You are on page 1of 11

27

Pelayanan Prima Sebagai


Upaya Pelaksanaan Good Government
SOFIA ACHNES

Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Riau,


Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Telp/Fax (0761) 63277

Abstract: One impact is most felt by the government in the era of globalization, the 21st Century, and public
administration reform, the public demands to improve the quality of service received from the government. In
other words, people get “excellent service” from the government. Community demands are not excessive,
therefore during this “paradigm to serve” from the government bureaucracy, in fact, reverse the “paradigm
served”. Although many critics and even blasphemy against the slow pace of public service provided the
government bureaucracy, but it seems not much significant change. The slowness of service, based on
observations and assessments of experts, among others, as a result of the path length that must be taken to an
activity (work procedures convoluted), deviant attitudes and behavior of government bureaucracy, weak
supervision immediate superior, systems and management style tend to be authoritarian, centralized authority
and power, professionalism, limited facilities and infrastructure, as well as other things. The question that
then arises is how the efforts of the government, so that the service provided to the community is increasing its
quality. This is important, therefore, the public has a right to get excellent service from the government. At
least three criteria for excellent service quality measures, namely: “faster, better, and cheaper”, a highly
coveted community. Associated with these things, the following will be presented on “Excellent Service”.

Keywords: fast, precise, good, and cheap.


.
Sejak Republik Indonesia berdiri, sudah menjadi penyelamatan, pemulihan, pemantapan, dan pe-
komitmen para penyelenggara pemerintahan ngembangan pembangunan.
negara baik yang duduk di lembaga eksekutif, Krisis multidimensi telah mendorong di-
legislatif, yudikatif, maupun badan-badan lain, mulainya sesuatu yang baik dan benar, yaitu me-
yaitu berjanji menjadi “abdi negara” dan “abdi laksanakan reformasi disegala bidang. Dengan
masyarakat” atau sebagai “pelayanan masyarakat”. demikian telah terjadi pahit dan manis sekaligus,
Komitmen tersebut juga telah disosialisasikan baik dalam kebijakan maupun dalam aransemen
dan ditekankan pada semua birokrasi pemerintah kelembagaan termasuk manajemen organisasi.
sejak seseorang masuk menjadi pegawai negeri Diharapkan upaya reformasi dapat membantu
sipil melalui pendidikan dan pelatihan pra-jabatan, instansi pemerintah beradaptasi secara signifikan
pembinaan atasan langsung, pembinaan melalui dengan meningkatkan kinerja dan kepercayaan
organisasi KORPRI, penataran-penataran, dan publik.
upaya lainnya. Upaya ini dilakukan dengan mak- Birokrasi dewasa ini sedang dan telah me-
sud agar “perilaku melayani” menjadi nilai-nilai nyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan nyata di
dasar birokrasi pemerintah, dan diharapkan lapang yang terus berubah, salah satunya apa-
akhirnya menjadi “budaya organisasi” di ling- ratur dan birokrasi harus semakin memfokuskan
kungan pemerintah. pada upaya menghasilkan barang dan pelayanan
Kemampuan para pemimpin penyeleng- jasa yang semakin berkualitas dalam rangka
garaan pemerintahan negara dan masyarakat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
untuk mengelola perubahan menjadi sangat kritis Permasalahan transformasi pemerintahan
dan strategik, terutama sensitivitas dan respon- dan birokrasi dalam menghadapi percepatan pe-
sivitas atas sinyal kapan perubahan tersebut rubahan tuntutan masyarakat ini telah dikemuka-
diperlukan, khususnya dalam lompatan langkah kan oleh Osborn dan Gaebler (1992) dengan

116
28 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, MaretPrima
Pelayanan 2012,Sebagai
hlm. 1-55
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

konsepnya, yang dituangkan dalam bukunya 8. Pemerintah dan birokrasi yang antisipatif.
yang berjudul “Reinventing Government: How 9. Diperlukan desentralisasi dalam penge-
the Entrepreneurial Spirit is Transforming the lolaan pemerintah.
Public Sector.” Buku tersebut menyajikan 10.Pemerintah dan birokrasi harus mem-
sejumlah prinsip yang dinyatakan sebagai prinsip- perhatikan kekuatan pasar.
prinsip fundamental birokrasi di masa depan. Selanjutnya bagaimana mengembangkan
Kehadiran konsep ini dianggap sebagai paradigma konsep tersebut, Osborne dalam buku lanjutan-
baru sehingga banyak dikutip dan dijadikan rujukan nya yang ditulis bersama rekannya Peter Plastrik
bagi perkembangan aparatur dan birokrasi hampir (1996), yang berjudul Banishing Bureaucracy:
di semua negara termasuk Indonesia. The Five Strategies for Reinventing Govern-
Lahirnya konsep ini bagi David Osborn dan ment, menyampaikan lima strategi untuk pe-
Ted Gaebler lebih banyak disadari dari latar be- ngembangan konsep “reinventing government”.
lakang fundamental lembaga birokrasi (public) Adapun kelima strategi ini dikenal dengan The
yang berseberangan dengan lembaga bisnis Five C’s adalah sebagai berikut:
(private). Bagi lembaga bisnis pendapatan ter- 1. Strategi inti (Core strategy), yaitu strategi
besar mereka dari pelanggan, sedangkan bagi perumusan kembali tujuan-tujuan penye-
birokrasi sebagian besar didapat dari pajak. Bagi lenggaraan pemerintahan, termasuk oto-
lembaga bisnis persaingan adalah segalanya, nomi daerah.
sedangkan bagi birokrasi lebih banyak meng- 2. Strategi konsekuensi (Consequency
andalkan monopoli. strategy), dalam hal ini perlu dirumuskan
Konsep reinventing government me- dan ditata kembali pola-pola insentif
nawarkan satu konsep kewirausahaan sebagai kelembagaan maupun individual.
satu konsep yang bisa dijalankan oleh lembaga 3. Strategi pemakaian jasa (Customer
publik ataupun lembaga-lembaga non profit lain- strategy), aparatur birokrasi dalam hal ini
nya. Konsep ini menggeser spektrum semangat perlu melakukan reorientasi dari kepen-
kewirausahaan ke birokrasi. Adapun sepuluh tingan politik pemerintahan, serta orientasi
prinsip tersebut, yakni: pada kepentingan kelembagaannya.
1. Pemerintah dan birokrasi berperan se- 4. Strategi pengendalian (Control strategy),
bagai katalisator yaitu adanya perumusan kembali dalam
2. Pemerintah dan birokrasi harus member- upaya pengendalian organisasi.
dayakan masyarakat dalam pemberian 5. Strategi Budaya/Kultur (Culture strategy),
pelayanan. yaitu adanya upaya reorientasi perilaku
3. Pemerintah dan birokrasi harus mencipta- dan budaya aparatur dan birokrasi.
kan persaingan dalam setiap pelayanan Timbulnya isu negative dari perubahan yang
4. Pemerintah dan birokrasi harus melakukan direncanakan dalam kebijakan, program dan
aktivitas yang menekankan kepada pen- kegiatan pembangunan dalam beberapa hal
capaian apa yang merupakan “misinya” memang tidak dapat dihindarkan. Banyak pem-
daripada peraturan-peraturan. borosan, kesia-siaan dan penderitaan yang di-
5. Pemerintah dan birokrasi hendaknya ber- temukan, yang sebenarnya dapat dihindarkan.
orientasi kepada kinerja yang baik. Untuk menghindari resiko, sekaligus mengopti-
6. Pemerintah dan birokrasi harus meng- malkan peluang yang ada, organisasi harus men-
utamakan pemenuhan kebutuhan masya- jadi pelaku yang tegak berdiri dan patut diper-
rakat bukan kebutuhan dirinya sendiri. hitungkan. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut
7. Pemerintah dan birokrasi harus memiliki ini adalah beberapa metode reformasi yang ti-
aparat yang tahu cara yang tepat dengan pikal, yaitu:
menghasilkan uang untuk organisasinya, 1. Restrukturisasi
disamping pandai menghemat biaya. 2. Rekayasa ulang
Pelayanan Prima Sebagai 29
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

3. Bervisi dan bermisi Untuk itu, upaya pemberdayaan masyarakat


4. Kebijakan, program, dan kegiatan pem- memerlukan semangat untuk melayani masya-
bangunan rakat (“a spirit to serve public”), dan menjadi
5. Pelaporan akuntabilitas mitra masyarakat (“partner of society”), atau
melakukan kerjasama dengan masyarakat (“co-
6. Perubahan strategi production”). Pelayanan memiliki makna pe-
7. Perubahan budaya organisasi ngabdian atau pengelolaan pemberian bantuan
Selanjutnya langkah yang digunakan dalam yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan
perubahan organisasi akan efektif bila dilandasi bangsa dalam membangun, yang dimani-
oleh wawasan yang mendasar, yaitu perubahan festasikan antara lain dalam perilaku “melayani,
besar tidak akan terjadi dengan mudah karena bukan dilayani”, mendorong, bukan meng-
berbagai alasan (krisis mata uang, moneter, hambat”, mempermudah, bukan mem-
ekonomi atau krisis multidimensi, penggeseran persulit”, sederhana, bukan berbelit-belit”,
aspirasi dan kebutuhan masyarakat, inovasi, iri terbuka untuk setiap orang, bukan hanya
hati negara lain dan lain sebagainya). Meskipun untuk segelintir orang”. Makna administrasi
demikian perubahan yang diperlukan bisa gagal publik sebagai wahana penyelenggaraan peme-
karena adanya kepemimpinan yang berorientasi rintah negara, yang esensinya “melayani publik”,
masa kini/lalu dan internal, struktur dan system harus benar-benar dihayati para penyelenggara
organisasi yang menghambat, politik dan ideologi pemerintahan negara.
yang picik, tingkat kepercayaan yang rendah, Sejalan dengan itu, dalam menyukseskan
kurangnya kerjasama, sikap yang arogan, sikap pembangunan dan mewujudkan kesejahteraan
saling menyenangi yang tidak sehat, kurangnya dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, ke-
kepemimpinan yang visioner dan demokratis bijakan pemberdayaan masyarakat perlu di-
(partisipatif), tingkat manajemen menengah ke arahkan antara lain pada: (a) pengurangan
bawah yang tidak diberdayakan dan ketakutan hambatan dan kendala-kendala bagi kreativitas
umum akan sesuatu yang tidak diketahui dan dan partisipasi masyarakat, (b) perluasan akses
hanya bisa dirasakan. pelayanan untuk menunjang berbagai kegiatan
Agar efektif, langkah, metode dan teknik sosial ekonomi masyarakat, dan (c) pengem-
perubahan organisasi seperti perubahan budaya bangan program untuk lebih meningkatkan
dan strategi, restrukturisasi, rekayasa ulang dan kemampuan dan memberikan kesempatan
Total Quality Management (TQM). Selain itu kepada masyarakat berperan aktif dalam me-
disadari sepenuhnya, bahwa di dalam negara manfaatkan dan mendayagunakan sumber daya
yang menganut paham demokrasi, masyarakat produktif yang tersedia, sehingga memiliki nilai
memiliki kekuasaan tertinggi. Dengan kata lain, tambah tinggi guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat adalah “raja” yang harus mendapat mereka.
perlakuan istimewa, karena memang mereka
memiliki hak untuk diistimewakan. Makna “raja” METODE
dan “diistimewakan” untuk masyarakat, bukan
bermakna tanpa batas. Sebab, ketika mas- Penelitian ini tergolong ke dalam analisis
yarakat diberikan kebebasan tanpa batas seperti deskriptif yang menjelaskan tentang pelayanan
sekarang ini, maka yang terjadi adalah suatu prima sebagai upaya pelaksanaan good go-
“reformasi tanpa kendali” atau “keblabasan”. verment. Pembahasan diarahkan kepada bagai-
Hal ini jelas bukan yang dikehendaki dan bukan mana upaya menerapkan pelayanan prima dalam
tujuan dari konsep pelayanan prima. Sebab, di menciptakan good goverment. Sementara itu
negara yang liberal pun masih ada aturan dan informan penelitian adalah informan yang paham
etika serta nilai-nilai bersama yang tetap akan pelayanan prima dan informasi lainnya yang
dihormati oleh semua pihak. dapat mendukung penjelasan.
30 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, MaretPrima
Pelayanan 2012,Sebagai
hlm. 1-55
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

HASIL usaha, maupun masyarakat yang datang dari luar


Hakikat Pelayanan Prima negara (pihak asing). Dalam bahasa di dunia
Untuk kepentingan praktis, pelayanan dapat bisnis adalah “costumers” atau para pelanggan.
dirumuskan sebagai “suatu proses kegiatan Bahkan dalam konsep manajemen bisnis,
seseorang atau sekelompok orang untuk costumer adalah merupakan nilai inti (core
memberikan bantuan seoptimal mungkin ke- value), sebab mati hidupnya suatu perusahaan
pada pihak lain yang memerlukan baik di- sangat tergantung dari para pelanggan. Dengan
minta atau tidak diminta.“ Adapun kata demikian, pelanggan hakikatnya adalah semua
“prima“ atau “unggul”, menunjuk pada makna orang yang memerlukan pelayanan harus
kualitas. Menurut Goetsch dan Davis (1994: diberikan sebaik mungkin.
p.4), kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang Ketiga, adalah bentuk pelayanan yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, diberikan, dimana bentuk pelayanan pada
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau dasarnya sangat variatif. Misalnya, pelayanan
melebihi harapan. Dari defenisi tentang pelayanan yang berwujud produk/barang (fisik) maupun
prima tersebut, terdapat lima hal penting, yaitu, jasa (non-fisik). Dalam pekerjaan kesek-
(1) pihak yang melayani, (2) pihak yang dilayani retariatan bentuk pelayanan dikenal berupa
(pelanggan), (3)bentuk atau jenis pelayanan yang pelayanan teknis dan administratif. Namun oleh
diberikan, serta (4) bantuan secara optimal, dan karena yang dibahas adalah pelayanan prima
(5)perlakuan dalam pelayanan. birokrasi pemerintah, maka pembahasan lebih
Pertama, dalam hubungannya dengan pela- ditekankan pada pelayanan dalam bentuk pela-
yanan prima di lingkungan birokrasi pemerintah, yanan teknis dan administatif. Pelayanan dalam
maka yang dimaksud dengan pihak yang mela- bentuk teknis, antara lain: mengetik, menghitung,
yani adalah seluruh jajaran “birokrasi peme- pengamanan, kebersihan, dan lain sebagainya.
rintah”. Artinya, baik yang duduk sebagai pejabat Sedangkan pelayanan dalam bentuk administatif
struktural (manajer), pejabat fungsional, maupun antara lain, pembuatan sistem kerja, misalnya;
staf yang tidak memiliki kedua jenis jabatan ter- sistem kearsipan, sistem perkantoran, sistem
sebut, memiliki kewajiban memberikan kepada komunikasi organisasi, sistem tata ruang, sistem
masyarakat dan pihak-pihak lain yang me- informasi kebakaran hutan, sistem pemantauan
merlukan sebaik mungkin. Dengan demikian, kerusakan terumbu karang, sistem pengendalian
pelayanan tidak hanya diberikan oleh para pe- dampak lingkungan global, dan sebagainya.
tugas loket, SATPAM, operator, sekretaris pri- Walaupun apabila dilihat pelayanan teknis
badi, staf bagian umum/tata usaha, atau petugas sangat mudah dan sering dikatakan pelayanan
lapangan lainnya yang non manajerial saja, tetapi yang menuntut keterampilan atau “hanya modal
seluruh tingkatan dalam tatanan organisasi. Pene- tenaga”, namun pelayanan administratif hampir
kanan ini menjadi penting, karena konotasi pela- tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan pe-
yanan sampai saat ini adalah hanya yang dilaku- layanan teknis. Untuk itu, baik pelayanan teknis
kan oleh para petugas teknis yang berada di garis maupun administratif hanya dapat dibedakan,
paling depan. Padahal kenyataannya dan hakikat tetapi tidak dapat dipisahkan, atau merupakan
dari pemberi pelayanan, tidak sesempit sebagai- suatu kesatuan yang utuh.
mana dimaksud. Makna ini akan menjadi makin Keempat, adalah bantuan secara optimal,
jelas, apabila dikaitkan dengan jenis pelayanan maknanya bahwa yang diberikan kepada pihak-
yang diberikan. pihak yang memerlukan prinsipnya harus diberi-
Kedua, adalah pihak yang dilayani dalam kan seoptimal mungkin. Makna optimal disini
proses pelayanan prima, yaitu masyarakat dalam tidak sama dengan maksimal. Menurut hemat
arti luas yaitu baik masyarakat dalam artian penulis, optimal adalah suatu upaya yang secara
sebagai individu (perorangan), kelompok, dalam terus-menerus ditingkatkan. Dengan demikian,
bentuk organisasi sosial kemasyarakatan, dunia dalam optimalisasi tidak dikenal berhenti atau puas
Pelayanan Prima Sebagai 31
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

sesaat. Ide dasarnya, adalah “sikap tidak pernah sibilitas and Flexsibility, para pelanggan
puas”. Konsep ini apabila dikembangkan men- merasakan bahwa pemberi pelayanan lokasinya,
jadi suatu dorongan atau motivasi yang besar dan waktu kegiatan, para pegawai, dan sistem opera-
tanpa batas. Hal ini mengingat, konsep pelayanan sioanalnya dirancang dan beroperasi dengan
prima hakikatnya merupakan suatu konsep yang baik sehingga mudah memiliki akses kepada
kualitatif. Artinya suatu konsep pengukurannya pelayanan serta kesemuanya disiapkan agar sesuai
sangat relatif, namun demikian dalam manajemen dengan permintaan dan keinginan pelanggan; (4)
pelayanan karena pertimbangan keterbatasan Realiability and Trust-worthiness, para pe-
maka dibuat ukuran-ukuran minimal. Konsep ini langgan mengetahui bahwa mereka mempercayai
sejalan dengan konsep TQM yang hakikatnya pemberi pelayanan, para petugas pelayanan akan
berisi tentang peningkatan kualitas produk menepati janjinya dan melakukan dengan se-
maupun tanpa henti (Juran, 1995). penuh hati; (5) Recovery, para pelanggan menya-
Kelima, perlakuan dalam pelayanan. Perla- dari bahwa apabila kesalahan dan terjadi hal-
kuan dalam pelayanan adalah, suatu sikap hal yang tidak diperhitungkan sebelumnya maka
tertentu (dapat dalam bentuk kurang baik pihak pemberi pelayanan akan segera mengambil
maupun baik) dari pihak yang melayani terhadap tidakan untuk mengatasi permasalahan. (6)
pelanggan. Dalam pelayanan prima, maka Reputasion and Credibility, para pelanggan
perlakuan dalam pelayanan adalah berdasarkan percaya bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan
prinsip bahwa semua pelanggan (masyarakat) pemberi pelayanan dapat dipercaya dan ber-
atau yang dilayani adalah “raja”, tanpa mem- usaha memiliki kinerja baik.
bedakan suku, agama, ras, warna kulit, status, Beberapa contoh tersebut, adalah sebagian
pangkat, dan sejenisnya. kecil dari sekian banyak contoh nyata yang da-
Dengan kata lain, baik datang apakah pat dikembangkan oleh para peserta dan pem-
pejabat, pegawai biasa, dan bahkan masyarakat baca. Dengan ulasan yang telah dikemukakan,
paling bawah pun, harus dilayani sama. Per- memperkuat bukti dan kesadaran kita bersama
tanyaan ini mudah diucapkan, tetapi dalam khususnya yang berada di jajaran birokrasi peme-
praktek dapat dikatakan sulit diterapkan. Pe- rintah, bahwa pelayanan yang prima sangat penting.
nyebabnya, antara lain: orientasi birokrasi peme-
rintah masih cenderung menggunakan feodalistik Urgensi Pelayanan Prima
manajemen, kolusi, dan secara kultural masih Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa
menganggap adanya stratifikasi atau kasta dalam era globalisasi telah merubah pola hidup, perilaku
masyarakat. Pernyataan ini perlu diteliti kebera- manusia, yaitu yang semula pasif menjadi aktif
daannya, namun yang paling jelas terlihat adalah bahkan produktif, lebih agresif, kritis, bahkan
karena “uang”. Sehingga dapat dikatakan kece- banyak perilaku yang sudah di atas ambang
patan pelayanan sangat ditentukan oleh besarnya batas, yaitu melakukan tindakan-tindakan sadis.
uang pelicin, dan kedekatannya dengan petugas. Dilihat dari sisi dunia bisnis, terlihat orang bisnis
Adapun kriteria pelayanan yang baik (prima) bersikap dan berperilaku serba cepat, praktis,
menurut Gronrooos (1990, dalam Sutopo, 2000, dan selalu mengupayakan tepat waktu dalam
p.11-12), adalah: (1) Profesionalisme and menyelesaikan tugasnya. Faktor waktu menjadi
Skill, yaitu para pelanggan menyadari bahwa barang yang mahal harganya, oleh karena waktu
para petugas pelayanan perlu memiliki penge- tidak dapat diputar ulang. Maknanya, kehilangan
tahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk waktu berarti kehilangan momentum dan ke-
memecahkan masalah secara profesional; (2) hilangan peluang. Untuk itu, tuntutan pelayanan
Attidutes and Behavior, bahwa para pelanggan prima, sebagai salah satu instrumen penting dalam
merasakan para petugas pelayanan memper- pengelolaan bisnis menjadi sangat penting.
hatikan dan tertarik untuk memecahkan masalah Ada tiga hal yang perlu dperhatikan mengapa
mereka secara spontan dan ramah; (3) Acces- pelayanan prima harus dilakukan oleh setiap
32 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, MaretPrima
Pelayanan 2012,Sebagai
hlm. 1-55
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

organisasi. Untuk lebih jelas ada beberapa alasan kepada organisasi yang bersangkutan. Nilai guna
mengapa pelayanan prima dikatakan penting, dan pengaruh pelayanan baik langsung maupun
antara lain: tidak langsung juga berkaitan dengan para pe-
1. Persaingan yang makin ketat, bahwa gawai. Kajian dari Bill Creech (1996) misalnya
dalam era perdagangan bebas sebagai menemukan bahwa pelayanan prima yang di-
salah satu ciri utama globalisasi ekonomi berikan oleh organisasi kepada para pelangaan,
dan abad ke-21, salah satu tantangan yang mampu meningkatkan secara signifikan tingkat
berat adalah tingkat persaingan yang keras komitmen organisasional para karyawan. Devrye
dan makin ketat. Menghadapi hal ini, (1997), dalam bukunya “Good Service is Good
maka kata kuncinya adalah “kualitas” da- Business”, mengemukakan baik langsung mau-
lam berbagai bidang termasuk peningkatan pun tidak langsung pelayanan yang baik (prima),
kualitas pelayanan. akan meningkatkan rasa percaya diri, perasaan
2. Kebutuhan pelanggan makin me- bangga, dan kepuasan kerja karyawan.
ningkat. Bahwa masyarakat atau pe- Temuan-temuan tersebut memperlihatkan
langgan pada era sekarang ini, ditandai bahwa pengaruh dari suatu perbuatan baik, yaitu
dengan makin kritisnya para pelanggan memberikan pelayanan prima, secara langsung
terhadap barang atau jasa yang diterima. maupun tidak juga dapat dikatakan sebagai suatu
Hal ini disebabkan, makin majunya tingkat proses pembelajaran para karyawan. Proses ini
pendidikan masyarakat, wawasan, dan menjadi lebih bernilai guna tinggi manakala, pihak
banyaknya produk atau jasa yang di- manajemen atau organisasi selalu berupaya
tawarkan. Selain itu, dengan makin majunya meningkatkan pelayanan internal dan eksternal.
peradaban budaya masyarakat yang di- Dengan melakukan upaya yang berkesinam-
sebut sebagai masyarakat global, juga ikut bungan, diharapkan pelayanan yang para pe-
memicu makin meningkatnya kebutuhan lakunya adalah para karyawan, akan dapat terus
para pelanggan terhadap barang atau jasa. ditingkatkan kualitasnya.
3. Pertumbuhan industri jasa. Dalam era Dengan demikian, secara teoritis maupun
globalisasi seperti yang telah dikemukakan empiris terbukti bahwa pelayanan prima memiliki
menunjukkan bahwa sektor industri terus keterkaitan yang tinggi dengan tumbuhnya per-
meningkat dari waktu ke waktu termasuk caya diri yang tinggi; perasaan bangga; kepuasan
pertumbuhan industri jasa. Beberapa kerja; menumbuhkan semangat dan motivasi
contoh misalnya jasa telekomunikasi, sa- kerja; meningkatkan tingkat kesejahteraan;
ngat pesat laju pertumbuhannya, sehingga meningkatkan profesionalisme; meningkatkan
telah menjangkau sampai ke desa. De- daya saing individual.
mikian juga industri jasa lainnya, yang
kesemuanya menuntut kecepatan, kete-
patan, kehandalan (prima), dan biaya yang 2. Nilai guna terhadap pelanggan
terjangkau. Dengan kata lain, pertumbuhan Kajian terhadap seberapa jauh tingkat keter-
industri jasa menuntut peningkatan kualitas kaitan atau korelasi antara pelayanan prima
pelayanan yang diberikan. dengan nilai guna terhadap pelanggan, tampak-
nya tidak perlu diragukan lagi. Bahkan dapat di-
katakan, tanpa dilakukan kajian atau penelitian
Manfaat Pelayanan Prima pun sudah dapat diduga, para pelayanan prima
Dilihat dari perspektif organisasi, pelayanan berpengaruh secara langsung terhadap nilai guna
prima memiliki tiga manfaat, yaitu: yang tinggi terhadap para pelanggan atau mas-
1. Nilai guna terhadap pegawai yang melayani yarakat pada umumnya.
Aktivitas pelayanan yang dilakukan oleh or- Berdasarkan hasil survei para mahasiswa
ganisasi, berdasarkan dari berbagai kajian me- Fisip UR terhadap pelayanan pembuatan KTP,
nunjukkan, bahwa nilai gunanya tidak hanya menunjukkan bahwa dengan kecepatan yang
Pelayanan Prima Sebagai 33
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

luar biasa, yaitu menjadi “hanya satu jam” saja, sarana promosi organisasi. Maknanya, apabila
meningkatkan nilai guna yang sangat tinggi pelayanan yang diberikan kurang baik, sama de-
terhadap masyarakat. Sebaliknya, suatu pene- ngan mengubur reputasi organisasi atau meng-
litian yang dilakukan sekelompok masyarakat hancurkan organisasi secara tidak langsung.
terhadap pengurusan SIM dan STNK ternyata Dengan demikian, nilai guna pelayanan prima
hasilnya kurang memuaskan. Hal ini disebabkan, bagi organisasi menjadi sangat penting. Dikata-
selain waktu yang cukup lama dan dirasakan kan demikian, oleh karena salah satu faktor yang
berbelit-belit, banyaknya calo, dan biaya yang ikut menentukan maju dan mundurnya suatu
cukup mahal. organisasi adalah dari seberapa tinggi pelayanan
Namun dari survei umum yang pernah prima yang diberikan.
dilakukan terhadap ide penyatuan “SAMSAT” Beberapa dampak dari pelayanan prima ter-
atau Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap hadap organisasi antara lain; meningkatkan citra
untuk pengurusan STNK kendaraan bermotor, positif/baik organisasi, keuntungan organisasi
dinilai sangat baik. Demikian juga dengan pe- meningkat, pengakuan eksistensi organisasi, me-
layanan pembayaran listrik dan telepon melalui miliki daya saing tinggi, dan memiliki peluang
jasa bank, juga dinilai baik karena pelanggan/ untuk berkembang lebih luas.
masyarakat tidak perlu direpotkan dengan pada
setiap bulan untuk membayar rekening listrik dan
telepon yang kantornya berjauhan. Masalah-masalah dalam Pelayanan Prima
Atas dasar uraian di atas, nilai guna pela- Apabila diikuti, baik konsep atau teori
yanan prima terhadap pelanggan/ masyarakat maupun dalam hasil-hasil kajian, tampaknya
adalah; kepuasan, kebutuhan terpenuhi, merasa semua baik dan lacar. Namun dalan prakteknya
dihargai atau diperhatikan kepentingannya, pelayanan tidak semudah atau seideal yang ada
merasakan mendapatkan pelayanan yang pro- dalam teori. Apabila dalam memberikan pela-
fesional, dan keuntungan bagi masyarakat. yanan alam masyarakat, yang sangat beragam
dalam berbagai hal termasuk dalam segi inte-
lektualnya, pelayanan oleh pemerintah dirasakan
3. Nilai guna terhadap organisasi sangat sulit. Bahkan masyarakat sering meng-
Nilai guna ketiga adalah terhadap organisasi, anggap birokrasi pemerintah kurang tanggap,
yaitu sejauh mana pelayanan prima yang diberi- berbelit-belit, mempersulit, waktu yang lama, dan
kan baik internal maupun eksternal telah men- keluhan lain terhadap apa yang diinginkan mas-
datangkan kemajuan, perkembangan, dan ke- yarakat. Bahkan ada anekdot, yang menyatakan
untungan bagi organisasi. Pelayanan internal “Kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah”.
dimaksud adalah pelayanan organisasi terhadap Sebaliknya pemerintah menganggap pihak mas-
para pegawai, antara lain dalam bentuk pelayanan yarakat kurang memanfaatkan pelayanan yang
kesejahteraan, sistem penggajian, karir, kenaikan diberikan pemerintah dengan baik.
pangkat, kemudahan dalam memperoleh infor- Keluhan dari masyarakat tersebut, bukan
masi, kemudahan menemui atasannya, dan seba- tidak beralasan dan bukan tidak ada bukti. Ber-
gainya. Sedangkan pelayanan eksternal adalah bagai kajian, bahkan dalam kehidupan sehari-
pelayanan kepada masyarakat pada umumnya. hari dapat kita amati, kualitas pelayanan birokrasi
Seperti telah dikemukakan pada contoh- pemerintah memang masih perlu diperbaiki dan
contoh maupun hasil kajian menunjukkan, bahwa ditingkatkan. Beberapa contoh misalnya dalam
pengaruh pelayanan prima sangat menguntungkan pelayanan pemberian ijin, cukup banyak keluhan
bagi semua pihak termasuk terhadap organisasi antara lain lambannya pelayanan dan sikap
itu sendiri. Hal ini bermakna, pelayanan prima arogansi yang ditunjukkan para petugas. Bahkan
yang diberikan organisasi kepada para pe- pada kantor pelayanan pajak, yang merupakan
langgan adalah tidak sekedar untuk memuaskan pos penerimaan keuangan negara, masyarakat
para pelanggannya, lebih dari itu sekaligus sebagai dibiarkan antri di bawah terik matahari untuk
34 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, MaretPrima
Pelayanan 2012,Sebagai
hlm. 1-55
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

membayar pajak, sementara petugas pajak be- PEMBAHASAN


rada di dalam ruangan ber AC dan disediakan Salah satu kata kunci dalam pelayanan prima
makan minum. Suatu pemandangan yang sangat adalah “kualitas”. Menurut Goetsch dan David
bertolak belakang dan ironis, tetapi itulah kenya- (1994), kualitas merupakan suatu kondisi dinamis
taannya. Birokrasi pemerintahan tampaknya yang berhubungan dengan produk, jasa manusia,
sudah kebal dengan berbagai hujatan dari mas- proses, dan lingkungan yang memenuhi atau me-
yarakat. Alasan klasik dari pihak birokrasi peme- lebihi harapan pihak yang menginginkan. Peter
rintahan adalah karena penghasilan yang sangat Drucker (dalam Bowles dan Hammond, 1991)
minim, sehingga apabila tidak “memanfaatkan mengemukakan, bahwa kualitas adalah produk
peluang” akan rugi dan tidak dapat hidup layak atau pelayanan, bukan seperti yang ditetapkan
Dari ulasan di atas, apabila dicermati per- oleh pemasok, tetapi seperti yang diinginkan itu,
masalahan dalam pelayanan terdapat beberapa mereka mau dan rela membayarnya.
hal. Menurut Vincent Gaspersz (1997), terdapat Dengan demikian, salah satu pendekatan
tujuh dimensi atau atribut dalam pelayanan, yaitu: yang tepat digunakan dalam pembahasan pe-
(1) ketepatan waktu, (2) akurasi pelayanan, (3) layanan prima adalah “pendekatan kuailitas”.
kesopanan dan keramahtamahan dalam mem- Dua pakar, yaitu Edwards Deming dan Joseoh
berikan pelayanan, (4) tanggung jawab, (5) Juran, adalah para pakar yang sangat peduli
kemudahan mendapatkan pelayanan, (6) ke- terhadap masalah kualitas. Menurut kedua pakar
nyaman dalam memperoleh pelayanan, dan (7) tersebut, dalam rangka peningkatan kualitas
atribut pendukung pelayanan lainnya. pelayanan secara terus menerus dengan meng-
Dilihat segi praktis, masalah pelayanan dapat gunakan model USE-PDCA sebagai berikut:
berasal dari pihak pemberi pelayanan dan pihak 1. Understand Service Quality Improvement
penerima pelayanan. Masalah yang berasal dari (Memahami kebutuhan perbaikan kualitas
pihak pemberi pelayanan (dalam hal ini peme- pelayanan). Berkaitan dengan pelayanan-
rintah), antara lain meliputi: kualitas dan sikap pelayanan apa yang akan ditingkatkan
perilaku birokrasi pemerintah, sistem manajemen kualitasnya.
pemerintah (sentralisasi atau desentralisasi), 2. State the Service Quality Problem
regulasi, sarana dan prasarana pelayanan. Se- (Menyatakan masalah-masalah kualitas
dangkan masalah yang datang dari penerima yang ada). Berkaitan dengan kondisi kua-
pelayanan (masyarakat), antara lain: tuntutan litas pelayanan-pelayanan yang ada di
yang berlebihan terhadap pelayanan pemerintah, instansi peserta saat ini.
tingkat intelektual masyarakat (pengetahuan, 3. Evaluate the Root of Cause (Mengevaluasi
wawasan, dsb ), sikap dan perilaku masyarakat, akar penyebab masalah pelayanan)
dan kesadaran masyarakat terhadap hukum. 4. Plan the Solutions (Merencanakan pe-
Ketujuh dimensi permasalahan dan dua masalah nyelesaian masalah kualitas pelayanan).
praktis tersebut, menjadi penting oleh karena Merencanakan jenis-jenis pelayanan apa
perhatian yang kurang dari dimensi-dimensi yang akan ditingkatkan atau diperbaiki,
dimaksud akan mendatangkan dan memperbesar dan bagaimana caranya.
masalah. Pada gilirannya, permasalahan yang 5. Do or Implement the Solutions (Melak-
dibiarkan dan segera diperbaiki akan memunculkan sanakan rencana solusi atas masalah kua-
masalah baru. Pertanyaan yang kemudian muncul litas pelayanan).
adalah bagaimana upaya-upaya yang dilakukan 6. Check the Solutions Result (Mempelajari
untuk mengurangi dan bila perlu menghilangkan hasil-hasil solusi terhadap masalah kualitas
permasalahan-permasalahan tersebut. Terkait pelayanan)
dengan hal ini, berikut disampaikan beberapa 7. Act to Standardize the Solutions (Ber-
upaya yang diharapkan dapat meningkatkan tindak untuk menstandarisasikan solusi
kualitas pelayanan menuju pada pelayanan prima. terhadap masalah kulitas pelayanan).
Pelayanan Prima Sebagai 35
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

Pendekatan lain yang penting dalam rangka kepemimpinan yang sekaligus terkait de-
pelayanan prima adalah pendekatan perilaku. ngan kualitas kepemimpinan. Menurut
Pendekatan perilaku pada dasarnya lebih melihat Sudarsono (1994, dalam Sutopo, 2000:
pada individu-individu dari para petugas pela- p.35), bahwa “perlakukan para karyawan/
yanan maupun pihak yang dilayani. Asumsi dasar pegawai seperti keinginan anda bagai-
perilaku manusia dalam kaitannya dengan pela- mana para karyawan memperlakukan
yanan prima dapat ditelusuri dari beberapa aspek pelanggan”. Masalahnya adalah, mampu-
prinsip pelayanan prima. kah para pemimpin organisasi bisnis dan
Beberapa aspek prinsip pelayanan prima: organisasi publik kita menciptakan sua-
1. Dikenal adanya hukum tentang pelanggan sana untuk memperlakukan para anak
(costumer), yaitu: buahnya sedemikian rupa sebagaimana
a. The Customer is always right kita mengharapkan mereka memperla-
(pelanggan itu selalu benar) kukan para pelanggan.
b. If the customer is wrong, see rulle Dalam hubungan ulasan tentang perilaku
number one (apabila pelanggan salah, dengan pelayanan prima, DeVrye (1994) me-
lihat kembali peraturan nomor satu). ngemukakan tujuh perilaku yang dapat mem-
Dari rumusan yang tampaknya tidak bantu terwujudnya pelayanan prima, yaitu: “self
serius tersebut, di dalamnya mengan- esteem, exceed expectation, recovery, vision,
dung konsekuensi penting, yaitu ada- emprove, care, dan empower”. Penjelasan
nya tuntutan untuk terus-menerus ringkas dari tujuh perilaku tersebut adalah:
memperhatikan kepentingan para 1. Self esteem (harga diri/percaya diri),
pelanggan. bahwa dalam pelayanan, perasaan per-
2. Pengembangan pelayanan prima tetap caya diri dari semua pelaksana pelayanan
berpusat pada unsur manusia, yang ada penting, sebab akan sangat mempengaruhi
dalam organisasi pada semua tingkat. kualitas pelayanannya atau terdapat
Kata-kata “Happy employees yield pengaruh positif.
happier customers” atau kepuasan para 2. Exceed expectation (melampaui yang
pegawai mencerminkan kepuasan pelang- diharapkan), bermakna bahwa organisasi
gan merupakan pernyataan yang me- harus berupaya memberikan tugas terbaik
nyentuh tentang peran sumberdaya ma- kepada para pelanggan atau pelayanan
nusia dalam pelayanan. Masalahnya yang diberikan melebihi yang diminta pe-
adalah bagaimana mengembangkan langgan. Organisasi yang berhasil, selalu
sumber daya manusianya sebagai langkah menetapkan standar pelayanan yang tinggi
awal dalam membangum pelayanan prima. dan mengkomonikasikan standar-standar
Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa tersebut kepada petugas pelayanan dan
“service comes from people not compa- pada para pelanggan. Dalan hal ini, yang
nies”. Oleh karena itu, pengembangan perlu diperhatikan adalah sikap dan pe-
sumberdaya manusia menjadi sangat rilaku konsisten. Pelayanan prima bagi
penting dalam rangka peningkatan pela- para pelanggan adalah “menciptakan
yanan prima. Dapat dikatakan bahwa kua- pengalaman-pengalaman positif yang
litas pelayanan yang prima hanya mungkin diharapkan pelanggan memenuhi dan
terwujud dari manusia yang berkualitas. melampaui secara konsisten harapan-
3. Faktor kepemimpinan, yaitu sejumlah para harapan mereka”
pemimpin dalam organisasi mampu mem- 3. Recovery (pembenahan), bahwa pada
berikan pelayanan prima melebihi apa hakikatnya keluhan-keluhan dari para
yang dilakukan oleh para anak buahnya. pelanggan harus dilihat sebagai peluang-
Di sini dapat dibahas masalah perilaku peluang untuk memperbaiki/ pembenahan
36 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, MaretPrima
Pelayanan 2012, Sebagai
hlm. 1-55
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

dan bukan masalah. Dalam strategi pela- tugas pelayanan, dengan maksud agar lebih
yanan, apabila dirasakan adanya pela- mempercepat pelayanan yang diberikan.
yanan yang tidak atau kurang memuaskan Berdasarkan pendekatan-pendekatan di
maka harus secepatnya dilakukan pembe- atas, diharapkan bahwa pelayanan yang diberi-
nahan/perbaikan, dan diusahakan pencegahan kan pendekatan organisasi pada masyarakat
agar pelanggan tidak menceritakan kembali pelanggan dapat terus ditingkatkan. Oleh karena
kepada orang lain. Untuk itu beberapa kita masalah pelayanan pada akhirnya sangat ter-
perlu diterapkan antara lain; pelatihan para gantung dari sikap dan perilaku manusianya,
pegawai untuk mengatasi keluhan-keluhan maka pengembangan sumber daya manusia
secara cepat dan tepat, menguji standar merupakan unsur yang perlu diperhatikan dalam
pelayanan, survei pada para pelanggan, pembahasan pelayanan prima.
dan upaya-upaya lainnya.
4. Vision (pandangan masa depan), bahwa Terkait dengan pengembangan sumber daya
visi pelayanan yang diterapkan adalah da- manusia dalam rangka pelayanan prima, secara
lam jangka panjang dan bukan dalam konseptual terdapat tiga jenis kompetensi yang
jangka pendek. Visi pelayanan ini sangat harus dimiliki aparatur pemerintah yang profe-
penting, karena berfungsi sebagai pemandu sional, yaitu kompetensi pengetahuan, kompe-
bagi organisasi dalam melakukan pela- tensi keahlian dan keterampilan, dan kompetensi
yanan kepada para pelanggan. sikap dan perilakunya. Dewasa ini, menurut
5. Improve (peningkatan), bahwa salah satu Mustopadijaja (2002), karakteristik PNS ysng
kunci keberhasilan dalam melakukan pela- profesional dituntut memiliki: (1) menguasai penuh
yanan adalah dalam melakukan pening- bidang pekerjaannya atau ahli (expertise), (2)
katan yang terus menerus dan berkesi- mampu mandiri (independent) dalam pengertian
nambungan. Hal ini bermakna pelayanan memiliki jiwa inovasi dan kreatifitas yang tinggi
prima tidak mungkin dapat dicapai dalam sehingga tidak tergantung kepada atasan dalam
waktu singkat, tetapi memerlukan proses melakukan pekerjaannya, (3) memiliki kesung-
waktu yang panjang. Di sini yang dituntut guhan dan tanggungjawab terhadap pekerjaan
adalah komitmen dari seluruh penyeleng- (comitment to be work), (4) mampu menun-
garaan pelayanan. Komitmen bermakna jukkan kinerja yang unggul sebagai profesional,
sebagai tingkat keberpihakan dari para dan (5) memegang teguh etika profesinya (ethics).
pelaksana pelayanan. Dalam perspekTif Untuk birokrasi yang berada di kementrian
bisnis, komitmen pelayanan harus pada lingkungan hidup masih harus ditambah kepe-
pelanggan, yang berarti pelanggan adalah duliannya terhadap lingkungan hidup termasuk di
raja. dalam lingkungan sosialnya.
6. Care (perhatian), yaitu sejauhmana orga-
nisasi mampu menjadikan organisasi men- SIMPULAN
jadi “user friendly”, yakni organisasi yang Dari rangkaian yang telah disajikan mem-
membuka beberapa menit sebelum “ope- perlihatkan bahwa pelayanan prima merupakan
ning time”. Dimata konsumen atau pe- tugas mulia dari seluruh jajaran birokrasi peme-
langgan, kualitas pelayanan meliputi rintah, bahkan untuk seluruh insan di atas bumi
ukuran-ukuran: reliability, assurance, ini. Disebut demikian, oleh karena pelayanan
empathy, dan responsiveness. bermakna sangat dalam dan memiliki makna
7. Empower (pemberdayaan), adalah suatu spiritual, emosional, intelektual, dan manajerial
aktifitas organisasi dimana seluruh unsur dalam pengejawantahannya, tentunya disesuaikan
organisasi dilibatkan dalam kegiatan orga- dengan situasi, kondisi, serta kebutuhan masing-
nisasi dalam rangka pencapaian tujuan masing organisasi. Sedangkan dari segi pengem-
organisasi. Pemberdayaan juga bermakna bangannya, sangat tergantung dari daya inovasi
pemberian kewenangan kepada para pe- dan daya kreatifitas para pelaksananya.
Pelayanan Prima Sebagai 37
Upaya Pelaksanaan Good Government (Sofia Achnes)

DAFTAR PUSTAKA Instruksi Presiden No.1 Tahun 1995 Tentang


Basuki, Johanes. Perspektif Kapabilitas Manajer Perbaikan Dan Peningkatan Mutu Pelayanan
Kantor. Jakarta: Yayasan Manajemen, 1997. Aparatur Pemerintahan Kepada Masyarakat.

Budiono, B. Pelayanan Prima. Jakarta: Yayasan Juran, J. M. (1995), Merancang Mutu:


Kuala Indonesia, 1999. Terjemahan Bambang Hartono. Jakarta: PT.
Pustaka Binaman Pressindo.
Creech, Bill, The Five Pillars Of Total Quality
Management. Terjemahan oleh Clara Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Suwondo, Lima Pilar Manajemen Terpadu. Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993
Jakarta: Binarupa Aksara, 1996. tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan
Umum.
Dwiyanto, Agus, 1995, Penilaian Kinerja
Organisasi Pelayanan Publik, Fisipol Mc Afee R. Bruce dan William Poffenberger,
Universitas Gajahmada, Yogyakarta. 1982, Productivity Strategies Enhancing
Employee Job Performance, Prentice-Hall,
De Vrye, Catherine, Good Service Is Good Inc, New Jersey.
Business, Sydney: Prentice-Hall Australia,
1994. Mustopadidjaja, A.R., Mewujudkan Good
Gevernance dan Otonomi Daerah. Majalah
Gronoos, Christian., Service Management And “Sinergi” STIA-LAN Edisi No. 6 Agustus
Marketing. Toronto: Lexington Books, 2002.
1990.
Farace, Richard V., Peter R. Monge dan Hamish
Hardjosoekarto, Soerdarsono(1994), Beberapa M. Russell, 2000, Communicating and
Perspektif Pelayanan Prima, Bisnis % Organizing dalam Komunikasi Organisasi,
Birokraksi, No. 3/Vol.IV/September 1994. R. Wayne dan Don F.Faules, Editor Dedy
Mulyana, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Http://fehps.une.edu.au/f/s/curric/eRedden/
csst495/documentation/evalqual8. Stamatis, D. H., Psikologi Pelayanan Dalam
HTML.UNE, Form for Evaluating a Industri Jasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Qualitative Research Report, University of Utama, 1994.
New England, Education, Health and
Profesional Studies. Sutopo, dkk. Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara, 2000.

You might also like