 Pengaruh Perubahan Ketentuan Subjek Pajak terbalik adalah kondisi ketika perlakuan pajak
Orang Pribadi terhadap Prinsip Keadilan WNA lebih baik daripada WNI padahal keduanya
Pajak berdomisili di Indonesia dan memiliki kondisi
Skema pajak khusus yang memungkinkan ekonomi yang sama atau melakukan transaksi
SPDN WNA dikenai pajak penghasilan hanya atas yang identik. Dalam hukum pajak, larangan
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari terhadap diskriminasi tersebut terdapat dalam
Indonesia menimbulkan perbedaan perlakuan Pasal 24 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda,
dengan pemajakan yang dikenakan terhadap SPDN terutama yang mengadopsi OECD Model.
WNI. Hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan Meskipun demikian, perlu digarisbawahi
tarif pajak efektif bagi pihak penerima manfaat bahwa selain mengatur adanya skema khusus bagi
skema dan pihak yang bukan penerima manfaat SPDN WNA, Undang-Undang Cipta Kerja juga
skema. Dengan asumsi bahwa pihak-pihak mengatur adanya pengecualian pajak penghasilan
memiliki kondisi yang sama (dalam hal ini, jumlah terhadap dividen luar negeri serta penghasilan luar
dan jenis penghasilan, serta penghasilan tidak negeri yang diterima/diperoleh SPDN sepanjang
kena pajak (PTKP) wajib pajak diasumsikan sama) diinvestasikan di Indonesia. Apabila penghasilan
maka perbedaan tarif pajak efektif dapat luar negeri milik SPDN WNI pada ilustrasi Tabel 4
digambarkan dalam Tabel 4 berikut. diinvestasikan di Indonesia, maka penghasilan
tersebut dapat dikecualikan dari pengenaan pajak
sehingga tarif pajak efektif SPDN WNI akan sama

Page | 105
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
dengan SPDN WNA yang menerima manfaat diharapkan dapat menarik investasi, baik investasi
skema khusus. modal fisik maupun modal manusia, ke Indonesia.
Menyikapi fenomena tersebut, pada Strategi pemerintah dalam menarik lebih
dasarnya salah satu kriteria terpenting untuk banyak investasi modal fisik dan modal manusia
menyebarkan beban pajak penghasilan di antara tersebut sejalan dengan kebijakan Masyarakat
wajib pajak orang pribadi adalah proposisi bahwa Ekonomi ASEAN (MEA). The AEC Blueprint 2025,
tanggung jawab tersebut harus dialokasikan atas yang memberikan arahan luas melalui langkah-
dasar kesejahteraan ekonomi komparatif. Namun, langkah strategis untuk MEA dari tahun 2016
tentu saja akan ada banyak kesempatan ketika hingga 2025, menyatakan bahwa ASEAN sedang
prinsip tersebut harus tunduk pada pertimbangan memasuki fase pembangunan ekonomi yang
lain (Fleming et al., 2008). ditandai dengan peran penting dari mobilitas
Darussalam et al. (2019) juga menyatakan keterampilan dalam rangka meningkatkan rantai
bahwa secara normatif, kebijakan pajak nilai global (Asian Development Bank, 2019).
seharusnya dapat dijalankan berdasarkan prinsip Adanya kesamaan haluan bagi negara-negara
best policy, yang di dalamnya sudah pasti ASEAN melalui The AEC Blueprint 2025 juga dapat
mengandung unsur keadilan dan netralitas. menimbulkan kompetisi antarnegara. Oleh karena
Namun, pada praktiknya, kondisi ideal untuk itu, untuk mengefektifkan strategi yang diambil,
mencapai best policy sulit diterapkan di lapangan Indonesia harus memperhitungkan daya saingnya
karena kebijakan pajak seringkali bersinggungan dengan negara-negara lain di rumpun ASEAN.
dengan kepentingan-kepentingan ekonomi yang Di antara negara-negara di kawasan
lain. Meskipun demikian, pemungutan pajak ASEAN, rupanya Malaysia dan Thailand menjadi
dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang lebih negara ASEAN yang masuk dalam kategori negara
besar, yaitu bagi sebesar-besarnya kemakmuran yang menampung migran internasional terbesar
rakyat. menurut United Nations (n.d.). Fluktuasi jumlah
Bercermin dari hal tersebut, dapat kita migran internasional di Malaysia dan Thailand
tinjau kembali bahwa skema khusus bagi SPDN adalah sebagai berikut.
WNA tidak diberlakukan secara cuma-cuma, tetapi Tabel 5 Jumlah Migran Internasional di Malaysia
disertai dengan syarat bagi WNA tersebut untuk dan Thailand
melakukan alih pengetahuan. Demikian halnya Negara
Jumlah migran internasional dalam jutaan jiwa
dengan pengecualian dividen dan penghasilan dari 1995 2000 2005 2010 2015 2019
Malaysia 0,9 1,5 1,9 2,4 3,3 3,4
objek pajak yang disertai syarat untuk Thailand 0,8 1,3 2,2 3,2 3,5 3,6
menginvestasikan penghasilan tersebut di Sumber : United Nations
Indonesia dalam kurun waktu tertentu. Keberhasilan Malaysia dan Thailand
Syarat-syarat tersebut mengindikasikan menjadi salah satu dari dua puluh negara yang
bahwa dibalik kebijakan pajak yang diberlakukan, menampung migran paling banyak dapat dijadikan
terdapat niat pemerintah untuk meningkatkan
sebagai tolok ukur untuk menilai keunggulan dan
investasi modal dan sumber daya manusia dalam kelemahan yang dimiliki Indonesia dalam menarik
negeri dalam rangka membawa Indonesia menuju migran potensial di masa depan. Berbekal dengan
perekonomian yang lebih baik. Hal tersebut sesuai reformasi perpajakan sebagai salah satu stimulus
dengan prinsip untuk mengarahkan kebijakan
dalam menarik investasi sumber daya manusia,
pajak sedekat mungkin pada tujuan dan manfaat kita dapat membandingkan terlebih dahulu
utama, yaitu kemakmuran rakyat. Dengan kebijakan pajak, khususnya pajak terhadap orang
demikian, adanya perbedaan tarif pajak efektif pribadi, yang berlaku di masing-masing negara
yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan tersebut. Perbandingan kebijakan pajak,
khususnya ability-to-pay principle hendaknya sebagaimana dimuat dalam Deloitte Southeast
dapat disikapi dengan bijaksana sesuai dengan Asia Ltd (2020), secara umum sebagai berikut:
prospek yang dapat diperoleh di masa mendatang.
1. Basis:
4.5 Dampak Perubahan Ketentuan Subjek Pajak a. Indonesia
Orang Pribadi terhadap Mobilitas Sumber Residen dikenai pajak atas pendapatan
Daya Manusia kotornya dengan worldwide principle,
Reformasi perpajakan dalam Undang-
dikurangi dengan pengurangan yang
Undang Cipta Kerja, pada dasarnya, bertujuan diperbolehkan dan pendapatan yang
untuk meningkatkan daya tarik iklim investasi, tidak dapat dikenai pajak. Nonresiden
kepatuhan pajak sukarela, serta kepastian hukum dikenakan pajak hanya atas sumber
bagi kemudahan usaha. Sesuai hal tersebut, pendapatan dari Indonesia.
berbagai keringanan pajak yang ditawarkan

Page | 106
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
b. Malaysia Competitiveness Report 2017-2018 oleh World
Individu dikenakan pajak atas penghasilan Economic Forum (WEF), terdapat lima hal utama
yang diperoleh dari Malaysia. Pendapatan yang mempengaruhi seseorang dalam
dari luar negeri dikecualikan di Malaysia. menentukan negara tujuan investasi. Kelima hal
c. Thailand tersebut adalah korupsi, birokrasi yang berbelit,
Residen dan nonresiden Thailand dikenai akses terhadap keuangan, infrastruktur,
pajak atas pendapatan mereka yang konsistensi kebijakan, dan stabilitas politik.
berasal dari Thailand. Residen Thailand Perbandingan faktor-faktor diluar
dikenai pajak atas sumber pendapatan kebijakan pajak tersebut, dapat ditunjukkan dalam
asing hanya jika pendapatan tersebut Tabel 6 berikut.
dibawa ke Thailand pada tahun yang Tabel 6 Persentase Good Governance di Negara-
sama (repatriasi di tahun-tahun negara ASEAN Tahun 2018
Tingkat
berikutnya dibebaskan dari pajak Pengend
Efektivi
Stabilit Kualitas Suprem suara
tas Rata-
penghasilan pribadi). Negara alian
korupsi
pemeri
as
politik
peratur
an
asi
hukum
dan
akunta
rata
ntah
2. Tarif bilitas

a. Indonesia Singapura 99,0 100 98,6 99,5 97,1 41,9 89,4


Pajak penghasilan dikenakan dengan tarif Brunei 79,8 87,0 91,9 74,5 75,0 24,6 72,1
progresif hingga 30 persen untuk wajib
Malaysia 63,9 81,3 54,3 74,0 74,5 41,4 64,9
pajak dalam negeri.
b. Malaysia Indonesia 46,2 59,1 27,6 51,0 42,8 52,2 46,5
Pajak penghasilan dikenakan dengan tarif Thailand 40,9 66,8 19,5 59,6 54,8 20,2 43,6
progresif hingga 30 persen untuk residen.
Vietnam 38,0 53,4 53,8 36,5 54,3 9,4 40,9
Individu yang tidak memenuhi
persyaratan sebagai residen dikenai pajak Filipina 34,1 55,3 12,9 56,7 34,1 47,8 40,2

tetap sebesar 30 persen. Kamboja 8,7 32,2 51,4 32,7 11,1 13,8 25,0
c. Thailand
Laos 15,4 24,5 60,0 20,7 18,8 4,4 24,0
Penghasilan yang dapat dinilai dikenai
pajak dengan tarif progresif, hingga Myanmar 30,3 12,5 10,5 22,6 15,4 23,6 19,1

tingkat maksimum 35 persen dari Sumber: World Bank (2020 dalam VEPR et al.,
penghasilan di atas THB 5 juta. Karyawan 2020)
asing dari IBC mungkin berhak atas tarif Catatan : World Bank memberikan skor kepada
pajak pendapatan tetap sebesar 15 setiap negara untuk setiap aspek pemerintahan (0
persen atau pembebasan pajak dalam = sangat buruk, 100 = sangat baik) dan tidak
kasus tertentu. Dividen dan bunga memberi peringkat negara-negara dalam indeks
dikenakan pajak pada sumbernya masing- keseluruhan tata kelola yang baik. Tabel ini
masing dengan tarif 10 dan 15 persen. diurutkan berdasarkan skor rata-rata sederhana.
Berdasarkan perbandingan beberapa Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa rata-
kebijakan pajak umum pada masing-masing negara rata persentase good governance Indonesia
tersebut, terlihat bahwa pengecualian penghasilan memiliki nilai yang cukup baik dan berada dalam 5
luar negeri bagi pemajakan SPDN WNA yang diatur peringkat teratas di kawasan ASEAN. Hal ini
dalam Undang-Undang Cipta Kerja menjadi tidak menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki
istimewa lagi karena negara lain juga memiliki kapabilitas untuk bersaing dengan negara-negara
ketentuan basis pajak yang hampir mirip. lain, khususnya Malaysia dan Thailand, sehingga
Meskipun demikian, perlu diperhatikan tetap berpotensi untuk dapat menarik lebih
pula bahwa menurut Lee (1966), mobilitas modal banyak migran internasional.
manusia dalam konsep migrasi tidak lepas dari Sementara itu, dalam laporan
faktor-faktor yang dimiliki oleh masing-masing kemudahan berbisnis (ease of doing business)
negara. Faktor-faktor yang dimiliki oleh masing- 2020 dari World Bank Group (2021), Indonesia
masing negara tersebut tidak hanya terbatas pada berada pada peringkat 73, sedangkan Malaysia
kebijakan pajak. Kleven et al. (2020), dan Thailand memiliki peringkat yang jauh lebih
mengungkapkan bahwa kekuatan respon mobilitas tinggi. Malaysia berada di peringkat 12 dan
modal manusia tidak hanya bergantung pada Thailand berada di peringkat 21. Perbandingan
yurisdiksi pajak, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh nilai Indonesia, Malaysia dan Thailand disajikan
faktor-faktor lain, seperti fasilitas lokal/nasional, dalam Tabel 7 berikut.
ketersediaan barang/jasa publik, serta good
governance negara tersebut. Kartika et al. (2020)
juga mengungkapkan bahwa dalam the Global

Page | 107
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
Tabel 7 Perbandingan Indikator Ease of Doing 2. Pemerintah menyederhanakan persyaratan
Business investasi, contohnya dengan menetapkan
Nilai Selisih priority list atas bidang usaha yang didorong
Deskripsi untuk investasi, dan pemberian kesempatan
Indo- Malay- Thaila Indonesia Indonesia
nesia sia nd -Malaysia -Thailand kepada kegiatan usaha UMKM untuk bermitra
Proses
dengan modal asing.
memulai 81,2 83,3 92,4 2,6% 13,8% 3. Pemerintah membuat proses berusaha
bisnis menjadi lebih cepat dan mudah dengan
Pengurusan
izin 66,8 89,0 77,3 33,2% 15,7%
melakukan percepatan proses izin berusaha.
konstruksi 4. Pemerintah memberikan perlindungan dan
Perolehan jaminan bagi pekerja dalam mendukung
fasilitas dan
keandalan 87,3 99,3 98,7 13,7% 13,1% investasi, yang di dalamnya juga termasuk
pasokan rencana penggunaan tenaga kerja asing.
listrik
5. Pemerintah memperluas peluang investasi
Pendaftaran
60,0 78,9 69,5 31,5% 15,8% dan mendorong kegiatan lalu lintas
properti
Perolehan
70,0 75,0 70,0 7,1% 0,0% perdagangan internasional dengan melakukan
kredit
Perlindungan
optimalisasi kawasan ekonomi.
terhadap 6. Pemerintah melakukan standardisasi
70,0 88,0 86,0 25,7% 22,9%
investor administrasi pemerintahan dengan tujuan
minoritas
Pembayaran untuk mengharmonisasikan dan
75,8 76,0 77,7 0,3% 2,5%
pajak mensinkronisasikan berbagai regulasi.
Perdagangan 7. Pemerintah juga berkomitmen untuk
67,5 88,5 84,6 31,1% 25,3%
lintas batas melakukan pengenaan sanksi proporsional
Penegakan melalui pemisahan sanksi administratif
kontrak dan
kualitas 49,1 68,2 67,9 38,9% 38,3%
dengan sanksi pidana, pengutamaan
proses pendekatan ultimum remedium, serta
peradilan penghindaran tumpang tindih kewenangan.
Pemulihan
68,1 67,0 76,8 -1,6% 12,8%
Berdasarkan hal tersebut, meskipun
kebangkrutan
fasilitas pajak yang termuat dalam reformasi
Sumber: Diolah dari World Bank Group (2021a, perpajakan tidak memiliki keunggulan signifikan
2021b, 2021c) dibandingkan negara-negara lain, kombinasi
Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa antara reformasi perpajakan dan reformasi sektor-
meskipun peringkat umum Indonesia berada jauh sektor lain dalam Undang-Undang Cipta Kerja
di bawah Malaysia dan Thailand, nilai Indonesia dapat dikembangkan secara produktif untuk
dalam aspek pembayaran pajak tidak memiliki menguatkan pengaruh yang dimiliki Indonesia.
perbedaan yang signifikan dengan Malaysia dan Pada akhirnya, hal tersebut akan meningkatkan
Thailand. Dengan demikian faktor pajak dalam daya tarik Indonesia di mata internasional dan
kemudahan berbisnis di Indonesia masih dapat secara tidak langsung dapat menjadi magnet bagi
bersaing dengan Malaysia dan Thailand. migran asing yang terampil untuk bermigrasi ke
Sementara itu, perbedaan yang cukup Indonesia.
signifikan antara Indonesia, Malaysia dan Thailand
terdapat pada aspek proses memulai bisnis, 5. KESIMPULAN
pengurusan izin konstruksi, pendaftaran properti, Pada dasarnya, Undang-Undang Cipta
perlindungan terhadap investor minoritas, Kerja masih tetap menggunakan asas domisili
perdagangan lintas batas, serta penegakan kontrak dalam menentukan status subjek pajak
dan kualitas proses peradilan. Rupanya, sebagaimana Undang-Undang Pajak Penghasilan.
kelemahan Indonesia dalam beberapa aspek Hal ini ditunjukkan dengan dipertahankannya
tersebut telah menjadi agenda reformasi dalam unsur keberadaan (existence) sebagai kriteria
Undang-Undang Cipta Kerja. Kementerian utama dalam penentuan status subjek pajak.
Koordinator Bidang Perekonomian (2020) Namun, penjabaran kriteria subjek pajak orang
merangkum beberapa agenda reformasi dalam pribadi yang termuat dalam Undang-Undang Cipta
Undang-Undang Cipta Kerja sebagai berikut. Kerja lebih jelas karena menyelipkan istilah-istilah
1. Pemerintah melakukan penyederhanaan kewarganegaraan dan menyantumkan tie-breaker
perizinan berusaha melalui pengintegrasian rule. Penjabaran tersebut dapat menegaskan
700 pasal dari 52 undang-undang. kembali bahwa aspek perpajakan Indonesia tidak
melihat dari sisi WNI atau WNA, melainkan dengan
melihat orang tersebut masuk dalam kategori

Page | 108
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
subjek pajak dalam negeri (SPDN) atau subjek faktor-faktor lain, Indonesia memiliki persentase
pajak luar negeri (SPLN) berdasarkan kriteria- good governance yang cukup baik. Indonesia juga
kriteria yang dimilikinya. terus berusaha melakukan reformasi dalam
Selain memperjelas kriteria subjek pajak bidang-bidang lain yang menunjang kemudahan
orang pribadi, Undang-Undang Cipta Kerja juga berusaha sehingga tetap memiliki potensi untuk
menetapkan beberapa ketentuan baru terhadap menarik lebih banyak migran internasional.
subjek pajak orang pribadi, seperti skema khusus Dengan demikian, kombinasi antara reformasi
pengenaan pajak terhadap WNA yang telah perpajakan dan reformasi sektor-sektor lain dalam
menjadi SPDN, serta penghapusan pajak Undang-Undang Cipta Kerja dapat dikembangkan
penghasilan atas dividen yang berasal dari dalam secara produktif untuk meningkatkan daya tarik
negeri atau luar negeri dan penghasilan lain dari Indonesia di mata internasional sehingga secara
luar negeri. Meskipun ketentuan-ketentuan tidak langsung juga dapat menjadi magnet bagi
tersebut terlihat sebagai langkah besar yang migran asing yang terampil untuk bermigrasi ke
diambil Indonesia untuk menggeser asas Indonesia.
pengenaan pajaknya menuju territorial system,
jika dilihat lebih lanjut, pemberlakuan ketentuan 6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
tersebut diikuti dengan syarat-syarat tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Undang-Undang Cipta Kerja pun tidak mengubah pada dasarnya reformasi peraturan perpajakan
narasi Pasal 4 Ayat (1) yang menyatakan bahwa terutama pajak penghasilan dalam Undang-
objek pajak adalah penghasilan yang diterima atau Undang Cipta Kerja bertujuan untuk meningkatkan
diperoleh wajib pajak baik berasal dari Indonesia investasi modal dan sumber daya manusia dalam
maupun dari luar Indonesia, dengan nama dan negeri dalam rangka membawa Indonesia menuju
dalam bentuk apapun. Dengan demikian, asas perekonomian yang lebih baik. Segala dampak
pengenaan pajak di Indonesia dapat dikategorikan yang timbul hendaknya dipandang dalam
ke dalam sistem pajak hybrid yang masih memiliki perspektif yang lebih luas sesuai dengan tujuan
kecenderungan pada worldwide system. utama pemungutan pajak, yakni demi sebesar-
Perubahan ketentuan yang melingkupi besarnya kemakmuran rakyat.
subjek pajak orang pribadi tersebut juga dapat Meskipun demikian, tetap diperlukan
berdampak terhadap pajak penghasilan. Dampak pengawasan dari pemerintah agar strategi
tersebut diantaranya mengurangi potensi pemerintah tersebut dapat sesuai dengan
penerimaan pajak penghasilan atas dividen dan harapan. Dampak hilangnya pendapatan dari
penghasilan lain dari luar negeri, serta mengurangi pemberlakuan ketentuan-ketentuan baru dalam
potensi penerimaan PPh Pasal 26 bruto atas Undang-Undang Cipta Kerja harus seimbang
penghasilan bunga obligasi (termasuk syariah) dengan imbal hasil atas pemingkatan kegiatan
yang diterima/diperoleh WPLN selain BUT. penanaman modal dalam negeri. Dengan
Penerapan skema pajak khusus dan demikian, sejalan dengan pernyataan Saptono dan
pengecualian pajak atas beberapa penghasilan luar Ayudia (2021), pemerintah perlu memprioritaskan
negeri juga dapat menimbulkan potensi kebutuhan investasi dalam negeri dan mengawasi
perbedaan tarif pajak efektif. Namun, perlu diingat implementasi kebijakan tersebut agar tidak
bahwa penerapan ketentuan tersebut tidak tercipta ketimpangan lebih lanjut.
diberlakukan secara cuma-cuma, tetapi disertai Kemudian, penelitian ini juga memiliki
dengan syarat tertentu, seperti alih pengetahuan beberapa keterbatasan, salah satunya adalah
dan investasi dalam negeri. Syarat-syarat tersebut keterbatasan pustaka. Hal tersebut dikarenakan
mengindikasikan bahwa dibalik kebijakan pajak Undang-Undang Cipta Kerja tergolong kebijakan
yang diberlakukan, terdapat niat pemerintah yang masih baru sehingga sumber-sumber pustaka
untuk meningkatkan investasi modal dan sumber yang membahas substansi perubahan dan dampak
daya manusia dalam negeri untuk membawa dari Undang-Undang Cipta Kerja tersebut masih
Indonesia menuju perekonomian yang lebih baik. terbatas.
Hal tersebut masih sesuai dengan tujuan utama
pemungutan pajak, yakni demi sebesar-besarnya PENGHARGAAN (ACKNOWLEDGEMENT)
kemakmuran rakyat. Penulis menyadari bahwa penyelesaian
Terlepas dari berbagai potensi dampak karya tulis ini tidak lepas dari peran serta berbagai
tersebut, rupanya pemberlakuan skema khusus pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
tidak memberikan keunggulan signifikan terhadap terima kasih kepada para dosen Politeknik
mobilitas sumber daya manusia dibandingkan Keuangan Negara STAN yang telah memberikan
dengan negara-negara lain, seperti Malaysia dan bimbingan, dukungan, dan motivasi sehingga karya
Thailand. Meskipun demikian, setelah melihat

Page | 109
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
tulis ini dapat terselesaikan. Penulis juga Tax Scheme in Denmark. The Quarterly
menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari Journal of Economics, 129(1), 333–378.
kesempurnaan. Dengan demikian, penulis https://doi.org/10.1093/QJE/QJT033
bertanggung jawab penuh atas segala kesalahan Kleven, H., Landais, C., Muñoz, M., & Stantcheva,
dan kealpaan yang ada. S. (2020). Taxation and Migration: Evidence
and Policy Implications. Journal of Economic
DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES) Perspectives, 34(2), 119–142.
Asian Development Bank. (2019). Skilled Labor https://doi.org/10.1257/JEP.34.2.119
Mobility and Migration. Edward Elgar Lee, E. S. (1966). A Theory of Migration.
Publishing. Demography 1966 3:1, 3(1), 47–57.
https://doi.org/10.4337/9781788116176 https://doi.org/10.2307/2060063
Badan Pusat Statistik. (2019). Analisis Mobilitas Marantika, A. (2021). Dividen Bebas Pajak, Bentuk
Tenaga Kerja Hasil Survei Angkatan Kerja Reformasi Perpajakan dan Kontribusi
Nasional 2018. Badan Pusat Statistik. Bersama Membangun Negeri.
Claus, E., Claus, I., & Dorsam, M. (2011). Effects of https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artik
Taxation on Migration: Some Evidence for el-dan-opini/dividen-bebas-pajak-bentuk-
the ASEAN and APEC Economies. Asian reformasi-perpajakan-dan-kontribusi-
Development Review, 28(1), 22–50. bersama-membangun-negeri/
https://doi.org/10.2139/ssrn.1729023 Mullins, P. J. (2006). Moving to Territoriality?
Darussalam, Kristiaji, B. B., & Dhora, K. A. (2018). Implications for the United States and the
Sistem Pemajakan: Dari Worldwide ke Rest of the World. IMF Working Papers,
Territorial, Bagaimana dengan Indonesia? PT 06(161), 1.
Dimensi Internasional Tax. https://doi.org/10.5089/9781451864212.00
Darussalam, Septriadi, D., Kristiaji, B. B., & Vissaro, 1
D. (2019). Era Baru Hubungan Otoritas Pajak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
dengan Wajib Pajak. PT Dimensi Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Internasional Tax. atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983
Deloitte Southeast Asia Ltd. (2020). 2020 Guide to Tentang Pajak Penghasilan, (2008).
Taxation in Southeast Asia by Deloitte Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Chinese Services Group. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
https://www2.deloitte.com/id/en/pages/tax Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008
/articles/guide-to-taxation-in-sea-2020.html Tentang Perubahan Keempat atas Undang-
Direktorat Jenderal Pajak. (n.d.). Asas Pengenaan Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Pajak. Diambil 15 Mei 2021, dari Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
https://www.pajak.go.id/id/asas- Menjadi Undang-Undang, (2009).
pengenaan-pajak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Fleming, J. C., Peroni, R. J., & Shay, S. E. (2008). Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, (2020).
Some Perspectives from the United States Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
on the Worldwide Taxation vs. Territorial 9 Tahun 2021 tentang Perlakuan Perpajakan
Taxation Debate. Journal of the Australasian untuk Mendukung Kemudahan Berusaha,
Tax Teachers Association, 3(2), 35–86. (2021).
Kadir, A. (2016). Kapita Selekta Perpajakan di Saptono, P. B., & Ayudia, C. (2021). Income Tax
Indonesia. In Kapita Selekta Perpajakan di Issues on the Omnibus Law and Its
Indonesia. Pustaka Bangsa Press. Implications in Indonesia. AKRUAL: Jurnal
Kartika, W., Hidayat, N., Ridwan, G., Akuntansi, 12(2), 164.
Lumbantoruan, M., Thaariq, R. M., & https://doi.org/10.26740/jaj.v12n2.p164-
Ramdlaningrum, H. (2020). Omnibus Law 178
Perpajakan: Dibilang Genap, Dipagar Ganjil. Setiawan, D. A. (2019). Sistem Pajak Jadi Teritorial,
Perkumpulan PRAKARSA. Begini Penjelasan Dirjen Pajak.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. https://news.ddtc.co.id/sistem-pajak-jadi-
(2020). Cipta Kerja. teritorial-begini-penjelasan-dirjen-pajak-
http://dikti.kemdikbud.go.id/wp- 17001
content/uploads/2020/10/Booklet-UU- Setiyawan, D. (2019). Status Hukum Wajib Pajak
Cipta-Kerja.pdf Warga Negara Indonesia Yang Tinggal
Kleven, H. J., Landais, C., Saez, E., & Schultz, E. Menetap Di Luar Negeri. Jurnal HUKUM
(2014). Migration and Wage Effects of Taxing BISNIS, 3(2), 155–169.
Top Earners: Evidence from the Foreigners’ https://jurnal.narotama.ac.id/index.php/huk

Page | 110
ANALISIS PERUBAHAN KETENTUAN SUBJEK PAJAK ORANG Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.3, No.1, (2021), Hal.98-111
PRIBADI PADA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN MOBILITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
Yustika Dewi Prastiwi, Rd. Tatan Jaka Tresnajaya
__________________________________________________________________________________
umbisnis/article/view/744
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta.
Suparnyo. (2012). Hukum pajak (SUATU SKETSA
ASAS). In Pustaka Magister Semarang.
United Nations. (n.d.). International Migrant Stock
2019. Diambil 2 Mei 2021, dari
https://www.un.org/en/development/desa/
population/migration/data/estimates2/esti
matesgraphs.asp?2g2
VEPR, Oxfam in Vietnam, The PRAKARSA, & TAFJA.
(2020). Towards Sustainable Tax Policies in
the ASEAN Region: The Case of Corporate
Tax Incentives. VEPR, Oxfam in Vietnam, The
PRAKARSA, & TAFJA.
Wicaksono, M. A. (2014). Pengaruh Persepsi
Sistem Perpajakan, Keadilan Pajak,
Diskriminasi Pajak, dan Pemahaman
Perpajakan terhadap Perilaku Penggelapan
Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang
Pribadi Terdaftar di KPP Pratama Purworejo).
Skripsi Sarjana Ekonomi, 1--57.
World Bank Group. (2021a). Economy Profile
Indonesia: Doing Business 2020.
World Bank Group. (2021b). Economy Profile
Malaysia: Doing Business 2020.
World Bank Group. (2021c). Economy Profile
Thailand: Doing Business 2020.

Page | 111

You might also like