You are on page 1of 6

Peran Notaris Dan PPAT Dalam Mencegah Terjadinya…

(Yuliana Zamrotul Khusna)


Vol. 4 No. 3 September 2017

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM MENCEGAH TERJADINYA


PENYALAHGUNAAN KUASA JUAL UNTUK PENGHINDARAN PAJAK

Yuliana Zamrotul Khusna*, Lathifah Hanim **

*
Mahasiswa Program Magister (S2) Kenotariatan Fakultas Hukum UNISSULA email: yulianazamrotul@gmail.com
**
Dosen Fakultas Hukum UNISSULA

ABSTRACT

Research on "The Role of Notary and PPAT in Preventing the Occurrence of Function of Selling Authority for
Tax Evasion" aims to know what can be done Notary and PPAT in facing the problem of tax evasion often
done by society by using power of sale.
The results of this study can be concluded, that the first power sales serve as the basis for land transactions
and / or building that has the potential to be abused to avoid the obligation to pay taxes. Secondly, every
transaction on acquisition of land and / or buildings subject to income tax (VAT) and Customs Acquisition
Rights to Land and Buildings (BPHTB), efforts to tax evasion in land transactions, particularly the Income
Tax (VAT) and Customs Acquisition Rights to Land and building (BPHTB) by making a Power of Sale before a
Notary.
The author suggests the need for awareness of the importance of tax is expected with a high public
awareness, it will minimize tax evasion, the efforts made by the Government party c.q. National Land
Agency should be emphasized related to the certainty the existence of the deed of power sold in the
manufacture of Sale and Purchase Agreements relied upon registration of transfer of rights over land
because factually legal acts often occur in the community, but normatively has not been set definitively
linked the lawfulness of the manufacture of the power to sell in order to avoid circumvention of the Income
Tax and BPHTB.
Keywords: Tre Role of Notary and PPAT, Sell Counsel, Tax

PENDAHULUAN terjadi jika sudah terjadi levering atau penyerahan


barang. Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)
Dalam kehidupan interaksi antara masyarakat yang dibuat dihadapan notaris merupakan
di zaman modern ini semua perbuatan hukum kesepakatan para pihak berdasarkan Pasal 1320 jo
antara masyarakat satu dengan yang lainnya perlu Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dibuatkan suatu hubungan hukum agar memiliki sehingga memberikan kepastian dan perlindungan
legalitas, yang mana salah satu fungsi hukum hukum bagi pihak yang membuatnya. Perjanjian
adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam Pengikatan Jual Beli (PPJB) merupakan ikatan awal
kehidupan bermasyarakat. Demi tercapainya antara penjual dan pembeli dalam bertransaksi,
kepastian hukum tersebut dibutuhkan alat bukti dan harus ditindaklanjuti dengan pembuatan AJB,
tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, karena PPJB belum mengalihkan hak secara
peristiwa, atau perbuatan hukum. Notaris dan hukum.1
PPAT adalah pejabat-pejabat yang mempunyai
kewenangan membuat akta otentik berdasarkan
1
Undang-Undang. Salah satu transaksi yang Satrya Adhitama, “Perjanjian Pengikatan Jual Beli
(PPJB) versus Akta Jual Beli (AJB),
membutuhkan akta otentik adalah jual beli http://satryaadhitama.blogspot.com/2013/06/perjanjian-
Jual beli yang dahulu dikenal dengan asas riil pengikatan-jual-beli-ppjb.html, diakses pada tanggal 24
Februari 2017.

395
Vol. 4 No. 3 September 2017 : 395 - 400

Notaris dan PPAT dalam melaksanakan pejabat yang membuat aktanya untuk turut
tugasnya sebagai pejabat pembuat akta otentik, mengawasi pelaksanaan pembayaran pajak-pajak
termasuk akta otentik yang berkaitan dengan jual yang terhutang atas transaksi tanah dan/atau
beli. Dalam praktek pembuatan akta jual beli bangunan yang dimaksud. 3 Akan tetapi dalam
sering terjadi pihak penjual diwakili pihak lain pelaksanaannya masih saja banyak kendala yang
dengan menggunakan kuasa jual. Menurut timbul, terutama masih terdapat adanya
peraturannya, sebenarnya kuasa jual diberikan penghindaran pajak dalam transaksi tanah,
saat pihak penjual tidak dapat menghadiri khususnya Pajak Penghasilan (PPh) dan Bea
transaksi jual beli tersebut karena penjual tidak Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
dapat hadir dengan alasan tertentu. Seiring dengan jalan membuat Perjanjian Pengikatan Jual
dengan perkembangan zaman, kuasa jual juga Beli Tanah dan Kuasa Jual di hadapan Notaris,
berkembang sesuai dengan kebutuhan para Wajib Pajak dapat saling bekerjasama
masyarakat. melakukan penghindaran untuk membayar PPh
Pemberian kuasa untuk menjual merupakan dan BPHTB pada saat pembuatan akta-akta yang
salah satu bentuk akta kuasa yang sering dijumpai berkenaan dengan pengalihan hak atas tanah
di masyarakat. Pembuatan akta kuasa jual dalam dan/atau bangunan yang dibuat dihadapan
bentuk akta notaris merupakan suatu hal yang pejabat yang berwenang, yang mengakibatkan
tidak asing dalam praktek notaris sehari-hari. fungsi pajak yang utama untuk mengisi
Fungsi dari kuasa jual ini adalah untuk penerimaan kas negara, yang sering disebut
perlindungan (kepastian hukum) kepada pembeli sebagai fungsi budgeter, tidak terlaksana dengan
yang sudah membayar lunas tapi belum bsa baik. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas,
membalik nama sertifikat tersebut karena ada maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
syarat yang belum bias terpenuhi. Namun, pada dengan judul mengenai “Peran Notaris Dan PPAT
praktiknya, karena berbagai alasan, konsep terang Dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan
dan tunai itu seringkali belum dapat dipenuhi. Fungsi Kuasa Jual Untuk Penghindaran Pajak”
Belum terpenuhi, bukan berarti transaksi tidak bisa
dilakukan, ada instrumen lain, yaitu dengan Akta METODE PENELITIAN
Pengikatan Jual Beli (“PJB”) sebagai pengikat,
sebagai tanda jadi transaksi jual beli tersebut, Metode yang digunakan dalam penelitian ini
sambil menunggu yang belum beres. Belum yaitu metode yuridis sosiologis. Penelitian yuridis
terpenuhinya persyaratan untuk Akta Jual Beli, sosiologis adalah penelitian hukum mengenai
bisa jadi karena pembayaran belum lunas/dicicil, pemberlakuan atau implementasi ketentuan
sertifikat masih dalam proses pemecahan atau hukum normatif secara in action pada setiap
proses lainnya, belum mampu membayar pajak, peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam
atau kondisi lainnya yang legal.2 masyarakat. Penelitian yuridis sosiologis merupa-
Perbuatan hukum pengalihan hak atas tanah kan penelitian lapangan (penelitian terhadap data
dan/atau bangunan, selalu harus diikuti dengan primer) yaitu suatu penelitian meneliti peraturan-
pembuatan akta-akta yang diperlukan, sebagai- peraturan hukum yang kemudian di gabungkan
mana telah diatur secara khusus mengenai hal dengan data dan prilaku yang hidup ditengah-
tersebut. Akta-akta mana yang harus dibuat oleh tengah masyarakat.4
pejabat yang berwenang untuk itu, yaitu Pejabat Spesifikasi Penelitian Penelitian ini adalah
Pembuat Akta Tanah (PPAT), di mana dalam hal- deskriptif analistis yang bertujuan untuk memberi-
hal tertentu dibuat akta oleh Notaris. Dengan kan gambaran tentang suatu masyarakat atau
demikian maka pemerintah dalam peraturannya
yang dikeluarkannya itu telah menugaskan kepada 3
R. Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu
Penjelasan , Edisi pertama, CV Rajawali,
2
Pengikatan Jual Beli dan Kuasa untuk Menjual, September,1982, Jakarta, hal 44.
4
http://www.hukumonline.com/. Diakses pada tanggal 24 Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka. Perihal
Agustus 2017. Penelitian Hukum.Alumni.Bandung, 1979, hlm. 65.

396
Peran Notaris Dan PPAT Dalam Mencegah Terjadinya…
(Yuliana Zamrotul Khusna)
Vol. 4 No. 3 September 2017

suatu kelompok orang tertentu dan menganalisis Jual beli hak milik atas tanah adalah
permasalahan yang dikemukakan antara dua perbuatan hukum untuk memindahkan hak atas
gejala atau lebih. (Penelitian ini pada umumnya tanah kepada pihak lain. Pemindahan hak
bertujuan untuk mendeskripsikan secara dilakukan apabila status hukum pihak yang akan
sistematis, factual dan akurat terhadap suatu menguasai tanah tersebut memenuhi persyaratan
populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat- sebagai pemegang hak atas tanah tersebut
sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor bersedia untuk memindahkan haknya. Dalam hal
tertentu). Biasanya peneliti deskriptif seperti ini ini, penjual dan pembeli datang ke kantor PPAT
menggunakan metode survei lebih lanjut. untuk membuat akta mengenai tanah yang dijual.
penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Dengan dibuatnya akta jual beli tanah oleh PPAT
postulat-postulat yang diteliti secara lengkap maka pada saat itu juga hak beralih dari penjual
sesuai temuan dilapangan.5 kepada pembeli dan tanpa akta PPAT jual beli
Spesifikasi penelitian yang digunakan dan tersebut tidak dapat didaftarkan ke Kantor
penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian Pertanahan dengan memenuhi syarat-syarat yang
deskriptif analitis merupakan tipe peneltian untuk dibutuhkan, seperti pembayaran lunas atas tanah
memberikan data yang seteliti mungkin tentang yang dibeli dan apakah harga tanah sesuai dengan
suatu gejala sosial atau fenomena yang terjadi akta yang telah diserahkan oleh pembeli kepada
dalam kehidupan masyarakat dengan cara hanya penjual, dan apakah penjual telah menerima harga
memaparkan fakta-fakta secara sistematis sesuai tanah tersebut dari pembeli. Pertanyaan tersebut
dengan kebutuhan dari penelitian.6 perlu ditanyakan karena dalam akta ditulis bahwa
Berdasarkan jenis serta data, penelitian ini uang pembelian sudah dibayar lunas dan diterima
yaitu Data primer adalah data yang diperoleh oleh penjual, sehingga akta itu juga berlaku
langsung dari masyarakat. 7 Data yang diperoleh sebagai tanda terima yang sah.
melalui wawancara dengan nara sumber yaitu Syarat dan ketentuan agar dapat dibuatkan
Notaris dan PPAT di Kota Semarang. Data Akta Jual Beli dihadapan PPAT antara lain :
sekunder, dilakukan dengan cara studi pustaka 1. Dipenuhi kelengkapan dokumen para pihak
(kajian pustaka). 2. Telah diadakan pengecekan asli sertipikat di
Analisis dalam penelitian merupakan bagian Kantor Pertanahan setempat
yang sangat penting karena dengan analisa inilah 3. Telah dibayar pajak-pajak yang berkaitan
data yang ada akan nampak manfaatnya dalam dengan jual beli tersebut baik Pajak
memecahkan masalah. 8 Analisa data yang dilaku- Penghasilan (PPh) dan Bea Perolehan Hak Atas
kan dalam penelitian ini dengan menggunakan Tanah dan Bangunan (BPHTB)
analisa normatif kualitatif yaitu analisa dengan Pemberian kuasa dari pihak pertama kepada
menggunakan teori-teori hukum, asas-asas pihak kedua. Kuasa yang diberikan antara lain:
hukum, peraturan perundang-undangan dan 1. Kuasa dengan hak untuk melimpahkan/
doktrin hukum yang berlaku. mengalihkan kepada pihak lain dengan harga
dan syarat-syarat yang dipandang baik oleh
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN penerima kuasa
2. Kuasa untuk menguasai sepenuhnya dan
mengurus persil dan untuk hal tersebut pihak
5
Bambang Sunggono,Metodologi Penelitian Hukum ,
kedua berhak dan berkuasa melakukan segala
Cet. III, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 36. tindakan hukum mengenai persil, baik tindakan
6
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, MH, Dualisme pengurusan maupun tindakan pemilikan, tanpa
Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, ada yang dikecualikan
Yogyakarta, 2010, hlm. 53. 3. Kuasa untuk mengurus dan menyelesaikan
7
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI, balik nama persil tersebut menjadi atas nama
Jakarta, 2010, hlm. 52.
8 pihak kedua dengan membuat akta jual beli
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan
Praktek, Cet. III, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 104. dihadapan PPAT sebagaimana dimaksud dalam

397
Vol. 4 No. 3 September 2017 : 395 - 400

peraturan perundang-undangan yang berlaku karena tanpa disadari akta kuasa menjual
4. Kuasa jual yang terpisah tersebut selanjutnya mempunyai potensi untuk menghindari Bea
pihak pembeli dapat mengadakan transaksi jual Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
beli tanah dan / atau bangunan dengan pihak meskipun pada saat menghadap Notaris, pihak
lain tanpa memberitahukan pihak lain yang penerima kuasa tidak mengungkapkan maksud
akan membeli bahwa kuasa jual tersebut dan tujuan dibuatnya akta kuasa menjual tersebut
merupakan bagian dari perjanjian pengikatan untuk menghindar pembayaran Bea Perolehan Hak
jual beli yang telah dibuat sebelumnya Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
sehingga seolah-olah pihak pertama hanya Transaksi pengalihan tanah dan / atau
memberikan kuasa kepada pihak kedua untuk bangunan merupakan objek yang dikenakan pajak
menjual kepada pihak lain. Transaksi pertama baik pihak yang mengalihkan maupun pihak yang
jual beli tanah dan / atau bangunan tersebut menerima pengalihan tersebut. Bea Perolehan Hak
tidak menimbulkan pungutan atas Bea Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terutang pada
Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau pihak yang menerima pengalihan sedangkan pihak
Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan yang mengalihkan pada prinsipinya terutang Pajak
(PPh). Penghasilan (PPh). Pengenaan Pajak Penghasilan
5. Jual beli hak atas tanah dengan pembuatan (PPh) dengan dasar bahwa pihak yanng
akta kuasa menjual yang berdiri sendiri salah mengalihkan memperoleh manfaat (penghasilan)
satunya berpotensi untuk merugikan negara dari pengalihan tersebut sehingga perlu dikenakan
dalam penerimaan pajak. Kuasa menjual tanpa Pajak Penghasilan (PPh).
disertai dengan pembuatan Perjanjian Notaris dalam menjalankan jabatannya harus
Pengikatan Jual Beli karena tanpa disadari akta memberikan penjelasan mengenai akta peralihan
kuasa menjual mempunyai potensi untuk hak serta kewajiban-kewajiban yang harus
menghindari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dipenuhi oleh para pihak, diantaranya yaitu
dan Bangunan (BPHTB) meskipun pada saat menunjukkan asli surat pembayaran pajak yang
menghadap Notaris, pihak penerima kuasa terutang yakni Pajak Penghasilan (PPh) dan Bea
tidak mengungkapkan maksud dan tujuan Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau Bangunan
dibuatnya akta kuasa menjual tersebut untuk (BPHTB). Penyetoran pajak Bea Perolehan Hak
menghindar pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau Bangunan (BPHTB)
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). merupakan kewenangan dari wajib pajak bukan
Kuasa jual yang terpisah tersebut selanjutnya notaris akan tetapi notaris dapat menyetorkan
pihak pembeli dapat mengadakan transaksi jual pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau
beli tanah dan / atau bangunan dengan pihak lain Bangunan (BPHTB) dan notaris sebagai pejabat
tanpa memberitahukan pihak lain yang akan secara tidak langsung mengurangi beban tugas
membeli bahwa kuasa jual tersebut merupakan fiskus untuk membantu menghitung besarnya
bagian dari perjanjian pengikatan jual beli yang pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau
telah dibuat sebelumnya sehingga seolah-olah Bangunan (BPHTB) yang terutang serta dapat pula
pihak pertama hanya memberikan kuasa kepada membantu wajib pajak untuk menghitung dan
pihak kedua untuk menjual kepada pihak lain. menyetorkan pajak yang terutang.9
Transaksi pertama jual beli tanah dan / atau Pajak merupakan kontribusi wajib kepada
bangunan tersebut tidak menimbulkan pungutan negara yang terutang oleh orang pribadi atau
atas Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh). Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal
Jual beli hak atas tanah dengan pembuatan balik secara langsung dan digunakan untuk
akta kuasa menjual yang berdiri sendiri salah keperluan negara bagi sebesar-besarnya
satunya berpotensi untuk merugikan negara dalam
penerimaan pajak. Kuasa menjual tanpa disertai
9
dengan pembuatan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Hasil wawancara dengan Notaris Dewi di Semarang,
tanggal 15 Juni 2017

398
Peran Notaris Dan PPAT Dalam Mencegah Terjadinya…
(Yuliana Zamrotul Khusna)
Vol. 4 No. 3 September 2017

kemakmuran rakyat (Pasal 1 angka 1 UU No 6 dipenuhi oleh para pihak, diantaranya yaitu
Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan menunjukkan asli surat pembayaran pajak yang
terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007). Di terutang yakni Pajak Penghasilan (PPh) dan Bea
Indonesia, pajak merupakan salah satu Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau Bangunan
penerimaan pendapatan negara yang memiliki (BPHTB). Penyetoran pajak Bea Perolehan Hak
kontribusi yang sangat besar terhadap pendapatan Atas Tanah dan / atau Bangunan (BPHTB)
nasional. Pajak dalam pengelolaannya, ada merupakan kewenangan dari wajib pajak bukan
beberapa pajak yang masuk ke pemerintah pusat notaris akan tetapi notaris dapat menyetorkan
dan ada yang masuk ke daerah-daerah. pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau
Berdasarkan penelitian sampai saat ini belum Bangunan (BPHTB) dan notaris sebagai pejabat
ada upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal secara tidak langsung mengurangi beban tugas
Pajak untuk mengantisipasi ataupun mengatasi fiskus untuk membantu menghitung besarnya
penghindaran pajak melalui pembuatan akta pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan / atau
pengikatan jual beli tanah dan kuasa menjual yag Bangunan (BPHTB) yang terutang serta dapat pula
dibuat dengan akta notariil. Oleh karena Kantor membantu wajib pajak untuk menghitung dan
Pelayanan Pajak setempat hanya menerima menyetorkan pajak yang terutang. Notaris sebagai
laporan berdasarkan adanya transaksi saja, yaitu pejabat umum yang berwenang untuk membuat
pada saat pembayaran PPh.10 akta otentik seharusnya tidak membuatkan
Cara menghindarkan diri dari pajak kadang- akta/surat kuasa yang dibuat secara terpisah
kadang dinamakan juga "penghematan pajak dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli guna
dalam arti sempit. Alasannya adalah: karena menghindari terjadinya pengelakan terhadap
seluruh usaha yang termasuk ke dalam pemungutan PPh dan BPHTB.
perlawanan aktif, pada hakikatnya tergolong ke
dalam penghematan pajak dalam arti luas. SARAN
Terlihatlah kini bahwa penghindaran diri secara
yuridis berbentuk perbuatan dengan cara Sehubungan dengan hasil pembahasan atas
sedemikian rupa, sehingga perbuatan-perbuatan kedua permasalahan di atas, saran yang dapat
yang dilakukan tidak terkena penerapan Undang- disampaikan adalah sebagai berikut :
Undang Pajak. Biasanya perbuatan tersebut Kepada Pihak Pemerintah Badan Pertanahan
merupakan penggunaan dari kekosongan dan atau Nasional perlu ditegaskan terkait kepastian
ketidakjelasan dari undang-undang yang keberadaan akta kuasa menjual dalam pembuatan
dimaksud. Dengan demikian pada penghindaran Akta Jual Beli yang dijadikan dasar pendaftaran
diri (termasuk yang dikatakan dengan secara peralihan hak atas tanah karena secara faktual
yuridis), wajib pajak tidak melanggar peraturan perbuatan hukum tersebut sering terjadi di
undang-undang secara tegas, sekalipun kadang- masyarakat namun secara normatif belum diatur
kadang dengan jelas berbuat bertentangan dengan secara pasti terkait sah tidaknya pembuatan kuasa
maksud membuat undang-undang. Karenanya menjual tersebut
maka penghindaran diri dari pajak secara yuridis Untuk pihak Notaris/PPAT sebaiknya dalam
itu juga dinamakan pengelakan pajak secara legal. pembuatan akta kuasa menjual sebaiknya dihindari
pembuatannya karena dapat menimbulkan
KESIMPULAN persoalan hukum atau konflik dikemudian hari atau
paling tidak dengan melakukan proses balik nama
Notaris dalam menjalankan jabatannya harus ke penerima kuasa terlebih dahulu. Kepada
memberikan penjelasan mengenai akta peralihan masyarakat yang melakukan jual beli tanah
hak serta kewajiban-kewajiban yang harus sebaiknya mengikuti ketentuan peraturan perun-
dang-undangan yang berlaku untuk menghindari
terjadinya konflik di kemudian hari atas
10
Hasil wawancara dengan Notaris Zulaicha di pengingkaran atau perbuatan melampaui hak yang
Semarang, tanggal 21 Juni 2017

399
Vol. 4 No. 3 September 2017 : 395 - 400

timbul oleh para pihak baik terkait dengan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
keberadaan kuasa menjual atas obyek jual beli.
Soejono Soekanto, 2010. Pengantar Penelitian
Hukum, Jakarta: UI

DAFTAR PUSTAKA P. Joko Subagyo, 1999. Metode Penelitian Dalam


Teori dan Praktek, Cet. III, Jakarta: Rineka
A. BUKU Cipta
R. Notodisoerjo, 1982. Hukum Notariat di B. Website
Indonesia Suatu Penjelasan, Edisi
pertama, Jakarta: CV Rajawali Pengikatan Jual Beli dan Kuasa untuk Menjual,
http://www.hukumonline.com/. Diakses
Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka. pada tanggal 24 Agustus 2017.
1979. Perihal Penelitian Hukum. Bandung:
Alumni Satrya Adhitama, “Perjanjian Pengikatan Jual Beli
(PPJB) versus Akta Jual Beli (AJB),
Bambang Sunggono, 2001. Metodologi Penelitian http://satryaadhitama.blogspot.com/2013/
Hukum, Cet. III, Jakarta: Raja Grafindo 06/perjanjian-pengikatan-jual-beli-
Persada ppjb.html, diakses pada tanggal 24
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, MH, 2010. Februari 2017.
Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

400

You might also like