Professional Documents
Culture Documents
net/publication/323596439
CITATIONS READS
0 1,058
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
KEMENERUSAN INTRUSI GUNUNG BATU LEMBANG BERDASARKAN PENAFSIRAN DATA MAGNETOTELURIK SATU DIMENSI View project
All content following this page was uploaded by Geni Agustya on 07 March 2018.
Naskah diterima : 09 Agustus 2017, Revisi terakhir : 25 Agustus 2017, Disetujui : 29 Agustus 2017, Online : 30 Agustus 2017
J
Abstrak - Gunung Batu tersusun atas batuan intrusi Abstract - Gunung Batu is composed by andesite dike
andesit berjenis dike yang menerobos miring ke arah utara intrusion rock, leaning towards the north formed a scarp,
membentuk suatu gawir, sebagai bagian dari sesar as part of the Lembang Fault that extends towards the
G
Lembang yang memanjang ke arah barat-timur. Kondisi west-east. The subsurface geological structure conditions
struktur geologi bawah permukaan dan hubungannya and its relations to sedimentation in the western part is not
dengan sedimentasi yang berkembang di bagian barat clearly understood yet. For more detail investigation, it is
belum dapat diketahui secara jelas. Untuk necessary to conduct geophysical measurements of 2D
S
mempelajarinya, diperlukan metode geofisika yaitu Resistivity to interpret the lithostratigraphy vertically and
metode tahanan jenis 2D untuk penafsiran litostratigrafi geomagnetic to determine the lateral distribution of
secara vertikal dan geomagnet. Selain itu dilakukan lithological boundary. Furthermore, geological
investigasi geologi yaitu pengukuran kekar di gawir investigation is applied by measuring the joints of Gunung
M
Gunung Batu. Hasil analisis dan penafsiran geologi dan Batu's scarp. The subsurface geological structure
geofisika memperlihatkan di daerah Gunung Batu conditions and its relations to sedimentation in the western
berkembang struktur geologi yang paling tua berupa sesar part is not clearly understood yet. For more detail
mendatar sinistral dengan arah kelurusan 80°-110° (barat- investigation, it is necessary to conduct geophysical
timur). Struktur ini kemungkinan dominan dipengaruhi measurements of 2D Resistivity to interpret the
oleh gaya tensional. Orde-2 dari sesar tersebut membentuk lithostratigraphy vertically and geomagnetic to determine
sesar normal oblique dekstral dengan arah kelurusan the lateral distribution of lithological boundary.
relatif 310°-0° (baratlaut-tenggara) dan sesar normal Furthermore, geological investigation is applied by
oblique sinistral dengan arah kelurusan relatif 0°-40° measuring the joints of Gunung Batu's scarp. The second
(timurlaut-baratdaya). Sesar orde 2 kemungkinan order fault formed as dextral-normal oblique fault
dominan dipengaruhi oleh gaya extensional. lineament relative to the 310°-0° (northwest-southeast)
and sinistral-normal oblique fault lineament relative to
Kata kunci: Gunung Batu, Sesar Lembang, tahanan jenis,
geomagnet the 0°-40° (northeast-southwest). This fault is assumed
dominantly influenced by the extensional force.
Keywords: Gunung Batu, Lembang Fault, resistivity,
geomagnetic.
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral - Terakreditasi oleh LIPI No. 596/Akred/P2MI-LIPI//03/2015, sejak 15 April 2015 - 15 April 2018
172 J.G.S.M. Vol. 18 No. 3 Agustus 2017 hal. 171 - 182
Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan Pengambilan data dilakukan dengan melakukan
untuk mengetahui geologi bawah permukaan adalah pengamatan geologi dan pengukuran kekar di sekitar
metode tahanan jenis dan geomagnet (Junursyah, 2015; Gunung Batu, dilanjutkan dengan pengukuran geofisika
Praromadani, 2015). Kedua metode ini dipilih karena metode tahanan jenis 2D dan geomagnet di bagian barat
dapat digunakan pada medan berundulasi, tidak Gunung Batu. Proses pengolahan dan analisis data,
menggunakan sumber berbahaya, dan pengoperasian hingga penafsiran struktur geologi bawah permukaan
peralatan yang relatif sederhana. Penafsiran struktur dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut
geologi bawah permukaan dapat dilihat dari perbedaan (Gambar 2):
variasi nilai tahanan jenis batuan dan kelurusan - Tahapan analisis kelurusan lembahan dan
berdasarkan variasi nilai anomali magnet. punggungan. Penarikan kelurusan dilakukan pada
J
tahun yang lalu (Rasmid, 2014). Gunung Batu yang diambil di sekitar Gunung Batu dianalisis
merupakan batuan beku terobosan andesit yang petrografi untuk mengetahui jenis hingga genesa
terbentuk lebih awal dari Sesar Lembang,yaitu pada batuan berdasarkan komposisi mineralnya
510.000 tahun yang lalu (Brahmantyo dan Bachtiar, (Raymond, 1995).
M
J
G
Gambar 2. Bagan alir metode penelitian untuk menafsirkan struktur geologi bawah permukaan berdasarkan analisis citra, data geologi
permukaan, serta data geofisika metode tahanan jenis 2D dan geomagnet.
S
M
a b
Gambar 3. (a) Hasil penarikan kelurusan lembahan dan (b) kelurusan punggungan berdasarkan analisis data citra di daerah Gunung
Batu dan sekitarnya.
174 J.G.S.M. Vol. 18 No. 3 Agustus 2017 hal. 171 - 182
10.4 86
20.8 56.1
Depth(m)
31.1 36.8
41.5 24.1
Measured Apparent Resistivity Pseudosection
10.4 86
Depth(m)
20.8 56.1
31.1 36.8
41.5 24.1
Calculated Apparent Resistivity Pseudosection
1294 120
1278 62
1262 32.5
1245 16.9
Inverted Resistivity Section Iteration=3 RMS= 2.85% L2=0.90 Electrode Spacing= 5m
Gambar 4. Hasil pemodelan inversi 2D pada data tahanan jenis konfigurasi Mapping Wenner pada lintasan 1 yang telah terkoreksi oleh
topografi permukaan dengan RMS error mencapai 2,85%.
J
magnet (nT) yang direduksi ke arah monopol utama kelurusan di daerah penelitian berturut-turut
menjadi peta Reduce to Pole (RTP) (Gambar 5b). berada pada azimut 350o - 10o, 20o - 40o, dan 90o - 100o,
Analisis arah struktur secara lateral dapat dilakukan sedangkan berdasarkan panjang azimutnya (Gambar
dengan mengkorelasikan hasil penafsiran struktur
M
a b
Gambar 5. (a) Peta anomali magnet dan lokasi titik pengukuran Geomagnet; (b) Peta hasil reduksi ke arah monopol
(peta RTP).
Penafsiran Struktur Geologi di Daerah Gunung Batu Lembang ... (G.M.L. Junursyah & G. Agustya) 175
dominan berasal dari gaya ekstensional, dilanjutkan singkapan batuan di Gunung Batu (Agustya, 2016) yang
dengan kelurusan yang berarah 90o-110o dengan terdiri dari kekar hibrida dan ekstensional, dilakukan
pembentukan dominan berasal gaya tensional. dengan menggunakan diagram mawar untuk mengetahui
arah dominannya berdasarkan frekuensi azimut.
G
Frekuensi Azimut
a b c
S
M
Panjang Azimut
d e f
Gambar 6. Diagram mawar berdasarkan frekuensi azimut pada kelurusan (a) lembahan; (b) punggungan; dan (c) komposit. Diagram
mawar berdasarkan panjang azimut pada kelurusan (d) lembahan; (e) punggungan; dan (f) komposit, di daerah penelitian.
176 J.G.S.M. Vol. 18 No. 3 Agustus 2017 hal. 171 - 182
a b
Gambar 7. Analisis petrografi (a) nikol sejajar dan (b) nikol silang pada sayatan tipis sampel batuan pembentuk Gunung
Batu yang merupakan batuan intrusi andesit dengan masadasar berupa mikrolit plagioklas berarah tidak
beraturan.
a b c
J
G
S
Gambar 8. Diagram mawar berdasarkan frekuensi azimut pada kelurusan kekar (a) hibrida; (b) ekstensional; dan (c) komposit,
di daerah penelitian.
M
penunjaman σ2 dan σ3 merupakan pergerakan berjenis bentuk dari intrusi, maka ditafsirkan sebagai lapisan
dextral (menganan) dan relatif normal, sehingga dapat lapukan dari badan intrusi itu sendiri, diperkuat
ditafsirkan kekar yang terbentuk di sekitar Gunung Batu dengan penampakan lapisan makin mendekati
berasal dari pensesaran normal oblique dekstral yang permukaan ke arah lintasan-III.
berarah relatif baratlaut-tenggara. - Lapisan-C: memiliki variasi nilai tahanan jenis pada
16,9Ωm – 47,25Ωm, ditafsirkan sebagai perlapisan
Penafsiran metode Tahanan Jenis 2D batuan yang permeable dan berbutir halus (nilai
tahanan jenis rendah). Penyebaran lapisan ini
Perubahan variasi nilai tahanan jenis secara vertikal dikontrol oleh adanya struktur horst-graben yang
pada penampang model inversi tahanan jenis 2D hingga dominan berada di bagian selatan dan utara lintasan.
kedalaman ±50 m ditafsirkan sebagai perbedaan
- Lapisan-D: memiliki variasi nilai tahanan jenis pada
perlapisan batuan, sedangkan perubahan variasi
47,25Ωm – > 231Ωm, ditafsirkan sebagai perlapisan
tahanan jenis secara lateral ditafsirkan sebagai
batuan yang impermeable dan berbutir kasar (nilai
pembentukan stuktur geologi di bawah permukaan atau
tahanan jenis tinggi). Penyebaran lapisan ini berada di
ketidakselarasan perlapisan. Perbedaan perlapisan
bagian selatan lintasan dan menyempit ke arah barat,
batuan berdasarkan variasi nilai tahanan jenis di bagian
serta dikontrol oleh pembentukan struktur horst-
barat Gunung Batu dari tua hingga muda, yaitu (Gambar
graben. Dilihat dari variasi nilai tahanan jenisnya
10 - Gambar 12):
kemungkinan sumber dari lapisan ini adalah dari tubuh
- Lapisan-A: memiliki variasi nilai tahanan jenis intrusi Gunung Batu itu sendiri.
91Ωm - >231Ωm, ditafsirkan sebagai badan intrusi - Lapisan-E: memiliki variasi nilai tahanan jenis
Gunung Batu yang berada di bawah permukaan dan 16,9Ωm – 47,25Ωm, ditafsirkan sebagai perulangan
J
membentuk suatu terobosan miring ke utara. Pada pengendapan sedimentasi yang sumbernya sama
bagian utara terpotong oleh struktur geologi (4A) dengan lapisan C, berkembang di bagian selatan dan
dan tertutupi secara takselaras oleh lapisan batuan timur lintasan.
G
ini dilihat dari penyebarannya yang mengikuti arah utara dan barat lintasan.
1294 120
Elevation (m)
1278 62
1262 32.5
1245 16.9
1294
Elevation (m)
1278
1262
1245
Gambar 10. Penafsiran perbedaan perlapisan dan pembentukan struktur geologi di bawah permukaan pada lintasan-I di bagian Barat
intrusi Gunung Batu.
178 J.G.S.M. Vol. 18 No. 3 Agustus 2017 hal. 171 - 182
1294 120
1276 62
1259 32.5
1241 16.9
0 25 49 73 97 121 145 169 193 218 243
1312
1294
1276
1259
J
1241
Gambar 11. Penafsiran perbedaan perlapisan dan pembentukan struktur geologi di bawah permukaan pada lintasan-II di bagian barat
G
1294 120
M
1276 62
1259 32.5
1241 16.9
1294
1276
1259
1241
Gambar 12. Penafsiran perbedaan perlapisan dan pembentukan struktur geologi di bawah permukaan pada lintasan-III di bagian barat
intrusi Gunung Batu.
Penafsiran Struktur Geologi di Daerah Gunung Batu Lembang ... (G.M.L. Junursyah & G. Agustya) 179
Penafsiran Metode Geomagnet yaitu struktur 2A dan 2B. Struktur 2A memiliki arah
relatif baratdaya-timurlaut dan memotong secara
Penafsiran penyebaran arah struktur geologi secara
sinistral struktur 3A, 3B, dan 3C. Struktur 2B
lateral di daerah Gunung Batu didapatkan berdasarkan
memiliki arah relatif baratlaut-tenggara dan
korelasi hasil penafsiran metode tahanan jenis 2D
terpotong oleh struktur 1B dan 2A.
dengan peta RTP. Arah penyebaran struktur geologi
dapat ditafsirkan sebagai perbedaan variasi nilai - Struktur-3 ditafsirkan memotong lapisan B dan C,
intensitas magnetik yang membentuk tutupan-tutupan terbagi empat bagian yaitu struktur 3A, 3B, 3C, dan
atau kelurusan pada peta RTP, menghasilkan beberapa 3D. Struktur 3A memiliki arah relatif baratlaut-
arah struktur sebagai berikut (Gambar 13): tenggara dan berkembang menjadi struktur 3C,
ditanjutkan dengan struktur 3B yang memiliki arah
- Penyebaran intrusi Gunung Batu diindikasikan
relatif barat-timur. Stuktur 3D berkembang di utara
dengan variasi nilai intensitas magnetik yang berarah
lintasan dengan arah relatif barat-timur dan
relatif barat-timur.
terpotong secara sinistral oleh struktur 3C.
- Struktur-1 ditafsirkan terbentuk paling muda karena
- Struktur 4A ditafsirkan terbentuk paling tua di daerah
memotong lapisan E dan F, terbagi menjadi dua
penelitian karena memotong lapisan A dan memiliki
bagian yaitu struktur 1A dan 1B. Struktur 1A memiliki
arah barat-timur.
arah relatif baratlaut-tenggara dan memotong secara
sinistral struktur 1B, 2A, 3A dan 3C. Struktur 1B Diagram mawar digunakan untuk melihat arah dominan
memiliki arah relatif utara-selatan dan memotong dari struktur geologi bawah permukaan yang terbentuk
secara dextral struktur 2A, 2B, dan 3A. di bagian barat Gunung Batu, berdasarkan frekuensi
J
S
M
6° 49' 50" S
6° 49' 55" S
Gambar 13. Penafsiran arah penyebaran struktur geologi yang terbentuk di bagian barat Gunung Batu
berdasarkan variasi nilai intensitas magnetik pada peta RTP dikorelasikan dengan hasil
penafsiran metode tahanan jenis 2D. Diagram mawar memperlihatkan kelurusan yang
dominan berdasarkan frekuensi azimut berada pada 310o - 320o.
180 J.G.S.M. Vol. 18 No. 3 Agustus 2017 hal. 171 - 182
Normal (Timurlaut-
2B -
Baratdaya); Bagian
C,D - sedimentasi lapisan D yang terpotong dan dibatasi
Tenggara relatif turun penyebarannya (menebal ke arah tenggara) oleh
SesarObliqueSinistral
struktur 2B, memiliki nilai tahanan jenis tinggi
2A lC,lB,lA,2B
Normal (Fimurlaut-
C,D -
(47,25Ωm - >231Ωm) yang memperlihatkan bahwa
Baratdaya]; Bagian
Tenggara relatif turun sumbernya dominan berasal dari hasil lapukan tubuh
andesit Gunung Batu.
SesarObliqueDekstral
Normal (Baratlaut-
IB lB,2B,2A
Tenggara); Bagian
E, F - Kelurusan 0o - 40o
Baratdayarelatifturun
Kelurusan 0o-40o (relatif timurlaut-baratdaya) ditandai
SesarObliqueSinistral
Nannal(Barat-
dengan kehadiran struktur 2A yang berkembang
IA lC,lA,2A,IB E, F -
Timur); Bagian sebagai hasil reaktivasi struktur 2B (berdasarkan
Selaian relatif turun
kesamaan pada lapisan yang terpotong) membentuk
suatu graben, relatif turun pada bagian tenggara,
dicirikan oleh kelurusan batas nilai intensitas magnetik
Kelurusan 80o - 110o tinggi dan rendah, serta memotong lapisan C dan D
Kelurusan 80o - 110o (relatif barat-timur) secara regional secara sinistral yang dicirikan oleh nilai tahanan jenis
ditafsirkan terbentuk bersamaan dengan Sesar dari 16,9Ωm hingga >231Ωm.
Lembang (sesar mendatar sinistral) dan dipengaruhi
secara dominan oleh gaya tensional. Berdasarkan
penafsiran metode geofisika dapat disebandingkan
Penafsiran Struktur Geologi di Daerah Gunung Batu Lembang ... (G.M.L. Junursyah & G. Agustya) 181
a Utara
b
Orde 2
J
G
Kelurusan
310°-0°
ß = ±60°
ß Kelurusan
S
80°-110°
Orde 1
M
Gambar 14. (a) Model pola struktur yang terbentuk di daerah Gunung Batu dan sekitarnya, dimulai dari orde-1
yang sebanding dengan pembentukan Sesar Lembang dan dilanjutkan oleh sesar orde-2 yang
berjenis oblique dekstral normal dan membentuk (b) negative flower structure di tubuh intrusi
Gunung Batu.
ACUAN
Anderson, E. M., 1951, The Dynamics of Faulting and Dyke Formation With Application to Britain, Olliver and Boyd,
U.K.
Agustya, G., 2016, Penafsiran Struktur Bawah Permukaan Daerah Gunung Batu Dan Sekitarnya, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan Metode Tahanan Jenis 2D, Tugas Akhir D3, Politeknik
Geologi dan Pertambangan “AGP”, Bandung. (Hal-20, 28, 30).
J
Brahmantyo, B., dan Bachtiar, T., 2009, Wisata Bumi Cekungan Bandung, Truedee Pustaka Sejati, Bandung.
Dam, M.A.C., dan Suparan, P., 1992. Geology of The Bandung Basin, Geological Research and Development Center,
Bandung. (Sub bab 2.3.1).
G
Junursyah, G.M.L., 2015, Laporan Uji Cek Kalibrasi dan Penyusunan Standard dan Prosedur Peralatan Resistivity
dan Bor Di Daerah Lembang dan Sekitarnya Provinsi Jawa Barat, Pusat Survei Geologi, Bandung. Tidak
dipublikasikan.
S
Praromadani, Z.S., 2015, Laporan Uji Coba Peralatan Geolistrik SuperSting R8/IP, Pusat Survei Geologi, Bandung.
Tidak dipublikasikan.
Rasmid, 2014, Aktifitas Sesar Lembang di Utara Cekungan Bandung, Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Badan
M