You are on page 1of 14

Evaluasi Kinerja Pokja UPT Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa untuk Mewujudkan

Akuntabilitas Pengadaan Di Pemerintah Provinsi Jawa Timur


Ardi Kasmono
Magister Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Airlangga
Email: ardikasmono@gmail.com

Abstract
This study aims to evaluate the performance of “pokja” UPT on Procurement of Goods
/ Services in realizing procurement accountability in East Java Provincial Government.
Because the successful implementation of procurement of goods / services is influenced by the
performance of “pokja” in choosing the competent provider to carry out the work. In the
background, it is found that there is still performance of “pokja” that is not optimal yet.
Theories underlying this research are public policy evaluation, human resource
performance, accountability, and e-government and e-procurement. This research uses
qualitative research method. Data were collected through interviews, observations and studies
on supporting documents. Data analysis is done by data reduction, data presentation,
conclusion and verification. While the validity of the data is done by doing the method of
triagulation.
The results of the research indicate that there is still a pokja performance that is not
yet optimal, ie at the stages: a) Selection of Pokja, b) preparing the election plan, stipulating
the procurement document and announcing the auction, c) the accuracy and consistency of
auction / selection scheduling; d) clarification / qualification / negotiation, e) compliance with
government goods / services procurement regulations; f) Implementation of auction / re-
selection and g) accurate return of auction / selection results.

Keywords: Policy Evaluation, Performance Evaluation, Accountability

Pendahuluan tidak melakukan penyimpangan


kewenangan. Konsekuensi dari
Perubahan paradigma pemerintahan
diterapkannya clean and good governance
di Indonesia secara fundamental meliputi
adalah perlu adanya cara baru untuk
aspek kelembagaan, kepegawaian,
merubah penyelenggaraan pelayanan
manajemen keuangan dan prosedural
publik dengan sistem informasi untuk
(ketentuan peraturan perundang–undangan)
menjamin transparansi dan akuntabilitas.
yaitu ditandai dengan adanya ruang yang
Sistem tersebut dikenal dengan istilah
lebih luas kepada masyarakat. Peran serta
pemerintahan elektronik atau e-
masyarakat melatarbelakangi pelaksanaan
government.
good governance berkembang menjadi
Penyelenggaraan e-government
clean government, yaitu pengelolaan
melahirkan empat model hubungan
pemerintahan yang bersih untuk merubah
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
birokrasi yang lamban, prosedur yang
yaitu : a) G2C (Government to Citizen/
berbelit-belit dan praktek KKN yang
Government to Customer) antara
membudaya. Penyelenggaraan
pemerintah dengan rakyat atau pelanggan ;
pemerintahan yang bersih dapat
b) G2B (Government to Business) antara
memperbaiki kondisi pemerintahan agar
pemerintah dengan bisnis/ pelaku usaha; c)
mempunyai integritas dan kesadaran untuk

1
G2G (Government to Government) antara (BPK) nilai inefisiensi mencapai 20% -
pemerintah dengan pemerintah; dan d) G2E 50%2.
(Government to Employees) antara Salah satu kasus korupsi pengadaan
pemerintah dengan pegawai baik pegawai barang dan jasa di Provinsi Jawa Timur
negeri ataupun karyawan/ pegawai yang merugikan keuangan negara sekitar
pemerintah dengan perjanjian kontrak di Rp. 12 milyar adalah pengadaan barang
pemerintahan.1 untuk pemilihan presiden (pilpres) dan
Model hubungan penyelenggaraan pemilihan legislatif (pileg) tahun 2014 yang
e-government untuk mewujudkan diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan
transparansi dan akuntabilitas pelayanan Umum (KPU). Pada awalnya dugaan
publik tercermin dalam pelaksanaan kerugian negara adalah sebesar Rp.7
pengadaan barang/ jasa pemerintah melalui milyar. Namun setelah dilakukan
e-procurement. Dalam pelaksanaannya pengembangan penyelidikan oleh penyidik
terdapat penyimpangan pada pengadaan Pidana Khusus (Pidsus) Kejaksaan Tinggi
barang/jasa pemerintah yaitu data yang Jawa Timur maka bertambahlah kerugian
disampaikan oleh Indonesia Procurement negara sebesar Rp. 5 milyar. Atas
Watch (IPW) menyampaikan data yang pengadaan barang fiktif untuk pemilu ini
cukup mengagetkan yaitu 70 % kasus menyeret sembilan orang sebagai tersangka
korupsi di Indonesia disebabkan oleh diantaranya Pejabat Penandatanganan Surat
penyimpangan pengadaan barang/jasa Perintah Membayar (PPSPM), Bendahara,
pemerintah. Melengkapi data tersebut Perantara proyek serta enam orang lainnya
Lembaga Kebijakan Pengadaan adalah rekanan KPU yang bersama-sama
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) melakukan tindakan penggelapan uang.3
menyatakan bahwa dari total APBN tahun Untuk meminimalisir
2015 sebesar Rp. 2.039 triliun, sekitar Rp. penyimpangan pengadaan barang dan jasa
800 triliun yang dibelanjakan melalui di Provinsi Jawa Timur, Gubernur pada
pengadaan barang dan jasa terjadi tanggal 3 Februari 2014 secara resmi
inefisiensi lebih kurang 20 % hingga membentuk Unit Pelaksana Teknis
mencapai nilai Rp. 160 triliun. Besaran Pelayanan Pengadaan Barang/ Jasa (UPT
inefisiensi juga dikemukakan oleh Bank P2BJ). Pelaksanaan pelelangan
Dunia yaitu sebesar 10% - 50%. Sedangkan dilaksanakan secara terpusat di UPT P2BJ
menurut Badan Pemeriksa Keuangan dengan data sebagai berikut :
Tabel I.4 Pengadaan Barang/Jasa di UPT P2BJ
NO TAHUN JUMLAH PAKET ANGGARAN YANG PENAWARAN PENGHEMATAN
PEKERJAAN TERSEDIA (Rp.) (Rp.) ANGGARAN (Rp.)
1. 2014 1.300 1.908.413.719.000,00 1.699.904.474.000,00 208.509.245.000,00
2. 2015 1.528 3.508.217.192.448,00 3.254.183.772.160,00 254.033.420.288,00
3. 2016 1.038 2.263.112.264.360,00 2.078.311.975.470,00 184.800.288,890,00
Sumber : Proposal Inovasi Pelayanan Publik UPT Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa4

1 4
http://www.biropem.baliprov.go.id/. Diakses pada
tanggal 11 Mei 2016 http://jipp.jatimprov.go.id/?page=database_detail&id=46.
2 Jurnal Pengadaan, November 2013/ Volume 3, Nomor
Diakses pada 16 Mei 2017 dan Proposal Inovasi
3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Manajemen Risiko Sanggahan dan Pengaduan (MR.
Pemerintah (LKPP). Pengantar Redaksi i. SAHDU) Sinovik Menpan Tahun 2017
3 http://suaramandiri.com/hukum/item/6194-kerugian-

negara-kasus-dugaan-korupsi-kpu-jatim-bertambah-rp-
12-miliar. Diakses pada 15 Mei 2016

2
Tahun 2014 terdapat 1.300 paket pekerjaan melaksanakan tugas untuk melakukan
yang dilelangkan melalui UPT P2BJ terjadi pemilihan penyedia barang/jasa. Sehingga
penghematan sebesar Rp. dilakukan penelitian untuk melakukan
208.509.245.000,00 dari ketersediaan evaluasi pada kinerja Pokja UPT P2BJ
alokasi anggaran Rp. 1.908.413.719.000. untuk mewujudkan akuntabilitas
Pada 2015 terjadi peningkatan paket pengadaan di Pemerintah Provinsi Jawa
pekerjaan menjadi 1.528 dan alokasi Timur.
anggaran juga meningkat sebesar Rp.
3.508.217.192.448,00 berdampak pula Kerangka Konseptual
pada peningkatan penghematan anggaran
Kerangka konseptual dalam
sebesar Rp. 254.033.420.288,00. Namun
pembahasan mengkaji penelitian terdahulu
pada tahun 2016 terjadi penurunan
yang berkaitan dengan keilmuan dan
pekerjaan yaitu 1.038 paket dengan alokasi
berhubungan dengan topik sehingga bisa
anggaran Rp. 2.263.112.264.360,00 dengan
diketahui dengan baik gap secara teoritis,
penghematan anggaran hasil pelelangan
analisis maupun metodologis. Teori yang
sebesar Rp. 184.800.288.890,00.
mendasari penelitian ini yaitu teori evaluasi
Namun dalam pelasanaannya
kebijakan publik, evaluasi kinerja dan teori
terjadi beberapa penyimpangan
akuntabilitas. Dalam definisi konsep,
sebagaimana yang dijelaskan oleh beberapa
evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk
media yaitu : a) Pokja 12 abaikan peraturan
menilai keberhasilan atau kegagalan dari
tentang Sisa Kemampuan Paket (SKP)
suatu kebijakan berdasarkan standart atau
penyedia5; b) Pokja 59 menangkan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
penyedia jasa tidak berkompeten6; dan c)
Evaluasi kinerja adalah cara yang
Pokja 59 menangkan penyedia yang tidak
digunakan untuk mengukur hasil kerja/
memiliki kantor7. Penyebab penyimpangan
prestasi kerja yang telah ditetapkan dalam
tersebut dijelaskan oleh LKPP bahwa:
uraian tugas dengan batasan waktu untuk
“Salah satu yang menjadi sebab
mencapai tujuan organisasi. Dalam
inefisiensi proses pengadaan
penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap
barang/jasa pemerintah adalah
kinerja pokja dengan menggunakan uraian
belum terbentuknya kompetensi dan
tugas pada Standar Operasional Prosedur
kapasitas para pelaku proses
(SOP) dan Peraturan Presiden Nomor 54
pengadaan baang/jasa pemerintah
Tahun 2010 dan perubahannya tentang
yang profesional dan berintegritas
pengadaan barang/jasa pemerintah. dan
sejalan dengan beban dan tanggung
Akutabilitas adalah berkaitan dengan
jawab yang begitu besar.”8
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
Berdasarkan hal tersebut masih terdapat petugas sesuai dengan otoritas, tanggung
kinerja pokja yang belum optimal dalam jawab dan kewenangannya. Akuntabilitas
dalam penelitian ini merupakan

5
Memorandum Kota Surabaya, Kamis Pahing 6 Agustus 2015
6
Koran Pro Rakyat Edisi 080 Th III 1-10 Mei 2016
7
Koran Pro Rakyat Edisi 080 Th III 1-10 Mei 2016
8 Jurnal Pengadaan, November 2013/ Volume 3, Nomor 3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Pengantar Redaksi i.

3
pertanggungjawaban pokja dalam appraisal) untuk mengetahui apakah tugas
melaksanakan pemilihan penyedia dan tanggung jawab telah dilaksanakan
barang/jasa. dengan baik. Penilaian dilakukan dengan
berpedoman pada teori yang disampaikan
Metode Penelitian oleh Lester dan Stewart11 yaitu dalam
menilai keberhasilan atau kegagalan dari
Metode penelitian yang digunakan
suatu kebijakan harus berdasarkan standart
dalam penelitian ini adalah metode
atau kriteria yang telah ditetapkan
deskriptif. Metode desktiptif adalah cara
sebelumnya. Adapun standar dalam
kerja penelitian yang dimaksudkan untuk
evaluasi kinerja Pokja adalah Peraturan
menggambarkan, melukiskan, atau
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
memaparkan keadaan suatu objek (realitas
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan
atau fenomena) secara apa adanya sesuai
perubahannya serta Standar Operasional
dengan situasi dan kondisi pada saat
Prosedur (SOP) UPT Pelayaan Pengadaan
penelitian dilakukan9. penelitian ini
Barang/Jasa.
menggunakan pendekatan penelitian
Evaluasi Kinerja Kelompok Kerja UPT
kualitatif. Penelitian kualitatif
P2BJ
dimaksudkan untuk mendapatkan data
Sistem evaluasi kinerja yang
penelitian otentik yang lebih mendalam
digunakan untuk melakukan penilaian
sehingga penelitian yang dilakukan lebih
terhadap kinerja Pokja adalah evaluasi
sesuai dengan keadaan nyata dilapangan,
kinerja berdasarkan input, proses dan
lebih bernilai dan berkualitas. Penelitian
output. Sistem ini sebagai panduan
dengan pendekatan kualitatif bersifat
pembahasan agar dapat disajikan secara
deskriptif dan menggunakan analisis untuk
runtut mulai dari tahapan awal kinerja
mengolah data yang didapatkan dari hasil
Pokja sampai dengan selesai.
penelitian.
Evaluasi Kinerja Berdasarkan Input
Sistem evaluasi kinerja berdasarkan
Pembahasan
input merupakan metode individual
centered atau personal centered approach
Pembahasan evaluasi kinerja Pokja
yang menekankan pada pengukuran atau
mengikuti teori yang dikemukanan oleh
penilaian ciri-ciri kepribadian karyawan
William N. Dunn yaitu evaluasi kebijakan
dari pada hasil/ prestasi kerjanya,
dapat disamakan dengan penaksiran
dijelaskan oleh Putti (1990)12. Teori ini
(appraisal), pemberian angka (ratting) dan
sesuai dengan penilaian terhadap input
penilaian (assesment) serta usaha untuk
Pokja yaitu penilaian terhadap persyaratan
menganalisis hasil kebijakan10. Dalam
atau karakteristik yang harus dipenuhi oleh
evaluasi kinerja diperlukan adanya
Pokja agar mampu bekerja dan
penilaian prestasi kerja (performance
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan.

9 11
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik Teori,
Bandung : CV. Alfabeta, hlm. 59 Proses dan Studi Kasus. Jakarta : PT. Buku Seru.
10
William N. Dunn 2003. Pengantar Analisis Hal 229
Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta : 12
Achmad S. Ruky. 2002. Sistem Manajemen Kinerja-
Gadjah Mada University Press. Hlm. 608. (Buku Panduan Prakis untuk Merancang dan Meraih Kinerja
edisi terjemahan) Prima. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm. 41-
42

4
Penilaian dilakukan pada awal seleksi yang sudah ditetapkan sebagai Pokja
dengan berpedoman pada SOP UPT P2BJ namun tidak mau melaksanakan tugas
yaitu Pokja harus memenuhi persyaratan: sebagai Pokja sampai akhirnya
1. Kepemilikan sertifikat keahlian diberhentikan. Sedangkan
pengadaan barang/jasa yang masih penandatanganan pakta integritas agar
berlaku; Pokja dapat melaksanakan tugas dengan
2. Pengalaman dalam bidang pengadaan baik dan tidak melakukan KKN dalam
barang/jasa; bentuk apapun (SOP B. Proses Pemilihan
3. Diutamakan tidak memiliki jabaran Pokja UPT P2BJ Nomor 14).
struktural;
4. Diutamakan memiliki status jabatan Evaluasi Kinerja berdasarkan Proses
fungsional pengadaan barang/jasa dan; Sistem evaluasi ini menilai
5. Pemenuhan persyaratan sebagai anggota pelaksanaan tugas Pokja untuk
Pokja sesuai ketentuan perundang- melaksanakan pemilihan penyedia sesuai
undangan yang berlaku. dengan uraian tugas dan kewenangannya.
Persyaratan tersebut dapat dipenuhi Putti (1990) menjelaskan sistem evaluasi
oleh seluruh pegawai Aparatur Sipil Negara ini sebagai Job Centered Approach yaitu
(ASN) yang ditetapkan sebagai Pokja UPT penilaian kepada pegawai yang fokus
P2BJ. Proses seleksi Pokja terhadap terhadap proses kerja yang sedang
persyaratan tersebut dilakukan oleh tim dilakukan14. Tolok ukur keberhasilannya
independen yang tidak memiliki adalah terhadap tanggung jawab,
kepentingan pada Pokja. Sehingga pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan
terpilihlah personil Pokja yang kemudian yang telah ditetapkan.
ditetapkan menjadi Pokja yaitu tahun 2014 Berdasarkan hasil penelilian pada
(Pokja 1 sampai Pokja 19), Tahun 2015 beberapa tahapan kinerja Pokja, terdapat
(Pokja 20 sampai Pokja 48), Tahun 2016 beberapa tahapan yang belum dilaksanakan
(Pokja 49 sampai Pokja 66) dan Tahun secara optimal. Berikut ini pembahasan
2017 (Pokja 67 sampai 87). Seleksi Pokja pada masing-masing tahapan yaitu:
hanya dilakukan sebanyak dua kali yaitu a. Menyusun rencana pemilihan,
pada Februari 2014 dan bulan Mei 2015. menetapkan dokumen pengadaan dan
Namun dalam rangkaian kegiatan mengumumkan pelelangan.
seleksi terdapat dua ketentuan dalam SOP Ketentuan dalam SOP mengatur bahwa:
yang tidak dilakukan yaitu wawancara dan Pokja menyusun rencana
penandatanganan pakta integritas. Padahal pemilihan, menetapkan
wawancara merupakan unsur yang penting dokumen pengadaan dan
seperti yang disampaikan oleh Kerlinger mengumumkan pelelangan
(2000) yaitu wawancara memiliki sifat-sifat paling lambat 4 (empat) hari
penting yang tidak dipunyai oleh tes-tes dan kerja setelah menerima SPT,
skala objectif serta pengamatan kecuali jika terdapat kaji ulang
13
behavioral . Dampaknya terdapat personil

13 14
Achmad S. Ruky, Op.Cit., hlm. 58
Kerlinger, F.N., & Lee, H.B .2000. Foundations
of Behavioral Research (4th.Ed.) Orlando:
Hartcourt College Publishers.

5
terhadap spesifikasi teknis, kepentingan penyedia. Permasalahan
(HPS) harga perkiraan sendiri lain adalah Pokja melakukan
dan dokumen usulan pekerjaan perubahan jadwal terlalu sering, ini
lainnya. menunjukkan kurangnya kecakapan
dalam memperhitungkan kecukupan
Kinerja Pokja pada ketepawan waktu waktu.
melaksanakan penyusunan rencana 2) Pelayanan Klarifikasi/ Pembuktian
pemilihan, penetapan dokumen dan Kualifikasi/ Negosiasi
mengumumkan pelelangan yang sudah Klarifikasi/ Pembuktian/
dilaksanakan tepat waktu baru mencapai Negosiasi merupakan kesempatan
60%. Prosentase ketepatan waktu Pokja bertatap muka dengan
terhadap jumlah paket pekerjaan pada penyedia jasa untuk membuktikan
masing-masing tahun yang terdaftar file penawaran yang sudah diuopload,
yaitu: 2016 (68,1%) dan tahun 2017 melakukan klarifikasi terhadap
(67,7%). Terjadi penurunan prosentase penawaran yang meragukan maupun
ketepatan waktu Pokja dalam melakukan negosiasi harga.
melaksanakan tugas yang diberikan. Pelaksanaan Klarifikasi/ Pembuktian/
Apabila mengacu pada capaian kinerja, Negosiasi jadwalnya diserahkan
maka berdasarkan data yang ada terjadi kepada Pokja. Dalam SOP UPT P2BJ
penurunan capaian kinerja. Artinya dari mengatur terkait dengan pengiriman
68,1 % pada tahun 2016 seharusnya undangan untuk kegiatan klarifikasi
lebih meningkat hingga mencapai angka paling kurang 24 jam (2 hari) sebelum
80%. Menurunnya kinerja Pokja dalam pelaksanaan kegiatan, apabila tidak
melaksanakan penugasan ini menjadi hadir diberikan undangan kedua dan
perhatian Kepala UPT P2BJ agar dikonfirmasi melalui telepon.
pelayanan dapat dilaksanakan dengan Pada umumnya kegiatan
cepat sesuai ketentuan. Klarifikasi/ Pembuktian/ Negosiasi
b. Pelaksanaan ini dapat berjalan dengan baik.
Pelelangan/Seleksi/Penunjukan Karena berdasarkan SOP, Pokja
Langsung dibantu oleh pendamping Pokja
1) Ketepatan dan Konsistensi untuk menyiapkan sarana prasarana
Penjadwalan Lelang/seleksi termasuk berita acara untuk
Proses penjadwalan Pokja pada lpse melakukan klarifikasi. Dalam SOP
jatim (http://lpse.jatimprov.go.id) terdapat larangan personil Pokja tidak
sebagian besar sudah dilaksanakan hadir dalam klarifikasi dan hanya
dengan benar, yaitu berpedoman pada diwakili oleh pendamping Pokja saja.
pasal 60, 61 dan 62 Peraturan Larangan itu dibuat karena terjadi
Presiden Nomor 54 Tahun 2010. penyimpangan kewenangan yang
Hanya saja beberapa Pokja (sebagian dilakukan oleh Pokja yaitu dengan
kecil) masing kurang teliti dalam melimpahkan pelaksanaan klarifikasi
membuat jadwal. Akibatnya masih hanya kepada pendamping Pokja
terdapat jadwal yang tidak sesuai saja. Pada saat klarifikasi semua
denga ketentuan waktu minimal yang personil dalam Pokja tidak ada yang
harus dipenuhi agar tidak merugikan hadir ke kantor UPT P2BJ. Perlunya

6
kehadiran Pokja dalam klarifikasi yaitu kemampuan untuk bertindak
adalah karena pada tahapan ini sesuai dengan nilai, norma dan etika
berpengaruh pada penentuan lulus/ dalam organisasi. Adapun yang
gugur nya evaluasi penyedia yang dimaksud dengan norma adalah
diundang untuk klarifikasi. segala ketentuan yang mengatur
Hasil penelitian tentang pengadaan barang/jasa.
menganalisa tentang catatan waktu Nilai kepatuhan Pokja UPT P2BJ
pelayanan yang diberikan oleh Pokja cukup baik. Artinya dalam
untuk memberikan klarifikasi kepada melaksanakan kegiatan pemilihan
Penyedia. Catatan waktu terbanyak selalu menyandarkan pada
yang dibutuhkan oleh Pokja untuk ketentuan yang ada diantaranya
melakukan klarifikasi adalah rentang dokumen pengadaan yang merujuk
waktu selama 20-40 menit. pada dokumen standar dari LKPP.
Sedangkan pelayanan yang melebihi Namun demikian
60 menit perlu ditinjau kembali agar berdasarkan hasil penelitian
bisa dilakukan dengan lebih cepat. terdapat data dari tim gelar pra
Kecepatan pelayanan kepada penetapan pemenang yang
penyedia akan berpengaruh pada melakukan review sebelum
terciptanya kepuasan pelanggan. ditetapkan pemenang pada paket
Sebagaimana hasil surve kepuasan pekerjaan konstruksi/barang/jasa
kepada penyedia tahun 2014 lainnya diatas nilai 10 milyar dan
mencapai 78,85 meningkat menjadi jasa konsultansi diatas 1 milyar.
81,88 pada tahun 2015. Sebagaimana Data hasil rivew tim masih terdapat
Kotler (2000) menjelaskan bahwa evaluasi Pokja yang tidak sesuai
kepuasan konsumen merupakan dengan ketentuan dalam dokumen
tingkat perasaan seseorang setelah pengadaan. Bahkan ada juga
membandingkan antara kinerja pembuatan dokumen pengadaan
produk yang ia rasakan dengan yang membatasi penyedia untuk
harapannya15. Kinerja produk bisa berkompetisi yaitu terkait
diasumsikan sebagai kinerja Pokja dengan persyaratan personil,
dalam memberikan pelayanan. peralatan dan kualifikasi badan
3) Kepatuhan Terhadap Peraturan usaha. Permasalahan ini sangat
Pengadaan Barang/Jasa terkait dengan integritas dari
Pemerintah masing-masing anggota Pokja.
Kepatuhan terhadap sebagaimana Merriam Webster
peraturan merupakan unsur yang menjelaskan tentang integritas yaitu
sangat penting dan harus dijunjung suatu bentuk ketaatan yang kuat
tinggi untuk menyelamatkan diri pada sebuah kode, nilai moral atau
dan organisasinya. Kepatuhan ini nilai artistik tertentu16. Sehingga
berkaitan erat dengan integritas, apabila ada anggota Pokja yang

15 16
Kotler, Plilip. 2000. Manajemen Pemasaran. Gostick, Adrian and Dana Telford. 2006.
Edisi Mileinium. Jakarta : PT. Indeks Keunggulan Integritas (Judul asli: The
Kelompok Gramedia Integrity Advantage. Alih bahasa: Fahmi

7
sengaja menjual integritasnya tidak terjadi peningkatan sikap dan
lain penyebabnya adalah nilai perilaku kerja PNS dalam
moralnya sudah merosot memberikan pelayanan terbaik
4) Pelaksanaan Lelang/Seleksi Ulang kepada yang dilayani antara lain
Pelaksanaan lelang/seleksi meliputi masyarakat, atasan, rekan
ulang bisa disebabkan oleh kerja, unit kerja terkait, dan/ atau
kurangnya kinerja dari pihak-pihak instansi lain. Sedangkan kerja sama
yang terkait dengan pengadaan adalah semakin terjalinnya
yaitu a) PPK OPD dalam kemauan dan kemampuan untuk
menentukan persyatan; b) Pokja bekerjasama dalam melaksanakan
dalam pelaksanaan lelang/seleksi; pemilihan penyedia.
dan c) Penyedia berkaitan dengan
kemampuannya. Apabila penyebab Evaluasi Kinerja berdasarkan Output
terjadinya lelang/seleksi ulang Evaluasi kinerja berdasarkan output
adalah Pokja maka ada pengaruh menitikberatkan penilaian pada sasaran
kinerja dari aspek kemampuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan/
melaksanakan pelelangan, ketelitian instansi. Teori yang digunakan dalam
dalam membuat dokumen dan evaluasi ini adalah Manajemen By
melakukan evaluasi serta kerjasama Objectives (MBO) atau dikenal dengan
tim dalam anggota kelompoknya. Manajemen Berbasis Sasaran (MBS) yang
Sebagaimana sudah dijelaskan oleh disampaikan oleh Schermerhorn R. John,
Putti (1990) sebelumnya bahwa et.al (1995)17 .Sasaran yang ingin dicapai
Tolok ukur keberhasilannya adalah UPT P2BJ adalah didapatkan penyedia jasa
terhadap tanggung jawab, yang memenuhi syarat dan berkompeten
pelaksanaan tugas sesuai dengan dalam melaksanakan pengadaan
ketentuan yang telah ditetapkan. barang/jasa di Pemerintah Provinsi Jawa
Bisa dipahami dari data Timur. Hasil penelitian membahas hal-hal
lelang/seleksi ulang pada tahun berkaitan dengan:
2014, 2015, 2016 dan 2017 terjadi a. Ketepatan dalam Pengembalian Hasil
penurunan jumlah pengulangan Pelelangan/Seleksi
lelang secara konsisten pada setiap Hasil lelang/ seleksi adalah
tahunnya. Hal ini senada dengan penyedia barang/jasa disertai dengan
peningkatan penilaian prestasi dokumen penawaran untuk paket yang akan
kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) dikerjakan. Berdasarkan SOP UPT P2BJ,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Pokja harus mengembalikan file hasil
Nomor 46 Tahun 2011 yaitu pada lelang pada tahap pengumuman pemenang
aspek kualitas, orientasi pelayanan, lelang (pada LPSE) melalui aplikasi
komitmen dan kerjasama anggota pelayanan untuk kemudian dapat diterima
Pokja. Kualitas dimaknai dengan oleh PPK OPD sebelum masa sanggah
pencapaian ukuran mutu pada setiap berakhir. Dari hasil penelitian banyak
hasil kerja. Orintasi pelayanan pengembalian hasil lelang/seleksi yang

Ihsan). Jakarta: PT Bhuana Ilmu 17


Ibid. Hlm. 68
Populer.hlm 13-14

8
terlambat dari waktu yang ditentukan pada mungkin pengembalian bisa dilakukan
SOP. Pada aspek hasil ini seringkali dari Pokja langsung ke PPK OPD; dan
mendapatkan komplain dari PPK OPD 5) Komitmen untuk meningkatkan
karena keterlambatan pengembalian pelayanan pengadaan sampai dengan
menghambat kontrak untuk melaksanakan akhir proses
pekerjaan. b. Hasil Lelang/Seleksi Yang Ditolak/
Setelah dilakukan wawancara dan Dikembalikan Oleh PPK OPD
pengambilan data, hal-hal yang menjadi Penjelasan Peraturan Presiden
penyebab keterlambatan ini adalah: Nomor 54 Tahun 2010 pada Pasal 17 ayat
1) Merupakan masa transisi (2) huruf g angka 2 mengatur bahwa :
pengembalian hasil lelang secara Dalam hal penetapan pemenang
manual beralih secara online; Pelelangan/Seleksi tidak disetujui oleh
2) Peralihan tanggung jawab yang PPK karena suatu alasan penting,
dulunya pengembalian dilakukan oleh Kelompok Kerja ULP bersama-sama
staf UPT P2BJ kemudian diserahkan dengan PPK mengajukan masalah
ke Pokja; perbedaan pendapat tersebut kepada
3) Pokja merasa pengembalian PA/KPA untuk mendapat pertimbangan
merupakan tugas pendamping Pokja, dan keputusan akhir.
sedangkan tugas Pokja sampai dengan Sehingga terhadap ketidaksesuaian
penetapan pemenang di LPSE saja; hasil pelelangan dikembalikan oleh PPK
4) Kurangnya kontrol Pokja kepada OPD untuk dilakukan perbaikan.
pendamping yang membantu Sedangkan dalam hal PPK tidak menyetujui
melaksanakan tugas administratif; penetapan pemenang lelang/seleksi
5) Keterlambatan dalam mempersiapkan dilaksanakan evaluasi ulang oleh Pokja atas
berita acara dan dokumen lain yang persetujuan PA/KPA. Dari keseluruhan
harus diserahkan kepada PPK OPD. paket yang sudah dilaksanakan pelelangan
Terhadap permasalahan tersebut terdapat beberapa paket yang
dan hal-hal yang mengakibatkan dikembalikan. Permasalahannya beragam
keterlambatan maka penulis mulai dari ketidaklengkapan dokumen,
merekomendasikan solusi yaitu: terdapat kesalahan dalam penulisan nilai
1) Sebelum melakukan penetapan dan penawaran/negosiasi, maupun kesalahan
pengumuman pemenang pada LPSE, dalam proses evaluasi. Oleh karena itu
terlebih dahulu mempersiapkan berita perlu adanya peran dan manajemen
acara dan kelengkapan hasil lelang; organisasi (Seksi Distribusi dan
2) Apabila sudah ditetapkan pemenang Pengaduan) untuk melakukan kontrol pada
segera mengembalikan dokumen hasil hasil penetapan dan kelengkapannya
lelang tanpa menundanya dilakukan di sebelum diserahkan kepada PPK OPD.
hari berikutnya; c. Sanggahan dan Pengaduan
3) Pokja dan pendamping Pokja Sanggah dan Pengaduan
hendaknya aktif melakukan merupakan bentuk komplain yang
pengecekan terhadap akun pada disampaikan oleh penyedia maupun
Aplikasi Pelayanan; stakeholder lain termasuk LSM terkait
4) Meringkas beberapa tahapan dan dengan ketidakpuasan pelayanan yang
menyederhanakan proses, apabila diberikan. Rata-rata paket pekerjaan yang

9
mendapatkan sanggahan dan pengaduan Akuntabilitas Pengadaan di Pemerintah
adalah tidak lebih dari 5% pada setiap Provinsi Jawa Timur
tahunnya. Dari 5% tersebut hanya beberapa
Teori akuntabilitas yang mendasari
paket yang sanggahan dan pengaduannya
pembahasan penelitian ini adalah yang
dinyatakan benar oleh Pokja sehingga
disampaikan oleh Ledvina V. Carino dalam
pelelangan/ seleksi harus diulang. Sebagian
buku akuntabilitas instansi pemerintah
besar sanggahan dan pengaduan dinyatakan
yaitu akuntabilitas berkaitan dengan
tidak benar dan hanya berupa keluhan dari
kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas
pihak-pihak yang kalah dalam proses
sesuai dengan otoritas, tanggung jawab dan
pelelangan.
kewenangan yang berpengaruh pada diri
Sumarwan (2003) menjelaskan
dan lingkungannya19. Dalam pengadaan
bahwa kepuasan dan ketidakpuasan
barang/jasa teori ini berkaitan dengan
konsumen merupakan dampak dari
tanggung jawab yang dilaksanakan oleh
perbandingan antara harapan pelanggan
Pokja dari sisi pertanggung jawaban
sebelum pembelian dengan sesungguhnya
kewenangan, penganggaran, dan aspek
yang diperoleh pelanggan18. Teori ini
hukum pengadaan.
sesuai dengan ketidakpuasan dalam
Beberapa diantara ciri-ciri
pelaksanaan pelelangan. Penyedia yang
penyelengaraan pemerintahan yang
memasukkan penawaran mempunyai
berbasis akuntabilitas telah dilaksanakan
harapan untuk memenangkan lelang/seleksi
pada UPT P2BJ yaitu :
pada paket pekerjaan tertentu, namun
a. Penyajian informasi penyelenggaraan
harapan tersebut tidak terpenuhi. Sehingga
pengadaan barang/jasa secara riil time
terjadi ketidakpuasan yang diwujudkan
dan dapat diakses oleh masyarakat
dalam bentuk sanggahan dan pengaduan.
(Aplikasi SIRUP, LPSE, Aplikasi
Adapun dalam Pasal 81 Peraturan Presiden
Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa);
Nomor 54 Tahun 2010 diatur tentang hal-
b. Penyediaan pelayanan yang baik bagi
hal yang menyebabkan sanggahan yaitu
PPK OPD (pengusul paket pekerjaan)
apabila terjadi:
dan Penyedia barang/jasa (peserta
1) Penyimpangan terhadap ketentuan dan
pelelangan dan pelasana pekerjaan);
prosedur yang diatur dalam Peraturan
c. Pertanggungjawaban kewenangan
Presiden ini dan yang telah ditetapkan
secara profesional yang dilakukan oleh
dalam Dokumen Pengadaan
masing-masing Pokja (dilakukan setiap
Barang/Jasa;
saat, laporan triwulan dan tahunan)
2) Adanya rekayasa yang mengakibatkan
maupun secara institusi (Pertanggung
terjadinya persaingan yang tidak sehat;
jawaban pelaksanaan pelelangan,
dan/atau
penggunaan anggaran oleh UPT P2BJ).
3) adanya penyalahgunaan wewenang
Masing-masing pertanggungjawaban ini
oleh Kelompok Kerja ULP dan/atau
dilaporkan kepada atasan pada setiap
Pejabat yang berwenang lainnya.
tahapan.

18 Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan


Sumarwan, Ujang. (2003). Perilaku Konsumen.
Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
19
Wahyudi, Linda Ellen T. Dan F. Titik O. 2007. Hlm. 3-4
Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Pusat

10
d. Penyediaan ruang bagi masyarakat Merupakan berntuk pertanggung
untuk terlibat dalam kegiatan jawaban dalam pemenuhan ketentuan
pelelangan/seleksi dan pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Sebagaimana
pekerjaan pemerintah pada masing- ketentuan pada pengadaan merupakan
masing OPD sesuai dengan kompetensi multidisiplin ilmu sehingga Pokja harus
yang dimiliki; memahami dan mampu
e. Penyediaan sarana untuk publik dapat mempertanggungjawabkan ketentuan
menilai pelaksanaan pengadaan di UPT yang digunakan.
P2BJ yaitu melalui komputer pada meja
front office (bagi penerima layanan Kesimpulan
secara langsung) maupun melalui
mekanisme sanggahan dan pengaduan. Hasil evaluasi kinerja Pokja UPT
Macam-macam akuntabilitas yang P2BJ dalam mewujudkan akuntabilitas
disampaikan oleh Lembaga Administrasi pengadaan belum dilaksanakan dengan
Negara (LAN) sebagaimana dikutip dalam optimal. Masih terdapat tugas pada Standar
Badan Pengawas Keuangan dan Operasional Prosedur (SOP) dan
20
Pembangunan (BPKP) juga dilaksanakan kewenangan sesuai Peraturan Presiden
oleh Pokja UPT P2BJ yaitu: Nomor 54 Tahun 2010 dan perubahannya
a. Akuntabilitas Keuangan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
Merupakan bentuk pertanggungjawaban yang belum dilaksanakan, yaitu:
penggunaan anggaran, pengungkapan 1. Pada seleksi pokja belum dilakukan
dan ketaatan terhadap peraturan yang tahapan wawancara dan
berlaku. Pertanggung jawaban terhadap penandatanganan pakta integritas.
keuangan pelaksanaan pelelangan ini Sehingga ada beberapa personil pokja
secara terbuka dapat diakses oleh yang sudah ditetapkan namun tidak mau
masyarakat pada setiap tahapan melaksanakan tugas.
pelelangan, sehingga bisa dilakukan 2. Pelaksanaan kinerja pokja dalam
kontrol secara langsung apabila terjadi pemilihan penyedia barang/jasa pada
penyimpangan penggunaan keuangan. tahapan berikut ini:
b. Akuntabilitas Manfaat a. Dalam menerima penugasan,
Akuntabilitas manfaat dalam ketepatan pokja untuk menyusun
pelaksanaan pelelangan adalah rencana pemilihan, menetapkan
didapatkannya penyedia yang dokumen dan mengumumkan
memenuhi syarat dan berkompeten lelang/seleksi masih rendah yaitu
dalam melaksanakan kegiatan. Sehingga rata-rata ketepatan waktu pokja
dampak pada pelelangan/seleksi adalah pada 2016 adalah 68,1% sedangkan
pada pelaksanaan pekerjaan di OPD tahun 2017 menurun menjadi
yang mempunyai pekerjaan tersebut. 67,7%. Penurunan prosentase
c. Akuntabilitas Prosedural tersebut seirama dengan penurunan
kinerja pokja.

20 Good Government, Governance dan Good


Yayasan Pembaruan Administrasi Publik
Indonesia (YPAPI). Oktober 2004. Memahami Corporate Governane. Yogyakarta: YPAPI. Hlm.
70

11
b. Masih terdapat beberapa OPD, Pokja UPT P2BJ dan
penjadwalan lelang/seleksi pada penyedia jasa.
LPSE Jawa Timur yang tidak sesuai f. Sebagian besar pokja masih
dengan pasal 60, 61 dan 62 terlambat dalam mengembalikan
Peraturan Presiden Nomor 54 hasil pelelangan/seleksi.
Tahun 2010 dan SOP UPT P2BJ. g. Terdapat beberapa paket pekerjaan
Selain itu terdapat perubahan jadwal hasil lelang/seleksi yang
yang terlalu sering sehingga dikembalikan oleh PPK untuk
pelaksanaan pekerjaan semakin dilakukan pelelangan/seleksi ulang.
mundur/ tidak sesuai dengan jawal Koreksi yang disampaikan PPK
pelaksanaan pekerjaan adalah terdapat kekurangan dari
c. Pelayanan pokja dalam klarifikasi/ kelengkapan dokumen dan
pembuktian kualifikasi/ negosiasi ketidaksesuaian hasil evaluasi yang
masih belum optimal dan terdapat dilakukan oleh pokja. Pengembalian
penyimpangan terhadap SOP UPT ini berkaitan dengan kinerja pada
P2BJ. Belum optimal karena proses pemilihan dan kinerja
beberapa pokja membutuhkan peyusunan hasil pemilihan,
waktu pelayanan pada rentang 21- sehingga berkaitan dengan proses
40 menit, sedangkan pelaksanaan kinerja yang dilakukan sebelumnya.
pelayanan dibawah 20 menit hanya h. Kinerja pokja menjadi faktor
dilakukan oleh lima (5) pokja dari terbesar terjadinya sanggahan dan
jumlah keseluruhan 21 pokja. pengaduan. Jumlah sanggahan dan
d. Masih terdapat pokja yang tidak pengaduan kepada pokja sejak
memenuhi ketentuan pengadaan tahun 2014 sampai dengan 2016
dalam pemilihan penyedia terjadi penurunan. Namun sampai
barang/jasa terutama pada tahapan dengan bulan juli 2017 terdapat
evaluasi administrasi, teknis dan peningkatan sanggahan dan
biaya. Tidak memenuhi ketentuan pengaduan yang diterima.
artinya dalam ketentuan dokumen 3. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pengadaan diatur persyaratan pemerintah mulai dari pengumuman
tertentu yang tidak dapat dipenuhi/ Rencana Umum Pengadaan (RUP),
memerlukan klarifikasi ke penyedia usulan dokumen lelang (dari PPK OPD),
namun hal tersebut tidak dilakukan pelelangan/ seleksi dan pengembalian
oleh pokja. dokumen hasil pelelangan telah
e. Pelaksanaan pelelangan mulai dari dilakukan melalui sistem informasi yaitu
tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017 SIRUP LKPP, LPSE, dan Aplikasi
selalu terdapat pengulangan. Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa UPT
Berdasarkan data penelitian terjadi P2BJ. Sehingga pelaksanaan
penurunan jumlah pengulangan pemerintahan yang akuntabel dapat
pada setiap tahunnya, sehingga terpenuhi yaitu : a) penyajian informasi
kinerja pokja semakin meningkat. secara riil time, dan dapat diakses oleh
Pengulangan pelelangan disebabkan masyarakat; b) penyediaan layanan yang
oleh tiga (3) komponen yaitu PPK baik bagi PPK OPD dan penyedia; c)
pertanggung jawaban kewenangan

12
secara profesional; d) penyediaan ruang 2. Perlu dilakukan perbaikan SOP UPT
bagi masyarakat untuk terlibat dalam P2BJ yaitu terhadap hal-hal yang
pengadaan dan e) penyediaan sarana mengatur tentang waktu untuk
publik. Namun, ketentuan yang diatur pelayanan klarifikasi/ pembuktian
dalam pasal 17 ayah 2 g. point 5) kualifikasi/ negosiasi; pengembalian
membuat laporan mengenai proses dokumen hasil pelelangan. Perlu diatur
pengadaan kepala ULP belum tentang kepatuhan pokja melaksanakan
dilaksanakan dengan baik, melainkan ketentuan pengadaan yaitu dalam hal
dikerjakan oleh pendamping masing- integritas dan komitmen secara pribadi
masing pokja. maupun berkelompok dalam pokja.
Serta perlu diatur kembali pelaksanaan
Rekomendasi Kebijakan pemilihan yang tidak berpedoman pada
aturan yang berpotensi terjadinya
Rekomendasi kebijakan agar kinerja pokja
sanggahan dan pengaduan.
dalam memberikan pelayanan pengadaan
3. Sebaiknya status kepegawaian semua
barang/jasa pemerintah dapat meningkat
pokja adalah di UPT P2BJ untuk lebih
dan berorientasi pada pelayanan yaitu:
fokus dalam melaksanakan pelayanan
1. Proses seleksi pokja berpedoman pada
pengadaan, mengurangi intervensi dari
semua ketentuan yang tertuang pada
OPD yang mempunyai paket pekerjaan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
dan lebih profesional dalam
UPT P2BJ dan Peraturan Presiden
melaksanakan tugas. Apabila pokja
Nomor 54 Tahun 2010 tentang
lebih fokus dan profesional memberikan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
pelayanan maka dapat dilakukan
Sehingga tahapan wawancara dan
efisiensi jumlah pokja, semua pokja
penandatanganan pakta integritas
yang dibentuk dapat bekerja lebih
dilakukan untuk mendapatkan pokja
optimal dan tidak terjadi ketimpangan
yang berkompeten dan berintegritas.
pekerjaan yang signifikan.

13
Daftar Pustaka

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Gostick, Adrian and Dana Telford. 2006. Keunggulan Integritas (Judul asli: The Integrity
Advantage. Alih bahasa: Fahmi Ihsan). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta


Kerlinger, F.N., & Lee, H.B (2000). Foundations of Behavioral Research (4th.Ed.) Orlando:
Hartcourt College Publishers.

Kotler, Plilip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Mileinium. Jakarta : PT. Indeks Kelompok
Gramedia

Memorandum Kota Surabaya. Kamis Pahing 6 Agustus 2015. Pokja 12 Unit Layanan
Pengadaan (ULP) Jatim Abaikan Aturan – Rekanan Menang Lebihi Sisa Kemampuan
Paket (SKP) Harus Dibatalkan.
Ruky. Achmad S. 2002. Sistem Manajemen Kinerja – Panduan Praktis untuk Merancang dan
Meraih Kinerja Prima. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sumarwan, Ujang. (2003). Perilaku Konsumen. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta

Wahyudi, Linda Ellen T. Dan F. Titik O. 2007. Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik Teori, Proses dan Studi Kasus. Jakarta : PT. Buku
Seru.
Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI). Oktober 2004. Memahami Good
Government, Governance dan Good Corporate Governane. Yogyakarta: YPAPI.
Jurnal Pengadaan, November 2013/ Volume 3, Nomor 3. Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
http://www.biropem.baliprov.go.id/
http://suaramandiri.com/hukum/item/6194-kerugian-negara-kasus-dugaan-korupsi-kpu-jatim-
bertambah-rp-12-miliar.
http://jipp.jatimprov.go.id/?page=database_detail&id=46.
Koran Pro Rakyat. Edisi 080 Th III 1-10 Mei 2016. Panitia Pokja 59 Layanan Pengadaan
Secara Elektronik (LPSE) Jatim dan Kepala Dinas Perikanan Kelautan Jatim diduga
terima suap – Menangkan Kontraktor Tidak Berkompeten.
Koran Pro Rakyat. Edisi 080 Th III 1-10 Mei 2016. Aroma Busuk Pelaksanaan Lelang di E-
Procurement Jatim – PT Brantas Abipraya Hadir Sebagai Bayangan Semu.

14

You might also like