You are on page 1of 9

STRUKTUR NARASI, FUNGSI DAN NILAI BUDAYA DALAM

KUMPULAN LEGENDA DI KALIMANTAN TENGAH (STRUCTURE


OF NARATION, FUNCTION, AND CULTURAL VALUES IN LEGENDS
OF CENTRAL KALIMANTAN)

Andreow Kony Darlam Bagus dan Darsan Bagus


Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya,
e-mail likeyoshida@gmail.com

Abstract

Narrative Structure, Function, and Cultural Values in Legends of Central


Kalimantan. Research entitled is motivated by the interest of researcher to
preserve the legend of the area that is now almost extinct and forgotten by the
community. This study aims to describe (1) the structure of narrative in legends of
central kalimantan, (2) the function of legend in legendsof central kalimantan, (3)
cultural values in legends of central kalimantan. This research used a descriptive
method. the data source can be from fifteen legends in central kalimantan creation
by Prof. Drs. Kumpiady Widen, MA, Ph. D then collected through several
techniques, classified, analyzed, and concluded. Based on the results of data
analysis, it can be concluded that of the fifteen legends that have been analyzed,
there are ten local legends and five individual legends. Based on analysis of the
narrative structure, the five narrative stages are found from the fifteen legends.
Based on analysis of legend’s function, the six functions of legend used as theory in
this study, only found four functions of legend, the function of legend to help the
education of young people, increase feelings of solidarity of group, social
sanctions for people who behave well or punish, and last as a means of social
criticism. based on analysis of the cultural values contained in these fifteen legends
found five cultural values, namely: the cultural values of human life, the cultural
values of human works, the cultural values of human perceptions of time, the
cultural values of the human view of nature and the latter are cultural values
human relationships with others.
Key words: naration structure, legendary function, culture values

Abstrak

Struktur Narasi, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Kumpulan Legenda di


Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti
untuk melestarikan legenda daerah yang sekarang sudah hampir punah dan
dilupakan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) Struktur
narasi dalam kumpulan legenda di Kalimantan Tengah (2) Fungsi legenda dalam
kumpulan legenda di Kalimantan Tengah (3) Nilai Budaya dalam kumpulan
legenda di Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
Sumber data didapat dari lima belas legenda yang ada di Kalimantan Tengah
karya Prof. Drs. Kumpiady Widen, MA, Ph. D. Berdasarkan analisis mengenai
struktur narasi, kelima tahap narasi ditemukan dari lima belas legenda tersebut.
Berdasarkan analisis mengenai fungsi legenda, dari enam fungsi legenda yang

112
dijadikan teori dalam penelitian ini hanya ditemukan empat fungsi legenda.
Berdasarkan analisis mengenai nilai budaya yang terkandung dalam kelima belas
legenda tersebut ditemukan lima nilai budaya, yaitu nilai budaya tentang hidup
manusia, nilai budaya tentang karya manusia, nilai budaya persepsi manusia
tentang waktu, nilai budaya pandangan manusia terhadap alam dan yang terakhir
nilai budaya hubungan manusia dengan sesama.
Kata-kata kunci: struktur narasi, fungsi legenda, nilai budaya

PENDAHULUAN
Sastra adalah sebuah karya yang indah, baik secara lisan maupun tulisan. Sastra bisa
mengungkapkan apa saja secara imajinatif dan berkembang seiring waktu. Sastra sebagai
karya seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berfungsi untuk mengaktualisasikan
atau mewujudkan sebuah sistem konvensi atau kode sastra dan budaya (Teeuw, 1980: 11).
Sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat atau secara lebih lengkap adalah ilmu yang
mempelajari sifat, keadaan, dan pertumbuhan masyarakat, kehidupan manusia dalam
masyarakat (Rafiek, 2010:2).
Penelitian dapat menyelamatkan karya sastra dari kepunahan, terutama sastra lama.
Kehilangan karya sastra lama berarti kehilangan nilai sejarah serta nilai budaya suku-suku
bangsa Indonesia, baik pada masa kini maupun pada masa mendatang. Meneliti cerita rakyat
berarti menelaah secara seksama unsur-unsur yang membangun cerita rakyat tersebut. Seperti
halnya daerah-daerah lain di Indonesia, di Kalimantan Tengah masih banyak cerita rakyat
atau legenda perseorangan (personal legends) dan legenda setempat (local legends) yang
hidup sebagai tradisi lisan dan diwariskan secara tradisional. Banyak cerita rakyat Kalimantan
Tengah yang tidak atau belum dikenal secara luas, bahkan dalam masyarakatnya sendiri,
terutama di kalangan generasi mudanya. Kenyataan tersebut disebabkan oleh perubahan sosial
yang begitu cepat, sehingga mengubah pola kehidupan masyarakat.
Penelitian mengenai struktur narasi sudah pernah dilakukan oleh Noortyani (2016)
dalam penelitian yang berjudul “Struktur Narasi perkawinan Dayak Maanyan”. Noortyani
dalam penelitian tersebut memaparkan struktur narasi perkawinan adat pada tahap ngantane,
tahap adu pamupuh, dan tahap piadu serta memaparkan aktor dan narator narasi perkawinan
dayak Maanyan. Dilihat dari penelitian tersebut, dapat diketahui perbedaannya terletak pada
objeknya, yaitu struktur narasi perkawinan dengan struktur narasi legenda.
Penelitian mengenai fungsi legenda sudah pernah dilakukan oleh Siswoyo (2010) dalam
penelitian yang berjudul “Legenda Datu-Datu Tabalong”, penelitian tersebut memaparkan
fungsi legenda di daerah kabupaten Tabalong sebagai pendidikan anak muda, sebagai sarana
kritik sosial, dan sebagai pengesahan pranata-pranata kebudayaan. Dilihat dari penelitian
tersebut, dapat diketahui perbedaannya terletak pada objeknya dan jenis legendanya, yaitu
legenda datu-datu Tabalong dengan legenda di Kalimantan Tengah yang fokus kajiannya
menganalisis legenda setempat.
Penelitian mengenai nilai budaya sudah pernah dilakukan oleh Mahmudi (2012) dalam
penelitian yang berjudul “Nilai Budaya dalam Dongeng Dayak Bakumpai”, dalam penelitian
tersebut memaparkan nilai budaya tentang hidup manusia, nilai budaya pandangan manusia
terhadap alam, dan nilai budaya tentang hubungan manusia dengan sesamanya. Dilihat dari
penelitian tersebut dapat diketahui perbedaanya tampak pada jenis nilai budaya yang

113
dianalisis, dalam penelitian tersebut hanya menganalisis tiga jenis nilai budaya sedangkan
pada penelitian ini penulis melakukan analisis berdasarkan lima jenis nilai budaya.
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai
suatu yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda adalah cerita yang mengisahkan sejarah
satu tempat atau peristiwa zaman silam. Ia mungkin berkisah tentang seorang tokoh, keramat,
dan sebagainya. Setiap penempatan yang bersejarah lama mempunyai legendanya sendiri,
misalnya di Langkawi, akan dijumpai legenda Mashuri dan Malaka kita dapat menjumpai
Hang Tuah.
Dalam kaitannya dengan sejarah, ditegaskan bahwa legenda seringkali dipandang
sebagai “sejarah” kolektif (Folk history) walaupun “sejarah” itu karena tertulis telah
mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya (Danandjaja,
2002: 66).
Narasi sebagai salah satu bentuk wacana yang terikat oleh unsur peristiwa dan waktu.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Keraf (1994:135). Narasi merupakan suatu bentuk
wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-
olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Narasi sering disamakan dengan
cerita. Forster dalam Noortyani (2016:21) mengartikan cerita sebagai sebuah narasi, yakni
kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. Contohnya (kejadian) mengantuk
kemudian tertidur, begitu melihat perempuan cantik langsung jatuh cinta pada pandangan
pertama, marah-marah karena disinggung perasaannya.
Di dalam kesusastraan Indonesia dikenal adanya cerita rakyat. Legenda dibangun dan
dikembangkan melalui bahasa lisan sebagai sarana pengungkapannya. Cerita yang dihasilkan
oleh masyarakat diturunkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Teori fungsi Folklor Sastra Lisan Legenda Alan Dundes (Sudikan, 2001:109) membantu
pendidikan anak muda (aiding in the education of the young, meningkatkan perasaan
solidaritas suatu kelompok (promoting a group's feeling of solidarity), memberi sanksi sosial
agar orang berperilaku baik atau memberi hukuman (providing socially sanetioned way is for
individuals to act superior to or to censure other individuals), sebagai sarana kritik sosial
(serving as a vehiele for social protest), memberikan suatu pelarian yang menyenangkan dari
kenyataan (offering and enjoyable eseape from reality), mengubah pekerjaan yang
membosankan menjadi permainan (converting duli work into play).
Nilai budaya merupakan hal yang dianggap baik, bernilai, berharga dan penting dalam
hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberikan arah dan orientasi
kepada kehidupan warga masyarakat. Nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup manusia
dalam masyarakat. Suatu nilai budaya itu bersifat sangat umum. Karena sifatnya yang umum,
luas dan konkret itu, maka nilai budaya dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah
emosional dari alam jiwa para individu yang menjadi warga (Koentjaraningrat, 1990: 190)
Nilai budaya demikian kuat meresap dan berakar di dalam jiwa masyarakat sehingga sulit
diganti. Sistem nilai budaya di dalam masyarakat menyangkut masalah pokok bagi kehidupan
manusia.
Nilai budaya menurut C. Kluckhohn dalam Samuel (1998: 34) terdiri dari lima jenis,
yaitu nilai budaya tentang hidup manusia, nilai budaya tentang karya manusia, nilai budaya
persepsi manusia tentang waktu, nilai budaya pandangan manusia terhadap alam, nilai budaya
hubungan manusia dengan sesama.

114
METODE
Penelitian ini berjudul Struktur Narasi, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Kumpulan
Legenda di Kalimantan Tengah dengan menggunakan pendekatan penelitian sosiologi sastra.
Pendekatan sosiologi sastra diterapkan dalam penelitian ini terutama untuk mengkaji sastra
berdasarkan keadaan masyarakat sastra yang mengutamakan penghayatan terhadap interaksi
antarkonsep dan dikaitkan secara empiris. Jenis Penelitian dalam penelitian ini merupakan
jenis penelitian kualitatif yang mendasarkan diri bukan pada paradigma metodologis deduktif,
tetapi induktif. Suatu paradigma yang bertitik tolak dari yang khusus seperti yang terjadi
dalam pardigma berpikir deduktif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena
sosial termasuk fenomena kebahasaan yang tengah diteliti, yang berbeda dengan hakikat
penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sedang dikaji
(Mahsun, 2012: 256).
Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dari perilaku yang diamati seperti yang
dipaparkan oleh Bogdan dan Tailor (dalam Moleong, 2010: 4).
Ciri penelitian kualitatif adalah melakukan penelitian pada latar ilmiah, peneliti sendiri atau
dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama, analisis data secara
induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil, dan data yang dikumpulkan berupa kata-
kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2010:8)
Berdasarkan beberapa paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang mana secara umum penelitian kualitatif
adalah sebuah penelitian yang hasil akhirnya berupa kata-kata atau tidak berupa angka-angka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif-analisis. Metode
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
pada saat penelitian berlangsung (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 64). Dengan kata lain, metode
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan menguraikan
hal-hal yang menjadi pusat perhatian dan mendukung objek penelitian tersebut.
Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh untuk dijadikan bahan penelitian.
Menurut Moleong (2010:159), walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan
merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Lebih lanjut, Moleong
mengungkapkan dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi, dan dokumen resmi. Berkenaan sumber data, dalam penelitian ini menggunakan buku
kumpulan legenda Kalimantan Tengah oleh Prof. Drs. Kumpiady Widen, M.A., Ph.D.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yakni dokumentasi, pendapat mengenai teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi diungkapkan oleh beberapa ahli, di antaranya
Sugiyono (2015: 240) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bagian bab ini menyajikan hasil penelitian terhadap Struktur Narasi, Fungsi, dan Nilai
Budaya dalam Kumpulan Legenda di Kalimantan Tengah (a) struktur narasi dalam kumpulan
legenda di Kalimantan Tengah (b) fungsi dalam kumpulan legenda di Kalimantan (c) nilai

115
budaya dalam Kumpulan Legenda di Kalimantan Tengah. Sesuai dengan rumusan masalah
yang diangkat, fokus kajian ini mendeskripsikan tentang (a) struktur narasi dalam kumpulan
legenda di Kalimantan Tengah (b) fungsi yang terkandung dalam kumpulan legenda di
Kalimantan Tengah (c) nilai-nilai yang terkandung dalam kumpulan legenda di Kalimantan
Tengah.

Struktur Narasi dalam kumpulan Legenda di Kalimantan Tengah


Legenda Danau Malawen
Legenda yang berjudul Danau Malawen ini berasal dari Kabupaten Barito Selatan,
Kalimantan Tengah. Legenda ini menceritakan tentang asal muasal terjadinya sebuah danau
yang diberi nama Danau Malawen.
Eksposisi atau kondisi awal.
Tahap eksposisi di dalam legenda Danau Malawen tampak pada kutipan berikut.
“Hiduplah seorang lelaki tua dengan seorang anak gadisnya yang cukup manis,
bernama Mariang. Sedangkan istrinya telah lama meninggal dunia, yaitu ketika ia
melahirkan anak perempuan mereka itu, kendati pun kehidupan lelaki tua bersama
anak perempuannya itu cukup memprihatinkan, mereka berdua tidak pernah
berputus asa atau pun minta-minta”. [S.N.E-1]
“Aku sakit, rasanya Bapak ingin menyusul ibumu. Namun, sebelum bapak pergi
selama-lamanya. Bapak ingin titipkan sesuatu yang sangat penting untukmu. Di
dalam peti tua itu, ada sebuah piring besar dan sangat berharga, yaitu piring
malawen”. [S.N.E-2
Berdasarkan kutipan cerita di atas, tahap eksposisi pada legenda yang berjudul Danau
Malawen menggambarkan kondisi awal kehidupan seorang lelaki dan seorang anak gadisnya
yang sangat cantik jelita yang diberi nama Mariang.
Gangguan atau Kekacauan
Tahap gangguan atau kekacauan di dalam legenda Danau Malawen terdapat pada kutipan
berikut.
“Pada suatu hari, matahari pun bersinar dengan cerahnya, tanpa disangka-sangka
oleh Mariang dating sekelompok tamu yang tak diundang. Mereka adalah
perampok yang ingin merampok piring malawen satu-satunya milik Mariang”.
[S.N.G-3]
Berdasarkan kutipan cerita di atas, tahap gangguan atau kekacauan ditandai dengan
munculnya tokoh yang merusak keseimbangan atau keteraturan hidup.
Komplikasi
Tahap komplikasi di dalam legenda Danau Malawen terdapat pada kutipan berikut.
“Perampok- perampok tersebut memaksa Mariang untuk menyerahkan piring
berharga itu kepada mereka”. [S.N.K-4]

Berdasarkan kutipan cerita di atas, tahap komplikasi atau kekacauan makin besar ditandai
dengan perampok-perampok yang tadinya mendatangi rumah Mariang dengan maksud
ingin mengambil piring Mariang tersebut,
Klimaks
Tahap klimaks di dalam legenda Danau Malawen terdapat pada kutipan berikut.

116
“Dalam kegundahannya, sambil mendekap piring itu di dadanya, tibalah ia di tepi
sebuah danau. Karena ketakutan dan kebingungan serta tidak ada jalan lain untuk
menyelamatkan diri, akhirnya ia memutuskan untuk terjun saja ke danau itu”.
[S.N.KL-5]

Tahap yang keempat dalam struktur narasi, yaitu pada tahap klimaks atau konflik
memuncak, dalam legenda yang berjudul Danau Malawen ini tahap klimaks ditandai dengan
sosok Mariang yang dalam kegundahannya sambil mendekap piring itu di dadanya terus
berlari dari para perampok yang berniat ingin mencuri piring Malawennya tersebut, sehingga
sampailah di sebuah tepi danau.
Penyelesaian
Tahap penyelesaian di dalam legenda Danau Malawen terdapat pada kutipan berikut.
“Setelah berada dalam air, Mariang berubah menjadi seekor buaya putih, dan jika
sebelumnya air danau itu berwarna bening, kemudian berubah warnanya kemerah-
merahan sesuai dengan nama gadis itu, yaitu Mariang (merah). Lalu tidak lama
kemudian muncullah sebuah pulau kecil yang mengapung di tengah danau itu”.
[S.N.P-6]
Tahap dari struktur narasi yang terakhir, yaitu Penyelesaian, tahap ini merupakan babak akhir
dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada tahap klimaks tadi berhasil diselesaikan.

Legenda Danau Malawen


Fungsi Legenda (Membantu Pendidikan Anak Muda)
Fungsi legenda sebagai membantu pendidikan anak muda yang terdapat dalam legenda Danau
Malawen, tampak pada kutipan cerita di bawah ini.
“Ia adalah seorang anak gadis yang penurut dan rajin bekerja membantu ayahnya
yang sudah tua”. [F.L.P.A-1]
Berdasarkan kutipan cerita tersebut, fungsi legenda sebagai pendidikan anak muda tampak
pada kalimat “Ia adalah seorang anak gadis yang penurut dan rajin bekerja membantu
ayahnya yang sudah tua”. Pada kutipan cerita tersebut memberikan pembelajaran edukasi
yang bisa dipetik bagi setiap orang yang membacanya khusunya anak muda sebagai generasi
penerus bangsa.
Fungsi Legenda (meningkatkan perasaan solidaritas suatu kelompok
Fungsi legenda sebagai membantu meningkatkan perasaan solidaritas suatu kelompok yang
terdapat dalam legenda Danau Malawen, tampak pada kutipan cerita di bawah ini.
“Kuharap engkau bisa memelihara piring itu dengan baik sebab dengan piring
itulah kita bisa memberikan sesajen kepada arwah leluhur kita agar kehidupan kita
diberi keselamatan dan kedamaian”.[F.L.P.S-2]
Berdasarkan kutipan cerita diatas, fungsi legenda sebagai meningkatkan perasaan solidaritas
suatu kelompok tampak pada kalimat “kita bisa memberikan sesajen kepada arwah leluhur kita
agar kehidupan kita diberi keselamatan dan kedamaian”, bagian kalimat tersebut memberikan
gambaran bahwa sudah sejak zaman dulu penduduk atau orang-orang yang berada di sekitar
daerah Danau Malawen tersebut menggunakan piring Malawen sebagai tempat untuk
memberikan sesajen kepada arwah leluhur agar selalu diberikan keselamatan dan kedamaian.

117
Nilai Budaya dalam Kumpulan Legenda di Kalimantan Tengah
Legenda Danau Malawen
Legenda yang berjudul Danau Malawen ini berasal dari Kabupaten Barito Selatan,
Kalimantan Tengah. Legenda ini menceritakan tentang asal muasal terjadinya sebuah danau.
Di dalam legenda Danau Malawen ini ditemukan tiga nilai budaya, yang pertama nilai budaya
tentang hidup manusia (ditemukan dua kutipan), yang kedua nilai budaya pandangan manusia
terhadap alam, dan yang ketiga nilai budaya persepsi manusia tentang waktu.
Nilai Budaya Tentang Hidup Manusia
Nilai budaya tentang hidup manusia juga terdapat dalam legenda yang berjudul Danau
Malawen, seperti yang tampak pada kutipan di bawah ini.
“Ia adalah seorang anak gadis yang penurut dan rajin bekerja membantu ayahnya
yang sudah tua”. [N.B.H.M-1]
“Memelihara piring itu dengan baik sebab dengan piring itulah kita bisa
memberikan sesajen kepada arwah leluhur kita agar kehidupan kita diberi
keselamatan dan kedamaian”. [N.B.H.M-2]
Kutipan di atas mengandung nilai budaya tentang hidup manusia. Gambaran tentang hidup
merupakan hal utama di dalam pembentukan sikap dan tingkah laku manusia. Pada kutipan Ia
adalah seorang anak gadis yang penurut tersebut memberikan gambaran bahwa sosok anak
gadis perempuan sudah seharusnya menjadi anak gadis yang penurut dan selalu tinggal di
rumah tidak akan keluar rumah tanpa izin dari kedua orang tuanya. Dan pada kutipan rajin
bekerja membantu ayahnya memberikan gambaran bahwa anak perempuan atau laki-laki
tidak dibedakan dalam hal membantu kedua orang tuanya dalam bekerja.
Nilai Budaya Pandangan Manusia terhadap Alam
Nilai budaya pandangan manusia terhadap alam juga terdapat dalam legenda yang berjudul
Danau Malawen, seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Menurut penuturan orang di sekitar itu, pulau yang mengapung dan berpindah-
pindah itu adalah wujud dari piring malawen yang dibawa oleh Mariang”.
[N.B.M.A-3]
Nilai budaya pandangan manusia terhadap alam merupakan pandangan masyarakat terhadap
alam yang menyimpan dan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Seperti
yang tampak pada kutipan pulau yang mengapung dan berpindah-pindah itu adalah wujud
dari piring malawen yang dibawa oleh Mariang, masyarakat sekitar beranggapan dan
mempercayai bahwa Danau Malawen yang sering berpindah tempat tersebut merupakan
wujud dari piring Malawen yang dibawa Mariang, dan masyarakat setempat kemudian
memberi nama danau tersebut dengan nama Danau Malawen.
Nilai Budaya Persepsi Manusia Tentang Waktu
Nilai budaya persepsi manusia tentang waktu yang terdapat dalam legenda Danau Malawen,
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sangat menarik tentunya untuk disaksikan sebab setiap pagi pulau itu berada di
sebelah Barat, dan pada malam hari sudah berada di sebelah Timur” [N.B.M.W-4]
Berdasarkan kutipan di atas, tampak pada kutipan sebab setiap pagi pulau itu berada di
sebelah Barat, dan pada malam hari sudah berada di sebelah Timur, masyarakat setempat
mempercayai atau memiliki persepsi tentang waktu bahwa waktu yang telah terlewat tidak
bisa kita tinggalkan begitu saja dan mengambil hikmah di balik cerita dari para leluhur
terdahulu.

118
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, dari lima belas legenda yang dianalisis
oleh peneliti, ditemukan sepuluh legenda setempat atau legenda tempat yang bercerita tentang
asal muasal sebuah tempat, yaitu Legenda Danau Malawen, Legenda Jalan Nawan Berubah
Menjadi Kalanaman, Legenda Tanjung Gajah Mundur, Legenda Batu Banama, Legenda
Nanyu Mambuti dan Desa Tumpuk Watu, Legenda Pulau Nusa, Legenda Sungai Barito,
Legenda Bukit Sampuraga, Legenda Tambak Bajai, dan Legenda Legenda Liang Ayah.
Kemudian ditemukan lima buah legenda perseorangan dengan judul Legenda Tambun,
Legenda Sanaman Mantikei, Legenda Meriam Beranak, Legenda Hantuen, dan Legenda
Awal Mula Ijamme. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti terhadap lima belas
legenda tersebut, semua legenda mengandung struktur narasi yang lengkap dari tahap
eksposisi, tahap gangguan, tahap komplikasi, tahap klimaks, dan yang terakhir tahap
Penyelesaian.
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, mengenai fungsi legenda yang terdapat
dalam kumpulan legenda di Kalimantan Tengah, peneliti menggunakan teori dari Alan
Dundes dan ditemukan hanya empat fungsi legenda, yaitu fungsi legenda membantu
pendidikan anak muda, fungsi legenda meningkatkan perasaan solidaritas, fungsi legenda
memberi sanksi sosial agar orang berperilaku baik atau memberi hukuman, fungsi legenda
sebagai kritik sosial. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dari keenam fungsi legenda
yang dikemukakan Alan Dundes, ada dua fungsi legenda yang tidak pernah ditemukan, yaitu
fungsi legenda untuk memberikan suatu pelarian yang menyenangkan dari kenyataan dan
mengubah pekerjaan yang membosankan menjadi permainan.
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, mengenai nilai budaya yang terdapat
dalam kumpulan legenda di Kalimantan Tengah, peneliti menggunakan teori dari
C.Kluckhohn dan ditemukan hanya lima nilai budaya, yaitu nilai budaya tentang hidup
manusia, nilai budaya persepsi manusia tentang waktu, nilai budaya pandangan manusia
terhadap alam, dan yang terakhir nilai budaya hubungan manusia dengan sesama.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dari lima belas legenda, nilai budaya yang
sangat jarang ditemukan, yaitu nilai budaya tentang karya manusia.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti menyarankan kepada masyarakat atau khalayak
umum agar selalu melestarikan legenda yang berada di daerah kita agar tidak punah. Bagi
pembaca, penelitian tentang Struktur Narasi, Fungsi, dan Nilai dalam Kumpulan Legenda di
Kalimantan Tengah diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih luas mengenai
pemahaman terhadap legenda dan mengambil fungsi dan nilai budaya yang terkandung dalam
legenda. untuk peneliti selanjutnya, penelitian tentang struktur narasi, fungsi, dan nilai budaya
dalam kumpulan legenda di Kalimantan Tengah masih jauh dari kata sempurna. Masih
banyak tema yang belum diteliti, misalnya penelitian struktur narasi, fungsi dan nilai budaya
mengenai legenda keagamaan dan legenda alam gaib, serta dongeng yang berada di daerah
Kalimantan Tengah atau daerah lainnya. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan yang luas tentang legenda yang ada di daerah kita sendiri.

119
DAFTAR RUJUKAN

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-lain. Jakarta:
PT Pustaka Utama Grafiti.

Keraf, Gorys. 1994. Struktur Narasi dan Argumentasi. Flores: Nusa Indah.

Koentjaraningrat. 1990. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Mahmudi. 2012. Nilai Budaya dalam Dongeng Dayak Bakumpai. Tesis. Pascasarjana
Universitas Lambung Mangkurat.

Mahsun, 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Noortyani, Rusma. 2016. Struktur Narasi Dayak Maanyan. Media Nusa Creative: Malang.

Rafiek, Muhammad. 2010. Dasar-dasar Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Prisma.

Samuel, 1998. Sosiologi. Jakarta: Depdikbud.

Siswoyo. 2010. Legenda Datu-Datu Tabalong. Tesis tidak diterbitkan. Pascasarjana


Universitas Lambung Mangkurat.

Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Kebudayaan. Surabaya: Citra Wacana.

Sudjana, N, Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta.

Teeuw, A. 1980. Sastra Baru Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.

Widen, Kumpiady. 2013. Cerita Rakyat Kalimantan Tengah. Yogyakarta: PT Kanisius.

120

You might also like