Professional Documents
Culture Documents
10 (2013)
Nurul Ifadhoh
ifadhohnurul@gmail.com
Lailatul Amanah
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The tax payers has full responsibility for counting, depositing and reporting by themselves the amount of tax payable
and tax liability. This research is meant to analyze maximisation of tax saving. The effort for tax saving is often done
by tax payer which is known as tax planning. Descriptive research is applied by the researcher in order to discuss the
implementation of tax planning at PT Indojaya Mandiri. The taking of companys internal data is performed by the
researcher as a support for the validity of this thesis. The implementation of tax planning as management instrument
in income tax saving is carried out in various ways which do not violate the prevailing tax provisions. The
implementation of tax planning which is performed by the PT Indojaya Mandiri has not maximize yet. By
implementing tax planning there is a corporate income tax saving as much as Rp 26,627,299. Therefore, a company
will be avoided from tax waste and will be able to fulfill their tax liability when they implement proper tax planning.
ABSTRAK
Wajib pajak mempunyai tanggung jawab penuh untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang terutang dan jumlah kewajiban perpajakannya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis maximalisasi Tax saving. Upaya untuk penghematan pajak sering dilakukan oleh Wajib
pajak yang disebut dengan Tax Planning. Jenis penelitian deskriptif yang diambil peneliti untuk
membahas penerapan Tax Planning di PT. Indojaya Mandiri. Pengambilan data internal perusahaan
sebagai penunjang untuk keabsahan skripsi ini. Penerapan Tax Planning sebagai alat manajemen untuk
penghematan pajak penghasilan dilakukan dengan berbagai cara yang tidak melanggar ketentuan
perpajakan yang berlaku. Penerapan Tax Planning yang dilakukan oleh PT. Indojaya Mandiri masih
belum maksimal. Dengan penerapan Tax Planning terdapat penghematan pajak penghasilan badan
sebesar Rp.26.627.299. sehingga menerapkan Tax Planning yang baik maka perusahaan akan terhindar
dari pemborosan pajak dan tetap memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kata Kunci: Tax Planning, penghematan pajak, Pajak penghasilan
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Negara menerapkan sistem pajak
Self Assessment, dimana setiap Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri,
menghitung hutang pajaknya sendiri, dan melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke Kantor
Pelayanan Pajak. Dalam hal ini Wajib Pajak dianggap paling tahu mengenai besarnya pajak
terutang karena Wajib Pajak tentu lebih memahami penghasilannya sendiri. Pada Pasal 12 ayat
(1) UU KUP yang menyebutkan, Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak, dan Pasal 12 ayat (2) yang menyebutkan,
Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
2
adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sehingga aparat pajak hanya mengawasi saja, melakukan pelayanan, dan penyuluhan kepada
Wajib Pajak. yang bertujuan untuk melindungi dan mengurangi kesenjangan yang ada di
masyarakat.
Pada dasarnya pajak merupakan hak dan kewajiban wajib pajak untuk mematuhinya,
namun para pengusaha dan hampir seluruh wajib pajak berasumsi membayar pajak itu
mengurangi aset yang mereka miliki, oleh karena itu banyak manajemen suatu perusahan
melakukan tindakan-tindakan terhadap kondisi keuangan pada laporan keuangan diolah
sedemikian rupa agar hasil dari rekayasa laporan keuangan memberikan dampak terhadap
perpajakan supaya perusahaan membayar pajak serendah-rendahnya. Tidak terlepas dengan
hal ini banyak perusahaan melakukan kecurangan tehadap undang-undang perpajakan baik
disengaja atau tidak. Dalam peraturan perpajakan apabila diketahui seorang wajib pajak baik
orang pribadi atau badan apabila terbukti melakukan kecurangan terkait dengan pajak maka
sanksi tegas akan dikenakan terhadap wajib pajak tersebut. Yang tentunya akan membawa
suatu kerugian yang cukup signifikan terhadap aset ekonomis wajib pajak baik pribadi atau
badan. Rekayasa perpajakan sebenarnya bisa dilakukan dengan tanpa melanggar undang-
undang perpajakan yaitu dengan melakukan tax planning yang tentunya wajib pajak pribadi
atau badan harus mengetahui tentang detail suatu undang-undang terkait dengan perpajakan
sesuai dengan usaha wajib pajak pribadi atau badan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi perencanaan pajak (tax planning)
pada PT. Indojaya Mandiri sehingga dapat meminimalkan pajak penghasilan badan yang
dilakukan secara legal agar tidak merugikan negara dan menguntungkan bagi perusahaan.
Fungsi Pajak
Menurut Waluyo (2011:6) pajak yang dipungut pemerintah memiliki 2 fungsi, antara lain :
1. Fungsi penerimaan (Budgeter)Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan
bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Contoh : dinasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri
2. Fungsi Mengatur (Reguler) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Contoh : dikenakan pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan.
Pengelompokan Pajak
Menurut Waluyo (2011:14) Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, adalah
sebagai berikut :
1. Menurut Golongannya: a. Pajak Langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang
pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
2. Menurut sifatnya: a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan
dari Wajib Pajak.Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Objektif, adalah pajak yang
berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut Lembaga Pemungutannya:a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.Contoh : Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi
dan Bangunan, dan Bea Materai. b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintahan daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas : 1. Pajak propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 2. Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Hiburan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
4
Tarif Pajak
Menurut Priantara (2012:14) menyatakan struktur tarif yang berhubungan dengan pola
persentase tarif pajak dikenal 4 (empat) macam tarif, adalah sebagai berikut :
1. Tarif Pajak Tetap
2. Tarif proporsional
3. Tarif degresif
Tabel 1
Tarif Degresif
4. Tarif progresif
Tarif progresif terdapat 3 jenis, antara lain :
a. Tarif progresif proporsional
b. Tarif progresif progresif:
c. Tarif progresif degresif
Tarif pajak yang digunakan sebagai tarif pemotongan atas penghasilan yang terutang Pajak
Penghasilan Pasal 21 yaitu tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-undang
pajak penghasilan, kecuali ditetapkan lain dengan peraturan pemerintah, misalnya: besar tarif PPh
pasal 21 yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) menjadi lebih tinggi 20% daripada tarif yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan NPWP. Kepemilikan NPWP dapat dibuktikan dengan cara menunjukkan
kartu NPWP.
Subjek Pajak
Priantara (2012:179) mengemukakan bahwa pajak penghasilan jenis pajak subjektif,
dimana dalam pengenaan pajaknya harus dilihat terlebih dahulu subjeknya baru kemudian
melihat objeknya. Menurut Undang-undang PPh tidak semua orang atau badan yang
berkedudukan di Indonesia dikenakan pajak walaupun menerima atau memperoleh
penghasilan yang merupakan objek pajak.
Pasal 1 Undang-undang PPh menyebutkan bahwa PPh dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak.
Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
5
a. Orang Pribadi;
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
c. Badan;
Wajib Pajak
Wajib pajak menurut pasal 1 undang-undang nomor 28 tahu 2007 tentang perubahan
ketiga undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan,
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Tabel 2
Perbedaan wajib pajak dalam negeri dan luar negeri
Objek Pajak
Menurut Priantara (2012:186) yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Manajemen Pajak
Suandy (2011:6) mengungkapkan bahwa upaya dalam melakukan penghematan pajak
secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak, namun perlu diingat bahwa legalitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
6
manajemen pajak tergantung dari instrument yang di pakai.Suandy (2008:6), tujuan dari
manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari:
1. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)
3. Pengendalian Pajak (Tax Control)
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada
wajib pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
peraturan menteri keuangan.
4. Syarat bagaimana dimaksud pada angka 3 telah berlaku untuk penghapusan piutang tak
tertagih debitur kecil.
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur
dengan peraturan perpajakan;
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangannya yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan peraturan perpajakan;
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan peraturan
perpajakan;
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan peraturan perpajakan;
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan peraturan
perpajakan;
n. Kompensasi kerugian fiskal tahun sebelumnya (maksimal 5 tahun).
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan Dari penghasilan Bruto (Non Deductable Expanse)
Menurut Suandy (2011:129) Biaya yang tidak boleh menjadi pengurang penghasilan
menurut fiskal pada dasarnya meliputi pengeluaran yang sifatnya untuk keperluan pribadi,
atau yang jumlahnya melebihi kewajaran. Sedangkan biaya yang diperbolehkan adalah yang
secara langsung mempunyai hubungan dengan kegiatan usaha untuk 3M (mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan).
Biaya yang tidak diperbolehkan bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT, sesuai dengan
Undang-undang No.36 Tahun 2008 pasal 9 ayat (1), adalah:
a. Pembagian laba dengan nama dan bentuk apapun seperti deviden, termasuk deviden yang
dibagikan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang saham polis, dan pembagian sisa hasil
koperasi;
b. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang;
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
badan penyelenggara jaminan sosial;
3. Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk
usaha pengelolaan limbah industri,
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa, yang dibayar oleh wajib
pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan wajib pajak yang bersangkutan;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan peraturan menteri keuangan;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan;
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
11
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan (dalam pasal 4 ayat (3) huruf
a dan b Undang-undang PPh) kecuali sumbangan (dalam pasal 6 ayat (1) huruf i sampai m
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan
pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang
yang menjadi tanggungannya;
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Rerangka Pemikiran
Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui bagan alur berikut :
Gambar 1
Rerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan :
Penghasilan wajib pajak badan PT. Indojaya Mandiri dikenakan pajak sesuai dengan tarif yang
berlaku. Untuk meminimalkan pajaknya, maka PT. Indojaya Mandiri menerapkan perencanaan
PPh badan pasal 29 sehingga diperoleh pajak yang masih harus dibayar dapat ditekan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi
penelitian kualitatif deskriptif adalah memberikan gambaran secara sistematis, aktual, dan
akurat menganai fakta-fakta yang ada, sifat dan karakter, serta hubungan antara fenomena yang
diteliti, yaitu implementasi tax planning pajak penghasilan badan PT. Indojaya Mandiri.
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis atau teori, tetapi hanya
menerapkan pengamatan dan penelitian yang memberikan penjelasan terhadap suatu keadaan
kemudian berusaha untuk memberikan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan
tersebut.
b. Wawancara
Yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang
terkait dalam perusahaan maupun pejabat yang berwenang dalam pengambilan data yang
diperlukan serta yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.
Satuan Kajian
Yin (2006:30) mengemukakan bahwa unit analisis secara fundamental berkaitan dengan
masalah penentuan apa yang dimaksud dengan kasus dalam penelitian yang bersangkutan.
Berkaitan dengan implementasi tax planning, maka satuan kajiannya berupa :
1. Perencanaan pajak yang telah dilakukan oleh PT. Indojaya Mandiri.
2. Kebijakan manajemen PT. Indojaya Mandiri yang digunakan pada penelitian ini adalah
kebijakan yang terkait dengan aspek perpajakan, pemberian tunjangan, pemberian fasilitas
dan pemberian natura.
Tabel 5
PT. INDOJAYA
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari 31 Desember 2011
Penjualan Rp 34,518,176,334.00
Hpp Rp (30,319,392,731.00)
Laba Bruto Rp 4,198,783,603.00
Biaya-biaya
B. Gaji karyawan/Bonus/THR Rp 473,400,000.00
B. Alat tulis & keperluan kantor Rp 1,346,700.00
B. Listrik Rp 6,609,278.00
B. PDAM Rp 1,416,700.00
B. Telepon Rp 13,844,723.00
B. Konsumsi Rp 96,000,000.00
B. Premi asuransi Rp 9,468,000.00
B. Transportasi Rp 9,000,000.00
B. Sewa kantor Rp 10,000,000.00
B. Administrasi bank Rp 2,331,466.00
B. Import Rp 99,234,217.00
B. Penyusutan Rp 32,654,844.00
Jumlah Biaya-biaya Rp (755,305,928.00)
Tabel 6
PT. INDOJAYA MANDIRI
PAJAK PENGHASILAN BADAN SEBELUM TAX PLANNING
Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 3,518,853,641
Koreksi Fiskal
Dari tabel 6 diatas sebelum tax planning terdapat koreksi fiskal positif sejumlah Rp
115.036.933,00. Dari jumlah tersebut terdapat biaya-biaya yang diberikan dalam bentuk
kenikmatan untuk kesejahteraan karyawan sebesar Rp 114.468.000,00
Biaya kesejahteraan karyawan terkena koreksi fiskal positif merupakan biaya konsumsi, biaya
premi asuransi dan biaya tranportasi. Adanya koreksi fiskal positif yang dikeluarkan
perusahaan tersebut diatas menyebabkan penghasilan kena pajak perusahaan akan lebih besar
sehingga pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan juga ikut lebih besar.
Pembahasan
Evaluasi Tax Planning
Dari hasil evaluasi tax planning yang diterapkan oleh perusahaan, peneliti menguraikan
kebijakan-kebijakan yang secara tidak langsung sudah dapat termasuk dalam aktivitas suatu tax
planning, yaitu terkait dengan laporan keuangan yang tentunya akan ada kaitannya dengan
kebijakan manajemen ataupun keputusan manajemen dalam menentukan prosedur bagaimana
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
16
suatu laporan keuangan fiskal tersebut disusun. Berikut beberapa biaya yang dapat dijadikan
tax saving PT. Indojaya Mandiri, antara lain adalah:
a. Biaya konsumsi
PT. Indojaya Mandiri memberikan konsumsi setiap hari pada karyawan dalam bentuk
tunjangan uang makan dan air mineral kepada semua karyawan, terkait dengan hal ini
kebijakan perusahaan yaitu dengan memberikan uang tunai setiap hari kepada para pegawai,
dan tidak terakumulasi untuk diakui sebagai penghasilan karyawan terkait dengan PPh pasal
21, sehingga perusahaan secara akuntansi kas keluar tersebut tidak dapat dibebankan dalam
laporan pajak dan dikoreksi fiskal positif.
Dalam Undang-undang no. 36 Tahun 2008 pasal 9 ayat (1) huruf e tentang penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai dan pengganti atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura di daerah tertentu dan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan peraturan menteri keuangan.
Dengan memperhatikan Undang-undang no.36 tahun 2008 sebaiknya perusahaan tidak
memberikan atau menyediakan makanan atau minuman dalam bentuk natura tetapi diakui
sebagai tunjangan makan terkait dengan PPh pasal 21, sehingga menurut peraturan perpajakan
atas kas keluar tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan tidak terkena koreksi
fiskal positif.
c. Biaya Transportasi
PT. Indojaya Mandiri mengeluarkan biaya penggantian parkir dan bensin kendaraan bagi
karyawan tertentu, maka sesuai Undang-undang no 36 thn 2008, pasal 9 pada huruf i, terkait
dengan biaya yang diakui oleh perusahaan dimana transaksi tersebut tergolong objek atau
pengeluaran yang harus dijadikan koreksi fiskal positif, karena tergolong pada biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan pribadi wajib pajak atau keperluan orang tertentu yang
ditanggung perusahaan.
Perusahaan sebaiknya dalam memberi penggantian bensin dan parkir diberikan dalam bentuk
tunjangan transportasi yang masuk dalam penghasilan karyawan, sehingga penggantian bensin
dan parkir tersebut dapat mengurangi penghasilan bruto dan tidak dikoreksi fiskal positif.
Dibawah ini akan disajikan perhitungan Pajak Penghasilan Badan setelah dilakukan tax
planning.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
17
Tabel 7
PT. INDOJAYA MANDIRI
PAJAK PENGHASILAN BADAN SETELAH TAX PLANNING
Tahun 2011
Koreksi Fiskal
Tabel 8
REKAPITULASI PAJAK PENGHASILAN BADAN SEBELUM TAX PLANNING DAN
SESUDAH TAX PLANNING
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan tax planning maka terdapat
penghematan pajak yang dapat dilakukan oleh PT.Indojaya Mandiri sebesar Rp 26.627.299
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
18
Penghematan pajak ini karena perusahaan memberikan biaya konsumsi sebesar Rp.
96.000.000 tidak dalam bentuk natura dan kenikmatan tetapi diakui sebagai tunjangan makan,
dan biaya premi asuransi sebesar Rp. 9.468.000 membebankan didalam penghasilan wajib pajak
yang bersangkutan berupa tunjangan premi karyawan, dan biaya transportasi sebesar Rp.
9.000.000 diberikan dalam bentuk tunjangan transportasi yang masuk ke dalam penghasilan
karyawan. Dalam penerapan tax planning ini penulis menyarankan sebaiknya diberlakukan
kepada karyawan baru sehingga tidak akan terjadi ketimpangan antar karyawan.
Hasil dari penerapan tax planning pada PT. Indojaya Mandiri mampu menerapkan
perhitungan pajak penghasilan badan yang sesuai dengan undangan-undangan perpajakan
yang berlaku dan dapat memanfaatkan tax saving yang sudah ada dalam laporan keungan
PT.Indojaya Mandiri, antara lain :
a. Biaya Konsumsi diberikan tidak dalam bentuk natura tetapi diakui sebagai tunjangan makan
b. Biaya Premi Karyawan yang dibebankan dalam penghasilan karyawan berupa tunjangan
premi karyawan.
c. Biaya Transportasi yang diberikan dalam bentuk tunjangan transportasi yang masuk dalam
penghasilan karyawan.
Dengan adanya penerapan tax planning ini diharapkan PT. Indojaya Mandiri lebih patuh
dalam melaksanakan pembayaran pajak penghasilan badan yang menerapkan sistem pajak Self
Assessment. Penerapan tax planning ini negara tidak akan dirugikan karena perusahaan tetap
memberikan kontribusinya kepada negara dengan cara selalu patuh dalam melakukan
pembayaran pajak penghasilan badan yang sesuai dengan peraturan undang-undang pajak
yang berlaku.
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : PT.Indojaya Mandiri belum
memaksimalkan penerapan tax planning sehingga ditemukan beberapa biaya-biaya yang
dikoreksi fiskal, perusahaan hanya menginginkan pembayaran pajak seminim mungkin tentang
bagaimana caranya agar tercapai tujuan tersebut hanya menilai nominal yang dibayarkan.
Pada laporan perhitungan pajak penghasilan badan tahun 2011 terdapat koreksi fiskal positif
Rp. 114.468.000,00 biaya-biaya yang diberikan dalam bentuk kenikmatan untuk kesejahteraan
karyawan, biaya-biaya tersebut yaitu: biaya konsumsi, biaya premi karyawan dan biaya
transportasi, perusahaan kurang memanfaatkan Undang-undang perpajakan nomor 36 tahun
2008 pasal 9 ayat (1), setelah dilakukan penerapan tax planning maka PT. Indojaya Mandiri
tersebut terdapat penghematan pajak sebesar Rp. 26.627.299. sehingga pajak terutang yang
semula Rp. 844.640.056 menjadi Rp. 818.012.757
Saran
Saran hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Biaya konsumsi sebaiknya
perusahaan tidak memberikan atau menyediakan makanan atau minuman dalam bentuk natura
tetapi diakui sebagai tunjangan makan terkait dengan PPh pasal 21, sehingga menurut
peraturan perpajakan atas kas keluar tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan
tidak dikoreksi fiskal positif; (2) Biaya premi asuransi sebaiknya perusahaan membebankan
didalam penghasilan karyawan/Wajib pajak yang diberikan berupa tunjangan premi asuransi
karyawan, sehingga biaya premi asuransi tersebut dapat mengurangi penghasilan bruto
perusahaan dan tidak dikoreksi fiskal positif; (3) Biaya transportasi sebaiknya perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
19
dalam memberi penggantian bensin dan parkir diberikan dalam bentuk tunjangan transportasi
yang masuk dalam penghasilan karyawan, sehingga penggantian bensin dan parkir tersebut
dapat mengurangi penghasilan bruto dan tidak dikoreksi fiskal positif.
Keterbatasan
Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah objek penelitian hanya
membahas tentang pajak penghasilan badan saja, Pada penelitian yang selanjutnya diharapkan
menggunakan objek penelitian yang lebih kompleks dalam perpajakan yang dihadapi sehingga
memberikan alternatif untuk memilih sistem atau manajemen tax planning yang dapat
memberikan manfaat ekonomis yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Priantara, D. 2012. Perpajakan Indonesia. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Purwono, H. 2010. Dasar-dasar perpajakan dan akuntansi pajak. Erlangga. Jakarta.
Resmi, S. 2008. Perpajakan : Teori dan Kasus. Edisi 4. Salemba Empat. Yogyakarta.
Suandy, E. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi 5. Salemba Empat. Yogyakarta.
_______. 2008. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan.
_______. Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta.
Yin, R. K. 2006. Studi Kasus: Desain dan Metode. Edisi Revisi. Terjemahan. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Zain, M. 2007. Manajemen Perpajakan. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.