Professional Documents
Culture Documents
Abstract
One of the hot public policies was discussed until now is about e-government. The Ministry
of Home Affairs has appointed Surabaya as the best practice sister city and ICT / e-
government. This confirms that Kota Surabaya is an example for other cities in Indonesia
in implementing e-government. This research has a purpose to examine that behavior the
civil servants in accept a technology influence to the technology acceptance itself.
Specifically, researched about perceived ease of use and perceived usefulness of employee
will be influence to the acceptance of e-government using Technology Acceptance Model
(TAM). And also examine that perceived ease of use of e-government applications
strengthen the influence of perceived usefulness to e-government acceptance. The objects
of the research are Surabaya regional government specially in 15 institution. One hundred
and fifty the civil servants that in their ordinary routine interact with the computer.
Because of the complexity relationship between variables, structural equation modeling
becomes an appropriate analysis tool to used on this research. The result of the research
found that all of the proposed hypotheses are accepted and proven by his truth. Perceived
usefulness and perceived ease of use e-government applications that was felt by the civil
servants influence to acceptance of e-government. Perceived ease of use the e-government
applications that was felt by the civil servants also strengthen the influence of perceived
usefulness of civil employees to e-government acceptance.
Abstrak
Salah satu kebijakan publik yang hangat dibicarakan sampai dengan saat ini mengenai e-
government. Kementerian Dalam Negeri telah menunjuk Kota Surabaya sebagai best
practice sister city dan ICT/e-government. Hal ini menegaskan bahwa Kota Surabaya
merupakan contoh bagi kota lain di Indonesia dalam mengimplementasikan e-
government. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perilaku pegawai negeri
sipil dalam menerima suatu teknologi berpengaruh pada penerimaan teknologi itu sendiri
dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Khususnya meneliti tentang
keyakinan pegawai akan kemudahan serta manfaat teknologi berpengaruh pada
penerimaan e-government. Dan juga membuktikan bahwa keyakinan pegawai akan
kemudahan suatu aplikasi e-government, memperkuat pengaruh keyakinan pegawai akan
manfaat terhadap penerimaan e-government. Obyek penelitian adalah pemerintah kota
Surabaya tepatnya di 15 instansi. Subyek penelitian sebanyak 150 pegawai negeri sipil
yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan komputer. Kompleksitas hubungan antara
variabel menjadikan Structural Equation Modeling sebagai alat analisis yang tepat
Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 1
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA
digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian membuktikan bahwa seluruh hipotesis
yang diajukan diterima dan terbukti kebenarannya. Keyakinan akan manfaat aplikasi e-
government yang dirasakan oleh pegawai serta keyakinan akan kemudahan aplikasi e-
government yang dirasakan oleh pegawai, berpengaruh terhadap penerimaan aplikasi e-
government itu sendiri. Kemudahan aplikasi e-government yang dirasakan oleh pegawai
juga memperkuat pengaruh keyakinan pegawai akan manfaat terhadap penerimaan e-
government.
1. Pendahuluan
Instruksi Presiden Republik Indonesia No.6 Tahun 2001 dan dipertegas kembali dengan Instruksi
Presiden No.3 Tahun 2003. Munculnya otonomi daerah selain membawa semangat keterbukaan dan
pemberdayaan masyarakat, juga telah menjadi tuntutan bahwa masyarakat butuh kecepatan informasi
dan pelayanan prima, sehingga hal ini semakin mendesak pemerintah khususnya pemerintah daerah
no.3 tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government,
menegaskan bahwa pemerintah harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk
pelayanan publik. Slamet, dkk (2007) mengungkapkan bahwa teknologi informasi telah
mendorong transformasi, dari paradigma birokrasi tradisional (yang menekankan kepada standarisasi,
rutinitas, spesialisasi, fokus internal, dan kewenangan), menuju paradigma e-government (yang
menekankan kepada membangun jaringan yang terkoordinasi, kerjasama eksternal dan orientasi
pelayanan kepada masyarakat sebagai fokusnya), oleh karena itu, pemerintah Republik Indonesia
Aspek perilaku yang selama ini dipahami diyakini mampu mengurangi permasalahan yang
muncul dari sisi sifat kemanusiaan, seperti misalnya sulitnya untuk merubah perilaku tersebut.
Sulitnya merubah perilaku dapat menjadi penghalang berkembangnya pemakaian teknologi informasi
yang telah direncanakan dalam waktu yang lama (Yuhertiana,2006), bila hal ini terjadi, organisasi
akan mengalami kerugian karena dalam penerapan IT memerlukan dana dalam jumlah yang besar,
perlunya anggaran yang cukup besar untuk pembangunan e- government di daerah diakui oleh
Soendjojo(2005). Salah satu teori yang menjelaskan tentang model pendekatan penerimaan
suatu teknologi adalah Technology Acceptance Model.. Secara umum penelitian penerimaan
teknologi informasi didasarkan pada Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan
oleh Davis (1989), dapat digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan pengguna terhadap
teknologi. TAM mendefinisikan terdapat dua faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna
2. Perceived Ease of Use (PEOU), yaitu tingkatan seseorang mempercayai bahwa menggunakan
TAM dinilai mampu memberi kontribusi terbaik dalam memprediksi dan menjelaskan penerimaan
(Acceptance) pengguna pada teknologi komputer dalam organisasi (Venkatesh dan Davis dalam
Schillewaert,et.al :2000). TAM berteori bahwa kedua keyakinan ini menentukan tingkah laku
penerimaan secara langsung. Teori ini juga memberi arti bahwa kemudahan penggunaan yang
dirasakan, karena menurut hukum cateris paribus, teknologi yang mudah digunakan akan lebih
berguna.
Berdasarkan Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang- undang
nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian , pasal 1 ayat 1 menyebutkan Pegawai
Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi
tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai
Negeri Sipil (PNS) menurut Undang- undang nomor 43 tahun 1999 pasal 2 ayat 2 terdiri atas :
1. Pegawai Negeri Sipil Pusat (PNS Pusat), yaitu PNS yang gajinya dibebankan pada APBN, dan
bekerja pada departemen, lembaga pemerintah non departemen, kesekretariatan lembaga tertinggi atau
lembaga tinggi negara, instansi vertikal di daerah propinsi atau kabupaten atau kota, serta
2. Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNS Daerah), yaitu PNS daerah propinsi atau kabupaten
atau kota yang gajinya dibebankan pada APBD dan bekerja pada pemerintah daerah atau
kemajuan teknologi informasi untuk menunjang kinerja. Satu demi satu aplikasi dibuat untuk
mempermudah tata kelola administrasi pemerintahan. Hingga kini ada sebelas (11) aplikasi untuk
internal pemkot dan sembilan aplikasi (9) yang ditujukan untuk pelayanan publik. Bahkan yang
terbaru pada 25 April 2016, Ibu Walikota Surabaya Tri Risma Harini, telah me-launching App
Diharapkan masyarakat Kota Surabaya dapat lebih mudah mengurus perijinan melalui
SSW-mobile dengan men-download pada play store/app store di hp masing-masing warga. Perijinan
Bila tahun-tahun sebelumnya kita lebih familiar dengan istilah Adipura, sebagai sebuah
penghargaan bagi kota dengan prestasi kebersihan dan kerapihan, maka mulai tahun 2011 bertambah
satu istilah lagi yaitu ICT Pura yaitu penghargaan bagi kota yang berhasil mengelola TIK dengan baik
sehingga memberikan kontribusi manfaat yang signifikan terhadap sistem kehidupan masyarakatnya
oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. ICT Pura yang baru pertama kali digelar di
tahun 2011 mengukuhkan Kota Surabaya Kategori Utama yaitu sebagai kota yang telah siap dan
mampu bersaing di bidang TIK mengungguli 165 Kabupaten/Kota lainnya dari 33 Propinsi di
Indonesia atau rata-rata setiap Propinsi diwakili oleh 5 kota/kabupaten yang terpilih oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika untuk mengikuti ICT Pura. Keberhasilan ini tentunya juga dipengaruhi
oleh perilaku para pegawai dalam bekerja dengan teknologi. Adapun permasalahan yang akan diteliti
3. Apakah Perceived Ease of Use memperkuat pengaruh Perceived Usefulness terhadap penerimaan
e-government(Acceptance)?
Pendekatan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah sebagai
berikut:
a) Variabel Perceived Usefulness (PU), yaitu tingkatan pada seseorang berfikir bahwa menggunakan
a) Hipotesis awal adalah Perceived Usefulness pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya
b) Hipotesis kedua adalah Perceived Ease of Use pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya
c) Perceived Usefulness pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya memperkuat pengaruh
2. Untuk menguji pengaruh antara Perceived Ease of Use terhadap penerimaan e- government
3. Untuk mempertegas kuat atau lemahnya Perceived Ease of Use dalam pengaruh
as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that have the ability to
public and government through the use of automated systems and the Internet network, more
Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan
hubungan antara Pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi informasi ini kemudian
menghasilkan hubungan bentuk baru seperti: G2C (Government to Citizen), G2B (Government to
Business Enterprises), dan G2G (inter-agency relationship). (Rahardjo, 2001 dalam Quina,2009).
Perubahan dari sistem manual ke sistem komputer tidak hanya terkait dengan perangkat
keras dan perangkat lunak teknologi komputer, selain juga perubahan perilaku manusia.
dalam organisasi ditemukan bahwa faktor-faktor psiko-sosial seperti kepuasan pengguna dalam
sistem informasi organisasi dan faktor-faktor prestasi pekerja yang lebih berpengaruh. Penting sekali
untuk dipastikan bahwa pekerja telah merasa puas dengan fasilitas IT yang diberikan. Pengembangan
e-government membutuhkan perencanaan dan penerapan yang hati- hati untuk menghindari
perlawanan, saat ini bisnis terlibat dalam dilema peningkatan kebutuhan yang konstan untuk
perubahan dan perlawanan alami dalam diri manusia untuk berubah. Seseorang biasanya menyukai
atau bahkan mendorong perubahan ketika hal ini melibatkan orang lain. Perubahan biasanya juga
dikehendaki ketika hal ini melibatkan peningkatan keahlian-keahlian yang sudah terbukti atau sudah
didukung secara luas. Sebagai contoh, seseorang jarang sekali menolak ketika diminta untuk meng-
up grade ke sistem komputer atau perangkat lunak yang baru dan yang telah dikembangkan, atau
Perlawanan muncul ketika perubahan pada pertanyaan yang pertanyaan yang mempengaruhi
manusia pada tingkat personal. Perubahan berubah menjadi ancaman ketika hal ini melibatkan
kebiasaan, tradisi, dan hubungan kedaerahan yang dibuktikan, diketahui dan yang paling penting,
sudah lazim pada seseorang. Perlawanan bahkan lebih kuat ketika perubahan menyebut atau
Menurut Lawrence dan Low dalam tulisan Indriantoro (2000:196), untuk menghindari perlawanan
untuk berubah dalam penerapan teknologi informasi, maka diperlukan partisipasi pengguna. Sesuatu
yang sederhana seperti keterbukaan dapat menghilangkan ketakutan dalam tempat kerja karena
kebanyakan ketakutan terbentuk pada asumsi yang baru dan pengertian yang salah. Dengan
kepercayaan dan sikap yang paling menguntungkan muncullah komitmen yang meningkat pada
kemajuan tim dan meningkatnya sebuah perasaan kontribusi personal. Perlawanan untuk berubah
yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi faktor penentu dalam penerapan teknologi informasi pada
organisasi. Pada sisi lain, terdapat sebuah tantangan besar pada organisasi saat ini.
Technology Acceptance Model (TAM) adalah model yang disusun oleh Davis (1989) untuk
menjelaskan penerimaan teknologi yang akan digunakan oleh pengguna teknologi. Dalam
meformulasikan TAM, Davis menggunakan TRA sebagai grand theorynya namun tidak
mengakomodasikan semua komponen teori TRA seperti yang tergambarkan dalam Gambar-1.
Davis hanya memanfaatkan komponen “Belief” dan ”Attitude” saja, sedangkan Normative Belief
Perceived
Usefulnessof
Technology
Actual Use of
Intention to Technology
Use Technology
Perceived Attitude
Easeofuse toward Using
technology Technology
Menurut Davis (1989), perilaku menggunakan IT diawali oleh adanya persepsi mengenai manfaat
(usefulness) dan persepsi mengenai kemudahan menggunakan IT (ease of use). Kedua komponen ini
bila dikaitkan dengan TRA adalah bagian dari Belief. Davis (1989) mendefinisikan persepsi mengenai
kegunaan (usefulness) ini berdasarkan definisi dari kata useful yaitu capable of being used
Persepsi terhadap usefulness adalah manfaat yang diyakini individu dapat diperoleh apabila
menggunakan IT, dalam konteks organisasi, kegunaan ini tertentu saja dikaitkan dengan
peningkatan kinerja individu yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada
kesempatan memperoleh keuntungan-keuntungan baik yang bersifat fisik atau materi maupun non
materi.
Agak berbeda dengan persepsi individu terhadap kegunaan IT ini, variabel lain yang dikemukakan
kemudahan dalam menggunakan IT. Kemudahan (ease) bermakna tanpa kesulitan atau terbebaskan dari
kesulitan atau tidak perlu berusaha keras. Dengan demikian persepsi mengenai kemudahan
menggunakan ini merujuk pada keyakinan individu bahwa sistem IT yang akan digunakan tidak
merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar, pada saat digunakan. Persepsi terhadap IT
(Perceived usefulness) dan persepsi terhadap kemudahan penggunaan IT (Perceived ease of use)
mempengaruhi sikap (Attitude) individu terhadap penggunaan IT, yang selanjutnya akan menentukan
apakah orang berniat untuk menggunakan IT (Intention). Niat untuk menggunakan IT akan menentukan
apakah orang akan menggunakan IT (Behavior), dalam TAM, Davis (1989) menemukan bahwa
persepsi terhadap manfaat IT juga mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan IT tetapi tidak
berlaku sebaliknya, dengan demikian, selama individu merasa bahwa IT bermanfaat dalam tugas-
tugasnya, ia akan berniat untuk menggunakannya terlepas apakah IT itu mudah atau tidak mudah
digunakan.Untuk mengungkap lebih jauh mengenai saling hubungan antara persepsi terhadap manfaat
dan persepsi kemudahan menggunakan IT ini, Davis (1989) melakukan riset dengan cara menyajikan
04 Efektif Fleksibel
Sumber : (Davis,1989)
Analisis Davis terhadap riset tersebut menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap kemudahan
dalam menggunakan IT berkorelasi dengan penggunaan IT saat ini dan diinginkan untuk
menggunakannya di masa yang akan datang. Persepsi terhadap kemudahan dalam menggunakan IT ini
juga merupakan anteseden bagi persepsi individu mengenai manfaat IT dalam kehidupan individu.
Menurut Davis (1989), Perceived Ease of Use merupakan tingkatan dimana seseorang percaya
bahwa menggunakan suatu sistem tertentu bebas dari usaha. Definisi dari “Ease” itu sendiri yaitu
kebebasan dari kesulitan atau usaha yang keras. Usaha merupakan suatu sumber daya yang terbatas
yang ditanggung. Davis (1989) menemukan enam hal yang membangun Perceived Ease of Use,
yaitu bahwa suatu sistem : Mudah dipelajari, dapat dikontrol, jelas dan dapat dipahami, fleksibel,
mudah untuk menjadi terampil, dan mudah untuk digunakan Perceived Ease of Use mempengaruhi
secara positif pada penerimaan (Acceptance/Acc) dengan dasar pemikiran bahwa semakin tinggi
kemudahan yang dirasakan dalam penggunaan suatu sistem akan mempertinggi tingkat
bahwa Perceived Ease of Use juga merupakan Acceptance secara tidak langsung melalui konstrak
Perceived Usefulness.
Perceived Usefulness
Menurut Davis (1989), Perceived Usefulness didefinisikan sebagai tingkatan dimana seseorang
percaya bahwa suatu sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Arti kata useful itu sendiri
yaitu : kemampuan digunakan lebih menguntungkan. Dalam konteks organisasional, orang umumnya
bekerja lebih baik dengan kenaikan gaji, promosi, bonus, dan penghargaan-penghargaan lainnya.
Suatu sistem tinggi merupakan salah satu dimana pengguna yakin dalam eksistensi suatu
hubungan dan kinerja yang positif. Menurut Davis (1989), ada enam hal pula yang membangun
Perceived Usefulness, yaitu bahwa suatu sistem membuat : bekerja lebih cepat, meningkatkan kinerja,
meningkatkan produktifitas, lebih efektif, memudahkan pekerjaan, dan bermanfaat dalam pekerjaan.
Perceived Usefulness diyakini mempengaruhi Acceptance dengan dasar pemikiran bahwa semakin
tinggi manfaat yang dirasakan oleh pengguna dapat mempertinggi tingkat Acceptance itu
sendiri.
mengambil dan menggunakan sebuah metode, cara hidup, dan lain-lain. Untuk memasang ukuran
penerimaan dan penelitian informasi teknologi, Schillewaert, dkk (2000) membuat pengembangan yang
didasarkan pada Rogers (1995) yang mengemukakan bahwa setelah tingkatan keputusan pengambilan
dan penggunaan percobaan, unit inovasi mengalami sebuah tingkatan penerapan dan konfirmasi.
Dengan menggunakan inovasi pada basis yang teratur, penggunaan inovasi yang berlanjut, dan integrasi
inovasi ke dalam kebiasaan seseorang yang terus menerus, merupakan ciri-ciri untuk tingkatan-
tingkatan ini. Penerapan teknologi secara individu didefinisikan sebagai berikut tingkatan dimana
sebuah individu sering kali dan sepenuhnya menggunakan sistem perusahaannya dari melakukan
Persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia
akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang
berguna maka dia tidak akan menggunakannya. Penelitian sebelumnya telah banyak menunjukkan
bahwa Perceived Usefulness mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap penerimaan sistem
Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA
informasi (Yogianto, 2007). Hal ini berarti bahwa merasakan manfaat dalam aplikasi e-government
(Perceived usefulness) oleh pegawai negeri sipil akan berpengaruh secara positif pada penerimaan
H1 : Diduga Perceived Usefulness pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya berpengaruh terhadap
penerimaan e-government (Acceptance).
Persepsi mengenai kemudahan menggunakan ini merujuk pada keyakinan individu bahwa sistem IT
yang akan digunakan tidak merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar, pada saat digunakan.
Hal ini berarti bahwa jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka dia
akan menggunakan. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi tidak mudah
Penelitian sebelumnya telah banyak banyak menunjukkan bahwa Perceived Ease of Use mempengaruhi
secara positif dan signifikan terhadap penerimaan sistem informasi (Yogianto, 2007). Sehingga bisa
disimpulkan bahwa keyakinan kemudahan dalam penggunaan aplikasi e-government (Perceived Ease of
Use) oleh pegawai negeri sipil akan berpengaruh secara positif pada penerimaan aplikasi e-government
(Acceptance).
H2 : Diduga Perceived Ease of Use pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya berpengaruh terhadap
penerimaan e-government (Acceptance).
2.3 Pengaruh Perceived Ease Of Use dalam memperkuat pengaruh Perceived Usefulness terhadap
Acceptance
Dalam TAM, Davis (1986) juga menemukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan IT berpengaruh
secara positif dengan persepsi manfaat, tetapi tidak berlaku sebaliknya, dengan demikian, selama
individu merasa bahwa IT bermanfaat dalam tugas-tugasnya, ia akan berniat untuk menggunakannya
Theory of Planned Behavior (perilaku yang direncanakan) juga memberi kesan bahwa kemudahan
penggunaan yang dirasakan mempengaruhi kegunaan yang dirasakan, karena menurut hukum cateris
paribus, teknologi yang mudah digunakan akan lebih berguna. (Dishaw,et.al: 2002, Featherman, dkk:
2002, Hwang, Yi : 2002 dan Singletary, dkk: 2002). Ini berarti bahwa kemudahan penggunaan
(Perceived Ease of Use) pada aplikasi e-government yang dirasakan oleh pegawai negeri sipil dalam
pekerjaannya akan mempengaruhi kegunaan yang dirasakan (Perceived Usefulness) sehingga pengguna,
yang dalam hal ini adalah pegawai negeri sipil, akan lebih menerima aplikasi e-government dalam
kesehariannya (Acceptance).
H3 : Diduga Perceived Ease of Use pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya memperkuat pengaruh
Perceived Usefulness terhadap terhadap penerimaan e-government (Acceptance)
2. Metode Penelitian
Obyek penelitian ini adalah 18.613 pegawai yang bertugas di sekretariat daerah, sekretariat DPRD,
inspektorat, satpol PP, 4 badan, 26 dinas, serta 2 UPT rumah sakit umum daerah (RSUD) Pemkot
Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan metode non probabilitas atau secara tidak
acak yaitu elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pegawai yang berhubungan erat
Hair, dkk dalam tulisan Ferdinand (2002) menemukan bahwa ukuran sampel yang sesuai adalah
antara 100-200. Adapun jumlah sampel yang diambil adalah 150 pegawai negeri sipil di 26 SKPD pada
Pemkot Surabaya yang kesehariannya bersentuhan dengan teknologi dan informasi, khususnya yang
menggunakan komputer dalam pekerjaannya, dalam hal ini peneliti mengacu pada batas minimal sampel
oleh Hair, dkk dan dengan pertimbangan apabila responden tidak menjawab kuesioner dengan lengkap.
penggunaannya.
Variabel ini diukur dengan mengembangkan instrumen yang juga diperkenalkan oleh Davis (1989).
Indikator untuk mengukur variabel Perceived Ease of Use/PEOU yang digunakan adalah :
Merupakan tingkatan berfikir pengguna bahwa menggunakan suatu sistem bermanfaat dan
meningkatkan kinerjanya. Variabel ini diukur dengan memodifikasi instrumen yang diperkenalkan oleh
3.3 Acceptance/Acc
Merupakan kondisi psikologis perusahaan menerima dan menerapkan teknologi informasi sebagai
Variabel ini diukur dengan mengembangkan instrumen yang diperkenalkan oleh Davis (1989) dan
Teknik Analisis
Didukung dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan alat analisis Structural Equation
Model (SEM), maka teknik ini juga menguji model dengan menggunakan Structural Equation Model
(SEM). Menurut Ferdinand (2002:6), SEM adalah sekumpulan teknik statistikal yang memungkinkan
pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit dapat
dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independent,
dalam pengujian model dengan menggunakan SEM terdapat tujuh langkah yang ditempuh, yaitu :
Penelitian ini ingin menguji pengaruh antara Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use terhadap
Acceptance dan bagaimana Perceived Usefulness dapat menjadi dasar yang kuat bagi pengaruh
Perceived Ease of Use terhadap Acceptance, dengan telah melakukan telaah terhadap literatur-literatur
a. Acceptance dibangun dengan menggunakan dimensi ganda yaitu Perceived Ease of Use
b. Kemudahan penggunaan yang dirasakan (Perceived Ease of Use) akan membuat suatu
Selanjutnya, menyusun suatu path gambar berdasarkan langkah pertama. Tampilan path gambar
1 2 3 4 5 6
7
2 Acc-1
1 1
PU
1 Acc-2 8
ACC
2 9
PEOU Acc-3
1 2 3 4 5 6
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA
Model tersebut menunjukkan adanya konstruk-konstruk eksogen dan endogen sebagai berikut :
1. Konstruk Eksogen
Merupakan konstruk yang tidak diprediksi oleh konstruk yang lain dalam model, dalam penelitian ini,
2. Konstruk Endogen
Merupakan konstruk yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk, yaitu merupakan konstruk
endogen dalam penelitian ini ada dua yaitu Perceived (PU) dan Acceptance (ACC).
Pengukuran
Setelah teori dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur (Path diagram), selanjutnya
a. Persamaan Struktural
Merupakan persamaan yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai
konstruk. Persamaan struktural pada dasarnya dibangun dengan pedoman sebagai berikut :
Persamaan struktural yang diajukan dalam model diatas adalah sebagai berikut :
Sehingga didapatkan persamaan ketiga hasil substitusi persamaan 1 dan 2 sebagai berikut:
Dimana :
Acc = Acceptance
PU = Perceived Usefulness
= Error
= Regression Weight
Maka bila digambarkan dalam diagram, struktur modelnya tampak sebagai berikut :
1 PU 1 2
1
ACC
2
PEOU
Spesifikasi model pengukuran dilakukan terlebih dahulu pada konstruk eksogen yaitu Perceived Ease of
PEOU – 1 = 1.PEOU + 1
PEOU – 2 = 2.PEOU + 2
PEOU – 3 = 3.PEOU + 3
PEOU – 4 = 4.PEOU + 4
PEOU – 5 = 5.PEOU + 5
PEOU – 6 = 6.PEOU + 6
Bila digambarkan dalam model, maka model pengukuran konstruk eksogen ini akan nampak sebagai
berikut :
1 PEOU-1
2 PEOU -2
3 PEOU -3
PEOU
4 PEOU -4
5 PEOU -5
6 PEOU -6
PU – 7 1
PU – 8 2
PU – 9 3
PU – 10 4
PU – 11 5
PU – 12 6
Apabila dinyatakan dalam sebuah model pengukuran, maka model pengukuran konstruk endogen yang
1 PU-1
2 PU -2
3 PU -3
PU
4 PU -4
5 PU -5
6 PU -6
Konstruk endogen yang kedua atau persamaan pengukuran yang ketiga dari kerangka penelitian ini
Acc – 1 = 13.Acc + 7
Acc – 2 = 14.Acc + 8
Acc – 3 = 15.Acc + 9
Model pengukuran konstruk endogen yang kedua akan tampak sebagai berikut :
7
Acc -1
8 Acc -2
Acc
9 Acc -3
Setelah model spesifikasi secara lengkap, langkah berikutnya adalah memilih jenis input (kovarians atau
korelasi) yang sesuai. Hair, dkk (1995) dalam Ferdinand (2002:164) menyarankan apabila yang diuji
adalah hubungan kausalitas, maka input yang digunakan adalah kovarians. Karena penelitian ini akan
menguji hubungan kausalitas, maka matriks kovarianslah yang diambil sebagai input oleh operasi SEM.
Pertimbangan ukuran sampel 100-200, maka teknik estimasi yang dipilih adalah Maximum Likelihood
Problem identifikasi akan diatasi oleh program AMOS. Program akan secara otomatis memberikan
pesan yang memungkinkan peneliti dapat melakukan tindakan bila program tidak melakukan estimasi.
Pada langkah ini, kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness-of-fit,
dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk atau menguji hipotesis mengenai model
(Hair, et.al.1995:Tabachnick dan Fidell, 1996 dalam Ferdinand, 2002). Berikut ini disajikan beberapa
indeks kesesuaian dan cut-off valuenya untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat
diestimasi
sample besar
baseline model
Setelah model diestimasi, modifikasi model terhadap model yang dikembangkan dapat dilakukan apabila
ternyata estimasi memiliki tingkat prediksi tidak seperti yang diharapkan yaitu apabila terhadap residual
yang besar (Ferdinand, 2002). Nantinya program dalam SEM memberi alat bagi peneliti untuk
mengecek selalu perubahan yang dapat dilakukan terhadap model yang diajukan, dengan syarat bahwa
modifikasi hanya dapat dilakukan apabila terhadap justifikasi teoritis yang kuat.
a. Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi berstandar. Dengan pengujian
signifikan pembanding nilai Critical Ratio (CR) yang sama dengan nilai t hitung. Apakah t hitung
b. Dari keluaran program Analysis of Moment Structure (AMOS 4.01) juga akan diamati hubungan
3. Hasil
Tiga (3) variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah perceived usefulness, perceived Ease
of Use dan Acceptance. Adapun tabel deskripsi variabel Perceived Usefulness adalah sebagai
berikut:
1 2 3 4 5 6 7
No Statement Mean
F % F % F % F % F % F % F %
X11 Aplikasi 0 0 1 0,8 1 0,8 13 9,8 25 18,9 39 29,5 53 40,2 5,96
E-government
membantu saya
menyelesaikan
pekerjaan lebih
cepat.
Tabel deskripsi variabel Perceived Usefulness (tabel 8), menunjukkan bahwa responden cenderung
sangat setuju bahwa aplikasi e-government bermanfaat dalam pekerjaan, hal ini dapat dilihat pada tabel
8, rata-rata (mean) tertinggi ada pada pernyataan ke-6 yang menyatakan bahwa aplikasi e-government
bermanfaat dalam pekerjaan. Sementara itu rata-rata terendah secara keseluruhan adalah pernyataan ke-3
yakni aplikasi e-government meningkatkan produktivitas responden. Hal ini dapat dimaklumi karena
kemungkinan responden belum merasakan secara langsung adanya peningkatan produktivitas, akan
tetapi responden yakin atau setuju bahwa aplikasi e-government meningkatkan produktivitas.
1 2 3 4 5 6 7
No Statement Mean
F % F % F % F % F % F % F %
X21 Mempelajari 1 0,8 2 1,5 5 3,8 37 28 37 28 23 17,4 27 20,5 5,15
pengoperasian
Aplikasi
E-government
adalah hal yang
mudah bagi saya
X22 Aplikasi 1 0,8 3 2,3 17 12,9 41 31,1 32 24,2 21 15,9 17 12,9 4,75
E-government
memudahkan saya
melakukan apa
yang ingin saya
lakukan
X23 Saya mudah 2 1,5 2 1,5 13 9,8 33 25 31 23,5 28 21,2 23 17,4 5,01
berinteraksi
dengan Aplikasi
E-government
X24 Berinteraksi 1 0,8 1 0,8 9 6,8 23 17,4 38 28,8 31 23,5 29 22 5,31
dengan Aplikasi
E-government
adalah fleksibel
X25 Dengan Aplikasi 0 0 1 0,8 2 1,5 22 16,7 34 25,8 30 22,7 43 32,6 5,65
E-government
saya menjadi
terampil
X26 Aplikasi 0 0 1 0,8 6 4,5 28 21,2 38 28,8 36 27,3 23 17,4 5,29
E-government
mudah digunakan
Sumber : Tabulasi data responden, diolah.
Berdasarkan tabel 4, responden cenderung setuju dengan pernyataan pada variabel ini. Persentase dan
frekuensi responden memilih jawaban point 5 pada pernyataan 1, 4, dan 6. Bahkan responden juga
cenderung saya setuju pada pernyataan ke-5 yang menyatakan bahwa responden meyakini bahwa
dengan aplikasi e-government, para pegawai menjadi lebih terampil. Hal ini juga diperkuat dengan rata-
rata tertinggi yaitu sebesar 5,65 pada pernyataan ke-5. Meskipun demikian, responden juga cenderung
ragu mengenai pernyataan bahwa dengan aplikasi e-government memudahkan responden melakukan apa
yang ingin dilakukan. Hal ini terbukti rata-rata pernyataan ke-2 ini terendah dari rata-rata keseluruhan.
1 2 3 4 5 6 7
No Statement Mean
F % F % F % F % F % F % F %
Y1 Saya sering 1 0,8 2 1,5 6 4,5 25 18,9 38 28,8 39 29,5 21 15,9 5,25
menggunakan
Aplikasi
E-government
dalam operasional
sehari (1 requent
user)
Berdasarkan tabel di atas , dapat menunjukkan bahwa responden cenderung setuju mengenai pernyataan-
pernyataan yang berkaitan dengan Acceptance. Itu berarti aplikasi e-government telah diterima dan
diterapkan oleh para responden, hanya saja responden merasa belum benar-benar menggunakan seluruh
kapabilitas aplikasi e-government. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata terendah pada pernyataan
Model SEM adalah model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara
bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan
terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang
diestimasi secara bersama-sama [One Step Approach to SEM]. One step approach to SEM digunakan
apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas & reliabilitas data sangat baik
(Hair et.al.,1998).
Hasil estimasi dan fit model one step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi
Amos 4.01 terlihat pada Gambar dan Tabel Goodness of Fit di bawah ini.
1 d_ac
er_9 X23
Perceived
1 Ease of Use
er_10 X24
1
er_11 X25
1
er_12 X26
Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA
Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of
fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum
sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum
sepenuhnya didukung oleh fakta, dengan demikian model ini masih perlu dimodifikasi sebagaimana
1
er_ X11
1 1 1
er_ X12
2 1
er_ X13
Perceive 1 d_p
3 1 Usefulnes
er_ X14 d u
s
4 1
er_ X15 1
5 1 Y1 er_1
1
er_ X16 13
6 Acceptanc Y2 er_1
1
er_ X21 e 14
7 1 Y3 er_1
er_ X22 1 1 5
8 1 d_a
er_ X23
Perceive c
9 1 Ease of Use
er_1 X24 d
0 1
er_1 X25
1 1 Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017
er_1 X26
2
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA
Hasil evaluasi terhadap model one step modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang
digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan
data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung
oleh fakta, dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar
Perceived Usefulness berpengaruh positif terhadap Acceptance. Hasil temuan ini sesuai dengan
prediksi hipotesis pertama yang menduga bahwa Perceived Usefulness berpengaruh secara positif
terhadap Acceptance, hal ini berarti bahwa hipotesis pertama teruji kebenarannya.
Hasil penelitian ini membuktikan dan sesuai dengan temuan Schillewaert (2000) bahwa Perceived
Usefulness berpengaruh secara positif terhadap Acceptance, dengan menggunakan 6 indikator yang
membangun Perceived Usefulness yang dibuat oleh Davis (1989) dan dengan 3 indikator yang
membangun Acceptance yang dibuat oleh Schillewaert (2000) menunjukkan bahwa responden meyakini
aplikasi-aplikasi e-government sistem aplikasi yang bermanfaat baik dalam kinerjanya produktivitas dan
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi manfaat e-government yang dirasakan, maka semakin
tinggi pula tingkat penerimaan e-government itu sendiri. Responden meyakini bahwa semakin tinggi
manfaat yang dirasakan dengan hadirnya aplikasi e-government, maka akan berpengaruh pada
penerimaan e-government itu sendiri. Hal ini juga terbukti dari hasil jawaban responden pada deskripsi
variabel Perceived Usefulness yang menunjukkan kecenderungan responden setuju bahwa aplikasi e-
Perceived Ease of Use berpengaruh positif terhadap Acceptance. Hal temuan ini sesuai dengan
prediksi hipotesis kedua yang menduga bahwa Perceived Ease of Use berpengaruh secara positif
terhadap Acceptance, hal ini berarti bahwa hipotesis kedua teruji kebenarannya.
Hasil penelitian ini membuktikan temuan Schillewaert (2000) bahwa Perceived Ease of Use
berpengaruh secara positif terhadap Acceptance. Dengan menggunakan 6 indikator yang membangun
Perceived Ease of Use yang dibuat oleh Davis (1989) dan dengan 3 indikator yang membangun
Acceptance yang dibuat oleh Schillewaert (2000) menunjukkan bahwa responden cenderung setuju
bahwa aplikasi e-government digunakan, hal ini dapat dilihat pada distribusi jawaban responden pada
variabel Perceived Ease of Use, hal ini menunjukkan bahwa semakin mudah suatu aplikasi e-
government digunakan, maka semakin tinggi tingkat penerimaan e-government itu sendiri.
Penelitian ini membuktikan bahwa Perceived Ease of Use berpengaruh secara tidak langsung
Acceptance, tetapi melalui Perceived Usefulness. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan
Schillewaert (2000) serta Tangke (2004) bahwa Perceived Ease of Use secara tidak langsung
berpengaruh pada Acceptance, tetapi melalui Perceived Usefulness. Hal ini juga berarti bahwa Perceived
Ease of Use merupakan faktor yang memperkuat pengaruh Perceived Usefulness terhadap Acceptance.
Dengan kata lain, bahwa semakin tinggi kemudahan aplikasi yang dirasakan, maka semakin tinggi
manfaat yang dirasakan oleh pengguna sehingga akan mempertinggi tingkat penerimaan e-government.
5.1. Kesimpulan
1. Bahwa Perceived Usefulness berpengaruh secara positif terhadap Acceptance, artinya konsep e-
government bisa diterima apabila aplikasi-aplikasi e-government tersebut bermanfaat, baik secara
2. Bahwa Perceived Ease of Use berpengaruh secara positif terhadap Acceptance. Keyakinan
bahwa suatu aplikasi e-government yang mudah dipelajari dan mudah digunakan akan berpengaruh pada
penerimaan e-government itu sendiri. pelatihan secara kontinyu dapat mengeliminasi rendahnya tingkat
penerimaan teknologi penerimaan informasi. Sistem komputerisasi yang sudah ada sebelumnya akan
juga mempengaruhi tingkat Perceived Ease of Use, karena pegawai sudah tidak asing dengan aplikasi e-
3. Bahwa Perceived Ease of Use memperkuat pengaruh Perceived Usefulness terhadap Acceptance
artinya keyakinan pegawai bahwa kemudahan dalam penggunaan aplikasi e-government yang dirasakan
5.2. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, implikasi sebagai konsekuensi yang dapat digunakan oleh pihak-
pihak lain yang berkepentingan baik untuk diterapkan maupun untuk dikembangkan di masa yang akan
a. Kebijakan dari Dewan Legislatif yang juga harus mempertimbangkan bahwa good
governance dapat dicapai dengan pembangunan e-government. Karena pada dasarnya, e-government
juga harus menjadi skala prioritas dalam pembangunan daerah. Komitmen pimpinan daerah terkait
b. Pegawai Negeri Sipil dalam hal ini pengguna juga perlu memahami lebih luas mengenai
makna diterapkannya e-government dalam instansi. Pelatihan secara berkelanjutan juga perlu dilakukan.
Meneliti lebih luas dan spesifik, mengingat bahwa penerimaan teknologi informasi dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal dan eksternal salah satu faktor internal individu seperti :Computer Anxiety atau
Computer Self Efficacy. Sedangkan faktor eksternal seperti : pengaruh atasan dan rekan sekerja,
(Schillewaert:2000)
5.3. Keterbatasan
Tidak adanya suatu koordinasi data yang memudahkan peneliti menganalisa setiap aplikasi e-
government menyebabkan data dan informasi mengenai aplikasi e-government yang didapat terasa
kurang tajam.
Daftar Pustaka
Davis, Fred D. 1989. Perceived Usefulness. Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information
Technology. MIS Quarterly. pp. 318-340.
Hair, J.F, et. all . [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall
International, Inc., New Jersey.
Indriantoro, Nur. 2000. Pengaruh Computer Anxiety terhadap Keahlian Dosen dalam Penggunaan
Komputer. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. vol. 04. no. 02. pp: 191-210.
Instruksi Presiden No. 03. 2003. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government.
http://www.ristek.go.id/index.php?mod=Regulation&conf=f&file=16082006174423_ inpres_2003_003.pdf
Nuh, Moh. 2007. Penumbuhan Kesadaran Faktor Utama PengembanganTI.
http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=berita_kominfo&view=12&id
=BRT070829094501
Pemkot Surabaya, 2016. Pemkot Surabaya Resmi Luncurkan Website Khusus Sambut Prepcom
3 UN Habitat 2016.
http://www.surabaya.go.id/berita/10733-pemkot-surabaya-resmi-luncurkan-website- khusus-sambut-
prepcom-3-un-habitat-2016
Quina, Novi Nurul. 2009. Analisis Penerimaan E-Government dengan menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM) pada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemkab Blora (TESIS)
http://eprints.upnjatim.ac.id/2194/
Schillewaert. et.al. 2000. The Acceptance of Information Technology In The Sales Force.
Journal of Marketing. Institute for The Study of Business Markets (ISBM).
http://www.smeal.psu.edu/cdt/ebrcpubs/res_papers/2000_07.pdf
http://www.cab.latech.edu/~lsingle/homepage/Papers/LAS_AMCIS02_TAM3.pdf
Daftar Isi
Abstract ……………………………………………………………………………………. 1
1 Pendahuluan …………………………………………………………………………………… 2
2.3 Pengaruh Perceived Ease Of Use dalam memperkuat pengaruh Perceived Usefulness
4 Hasil …………………………………………………………………………………………... 22
…………………………….. ……………………………………………………………….. 28
4.3 Pengaruh Perceived Ease Of Use dalam memperkuat pengaruh Perceived Usefulness