You are on page 1of 22

ANALISIS GAYA BAHASA REPETISI DAN SINISME

PADA FILM JEMBATAN PENSIL


KARYA HASTO BROTO

ARTIKEL ILMIAH

Oleh
Hilda Purwasih
14144800001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2018
ANALISIS GAYA BAHASA REPETISI DAN SINISME PADA FILM JEMBATAN PENSIL
KARYA HASTO BROTO

Hilda Purwasih
NPM. 14144800001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2018

ABSTRACT
This research aims to (1) Describe the form of repetitive language styles in the film Jembatan Pensil by
Hasto Broto, (2) Describe the form of cynicism in the Jembatan Pensil film by Hasto Broto.
This research is descriptive qualitative. The object is the sentence or conversation that is in the film
Jembatan Pensil. The source of the data in this research is the Jembatan Pensil film. The data analysis
technique used in the equivalent method is the technique of selecting a determinant element or PUP.
Checking the validity of the data using the credibility test with the technique of increasing perseverance.
Based on the results of the study it can be concluded that 1) Jembatan Pensil film use several types
of repetitive language styles and one type of satirical language style. The language styles of repetitions
contained in the film Pencil Bridge are Epizeuksis, Tautotes, Anafora, Epistrofa, Simploke, Mesodiplosi,
Epanalepsis and Anadiplosis. The most dominant satirical style in the film Jembatan Pensil is the style of
cynicism, (2) The researcher found 81 data contained in the Language Style specifically the style of
repetition language and cynicism in a film entitled Jembatan Pensil which lasted 01:31:51. In 81 the data are
classified 69 repetition language style data and 12 cynicism language style data, (3) This film teaches that
humans must learn from reality, as a medium of learning. The implications of using the Jembatan Pencak
movie media in education are related to three things, namely: (a) Cognitive is used to show examples of
appearance models, especially in situations that show human interaction, (b) Psychomotor is used to provide
delayed feedback to students visually to show their level of ability to do motion skills after some time later,
and (c) Effectively used to influence students' emotions and attitudes.

Keywords: Repetition, Cynicism, Language Style, Film

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan bentuk gaya bahasa repetisi pada film Jembatan
Pensil karya Hasto Broto, (2) Mendeskripsikan bentuk gaya bahasa sinisme pada film Jembatan Pensil karya
Hasto Broto.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Objeknya adalah kalimat atau percakapan yang ada pada
film Jembatan Pensil. Sumber data dalam penelitian ini adalah film Jembatan Pensil. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak dan catat.Teknik analisis data yang digunakan dalam
metode padan yaitu teknik pilih unsur penentu atau PUP. Pemeriksaan keabsahan data peneliti menggunakan
uji kredibilitas dengan teknik meningkatkan ketekunan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Film Jembatan Pensil menggunakan
beberapa jenis gaya bahasa repetisi dan satu jenis gaya bahasa sindiran. Gaya bahasa repetisi yang terdapat
dalam film Jembatan Pensil yaitu Epizeuksis, Tautotes, Anafora, Epistrofa, Simploke, Mesodiplosi,
Epanalepsis, dan Anadiplosis. Gaya bahasa sindiran yang paling dominan pada film Jembatan Pensil adalah
gaya bahasa sinisme,(2) Peneliti menemukan 81 data yang terdapat Gaya Bahasa khususnya gaya bahasa
repetisi dan gaya bahasa sinisme dalam sebuah film yang berjudul Jembatan Pensil yang berdurasi 01:31:51.
Pada 81 data tersebut digolongkan 69 data gaya bahasa repetisi dan 12 data gaya bahasa sinisme, (3) Film
ini mengajarkan bahwa manusia harus belajar dari realitas, sebagai medium pembelajaran. Implikasi
penggunaan media film Jembatan Pensil dalam pendidikan terkait tiga hal, yaitu: (a) Kognitif digunakan
untuk memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang menunjukan interaksi manusia,
(b) Psikomotor digunakan untuk memberikan umpan balik tertunda kepada siswa secara visual untuk
menunjukan tingkat kemampuan mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak setelah beberapa waktu
kemudian, dan (c) Efektif digunakan untuk dapat mempengaruhi emosi dan sikap siswa.

Kata kunci : Repetisi, Sinisme, Gaya Bahasa, Film


PENDAHULUAN untuk menyesuaikan dirinya dengan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa lingkunggan fisik dan lingkungan
nasional dan bahasa negara, mempunyai sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang
kedudukan yang sangat strategis dalam untuk mempelajari kebiasaan, adat-
kehidupan bangsa dan negara Indonesia istiadat, kebudayaan serta latar belakang
dan memiliki peran sentral dalam masing-masing.
perkembangan intelektual, sosial dan Mengingatkan pentingnya bahasa
emosional peserta didik dan merupakan itu sendiri, kita dapat membatasi
penunjang keberhasilan dalam pengertian bahasa sebagai bahasa adalah
mempelajari bidang studi. alat komunikasi antara anggota
Pembelajaran bahasa diharapkan masyarakat berupa simbol bunyi yang
dapat membantu peserta didik mengenal dihasilkan oleh alat ucap manusia
dirinya sendiri,budayanya, dan budaya (Keraf,2004:1).
orang lain, mengemukakan gagasan dan Bahasa Indonesia adalah salah
perasaan, berpatisipasi dalam masyarakat satu pelajaran yang selalu diajarkan
yang menggunakan bahasa tersebut dan kepada siswa. Mata pelajaran Bahasa
menemukan serta menggunakan Indonesia di sekolah-sekolah
kemampuan analisis dan imajinatif yang mempelajari berbagai macam hal dalam
ada dalam dirinya. bentuk keterampilan berbahasa. Proses
Begitu pula melalui bahasa, pembelajaran pada hakekatnya
kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, mengandung inti dari aktivitas belajar
dibina dan dikembangkan serta dapat mengajar yang dilaksanakan oleh peserta
diturunkan kepada generasi mendatang. didik dan guru yang kemudian akan
Dengan adanya bahasa sebagai alat bermuara pada pencapaian dari proses
komunikasi, maka semua yang berada pembelajaran itu sendiri. Jadi jika kita
disekitar manusia: peristiwa-peristiwa, ingin mendapatkan hasil pembelajaran
binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, yang efektif dan efisien, maka proses
hasil cipta karya manusia dan sebagainya, pembelajaran tersebut harus dilaksanakan
mendapat tanggapan dalam pikiran secara sadar, sengaja, dan terorganisasi
manusia, disusun dan diungkapkan secara baik.
kembali kepada orang-orang lain sebagai Secara teoretis, bahasa berkaitan
bahan komunikasi. komunikasi melalui dengan berbicara. Berbicara merupakan
bahasa ini memungkinkan tiap orang salah satu aspek keterampilan berbahasa
yang merupakan suatu kegiatan kalangan, baik anak-anak, remaja, dan
(ucapan) untuk mengkomunikasikan orang dewasa. Film adalah sebuah karya
gagasan-gagasan seseorang kepada seni berupa rangkaian gambar hidup
penyimaknya melalui bahasa lisan. yang diputar sehingga menghasilkan
Mengingat dalam peristiwa berbicara sebuah ilusi gambar bergerak yang
mengandaikan adanya maksud disajikan sebagai bentuk hiburan, dapat
pembicaraan dari pembicara kepada juga dikatakan sebuah media
pendengar, maka jelas kiranya bahwa komunikasi sosial yang terbentuk dari
tujuan berbicara tidak lain adalah untuk penggabungan dua indra, penglihatan
meyampaikan maksud, gagasan, ide dan pendengaran yang mempunyai inti
pembicara itu sendiri. Tarigan 2008:3 atau tema sebuah cerita yang banyak
“berbicara adalah suatu keterampilan mengungkapkan realita sosial yang
berbahasa yang berkembang pada terjadi di sekitar lingkungan tempat film
kehidupan anak, yang hanya didahului itu sendiri tumbuh (Trianton, 2013: 1).
oleh keterampilan menyimak dan pada Film memiliki fungsi besar seperti
masa tersebutlah kemampuan berbicara fungsi pendidikan, hiburan, informasi,
atau berujar dipelajari”. dan pendorong tumbuhnya industri
Bahasa memegang peranan kreatif lainnya. Dengan demikian, film
penting dalam kehidupan kita. Bahasa menyentuh berbagai segi kehidupan
adalah alat berinteraksi dan manusia dalam bermasyarakat,
berkomunikasi dengan orang lain, serta berbangsa, dan bernegara. Film menjadi
untuk mengembangkan akal budi dan sangat efektif sebagai media
untuk pengidentifikasian diri. Bahasa pembelajaran dalam rangka
digunakan dalam berbagai interaksi menanamkan nilai-nilai luhur, pesan
antar sesama manusia melalui tatap moral, unsur didaktik, dan lainnya
muka langsung, media telepon (Trianton, 2013: 2). Dalam proses
genggam (HP atau handphone), media belajar di sekolah, film termasuk media
massa baik koran, radio maupun audio-visual yang efektif menunjang
televisi. Tayangan dalam televisi tujuan pembelajaran. Pendidikan
beragam, seperti sinetron atau film, melalui media film adalah metode atau
berita, iklan, dan lawak atau humor. cara untuk memperoleh pengertian yang
Film merupakan karya seni yang lebih baik dari sesuatu yang dapat
digandrungi masyarakat di berbagai
dilihat dari pada sesuatu yang hanya memiliki potensi digunakan untuk
didengar atau dibaca (Trianton,2013: 4). pembelajaran disemua kalangan.
Saat ini film mengalami Salah satu film Indonesia yang
perkembangan yang sangat pesat seiring sangat menginspirasi terutama
dengan perkembangan teknologi yang kehidupan baik dari segi pendidikan
ada. Film merupakan media presentasi maupun sosial yaitu film Jembatan
yang paling canggih, yang dapat pensil. Film yang disutradarai oleh
menyampaikan lima macam bentuk Hasto Broto mengisahkan tentang
informasi yaitu gambar, garis, simbol, tentang perjuangan anak-anak usia
suara dan gerakan. Film memiliki peran, Sekolah Dasar (Inal, Nia, Aska, Yanti
selain sarana hiburan, film juga dan Ondeng) untuk terus mendapatkan
berfungsi sebagai media pembelajaran. pendidikan di sebuah sekolah gratis
Beberapa kelebihan dari media film yang dibangun oleh Pak Guru. Inal yang
adalah memberikan pesan yang dapat tunanetra dan Ondeng yang memiliki
diterima secara merata oleh peserta keterbelakangan, tetap bisa menikmati
didik, sangat bagus untuk menerangkan masa-masa sekolah dengan gembira
suatu proses, mengatasi keterbatasan walaupun harus melalui perjalanan
ruang dan waktu, dapat diulang-ulang berliku untuk berangkat dan pulang
dan dihentikan sesuai dengan sekolah. Kemampuan Ondeng
kebutuhan, memberikan pesan yang menggambar sketsa menjadi kesibukan
mendalam yang dapat mempengaruhi hari-harinya di dalam maupun di luar
sikap peserta didik, sedangkan sekolah. Dia selalu merekam semua
kekurangan dari media film adalah yang menjadi ketertarikannya dalam
harga produksinya cukup mahal, gambar sketsa, termasuk kehidupan
pembuatanya memerlukan banyak ayahnya yang seorang nelayan dan
waktu dan tenaga, memerlukan operator jembatan rapuh yang selalu dilalui
khusus untuk mengoperasikanya, sahabat-sahabatnya. Cita-citanya adalah
memerlukan penggelapan ruangan. untuk membangun jembatan yang setiap
Dengan mengetahui kelebihan dan hari dilalui sahabat-sahabatnya itu.
kekurangan film dapat kita simpulkan Ketika akhirnya jembatan rapuh itu
bahwa media film merupakan salah satu rubuh saat keempat sahabat itu sedang
bentuk media komunikasi yang menyeberang, tidak membuat semangat
anak-anak itu pupus. Ketakutan dan
pikiran Ondeng yang selalu teringat Film Jembatan Pensil sangat
ayahnya dan ketakutannya setelah menarik diteliti karena banyak
ditinggal ayahnya membuat Ondeng percakapan mengandung ragam gaya
lepas kendali dan tidak menyadari bahasa khususnya gaya bahasa repetisi
bahayanya membawa perahu sendiri ke yang berupa perulangan kata-kata dan
laut. gaya bahasa sinisme yang berupa
Film Jembatan Pensil tentu saja sindiran kasar secara langsung terhadap
terdapat bahasa dan penggunaan bahasa seseorang, sehingga penelitian ini
sebagai alat komunikasi tidak terlepas memfokuskan gaya bahasa khususnya
dari gaya bahasa. Gaya bahasa adalah gaya bahasa repetisi dan gaya bahasa
gaya yang mengungkapkan pikiran sinisme pada film Jembatan Pensil.
melalui bahasa secara khas yang Gaya bahasa yang diteliti adalah para
melihatkan jiwa dan kepribadian tokoh yang bermain pada film tersebut
penulis. Dapat dikatakan fungsi berdasarkan struktur kalimat, nada atau
penggunaan gaya bahasa. Baik secara efek emosional suara yang diciptakan.
lisan maupun tertulis sebagai penguatan Peneliti memilih meneliti gaya bahasa
terhadap maksud yang hendak pada aspek kebahasaan tokoh-tokoh
disampaikan. karena menganggap gaya bahasa itu
Permasalahannya, tidak semua menarik bila dikaji dari berbagai sisi.
orang yang menerima pesan atau Setiap manusia memiliki gaya berbicara
pikiran tersebut mengerti makna dari yang berbeda-beda satu sama lainnya.
pesan yang sesungguhnya. Pemahaman Itulah sebabnya gaya bahasa seseorang
yang kurang tepat pada makna suatu dapat menjadi ciri khas individu
ujaran yang paling mendekati maksud tersebut. Gaya berbicara seseorang
dari penutur, lawan tutur atau penutur dapat dilihat dari struktur kalimat yang
harus memperhatikan ciri-ciri konteks digunakan oleh pembicara, gaya
yang mendukung ujaran tersebut karena berbicara juga dapat terlihat dari nada
pada hakikatnya konteks mempengaruhi pembicara saat pembicara ingin
makna sebuah ujaran. Ciri-ciri konteks menciptakan efek emosional suara yang
tersebut seperti, penutur, lawan tutur, dikehendaki, dan kita juga dapat melihat
subjek yang dibicarakan, situasi dan gaya berbicara seseorang melalui
kondisi dan lain sebagainya. langsung tidaknya makna yang
terkandung dalam kata yang Berdasarkan rumus masalah di atas
disampaikan pembicara. maka tujuan penelitian ini adalah
Begitu menariknya kajian tentang 1. Mendeskripsikan bentuk gaya
gaya bahasa yang dapat menjadikan ciri bahasa repetisi pada film Jembatan
pribadi seorang pembicara saat Pensil karya Hasto Broto.
berbicara di depan umum. Gaya bahasa 2. Mendeskripsikan bentuk gaya
memungkinkan untuk dapat menilai bahasa sinisme pada film Jembatan
pribadi, watak, dan kemampuan Pensil karya Hasto Broto.
seseorang yang mempergunakan bahasa KAJIAN PUSTAKA
itu. Semakin baik gaya bahasanya Pengertia Bahasa
semakin baik pula penilaian orang Bahasa memiliki sifat antara lain,
terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa itu adalah sebuah sistem, bahasa
bahasa seseorang, semakin buruk pula itu berwujud lambang, bahasa itu bunyi,
penilaian diberikan padanya. bahasa itu bersifat arbiter, bahasa itu
Melihat uraian di atas maka bermakna, bahasa itu konvensional,
penulis bermaksud untuk menggali dan bahasa itu bersifat unik, bahasa itu
meneliti lebih dalam lagi mengenai isi bersifat universal, bahasa itu bersifat
film Jembatan Pensil tersebut yang produktif, bahasa itu bervariasi, bahasa
penulis tuangkan dalam judul “Analisis itu bersifat dinamis, bahasa itu
Gaya Bahasa Repetisi dan Sinisme pada berfungsi alat interaksi sosial dan
film Jembatan Pensil Oleh Hasto bahasa itu merupakan identitas
Broto”. penutupnya (Abdul Chaer 2012:33).
Rumusan Masalah Fungsi Bahasa
Berdasarkan latar belakang masalah Michael (dalam Chaer 2015:33)
yang telah dijelaskan di atas maka fungsi bahasa adalah bahwa bahasa itu
dapat dirumuskan sebagai berikut: adalah alat interaksi sosial, dalam arti
1. Bagaimanakah bentuk gaya bahasa alat untuk menyampaikan pikiran,
repetisi pada film Jembatan Pensil gagasan, konsep, atau juga perasaan
karya Hasto Broto? (Chaer, 1995). Dalam hal ini
2. Bagaimanakah bentuk gaya bahasa Wardhaught (1972) seorang pakar
sinisme pada film Jembatan Pensil sosiolinguistik juga mengatakan bahwa
karya Hasto Broto? fungsi bahasa adalah alat komunikasi
Tujuan Penelitian manusia, baik lisan maupun tulisan.
Namun, fungsi ini sudah mencakup lima sesuai. Terjadi perulangan bunyi, suku
fungsi dasar yang menurut Kinneavy kata, kata atau bagian kalimat yang
disebut fungsi ekspresi, fungsi dianggap penting untuk memberi
informasi, fungsi ekplorasi, fungsi tekanan dalam sebuah konteks yang
persuasi, dan fungsi entertaimen. sesuai. Terjadi perulangan bunyi, suku
Gaya Bahasa kata, kata atau bagian kalimat yang
Gaya atau khususnya gaya bahasa dianggap penting untuk memberi
dikenal dalam retorika dengan istilah tekanan dalam sebuah konteks yang
style. Gaya bahasa style menjadi bagian sesuai.
dari diksi atau pilihan kata yang Menurut Manaf (dalam Ninit
mempersoalkan cocok tidaknya 2016:114) mengatakan repitisi adalah
pemakaian kata, frasa, atau klausa majas nonperbandingan yang dibentuk
tertentu untuk menghadapi hierarki dengan menggulang kata-kata penting
kebahasaan, baik pada tataran pilihan atau kata-kata kunci untuk memberi
kata secara individu, frasa, klausa, tekanan dalam sebuah konteks yang
kalimat maupun wacana secara sesuai. Ninit juga menjelaskan pendapat
keseluruhan. Style atau gaya bahasa Al-Ma’ruf repetisi adalah perulangan
dapat dibatasi sebagai cara bunyi, suku kata, kata atau bagian
mengungkapkan pikiran melalui bahasa kalimat yang dianggap penting untuk
secara khas yang memperlihatkan jiwa memberi tekanan dalam memberi
dan kepribadian pemakai bahasa (Keraf, konteks yang sesuai. Keraf (2010:127)
2010: 112). menyatakan repetisi adalah perulangan
Sendi Gaya Bahasa bunyi, suku kata, kata atu bagian
Gorys Keraf (2010: 113-115) kalimat yang dianggap penting untuk
mengungkapkan bahwa sebuah gaya memberi tekanan dalam sebuah konteks
bahasa yang baik harus mengandung yang sesuai. Ia juga menjelaskan
tiga unsur berikut: kejujuran, sopan macam-macam repetisi, yaitu:
santun, dan menarik. 1. Epizeuksis adalah repetisi yang
Jenis Gaya Bahasa Repetisi bersifat langsung, artinya kata yang
Repetisi adalah perulangan bunyi, dipentingkan diulang beberapa kali
suku kata, kata atau bagian kalimat berturut-turut.
yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang
Contoh : Kita harus bekerja, 7. Epanalepsis adalah pengulangan
bekerja, dan bekerja untuk yang berwujud kata terakhir dari
mengajar semua ketinggalan kita. baris, klausa atau kalimat,
2. Tautotes adalah repetisi atas sebuah mengulang kata pertama.
kata berulang-ulang dalam sebuah Contoh : Kita gunakan pikiran dan
konstruksi. perasaan kita.
Contoh : kau menunding aku, aku 8. Anadiplosis dalah kata atau frasa
menunding kau, kau dan aku terakhir dari suatu klausa atau
menjadi seteru. kalimat menjadi kata atau frasa
3. Anafora adalah repetisi yang berupa pertama dari klausa berikutnya.
perulangan kata pertama pada setiap Contoh : Dalam baju ada aku, dalam
garis. aku ada hati.
Contoh : Apatah tak bersalin rupa, Dalam hati : ah tak apa jua yang
apatah boga sepanjang masa. ada.
4. Epistrofa adalah repetisi yang Jenis Gaya Bahasa Sinisme
berwujud perulangan kata atau frasa Sinisme diartikan sebagai suatu
pada akhir kalimat berurutan. sindiran yang berbentuk kesangsian
Contoh : Segelas teh kau biarkan, yang mengandung ejekan terhadap
segelas kopi sepiring nasi kau keikhlasan dan ketulusan hati. Sinisme
biarkan. diturunkan dari nama suatu aliran
5. Simploke adalah repetisi pada awal filsafat Yunani yang mula-mula
dan akhir beberapa baris atau mengajarkan bahwa kebajikan adalah
kalimat berturut-turut. satu-satunya kebaikan, serta hakikatnya
Contoh : Kau bilang aku ini egois, terteletak dalam pengendalian diri dan
aku bilang terserah aku. Kau kebebasan. Tetapi kemudian mereka
bilang aku ini judes, aku bilang menjadi kritikus yang keras atas
terserah aku kebiasaan sosial dan filsafat-filsafat
6. Mesodiplosis adalah repetisi di lainya. Walaupun sinisme dianggap
tengah-tengah baris-baris atau lebih keras dari ironi, namun kadang-
beberapa kalimat berurutan. kadang masih sukar diadakan perbedaan
Contoh : Para pembesar jangan antara keduanya (Keraf 2010:143).
mencuri bensin. Para gadis jangan Meurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
mencuri perawannya sendiri. (KBBI) sinisme memiiki dua pengertian
yaitu yang pertama pandangang atau (cerita) gambar hidup. Film telah
pernyataan sikap yang mengejek atau menjadi media komunikasi audio visual
memandang rendah, dan yang kedua yang akrab dinikmati oleh segenap
pandangan atau gagasan yang tidak masyarakat dari berbagai rentang usia
melihat suatu kebaikan apapun dan dan latar belakang sosial. Kekuatan dan
meragukan sifat baik yang ada pada kemampuan film dalam menjangkau
manusia. banyak segmen sosial, lantas membuat
Jadi, gaya bahasa sinisme para ahli bahwa film memiliki potensi
merupakan suatu gaya bahasa yang untuk mempengaruhi khalayaknya. Film
menyatakan sindiran dengan terang- memberi dampak pada setiap
terangan. Penyampaian sindiran dapat penontonnya, baik itu dampak positif
langsung diutarakan di depan objek maupun dampak negatif. Melalui pesan
yang disindir atau antara pembicara yang terkandung di dalamnya, film
dengan orang ketiga. Namun makna mampu memberi pengaruh bahkan
dari kalimat sinisme sebenarnya adalah mengubah dan membentuk karakter
sebuah ejekan atau sebuah kekecewaan penontonnya. Film adalah gambar-
terhadap perilaku yang telah dilakukan hidup yang juga sering disebut movie.
objek. Pengungkapan yang terang- Film secara kolektif sering disebut
terangan justru akan lebih mengenai sebagai sinema. Sinema itu sendiri
pikiran seseorang yang dituju. Dengan bersumber dari kata kinematik atau
harapan sebuah perbaikan atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan
kesadaran diri muncul dari objek lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di
pelaku. kenal di dunia para sineas sebagai
Film seluloid.
Menurut Kamus Besar Bahasa Fungsi Media Film sebagai Media
Indonesia (2008:410), film dapat Pembelajaran
diartikan dalam dua pengertian. Menurut Trianton (2013:58-59)
Pertama, film merupakan selaput tipis Menggunakan film dalam pendidikan
yang dibuat dari seluloid untuk tempat dan pengajaran di kelas sangat berguna
gambar negatif (yang akan dibuat atau bermanfaat terutama untuk:
potret) atau untuk tempat gambar positif a) Mengembangkan pikiran dan
(yang akan dimainkan dibioskop). Yang gagasan para siswa
kedua, film diartikan sebagai lakon
b) Menambah daya ingat pada relevan dengan permasalahan yang
pelajaran. diteliti untuk menemukan solusi dalam
c) Mengembangkan imajinasi siswa permasalahan tersebut. Termasuk
d) Menumbuh minat dan motivasi penelitian deskriptif kualitatif karena
belajar. hal ini berkaitan dengan konsep judul
e) Sebagai perangsang belajar. dan rumusan masalah yang
Film diharuskan agar sesuai dikemukakan pada pendahuluan yang
dengan pembelajaran yang sedang mengarah pada penelitian dokumen.
diberikan. Untuk itu guru harus Tentang metode penelitian
mengenal film yang tersedia dan lebih deskriptif kualitatif menurut Creswell
dahulu melihatnya untuk mengetahui (dalam Raco 2010:7)
manfaatnya bagi pelajaran. Sesudah mendefinisikannya sebagai suatu
film dipertunjukan perlu diadakan pendekatan atau penelusuran untuk
diskusi, yang juga perlu disiapkan mengeksplorasi dan memahami suatu
sebelumnya. Ada kalanya film tertentu gejala sentral. Untuk mengerti gejala
perlu diputar dua kali atau lebih untuk sentral tersebut peneliti mewawancarai
memperhatikan aspek-aspek tertentu. peserta penelitian atau partisipan
Agar anak-anak jangan memandang dengan mengajukan pertanyaan yang
film itu sebagai hiburan, sebelumnya umum dan agak luas. lnformasi yang
mereka ditugaskan untuk disampaikan oleh partisipan kemudian
memperhatikan hal-hal tertentu, setelah dikumpulkan, informasi tersebut
itu guru memberikan pertanyaan biasanya berupa kata atau teks. Data
terhadap siswa beberapa banyak yang yang berupa kata-kata atau teks tersebut
dapat mereka simpulkan dari film kemudian dianalisis. Hasil analisis itu
tersebut. dapat berupa penggambaran atau
deskripsi atau dapat pula dalam bentuk
METODOLOGI PENELITIAN tema-tema. Dari data-data itu peneliti
Jenis Penelitian membuat interpretasi untuk menangkap
Berdasarkan judul penelitian di arti yang terdalam. Sesudahnya peneliti
atas, maka penelitian ini dapat dapat membuat permenungan pribadi (self-
digolongkan ke dalam penelitian reflection) dan menjabarkannya dengan
deskriptif kualitatif. Proses penelitian penelitian-penelitian ilmuwan lain yang
yang digunakan berdasarkan teori yang dibuat sebelumnya. Hasil akhir dari
penelitian deskriptif kualitatif gaya bahasa repetisi dan gaya bahasa
dituangkan dalam bentuk laporan sinisme yang terdapat pada film
tertulis. Laporan tersebut agak fleksibel jembatan pensil karya Hasto Broto.
karena tidak ada ketentuan baku tentang Setelah dilakukan penyimakan
struktur dan bentuk laporan hasil kemudian penyediaan data dilanjutkan
penelitian kualitatif deskriptif. Tentu dengan teknik catat yakni mencatat
saja hasil penelitian deskriptif kualitatif data-data yang dijadikan sebagai objek
sangat dipengaruhi oleh pandangan, penelitian.
pemikiran, dan pengetahuan peneliti Teknik Analisis Data
karena data tersebut diinterpretasikan Setelah data yang diperlukan terkumpul,
oleh peneliti. Oleh karena itu, sebagian kemudian data tersebut dianalisis
orang menganggap penelitian deskriptif menggunakan metode padan. Metode
kualitatif agak biasa karena pengaruh padan adalah metode yang alat
dari peneliti sendiri dalam analisis data. penentunya di luar dari bahasa yang
Data dan Sumber Data bersangkutan (Sudaryanto 2015:26).
Data dalam penelitian ini adalah Teknik yang digunakan dalam metode
gaya bahasa repetisi dan sinisme pada padan yaitu teknik pilih unsur penentu
film Jembatan Pensil karya Hasto atau PUP. Penggunaan teknik ini
Broto. Sumber data penelitian ini dengan cara mengumpulkan kalimat
adalah tempat ditemukanya data yang yang mengandung gaya bahasa repetisi
akan diteliti.Sumber data dalam dan gaya bahasa sinisme pada film
penelitian ini berupa data teks Jembatan Pensil. Berikut langkah-
percakapan pada film Jembatan Pensil langkah menganalisis data gaya bahasa
karya Hasto Broto. repetisi dan gaya bahasa sinisme pada
Teknik Pengumpulan Data film jembatan pensil karya Hasti Broto:
Menurut Mahsun (2012:93) a) Tahapan Reduksi Data
pengumpulan data yang dilakukan Pada tahap ini menyimak film
dalam penelitian ini adalah teknik simak jembatan pensil berulang-ulang dan
dan catat. Metode simak yaitu mencatat kalimat dalam film yang
penyediaan data yang dilakukan dengan menjadi objek penelitian dibagi-bagi
dengan cara menyimak penggunaan menurut adegan atau scene yang
bahasa. Penelitian dilakukan dengan ada. Pembagian ini bertujuan untuk
cara menyimak tentang penggunaan mempermudahkan pengamatan.
Proses selanjutnya adegan-adegan Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita
diseleksi dan diklasifikasi untuk mengecek soal-soal, atau makalah yang
menemukan bagian yang dianggap telah dikerjakan, ada yang salah atau
mengandung bentuk kalimat gaya tidak. Dengan meningkatkan ketekunan
bahasa repetisi dan sinisme yang itu salah atau tidak. Demikian juga
dimainkan oleh para tokoh pada dengan meningkatkan ketekunan maka,
film Jembatan Pensil peneliti dapat memberikan deskripsi
b) Tahap Interpretasi data yang akurat dan sistematis tentang
Memaparkan fenomena yang ada apa yang diamati (Sugiyono 2016:272).
dalam film Jembatan Pensil Demikian pada teknik ini yang
sehingga peneliti dapat menemukan peneliti lakukan adalah mencermati
makna atau isi pesan atas bentuk dengan tekun isi dialog-dialog yang
dari gaya bahasa repetisi dan disertai dengan adegan-adegan yang
sinisme yang direpresentasikan terdapat dalam film jembatan pensil
menggunakan analisis konteks secara berulang-ulang menelaah secara
terhadap adegan-adegan yang ada rinci sampai pada tingkat kejenuhan,
dalam dalam film Jembatan Pensil sehingga data yang ditemukan adalah
c) Kesimpulan sama.
Pada tahap ini peneliti mencoba Temuan Data dan Pembahasan
membuat ringkasan dan gagasan Penelitian ini dilaksanakan untuk
pokok yang terdapat dari tahap- mengetahui bentuk gaya bahasa repetisi
tahap yang telah dijalani untuk dan gaya bahasa sinisme. Data dan
menemukan bagaimana representasi temuan penelitian ini diperoleh dari
itu digambarkan oleh sebuah media analisis film Jembatan Pensil dengan
yang dalam hal ini adalah film durasi 01:33:51. Penelitian ini
Jembatan Pensil. menggunakan metode simak karena
memang berupa penyimakan, dilakukan
dengan menyimak, yaitu menyimak
Pemeriksaan Keabsahan Data penggunaan gaya bahasa dan
Pada pemeriksaan keabsahan data menggunakan metode catat dilakukan
ini, peneliti menggunakan uji dengan cara mencatat objek sasaran
kredibilitas dengan teknik pada film Jembatan Pensil, sehingga
meningkatkan ketekunan. memudahkan pembacaan yang diakhiri
dengan klasifikasi atau pengelompokan. menunjukan bahwa dia tau kapal laut
Penelitian ini objek kajiannya adalah bentuknya besar.
film Jembatan Pensil, jadi peneliti Analisis : kutipan dialog Ondeng
menyimak percakapan yang dilakukan adalah “Waaaah kapal lauuut,
oleh para tokoh film jembatan pensil kapal besar, kapal lauut,
tersebut. Pada penelitian ini digunakan huuuuuuuuu, kapal lauut, kapal
teknik simak bebas libat cakap, besaaar, huuuuuuuuu”. Kalimat
maksudnya peneliti hanya berperan tersebut dikategorikan repetisi jenis
sebagai pengamat penggunaan gaya epizeuksis karena jenis perulangan
bahasa khususnya gaya bahasa repetisi suku kata yang bersifat langsung, yang
dan gaya bahasa sinisme. berarti kata yang dipentingkan terdapat
Hasil dari paparan data, peneliti secara berturut-turut. Pada kalimat
menemukan 81 data yang terdapat Gaya tersebut ada perulangan kata yang
Bahasa khususnya gaya bahasa repetisi dianggap penting yaitu kata “kapal
dan gaya bahasa sinisme dalam sebuah laut” dan “kapal besar”, kata-kata
film yang berjudul Jembatan Pensil tersebut diucapkan berturut-turut
yang berdurasi 00:31:51. Pada 81 data oleh Ondeng. Pengulangan kata
tersebut digolongkan 69 data gaya berfungsi sebagai penegasan
bahasa repetisi dan 12 data gaya makna serta maksud dan tujuan inti
bahasa sinisme. pembahasan kalimat. Selain itu
Pembahasan pengulangan kata juga menambah kesan
a) Epizeuksis estetika dalam kalimat. kalimat
Epizeuksis adalah repetisi yang bersifat Ondeng tersebut bermaksud untuk
langsung, artinya kata yang memperagakan bahwa bentuk kapal laut
dipentingkan diulang beberapa kali adalah kapal yang besar.
berturut-turut. b) Tautotes
Scene 03, durasi 00:02:42 Tautotes adalah repetisi atas sebuah
Ondeng :“Waaaah kapal lauuut, kata berulang-ulang dalam sebuah
kapal besar, kapal lauut, huuuuuuuuu, konstruksi.
kapal lauut, kapal besaaar, Scene 37, durasi 00:41:36
huuuuuuuuu”. Pamone :”Bapakcinta ondeng.
Konteks : Dalam kutipan dialog di Bapakcinta ondeng. Cinta
atas Ondeng sedang bahagia bapak sama ondeng itu ibarat
sebutir jagung kalau ditanam di yang berulang-ulang dalam sebuah
ladang hati ondeng yang subur itu kontruksi. Pada kalimat tersebut
akan berkembang dari sebutir jadi terdapat kata “Bapak cinta, bapak
puluhan dan puluhan di tanam lagi cinta dan cinta bapak”. Pada kata
berkembang lagi jadi ratusan tersebut kata “Bapak cinta diulang-
berkembang lagi jadi ribuan dari ulang dan pada kalimat berikutnya
ribuan tumbuh lagi berkembang jadi dikontruksikan menjadi sebuah
jutaan bahkan menjadi milyaran dari kalimat lain diawali dengan
milyaran berkembang lagi tumbuh kata“cinta bapak”.
sampai tak terhingga, itulah cinta c) Anafora
bapak sama ondeng yang Anafora adalah repetisi yang berupa
sebenarnya ondeng tidak terhingga. perulangan kata pertama pada setiap
Tidak terhingga cinta bapak sama garis.
ondeng”. Scene 03, durasi 00:01:37
Konteks : Pada kutipan dialog di Pak Guru:“Aida, anak bapak,
atas Pamone mengatakan bahwa sudah selsai kuliahnya,
Pamone mencintai anaknya sudahsarjana, ia nanti akan
Ondeng, cintanya kepada membantu bapak, ngajar kalian
Ondeng diibarakan dengan disini”
tanaman-tanaman yang tumbuh Konteks : Pada kutipan dialog di
subur sehingga kesuburannya atas Pak guru yang berada di dalam
bertambah dan bertambah lagi. kelas menceritakan bahwa anaknya
Analisis : Pada kutipan dialog yaitu Aida yang sudah selsai lulus
diatas Pamone mengungkapkan rasa kuliah menjadi seorang sarjana yang
cintanya kepada Ondeng dan akan membantu pak guru mengajar
diibaratkan dengan tanaman yang di dalam kelas tersebut.
ditanam yang akan semakin tumbuh Analisis : Kutipan dialog Pak Guru
dan bertambah banyak, begitulah tersebut adalah “Aida, anak bapak,
rasan cinta pamone dengan seorang sudah selsai kuliahnya, sudah
anak lelaki satu-satunya yaitu sarjana, ia nanti akan membantu
Ondeng. Kalimat tersebut bapak, ngajar kalian disini”. Kalimat
dikategorikan gaya bahasa repetisi tersebut dikategorikan gaya bahasa
jenis tautotes karena terdapat kalimat anafora karena terdapat
pengulangan kata pertama pada bapak Ondeng pak guru, perahu
setiap baris atau kalimat yaitu kata bapak, pak guru”. Kalimat tersebut
“sudah”. Pengulangan kata dikategorikan gaya bahasa repetisi
berfungsi sebagai penegasan makna jenis epistrofa karena terdapat
serta maksud dan tujuan inti perulangan kata pada akhir baris atau
pembahasan kalimat. Selain itu kalimat yaitu kata “pak guru”.
pengulangan kata juga menambah Pengulangan kata berfungsi sebagai
kesan estetika dalam kalimat. Pada penegasan makna serta maksud dan
kutipan dialog tersebut Pak Guru tujuan inti pembahasan kalimat. Selain
menceritakan anaknya yaitu Aida itu pengulangan kata juga menambah
yang sudah selesai menempuh kesan estetika dalam kalimat. Kalimat
perguruan tinggi, mendapat gelar dialog Ondeng tersebut bermaksud
sarjana, dan anaknya tersebut akan bahwa menjelas kepada pak guru
membantunya menjadi guru bahwa kapal feri adalah kapal laut
ditempat dia mengajar tersebut. seperti perahu bapaknya Ondeng.
d) Epistrofa e) Simploke
Epistrofora adalah repetisi yang Simploke adalah repetisi pada awal
berwujud perulangan kata atau frasa dan akhir beberapa baris atau
pada akhir kalimat berurutan. kalimat berturut-turut.
Scene 03, durasi 00:02:24 Scene 54, durasi 01:10:44
Ondeng :“Kapal Feri, Kapal laut, Pak Guru :”Anak-anakku kembali
seperti perahu bapak Ondeng pak ke kelas. Dari mana kalian? Kalian
guru, perahu bapak, pak biasanya datang lebih awal, duuh
guru”.(Sambil menunjukan gambar baju kalian juga basah, azka dari
kapal kepada pak Guru). mana kalian?”.
Konteks : Pada kutipan dialog Konteks : Pada kutipan dialog di
diatas Ondeng memberitahukan atas Pak guru menyuruh anak
kepada Pak guru bahwa kapal Feri muridnya untuk masuk ke kelas, dan
adalah kapal laut seperti perahu bertanya kepada sebagian dari anak
bapaknya Ondeng. muridnya terlambat dan kelihatan
basah kuyup.
Analisis : Kutipan dialog Ondeng Analisis :Kutipan dialog Pak Guru
“Kapal Feri, Kapal laut, seperti perahu ”Anak-anakku kembali ke kelas.
Dari mana kalian? Kalian biasanya kalian yang bisa menggambar
datang lebih awal, duuh baju kalian sebagus ini?.....setiap orang, setiap
juga basah, azka dari mana anak dibekali kelebihan, sekaligus
kalian?”. Kalimat tersebut juga kekurangan. Nah buat apa kita
dikategorikan gaya bahasa repetisi bersombong kalau diantara
jenis simploke karena terdapat kelebihan kita terdapat juga
terdapat perulangan kata pada akhir kekurangan”.
dan awal baris atau kalimat yaitu Konteks : Pada kutipan dialog di
kata “kalian”. Pengulangan kata atas Pak Guru memberi pengertian
berfungsi sebagai penegasan makna kepada salah satu anak muridnya
serta maksud dan tujuan inti yang nakal yaitu Attal bahwa setiap
pembahasan kalimat. Selain itu orang memiliki kelebihan dan
pengulangan kata juga menambah kekurangannya masing-masing.
kesan estetika dalam kalimat. Analisis : Kutipan dialog Pak Guru
Kalimat Pak Guru tersebut “Sudah-sudah, Atar.. tidak boleh itu
bermaksud menyuruh anak mengejek kawanmu seperti itu,
muridnya yang lain masuk ke dalam Ondeng itu, memang tidak pandai
kelas, dan beliau bertanya kepada metematika, tapi dia pandai
sebagian anak muridnya yang menggambar, siapa diantara kalian
terlambat datang ke sekolah, yang bisa menggambar sebagus
padahal yang biasanya yang paling ini?....
awal datang ke sekolah adalah Setiap orang, setiap anak dibekali
mereka yang terlambat tersebut. kelebihan, sekaligus juga
f) Mesodiplosis kekurangan. Nah buat apa kita
Mesodiplosis adalah repetisi di bersombong kalau diantara
tengah-tengah baris-baris atau kelebihan kita terdapat juga
beberapa kalimat berurutan. kekurangan”. Kalimat tersebut
Scene 03, durasi 00:03:25 dikategorikan gaya bahasa repetisi
Pak Guru:“Sudah-sudah, Atar.. jenis mesodiplosis karena terdapat
tidak boleh itu mengejek kawanmu perulangan kata di tengah-tengah
seperti itu, Ondeng itu, memang baris atau kalimat secara berturut-
tidakpandai metematika, tapi dia turut yaitu kata “pandai”.
pandai menggambar, siapa diantara Pengulangan kata berfungsi sebagai
penegasan makna serta maksud dan jenis epanalepsis karena terdapat
tujuan inti pembahasan kalimat. perulangan kata pertama pada akhir
Selain itu pengulangan kata juga baris atau kalimat mengulang kata
menambah kesan estetika dalam pertama yaitu kata “sarjana”.
kalimat. Kalimat Pak Guru tersebut Pengulangan kata berfungsi sebagai
bermaksud untuk menasehati Attar penegasan makna serta maksud dan
supaya tidak mengejek Ondeng, tujuan inti pembahasan kalimat.
meskipun Ondeng tidak pandai Selain itu pengulangan kata juga
dalam matematika tetapi Ondeng menambah kesan estetika dalam
pandai dalam menggambar, Pak kalimat. Kalimat dialog tersebut
Guru juga memberikan nasehat bermaksud bertanya kepada
bahwa setiap anak memiliki anaknya yaitu Inal dan Nia apakah
kelebihan dan kekurangannya nama bu guru mereka tersebut
masing-masing. adalah ibu sarjana.
g) Epanalepsis h) Anadiplosis
Epanalepsis adalah pengulangan Anadiplosis dalah kata atau frasa
yang berwujud kata terakhir dari terakhir dari suatu klausa atau
baris, klausa atau kalimat, kalimat menjadi kata atau frasa
mengulang kata pertama. pertama dari klausa berikutnya.
Scene 13, durasi 00:12:31 Scene 26, durasi 00:25:53
Ibunya Ainal dan Nia: “Sarjana? Azka :”Makanya bu guru, Azka
Jadi, nama guru baru inal dan nia, pakai seragam serba besar, bu guru
ibu sarjana?”. untuk berhemat juga bisa lama
Konteks : Pada kutipan dialog di pakainya”.
atas ibunya Ainal dan Nia sedikit Konteks : Pada kutipan dialog di
merasa aneh dan menyimpulkan atas Azka menjelaskan alasan Azka
bahwa guru baru mereka bernama memakai seragam yang besar dari
sarjana. ukuran tubuhnya tersebut.
Analisis : Kutipan dialog Ibunya Analisis : Kutipan dialog Azka
Ainal dan Nia “Sarjana? Jadi, nama ”Makanya bu guru, Azka pakai
guru baru Inal dan Nia, ibu seragam serba besar bu guru untuk
sarjana?”. Kalimat tersebut berhemat juga bisa lama pakainya”.
dikategorikan gaya bahasa repetisi Kalimat tersebut dikategorikan gaya
bahasa repetisi jenis anadiplosis langsung dimana ia mengejek
karena terdapat kata terakhir dari Ondeng bahwa tidak ada guru
suatu kalimat menjadi kata pertama satupun yang bisa membuat Ondeng
pada kalimat berikutnya yaitu kata “ menjadi pintar.
bu guru”. Pengulangan kata Simpulan
berfungsi sebagai penegasan makna Berdasarkan penelitian ini yang
serta maksud dan tujuan inti dilakukan tentang Analisis Gaya
pembahasan kalimat. Selain itu Bahasa repetisi dan Sinisme Pada
pengulangan kata juga menambah Film Jembatan Pensil karya Hasto
kesan estetika dalam kalimat. Broto dapat disimpulkan sebagai
Kalimat dialog Azka tersebut berikut:
bermaksud memberitahukan alasan 1) Pada film Jembatan Pensil terdapat
seragam yang ia pakai lebih besar gaya bahasa khususnya gaya bahasa
dari ukuran tubuhnya karena biar repetisi dan gaya bahasa sinisme.
bisa berhemat dan bisa dipakai Gaya bahasa repetisi merupakan
lama. perulangan bunyi, suku kata, atau
Gaya Bahasa Sinisme bagian kalimat yang dianggap
Scene 03, durasi 00:03:05 penting untuk memberi tekanan
Attar :”Eeh Azka, meskipun dalam sebuah konteks yang sesuai.
guru baru sekalipun Ondeng tetap Repetisi juga dibagi beberapa jenis
saja tidak akan pintar”. yaitu: epizeuksi, tautoles, anafora,
Konteks :Pada kutipan dialog di epistrofa, simploke, mesodiplosis,
atas Attar menanggapi epanalepsis dan anadiplosis.
percakapannya kepada Azka bahwa Sedangkan gaya bahasa sinisme
Ondeng tidak akan pintar meskipun adalah gaya bahasa yang tergabung
adanya guru baru di sekolahan dalam kelompok gaya bahasa
mereka. sindiran, karena gaya bahasa ini
Analisis :Kutipan dialog Attar memang digunakan untuk
”Eeh Azka, meskipun guru baru menyindir seseorang atau suatu
sekalipun Ondeng tetap saja tidak objek atas hal yang salah
akan pintar”. Pada kalimat tersebut dilakukannya contohnya seperti
dikategorikan gaya bahasa sinisme mengejek, merendahkan,
karena Attar menyindir Ondeng menghina, dan lain-lain.
2) Pada film Jembatan Pensil peneliti Berdasarkan penelitian dan
menemukan 81 data yang terdapat kesimpulan di atas, maka dalam hal
Gaya Bahasa khususnya gaya ini peneliti akan memberi saran
bahasa repetisi dan gaya bahasa yang akan menjadi masukan dan
sinisme dalam sebuah film yang pertimbangan dalam penelitian
berjudul Jembatan Pensil yang maupun lembaga pendidikan,
berdurasi 00:31:51. Pada 81 data antara lain adalah sebagai berikut:
tersebut digolongkan 69 data gaya 1) Penulis menyadari bahwa penelitian
bahasa repetisi dan 12 data gaya ini dapat dikembangkan dan juga
bahasa sinisme. dianalisis lebih mendalam lagi
3) Film ini mengajarkan bahwa dengan mengunakan sudut pandang
manusia harus belajar dari realitas, yang berbeda. Selama melakukan
sebagai medium pembelajaran. penelitian ini penulis merasa
4) Implikasi penggunaan media film penting untuk diketahui
Jembatan Pensil dalam pendidikan bagaimana penerimaan
terkait tiga hal, yaitu: masyarakat terhadap pesan dalam
a. Kognitif digunakan untuk sebuah film.
memperlihatkan contoh model 2) Film Jembatan Pensil mempunyai
penampilan, terutama pada situasi banyak makna dan pesan
yang menunjukan interaksi pendidikan yang disampaikan
manusia. dengan cara yang baik, sederhana,
b. Psikomotor digunakan untuk dan kreatif. Sehingga sangat cocok
memberikan umpan balik tertunda jika film ini dijadikan sumber
kepada siswa secara visual untuk belajar dalam dunia pendidikan.
menunjukan tingkat kemampuan Melalui pengemasan yang baik dan
mereka dalam mengerjakan apik, unsur-unsur yang terkandung
keterampilan gerak setelah di dalam sebuah film terasa lebih
beberapa waktu kemudian. hidup, sehingga lebih mudah untuk
c. Efektif digunakan untuk dapat memahami unsur-unsur tersebut.
mempengaruhi emosi dan sikap Melalui film Jembatan Pensil ini
siswa. juga bisa mengambil pelajaran,
Saran sosial dan pendidikan, motivasi dan
hiburan tanpa merasa digurui.
Daftar Pustaka Bekasi: Laskar Aksara.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka
Umum. Jakarta: PT Rineka Teknik Analisis Bahasa. Sanata
Cipta Dharma University
Press: Yogyakarta
__________ 2015. Psikolinguistik.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Sumarno, Marselli. 2016. Dasar-
Dasar Apresiasi Film.
Imron, Ali. 2003. “Aktualisasi Film
Jakarta: PT. Gramedia
Sastra Sebagai Media
Widiasarna Indonesia.
Multikultural”. Akademika
Journal Kebudayaan, (online) Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Volume 1 No.1 April 2003. Kuatitatif, Kualitatif dan
(https://publikasiilmiah.ums.ac.i R&D. Bandung: Alfabeta.
d, diunduh tanggal 30
Sudarto, Senduk dan Rembang. 2015.
September 2018)
“Analisis Semiotika Film
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Alangkah
Bahasa. Jakarta: Gramedia Lucunya Negeri ini”. Journal
Pustaka Utama. Acta Diurna, (online) Volume
IV.
_____ 2004. Komposisi. Semarang:
No.1.(https://media.neliti.com/m
Bina Putera.
edia/publications/90020-ID
Latuconsina, Adam. 2012. Hand Out
none.pdf,
Kuliah Bahasa Indonesia.
diunduh tanggal 16
Ambon: Gemma Press
September 2018)
Mahsun. 2012. Metode Penelitian
Tarigan, Henry Guntur. 2008.
Bahasa. Jakarta: PT
Berbicara. Bandung:
Rajagrafindo Persada.
Angkasa.
Muhammad. 2011. Paradigma
Taufik. 2016. “Analisis Semiotika Pesan
Kualitatif Penelitian Bahasa.
Pendidikan dalam Film “3
Liebe Book Press:
idiots” Karya Sutradara
Yogyakarta
Rajkhumar Hirani”. Journal
Ninit. 2016. “Bahasa Betawi dan Gaya Ilmu Komuniakasi, (online),
Bahasa Repetisi dalam Ceramah Ustad Volume 4 No.3.
Mansur Program Wisata Hati di (http://ejournal.ilkom.fisip-
Antv”. Jurnal Gramatika, unmul.ac.id, diunduh
(online) Volume 1. tanggal 30 September
(https://media.neliti.com) 2018).
Tarigan, Henry Guntur. 2013.
Raco. 2010. Metode Penelitian
Pengajaran Gaya Bahasa.
Kualitatif. Jakarta: PT
Bandung: Angkasa.
Gramedia Widiasarana
Indonesia Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
dan
Sadikin, Muhammad. 2011. EYD (Ejaan
Pengembangan Bahasa. 2008.
Bahasa Indonesia Yang
KBBI (Kamus Besar Bahasa
Disempurnakan. Indonesia), Jakarta: Balai
Pustaka.
Trianton, Teguh. 2013. Film Sebagai
Media Belajar. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Widjono Hs. 2007. Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT
Grasindo.
Wibowo, Novin Farid Styo. 2013.
“Framing Persoalan
Indonesia Melalui Film
Dokumenter Model
Direct Cinema (Studi Pada
Film-film Dokumenter
Terbaik Program Eagle
Award Compatition Di
Metro TV)”.Jurnal
Humanity,(Online),
Volume 8, Nomor 2.
(http://ejournal.umm.ac.id,
diunduh tanggal 29
Oktober 2018)

You might also like