You are on page 1of 34

MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA


PNS DI PEMKOT SURABAYA
Jenis Sesi Paper: Full paper

Novi Nurul Quina Hamzah Denny Subagio


Universitas Narotama Universitas Narotama
Novi_nq83@yahoo.co.id hamzah.denny@narotama.ac.id

Abstract
One of the hot public policies was discussed until now is about e-government. The Ministry
of Home Affairs has appointed Surabaya as the best practice sister city and ICT / e-
government. This confirms that Kota Surabaya is an example for other cities in Indonesia
in implementing e-government. This research has a purpose to examine that behavior the
civil servants in accept a technology influence to the technology acceptance itself.
Specifically, researched about perceived ease of use and perceived usefulness of employee
will be influence to the acceptance of e-government using Technology Acceptance Model
(TAM). And also examine that perceived ease of use of e-government applications
strengthen the influence of perceived usefulness to e-government acceptance. The objects
of the research are Surabaya regional government specially in 15 institution. One hundred
and fifty the civil servants that in their ordinary routine interact with the computer.
Because of the complexity relationship between variables, structural equation modeling
becomes an appropriate analysis tool to used on this research. The result of the research
found that all of the proposed hypotheses are accepted and proven by his truth. Perceived
usefulness and perceived ease of use e-government applications that was felt by the civil
servants influence to acceptance of e-government. Perceived ease of use the e-government
applications that was felt by the civil servants also strengthen the influence of perceived
usefulness of civil employees to e-government acceptance.

Keywords : E-government Acceptance, Technology Acceptance Model, Structural Equation


Modeling, Surabaya Government

Abstrak
Salah satu kebijakan publik yang hangat dibicarakan sampai dengan saat ini mengenai e-
government. Kementerian Dalam Negeri telah menunjuk Kota Surabaya sebagai best
practice sister city dan ICT/e-government. Hal ini menegaskan bahwa Kota Surabaya
merupakan contoh bagi kota lain di Indonesia dalam mengimplementasikan e-
government. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perilaku pegawai negeri
sipil dalam menerima suatu teknologi berpengaruh pada penerimaan teknologi itu sendiri
dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Khususnya meneliti tentang
keyakinan pegawai akan kemudahan serta manfaat teknologi berpengaruh pada
penerimaan e-government. Dan juga membuktikan bahwa keyakinan pegawai akan
kemudahan suatu aplikasi e-government, memperkuat pengaruh keyakinan pegawai akan
manfaat terhadap penerimaan e-government. Obyek penelitian adalah pemerintah kota
Surabaya tepatnya di 15 instansi. Subyek penelitian sebanyak 150 pegawai negeri sipil
yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan komputer. Kompleksitas hubungan antara
variabel menjadikan Structural Equation Modeling sebagai alat analisis yang tepat
Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 1
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian membuktikan bahwa seluruh hipotesis
yang diajukan diterima dan terbukti kebenarannya. Keyakinan akan manfaat aplikasi e-
government yang dirasakan oleh pegawai serta keyakinan akan kemudahan aplikasi e-
government yang dirasakan oleh pegawai, berpengaruh terhadap penerimaan aplikasi e-
government itu sendiri. Kemudahan aplikasi e-government yang dirasakan oleh pegawai
juga memperkuat pengaruh keyakinan pegawai akan manfaat terhadap penerimaan e-
government.

Kata Kunci): Penerimaan E-government, Technology Acceptance Model, Structural


Equation Modeling, Pemkot Surabaya

1. Pendahuluan

Di Indonesia, inisiatif e-government dimulai sejak tahun 2001, dengan dikeluarkannya

Instruksi Presiden Republik Indonesia No.6 Tahun 2001 dan dipertegas kembali dengan Instruksi

Presiden No.3 Tahun 2003. Munculnya otonomi daerah selain membawa semangat keterbukaan dan

pemberdayaan masyarakat, juga telah menjadi tuntutan bahwa masyarakat butuh kecepatan informasi

dan pelayanan prima, sehingga hal ini semakin mendesak pemerintah khususnya pemerintah daerah

untuk segera mengimplementasikan e-government secara terintegrasi. Kebijakan pemerintah, Inpres

no.3 tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government,

menegaskan bahwa pemerintah harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk

meningkatkan kemampuan mengolah, mengelola, menyalurkan dan mendistribusikan informasi dan

pelayanan publik. Slamet, dkk (2007) mengungkapkan bahwa teknologi informasi telah

mendorong transformasi, dari paradigma birokrasi tradisional (yang menekankan kepada standarisasi,

rutinitas, spesialisasi, fokus internal, dan kewenangan), menuju paradigma e-government (yang

menekankan kepada membangun jaringan yang terkoordinasi, kerjasama eksternal dan orientasi

pelayanan kepada masyarakat sebagai fokusnya), oleh karena itu, pemerintah Republik Indonesia

melaksanakan proses transformasi pemerintahan menuju e-government.

Aspek perilaku yang selama ini dipahami diyakini mampu mengurangi permasalahan yang

muncul dari sisi sifat kemanusiaan, seperti misalnya sulitnya untuk merubah perilaku tersebut.

Sulitnya merubah perilaku dapat menjadi penghalang berkembangnya pemakaian teknologi informasi

yang telah direncanakan dalam waktu yang lama (Yuhertiana,2006), bila hal ini terjadi, organisasi

akan mengalami kerugian karena dalam penerapan IT memerlukan dana dalam jumlah yang besar,

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 2


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

perlunya anggaran yang cukup besar untuk pembangunan e- government di daerah diakui oleh

Soendjojo(2005). Salah satu teori yang menjelaskan tentang model pendekatan penerimaan

suatu teknologi adalah Technology Acceptance Model.. Secara umum penelitian penerimaan

teknologi informasi didasarkan pada Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan

oleh Davis (1989), dapat digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan pengguna terhadap

teknologi. TAM mendefinisikan terdapat dua faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna

terhadap teknologi yaitu (Schillewaert,et.al: 2000):

1. Perceived Usefulness (PU), yaitu tingkatan pada seseorang berfikir bahwa

menggunakan suatu sistem akan meningkatkan kinerjanya;

2. Perceived Ease of Use (PEOU), yaitu tingkatan seseorang mempercayai bahwa menggunakan

teknologi hanya memerlukan sedikit usaha.

TAM dinilai mampu memberi kontribusi terbaik dalam memprediksi dan menjelaskan penerimaan

(Acceptance) pengguna pada teknologi komputer dalam organisasi (Venkatesh dan Davis dalam

Schillewaert,et.al :2000). TAM berteori bahwa kedua keyakinan ini menentukan tingkah laku

penerimaan secara langsung. Teori ini juga memberi arti bahwa kemudahan penggunaan yang

dirasakan, karena menurut hukum cateris paribus, teknologi yang mudah digunakan akan lebih

berguna.

Berdasarkan Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang- undang

nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian , pasal 1 ayat 1 menyebutkan Pegawai

Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,

diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi

tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai

Negeri Sipil (PNS) menurut Undang- undang nomor 43 tahun 1999 pasal 2 ayat 2 terdiri atas :

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat (PNS Pusat), yaitu PNS yang gajinya dibebankan pada APBN, dan

bekerja pada departemen, lembaga pemerintah non departemen, kesekretariatan lembaga tertinggi atau

lembaga tinggi negara, instansi vertikal di daerah propinsi atau kabupaten atau kota, serta

kepaniteraan pengadilan atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 3


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNS Daerah), yaitu PNS daerah propinsi atau kabupaten

atau kota yang gajinya dibebankan pada APBD dan bekerja pada pemerintah daerah atau

dipekerjakan di luar instansi induknya. Pemerintah Kota (PEMKOT) Surabaya menempatkan

kemajuan teknologi informasi untuk menunjang kinerja. Satu demi satu aplikasi dibuat untuk

mempermudah tata kelola administrasi pemerintahan. Hingga kini ada sebelas (11) aplikasi untuk

internal pemkot dan sembilan aplikasi (9) yang ditujukan untuk pelayanan publik. Bahkan yang

terbaru pada 25 April 2016, Ibu Walikota Surabaya Tri Risma Harini, telah me-launching App

Surabaya : Single Window (SSW) Mobile dan Website: http://Prepcom3surabaya2016.go.id/

Diharapkan masyarakat Kota Surabaya dapat lebih mudah mengurus perijinan melalui

SSW-mobile dengan men-download pada play store/app store di hp masing-masing warga. Perijinan

yang mudah dan tanpa biaya dapat dinikmati oleh warga.

Bila tahun-tahun sebelumnya kita lebih familiar dengan istilah Adipura, sebagai sebuah

penghargaan bagi kota dengan prestasi kebersihan dan kerapihan, maka mulai tahun 2011 bertambah

satu istilah lagi yaitu ICT Pura yaitu penghargaan bagi kota yang berhasil mengelola TIK dengan baik

sehingga memberikan kontribusi manfaat yang signifikan terhadap sistem kehidupan masyarakatnya

oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. ICT Pura yang baru pertama kali digelar di

tahun 2011 mengukuhkan Kota Surabaya Kategori Utama yaitu sebagai kota yang telah siap dan

mampu bersaing di bidang TIK mengungguli 165 Kabupaten/Kota lainnya dari 33 Propinsi di

Indonesia atau rata-rata setiap Propinsi diwakili oleh 5 kota/kabupaten yang terpilih oleh Kementerian

Komunikasi dan Informatika untuk mengikuti ICT Pura. Keberhasilan ini tentunya juga dipengaruhi

oleh perilaku para pegawai dalam bekerja dengan teknologi. Adapun permasalahan yang akan diteliti

adalah sebagai berikut:

1. Apakah Perceived Usefulness mempunyai pengaruh terhadap penerimaan e- government

(Acceptance) pada pegawai negeri sipil di Pemkot Surabaya?

2. Apakah Perceived Ease of Use mempunyai pengaruh terhadap penerimaan e- government

(Acceptance) pada pegawai negeri sipil di Pemkot Surabaya?

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 4


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

3. Apakah Perceived Ease of Use memperkuat pengaruh Perceived Usefulness terhadap penerimaan

e-government(Acceptance)?

Pendekatan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah sebagai

berikut:

a) Variabel Perceived Usefulness (PU), yaitu tingkatan pada seseorang berfikir bahwa menggunakan

suatu sistem akan meningkatkan kinerjanya;

b) Perceived Ease of Use (PEOU), yaitu tingkatan seseorang mempercayai bahwa

menggunakan teknologi hanya memerlukan sedikit usaha.

a) Hipotesis awal adalah Perceived Usefulness pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya

berpengaruh terhadap Acceptance.

b) Hipotesis kedua adalah Perceived Ease of Use pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya

berpengaruh terhadap Acceptance.

c) Perceived Usefulness pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya memperkuat pengaruh

Perceived Ease of Use terhadap Acceptance.

Adapun tujuan secara khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan pengaruh antara Perceived Usefulness terhadap penerimaan e-

government (Acceptance) pada pegawai negeri sipil di lingkungan Pemkot Surabaya.

2. Untuk menguji pengaruh antara Perceived Ease of Use terhadap penerimaan e- government

(Acceptance) pada pegawai negeri sipil di lingkungan Pemkot Surabaya .

3. Untuk mempertegas kuat atau lemahnya Perceived Ease of Use dalam pengaruh

Perceived Usefulness terhadap penerimaan e-government (Acceptance).

1. Landasan Teoritis Dan Pengembangan Hipotesis

The World Bank Group mendefinisikan e-government sebagai:

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 5


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

e-government refers to the use by government agencies of information technologies (such

as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that have the ability to

transform relations with citizens, businesses, and other arms of government.

Definisi lain dari referensi :

Electronic government, or "e-government," is the process of transacting business between the

public and government through the use of automated systems and the Internet network, more

commonly referred to as the World Wide Web.

Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan

hubungan antara Pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi informasi ini kemudian

menghasilkan hubungan bentuk baru seperti: G2C (Government to Citizen), G2B (Government to

Business Enterprises), dan G2G (inter-agency relationship). (Rahardjo, 2001 dalam Quina,2009).

Aspek Perilaku dalam Pengembangan e-government

Perubahan dari sistem manual ke sistem komputer tidak hanya terkait dengan perangkat

keras dan perangkat lunak teknologi komputer, selain juga perubahan perilaku manusia.

Pemakaikomputer merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan dalam

pengembangan teknologi informasi. (Indriantoro, 2000:196 dalam Quina,2009 ). Quina (2009)

mengungkapkan mengenai pandangan pekerja terhadap dampak investasi teknologi informasi

dalam organisasi ditemukan bahwa faktor-faktor psiko-sosial seperti kepuasan pengguna dalam

sistem informasi organisasi dan faktor-faktor prestasi pekerja yang lebih berpengaruh. Penting sekali

untuk dipastikan bahwa pekerja telah merasa puas dengan fasilitas IT yang diberikan. Pengembangan

e-government membutuhkan perencanaan dan penerapan yang hati- hati untuk menghindari

perlawanan, saat ini bisnis terlibat dalam dilema peningkatan kebutuhan yang konstan untuk

perubahan dan perlawanan alami dalam diri manusia untuk berubah. Seseorang biasanya menyukai

atau bahkan mendorong perubahan ketika hal ini melibatkan orang lain. Perubahan biasanya juga

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 6


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

dikehendaki ketika hal ini melibatkan peningkatan keahlian-keahlian yang sudah terbukti atau sudah

didukung secara luas. Sebagai contoh, seseorang jarang sekali menolak ketika diminta untuk meng-

up grade ke sistem komputer atau perangkat lunak yang baru dan yang telah dikembangkan, atau

mempelajari sebuah prosedur baru yang meningkatkan efisiensi.

Perlawanan muncul ketika perubahan pada pertanyaan yang pertanyaan yang mempengaruhi

manusia pada tingkat personal. Perubahan berubah menjadi ancaman ketika hal ini melibatkan

kebiasaan, tradisi, dan hubungan kedaerahan yang dibuktikan, diketahui dan yang paling penting,

sudah lazim pada seseorang. Perlawanan bahkan lebih kuat ketika perubahan menyebut atau

menanyakan keefetifan seseorang dalam tempat kerjanya.

Menurut Lawrence dan Low dalam tulisan Indriantoro (2000:196), untuk menghindari perlawanan

untuk berubah dalam penerapan teknologi informasi, maka diperlukan partisipasi pengguna. Sesuatu

yang sederhana seperti keterbukaan dapat menghilangkan ketakutan dalam tempat kerja karena

kebanyakan ketakutan terbentuk pada asumsi yang baru dan pengertian yang salah. Dengan

kepercayaan dan sikap yang paling menguntungkan muncullah komitmen yang meningkat pada

kemajuan tim dan meningkatnya sebuah perasaan kontribusi personal. Perlawanan untuk berubah

yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi faktor penentu dalam penerapan teknologi informasi pada

organisasi. Pada sisi lain, terdapat sebuah tantangan besar pada organisasi saat ini.

Technology Acceptance Model (TAM).

Technology Acceptance Model (TAM) adalah model yang disusun oleh Davis (1989) untuk

menjelaskan penerimaan teknologi yang akan digunakan oleh pengguna teknologi. Dalam

meformulasikan TAM, Davis menggunakan TRA sebagai grand theorynya namun tidak

mengakomodasikan semua komponen teori TRA seperti yang tergambarkan dalam Gambar-1.

Davis hanya memanfaatkan komponen “Belief” dan ”Attitude” saja, sedangkan Normative Belief

dan Subjective Norms tidak digunakannya.

Secara skematik teori TAM tergambarkan dalam Gambar 1 :

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 7


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Perceived
Usefulnessof
Technology

Actual Use of
Intention to Technology
Use Technology

Perceived Attitude
Easeofuse toward Using
technology Technology

Gambar 1. Technology Acceptance Model (TAM) (Davis, 1986)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Menurut Davis (1989), perilaku menggunakan IT diawali oleh adanya persepsi mengenai manfaat

(usefulness) dan persepsi mengenai kemudahan menggunakan IT (ease of use). Kedua komponen ini

bila dikaitkan dengan TRA adalah bagian dari Belief. Davis (1989) mendefinisikan persepsi mengenai

kegunaan (usefulness) ini berdasarkan definisi dari kata useful yaitu capable of being used

advantageouly, atau dapat digunakan untuk tujuan yang menguntungkan.

Persepsi terhadap usefulness adalah manfaat yang diyakini individu dapat diperoleh apabila

menggunakan IT, dalam konteks organisasi, kegunaan ini tertentu saja dikaitkan dengan

peningkatan kinerja individu yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada

kesempatan memperoleh keuntungan-keuntungan baik yang bersifat fisik atau materi maupun non

materi.

Agak berbeda dengan persepsi individu terhadap kegunaan IT ini, variabel lain yang dikemukakan

Davis (1989) mempengaruhi kecenderungan individu menggunakan IT adalah persepsi terhadap

kemudahan dalam menggunakan IT. Kemudahan (ease) bermakna tanpa kesulitan atau terbebaskan dari

kesulitan atau tidak perlu berusaha keras. Dengan demikian persepsi mengenai kemudahan

menggunakan ini merujuk pada keyakinan individu bahwa sistem IT yang akan digunakan tidak

merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar, pada saat digunakan. Persepsi terhadap IT

(Perceived usefulness) dan persepsi terhadap kemudahan penggunaan IT (Perceived ease of use)

mempengaruhi sikap (Attitude) individu terhadap penggunaan IT, yang selanjutnya akan menentukan

apakah orang berniat untuk menggunakan IT (Intention). Niat untuk menggunakan IT akan menentukan

apakah orang akan menggunakan IT (Behavior), dalam TAM, Davis (1989) menemukan bahwa

persepsi terhadap manfaat IT juga mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan IT tetapi tidak

berlaku sebaliknya, dengan demikian, selama individu merasa bahwa IT bermanfaat dalam tugas-

tugasnya, ia akan berniat untuk menggunakannya terlepas apakah IT itu mudah atau tidak mudah

digunakan.Untuk mengungkap lebih jauh mengenai saling hubungan antara persepsi terhadap manfaat

dan persepsi kemudahan menggunakan IT ini, Davis (1989) melakukan riset dengan cara menyajikan

masing-masing 6 item (tabel 2.1).

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Tabel 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap IT


No. Kegunaan (usefulness) Kemudahan (ease of use)

01 Bekerja lebih cepat Mudah dipelajari

02 Kinerja Dapat dikendalikan

03 Produktivitas meningkat Jelas dan mudah dipahami

04 Efektif Fleksibel

05 Mempermudah tugas Mudah dikuasai/terampil

06 Kegunaan Mudah digunakan

Sumber : (Davis,1989)
Analisis Davis terhadap riset tersebut menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap kemudahan

dalam menggunakan IT berkorelasi dengan penggunaan IT saat ini dan diinginkan untuk

menggunakannya di masa yang akan datang. Persepsi terhadap kemudahan dalam menggunakan IT ini

juga merupakan anteseden bagi persepsi individu mengenai manfaat IT dalam kehidupan individu.

Perceived Ease of Use

Menurut Davis (1989), Perceived Ease of Use merupakan tingkatan dimana seseorang percaya

bahwa menggunakan suatu sistem tertentu bebas dari usaha. Definisi dari “Ease” itu sendiri yaitu

kebebasan dari kesulitan atau usaha yang keras. Usaha merupakan suatu sumber daya yang terbatas

yang ditanggung. Davis (1989) menemukan enam hal yang membangun Perceived Ease of Use,

yaitu bahwa suatu sistem : Mudah dipelajari, dapat dikontrol, jelas dan dapat dipahami, fleksibel,

mudah untuk menjadi terampil, dan mudah untuk digunakan Perceived Ease of Use mempengaruhi

secara positif pada penerimaan (Acceptance/Acc) dengan dasar pemikiran bahwa semakin tinggi

kemudahan yang dirasakan dalam penggunaan suatu sistem akan mempertinggi tingkat

penerimaan sistem itu sendiri. Berdasarkan penelitian-penelitian mengenai TAM, ditemukan

bahwa Perceived Ease of Use juga merupakan Acceptance secara tidak langsung melalui konstrak

Perceived Usefulness.

Perceived Usefulness
Menurut Davis (1989), Perceived Usefulness didefinisikan sebagai tingkatan dimana seseorang

percaya bahwa suatu sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Arti kata useful itu sendiri

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

yaitu : kemampuan digunakan lebih menguntungkan. Dalam konteks organisasional, orang umumnya

bekerja lebih baik dengan kenaikan gaji, promosi, bonus, dan penghargaan-penghargaan lainnya.

Suatu sistem tinggi merupakan salah satu dimana pengguna yakin dalam eksistensi suatu

hubungan dan kinerja yang positif. Menurut Davis (1989), ada enam hal pula yang membangun

Perceived Usefulness, yaitu bahwa suatu sistem membuat : bekerja lebih cepat, meningkatkan kinerja,

meningkatkan produktifitas, lebih efektif, memudahkan pekerjaan, dan bermanfaat dalam pekerjaan.

Perceived Usefulness diyakini mempengaruhi Acceptance dengan dasar pemikiran bahwa semakin

tinggi manfaat yang dirasakan oleh pengguna dapat mempertinggi tingkat Acceptance itu

sendiri.

Penerimaan Teknologi Informasi (Acceptance)


Penerimaan biasanya diketahui sebagai pengambilan. Pengambilan bisa didefinisikan sebagai

mengambil dan menggunakan sebuah metode, cara hidup, dan lain-lain. Untuk memasang ukuran

penerimaan dan penelitian informasi teknologi, Schillewaert, dkk (2000) membuat pengembangan yang

didasarkan pada Rogers (1995) yang mengemukakan bahwa setelah tingkatan keputusan pengambilan

dan penggunaan percobaan, unit inovasi mengalami sebuah tingkatan penerapan dan konfirmasi.

Dengan menggunakan inovasi pada basis yang teratur, penggunaan inovasi yang berlanjut, dan integrasi

inovasi ke dalam kebiasaan seseorang yang terus menerus, merupakan ciri-ciri untuk tingkatan-

tingkatan ini. Penerapan teknologi secara individu didefinisikan sebagai berikut tingkatan dimana

sebuah individu sering kali dan sepenuhnya menggunakan sistem perusahaannya dari melakukan

aktifitas-aktifitasnya yang sesuai dengan sistem.

2.1 Pengaruh Perceived Usefulness terhadap Acceptance

Persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan

keputusan. Dengan demikian, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia

akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang

berguna maka dia tidak akan menggunakannya. Penelitian sebelumnya telah banyak menunjukkan

bahwa Perceived Usefulness mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap penerimaan sistem
Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

informasi (Yogianto, 2007). Hal ini berarti bahwa merasakan manfaat dalam aplikasi e-government

(Perceived usefulness) oleh pegawai negeri sipil akan berpengaruh secara positif pada penerimaan

aplikasi e-government (Acceptance).

H1 : Diduga Perceived Usefulness pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya berpengaruh terhadap
penerimaan e-government (Acceptance).

2.2 Pengaruh Perceived Ease of Use terhadap Acceptance

Persepsi mengenai kemudahan menggunakan ini merujuk pada keyakinan individu bahwa sistem IT

yang akan digunakan tidak merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar, pada saat digunakan.

Hal ini berarti bahwa jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka dia

akan menggunakan. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi tidak mudah

digunakan maka dia tidak akan menggunakannya.

Penelitian sebelumnya telah banyak banyak menunjukkan bahwa Perceived Ease of Use mempengaruhi

secara positif dan signifikan terhadap penerimaan sistem informasi (Yogianto, 2007). Sehingga bisa

disimpulkan bahwa keyakinan kemudahan dalam penggunaan aplikasi e-government (Perceived Ease of

Use) oleh pegawai negeri sipil akan berpengaruh secara positif pada penerimaan aplikasi e-government

(Acceptance).

H2 : Diduga Perceived Ease of Use pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya berpengaruh terhadap
penerimaan e-government (Acceptance).

2.3 Pengaruh Perceived Ease Of Use dalam memperkuat pengaruh Perceived Usefulness terhadap
Acceptance

Dalam TAM, Davis (1986) juga menemukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan IT berpengaruh

secara positif dengan persepsi manfaat, tetapi tidak berlaku sebaliknya, dengan demikian, selama

individu merasa bahwa IT bermanfaat dalam tugas-tugasnya, ia akan berniat untuk menggunakannya

terlepas apakah IT itu mudah atau tidak mudah digunakan.

Theory of Planned Behavior (perilaku yang direncanakan) juga memberi kesan bahwa kemudahan

penggunaan yang dirasakan mempengaruhi kegunaan yang dirasakan, karena menurut hukum cateris

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

paribus, teknologi yang mudah digunakan akan lebih berguna. (Dishaw,et.al: 2002, Featherman, dkk:

2002, Hwang, Yi : 2002 dan Singletary, dkk: 2002). Ini berarti bahwa kemudahan penggunaan

(Perceived Ease of Use) pada aplikasi e-government yang dirasakan oleh pegawai negeri sipil dalam

pekerjaannya akan mempengaruhi kegunaan yang dirasakan (Perceived Usefulness) sehingga pengguna,

yang dalam hal ini adalah pegawai negeri sipil, akan lebih menerima aplikasi e-government dalam

kesehariannya (Acceptance).

H3 : Diduga Perceived Ease of Use pada pegawai negeri sipil Pemkot Surabaya memperkuat pengaruh
Perceived Usefulness terhadap terhadap penerimaan e-government (Acceptance)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

2. Metode Penelitian

Obyek penelitian ini adalah 18.613 pegawai yang bertugas di sekretariat daerah, sekretariat DPRD,

inspektorat, satpol PP, 4 badan, 26 dinas, serta 2 UPT rumah sakit umum daerah (RSUD) Pemkot

Surabaya, khususnya yang menggunakan komputer dalam pekerjaannya.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan metode non probabilitas atau secara tidak

acak yaitu elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi

sampel. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pegawai yang berhubungan erat

dengan teknologi informasi pada perusahaan.

Hair, dkk dalam tulisan Ferdinand (2002) menemukan bahwa ukuran sampel yang sesuai adalah

antara 100-200. Adapun jumlah sampel yang diambil adalah 150 pegawai negeri sipil di 26 SKPD pada

Pemkot Surabaya yang kesehariannya bersentuhan dengan teknologi dan informasi, khususnya yang

menggunakan komputer dalam pekerjaannya, dalam hal ini peneliti mengacu pada batas minimal sampel

oleh Hair, dkk dan dengan pertimbangan apabila responden tidak menjawab kuesioner dengan lengkap.

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

3.1 Perceived Ease of Use/PEOU

Merupakan tingkatan pengguna mempercayai bahwa teknologi informasi mudah dalam

penggunaannya.

Variabel ini diukur dengan mengembangkan instrumen yang juga diperkenalkan oleh Davis (1989).

Indikator untuk mengukur variabel Perceived Ease of Use/PEOU yang digunakan adalah :

1. Suatu sistem mudah dipelajari (PEOU-1)

2. Suatu sistem mudah dikontrol (PEOU-2)

3. Suatu sistem jelas dan mudah dipahami (PEOU-)

4. Sistem yang fleksibel (PEOU-4)

5. Kemudahan untuk menjadi lebih terampil (PEOU-5)

6. Kemudahan dalam penggunaan (PEOU-6)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

3.2 Perceived Usefulness/PU

Merupakan tingkatan berfikir pengguna bahwa menggunakan suatu sistem bermanfaat dan

meningkatkan kinerjanya. Variabel ini diukur dengan memodifikasi instrumen yang diperkenalkan oleh

Davis, dkk (1989).

Indikator untuk mengukur variabel Perceived Usefulness/PU yang digunakan adalah :

1. Bekerja lebih cepat (PU-1)

2. Peningkatan kinerja (PU-2)

3. Peningkatan produktivitas (PU-3)

4. Peningkatan keefektifan dalam pekerjaan (PU-4)

5. Memudahkan pekerjaan (PU-5)

6. Peningkatan pekerjaan (PU-6)

3.3 Acceptance/Acc

Merupakan kondisi psikologis perusahaan menerima dan menerapkan teknologi informasi sebagai

cara hidup yang meningkatkan kinerja dan daya saing.

Variabel ini diukur dengan mengembangkan instrumen yang diperkenalkan oleh Davis (1989) dan

dimodifikasi oleh Schillewaert (2000).

Indikator untuk mengukur variabel Acceptance/Acc yang digunakan adalah :

1. Pengguna yang sering dalam sistem organisasi (A Frequent User) (Acc-1)

2. Menjadi bagian secara keseluruhan pada aplikasi sistem (Acc-2)

3. Menggunakan kemampuan program secara keseluruhan (Acc-3)

Teknik Analisis

Didukung dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan alat analisis Structural Equation

Model (SEM), maka teknik ini juga menguji model dengan menggunakan Structural Equation Model

(SEM). Menurut Ferdinand (2002:6), SEM adalah sekumpulan teknik statistikal yang memungkinkan

pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit dapat

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independent,

dalam pengujian model dengan menggunakan SEM terdapat tujuh langkah yang ditempuh, yaitu :

1. Pengembangan Sebuah Model Berbasis Teori

Penelitian ini ingin menguji pengaruh antara Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use terhadap

Acceptance dan bagaimana Perceived Usefulness dapat menjadi dasar yang kuat bagi pengaruh

Perceived Ease of Use terhadap Acceptance, dengan telah melakukan telaah terhadap literatur-literatur

dalam bidang sistem informasi, diperoleh justifikasi bahwa :

a. Acceptance dibangun dengan menggunakan dimensi ganda yaitu Perceived Ease of Use

dan Perceived Usefulness.

b. Kemudahan penggunaan yang dirasakan (Perceived Ease of Use) akan membuat suatu

teknologi lebih dirasakan berguna (Perceived Usefulness) sehingga dapat membuat

suatu teknologi dapat diterima (Acceptance). Jadi, justifikasi teoritisnya bahwa

Perceived Usefulness dibangun dengan Perceived Ease of Use.

1. Menyusun Path diagram untuk Menyatakan Hubungan Kausalitas

Selanjutnya, menyusun suatu path gambar berdasarkan langkah pertama. Tampilan path gambar

penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6

PU-1 PU-2 PU-3 PU-4 PU-5 PU-6

7
2 Acc-1
1 1
PU

1 Acc-2 8
ACC
2 9
PEOU Acc-3

PEOU-1 PEOU-2 PEOU-3 PEOU-4 PEOU-5 PEOU-6


Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017

1 2 3 4 5 6
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Gambar 3: Overall Model (Kerangka pikir diolah)

Model tersebut menunjukkan adanya konstruk-konstruk eksogen dan endogen sebagai berikut :

1. Konstruk Eksogen

Merupakan konstruk yang tidak diprediksi oleh konstruk yang lain dalam model, dalam penelitian ini,

yang merupakan konstruk eksogen adalah Perceived Ease of Use (PEOU).

2. Konstruk Endogen

Merupakan konstruk yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk, yaitu merupakan konstruk

endogen dalam penelitian ini ada dua yaitu Perceived (PU) dan Acceptance (ACC).

3. Menerjemahkan Path Diagram ke dalam Persamaan Struktural dan Spesifikasi Model

Pengukuran

Setelah teori dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur (Path diagram), selanjutnya

persamaan yang dibangun terdiri dari :

a. Persamaan Struktural

Merupakan persamaan yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai

konstruk. Persamaan struktural pada dasarnya dibangun dengan pedoman sebagai berikut :

Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Endogen + Error

Persamaan struktural yang diajukan dalam model diatas adalah sebagai berikut :

PU = 1.PEOU + 1 ................................. (1)

Acc = 2.PEOU + 1.PU + 2 ................................. (2)

Sehingga didapatkan persamaan ketiga hasil substitusi persamaan 1 dan 2 sebagai berikut:

ACC = (1.1+2)PEOU + (2  1) ................................. (3)

Dimana :

Acc = Acceptance

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

PEOU = Perceived Ease of Use

PU = Perceived Usefulness

 = Error

  = Regression Weight

Maka bila digambarkan dalam diagram, struktur modelnya tampak sebagai berikut :

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

1 PU 1 2

1
ACC

2
PEOU

b. Persamaan Spesifikasi Model Pengukuran (Measurement Model)

Spesifikasi model pengukuran dilakukan terlebih dahulu pada konstruk eksogen yaitu Perceived Ease of

Use (PEOU) adalah sebagai berikut :

PEOU – 1 = 1.PEOU + 1

PEOU – 2 = 2.PEOU + 2

PEOU – 3 = 3.PEOU + 3

PEOU – 4 = 4.PEOU + 4

PEOU – 5 = 5.PEOU + 5

PEOU – 6 = 6.PEOU + 6

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Bila digambarkan dalam model, maka model pengukuran konstruk eksogen ini akan nampak sebagai

berikut :

1 PEOU-1

2 PEOU -2

3 PEOU -3
PEOU

4 PEOU -4

5 PEOU -5

6 PEOU -6

Konstruk Endogen yang pertama spesifikasi adalah sebagai berikut :

PU – 7 1

PU – 8 2

PU – 9 3

PU – 10 4

PU – 11 5

PU – 12 6

Apabila dinyatakan dalam sebuah model pengukuran, maka model pengukuran konstruk endogen yang

pertama ini akan tampak sebagai berikut :

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

1 PU-1

2 PU -2

3 PU -3

PU
4 PU -4

5 PU -5

 6 PU -6

Konstruk endogen yang kedua atau persamaan pengukuran yang ketiga dari kerangka penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Acc – 1 = 13.Acc + 7

Acc – 2 = 14.Acc + 8

Acc – 3 = 15.Acc + 9

Model pengukuran konstruk endogen yang kedua akan tampak sebagai berikut :

7
Acc -1

8 Acc -2
Acc

 9 Acc -3

Memilih Matriks Input dan Teknik Estimasi

Setelah model spesifikasi secara lengkap, langkah berikutnya adalah memilih jenis input (kovarians atau

korelasi) yang sesuai. Hair, dkk (1995) dalam Ferdinand (2002:164) menyarankan apabila yang diuji

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

adalah hubungan kausalitas, maka input yang digunakan adalah kovarians. Karena penelitian ini akan

menguji hubungan kausalitas, maka matriks kovarianslah yang diambil sebagai input oleh operasi SEM.

Pertimbangan ukuran sampel 100-200, maka teknik estimasi yang dipilih adalah Maximum Likelihood

Estimation / MLE. (Ferdinand, 2002:49).

4. Menilai Problem Identifikasi

Problem identifikasi akan diatasi oleh program AMOS. Program akan secara otomatis memberikan

pesan yang memungkinkan peneliti dapat melakukan tindakan bila program tidak melakukan estimasi.

5. Evaluasi Kriteria Goodness-of-Fit

Pada langkah ini, kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness-of-fit,

dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk atau menguji hipotesis mengenai model

(Hair, et.al.1995:Tabachnick dan Fidell, 1996 dalam Ferdinand, 2002). Berikut ini disajikan beberapa

indeks kesesuaian dan cut-off valuenya untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat

diterima atau ditolak.

Tabel 2. Good of Indices untuk Evaluasi Model

Goodness-of-Fit Keterangan Cut-off Value

Significance Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks ≥ 0,05

covariance data dan matriks covariance yang

diestimasi

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada ≤ 0,08

sample besar

GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam ≥ 0,90

matriks sample yang dijelaskan oleh matriks

covariance populasi yang diestimasi (analog

dengan R2 dalam regresi berganda)

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90

CMIN/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00

TLI Perbandingan antara model yang diuji terhadap ≥ 0,95

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

baseline model

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap ≥ 0,94

besarnya sample dan kerumitan model

Sumber : Ferdinand, 2002

6. Interpretasi dan Modifikasi Model

Setelah model diestimasi, modifikasi model terhadap model yang dikembangkan dapat dilakukan apabila

ternyata estimasi memiliki tingkat prediksi tidak seperti yang diharapkan yaitu apabila terhadap residual

yang besar (Ferdinand, 2002). Nantinya program dalam SEM memberi alat bagi peneliti untuk

mengecek selalu perubahan yang dapat dilakukan terhadap model yang diajukan, dengan syarat bahwa

modifikasi hanya dapat dilakukan apabila terhadap justifikasi teoritis yang kuat.

7. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

a. Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi berstandar. Dengan pengujian

signifikan pembanding nilai Critical Ratio (CR) yang sama dengan nilai t hitung. Apakah t hitung

lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

b. Dari keluaran program Analysis of Moment Structure (AMOS 4.01) juga akan diamati hubungan

kausal antar variabel.

3. Hasil

Tiga (3) variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah perceived usefulness, perceived Ease

of Use dan Acceptance. Adapun tabel deskripsi variabel Perceived Usefulness adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. Deskripsi Variabel Perceived Usefulness

1 2 3 4 5 6 7
No Statement Mean
F % F % F % F % F % F % F %
X11 Aplikasi 0 0 1 0,8 1 0,8 13 9,8 25 18,9 39 29,5 53 40,2 5,96
E-government
membantu saya
menyelesaikan
pekerjaan lebih
cepat.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

X12 Aplikasi 0 0 0 0 6 4,5 10 7,6 28 21,2 40 30,3 48 36,4 5,86


E-government
meningkatkan
kinerja saya
X13 Aplikasi 1 0,8 0 0 3 2,3 16 12,1 29 22 42 31,8 41 31,1 5,74
E-government
meningkatkan
produktivitas
saya
X14 Aplikasi 0 0 1 0,8 2 1,5 12 9,1 28 21,2 43 32,6 46 34,8 5,87
E-government
meningkatkan
keefektifan
saya dalam
bekerja.
X15 Aplikasi 0 0 1 0,8 1 0,8 12 9,1 30 22,7 46 34,8 42 31,8 5,85
E-government
mempermudah
pekerjaan saya.
X16 Aplikasi 0 0 0 0 1 0,8 9 6,8 22 16,7 52 39,4 48 36,4 6,03
E-government
bermanfaat
dalam pekerjaan
saya.
Sumber : Tabulasi data responden, diolah.

Tabel deskripsi variabel Perceived Usefulness (tabel 8), menunjukkan bahwa responden cenderung

sangat setuju bahwa aplikasi e-government bermanfaat dalam pekerjaan, hal ini dapat dilihat pada tabel

8, rata-rata (mean) tertinggi ada pada pernyataan ke-6 yang menyatakan bahwa aplikasi e-government

bermanfaat dalam pekerjaan. Sementara itu rata-rata terendah secara keseluruhan adalah pernyataan ke-3

yakni aplikasi e-government meningkatkan produktivitas responden. Hal ini dapat dimaklumi karena

kemungkinan responden belum merasakan secara langsung adanya peningkatan produktivitas, akan

tetapi responden yakin atau setuju bahwa aplikasi e-government meningkatkan produktivitas.

4. Tabel 9. Deskripsi Variabel Perceived Ease of Use

1 2 3 4 5 6 7
No Statement Mean
F % F % F % F % F % F % F %
X21 Mempelajari 1 0,8 2 1,5 5 3,8 37 28 37 28 23 17,4 27 20,5 5,15
pengoperasian
Aplikasi
E-government
adalah hal yang
mudah bagi saya
X22 Aplikasi 1 0,8 3 2,3 17 12,9 41 31,1 32 24,2 21 15,9 17 12,9 4,75
E-government
memudahkan saya

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

melakukan apa
yang ingin saya
lakukan
X23 Saya mudah 2 1,5 2 1,5 13 9,8 33 25 31 23,5 28 21,2 23 17,4 5,01
berinteraksi
dengan Aplikasi
E-government
X24 Berinteraksi 1 0,8 1 0,8 9 6,8 23 17,4 38 28,8 31 23,5 29 22 5,31
dengan Aplikasi
E-government
adalah fleksibel
X25 Dengan Aplikasi 0 0 1 0,8 2 1,5 22 16,7 34 25,8 30 22,7 43 32,6 5,65
E-government
saya menjadi
terampil
X26 Aplikasi 0 0 1 0,8 6 4,5 28 21,2 38 28,8 36 27,3 23 17,4 5,29
E-government
mudah digunakan
Sumber : Tabulasi data responden, diolah.

Berdasarkan tabel 4, responden cenderung setuju dengan pernyataan pada variabel ini. Persentase dan

frekuensi responden memilih jawaban point 5 pada pernyataan 1, 4, dan 6. Bahkan responden juga

cenderung saya setuju pada pernyataan ke-5 yang menyatakan bahwa responden meyakini bahwa

dengan aplikasi e-government, para pegawai menjadi lebih terampil. Hal ini juga diperkuat dengan rata-

rata tertinggi yaitu sebesar 5,65 pada pernyataan ke-5. Meskipun demikian, responden juga cenderung

ragu mengenai pernyataan bahwa dengan aplikasi e-government memudahkan responden melakukan apa

yang ingin dilakukan. Hal ini terbukti rata-rata pernyataan ke-2 ini terendah dari rata-rata keseluruhan.

Tabel 5. Deskripsi variabel Acceptance

1 2 3 4 5 6 7
No Statement Mean
F % F % F % F % F % F % F %

Y1 Saya sering 1 0,8 2 1,5 6 4,5 25 18,9 38 28,8 39 29,5 21 15,9 5,25
menggunakan
Aplikasi
E-government
dalam operasional
sehari (1 requent
user)

Y2 Saya sudah 3 2,3 3 2,3 8 6,1 24 18,2 36 27,3 35 26,5 23 28 5,15


mengintegrasikan
Aplikasi
E-government
dalam mengerjakan
pekerjaan saya.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Y3 Saya benar-benar 5 3,8 2 1,5 4 3 28 21,2 37 28 34 25,8 22 16,7 5,12


telah menggunakan
seluruh kapabilitas
Aplikasi
E-government
Sumber : Tabulasi data responden, diolah

Berdasarkan tabel di atas , dapat menunjukkan bahwa responden cenderung setuju mengenai pernyataan-

pernyataan yang berkaitan dengan Acceptance. Itu berarti aplikasi e-government telah diterima dan

diterapkan oleh para responden, hanya saja responden merasa belum benar-benar menggunakan seluruh

kapabilitas aplikasi e-government. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata terendah pada pernyataan

mengenai Acceptance yang terakhir.

Model SEM adalah model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara

bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan

terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang

diestimasi secara bersama-sama [One Step Approach to SEM]. One step approach to SEM digunakan

apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas & reliabilitas data sangat baik

(Hair et.al.,1998).

Hasil estimasi dan fit model one step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi

Amos 4.01 terlihat pada Gambar dan Tabel Goodness of Fit di bawah ini.

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL


Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, & Acceptance
Model Specification : One Step Approach - Base Model
1
er_1 X11
1 1
er_2 X12
1
er_3 X13 1
Perceived d_pu
1 Usefulness
er_4 X14
1
er_5 X15 1
1 Y1 er_13
1
er_6 X16 1
Acceptance Y2 er_14
1
er_7 X21 1
1 Y3 er_15
er_8 X22 1 1

1 d_ac
er_9 X23
Perceived
1 Ease of Use
er_10 X24
1
er_11 X25
1
er_12 X26
Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Gambar 5. One Step Approach – Base Model

Tabel 6. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model


Cmin/DF 2.366 ≤ 2,00 kurang baik
Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik
RMSEA 0.105 ≤ 0,08 kurang baik
GFI 0.826 ≥ 0,90 kurang baik
AGFI 0.760 ≥ 0,90 kurang baik
TLI 0.925 ≥ 0,95 kurang baik
CFI 0.938 ≥ 0,94 kurang baik

Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of

fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum

sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum

sepenuhnya didukung oleh fakta, dengan demikian model ini masih perlu dimodifikasi sebagaimana

terdapat di bawah ini.

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL


Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, & Acceptance
Model Specification : One Step Approach - Modifikasi

1
er_ X11
1 1 1
er_ X12
2 1
er_ X13
Perceive 1 d_p
3 1 Usefulnes
er_ X14 d u
s
4 1
er_ X15 1
5 1 Y1 er_1
1
er_ X16 13
6 Acceptanc Y2 er_1
1
er_ X21 e 14
7 1 Y3 er_1
er_ X22 1 1 5
8 1 d_a
er_ X23
Perceive c
9 1 Ease of Use
er_1 X24 d
0 1
er_1 X25
1 1 Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017
er_1 X26
2
MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Gambar 6. Modifikasi Model

Modifikasi : Estimate Prob.


er_3 <--> er_2 0.153 0.000
er_3 <--> er_4 0.085 0.001
er_10 <--> er_11 0.213 0.000
er_15 <--> er_5 -0.120 0.001
er_11 <--> d_ac -0.109 0.005
er_13 <--> d_pu 0.179 0.000
er_11 <--> d_pu 0.177 0.001
er_10 <--> d_pu 0.224 0.000
er_5 <--> er_6 0.073 0.008
er_13 <--> er_10 0.125 0.010
er_7 <--> d_ac -0.124 0.006
er_8 <--> er_7 0.167 0.015
er_2 <--> er_8 -0.082 0.022
Tabel 7. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model


Cmin/DF 1.025 ≤ 2,00 baik
Probability 0.418 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0.014 ≤ 0,08 baik
GFI 0.927 ≥ 0,90 baik
AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik
TLI 0.999 ≥ 0,95 baik
CFI 0.999 ≥ 0,94 baik
Sumber : Lampiran 12

Hasil evaluasi terhadap model one step modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang

digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan

data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung

oleh fakta, dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar

variabel dalam model.

4.1 Pengaruh Perceived Usefulness Terhadap E-government Acceptance

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Perceived Usefulness berpengaruh positif terhadap Acceptance. Hasil temuan ini sesuai dengan

prediksi hipotesis pertama yang menduga bahwa Perceived Usefulness berpengaruh secara positif

terhadap Acceptance, hal ini berarti bahwa hipotesis pertama teruji kebenarannya.

Hasil penelitian ini membuktikan dan sesuai dengan temuan Schillewaert (2000) bahwa Perceived

Usefulness berpengaruh secara positif terhadap Acceptance, dengan menggunakan 6 indikator yang

membangun Perceived Usefulness yang dibuat oleh Davis (1989) dan dengan 3 indikator yang

membangun Acceptance yang dibuat oleh Schillewaert (2000) menunjukkan bahwa responden meyakini

aplikasi-aplikasi e-government sistem aplikasi yang bermanfaat baik dalam kinerjanya produktivitas dan

menerima aplikasi e-government dalam sistem komputernya.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi manfaat e-government yang dirasakan, maka semakin

tinggi pula tingkat penerimaan e-government itu sendiri. Responden meyakini bahwa semakin tinggi

manfaat yang dirasakan dengan hadirnya aplikasi e-government, maka akan berpengaruh pada

penerimaan e-government itu sendiri. Hal ini juga terbukti dari hasil jawaban responden pada deskripsi

variabel Perceived Usefulness yang menunjukkan kecenderungan responden setuju bahwa aplikasi e-

government bermanfaat dalam kinerjanya.

4.2 Pengaruh Perceived Ease of Use terhadap Acceptance

Perceived Ease of Use berpengaruh positif terhadap Acceptance. Hal temuan ini sesuai dengan

prediksi hipotesis kedua yang menduga bahwa Perceived Ease of Use berpengaruh secara positif

terhadap Acceptance, hal ini berarti bahwa hipotesis kedua teruji kebenarannya.

Hasil penelitian ini membuktikan temuan Schillewaert (2000) bahwa Perceived Ease of Use

berpengaruh secara positif terhadap Acceptance. Dengan menggunakan 6 indikator yang membangun

Perceived Ease of Use yang dibuat oleh Davis (1989) dan dengan 3 indikator yang membangun

Acceptance yang dibuat oleh Schillewaert (2000) menunjukkan bahwa responden cenderung setuju

bahwa aplikasi e-government digunakan, hal ini dapat dilihat pada distribusi jawaban responden pada

variabel Perceived Ease of Use, hal ini menunjukkan bahwa semakin mudah suatu aplikasi e-

government digunakan, maka semakin tinggi tingkat penerimaan e-government itu sendiri.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

4. 3 Perceived Ease of Use memperkuat pengaruh Perceived Usefulness terhadap Acceptance.

Penelitian ini membuktikan bahwa Perceived Ease of Use berpengaruh secara tidak langsung

Acceptance, tetapi melalui Perceived Usefulness. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan

Schillewaert (2000) serta Tangke (2004) bahwa Perceived Ease of Use secara tidak langsung

berpengaruh pada Acceptance, tetapi melalui Perceived Usefulness. Hal ini juga berarti bahwa Perceived

Ease of Use merupakan faktor yang memperkuat pengaruh Perceived Usefulness terhadap Acceptance.

Dengan kata lain, bahwa semakin tinggi kemudahan aplikasi yang dirasakan, maka semakin tinggi

manfaat yang dirasakan oleh pengguna sehingga akan mempertinggi tingkat penerimaan e-government.

Hal ini berarti bahwa hipotesa ketiga teruji kebenarannya.

5. Kesimpulan, Implikasi, dan Keterbatasan Penelitian

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa Perceived Usefulness berpengaruh secara positif terhadap Acceptance, artinya konsep e-

government bisa diterima apabila aplikasi-aplikasi e-government tersebut bermanfaat, baik secara

individu maupun secara organisasional.

2. Bahwa Perceived Ease of Use berpengaruh secara positif terhadap Acceptance. Keyakinan

bahwa suatu aplikasi e-government yang mudah dipelajari dan mudah digunakan akan berpengaruh pada

penerimaan e-government itu sendiri. pelatihan secara kontinyu dapat mengeliminasi rendahnya tingkat

penerimaan teknologi penerimaan informasi. Sistem komputerisasi yang sudah ada sebelumnya akan

juga mempengaruhi tingkat Perceived Ease of Use, karena pegawai sudah tidak asing dengan aplikasi e-

government sehingga memudahkan penerimaan e-government tersebut selanjutnya.

3. Bahwa Perceived Ease of Use memperkuat pengaruh Perceived Usefulness terhadap Acceptance

artinya keyakinan pegawai bahwa kemudahan dalam penggunaan aplikasi e-government yang dirasakan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

mempengaruhi kinerjanya akan meningkatkan keyakinan pegawai bahwa aplikasi e-government

bermanfaat, sehingga penerimaan e-government pegawai juga meningkat..

5.2. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, implikasi sebagai konsekuensi yang dapat digunakan oleh pihak-

pihak lain yang berkepentingan baik untuk diterapkan maupun untuk dikembangkan di masa yang akan

datang yaitu sebagai berikut:

1. Bagi pemerintahan Kota Surabaya

a. Kebijakan dari Dewan Legislatif yang juga harus mempertimbangkan bahwa good

governance dapat dicapai dengan pembangunan e-government. Karena pada dasarnya, e-government

juga harus menjadi skala prioritas dalam pembangunan daerah. Komitmen pimpinan daerah terkait

pembangunan e-government memiliki peranan yang penting.

b. Pegawai Negeri Sipil dalam hal ini pengguna juga perlu memahami lebih luas mengenai

makna diterapkannya e-government dalam instansi. Pelatihan secara berkelanjutan juga perlu dilakukan.

2. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan:

Meneliti lebih luas dan spesifik, mengingat bahwa penerimaan teknologi informasi dipengaruhi oleh

faktor-faktor internal dan eksternal salah satu faktor internal individu seperti :Computer Anxiety atau

Computer Self Efficacy. Sedangkan faktor eksternal seperti : pengaruh atasan dan rekan sekerja,

(Schillewaert:2000)

5.3. Keterbatasan

Tidak adanya suatu koordinasi data yang memudahkan peneliti menganalisa setiap aplikasi e-

government menyebabkan data dan informasi mengenai aplikasi e-government yang didapat terasa

kurang tajam.

Daftar Pustaka

Davis, Fred D. 1989. Perceived Usefulness. Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information
Technology. MIS Quarterly. pp. 318-340.

Hair, J.F, et. all . [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall
International, Inc., New Jersey.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Indriantoro, Nur. 2000. Pengaruh Computer Anxiety terhadap Keahlian Dosen dalam Penggunaan
Komputer. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. vol. 04. no. 02. pp: 191-210.

Instruksi Presiden No. 03. 2003. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government.
http://www.ristek.go.id/index.php?mod=Regulation&conf=f&file=16082006174423_ inpres_2003_003.pdf
Nuh, Moh. 2007. Penumbuhan Kesadaran Faktor Utama PengembanganTI.
http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=berita_kominfo&view=12&id
=BRT070829094501

Pemkot Surabaya, 2016. Pemkot Surabaya Resmi Luncurkan Website Khusus Sambut Prepcom
3 UN Habitat 2016.

http://www.surabaya.go.id/berita/10733-pemkot-surabaya-resmi-luncurkan-website- khusus-sambut-
prepcom-3-un-habitat-2016

Quina, Novi Nurul. 2009. Analisis Penerimaan E-Government dengan menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM) pada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemkab Blora (TESIS)
http://eprints.upnjatim.ac.id/2194/

Schillewaert. et.al. 2000. The Acceptance of Information Technology In The Sales Force.
Journal of Marketing. Institute for The Study of Business Markets (ISBM).
http://www.smeal.psu.edu/cdt/ebrcpubs/res_papers/2000_07.pdf
http://www.cab.latech.edu/~lsingle/homepage/Papers/LAS_AMCIS02_TAM3.pdf

Waskita, Ferdinand, 2012. Surabaya Akan Jadi Model E-Government Nasional,


http://www.tribunnews.com/nasional/2012/01/09/surabaya-akan-jadi-model-e- goverment-nasional

Yuhertiana. Indrawati. 2005. Worker’s Technology Acceptance : A Behavioral Aspect in Information


Technology Implementation. Jurnal Ekonomi Unmer. Vol. 09 no02. pp: 279-29

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017


MODEL PENERIMAAN E-GOVERNMENT PADA PNS DI PEMKOT SURABAYA

Daftar Isi

Abstract ……………………………………………………………………………………. 1

1 Pendahuluan …………………………………………………………………………………… 2

2 Landasan Teoritis Dan Pengembangan Hipotesis ………………………………………... 5

2.1 Pengaruh Perceived Usefulness terhadap Acceptance ……………………………... 11

2.2 Pengaruh Perceived Ease of Use terhadap Acceptance …………………………….. 12

2.3 Pengaruh Perceived Ease Of Use dalam memperkuat pengaruh Perceived Usefulness

terhadap Acceptance …………………………………………………………………. 12

3 Metode Penelitian ……………………………………………………………………………. 14

4 Hasil …………………………………………………………………………………………... 22

4.1 Pengaruh Perceived Usefulness Terhadap E-government Acceptance ………….. 27

4.2 Pengaruh Perceived Ease of Use terhadap E-government Acceptance

…………………………….. ……………………………………………………………….. 28

4.3 Pengaruh Perceived Ease Of Use dalam memperkuat pengaruh Perceived Usefulness

terhadap E-government Acceptance ………………………………………………………. 28

5 . Kesimpulan, Implikasi, dan Keterbatasan Penelitian …………………………………….. 28

5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………… 28

5.2 Implikasi …………………………………………………………………………… 29

5.3 Keterbatasan penelitian ………………………………………………………………... 30

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………. 30

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 34

You might also like